Anda di halaman 1dari 9

45

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang perawatan Edelweis RSUD Mamuju

Kabupaten Mamuju, dari bulan September sampai Oktober tahun 2017,

jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 46 responden, yang terdiri dari

persalinan normal sebanyak 20 orang, persalinan section caeraea sebanyak 23

orang hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan.

Adapun hasil penelitian sebagai berikut:

1. Umur

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

Umur Frekuensi (n) Persentase


18-25 tahun 18 39,1%
26-30 tahun 10 21,7%
31-35 tahun 10 21,7%
>35 tahun 8 17,4%
Total 46 100
Sumber : data primer September-Oktober 2017

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 46 responden

terdapat 18 orang (39,1%) yang berusia 18-25 tahun, 10 orang (21,7%)

yang berusia 26-30 tahun, 10 orang (21,7%) yang berusia 31-35 tahun,

dan 8 orang (17,4%) yang berusia > 35 tahun.


46

2. Pendidikan

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase


SD/tidak sekolah 15 34,88%
SMP 11 23,9%
SMA 14 30,4%
D3/S1 6 13,0%
Total 46 100
Sumber : data primer September-Oktober 2017

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 46 responden

terdapat 15 orang (34,88%) yang berpendidikan SD atau tidak sekolah

11 orang (23,9%) yang yang berpendidikan SMP, 14 orang (230,4%)

yang berpendidikan SMA, dan 6 orang (13,0%) yang berpendidikan D3

atau S1.

3. Pekerjaan

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase


PNS 2 4,3%
Honorer 4 8,7%
Pegawai Swaata 0 0
Petani 1 2,2%
IRT 39 84,8%
Total 46 100
Sumber : data primer September-Oktober 2017

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 46 responden

terdapat 2 orang (4,3%) sebagai PNS, 4 orang (8,7%) sebagai Honorer,

Pegawai Swasta tidak ada, 1 orang (2,2%) sebagai Petani, dan 39 orang

(84,8% sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).


47

4. Paritas

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Varitas Responden

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase


Primipara 15 32,6%
Multipara 31 67,4%

Total 46 100
Sumber : data primer September-Oktober 2017

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 46 responden

terdapat 15 orang (32,6%) yang baru pertama melahirkan, 31 orang

(67,4%) sebagai yang lebih dari satu kali melahirkan atau telah berkali-

kali melahirkan.

5. Jenis Persalinan

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Persalinan Responden

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase


Normal 23 50%
Sectio Caesarea 23 50%

Total 46 100
Sumber : data primer September-Oktober 2017

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 46 responden

terdapat 23 orang (50%) yang melahirkan secara normal dan 23 orang

(50%) yang melahirkan dengan section caesarea.


48

6. Onset Kolostrum

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Onset Kolostrum Responden

Onset Kolostrum Frekuensi (n) Persentase


Cepat 43 93,5%
Lambat 3 6,5%

Total 46 100
Sumber : data primer September-Oktober 2017

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 46 responden

terdapat 43 orang (93,5%) yang onset kolostrumnya cepat, 3 orang

(6,5%) yang onset kolostrumnya lambat.

7. Gambaran Onset Kolostrum Terhadap Jenis Persalinan

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Onset Kolostrum Responden Berdasarkan Jenis
Persalinan

Onset kolostrum Frekuensi (n) Persentase


Persalinan Normal
Cepat 23 100%
Lambat 0 0%
Persalinan Sectio Caesarea
Cepat 20 86,9%
Lambat
3 13,1%
Total 46 100
Sumber : data primer September-Oktober 2017

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 46 responden

terdapat 23 orang yang melahirkan normal semuanya atau 100% onset

kolostrumnya capat dan 23 orang yang melahirkan secara section

caesarea terdapat 20 orang (86,9%) yang onset colostrumnya cepat dan

3 orang (13, 1%) yang onset kolostrumnya lambat.


