Lapaoran Geometric Jalan Raya Kel 3
Lapaoran Geometric Jalan Raya Kel 3
PENDAHULUAN
b. Alinemen Vertikal
Alinemen Vertikal adalah bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau
proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi
rendahnya jalan terhadap muka tanah asli.
c. Stationing
d. Overlapping
1.5 Bagan Alir / Flow Chart Perencanaan
BAB II
DASAR TEORI
2.4.1
b. Tikungan Spiral-Circle-Spiral
Lengkung peralihan dibuat untuk menghindari terjadinya
perubahan alinyemen yang tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk
lingkaran (R = ∞, R = Rc), jadi lengkung peralihan ini diletakkan
antara bagian lurus dan bagian lingkaran, yaitu pada sebelum dan
sesudah tikungan berbentuk busur lingkaran. Dengan adanya
lengkung peralihan, maka dibuatlah tikungan spiral-circle-spiral
(s-c-s).
Panjang lengkung peralihan (Ls) menurut perencanaan
geometrik jalan antar kota,1997, diambil nilai yang terbesar dari
tiga persamaan dibawah ini, yaitu :
Berdasarkan waktu tempuh maksimum 3 detik, untuk melintasi
lengkung peralihan, maka panjang lengkung :
Keterangan :
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak
lurus lengkung peralihan), (m).
…………………………………………….....................
Dimana :
d = lebar jalan (m).
s = kemiringan jalan
B = perubahan pelebaran jalan (m).
………………………………………………………………………………
2. Tikungan spiral-circle-spiral
……………………………………………………………………………..
Dimana :
S = pencapaian kemiringan
…………………………………………………………………………….
3. Tikungan spiral-spiral
Untuk tikungan ini, kemiringan yang timbul adalah sebesar
en seperti terlihat pada diagram superelevasi gambar, yang
dihitung berdasarkan rumus-rumus seperti terlihat dalam
alinyemen horizontal.
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
Keterangan :
Vr = kecepatan rencana (km/jam).
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik.
G = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2.
Fp = koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan
dengan perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,28 – 0,45,
fP akan semakin kecil jika kecepatan (VR) semakin tinggi
dan sebaliknya (menurut Bina Marga 1997, Fp = 0,35-
0,55).
L= landai jalan dalam (%) dibagi 100.
Keterangan :
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu pengamatan (m).
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan
kembali lajur semula (m).
Rumus :
……………………………………
………………………………………………………………
……………………………………………………..
……………………………………………………………………….
Keterangan :
T1 = waktu dalam detik, ~ 2,12 + 0,026 VR.
T2= waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik),
~ 6,56 + 0,048 VR.
a = percepatan rata-rata (km/jam/detik), ~ 2,052 + 0,036 VR..
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan
kendaraan yang disiap (biasanya diambil 10-15 km/jam).
………………………………………………………………………………………………….
Dimana :
E = jarak dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam (m)
R = radius sumbu lajur sebelah dalam (m)
Jh = jarak pandangan henti (m)
Jd = jarak pandangan menyiap (m)
Lt = panjang tikungan (m)
2.4.8 Stationing
Titik penting hasil perencanaan sumbu jalan perlu dibuat
tanda berupa patok– patok dengan nomor kode referensi tertentu
disebut stationing. Stationing diperlukanuntuk menentukan titk–
titikpenting dari rancangan geometrikjalan yang nantinya
akandipatok atau stake–out ke lokasi nyata di lapangan.
Pada trase jalan, setelah ditentukan terlebih dahulu station
awalnya sebagai awalrencana sumbu jalan, biasanya stationing
ditentukan :
1. Setiap jarak 100,0 m pada daerah datar
2. Setiap jarak 50,0 m pada daerah bukit
3. Setiap 25,0 m pada daerah gunung
Dengan format umum stationing X+YYY,ZZZ, dimana X
menunjukkan besarankilometer, Y adalah besaran meter, dan Z adalah
besaran per seribuan meter.Stationing pada lengkung horizontal selain
setiap jarak diatas, juga disesuaikan dengan bentuk lengkungnya
(FC,SCS,SS), karena perlu adanya penentuan station pada
tempat perubahan–perubahan lengkung.
