Anda di halaman 1dari 1

BAB II

B. Analisis

Daerah Endemis Filariasis pada umumnya adalah daerah dataran


rendah, terutama di pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan, rawa-
rawa dan hutan. Cacing filaria Brugia malayi adalah tipe subperiodik
nokturna, mikrofilaria ditemukan di daerah tepi pada siang dan malam
hari, tetapi lebih banyak ditemukan pada malam hari (subperiodik
nokturna), nyamuk penularnya adalah Mansonia spp yang ditemukan di
daerah rawa. Lingkungan fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor,
sehingga berpengaruh terhadap munculnya sumber-sumber penularan
Filariasis. Lingkungan fisik dapat menciptakan tempat-tempat perindukan
dan beristirahatnya nyamuk. Suhu dan kelembaban berpengaruh
terhadap pertumbuhan, masa hidup serta keberadaan nyamuk.
Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa-rawa dan adanya hospes
reservoir (kera, lutung dan kucing) berpengaruh terhadap penyebaran
B.malayi subperiodik nokturna.

Daerah yang rentan dengan penularan filariasis merupakan daerah rawa-


rawa. lokasi tersebut selama ini dikenal memiliki saluran sanitasi yang kurang
baik, sehingga mengakibatkan munculnya sarang nyamuk yang berpotensi
membawa penyebaran penyakit filariasis, oleh karena itu diperlukan predator
alami dengan melakukan budidaya seperti budidaya ikan untuk menurunkan
kehidupan vektor sehingga tidak terjadi sumber penularan filariasis dengan
bekerjasama dengan lintas sektoral seperti dinas perikanan.

BAB III
C. Upaya perbaikan lingkungan
Pembudidayaan ikan
Cacing filaria Brugia malayi ditularkan oleh berbagai spesies mansonia seperti
Ma.uniformis, Ma.bonneae, Ma.dives dan lain-lain, yang berkembang biak di daerah rawa
sehingga berpengaruh terhadap munculnya sumber-sumber penularan Filariasis. Sebagai
upaya perbaikan lingkungan diperlukan predator alami dengan melakukan budidaya seperti
budidaya ikan untuk menurunkan kehidupan vektor sehingga tidak terjadi sumber penularan
filariasis dengan bekerjasama dengan lintas sektoral seperti dinas perikanan.

Anda mungkin juga menyukai