49

B. Pembahasan hasil penelitian

Onset kolostrum pada ibu melahirkan normal adalah cairan pertama

yang diperoleh dari ibu sesudah melahirkan dari payudaranya yang

mengandung campuran yang lebih kaya dari protein dengan antibody

dibandingkan dengan ASI yang telah matur. ASI mulai ada kira-kira pada hari

ketiga atau keempat setelah kelahiran bayi dan kolostrum berubah menjadi

ASI yang matur kira-kira 15 hari setelah bayi lahir. Pengeluaran ASI pada ibu

post partum normal terjadi antara 24-72 jam pasca persalinan, (WHO-

HAPIEGO ; 2009).

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara

spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama

proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala

pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun

bayi berada dalam kondisi sehat.

Dari hasil analisis univariat untuk onset kolostrum responden dengan

persalinan normal menunjukkan dari 23 orang (100%) yang melahirkan

normal, tidak ada (0%) yang onset kolostrumnya lambat. Hasil penelitian ini

didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Oleh Nur Hayati

dan Winarsih Nur ambarwati (2012) di RSUD Dr. Moewardi dengan judul

keluarnya kolostrum pada ibu post partum menyimpulkan rata-rata waktu

keluarnya kolostrum pertama pada ibu post partum spontan kurang dari 1 hari.
50

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Tanto, 2014)

Persalinan caesar atau section caesarea yaitu tindakan operasi untuk

mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan didnding

rahim dengan syarat rahim dalamkeadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram (Wiknjosatro, 2009)

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 23 orang yang

melahirkan secara section caesarea terdapat 20 orang (86,9%) yang onset

colostrumnya cepat dan 3 orang (13, 1%) yang onset kolostrumnya lambat.

Adanya 3 responden atau (13,1%) yang onset kolostrumnya lambat

kemungkinan ini disebabkan karena Ibu dengan post sectio caesaria lebih

membutuhkan waktu yang lebih lama, pasien dengan persalinan section

caesaria, memiliki sayatan pada bagian perut, cenderung masih mengeluhkan

sakit pada daerah sayatan dan jahitan di perut, sehingga ibu memilih untuk

beristirahat dahulu memulihkan kondisinya yang lemas sebelum memberikan

inisiasi menyusu dini. IMD sendiri sangat penting, karena hormon prolaktin

dalam darah ibu menurun setelah 1 jam persalinan yang disebabkan oleh

lepasnya plasenta. Dengan adanya rangsangan pada puting susu maka akan

merangsang otot polos untuk memeras ASI pada alveoli, lobus serta duktus

yang berisi ASI. Pemberian ASI pertama harus dimulai di ruang persalinan.

Pada 20-30 menit, reflekshisap bayi sangat kuat. Ispan pertama merangsang

pengeluaran kolostrum, ibu akan lebih mudah menyusui dalam jangka waktu
51

yang lama. Bila terjadi keterlambatan walaupun hanya beberapa jam proses

menyusui menjadi lebih sering gagal. Proses lakatasi awal tidak selalu berjalan

mulus, adakalanya ibu dan bayinya mengalami berbagai kendala yang

menghalangi atau menyulitkan proses laktasi, terutama jika ini adalah

pengalaman perama bagi ibu primipara yang usianya masih muda dan tingkat

pengetahuannya yang rendah tentang laktasi sehingga menghambat pemberian

ASI. Setiap ibu yang melahirkan mengalami onset lakatsi yang berbeda-beda.

Terjadinya onset laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain paritas,

jenis persalinan, BMI (Body Mass Index, Hisapan bayi, frekuensi menghisap).

Akan tetapi pada penelitian ini penulis tidak melakukan analisis sejauh mana

faktor-faktor tersebut mempengaruhi onset kolostrum.

