Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad ke-21 disebut sebagai abad pengetahuan, abad ekonomi berbasis pengetahuan, abad

teknologi informasi, globalisasi, revolusi industri 4.0. Pada abad ini, terjadi perubahan yang sangat

cepat dan sulit diprediksi dalam segala aspek kehidupan meliputi bidang ekonomi, transportasi,

teknologi, komunikasi, informasi, dan lain-lain. Di era ini Pendidikan berada di masa pengetahuan

(knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan

peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut

dengan information super highway (Gates, 1996). Sejak internet diperkenalkan di dunia komersial

pada awal tahun 1970 an, informasi menjadi semakin cepat terdistribusi ke seluruh penjuru dunia.

Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki

keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi,

serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).Tak

terkecuali, lembaga pendidikan saat ini juga menghadapi tantangan yang tak ringan, utamanya

SMK. Banyak bidang pekerjaan yang selama ini diisi tenaga manusia hilang digantikan dengan

teknologi, mesin, robot, atau kecerdasan buatan. Akibatnya banyak lulusan SMK yang seharusnya

bisa langsung kerja akhirnya terancam menjadi pengangguran.

Menghadapi tantangan yang besar ini, maka pendidikan, dalam hal ini SMK harus dituntut untuk

berubah. Terlebih dalam penelitian BPS (2018) disebutkan bahwa angka pengangguran tertinggi

adalah lulusan SMK, yakni 11,24 persen. Hal ini tentunya menjadi perhatian para pengambil
kebijakan. Sebab, menurut peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2015 tentang Grand Design

Pengembangan Teaching Factory, pendidikan SMK belum mampu merealisasikan tujuan awalnya.

Yaitu membantu menjembatani celah yang ada antara industri dan dunia pendidikan.

Untuk itu, salah satu cara dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah adanya kesadaran pelajar

dalam menguasai keahlian atau skill untuk melahirkan tenaga kerja yang profesional. Sistem

pendidikan yang dapat menjawab tantangan itu, sistem pendidikan vokasi berbasis kompetensi yang

link and match dengan industri. Yaitu pendidikan yang mampu mencetak tenaga kerja dengan

kemampuan khusus sesuai kebutuhan dengan masing-masing industri.

Dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 SMK harus terus berkembang secara dinamis dan

mampu menyelenggarakan pendidikan berbasis kompetensi. SMK sebagai lembaga pendidikan

formal diharapkan mampu menopang akselerasi pembangunan nasional. Juga harus peka terhadap

potensinya. Penyesuaian kejuruan dan kurikulum mutlak diperlukan, agar ada relevansi antara

pendidikan di SMK dengan dunia kerja. Harus ada panduan dan penggerak agar SMK bisa

memetakan tantangan dan kebutuhan masa depan.

SMK sebagai lembaga pendidikan juga diharapkan bisa mencetak generasi muda produktif yang

memiliki kualitas hebat, mendapatkan tantangan sendiri. Bukan hanya sekadar generasi yang cakap

dalam pengetahuan namun juga generasi yang memiliki skill yang tangguh. Dalam rangka

menghasilkan generasi hebat sebagai modal sebagai antisipasi revolusi industri 4.0 , oleh karena itu

dunia pendidikan harus mampu menerapkan pembelajaran abad 21, dikarenakan untuk

mengimbangi munculnya karakteristik siswa yang saat ini cenderung aktif dan kreatif.
Pembelajaran abad 21 merupakan suatu pembelajaran yang bercirikan learning skill, skill, dan literasi.

Learning skill yaitu kegiatan pembelajaran yang di dalamnya ditandai dengan adanya kerja sama,

komunikasi, serta berpikir kritis dan kreatif.

Pembelajaran abad 21 juga bisa dikatakan sebagai sarana mempersiapkan generasi abad 21. Di mana

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang berkembang begitu pesat memiliki

pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pada proses belajar-mengajar. Contohnya,

peserta didik diberi kesempatan dan dituntut untuk mampu mengembangkan kecakapannya dalam

menguasai teknologi informasi dan komunikasi, khususnya komputer. Dengan begitu, peserta didik

memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi pada proses pembelajaran yang bertujuan

untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang diuraikan tersebut , rumusan masalah yang diambil yaitu:

1. Bagaimana desain pengembangan konsep kurikulum di SMK berdasarkan keterampilan abad

21?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui desain pengembangan konsep kurikulum di SMK berdasarkan

keterampilan abad 21.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Keterampilan Abad 21

Abad 21, yang terkenal dengan revolusi industry 4.0, dimana keterbukaan informasi begitu cepatnya,

salah satu keterampilan yang dibutuhkan dalam abad 21 adalah keterampilan berkomunikasi.

