Tugas Akhir
Oleh:
IKHLASUL AMAL
1722201009
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
Atas Tahan Gempa Gedung Baru Sekolah Tinggi Teknologi Dumai” sebagai
syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil di
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya.
dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan baik ini, penulis juga
1. Ibu Dra. Hj. Sirlyana, M.P selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Dumai.
2. Bapak Ir. Nuryasin Abdillah, M.Si selaku Ketua Prodi Teknik Sipildan selaku
3. Bapak Aidil Abrar, S.T, M.T selaku Sekretaris Prodi Teknik Sipil dan selaku
ii
4. Ibu Mutia Lisya, S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
membantu, memberikan arahan dan petunjuk dalam penulisan Tugas Akhir ini.
dukungan, baik berupa moril dan materil serta senantiasa berdo’a untuk
keberhasilan dan kesehatan anaknya (penulis), tak lupa pula untuk kakakku
Irsa Maulina dan Iqbal Maulana dan adikku Irdatul Husna dan Izzatuzzahra
kepada semua yang telah membantu penulis baik berupa semangat, pengertian,
ilmu, serta perhatian dan segala hal yang telah penulis terima. Aamiin
IKHLASUL AMAL
NIM. 1722201009
iii
DAFTAR ISI
iv
2.4.1 Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) ......................... 11
2.6 Balok.............................................................................................. 19
v
2.8.3 Beban Gempa..................................................................... 36
Bangunan ....................................................................................... 38
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton ........................ 9
Gambar 2.2 Hubungan antara tegangan dengan regangan tarik baja tulangan ..... 10
Gambar 2.7 Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susanan tularngan ................... 29
Gambar 2.11 Peta parameter gerak tanah Ss wilayah Indonesia untuk respon
spektrum ................................................................................................................ 37
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Kategori risiko bangunan gedung dan nongedung untuk beban gempa 38
Tabel 2.5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada
Tabel 2.6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada
Tabel 2.7 Faktor R, Cd, dan untuk sistem pemikul gaya seismik .................... 44
viii
1 BAB I
PENDAHULUAN
Cincin api pasifik atau lingkaran api pasifik adalah daerah yang sering
mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan
samudra pasifik. Wilayah Indonesia berada dijalur teraktif gempa dunia karena
wilayah Indonesia dikelilingi oleh cincin api pasifik dan berada diatas tiga
tumbukan lempeng benua, yaitu Indo – Australia dari arah selatan, Eurasia dari arah
bencana gempa dan letusan gunung berapi. Sehingga perancanaan struktur gedung
tahan gempa sangat penting dilakukan mengingat pada suatu kondisi beban gempa
lebih dominan dari pada beban axial akibat dari beban gravitasi bumi.
mengakibatkan tsunami, gempa Nias 2005, dan gempa Yogyakarta 2006, gempa
Padang 2009, dan gempa Palu 2019. Gempa - gempa tersebut besarannya di luar
ruang lingkup peta gempa SNI 2002 yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur.
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas
adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas muka tanah.
Struktur bangunan gedung harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan vertikal
disipasi energi yang cukup untuk menahan gerak tanah desain dalam batasan-
1
batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang disyaratkan. Pada umumnya,
sistem struktur penahan gempa atau beban lateral terdiri atas sistem moment
resisting frame (portal penahan momen dengan hubungan balok dan kolom), shear
Oleh karena itu, pada tugas akhir penulis akan menganalisa perhitungan
struktur atas tahan gempa bagunan gedung baru Sekolah Tinggi Teknologi (STT)
Dumai.
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumus rumusan masalah yang akan
dibahas dalam Tugas Akhir Perhitungan Struktur Atas Tahan Gempa Gedung Baru
1. Apa sistem struktur yang digunakan sebagai sistem struktur pemikul gaya
gempa?
2. Berapa ukuran dimensi struktur plat, balok, dan kolom yang direncanakan pada
menggunakan software ETABS V19 pada struktur atas bangunan tahan gempa
4. Berapa nilai maksimum dari gaya gaya dalam momen (M), geser (V), axial (P),
dan torsi (T) hasil dari pembebanan berat sendiri gedung, beban hidup, dan
gaya geser gempa respon spektrum pada struktur atas bangunan tahan gempa
2
5. Berapa kebutuhan tulangan dan penulangan plat, balok, dan kolom akibat dari
gaya gaya dalam yang bekerja pada struktur atas bangunan tahan gempa
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penilitan dari Tugas Akhir
Perhitungan Struktur Atas Tahan Gempa Gedung Baru Sekolah Tinggi Teknologi
2. Menghitung dan merencanakan dimensi plat, balok, dan kolom pada struktur
3. Membuat permodelan struktur bangunan tahan gempa gedung baru STT Dumai
4. Menganalisa nilai maksimum dari gaya gaya dalam momen (M), geser (V),
axial (P), dan torsi (T) hasil dari pembebanan berat sendiri gedung, beban hidup,
dan gaya geser gempa respon spektrum pada struktur atas bangunan tahan
5. Menghitung kebutuhan tulangan dan detail penulangan plat, balok, dan kolom
pada struktur atas bangunan tahan gempa gedung baru STT Dumai.
