SKRIPSI
oleh:
Tri Nurlia Ramadhani
155010106
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Agustus 2019
OPTIMASI SPAN 60 DAN TWEEN 60 DALAM LULUR SCRUB
EKSTRAK ETANOL DAUN KELENGKENG (Euphoria longan
(L) Steud.) SECARA SIMPLEX LATTICE DESIGN
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
oleh:
Tri Nurlia Ramadhani
155010106
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Agustus 2019
i
INTISARI
Kata kunci : Daun kelengkeng, Lulur scrub, Span 60, Tween 60, Simplex Lattice
Design
ii
ABSTRACT
Keywords: Longan leaves, Scrub Scrub, Span 60, Tween 60, Simplex Lattice
Design
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul
oleh:
Tri Nurlia Ramadhani
155010106
Mengetahui :
Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim
Pembimbing , Dekan,
(Dr. Hj. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt.) (Aqnes Budiarti, M.Sc., Apt )
Penguji :
1. Dr. Yulias Ninik W, M.Si., Apt. (…………………………….)
iv
SURAT PERNYATAAN
NIM : 155010106
Judul Skripsi : Optimasi Span 60 dan Tween 60 dalam Lulur Scrub Ekstak
Etanol Daun Kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.)
Secara Simplex Lattice Design
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah skripsi saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.
mestinya.
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan untuk:
Kedua orang tua sebagai wujud hormat dan baktiku
Almamater sebagai wujud terima kasih dan khidmahku
vi
KATA PENGANTAR
Halaman kata pengantar dicetak pada halaman baru. Pada halaman ini
saran dan kritik, serta kepada mereka yang telah membantu melakukan penelitian,
kepada perorangan atau badan yang telah memberi bantuan pembiayaan, dan
sebagainya.
menggunakan kalimat yang baku. Ucapan terima kasih agar dibuat tidak
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
INTISARI................................................................................................................ ii
ABSTRACT ............................................................................................................. iii
PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 3
1. Kulit .......................................................................................................... 3
2. Tanaman kelengkeng ............................................................................... 6
3. Ekstraksi Ultrasonik ................................................................................. 7
4. Lulur Scrub ............................................................................................... 8
5. Antioksidan .............................................................................................. 9
6. Optimasi ................................................................................................... 9
7. Monografi bahan .................................................................................... 10
BAB II. METODE PENELITIAN ........................................................................ 17
A. Bahan dan Alat yang Digunakan .......................................................................... 17
B. Jalannya Penelitian................................................................................................ 17
C. Analisis Data ......................................................................................................... 22
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 24
viii
A. Determinasi Tanaman ........................................................................................... 24
B. Pembuatan Ekstrak Daun Kelengkeng .................................................................. 24
C. Karakteristik Fisik Lulur Scrub............................................................................. 26
D. Formula Optimal Lulur Scrub Ekstrak Etanol Daun Kelengkeng ........................ 33
E. Validasi Persamaan Simplex Lattice Design ............................................................ 35
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 36
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 36
B. Saran ..................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
LAMPIRAN .......................................................................................................... 39
Catatan: Ukuran huruf 12, dengan ukuran spasi 1, dan tidak tebal. Halaman daftar
isi terdiri atas satu halaman atau lebih. Daftar isi sebaiknya bukan diketik, tetapi
dibangkitkan dengan memakai fasilitas yang tersedia pada Word Processor
dengan memanggil style Setelah dibangkitkan dilakukan perapihan format seperti
contoh.
ix
DAFTAR TABEL
Catatan: Ukuran huruf 12, dengan ukuran spasi 1, dan tidak tebal. Daftar tabel
sebaiknya bukan diketik, tetapi dibangkitkan dengan memakai fasilitas yang
tersedia pada Word Processor dengan memanggil style judul tabel. Setelah
dibangkitkan dilakukan perapihan format seperti contoh.
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh penulisan judul gambar yang tidak melebihi satu baris. . Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. Contoh penulisan judul gambar yang memiliki beberapa bagian (a)
judul anak gambar pertama, (b) judul anak gambar kedua, dan (c)
judul anak gambar ketiga. ................... Error! Bookmark not defined.
Catatan: Ukuran huruf 12, dengan ukuran spasi 1, dan tidak tebal. Daftar gambar
sebaiknya bukan diketik, tetapi dibangkitkan dengan memakai fasilitas yang
tersedia pada Word Processor dengan memanggil style judul gambar. Setelah
dibangkitkan dilakukan perapihan format seperti contoh.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan, khususnya pada kulit. Selain itu,
paparan radikal bebas dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan rusak,
sehingga proses penuaan dini semakin cepat. Antioksidan merupakan salah satu
zat yang dapat melindungi tubuh kita dengan menangkap satu radikal bebas hasil
okidasi yang ada pada tubuh. Antioksidan adalah senyawa yang dapat
menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang
merupakan senyawa aktif yang terdapat dalam daun kelengkeng yang berpotensi
Kosmetik tersedia dalam berbagai sediaan salah satunya dalam sediaan lulur
(obrasiver) (Alam M,2009). Bahan-bahan dasar lulur scrub sama dengan krim
pembersih kulit pada umumnya yang mengandung lemak penyegar, lulur scrub
agar bisa mengangkat sel-sel yang sudah mati dari epidermis. Sediaan lulur scrub
1
dari komposisi beberapa jenis bahan salah satunya adalah emulgator (Tranggono,
2007).
