PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan International Diabetes
Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.
naik dua peringkat dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati
2015).
1,5% atau sebesar 26% dari total penderita mengetahui bahwa dirinya DM
1
(diagnosed diabetes mellitus) dan 4,2% atau sebesar 74% dari total penderita
prevalensi DM meningkat pada usia ≥ 35 tahun dan menurun setelah usia >
menular yang termasuk dalam 10 penyakit pasien rawat inap terbanyak kedua
masih merupakan ancaman masalah kesehatan yang serius saat ini. Terdapat
300 ribu pasien diabetes mellitus di Jawa Timur dari jumlah total penduduk
disembuhkan dan disandang selama seumur hidup. Pasien dan keluarga juga
mellitus guna mencapai hasil yang lebih baik. Pengetahuan penderita diabetes
2
oleh kepatuhan penderita untuk menjaga kesehatannya. Dengan kepatuhan
yang tinggi, pengobatan diabetes mellitus dapat terlaksana secara optimal dan
disarankan oleh dokter atau oleh tenaga medis yang lain (Prayogo, 2013).
sedangkan pada bulan Mei 2019 jumlah kunjungan pasien diabetes mellitus
Sidoarjo.
Jumlah Kunjungan
Desa DM
April Mei
Sekardangan 12 7
Celep 11 7
Pucang 2 0
Bulusidokare 39 20
Gebang 3 0
Rangkah
21 0
Kidul
Total 88 34
Data dari posyandu lansia, 2019
3
Dari teori yang dikemukakan, upaya pencegahan dapat dilakukan agar
seperti pola makan yang sesuai aktivitas fisik yang memadai atau olahraga.
atas, jumlah pasien diabetes mellitus yang tertinggi terdapat pada desa
pasien (usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan tingkat pendidikan) dan tingkat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
4
1. Tujuan umum
Sidoarjo.
2. Tujuan khusus
Kabupaten Sidoarjo.
Kabupaten Sidoarjo.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
2. Manfaat teoritis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
2. Klasifikasi
berikut.
7
4) Endokrinopati
3. Epidemiologi
kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
Diabetes Federation) atlas edisi ke-6 tahun 2013, Indonesia tercatat jumlah
penderita Diabetes Melitus 8,5 juta ( prevalensi 5,55%) dan pada saat itu
penelitian diambil dari 33 provinsi pada usia 15 tahun atau lebih dengan
jumllah sampel 19.114 yang diambil dari populasi daerah urban. Dengan
Diabetes Melitus 5,7 % (Pria 4,9%, wanita 6,4%). Dari prevalensi Diabetes
Melitus 5,7% ternyata terdiri dari 26,3% pasien yang mengetahui mengidap
8
Diabetes Melitus (diagnosed Diabetes Melitus), sedangkan 73,7% tidak
4. Faktor Resiko
9
penurun kolesterol (Kriteria Asia Pasifik)
c. HDL plasma <40 mg/dL pada laki-laki atau >50 pada perempuan
hipertensi.
5. Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena sel sel sasaran insulin gagal atau
tidak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut sebagai
bersifat relatif dan tidak absolut. Pada awal perkembangan diabetes mellitus
10
ketidakseimbangan antara sekresi insulin dan resistensi insulin.
b. Liver
c. Otot
intramioselular.
d. Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap anti lipolisis dari insulin, menyebabkan
peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak bebas (FFA= Free
e. Usus
Sel alfa berfungsi dalam sintesis glucagon yang dalam keadaan puasa
11
g. Ginjal
Ginjal memfiltrasi 163 gram glukosa sehari. 90% dari glukosa terfiltrasi
sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada DM tipe-2 terjadi
h. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
6. Gejala Klinis
berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. penderita DM tipe-2 rata- rata
berumur 40 tahun atau lebih dan punya berat badan lebih (overweight) atau
dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejal tidak
khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata
kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita (PERKENI,
2015).
7. Diagnosis
12
2) Atau Gejala Klasik DM + Glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL
(Askandar, 2015).
13
c. Langkah-langkah Diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa
Ulang GDS/GDP
diabetes melitus tipe-2 dan prediabetes pada kelompok resiko tinggi yang
14
1) Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥ 23
kg/m2)
badan lebih yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai
berikut:
keluarga).
hipertensi).
h) Riwayat prediabetes.
15
Apabila tidak ada fasilitas pelayanan TTGO maka dapat
(PERKENI, 2015).
8. Komplikasi
1. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
1. Retinopati diabetik
2. Glomerulosklerosis diabetik
3. Nefropati diabetik
4. Neuropati perifer
9. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Edukasi
16
Edukasi diberikan kepada pasien dengan tujuan promosi hidup
2015).