Dari hasil penelitian ini menggambarkan adanya perbedaan onset

kolostrum ibu atau responden yang melahirkan normal dengan ibu atau

responden yang melahirkan secara section caesarea seperti yang digambarkan

dalam tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 46 responden terdapat 23 orang yang

melahirkan normal semuanya atau 100% onset kolostrumnya capat dan 23

orang yang melahirkan secara section caesarea terdapat 20 orang (86,9%)

yang onset colostrumnya cepat dan 3 orang (13, 1%) yang onset kolostrumnya

lambat. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Nur Hayatiningsih dan Winarsih Nur Amba tahun 2012 dengan

judul keluarnya kolostrum pada ibu post partum di RSUD Dr. Moewa

menyimpulkan rata-rata waktu keluarnya kolostrum pertama pada ibu post

sectio caesaria adalah kurang lebih 1,5 hari, rata-rata waktu keluarnya
52

kolostrum pertama pada ibu post partum spontan kurang dari 1 hari, terdapat

perbedaan lama waktu keluarnya kolostrum pertama pada ibu post partum

spontan dengan post sectio caesaria.

Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Wijaya Sari tahun 2015 dengan

judul hubungan jenis persalinan dengan onset, laktasi pada ibu post partum di

RS PKU Muhammadyah Yogyakarta, menyimpulkan kejadian onset laktasi

cepat berjumlah 59,4%, dan kejadian onset laktasi lambat 40,6% dari total

responden 32 orang, kejadian persalinan normal berjumlah 68,8%, dan

kejadian persalinan section cesarea berjumlah 31,2% dari total respoden 32,

ada hubungan antara jenis persalinan dengan onset laktasi dengan nilai

p=0,00

Penelitian yang juga dilakukan oleh Anastasia Suci Sukmawati, dkk

tahun 2016 dengan judul onset pengeluaran kolostrum persalinan normal

lebih cepat daripada persalinan sectio caesaria menyebutkan bahwa

perbedaan onset pengeluaran kolostrum pada ibu post partum dengan

persalinan normal dan sectio caesaria menunjukan adanya perbedaan onset

pengeluaran kolostrum pada ibu post parum normal dan sectio caesaria

secara signifikan bermakna yang di tunjukan dengan nilai p= 0,001 (p<0,05).

Ibu post partum dengan persalinan normal dan sectio caesaria memiliki

perbedaan waktu dalam kegiatan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dimana ibu

dengan post sectio caesaria lebih membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan ibu post partum normal. Pasien dengan persalinan

section caesaria, memiliki sayatan pada bagian perut, cenderung masih


53

mengeluhkan sakit pada daerah sayatan dan jahitan di perut, sehingga ibu

memilih untuk beristirahat dahulu memulihkan kondisinya yang lemas

sebelum memberikan inisiasi menyusui dini. IMD sendiri sangat penting,

karena hormon prolaktin dalam darah ibu menurun setelah 1 jam persalinan

yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.

Dengan adanya rangsangan pada puting susu maka akan merangsang

otot polos untuk memeras ASI pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi

ASI. Pemberian ASI pertama harus dimulai di ruang persalinan. Pada 20-30

menit, reflex hisap bayi sangat kuat. Isapan pertama merangsang

pengeluaran kolostrum, ibu akan lebih mudah menyusui dalam jangka

waktu yang lama. Bila terjadi keterlambatan walaupun hanya beberapa jam

proses menyusui menjadi lebih sering gagal. Proses laktasi awal tidak selalu

berjalan mulus, adakalanya ibu dan bayinya mengalami berbagai kendala

yang menghalangi atau menyulitkan proses laktasi, terutama jika ini adalah

pengalaman pertama bagi ibu primipara yang usianya masih muda dan

tingkat pengetahuannya yang rendah tentang laktasi sehingga menghambat

pemberian ASI. Setiap ibu yang melahirkan mengalami onset lakatsi yang

berbeda-beda. Terjadinya onset laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain paritas, jenis persalinan, BMI (Body Mass Index, Hisapan bayi,

frekuensi menghisap akan tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran

kolostrum.

Anda mungkin juga menyukai