Tugas Akhir Perhitungan Struktur Atas Tahan Gempa Gedung Baru Sekolah
Tinggi Teknologi Dumai yang berbentuk penulisan. Adapun yang menjadi batasan
3
masalah pada Tugas Akhir Perhitungan Struktur Atas Tahan Gempa Gedung Baru
1. Struktur atas bangunan gedung baru STT Dumai tidak di tinjau dari segi
arsitektural nya.
3. Pembebanan gedung berdasarkan beban mati, beban hidup, beban air hujan,
dan beban gempa berdasarkan spektrum spektra STT Dumai yang diambil dari
website puskim.pu.go.id.
4. Peraturan gempa yang digunakan SNI 1726 : 2019 Tata cara perencanaan
5. Peraturan pembebanan beban mati yang digunakan SNI 1727 : 1989 pedoman
6. Peraturan pembebanan beban hidup yang digunakan SNI 1727 : 2020 beban
desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung dan struktur lain.
8. Permodelan dan analisa gaya gaya dalam yang bekerja pada struktur atas
ETABS V19.
10. Kebutuhan tulangan plat, balok, kolom dan dinding geser dilakukan dengan
analisa manual.
4
1.5 Manfaat Tugas Akhir
Adapun manfaat tugas akhir yang diharapkan dalam tugas akhir Perhitungan
Struktur Atas Tahan Gempa Gedung Baru Sekolah Tinggi Teknologi Dumai, yaitu :
1. Peneliti
dengan baik dan sesuai dengan kaidah dan peraturan yang berlaku didalam
perencanaannya.
masa perkuliahan yang berkaitan dengan teori dan analisa struktur gedung.
gempa.
5
2 BAB II
LANDASAN TEORI
Titin Sundari (2020) yang berjudul, “Perencanaan Struktur Tahan Gempa Gedung
balok, plat lantai, kolom, dan pondasi. Pada perencanaannya komponen struktur
dimodelkan pada program analisa struktur secara 3 dimesi guna mengetahui kondisi
struktur dengan kondisi aslinya. Berdasarkan hasil penelitian telah diperoleh 3 jenis
tepi balok dan 2 jenis tipe kolom utama, kebutuhan tulangan untuk balok B1 dengan
dimensi 35/50 pada area tumpuan digunakan 6D16 pada sisi atas dan 5D16 pada
sisi bawah dan untuk area lapangan sigunakan 3D16 pada sisi atas dan 4D16 untuk
sisi bawah. Untuk struktur kolom digunakan tulangan 12D19 untuk kolom
K1(50/50) dan 8D19 untuk Kolom K2 (40/40). Untuk plat lantai digunakan
tulangan pokok Ø10-125 untuk arah X dan Y. Dan pada struktur pondasi digunakan
Rujukan penelitian yang kedua adalah Tanjung Rahayu dan Zulkifli (2020)
Shear Wall Untuk Kota Cianjur”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
(SRPMK dan shear wall) dan Untuk mengetahui perhitungan penulangan kolom,
6
balok, plat dan shear wall. Pada perencanaan nya bangunan ini menggunakan
metode sistem ganda gabungan antara sistem rangka pemikul momen khusus dan
dinding geser yang mengacu pada SNI-1726-2012 tata cara perencanaan ketahanan
gedung dan struktur lain. Struktur sekunder berupa tangga dan struktur primer
berupa kolom, balok, pelat, dinding geser. Keseluruhan struktur adalah beton
dengan mengacu pada SNI-2847-2013 tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung dan menggunakan gempa dinamik respon spectrum dan dicek
ukuran kolom 55x55, 45x90 cm, ukuran dinding geser 35cm, ukuran balok 30x70,
Rujukan yang ketiga adalah Samuel Steviano Pait, M. Afif Shulhan, Dewi
SNI 1726:2019”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performa
ini metode respon dinamik. Berdasarkan hasil analisis respon dinamik diperoleh
persyaratan gerak ragam yang sudah sesuai dengan mode 1 menunjukan gerak
yaitu 57,55% dan mode 3 menunjukan gerakan struktur dalam rotasi yaitu 49,98%.