Seseorang yang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik adalah seseorang yang mampu

menyampaikan ide-idenya kepada orang lain (Lunenburg, 2010). Dalam keterampilan lunak (soft

skills), keterampilan berkomunikasi ini menempati urutan pertama dari seluruh soft skills yang ada

(Patacsil dan Tablatin, 2017). Sementara itu, Robles (2012) menyatakan bahwa integritas dan

komunikasi adalah dua soft skills yang paling utama diperlukan oleh pekerja agar berhasil dalam

pekerjaan.

Selain keempat keterampilan penting di atas yang harus dikuasai pada abad ke-21 (berpikir kritis dan

pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, dan komunikasi), seseorang juga harus

menguasai literasi teknologi, informasi dan komunikasi. Literasi ini sangat penting bagi seseorang

dalam memilih, mengritisi, mengevaluasi mensintesis, dan menggunakan informasi. Di abad ini

banyak sekali informasi yang beredar, dan bahkan tidak sedikit informasi tersebut merupakan

informasi bohong. Jika kita tidak memiliki literasi informasi yang baik, maka kita akan “termakan”

oleh isuisu yang menyesatkan yang dapat membahayakan diri kita. Di lain pihak, berkaitan dengan

literasi teknologi, seseorang harus mampu menggunakan teknologi untuk berkomunikasi di era

digital sekarang.

Semua keterampilan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil menghadapi tantangan, kehidupan

yang semakin kompleks dan penuh dengan ketidakpastian, serta agar berhasil dalam hidup dan karir
di dunia kerja merupakan keterampilan abad ke-21. Seseorang tidak memiliki keterampilan ini sejak

lahir, melainkan keterampilan ini diperoleh dari proses latihan, belajar, atau pengalaman.

Penyiapan sumber daya manusia yang menguasai keterampilan abad ke-21 akan efektif jika ditempuh

melalui jalur pendidikan. Perubahan kurikulum telah dilakukan oleh pemerintah. Pada jenjang

sekolah menengah ke bawah telah diterapkan Kurikulum 2013 dengan berbagai perbaikannya.

Kurikulum 2013 sesungguhnya telah mengakomodasi keterampilan abad ke-21, baik dilihat dari

standar isi, standar proses, maupun standar penilaian. Pada standar proses, I Wayan Redhana,

Mengembangkan Keterampilan Abad ke-21 dalam Pembelajaran misalnya, pendidik diharuskan

menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Masalahnya, kebanyakan pembelajaran yang

dilaksanakan adalah pembelajaran yang masih berpusat pada pendidik (teacher-centered). Akibatnya,

peserta didik tidak dapat menguasai keterampilan abad ke-21 secara optimal. Oleh karena itu,

reformasi pembelajaran yang menggeser dari pembelajaran yang berpusat pada pendidik ke

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik merupakan jawaban dari upaya untuk

mengembangkan keterampilan abad ke-21 pada peserta didik. Kimia mempelajari tentang komposisi,

struktur, sifat, perubahan, dan energi yang menyertainya. Dalam kimia dipelajari tentang fenomena

alam. Berdasarkan fenomena-fenomena alam ini, disusun konsep-konsep, teori-teori, dan hukum-

hukum. Konsep-konsep, teori-teori, dan hukum-hukum ini kemudian dapat digunakan kembali

untuk menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi di alam. Dalam menjelaskan fenomena alam ini,

kimia mengaitkan tiga level, yaitu makroskopik, mikroskopik, dan simbolik (Gabel, 1998). Dengan

karakteristik kimia seperti diuraikan di atas, mata pelajaran kimia sangat baik sebagai alat untuk

mengembangkan keterampilan abad ke-21. KETERAMPILAN ABAD KE-21 Keterampilan abad ke-21

merupakan keterampilan penting yang harus dikuasai oleh setiap orang agar berhasil dalam

menghadapi tantangan, permasalahan, kehidupan, dan karir di abad ke-21. Beberapa organisasi telah

merumuskan definisi keterampilan abad ke21. Dari seluruh definisi yang dirumuskan oleh beberapa
organisasi, semuanya memiliki esensi yang hampir sama. National Education Association (n.d.) telah

mengidentifikasi keterampilan abad ke-21 sebagai keterampilan “The 4Cs.” “The 4Cs” meliputi

berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Keterampilan berpikir kritis merupakan

keterampilan untuk melakukan berbagai analisis, penilaian, evaluasi, rekonstruksi, pengambilan

keputusan yang mengarah pada tindakan yang rasional dan logis (King, et al., 2010). Kegiatan berpikir

mengenai subjek, isi, dan masalah dilakukan melalui aktivitas analisis, penilaian, dan rekonstruksi