17
(3)Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
IMT = BB(kg)/TB(m2)
3) Latihan Jasmani
b. Farmakologi
2) Terapi insulin
B. Perilaku
lain, perilaku kita pada umumnya dimovtivasi oleh suatu keinginan untuk
18
mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui
tujuan
e. Perilaku dimotivasi
luar), oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
19
dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya,
tugasnya.
1. Determinan Perilaku
yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non
20
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu karakteristik pasien
(Notoatmodjo, 2003).
C. Karakteristik Pasien
1. Usia
2. Jenis kelamin
dan struktur aktivitas antara pria dan wanita. Menurut Hawk (2005),
21
3. Pekerjaan
4. Tingkat Pendidikan
a) Definisi
22
yang dimiliki secara menyeluruh dalam memasuki kehidupan dimasa
b) Tingkat Pendidikan
i. Pendidikan dasar
keterampilan dasar.
23
ii. Pendidikan menengah
1) SMA dan MA
lapangan kerja.
atas:
1) Akademik
2) Institut
3) Sekolah Tinggi
sebagai berikut:
24
1. Ideologi Semua manusia dilahirkan kedunia mempunyai hak yang
tinggi.
D. Tingkat Pengetahuan
1. Definisi
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra yang
2. Tingkat pengetahuan
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
25
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan
benar
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
a. Pendidikan
26
semakin capat menerima dan memahami suatu informasi sehingga
wawasannya.
c. Sosial
27
mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan
pengetahuan.
d. Lingkungan
e. Pengalaman
28
f. Usia
2. Sikap, yaitu reakti tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyak.
29
BAB III
A. Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi:
1. Karakteristik pasien
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Tingkat pendidikan
2. Tingkat pengetahuan
3. Sikap
4. Motivasi
5. Kondisi kesehatan
Faktor Pendukung:
Kepatuhan berobat
1. Dukungan keluarga pasien DM
2. Dukungan tokoh masyarakat
3. Dukungan petugas kesehatan
Faktor Pendorong:
1. Faktor sosial
2. Faktor ekonomi
3. Faktor budaya
4. Faktor media informasi
30
Perilaku penderita dalam hal kepatuhan berobat pasien DM dipengaruhi
dipengaruhi atau terbentuk dari 3 faktor antara lain faktor predisposisi, faktor
pendorong terdiri atas faktor sosial, ekonomi, budaya, dan media informasi.
B. Hipotesis
Sidoarjo.
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan subjek
studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian (Notoatmodjo, 2010).
2019.
1. Populasi
orang.
32
2. Sampel
1) Besar Sampel
𝑁
𝑛=
1 + N (d)2
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
59
𝑛=
1 + 59 (0,1)2
59
𝑛=
1 + 59 (0,01)
59
𝑛=
1 + 0,59
𝑛 = 37,1
𝑛 = 37
3. Teknik sampling
33
menggunakan teknik purposive sampling karena tidak semua sampel
penelitian ini.
4. Kriteria
1) Kriteria inklusi:
mellitus.
mellitus.
penelitian.
2) Kriteria eksklusi:
D. Variabel Penelitian
34
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab atau
E. Definisi Operasional
Definisi Skala
No Variabel Parameter Alat Ukur Skor
operasional data
Variabel Usia adalah Ketentuan Kuisioner Nominal Jika usia
Independen satuan waktu usia menurut pasien:
Karakteristik yang mengukur WHO: 1.45-59
Pasien: waktu dan 1.Pra lansia: tahun =
1. Usia keberadaan antara usia 45 skor 0.
suatu sampai 59 2. ≥ 60
benda/makhluk, tahun tahun =
baik yang hidup 2.Lansia: ≥ skor 1.
maupun yang 60 tahun
mati. (Nugroho,
2008)
2. Jenis Kelamin Karakteristik Jika jenis Kuisioner Nominal Jika jenis
yang dilihat dari kelamin kelamin
penampilan luar. pasien: pasien:
1.Laki-laki 1.Laki-
2.Perempuan laki =
skor 0
2.Peremp
uan =
skor 1.