7
Gaya geser dasar dinamik, Vtx 3090,856157 KN dan Vty 2892,928284 KN yang
telah memenuhi hampir mencapai 100%. Arah gempa yang diterapkan berupa arah
orthogonal dengan nilai factor redunansi (ρ) sebesar 1,3. Simpangan antara tingkat
tidak ada yang melebihi batas izin. Efek P-Delta dari struktur menyimpulkan bahwa
Beton dalam konstruksi teknik didefinisikan sebagai batu buatan yang dicetak
pada suatu wadah atau cetakan dalam keadaan cair kental, yang kemudian mampu
agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu pecah, atau bahan semacam lainnya,
dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan
pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan
berlangsung.
Sifat dari beton yaitu itu sangat kuat untuk menahan tekan tetapi tidak kuat
untuk menahan tarik (lemah). Oleh karena itu, beton dapat mengalami retak jika
beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat tariknya.
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat balok beton, maka
diperlukan baja tulangan, sehingga disebut dengan beton bertulang. Karena sifat
beton yang tidak kuat terhadap tarik, maka bagian balok beton yang menahan tarik
( dibawah garis netral) akan ditahan oleh tulangan, sedangkan bagian yang menahan
8
2.3 Kekuatan Beton dan Tulangan
Kuat tekan beton, Karena sifat utama dari adalah sangat kuat jika menerima
beban tekan, maka mutu beton pada umumnya hanya ditinjau terhadap kuat tekan
beton tersebut. Sifat yang lain (misalnya kuat tarik dan modulus elastisitas beton)
dapat dikorelasikan terhadap kuat tekan beton. Kuat tekan beton diberi notasi fc’.
Pada struktur beton bertulangan jika diberikan beban (P) maka timbul regangan
1. Jenis baja tulangan yang dapat digunakan pada elemen struktur beton bertulang
dibatasi hanya pada baja tulangan dan kawat baja saja, baja tulangan yang
tersedia dipasaran yatiu tulangan polos dan baja tulangan ulir.Pada tulangan
polos biasanya digunakan untuk tulangan geser atau sengkang dan mempunyai
9
tegangan leleh minimal 240 MPa, sedangkan tulangan ulir biasanya digunakan
untuk tulangan utama dan mempunyai tegangan leleh minimal 300 MPa.
2. Kuat tarik baja tulangan, Meskipun baja tulangan juga mempunyai sifat
tahan terhadap tekan tetapi karena harganya cukup mahal, maka baja
Gambar 2.2 Hubungan antara tegangan dengan regangan tarik baja tulangan
Sumber: Ali Asroni 2010
kekuatan, dan kekakuan yang cukup agar keseluruhan integritas struktur terjaga,
beban desain dapat ditahan, dan batas layanan terpenuhi. Semua struktur harus
mempunyai jalur beban menerus yang dapat ditelusuri dari semua sumber beban
atau beban yang bekerja ke pondasi. pertemuan antara komponen vertikal (kolom
dan dinding) dan komponen horizontal ( balok, pelat, diafragma, dan fondasi)
10
sangat krusial. Sistem penahan gaya lateral harus memiliki kekuatan yang cukup
Sistem rangka struktur yang pada dasarnya memiliki rangka pemikul beban
gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur. Menurut tabel SNI 1726 : 2019 tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk bangunan gedung dan non gedung, tercantum 3 jenis
SRPM yaitu sistem rangka pemikul momen biasa (SRPMB), sistem rangka pemikul
(SRPMK).
SRPM yang dicor ditempat mendapatkan ketahanan terhadap beban dari kekuatan
biasanya disusun secara paralel terhadap sumbu ortogonal utama dari struktur dan
rangka yang saling terhubungoleh diafragma lantai (ACI 318, bab 12).
2.5 Plat
Pelat beton bertulang merupakan suatu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak
lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan plat ini relatif kecil apabila
dibandingkan dengan bentang bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan
arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, plat ini berfungsi sebagai
diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung
balok portal.
11
Beban yang bekerja pada plat umumnya diperhitungkan terhadap beban
gravitasi (beban mati dan beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi
momen lentur, oleh karena itu plat direncanakan tahan terhadap momen lentur.