(Papp, et al., 2014). Kreativitas merupakan keterampilan untuk menemukan hal baru yang belum ada

sebelumnya, bersifat orisinil, mengembangkan berbagai solusi baru untuk setiap masalah, dan

melibatkan kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang baru, bervariasi, dan unik (Leen, et al.,

2014). Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk mengungkapkan pemikiran,

gagasan, pengetahuan, ataupun informasi baru, baik secara tertulis maupun lisan. Keterampilan

kolaborasi merupakan keterampilan bekerja bersama secara efektif dan menunjukkan rasa hormat

kepada anggota tim yang beragam, melatih kelancaran dan kemauan dalam membuat keputusan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama (Greenstein, 2012). Sementara itu, Assessment and,

mengorganisasikan keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan etik abad ke21 ke dalam empat

kategori (Saavedra dan Opfer, 2012). Pertama, cara berpikir (ways of thinking) meliputi kreativitas

dan inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan belajar tentang belajar

(metakognisi). Kedua, cara bekerja (ways of working) meliputi keterampilan berkomunikasi,

berkolaborasi, dan kerja tim. Ketiga, alat-alat untuk bekerja (tools of working) meliputi pengetahuan

umum dan literasi teknologi komunikasi dan informasi. Keempat, hidup di dunia (living in the world)

meliputi kewarganegaraan, hidup dan karir, tanggung jawab personal dan sosial, serta kompetensi

dan kesadaran budaya. Keterampilan abad ke-21 yang sangat diperlukan oleh lulusan untuk

berprestasi dan berkompetisi di abad ke-21 telah diidentifikasi oleh The Partnership for 21st Century

Skills (2008). Keterampilan ini dapat meningkatkan kemampuan daya jual (marketability),
kemampuan bekerja (employability), dan kesiapan menjadi warga negara (readiness for citizenship)

yang baik.

2.2. Model Pembelajaran Abad 21

Model pembelajaran abad 21 mengacu pada pergeseran paradigma belajar abad 21. Hal ini tentunya

untuk memenuhi tuntutan dan tantangan kehidupan di abad 21 yang antara lain mengidikasikan

adanya ciri sebagai berikut:

1. Informasi yang berkembang pesat dimana informasi ini dapat diperoleh dimana saja dan kapan

saja

2. Komputasi yang mulai diterapkan pada semua bidang pekerjaan, karena akan lebih cepat

dalam menyelesaikan pekerjaan

3. Otomasi yang menjangkau semua jenis pekerjaan

4. Komunikasi dari mana saja dan kemana saja.

Terkait ciri abad 21 tersebut di atas, maka model pembelajaran di abad 21 juga harus mampu

menyesuaikan diri dengan kondisi tuntutan dan tantangan tersebut. Oleh karena itu, Kemdikbud

(2012) menjelaskan bahwa model pembelajaran abad 21 adalah:

1. Pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong peserta didik agar mampu mencari tahu dari

berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu

2. Pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong peserta didik agar mampu merumuskan

masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab)

3. Pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong peserta didik agar mampu berpikir analitis

(mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin)


4. Pembelajaran yang menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan

masalah.

Pergeseran paradigma belajar abad 21 tersebut di atas dapat dicermati pada bagan berikut ini:

Sumber: Kemdikbud, 2013

Pergeseran paradigma belajar abad 21 di atas harus dibarengi juga dengan penyusunan kerangka

kompetensi abad 21 yang harus dicapai oleh peserta didik. Terkait hal ini, maka berikut disajikan

kerangka kompetensi abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik agar mampu menghadapi abad

21.
Sumber: Kemdikbud, 2013

Berdasarkan gambar kerangka kompetensi abad 21 tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran abad 21 harus mampu menghasilkan SDM yang memiliki kemampuan

berpikir kritis, kreatif, inovatif, memecahkan masalah, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan

teknologi informasi, mampu mengambil keputusan, serta memiliki karakter yang kuat dan positif.