2. Landai Minimum
Lereng melintang jalan hanya cukup untuk mengalirkan air hujan
yang jatuh di badan jalan, sedangkan untuk membuat kemiringan dasar
saluran samping, yang berfungsi membuang air permukaan sepanjangn
jalan diperlukan suatu kalandaianminimum. Dalam menentukan landau
minimum ini, terdapat dua tinjauan, yaitu:
a. Kepentingan lalu lintas, yang ideal 0%
b. Kepentingan drainase, yang ideal jalan berlandai
3. Landai Maksimum
Landai maksimum adalah kemungkinan kendaraan untuk terus
bergerak tanpakehilangan kecepatan yang berarti. Landai
mkasimumdidasarkan pada kecepatan truk bermuatan penuh yang
mampu bergerak dengan penurunan kecepatan lebih dari
separuhkecepatan semula tanpa menggunkan gigi rendah. Untuk standar
acuan yang digunakanmerencanakan landai maksimum adalah :
4. Panjang Kritis
Panjang kritis merupakan panjang landai maksimum yang harus
disediakan agar kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya
sedemikian sehingga penurunankecepatan tidak lebih dari1/2Vrdan
lama perjalanan ditetapkan 1 menit dengan beban penuh dan
kecepatan 15–20 km/jam saat mencapai panjang kritis.Dengan
ketentuan :
a. Untuk jalan utama dengan Vr > 60 km/jam, panjang kritis tanjakan
adalah jarak maksimum dimana truk/bus dapat mencapai 50% Vr
5. Lengkung Vertikal
Tujuan adanya lengkung vertikal adalah untuk merubah secara
bertahap pergantian 2 macam kelandaian sehingga mengurangi shock
dan menyediakan jarak pandang henti yang dapat menyebabkan aman.
Terdapat dua bentuk lengkung vertikal,yaitu:
a. Lengkung vertikal cekung (Sag Vertikal Curve) adalah
lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada
di bawah permukaan jalan
b. Lengkung Vertikal Cembung (Crest Vertikal Curve) adalah
lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada di
atas permukaan jalan
- VJR = VLR x
= 43.200 x
= 3.360 smp/jam
Ss = 0,278 x Vr x T + 0,039
= 0,278 x Vr x T + 0,039
= 85 meter
Ls =
= 33,33 m
- Jari – jari tikungan peralihan = 1500
- Kelandaian maks = 7%
- Nilai lengkung vertikal cembung (k) = 11
- Nilai lengkung vertikal cekung (k) = 18
- Jari – jari mimimum 135 meter (di dapat dari Tabel 12 buku RSNI)
- Rmin =
= 135 m
Ls Min = Ls =
= 33,33 m
Ls min < Ls
θs = = = 7°03’51,12”
δc = δ1 – 2 θs
= 110011’51.3’’- (2 x 7°03’51,12” )
= 96°4’9.06”
Lc =
= = 217.8636 m
Karena Lc besar dari 20 meter <1200, maka pada tikungan I
dipakai
S-C-S.
L = 2 . Ls + Lc
= 2 . 60 + 217.8636
= 337.8636 m
µc = Ls -
= 60 -
= 59,9999 m
Yc = = = 4,444 m
P = Yc – R (1 – Cos θs )
= 4,444 – 135 ( 1 – Cos 7°03’51,12”)
= 3,4192 m
K = µc – R . Sin θs
= 59,9999 – 135 . Sin 7°03’51,12”
= 43,3974 m
= (135 + 3,4192)
= 3,6826 m
Tt = (R + P)
Resume :
Data Tikungan
δ1 110011’51.3’’
Vr 60 km/jam
R 135
e 0,098
Ls 60
Lc 217.8636 m
L 337.8636 m
θs 7°03’51,12”
δc 96°4’9.06”
K 43,3974 m
P 3,4192 m
Tt - 34,8535 m
Et 3,6826 m
3.2.2 Tikungan II
δ1 = 14018’57.24’’
Vr = 60 Km/Jam
R min = 135 m
R = 135
D= = = 11°
= 33,33 m
Ls min < Ls
θs = 1/2δ= = 0°2’5.7”
δc = δ1 – 2 θs
= 14018’57.24’’- (2 x 0°2’5.7”)
= 14°14’45.84”
Lc =
= = 32.3069 m
Karena Lc besar dari 20 meter <1200, maka pada tikungan I
dipakai
S-C-S.