Pelat dua arah harus mempunyai kuat geser dua arah yang cukup pada setiap
kolom. Kuat geser dua arah disebut kuat geser punching, adalah bagian kritis dari
12
Gambar 2.5 Distribusi tegangan geser pada penampang kritis
Sumber: The Reinforced Concrete Design Handbook A Companion to ACI 318M-
14
Kekuatan lentur plat dua arah menentukan jumlah tulangan lentur plat yang
menahan gaya momen yang bekerja pada plat. Gaya momen yang dihitung pada
Penentuan tebal plat 2 arah non prategang berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal
𝑙𝑛
Tanpa balok tepi, 30 ...........................................................................Persamaan 2.1
𝑙𝑛
Dengan balok tepi, 33 .........................................................................Persamaan 2.2
𝑙𝑥
≤ 2 .................................................................................................Persamaan 2.3
𝑙𝑦
13
Perhitungan rasio tulangan perlu sebagai berikut:
1 1−2𝑚.𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √ ) ............................................................Persamaan 2.4
𝑚 𝑓𝑦
𝛽1.0,85.𝑓𝑐′ 600
𝜌𝑏 = 𝑥 600+𝑓𝑦 ....................................................................Persamaan 2.5
𝑓𝑦
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = .........................................................................................Persamaan 2.7
𝑓𝑦
1−1⁄2.0,75.𝑓𝑦
𝑅𝑚𝑎𝑥 = 0,75. 𝜌𝑏. 𝑓𝑦( )..................................................Persamaan 2.9
0,85.𝑓𝑐′
𝑀𝑛
𝑅𝑛 = .........................................................................................Persamaan 2.10
𝑏.𝑑2
14
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 9.5.1.1 kekuatan rencana momen nominal
𝐴𝑠.𝑓𝑦
𝑎 = 0,85.𝑓𝑐 ′ .𝑏 ...................................................................................Persamaan 2.14
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 22.6.5.2 nilai vc diambil dari tabel dibawah
ini:
15
Lendutan sementara dihitung sebagai berikut:
5.𝑀𝑎.𝐿2
𝜆𝑠𝑚𝑎𝑥 = 48.𝐸𝑐.𝐼𝑒 ..............................................................................Persamaan 2.17
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 22.2.4.1.1 Lendutan total dihitung sebagai
berikut:
𝜉
𝜆𝑇 = .......................................................................................Persamaan 2.18
1+50𝜌
Keterangan:
16
Vn = Gaya geser nominal (N)
= Rasio tulangan
T = Lendutan jangka panjang dihitung dari faktor waktu 60 bulan atau lebih
(mm)
Kuat desain gaya geser diafragma harus memenuhi persyaratan dibawah ini:
Pemeriksaan gaya geser bidang diafragma berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal
Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 12.5.3.4 nilai gaya geser bidang geser
17
Kuat desain gaya momen diafragma harus memenuhi persyaratan berikut:
𝑀𝑢
𝑈 = 𝐵−1 ............................................................................................Persamaan 2.23
berikut:
Keterangan:
As = Luas tulangan
18
= Faktor reduksi gaya tarik (0,9)
2.6 Balok
arahnya horizontal. Beban yang bekerja pada balok beban lentur, beban geser, dan
torsi (momen puntir), sehingga diperlukan baja tulangan untuk menahan beban –
longitudinal) yang menahan beban lentur serta tulangan geser atau sengkang yang
Jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok lentur bergantung pada sifat –
sifat penampang balok. Keruntuhan lentur dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Keruntuhan tekan
2. Keruntuhan seimbang
3. Keruntuhan tarik
19
Gambar 2.6 Distribusi regangan ultimate pada keruntuhan lentur
Sumber: Ali Asroni 2010
sebelum baja tulangan leleh. Hal ini berarti regangan tekan beton sudah melampaui
regangan batas 0,003 tetapi regangan tarik baja tulangan belum mencapai leleh, atau
εc’= εcu’tetapi εs < εy, seperti terlihat pada gambar diatas. Balok yang mengalami
keruntuhan seperti ini terjadi pada penampang dengan rasio tulangan yang besar
Balok yang mengalami keruntuhan tekan, pada saat beton mulai hancur baja
tulangannya masih, sehingga lendutan relatif tetap. Tetapi, jika balok ditambah
yang besar, maka baja tulangan akan meleleh dan dapat terjadi keruntuhan secara
mendadak tanpa ada tanda – tanda. Keadaan ini sangat membahayakan bagi
20
2.6.3 Keruntuhan seimbang
dan baja tulangan leleh terjadi bersamaan. Hal ini terjadi tegangan tekan beton
mencapai regangan batas 0,003 dan tegangan tarik baja tulangan mencapai lele pada
saat yang sama εc’= εcu’tetapi εs < εy. Balok yang mengalami keruntuhan seperti ini
Karena beton dan baja tulangan mengalami kerusakan pada saat yang sama,
maka kekuatan beton dan baja tulangan dapat dimanfaatkan sepenuhnya sehingga
penggunaan material beton dan baja tersebut menjadi hemat. Sistem perencanaan
beton bertulang yang demikian ini merupakan salah satu sistem perencanaan yang
ideal, tetapi sulit dicapai karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
ketidaktepatan mutu baja tulangan dengan mutu baja tulangan rencana maupun
pembulatan.