Beberapa aspek kompetensi tersebut di atas dapat dicapai manakala peserta didik diberi

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir tingkat tingginya

(Higher Order Thinking Skills = HOTS).


Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Arti atau makna istilah HOTS telah didefinisikan oleh beberapa ahli, yaitu Edwards & Briers (2000:

2) yang mengacu pada Newcomb-Trefz model dan berdasarkan taksonomi Bloom, Thomas &

Litowitz (1986: 6) yang menyatakan bahwa HOTS menunjukkan fungsi intelektual pada level yang

lebih kompleks, Janet Laster dalam review literaturnya berkaitan dengan ilmu pengetahuan

kognitif beserta respek dan implikasinya pada kurikulum pendidikanvokasi, Quellmalz, Sternberg,

Thomas & Litowitz beserta Duke, Kurfman & Cassidy, National Council of Teachers of

Mathematics, National Council of Teachers of English (Thomas & Litowitz, 1986:7), Kerka (1992:

1),Bhisma Murti (2011: 2), APA (Spring, 2006:2), dan Robinson (2000: 3) & Cotton (1993: 2) yang

menyatakan bahwa HOTS mencakup keterampilan belajar dan strategi belajar yang digunakan,

memberikan alasan, berpikir dengan kreatif dan inovatif, pengambilan keputusan, dan

memecahkan masalah.

Mengacu pada berbagai definisi tentang HOTS oleh beberapa ahli tersebut di atas, maka penulis

mencoba membuat elaborasi sehingga menjadi definisi HOTS yang baru menurut penulis yaitu

keterampilan berpikir pada tingkat/level yang lebih tinggi yang memerlukan proses pemikiran

lebih kompleks mencakup menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi

(evaluating), dan mencipta (creating) yang didukung oleh kemampuan memahami (understanding),

sehingga: (1) mampu berpikir secara kritis (critical thinking); (2) mampu memberikan alasan secara

logis, sistematis, dan analitis (practical reasoning); (3).Mampu memecahkan masalah secara cepat dan

tepat (problem solving); (4) mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat (decision making);

dan (5) mampu menciptakan suatu produk yang baru berdasarkan apa yang telah dipelajari

(creating). Dengan demikian, untuk dapat mengembangkan HOTS ini maka mahasiswa harus

sudah memiliki pengetahuan (knowledge) dan mampu mengingatnya (remembering), serta


pemahaman (comprehension) dan mampu memahaminya (understanding). Lebih jelasnya, definisi

HOTS menurut penulis yang dimaksud di atas digambarkan seperti pada Gambar 1.

Definisi HOTS (Sumber: Widihastuti, 2014)

Bagi sebagian orang, HOTS dapat dilakukan dengan mudahnya, tetapi bagi orang lain belum tentu

dapat dilakukan. Meski demikian bukan berarti HOTS tidak dapat dipelajari. Alison menyatakan

bahwa seperti halnya keterampilan pada umumnya, HOTS dapat dipelajari oleh setiap orang. Lebih

lanjut Alison menyatakan bahwa dalam praktiknya, HOTS pada anak-anak maupun orang dewasa

dapat berkembang (Thomas & Thorne, 2010). Seperti halnya pendapat Edward de Bono (dalam

Moore & Stanley, 2010: 7) yang menyatakan bahwa kalau kecerdasan adalah bersifat bawaan,

sedangkan berpikir adalah suatu keterampilan yang harus dipelajari. Oleh karena itu, keterampilan

berpikir ini perlu dan sangat penting untuk dikembangkan. Pola pikir kritis juga sangat penting

dan bermanfaat bagi peserta didik, terutama dalam hal: (1) membantu memperoleh pengetahuan,

memperbaiki teori, memperkuat argument; (2) mengemukakan dan merumuskan pertanyaan

dengan jelas; (3) mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif; (4)membuat

kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat; (5) membiasakan

berpikiran terbuka; dan (6) mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas

kepada lainnya (Bhisma Murti, 2011: 16).


Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa HOTS harus dimiliki oleh peserta didik sebagai

upaya mempersiapkan SDM yang kritis dan kreatif sehingga mampu memenuhi tantangan dan

tuntutan abad 21 yang disebut juga dengan era global atau era pengetahuan atau era teknologi dan

informasi. Semakin baik HOTS seseorang, maka semakin baik pula kemampuannya dalam

menyusun strategi dan taktik memenangkan persaingan bebas di era global. Selain itu,

pengembangan HOTS bagi peserta didik ini sangat penting untuk mengembangkan secara

komprehensif kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam hal berpikir kritis, sistematis,

logis, aplikatif, analitis, evaluatif, kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara

jujur, percaya diri, bertanggung jawab dan mandiri.

2.3. IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN ABAD 21 PADA KURIKULUM SMK

Ketiga konsep tersebut diimplementasikan kedalam kurikulum 2013 untuk satuan pendidikan SD,

SMP dan SMA/SMK. Adapun untuk satuan pendidikan SMK dijelaskan berikut ini.

Aplikasi Keterampilan Abad 21

Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya, namun landasan yuridis formalnya tetap

berpijak pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003. Pada

pelaksanaannya didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dan

peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berikut ini.

Tabel 1: Peraturan Mendikbud untuk Pengembangan Kurikulum 2013


Nomor Tahun Tentang
54 2013 Standar Kompetensi Lulusan Dikdasmen.
65 2013 Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
66 2013 Standar Penilaian Pendidikan.
70 2013 Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SMK
71 2013 Buku Teks Pelajaran Dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar Dan
Menengah.
81A 2013 Implementasi Kurikulum 2013
Sumber: Paparan Mendikbud tentang Pengembangan Kurikulum 2013

Perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya (KBK dan KTSP) disebabkan oleh

adanya perubahan konsep meliputi perubahan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), perubahan

struktur kurikulum, pencapaian kompetensi siswa berdasar konsep Keterampilan Abad 21

(Trilling dan Fadel, 2009), perubahan pendekatan pembelajaran berdasar pada pendekatan

saintifik (Dyers et al., 2009), dan penilaian pembelajaran yang didasarkan dan penilaian autentik

(Wiggins, 2002 dan Ormiston, 2011).

Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan merupakan

pengorganisasian kompetensi inti, Mata pelajaran, beban belajar, dan kompetensi dasar pada

setiap Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (PerMendikbud No, 70 tahun

2013, pp. 6). Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada

kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas

yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;


2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Tabel 2: Kompetensi Inti Kelas X


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.

Tabel 3: Kompetensi Inti Kelas XI


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan
kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Tabel 4: Kompetensi Inti Kelas XII


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas
Sp esifik di bawah pengawasan langsung.
Adapun elemen perubahan kurikulum 2013 untuk SMK disajikan berikut ini.

Tabel 5: Elemen Perubahan Kurikulum 2013


ELEMEN DESKRIPSI
Standar Kompetensi Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills
Lulusan yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
Kedudukan mata Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah
pelajaran – ISI menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Pendekatan – ISI Vokasional
Struktur Kurikulum Penyesuaian jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan saat
(Mata Ini
pelajaran dan alokasi Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif
waktu) – ISI Produktif disesuaikan dengan trend perkembangan di Industri
Proses Pembelajaran Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat
Guru bukan satu-satunya sumber belajar
Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan
Teladan
Kompetensi keterampilan yang sesuai dengan standar industri
Penilaian Hasil Belajar Penilaian berbasis kompetensi
Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi
pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik
(mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)
Memperkuat Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu pencapaian hasil
belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap
skor ideal (maksimal)
Penilaian tidak hanya pada level kompetensi dasar (KD), tetapi juga
kompetensi inti (KI) dan standar kompetensi lulusan (SKL)
Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai
instrumen utama penilaian
Ekstrakurikuler Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dan lain-lain sesuai dengan
kebutuhan siswa
Sumber: Paparan Mendikbud tentang Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menciptakan keseimbangan antara pengembangan keterampilan kognitif (soft

skills) dan keterampilan fisik (hard skills). Semakin tinggi pendidikan, semakin kecil nilai sikap

yang diajarkan kepada siswa. Semakin rendah pendidikan, semakin besar nilai sikap yang

diajarkan kepada siswa. Gambar 1 menunjukkan keseimbangan tersebut

Gambar 4: Keseimbangan sikap, keterampilan dan pengetahuan

Sumber: Marzano (1985) dan Bruner (1960) dalam Buku Implementasi


Kurikulum 2013, Kemendikbud (2013)

Selanjutnya, konsep pendidikan abad 21 dioperasionalkan menjadi struktur kurikulum yang

memuat mata pelajaran wajib (kelompok A dan B), dan mata pelajaran peminatan kelompok C)

berikut ini. Kelompok mata pelajaran wajib (A) ditujukan untuk mencapai kompetensi learning

and innovation skills dan technology and information media skills. Sedangkan kelompok mata

pelajaran wajib (B) dan kelompok mata pelajaran peminatan (C) ditujukan untuk mencapai

kompetensi life and career skills. Seluruh mata pelajaran merupakan turunan (derivation) dari core

subject 3R yaitu reading, writing dan arithmatic.


