Anda di halaman 1dari 14

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Persalinan Kala III

Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir. Kala tiga disebut

juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulasi plasenta. (Saifuddin AB,

2008: 7). Kala III (pelepasan Uri). Setelah kala II, Kontraksi uterus berhenti

sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi mulai berlangsung

pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot

rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda : uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke

atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat

bertambah panjang, terjadi perdarahan. melahirkan plasenta dilakukan

dengan dorongan ringan secara Crede pada fundus uteri. (Manuaba, 2010

: 174)

Fisiologis pelepasan plasenta yaitu Pemisahan plasenta

ditimbulkan dari kontraksi dari kontraksi dan retraksi miometrium

sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area

plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta mulaii

memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau

berintraksi pada area pemisahan bekuan darah retro-plasenta terbentuk.

Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus

berikutnya akan melepaskan keeseluruhan plasenta dari uterus dan

10
11

mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput

ketuban dan bekuan daran retro plasenta. (Yeyeh A.R, 2010 : 297)

Catatan persalinan pada kala III terdiri atas lama kala III, pembrian

oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta

lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri,

jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanan dan hasilnya.

Tindakan yang dilakukan pada pemberian oksitosin adalah :

1. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen

untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

2. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

3. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin

10 menit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar,

setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Tindakan pada penegangan tali pusat adalah :

1. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. memegang tali pusat dan

klem dengan tangan yang lain.

2. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan

kea rah bawah tali pusat dengan lembut. lakukan tekanan yang

berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan

uterus kea rah atas dan belakang (dorso cranial) dengan hati-hati

untuk membantu mencegah terjdinya inversion uteri. Jika plasenta


12

tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga kontraksi berikutnya mulai. Jika uterus tidak

berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk

melakukan rangsangan putting susu.

Tindakan pada pengeluran plasenta adalah :

1. Setelah plasenta terlepas, memintah ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan

arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang. Pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva

b. Jika plesenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit :

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan tehnik aseptic jika perlu

3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya

5) merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak

kelahiran bayi.

2. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga


13

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput

ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, mamakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks

ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau

forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian

selaput yang tertinggal. (Saifuddin AB, 2008: 345)

B. Konsep Dasar Retensio Plasenta

1. Pengertian

a. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama

setengah jam setelah kelahiran bayi. (Yeyeh AR, 2010 : 296)

b. Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir

dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Joseph HK, 2010 : 112)

c. retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan

menimbulkan hemorrhage yang tidak tampak, dan juga didasari

pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan

kelurnya plasenta yang diharapkan (Varney’s 2007, dalam Yeyeh

AR, 2010 : 296)

2. Anatomi Fisiologi Palsenta

Pada usia kehamilan 8 minggu (6 minggu dari nidasi) zigot telah

melakukan invasi terhadap 40-60 arteri spiralis di darah desidua

basalis. Vili sekunder akan mengapung di kolom darah ibu, di tempat

sebagian vili melekat diri melalui integrin kepala desidua. Vili akan
14

berkembang seperti akar pohon di mana bagian tengah akan

mengandung pembuluh darah janin. Pokok vili (stem villi) akan

berjumlah lebih kurang 200, tetapi sebagian besar yang di perifer akan

menjadi atrofik, sehingga tinggal 40-50 berkelompok sebagai

kotiledon.

Luas kotiledon pada plasenta aterm diperkirakan 11 m 2. Bagian

tengah vili adalah stroma yang terdiri atas fibroblas, beberapa sel

besar (sel hoffbauer), dan cabang kapiler janin. Plasenta merupakan

organ yang berfungsi respirasi, nutrisi, ekskresi, dan produksi hormon.

Pertukaran gas yang terpenting adalah transfer oksigen dan

karbondioksida. Saturasi oksigen pada ruang intervili plasenta ialah

90%, sedangkan tekanan parsial ialah 90 mmHG. (Saifuddin AB, 2008

: 151-153)
15

Gambar 1 : Anatomi dan histologi plasenta

3. Etiologi

Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang (penyebab

terpenting), dan plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi

disudut tubah), bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis),

dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar

lepas karena penyebab diatas disebut plasenta adhesive.

Tabel 1
Gambaran Dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta

Gejala Separasi/Akreta Plasenta Plasenta Akreta


parsial Inkarserata
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi Fundus Sepusat 2 Jari bawah Sepusat
pusat
Bentuk Uterus Diskoid Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur Terjujur Tidak terjujur
sebagian
Ostium uteri Terbuka Kontraksi Terbuka
Separasi Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
Plasenta seluruhnya
16

Syok sering Jarang Jarang sekali


Sumber : (Yeyeh AR, 2010 : 296)

4. Faktor Risiko

Faktor risiko gangguan perlekatan plasenta adalah :

a. Plasenta previa

b. Riwayat seksio sesaria

c. Riwayat kuretase

d. Angka kelahiran tinggi (Joseph HK, 2010 : 113)

5. Kelompok Retensio Plasenta dalam Uterus

a. Terpisah tapi tertahan : Di sini tidak ada tenaga yang dalam

keadaan normal mendorong plasenta keluar

b. Terpisah tapi terperangkap (inkarserata): kontraksi rahim yang

terbentuk jam-pasir (hourglass) atau spasme cerviks menyebabkan

placenta terperangkap dalam segmen atas uterus

c. melkat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): dalam situasi ini, placenta

tidak dapat terlepas sendiri dari dinding rahim.

d. melekat tapi tidak dapat dipisahkan : Di sini berupa placenta acreta

dengan berbagai derajat. decidua normal tidak ada, dan villi

chorialis melekat langsung serta menembus myometrium. (Oxorn

H, 2010 : 485)

6. Tanda dan Gejala

a. Tanda dan gejala yang selalu ada

1) Plasenta belum lahir setelah 30 menit

2) perdarahan segera
17

3) Kontraksi uterus baik

b. Tanda dan gejala yang kadang-kadang ada.