Pada keadaan penampang beton dengan keruntuhan tarik, baja tulangan sudah
leleh sebelum beton hancur. Hal ini berarti regangan tarik baja tulangan sudah
mencapai titik leleh tetapi regangan tekan beton belum mencapai regangan batas
0,003 εc’= εcu’tetapi εs < εcu’. Balok dengan keruntuhan seperti ini terjadi pada
Karena kerusakan terjadi pada baja tulangan yang menahan beban tarik lebih
dulu leleh dan baja tulangan bersifat liat, maka keruntuhan beton seperti ini disebut
21
keruntuhan tarik atau keruntuhan liat. Pada balok yang mengalami keruntuhan tarik,
pada saat baja tulangan mulai leleh betonnya masih kuat atau belum hancur,
sehingga dapat terjadi ledakan pada balok. Jika di atas balok ditambah lagi beban
yang besar, maka lendutan balok semakin besar dan akhirnya terjadi keruntuhan.
Penentuan tinggi balok non prategang berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal
9.3.1 dengan mutu baja tulangan 420 MPa harus dihitung dengan ketentuan berikut:
𝑙𝑛
......................................................................................................Persamaan 2.25
16
Keterangan:
Desain balok untuk SRPMK diatur dalam SNI 2847 : 2019 pasal 18.6 sebagai
berikut:
b. Lebar penampang bw, harus sekurangnya nilai terkecil dari 0,3h dan 250
mm.
c. Proyeksi lebar balok yang melampaui lebar kolom penumpu tidak boleh
melebihi nilai terkecil dari c2 dan 0,75c1 pada masing-masing sisi kolom.
22
tulangan tidak boleh kurang dari yang disyaratkan 9.6.1.2, dan rasio
tulangan tidak boleh melebihi 0,025, baik untuk tulangan atas maupun
bawah.
lewatkan tidak boleh melebihi nilai terkecil dari d/4 dan 100 mm.
tulangan: yaitu sebuah sengkang yang mempunyai kait gempa pada kedua
ujungnya dan ikat silang sebagai penutup. Ikat silang berurutan yang
oleh ikat silang dikekang oleh pelat hanya pada satu sisi komponen
struktur lentur, maka kait 90 derajat dari ikat silang harus ditempatkan
melebihi nilai terkecil dari, a) d/4, b) Enam kali diameter terkecil batang
23
2.6.6 Design Balok
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 9.3.3.1 untuk balok nonprategang dengan, t
berikut:
Keterangan:
plat diperhitungkan pada kondisi tulangan momen posistif daan tulangan momen
negatif.
24
Perhitungan kapasitas gaya geser penampang di hitung berdasarkan
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 22.5.5.1 perhitungan kuat geser nominal yang
Perhitungan kekuatan geser nominal yang ditahan oleh beton sebagai berikut:
𝐴𝑣.𝑓𝑦.𝑑
𝑉𝑠 = ......................................................................................Persamaan 2.32
𝑠
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 22.5.1.2 ukuran dimensi penampang harus
Keterangan:
25
= Faktor modifikasi yang merefeleksikan properties mekanis beton (1)
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 22.7.4.1 perhitungan nilai batas torsi
𝐴2 𝑐𝑝⁄
𝑇𝑡ℎ = 0,083𝜆√𝑓𝑐′ ( 𝑃𝑐𝑝) .....................................................Persamaan 2.34
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 22.7.5.1 perhitungan retak torsi sebagai
berikut:
𝐴2 𝑐𝑝⁄
𝑇𝑐𝑟 = 0,33𝜆√𝑓𝑐′ ( 𝑃𝑐𝑝) ........................................................Persamaan 2.35
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 22.7.7.1 pengecekan apakah potongan cukup
untuk menahan gaya momen torsi dan perhitungan torsi nominal penampang
sebagai berikut:
𝑉𝑢 2 (𝑇𝑢.𝑃ℎ)2 𝑉𝑐
√[( ) + 1,7.𝐴2𝑜ℎ ] ≤ 𝜙 𝑏.𝑑 + 8√𝑓𝑐′ .............................................Persamaan 2.36
𝑏.𝑑
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 22.7.6.1.2 perhitungan pengecekan dan torsi
2.𝐴𝑜.𝐴𝑡.𝑓𝑦
𝜙𝑇𝑛 = ( ) 𝑡𝑎𝑛𝜃 Persamaan 2.37
𝑃ℎ
Keterangan:
Aoh = Luas yang dilingkupi oleh garis pusat tulangan torsi transversal tertutup
terluar (mm2)
26
At = Luas tulangan longitudinal torsi (mm2)
tanɵ = Sudut
2.7 Kolom
beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar melalui fondasi.
beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial ickan serta momen lentur (akibat
kontinuitas konstruksi). oleh karena itu dapat didefinisikan, kolom ialah suatu
bangunan bawah dan struktur bangunan atas. struktur bangunan hawah, yaitu
struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah yang lazim disebut
27
bangunan yang berada di atas permukaan tanah, yang meliputi: struktur atap, pelat
lantai, balok, kolom, dan dinding. selanjutnya, balok dan kolom ini menjadi satu
kesatuan yang kokoh dan sering disebut sebagai kerangka (portal) dari suatu gedung.
paling penting untuk diperhatikan, karena apabila kolom ini iengalami kegagalan,
maka dapat berakibat keruntuhan struktur hangunan atas dari gedung secara
keseluruhan.
kolom dibedakan beberapa jenis menurut bentuk dan susunan tulangan, serta
letak/posisi beban aksial pada penampang kolom. di samping itu juga dapat
dimensi lateral.
a. kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun bujur
c. kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja
28
(a). kolom segi empat (b). kelom bulat (c). kolom komposit
Dari ketiga jenis kolom tersebut, kolom bersengkang (segi empat dan bujur
kolom dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kolom dengan posisi beban sentris dan
kolom dengan posisi beban eksentris, seperti tampak pada gambar 2.8.
Untuk kolom dengan posisi beban sentris, berarti kolom ini menahan beban
aksial tepat pada sumbu kolom (lihat gambar 2.8(a)). pada keadaan ini seluruh
Untuk kolom dengan posisi beban eksentris, berarti beban aksial bekerja di
luar sumbu kolom dengan eksentrisitas sebesar e (lihat gambar 2.8(b)). beban aksial
p dan eksentrisitas e ini akan menimbulkan momen (m) sebesar m = p.c. dengan
29
demikian, kolom yang menahan beban aksial eksentris ini pengaruhnya sama
dengan kolom yang menahan beban aksial sentris p serta momen m seperti tampak
Kombinasi beban axial dan momen terfaktor pada kolom sulit untuk dipahami tanpa
adanya metode pengecekan pada tiap kombinasi. Seperti ditunjukkan pada Gambar
gaya aksial maksimum (LC1) dan momen lentur maksimum (LC2) belum tentu
30
Gambar 2.9 Diagram interaksi kolom
Sumber: SNI 2847 : 2019
yaitu: kolom panjang (sering pula disebut kolom langsing atau kolom kurus),
dan kolom pendek (sering pula disebut kolom tidak langsing atau kolom
gemuk). beban yang bekerja pada kolom panjang. dapat menyebabkan terjadi
tekuk. tetapi pada kolom pendek, kehilangan stabilitas lateral karena tekuk ini
hancurnya beton).
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 6.2.5.1 nilai radius girasi dihitung sebagai
berikut:
31
𝐼𝑔
𝑟 = √(𝐴𝑔) ........................................................................................Persamaan 2.38
Nilai K dibaca dari monograph yang disediakan oleh SNI 2847 : 2019 pasal
R.6.2.5.