L = 2 . Ls + Lc
= 2 . 60 + 32.3069
= 152.3069 m
µc = Ls -
= 60 -
= 59,9999 m
Yc = = = 4,444 m
P = Yc – R (1 – Cos θs )
= 4,444 – 135 ( 1 – Cos 0°2’5.7”) 0.0349
= 4.4439 m
K = µc – R . Sin θs
= 59,9999 – 135 . Sin 0°2’5.7”
= 59.9177 m
Et = (R + P)
= 4.4443 m
D= = = 11°
Ls Min = Ls =
= 33,33 m
Ls min < Ls
θs = = = 7°03’51,12”
δc = δ1 – 2 θs
= 78023’8.52’’- (2 x 7°03’51,12” )
= 64°15’26.28”
= = 145.7213 m
Karena Lc besar dari 20 meter <1200, maka pada tikungan I
dipakai
S-C-S.
L = 2 . Ls + Lc
= 2 . 60 + 145.7213
= 265.7213 m
µc = Ls -
= 60 -
= 59,9999 m
Yc = = = 4,444 m
P = Yc – R (1 – Cos θs )
= 4,444 – 135 ( 1 – Cos 7°03’51,12”)
= 3,4192 m
K = µc – R . Sin θs
= 59,9999 – 135 . Sin 7°03’51,12”
= 43,3974 m
Et = (R + P)
= (135 + 3,4192)
= 3,6826 m
Tt = (R + P)
3.2.3 Tikungan IV
δ1 = 42055’20.64’’
Vr = 60 Km/Jam
R min = 135 m
R = 135
D= = = 11°
Ls Min = Ls =
= 33,33 m
Ls min < Ls
θs = = = 7°03’51,12”
δc = δ1 – 2 θs
= 42055’20.64’’- (2 x 7°03’51,12” )
= 28°47’38.4”
Lc =
µc = Ls -
= 60 -
= 59,9999 m
Yc = = = 4,444 m
P = Yc – R (1 – Cos θs )
= 4,444 – 135 ( 1 – Cos 7°03’51,12”)
= 3,4192 m
K = µc – R . Sin θs
= 59,9999 – 135 . Sin 7°03’51,12”
= 43,3974 m
Et = (R + P)
= (135 + 3,4192)
= 3,6826 m
Tt = (R + P)
Galian
6. Sta 0 + 250 s/d 0 + 300
Volume = 50 x 11 x 0.4278
= 235.29 m³
Timbunan
Galian
14. Sta 0 + 650 s/d 0 + 700
Volume = 50 x 11 x 0.1744
= 95.92 m³
Timbunan
17. Sta 0 + 800 s/d 0 + 850
Volume = 50 x 11 x 0.3561
= 195.855 m³
galian
21. Sta 1 + 000 s/d 1 + 050
Volume = 50 x 11 x 0.8605
= 473.275 m³
Timbunan
25. Sta 1 + 200 s/d 1+ 250
Volume = 50 x 11 x 0.5714
= 314.27 m³
Galian
32. Sta 1 + 550 s/d 1+ 600
Volume = 50 x 11 x 0.459
= 252.45 m³
timbunan
33. Sta 1 + 600 s/d 1+ 650
Volume = 50 x 11 x 0.1649
= 90.695 m³
Galian
34. Sta 1 + 650 s/d 1+ 700
Volume = 50 x 11 x 0.1882
= 103.51 m³