3. Pekerjaan Pekerjaan Ketentuan Kuisioner Nominal Jika
adalah sesuatu pekerjaan pekerjaa
35
Definisi Skala
No Variabel Parameter Alat Ukur Skor
operasional data
yang dikerjakan pasien: n pasien:
untuk 1.Tidak 1.Tidak
mendapatkan bekerja bekerja =
nafkah atau 2.Bekerja skor 0.
pencaharian (Notoatmodjo 2.Jika
masyarakat yang , 2010) bekerja =
sibuk dengan skor 1.
kegiatan atau
pekerjaan
sehari-hari akan
memiliki waktu
yang lebih untuk
memperoleh
informasi
4. Variabel Tingkat Ketentuan Kuisioner Nominal Jika
Independen pendidikan tingkat tingkat
Tingkat adalah suatu pendidikan pendidik
Pendidikan proses jangka pasien: an
panjang yang 1.Pendidikan pasien:
menggunakan rendah: SD- 1.Tinggi
prosedur SMP = skor 1
sistematis dan 2.Pendidikan 2.Renda
terorganisir, tinggi: SMA- = skor 0.
yang mana Perguruan
tenaga kerja tinggi
manajerial (Arikunto,
mempelajari 2006)
pengetahuan
konseptual dan
teoritis untuk
tujuan-tujuan
umu.
Variabel Kemampuan Mampu Kuisioner Nominal Jika
Independen pasien untuk menjawab pengetah
5. Tingkat menjawab dengan benar uan
Pengetahuan pertanyaan tentang: pasien:
mengenai 1.Pengertian 1.Baik,
komplikasi penyakit bila
diabetes diabetes jawaban
mellitus. mellitus benar
2.Tujuan (≥18) =
mengetahui skor 1
tentang 2.Kurang
penyakit , bila
36
Definisi Skala
No Variabel Parameter Alat Ukur Skor
operasional data
diabetes jawaban
mellitus benar
3.Komplikasi (≤18) =
diabetes skor 0
mellitus
4.Pencegahan
diabetes
mellitus
5.Pengobatan
diabetes
mellitus.
(Prince &
Wilson,
2012)
Variabel Tindakan 1.Patuh, Kuisioner Nominal Jika
Dependen penderita terkait pasien kepatuha
6. Kepatuhan ketaatan dalam mematuhi n pasien:
Berobat proses: kontrol anjuran 1.Patuh,
Pasien rutin dan minum dokter yaitu, bila
Diabetes obat rutin. minum obat jawaban
Mellitus teratur, benar
mengatur (≥18) =
pola makan, skor 1
rajin 2.Tidak
melakukan patuh,
aktivitas bila
ringan, jawaban
kontrol rutin. benar
2.Tidak (≤18) =
patuh, pasien skor 0
tidak rutin
minum obat,
tidak
mematuhi
anjuran
dokter, yaitu
tidak
mengatur
pola makan
yang benar,
tidak rajin
melakukan
aktivitas
ringan, tidak
37
Definisi Skala
No Variabel Parameter Alat Ukur Skor
operasional data
rutin kontrol.
(Bab 2)
1. Data primer
2. Data Sekunder
penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara, yaitu studi lapangan yang
meliputi:
a. Survei awal
b. Wawancara
38
untuk mengetahui secara umum tingkat pengetahuan pasien diabetes
c. Penyebaran kuesioner
terlebih dahulu. Kalau masih ada data atau informasi yang tidak
(Notoatmodjo, 2010).
39
Usia pasien bila antara 45-59 tahun mendapat skor 0, bila ≥ 60
tahun mendapat skor 1. Hasil kode 1 untuk usia pra lansia, dan
mendapat kode 2.
mendapat kode 2.
Pada hasil penelitian ini skor rentang 0-20. Total skor < 18
skor 0. Pada hasil penelitian ini skor rentang 0-20. Total skor <
40
18 (tidak patuh) diberi kode 1, dan total skor ≥ 18 (patuh)
diberi kode 2.
d. Tabulasi data
memasukkan data kea lam table yaitu hasil data yang telah di
2. Analisis data
a. Analisis univariat
b. Analisis bivariat
41
∑(𝑓0−𝑓𝑒)2
Rumus uji chi-square: X2 = 𝑓𝑒
Dimana:
Kesimpulan hipotesis:
diabetes mellitus.
Kasus Kontrol
Eksposure + A B A+B
Eksposure - C D C+D
A+C B+D
𝐴𝐷
OR = 𝐵𝐶
42
Interpretasi:
resiko penyakit
P = OR/(1+OR)
1. Tidak bermakna, jika nilai antara lower limit dan upper limit
mencakup nilai 1.
2. Bermakna, jika nilai antara lower limit dan upper limit tidak
mencakup nilai 1.
43
H. Kerangka Operasional
Populasi
sebanyak 59 responden
Tekhnik Sampling
Purposive sampling
Sampel
Pengumpulan Data
Kuisioner
Pengolahan Data
Analisis Data
Penyajian Hasil
Kesimpulan
44