Menurut SNI 2847 : 2019 pasal 6.2.5 di cek apakah kelangsingan dapat
𝐾.𝑙𝑢
≤ 22 ..........................................................................................Persamaan 2.39
𝑟
𝐸𝐼 𝐸𝐼
[( )𝑐𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ+( )𝑐𝑜𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠]
𝑙𝑐 𝑙𝑐
𝜓= 𝐸𝐼 𝐸𝐼 .........................................................Persamaan 2.40
[( )𝑏 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ+( )𝑏 𝑎𝑡𝑎𝑠]
𝑙𝑐 𝑙𝑐
32
Perhitungan kekuatan axial pada eksintris nol sebagai berikut:
berikut:
berikut:
Keterangan:
33
Fsi = Gaya internal pada masing – masing baja tulangan (N)
= Rasio kekakuan
2.8 Pembebanan
Beban mati merupakan beban statis yang bekerja pada bangunan sesuai
dengan arah gaya gravitasi bumi. Gaya – gaya yang menghasilkan beban mati
terdiri dari berat sendiri struktur, berat lantai keramik dan spesi, plafond, pasangan
dinding bata, mekanikal elektrikal, dan plumbing. Penentuan berat minimum yang
harus diperhitungkan sebagai beban mati untuk suatu bahan tertentu harus sesuai
dengan SNI 1727 : 1989 beban desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan
34
Tabel 2.2 Berat beban mati
Beban Mati Besar Beban
penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk bahan konstruksi
dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir
Beban hidup atap merupakan beban pada atap yang diakibatkan pelaksanaan
pemeliharaan oleh pekerja, perlatan dan material dan selama masa layan struktur
yang diakibatkan oleh benda bergerak, seperti tanaman atau benda dekorasi kecil
35
Beban hidup yang diisyaratkan SNI 1727 : 2020 pasal 4.3 beban merata untuk
fungsi bangunan sebagai sekolah sebesar 1,92 kN/m2, untuk beban atap bukan
pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan
(fault zone). Pada saat terjadi benturan antara lempeng-lempeng aktif tektonik bumi,
akan terjadi pelepasan energi gempa yang berupa gelombang energi yang merambat
Pembebanan struktur beban gempa berdasarkan SNI 1726 : 2019 tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung dan non gedung. Analisis
beban gempa dapat dilakukan dengan 3 cara analisis, yaitu analisi statik eqivalen,
rekaman riwayat percepatan dari model derajat kebebasan (DOF) yang dibebani
beban gempa yang berupa ground motion. Rekaman riwayat yang diambil
merupakan plot dari nilai maksimum (percepatan, kecepatan, dan perpindahan) dari
periode yang berbeda – beda sehingga sehingga membentuk kurva yang dikenal
sebagai respon spektrum (Yudha Lesmana, 2020). Metode respon spektrum diatur
36
Gambar 2.11 Peta parameter gerak tanah Ss wilayah Indonesia untuk respon
spektrum
Sumber: SNI 1726 : 2019 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan
gedung dan non gedung
37
2.8.4 Arah Pembebanan Gempa
merupakan arah yang akan menghasilkan pengaruh beban paling kritis. Pengaruh
beban paling kritis akibat arah penerapan gaya seismik pada struktur dianggap
terpenuhi jika elemen struktur dan fondasinya didesain untuk memikul kombinasi
beban beban yang ditetapkan berikut: 100 % gaya untuk satu arah ditambah 30 %
Berdasarkan SNI 1726 : 2019 pasal 4.12 tentang faktor keutamaan dan
Tabel 2.3 Kategori risiko bangunan gedung dan nongedung untuk beban gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori
Resiko
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
38
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
- Perumahan
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
gawat darurat
- Penjara
III
39
Gedung dan nongedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko
dibatasi untuk:
- Pusat telekomunikasi
- Bangunan-bangunan monumental
- Rumah ibadah
40
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
darurat
fungsi struktur
41
Tabel 2.4 Faktor keutamaan gempa
Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
mengikuti pasal ini. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di
lebih besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan
lebih besar dari atau sama dengan 0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan
Tabel 2.5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada
periode pendek
Nilai SDS Kategori resiko
0,50 ≤ SDS D D
42
Tabel 2.6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada
periode1 detik
Nilai SD1 Kategori resiko
0,20 ≤ SD1 D D
Berdasarkan SNI 1726 : 2019 Pasal 7.2 Tabel 12, sistem struktur memiliki
berdasarkan SNI 1726 : 2019 dapat dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini.
43
Tabel 2.7 Faktor R, Cd, dan untuk sistem pemikul gaya seismik
Koefisien Faktor
25 % gaya gempa
bertulang biasa
Berdasarkan SNI 1726 : 2019, gaya geser dasar seismik V dalam arah yang
𝑆𝐷𝑠
𝑉= 𝑅 W ........................................................................................Persamaan 2.49
( )
𝐼𝑒
Keterangan:
44
W = Berat struktur
Periode adalah besarnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu getaran.