1) tali pusat putus akibat tarikan yang berleebihan

2) Inversio terus akibat tarikan

3) Perdarahan lanjutan (Joseph HK, 2010 : 113)

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:

a. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang

dilakukan.

b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi

dan penurunan perfusi organ.

c. Sepsis (kuman dalam jaringan / menyebarnya mikroorganisme

pathogen atau toksinnya ke dalam darah atau jaringan)

d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk

memiliki anak selanjutnya.

e. Terjadi perforasi uterus.

f. Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria

terdorong ke dalam rongga rahim.

g. Terjadi perdarahan karena atonia uteri.

8. Penanganan Retensio Plasenta Menurut Tingkatan

a. Di Tempat Bidan
18

Setelah dapat memastikan keadaan umum pasien segera

memasan infus dan memberikan cairan, merujuk penderita dengan

fasilitas cukup untuk mendapatkan penangan yang lebih baik,

memberikan transfusi proteksi dengan antibiotik, mempersiapkan

plasenta manual dengan legeartis dalam pengaruh narkosa.

b. Tingkat Polindes

Penanganan Retensio Plasenta dari tingkat desa sebelumnya

persiapkan donor darah yang tersedia dari warga setempat yang

telah di pilih dan dicocokkan dengan donor darah pasien. Diagnosis

yang lakukan stabilisasi dan kemudian lakukan plasenta manual

untuk kasus adhesiva simpleks berikan uterotonika antibiotika serta

rujuk untuk kasus berat

c. Tingkat Puskesmas

Diagnosis lakukan stabilisasi kemudian lakukan plasenta manual

untuk kasus risiko rendah rujuk kasus berat dan berikan aterotonika

antibiotika.

d. Tingkat Rumah Sakit

Diagnosis lakukan plasenta manual histerektomi transfusi

uterotonika antibiotika kedaruratan komplikasi. (Yeyeh. A.R, 2010 :

306)
19

9. Skema Tatalaksana Retensio Plasenta

RETENSIO PLASENTA
Plasenta belum lahir setelah 30 menit bati
lahir

Sikap Bidan
a. Evaluasi sebabnya
b. Konsultasi dengan : Puskesmas dan
dokter jaga
c. Merujuk ke PKM atau RS
d. Plasenta Manual

Indikasi Plasenta manual Retensio Plasenta Tanpa


a. perdarahan 400 cc Perdarahan
b. Riwayat retensio plasenta a. Perdarahan terlalu banyak
berulang b. Keseimbangan bekuan
c. Tindakan dengan narkose darah ditempat plasenta
d. Sejarah habitualis HPP lepas
(berulang)
Jika perlekatan erat, persiapan
merujuk penderiata
a. Infus cairan pengganti
b. Petugas untuk pertolongan
darurat
c. Keluarga untuk donor darah
20

Komplikasi Tindakan Di Rumah Sakit


a. Atonia Uteri a. Perbaiki keadaan Umum
b. Perforasi Infus transfuse antibiotic
c. Perdarahan terus b. Tindakan plasenta manual
d. Tamponade gagal c. Atau histerektomi

(Segera merujuk penderit ke


Rumah Sakit)

Gambar 3 Skema Tatalaksana Retensio Plasenta


Sumber (Yeyeh. A.R, 2010 : 307)
10. Upaya Preventif retensio Plasenta Oleh Bidan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah

dengan promosi untuk meningkatkan penerimaan keluarga

berencana, sehingga meemperkecil terjadinya retensio plasenta,

meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang terlatih, pada waktu melakukan pertolongan

persalinan kala III tidak diperkenankan untuk melakukan massase

dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Massase

yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan

menggangu pelepasan plasenta. (Yeyeh. A.R, 2010 : 305)

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metedo pemecahan masalah secara

sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,

perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi.


21

2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan.

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang dimulai

dari :

a. Langkah I Pengumpulan Data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang dibutuhkan untuk menilai kondisi klien seperti data dasar,

riwayat kesehatan lalu, dan sekarang serta hasil pemeriksaan untuk

data penunjang seperti laboratorium

b. Langkah II Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

Menginterpretasikan data yang sudah dikumpulkan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Diagnosis

kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh propesi bidan

dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenkaltur (data nama diagnosis kebidanan)

c. Langkah III antisipasi kemungkinan diagnose/masalah potensial

Pada langkah ini dilakukan identifikasi maslah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian maslah dan diagnosis yang

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila

memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati pasien

d. Langkah IV perlunya tindakan segera dan kolaborasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dokonsultasikan atau ditangani bersama


22

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi

klien.

e. Langkah V Rencana Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,

ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi atau antisifasi.

f. Langkah VI pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah

kelima harus dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan

ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau anggota kesehatan

lainnya.

g. Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah yang benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagai mana telah diidentifikasi didalam masalah.

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Metode dokumentasi SOAP merupakan intisari dari proses fikir

dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan catatan tentang

perkembangan klien (Proses Note) yang dicatat dalam rekam medis

dengan pengertian

Subjektif (S)
23

Data subjektif adalah menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesis.

Objektif (O)

Data Objektif adalah menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnosa lalu yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assement.

Analisis (A)

Data assessment adalah menggambarkan pendokumentasian hasil

analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi

Penatalaksanaan (P)

Data planning adalah menggambarkan pendokumentasian dari

tindakan evaluasi berdasarkan assessment (Muslihatun, 2009;113-

125)

Anda mungkin juga menyukai