Seluruh program keahlian di satuan pendidikan SMK menggunakan konsep tersebut. Dalam

Permendikbud nomor 70 tahun 2013 disebutkan bahwa Bidang Keahlian pada satuan pendidikan

SMK adalah sebagai berikut:

1. Teknologi dan Rekayasa;


2. Teknologi Informasi dan Komunikasi;
3. Kesehatan;
4. Agribisnis dan Agroteknologi;
5. Perikanan dan Kelautan;
6. Bisnis dan Manajemen;
7. Pariwisata;
8. Seni Rupa dan Kriya;
9. Seni Pertunjukan.

Aplikasi Pendekatan Saintifik dan Penilaian Autentik pada Strategi Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran menerapkan tiga strategi pembelajaran yaitu (1) discovery

learning, (2) project based learning dan (3) problem based ,earning. Guru boleh menerapkan

berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran materi ajar

yang tertuang dalam silabus. Tahapan pembelajaran dan kegiatan belajar setiap strategi

pembelajaran diuraikan pada Tabel 10 dibawah ini.

Tabel 6: Tahapan strategi pembelajaran

DISCOVERY LEARNING
TAHAPAN KEGIATAN BELAJAR
PEMBELAJARAN
 Guru memotivasi siswa untuk mengamati objek
Stimulation (stimulasi/  Peserta didik bertanya:
pemberian motivasi) o Apa
o Siapa
o Dimana
o Kapan
o Mengapa
o Bagaimana
Identifikasi masalah Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi objek Pengumpulan
data Guru mengajak siswa untuk mengumpulkan informasi tentang

objek
Pengolahan data Peserta didik menuliskan hasil pengamatan dan diskusi

tentang objek

Pembuktian Peserta didik melakukan pencermatan (mengasosiasikan)

tentang objek

Kesimpulan Peserta didik membuat kesimpulan tentang objek

PROJECT BASED LEARNING


TAHAPAN KEGIATAN BELAJAR
PEMBELAJARAN

Penentuan Proyek Guru memberikan tugas proyek yang harus diteliti peserta didik secara
berkelompok

Perancangan langkah-  Peserta didik merencanakan proyek yang dtugaskan oleh guru
langkah penyelesaian  Guru menyampaikan kriteria penilaian untuk proyek yang
Proyek dilakukan oleh peserta didik.
 Pembagian kelompok
 Masing-masing kelompok menyiapkan bahan dan alat untuk
melaksanakan proyek
 Setiap kelompok berkonsultasi kepada guru untuk persiapan
pelaksanaan dan penyelesaian proyek
Peserta didik menyusun jadwal pelaksanaan penyelesaian proyek
Penyusunan Jadwal
Pelaksanaan Proyek  Penyediaan alat dan bahan
 Praktek
 Pengamatan
 Penyusunan laporan
 Pelaksanaan praktek
Penyelesaian Proyek  Pemantauan oleh guru
dengan fasilitasi dan
monitoring guru  Peserta didik membuat laporan
Penyusunan laporan  Presentasi hasil
dan
 Tanggapan dan simpulan
presentasi/publikasi
hasil Proyek Evaluasi Refleksi
proses dan hasil
Proyek
PROBLEM BASED LEARNING
TAHAPAN KEGIATAN BELAJAR
PEMBELAJARAN
Mengorientasikan  Mengamati objek
peserta didik terhadap  Menanya tentang objek
Masalah
Mengorganisasi  Pembagian kelompok
peserta didik untuk  Identifikasi masalah
Belajar
Membimbing  Perancangan eksperimen untuk pengujian
penyelidikan  Presentasi dari peserta didik dan tanggapan
individual maupun  Pembimbingan eksperimen oleh guru
kelompok  Penilaian eksperimen
 Penghargaan eksperimen terbaik
Mengembangkan dan  Penyusunan laporan
menyajikan hasil  Presentasi laporan dan tanggapan
karya  Rangkuman dan pengembangan hasil eksperimen
Menganalisis dan  Refleksi hasil eksperimen dalam mengatasi masalah objek
mengevaluasi proses penelitian
pemecahan masalah
Sumber: Mendikbud (2013)

Pembelajaran di kelas dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan


pedoman pelaksanaan pembelajaran yang disebut dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Format RPP bisa digunakan untuk semua satuan penddikan
tingkat dasar (Sekolah Dasar) dan tingkat menengah (SMP dan SMA/SMK), dengan
skema dan sistematika berikut ini.