Periode alami struktur perlu diketahui agar resonansi pada struktur tersebut dapat
dihindari. Resonansi struktur adalah keadaan dimana frekuensi alami pada struktur
sama dengan frekuensi beban luar yang bekerja sehingga dapat menyebabkan
keruntuhan pada struktur. Periode fundamental struktur, dalam arah yang ditinjau
pemikul dalam analisis yang teruji. Penentuan periode struktur dalam SNI 1726 :
2019 pasal 7.8.2 ada dua pendekatan yang digunakan sesuai dengan persamaan 2.5
Keterangan :
N = Jumlah tingkat
45
Tabel 2.8 Nilai periode pendekatan Ct dan x
Tipe Struktur Ct x
seismik:
cara metode superposisi, yaitu metode Akar Kuadrat Jumlah Kuadrad (Square Root
Quadratic Combination/CQC). Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau
dalam penjumlahan ragam respons menurut metode ini harus sedemikian rupa
46
sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai
sekurang-kurangnya 90%.
Konsep pembebanan dengan arah ortogonal (100% dan 30%) yang terdapat
dalam SNI 1726 : 2019 pasal 7.5.3 akan di setting pada saat beban respon spektrum
sebagai berikut:
47
3 BAB III
METODEOLOGI PENILITIAN
Lokasi penelitian pada tugas besar mata kuliah struktur bangunan tahan
gempa yang berjudul “Analisis dan Desain Gedung A Sekolah Tinggi Teknologi
Pada tugas akhir ini dilakukan perhitungan struktur atas tahan gempa gedung
baru STT Dumai dengan dengan jenis beban yaitu, beban mati (dead load), beban
hidup (live load), beban gempa statik, dan beban gempa dinamis response spectrum.
dan pelaksanaan dapat tepat sasaran dan efektif. Data yang dijadikan bahan acuan
Gedung yang ditinjau sebagai objek analisa tugas besar ini adalah gedung A
STT Dumai. Gedung ini terdiri dari struktur beton bertulang 3 lantai yang
beralamatkan di Jalan Sultan Syarif Kasim , Dumai –Riau. Data struktur dari
47
Dumai, Riau
Jumlah Lantai :-
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
Mutu Bahan
b. Mutu Baja
Dalam penilitian ini menggunakan metode analisis. Maksud dari penilitian ini
adalah untuk menghitung struktur atas gedung baru STT Dumai yang tahan
48
3.4 Metode Analisis
Dalam tugas akhir ini menggunakan metode analisis. Maksud dari tugas akhir
ini adalah untuk merencanakan sistem struktur dan penulangan nya yang mampu
Analisis gaya – gaya dalam menggunakan bantuan dari software SAP 2000,
sebagai berikut:
4. Pembebanan struktur berupa beban mati, beban hidup, beban statik eqivalen,
49
3.5 Diagram Alir
Mulai
Plimery Design
(Plat, Balok, dan Kolom)
Permodelan Struktur
Pembebanan Struktur
Perhitungan
dan Penulangan Struktur
Selesai
50
4 DAFTAR PUSTAKA
BSN, 2019, SNI 1726 : 2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
BSN, 2019, SNI 2847 : 2019 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung dan Penjelasan (ACI 318M-14 dan ACI 318RM-14, MOD). Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
BSN, 2020, SNI 1727 : 2020 Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait Untuk
Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Jakarta: Standardisasi Nasional.
BSN, 1989, SNI 1727 : 1989 Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah
dan Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Tavio dan Usman Wijaya, 2019, Buku Panduan Desain Struktur Beton Bertulang
Dasar Sesuai ACI 318M-14 Code. Jakarta: Grup Penerbitan CV Budi Utama.
HAKI, 2020, Webinar Prosedur Penentuan Beban Gempa Untuk Bangunan Gedung
Menurut SNI 1726:2019. Jakarta: Himpunan Ahli Kontruksi Indonesia.
Ali Asroni, 2010, Balok dan Pelat Beton Bertulang (Edisi Pertama). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ali Asroni, 2010, Kolom Fondasi dan Balok T Beton Bertulang (Edisi Pertama).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
50
Tanjung Rahayu dan Zulkifli, 2021, Perencanaan Apartemen 10 Lantai Dengan
Sistem Ganda SRPMK dan Shear Wall Untuk Kota Cianjur. Cianjur:
Universitas Suryakancana.
Mahbub, A., Abdiyah,A., Totok, Y., Titin, S., 2020, Perencanaan Struktur Tahan
Gempa Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Unhasy di Jombang.
Jombang: Universitas Hasyim Asy’ari.
Samuel, S.P., M. Afif, S. Dewi, S., 2021, Analisis Perilaku Dinamik Struktur
Gedung Perkantoran Lantai Empat Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap
Beban Gempa SNI 1726:2019. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa.
51