(PROLANIS)
BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL (JKN)
PROGRAM PENGELOLAAN
PENYAKIT KRONIS
Kemandirian ekonomi
PROGRAM JAMINAN 5
BPJS KESEHATAN
Menentukan besaran
iuran REGULATOR
Menentukan peserta PBI
PESERTA FASKES
7
PERAN BPJS KESEHATAN
(Sesuai UU NO. 24 TAHUN 20111
Pasal 9 Tentang BPJS)
1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
Fungsi
Pasal 10
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, BPJS
Tugas
bertugas untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
c. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;
e. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta Program Jaminan Sosial;
f. Membayar Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan Jaminan Sosial
kepada Peserta dan masyarakat
8
www.bpjs-kesehatan.go.id
DASAR HUKUM
DASAR HUKUM
DASAR HUKUM
PROMOTIF DAN PREVENTIF
PESERTA BPJS
Kendali
Kualitas
biaya
Manajemen kasus
2. Deteksi dini kanker
HEALTH OUTCOME
• DIABETES MELLITUS
PROGRAM • HIPERTENSI
PENGELOLAAN
PENYAKIT KRONIS
(PROLANIS)
• DASAR LENGKAP
• VAKSINASI
IMUNISASI SKRINING
RIWAYAT KESEHATAN
• DIABETES MELLITUS
Alat kontrasepsi dasar dan • HIPERTENSI
vaksin untuk imunisasi dasar KELUARGA • DETEKSI KANKER SERVIKS
tidak ditanggung dalam sistem BERENCANA • DETEKSI KANKER PAYUDARA
pembiayaan BPJS Kesehatan
penyediaan ditanggung dalam • PELAYANAN KB
program pemerintah
• PELAYANAN EFEK SAMPING
PROGRAM RUJUK BALIK (PRB)
• Pelayanan Obat Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang diberikan
kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang
dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari
Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
• Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub
Spesialis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan tercantum pada
Formularium Nasional untuk obat Program Rujuk Balik
• Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama
dan diresepkan oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes Rujukan
Tingkat Lanjutan untuk mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek
samping akibat obat utama.
DIAGNOSA RUJUK BALIK
• Diabetes Mellitus
• Hipertensi
• Jantung
• Asma
• Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
• Epilepsi
• Skizofren
• Stroke
• Sindroma Lupus Eritomatosus (SLE)
DIAGNOSA RUJUK BALIK
Sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Peneliti Hati
Indonesia dan Komite Formularium Nasional, penyakit sirosis
hepatis tidak dapat dilakukan rujuk balik ke Faskes Tingkat
Pertama karena :
• Sirosis hepatis merupakan penyakit yang tidak curabel
• Tidak ada obat untuk sirosis hepatis
• Setiap gejala yang timbul mengarah kegawatdaruratan (misal :
eshopageal bleeding) yang harus ditangani di Faskes Rujukan
Tingkat Lanjutan
• Tindakan-tindakan medik untuk menangani gejala umumnya
hanya dapat dilakukan di Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan.
ALUR PELAYANAN PRB DI RS
MEKANISME PELAYANAN
OBAT PRB
1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
– Peserta melakukan kontrol ke Faskes Tingkat Pertama (tempatnya terdaftar) dengan menunjukkan
identitas peserta BPJS, SRB dan buku kontrol peserta PRB.
– Dokter Faskes Tingkat Pertama melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk balik yang
tercantum pada buku kontrol peserta PRB.
2. Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk pelayanan
obat PRB
– Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes Tingkat Pertama
– Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol Peserta
3. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-turut selama 3 bulan di Faskes Tingkat Pertama.
4. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk kembali oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ke Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan untuk dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub-spesialis.
5. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat dirujuk kembali ke dokter Spesialis/Sub Spesialis
sebelum 3 bulan dan menyertakan keterangan medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter Faskes
Tingkat Pertama yang menyatakan kondisi pasien tidak stabil atau mengalami gejala/tanda-tanda yang
mengindikasikan perburukan dan perlu penatalaksanaan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis.
6. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan masih terkontrol/stabil oleh dokter spesialis/sub-
spesialis, maka pelayanan program rujuk balik dapat dilanjutkan kembali dengan memberikan SRB baru
kepada peserta
KETENTUAN PELAYANAN OBAT PRB
• Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap kali
peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional untuk Obat
Program Rujuk Balik serta ketentuan lain yang berlaku.
• Perubahan/penggantian obat program rujuk balik hanya dapat dilakukan oleh
Dokter Spesialis/ sub spesialis yang memeriksa di Faskes Tingkat Lanjutan dengan
prosedur pelayanan RJTL. Dokter di Faskes Tingkat Pertama melanjutkan resep
yang ditulis oleh Dokter Spesialis/sub-spesialis dan tidak berhak merubah resep
obat PRB. Dalam kondisi tertentu Dokter di Faskes Tingkat Pertama dapat
melakukan penyesuaian dosis obat sesuai dengan batas kewenangannya.
• Obat PRB dapat diperoleh di Apotek/depo farmasi yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan untuk memberikan pelayanan Obat PRB.
• Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta tersebut tidak boleh dirujuk ke
Faskes Rujukan Tingkat Lanjut, kecuali terdapat keadaan emergency atau
kegawatdaruratan yang menyebabkan pasien harus konsultasi ke Faskes Rujukan
Tingkat Lanjut.
PROLANIS
DM
25
21.3
20
15
Prediksi WHO tentang kenaikan jumlah
10 8.4 pasien DM di Indonesia
0
2000 2010 2020 2030
36.8
Sumber Data : Panduan Klinis prolanis DM Tipe 2 dan Hipertensi BPJS Kesehatan Terdiagnosa Tidak terdiagnosa
PROLANIS
KASUS BIAYA
58,000 9,600,000,000 9,481,132,582
55,828 9,400,000,000
56,000
54,000 9,200,000,000
BIAYA
KASUS
7,000,000,000
25,000 22,878 6,013,514,352
6,000,000,000
20,000 5,000,000,000
15,000 4,000,000,000
10,827 2,478,635,451
3,000,000,000
10,000
2,000,000,000
5,000 1,000,000,000
- -
KASUS BIAYA
DM HT DM HT
7 Follow-up exam after combined treatment for other conditions 7.655 1.288.767.900
Tujuan :
• Terselenggaranya pelayanan kesehatan dalam rangka pengelolaan penyakit kronis
bagi peserta JKN yang menyandang Diabetes Mellitus
• Terselenggaranya pengelolaan hipertensi yang efektif, efisien dalam upaya
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit hipertensi dan penyakit
kardioserebrovaskuler pada umumnya
• Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal
dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke FKTP memiliki hasil
balik, sehingga mencegah timbulnya komplikasi
Sumber Data : Panduan Klinis prolanis DM Tipe 2 dan Hipertensi BPJS Kesehatan
SKIRINING RIWAYAT KESEHATAN
• Merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit yang berdampak besar,
yaitu Diabetes Mellitus , Hipertensi , Gagal ginjal, Jantung
• Tujuan :
mendeteksi faktor resiko penyakit kronis dalam rangka mendorong
peserta untuk sadari dini, deteksi dini dan cegah resiko dini terhadap
penyakit kronis
FUNGSI KOORDINATOR
PELAYANAN
1. FKTP memiliki sumber daya FUNGSI KOMPHREHENSIVITAS
penunjang komprehensif 1. Mengkoordinasikan layanan bagi
2. Dokter mampu menerapkan
COMPREHE peserta saat terjadi kondisi medis
level kompetensi 4a dalam SKDI peserta harus ditangani oleh FKTP lain
NSIVENESS
3. FKTP menyelenggarakan karena suatu kondisi ataupun faskes
pelayanan primer berbasis pada tingkat lanjutan untuk penanganan
Panduan Praktik Klinis yang spseialistik
berlaku
2. Mampu mengarahkan rujukan
4. FKTP bersedia memberikan
layanan promotif dan preventif peserta saat perlu penanganan medis
spesialistik secara efektif
30