Anda di halaman 1dari 4

F.

Rancangan proses pengemasan

Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan tidak
akan berarti apabila pengemasanya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan tersebut.
Hal ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas, baik karena faktor fisik
(penyimpanan) maupun faktor kimia (tabilitas bahan yang dikemas). Pada umumnya
pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industry
dalam bentuk yang memudahkanya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai
ke tangan konsumen. Secara garis besar fungsi pengemasan adalah sebagai berikut:

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga konsumen, agar produk tidak
tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindugi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas,
kelembapan udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat
merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya: memudahkan perhitungan (satu kemasan berisi 10, 1
lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini
penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi dari pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk
berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka
dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya: penjual kecap dan penjual
sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastic.
7. Menambah daya tarik calon pembeli.
8. Sarana informasi dan iklan.
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai.

Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur system kemas:


1. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan, misalnya, gelas , botol dll.
2. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain, misalnya kotak karton untuk wadah botol, gelas, kotak karton
untuk wadah strip obat dan sebagainya.
3. Kemasan tersier yaitu, kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder.
Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya: botol yang
sudah dibungkus, dimasukan kedalam kardus kemudian dimasukan ke dalam kotak dan
setelah itu kedalam peti kemas.
Bahan-bahan yang terpilih harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Harus melindungi preparat dari keadaan lingkungan.


2. Tidak boleh bereaksi dengan produk tersebut.
3. Tidak boleh memberikan rasa atau bau kepada produk.
4. Tidak toksis.
5. Disetujui oleh FDA.
6. Harus memenuhi tuntutan tahan banting yang sesuai.
7. Harus dapat menyesuaikan keadaan dengan perawatan kemasan yang bekerja dengan
kecepatan tinggi.
1. Kemasan primer
Wadah gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena
memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam berbagai
ukuran dan bentuk. Secara kimiawi, tidak permeable, kuat dan disetujui oleh FDA. Gelas
tidak menurunkan mutunya pada penyimpanan. Dalam pembuatan gelas dipakai empat
dasar pembuatan: meniup, menarik, menekan, dan menuang. Peniupan menggunakan
udara yang ditekan untuk membentuk cairan gelas kedalam ruang cetakan dari logam.
Pada penarikan, cairan gelas ditarik melalui cetakan atau gulungan yang memberi bentuk
pada gelas yang lunak. Dalam penekanan digunakan kekuatan mekanis untuk menekan
cairan gelas pada sisi cetakan. Dan penuangan menggunakan kekuatan gravitasi atau
sentrifuge yang menyebabkan cairan gelas terbentuk dalam ruang cetakan. Wadah gelas
untuk sediaan sirup menggunakan wadah botol ( leher tinggi, mulut sempit) tipe NP-
Gelas natrium karbonat untuk penggunaan umum, yakni wadah yang terbuat dari gelas
natrium karbonat dipasok untuk produk non parenteral tetapi untuk pemakaian ral atau
topical dengan ukuran disesuaikan dengan sediaan yang akan dibuat.

Tutup
Pelapis penutup
Pengujian wadah botol

Pelepasan alkali dari gelas dapat ditentukan melalui cara yang berlainan. Untuk maksud
tersebut dapat digunakan dua metode : metode serbuk gelas (metode lumatan) dan metode
permukaan. Pada metode serbuk gelas, gelas diserbukan, disuspensikan dalam aseton.
Setelah ditambahkan air harus dilakukan pemanasan dalam autoklaf dan ditetesi larutan
indicator (merah metil) kemudian dititrasi dengan asam hidroklorida. Pada metode
permukaan, wadah gelas yang diisikan dengan air bebas CO2 dan mengandung sejumlah
asam hidroklorida atau asam sulfat tertentu dan merah metal sebagai indicator. Setelah
disterilkan wadah tertutup dalam autoklaf tidak boleh menghasilkan perubahan warna
(Voight, 1995).

Kemasan Sekunder

Kemasan sekunder diperlukan untuk melindungi kemasan primer selama dalam


penyimpanan digudang. Saat transportasi, dan saat didistribusikan ke pelanggan partai
besar maupun pelanggan eceran. Kemasan sekunder juga untuk mengantisipasi moda
transportasi serta kondisi jalan pada system distribusinya. Sesuai dengan fungsinya
kemasan sekunder berbentuk tatakan (tray), pembungkus (wrapper), pengikat (binder)
dan dapat terbuat dari bahan karton, plastik, tali, film pembungkus atau kardus
(corrugated outer) disebut sebagai secondary packaging atau supporting packaging
(kemasan penunjang).

Kemasan sekunder berfungsi menjamin supaya kemasan primer sampai ke tangan


konsumen selalu dalam keadaan baik, karena itu, kemasan sekunder harus didesaign
sedemikian rupa agar kemasan primernya selalu aman, tidak berdebu, tidak terkelupas,
tidak rusak, patah, penyok dan tidak berubah warna. Berdasarkan tingkat kesiapan pakai
Bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari
pabrik.
Prosedur botol kemas

Anda mungkin juga menyukai