Gambar: Skema Penyusunan RPP

Sumber: Kemdikbud (2013)


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keterampilan abad ke-21 adalah keterampilan penting yang harus dikuasai oleh semua orang

dalam menghadapi kehidupan di abad ke-21. Banyak organisasi telah mendefinisikan

tentang keterampilan abad ke-21. Namun, semua definisi tersebut mengandung prinsip-

prinsip yang sama. Keterampilan abad ke21 paling tidak terdiri atas keterampilan berpikir

kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, dan komunikasi.

Keterampilan ini harus dikuasai oleh peserta didik agar dapat menghadapi tantangan di abad

ke-21. Penguasaan keterampilan ini oleh peserta didik dapat dilakukan oleh pendidik dengan

melakukan reformasi terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik atau pembelajaran dengan pendekatan saintifik seperti yang dituntut dalam

Kurikulum 2013 merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana mengembangkan

keterampilan abad ke-21 pada peserta didik. Beberapa model pembelajaran dengan

pendekatan saintifik adalah model pembelajaran penemuan, model pembelajaran berbasis

projek, model pembelajaran berbasis masalah, dan model pembelajaran berbasis desain.

Namun kenyataannya, penerapan model pembelajaran ini belum dilakukan secara optimal.

Ini terlihat dari permasalahan berikut. Walaupun beberapa pendidik telah membuat RPP

menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik, namun dalam

implementasinya pendidik sering menjelaskan materi pelajaran daripada memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengonstruksi pengetahuan.

Masalah lain adalah walaupun pendidik telah menerapkan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik sesuai dengan RPP, namun dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik belum sepenuhnya memenuhi kaidah-kaidah pendekatan saintifik, seperti masalah

yang diajukan masih lebih banyak berupa masalah closed-ended dan well-structured.

Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan implementasi model

pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut. Upaya-upaya tersebut

meliputi (1) menggunakan masalah open-ended dan illstructured, (2) memecahkan masalah

secara kolaboratif, (3) membimbing peserta didik menghasilkan pertanyaan investigatif dan

membuat rumusan hipotesis (jika diperlukan), (4) menugaskan peserta didik mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber, termasuk dari internet, (5) melakukan analisis informasi atau

data secara kolaboratif, (6) mengomunikasikan hasil pemecahan masalah secara tertulis dan

lisan dengan memanfaatkan teknologi, dan (7) melaksanakan blended learning, dan (8)

melakukan penilaian keterampilan abad ke-21


DAFTAR PUSTAKA

Costa, A. L., & Kallick, B. (1992). Reassessing assessment. In A. L. Costa, J. A. Bellanca, & R.
Fogarty, (Eds.), If minds matter: A forward to the future, Volume II (pp. 275- 280).
Palatine, IL: IRI/Skylight Publishing.

Dyer, Jeffrey H.; Gregersen, Hal B., and Christensen, Clayton M. (2009) The
innovator’s DNA, Harvard Business Review, December 2009, pp. 1-10.
Gates, Bill; Myhrvold, Nathan and Rinearson, Peter (1996). The Road Ahead, Penguin
Books. ISBN 978-0-14-026040-3.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) KERANGKA DASAR DAN
STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN, Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Paparan Pengembangan
Kurikulum 2013, Jakarta
Newton Public Schools, www3.newton.k12.ma.us/ , diunduh September 2013 Ormiston,
Meg (2011). Creating a Digital-Rich Classroom: Teaching & Learning in a Web 2.0

World. Solution Tree Press. pp. 2–3. ISBN 978-1-935249-87-0


Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009) 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times,
John Wiley & Sons, 978-0-47-055362-6.

Wiggins, G., and McTighe, J. (2011). The Understanding by Design guide to creating high-
quality units. Alexandria, VA: ASCD.

Anda mungkin juga menyukai