Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN PRINSIP TAWAZUN SEBAGAI APOTEKER DALAM

PELAYANAN KEFARMASIAN

MakalahIniDisusunUntukMemenuhiTugasPendidikanAswaja

DosenPengampu:
Dr. H. Nur Cholid, M. Ag, M. Pd
Muhammad AhsanulHusna, M. Pd.

DisusunOleh:

Kelas B / Kelompok 4

1. FeristasariFatmawati Anwar 19405021044


2. Amelia Lestari 19405021053
3. Rita FebriantiLidya Putra 19405021061
4. UmmuJauharinFardah 19405021069
5. PutriDwiSepteaningrum 19405021077

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIMSEMARANG
2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sikap tawazun sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat baik

itu secara sosial maupun dunia kesehatan. Dalam dunia kesehatan sikap

tawazun bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Meskipun tawazun diartikan sebagai suatu keseimbangan atau adil, hal

itu bukan berarti harus menempatkan posisi ditengah-tengah atau jalan

tengah, karena realitanya suatu pertengahan belum tentu menunjukkan suatu

keseimbangan, karena tergantung bobotnya.Manusia sesuai fitrah Allah SWT

mempunya tiga potensi yaitu kemampuanjasadmanusia (Taqah Jasadi),

kemampuan akal pikiranmanusia (Taqah

‘Aqli)sertakemampuanrohanimanusia (Taqah Rohani).

Apoteker sebagai tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa

mengharapkan bimbingan dan keridhaan Allah SWT.

Apotekerdisiniadalahyang melaksanakantugaspelayanankefarmasian

(Pharmaceutical care) denganskillsdanilmu yang

dimilikinyasecaraadil.Kegiatanpelayanankefarmasian yang

semulahanyaberfokuspadapengelolaanobatmenjadipelayanan yang

2
komprehensifyang bertujuanuntukmeningkatkankualitashidupdaripasien

(Depkes RI, 2006).

Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini dimaksudkan untuk

membahas bagaimanacontoh penerapan sikaptawazun (seimbang) bagi

apoteker dalam pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apakah yang dimaksud denganTawazun?

2. Bagaimana melaksanakan Tawazun dalam melaksanakan tugas farmasis

(apoteker) untuk melaksanakan tugas kefarmasian?

C. Tujuan

1. Mengerti dan memahami arti dari Tawazun

2. Mampu menerapkan dan melaksanakan Tawazun dalam pelayanan

kefarmasian.

3
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian Tawazun

Tawazun menurut bahasa berarti keseimbangan atau seimbang,

sedangkan menurut istilah tawazun merupakan suatu sikap seseorang untuk

memilih titik yang seimbang atau adil dalam menghadapi suatu

persoalan.Al-Qur’an juga menganjurkan kita untuk hidup seimbang

(Tawazun). Hal ini ditegaskan dalam QS. Ar-Rahman:7-9.

“ Yang artinyasebagaiberikut “Dan Allah SWT

telahmeninggikanlangitdanDiameletakkanneraca

(Keadilan).Supayakamujanganmelampauibatastentangneracaitu.Dan

tegakkanlahtimbanganitudenganadildanangankamumengurangineracaitu”.

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-

Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki

ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah

untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing :

a. Jasmani (Al-jasad)

Jasmani merupakan titipan Allah SWT yang harus dijaga oleh

kita, menjaga keseimbangan jasmani yaitu dengan cara rajin olah

raga, makan makanan yang sehat dan bergizi, tidur teratur, menjaga

4
kebersihan badan dan sebagainya. Ketika kita sudah menjaga dan

memeliharanya dengan baik maka Allah SWT memberikan balasan

didunia berupa kesehatan jasmani sehingga kalau badan kita sehat

maka aktivitas pun akan berjalan lancar.

b. Akal (Al-aql)

Akal merupakan hal yang paling membedakan manusia

dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya. Dengan akal,

manusia mampu menilai baik dan buruk sehingga tidak terjerumus

kedalam jurang kebatilan, sehingga apabila manusia mampu

menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya serta terus-menerus

mencari kebenaran maka derajatnya bisa melebihi malaikat, dan

apabila manusia tidak dapat menggunakan akal maka derajatnya

disamakan dengan hewan bahkan lebih rendah lagi.

c. Rohani ( Ar-Ruh)

Ar-ruh atau hati merupakan pengendali diri kita dan hati juga

yang menentukan baik atau buruknya perbuatan kita.

Ruhjugamerupakantempatdimanaseseorangmempunyaiperasaansepe

rtihalnyatenangataupungelisah. Agama

islamsangatmemperhatikanhalini,

karenaruhmerupakancerminandiriseseorang.Cara

untukmemenuhikebutuhanrohaniyaitudengan cara beribadah, banyak

berzikir kepada Allah,memperbanyakmembaca Al-Qur’an,

bermuhasabah, menghadiri majelis ilmu,mendengarkan ceramah

5
yang dapat membangun hati kita dekat dengan Allah sehingga kita

terhindar dari perbuatan-perbuatan yang kotor.

Manusia diciptakan memiliki nafsu yang cenderung terhadap

sesuatu.Dalam hidupnya, manusia memiliki keinginan dan kecenderungan

untuk mengarahkan hidupnya sesuai kecenderungannya. Tetapi dengan

pengetahuannya, Allah menginginkan manusia hidup diatas keseimbangan

dan berjalan diatas fitrahnya, maka manusia dapat meraih kebahagiaan yang

hakiki. Berikut adalah Dalil Naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist).

Firman Allah SWT:

“Sungguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa

bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-

kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melakukan

keadilan” (QS al-Hadid: 25).

Keseimbangan disini adalah bentuk hubungan yang tidak berat

sebelah, tidak menguntungkan pihak tertentu dan merugikan pihak lain.

Tetapi, masing-masing pihak mampu menempatkan dirinya sesuai dengan

fungsinya tanpa mengganggu fungsi dari pihak yang lain. Hasil yang

diharapkan adalah berupa keselarasan dan kedinamisan hidup.

Konsep tawazun (seimbang) menjadi konsep yang penting yang perlu

dimiliki oleh setiap muslim. Salah satunya adalah seorang Apoteker, yang

perlu memperhatikan setiap aspek kehidupannya secara menyeluruh. Ini

berarti baik jasmani dan rohani, keluarga, pekerjaan, masyarakat, diri

6
sendiri, maupun orang lain perlu diperhatikan, dan diperlakukan secara

seimbang dan proporsional. Selain itu yang tidak kalah penting adalah

seimbang antara dunia dan akhirat.

Sikap tawazun akan menjadi landasan yang kokoh bagi seorang

Apoteker yang profesional. Setiap Apoteker dituntut untuk menjadi yang

profesional dan teladan bagi pasien dan sejawat petugas kesehatan lainnya.

Apoteker yang tawazun tidak hanya memikirkan dirinya sendiri melainkan

juga menjaga sikapnya agar bermanfaat bagi pasien dan orang lain. Karena

berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain supaya mendapat bimbingan

dan keridhaan Allah SWT.

Tawazun sangat penting dalam kehidupan seorang individu sebagai

manusia. Dengan tawazun manusia dapat meraih kebhagian hakiki,

kebahagiaan batin/jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa dan kebahagian

lahir/fisik, ketenangan dalam aktivitas hidup.

a. Tawazun adalah kunci dan tanda kesuksesan seseorang

b. Tawazun adalah tanda kesyukuran

c. Tawazun adalah keseimbangan dalam hidup yang akan menciptakan

keharmonisan.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun sebagai berikut :

1. Manusia Atheis : tidak mengakui adanya Allah, hanya bersandar pada

akal.

2. Manusia Materialis : hanya mementingkan masalah jasmani/ materi

saja.

7
3. Materi Pantheis (Kebatinan) : hanya bersandar pada hati/ batinnya saja.

Faktor-faktor yang menjadikan seseorang tidak tawazun antara lain:

1. Tidak memahami konsep hidup secara komprehensip.

2. Kurang memahami konsep Agama Islam secara baik.

3. Tidak memahami kehidupan diri secara baik.

4. Tidak berinteraksi dengan kondisi masyarakat.

5. Tidak bisa mendisiplinkan diri.

6. Kesibukan yang tidak bisa diatur.

7. Terjerumus dalam satu sisi kehidupan saja ( harta, tahta, wanita, ilmu,

ruhani, sosial, individual dsb).

8. Terjerumus dalam rutinitas yang tidak tawazun.

9. Mengalamai musibah atau ujian yang berat, yang menghilangkan sikap

tawazun.

10. Kurang dzikrul maut.

2. Peranan dan Pelaksanakan Tawazun dalam pelayanan kefarmasian.

Allah memerintahkankepadaumatmanusiauntukberlaku seimbang

(tawazun).Apoteker dapat menerapkan prinsip tawazun dalam berbagai

kegiatan. Berikut adalah contoh studi kasus tentang penerapan tawazun.

Beberapa minggu yang lalu seorang bapak-bapak bernama Anto sedang sakit

kemudian harus di rawat di salah satu rumah sakit umum, beliau seorang PNS

mendapatkan fasilitas yang dulunya dikelola oleh PT Askes Indonesia dan

sekarang dikelola oleh BPJS Kesehatan.

8
Fasilitas ini sangat membantu, karena biaya RS menjadi lebih ringan

yang sebagian biaya bisa tercover oleh BPJS Kesehatan.Tetapi alangkah

tersiksanya beliau ketika menggunakan fasilitas BPJS terutama dalam segi

pelayanan rumah sakit.Beliau tidak cepat ditangani oleh pihak tenaga medis

RSuntuk mendapatkan kamar atau ruang perawatan, akhirnya beliau

menunggu di Unit Gawat Darurat (UGD) hampir setengah hari dan akhirnya

ditempatkan di ruang rawat inap sesuai kelas BPJS nya.

Pasien kedua bernama ibu Sulis juga akan dirawat di rumah sakit

umum, namun bedanya ibu Sulis menggunakan pelayanan kesehatan jalur

umum atau biasa (non BPJS). Hanya menunggu beberapa menit saja beliau

langsung dapat ruang rawat dan ditangani dengan cepat. Kemudian keluarga

kedua pasien sama-sama ingin menebus resep di bagian instalasi farmasi.

Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bertugas di instalasi farmasi,

apoteker harus mempunyai sikap tawazun, antara lain tidak membeda-

bedakan pasien umum dengan pasien BPJS. Pasien tetap berhak mendapatkan

konseling dan KIE walaupun obat dan administrasi (harga) yang diberikan

berbeda, karena itu merupakan kewajiban apoteker dan apoteker harus benar

benar memastikan pasien paham.

Dalam sistem BPJS ada perkelompokkan kelas tergantung angsuran

biaya yang disetorkan, semakin banyak uang yang disetorkan berarti semakin

bagus pula fasilitasnya. Walaupun ada tingkatan fasilitas hendaknya dalam

memberikan pelayanan kefarmasian seperti KIE dan Konselingseorang

apoteker tidak membeda-bedakan antar kelas 1,kelas 2 maupun kelas

9
3.Karena tugas apoteker sebagai tenaga kesehatan dalam sumpahnya yang

diikrarkan dihadapan kitabullah, bahwa poin yang terpenting adalah

memberikan pelayanan kesehatan serta meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.

10
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkanperumusanmasalah di atasdapatdisimpulkan :

1. Tawazun adalah hakikat menjalani hidup yaitu dengan menyeimbangkan

antara habluminannas dan hablumminallah

2. Konsep tawazun adalah untuk mejaga diri kita dari kemadhorotan

3. Penerapantawazunpadafarmasis (apoteker)

yaitumenjaminkeselamatanpasiendenganmemberikaninformasipenggunaano

batsecararasional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghalayini, M., 1976,BimbinganMenujukeAkhlak yang Luhur, Semarang, CV. TOHA


PUTRA.
Depkes, 2008, TanggungJawab ApotekerTerhadapKeselamatan Pasien(PatientSafety),
Jakarta, Bakti Husada.
Johana,Arie.,2017,Tawazun,(online)presstersedia:https://academia.edu/35050448/tawazu
n(19 September2019)
Nurdi Dan Ali, 2009,Pendidikan Agama Islam, Jakarta,UniversitasTerbuka.

12

Anda mungkin juga menyukai