Emulsi nonionik yang digunakan adalah span 60 dan tween 60. Dasar
pemilihan emulgator jenis ini karena bahan ini netral, tidak toksik dan mudah
bercampur dengan bahan lain serta tidak dipengaruhi oleh perubahan pH dan
digunakan untuk menentukan formula optimal kombinasi span 60 dan tween 60.
Keuntungan dari metode ini adalah praktis dan cepat karena bukan merupakan
antioksidan dari ekstrak etanol daun kelengkeng yang dapat mengatasi masalah
B. Rumusan Masalah
design?
2
C. Tujuan Penelitian
lattice design.
D. Manfaat Penelitian
pengembangan formulasi lulur scrub dengan kombinasi tween 60 dan span 60.
E. Tinjauan Pustaka
1. Kulit
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh. Kulit terdiri atas dua lapisan,
yaitu epidermis yang tersusun atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum
darah dan serabut kelenjar syaraf (Corwin, 2009). Fungsi dari kulit yaitu
memproteksi bagian dalam tubuh dari kontak langsung dengan lingkungan luar
baik secara fisika maupun mekanisme, kimiawi, sinar matahari, mikrobiologi, dan
melindungi zat-zat kimia dari lingkungan yang polusif disekitarnya (Barel, dkk,
3
Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dan meliputi antara lain rambut, kuku,
kelenjar sebasea dan keringat berasal dari lapisan eksoderm embrio. Dermis
(skuamosa) berlapis, dengan beberapa lapisan yang terlihat jelas. Jenis sel yang
utama disebut “keratinosit”. Keratinosit adalah hasil pembelahan sel pada lapisan
epidermis yang paling dalam stratum basal, tumbuh terus kearah permukaan kulit
2005). Epidermis terdiri dari 5 lapisan dari yang terluar hingga dalam, yaitu
1. Lapisan tanduk
Starum korneum tersdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak
suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam yang disebut
2. Lapisan jernih
jelas pada telapak tangan dan telapak kaki (Tranggono dkk, 2007).
3. Lapisan berbutir-butir
4. Lapisan malphigi
4
Lapisan malphigi memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti
berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi flamen-flamen kecil yang
5. Lapisan basal
basal juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami
dkk, 2007).
Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis
terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada dalam
subtansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida,
serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas
lemak. Didalam dermis terdapat folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat,
saluran keringat, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung syaraf
5
Gambar 1. Anatomi kulit manusia (Mikrajudin, 2006)
2. Tanaman Kelengkeng
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnolopsida
Ordo : Sapindales
Familia : Sapindaceae
Genus : Euphoria
Asia Tenggara dan termasuk keluarga dari buah rambutan dan leci. Tanaman
6
Daun Kelengkeng termasuk daun majemuk (Syahputra dan Harjoko, 2011).
Tiap tangkai memiliki tiga sampai enam pasang daun. Bentuknya bulat panjang
dan ujungnya agak runcing. Kuncup daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi
ada pula yang berwarna merah. Perbungaan umumnya di ujung (flos terminalis),
(malai). Mahkota bunga lima helai, warna bunga tanaman Kelengkeng kuning
muda atau putih kekuningan, ukurannya sangat kecil sehingga hanya dapat
mengandung banyak air. Di tengah daging buah terdapat biji berwarna hitam atau
coklat tua (Rahmah, 2013). Daging buah kelengkeng mengandung banyak zat gizi
yang penting untuk kesehatan dan kesegaran tubuh karena mengandung sukrosa,
glukosa, protein (nabati), lemak, vitamin A, vitamin B dan asam tartarik yang
3. Ekstraksi Ultrasonik
yang terdiri dari infrasonik (frekuensi < 20 Hz), suara yang dapat didengar
Penelitian yang dilakukan oleh Garcia dan Castro (2007) mengatakan bahwa
7
adalah memiliki efisiensi lebih besar, waktu operasi lebih singkat, dan biasanya
konvensional.
4. Lulur Scrub
Luluran adalah aktivitas menghilangkan kotoran, minyak atau kulit mati yang
dilakukan dengan pijatan diseluruh badan. Hasilnya dapat langsung terlihat, kulit
lebih halus, kencang, harum, dan sehat bercahaya (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
merawat kulit agar tidak terlihat gelap, selalu bersih, halus dan cerah (Darwati,
2003). Menurut Achroni (2012), dengan menggunakan lulur maka sel kulit mati
yang menumpuk dipermukaan kulit terangkat sehingga kulit tidak terlihat gelap,
Kosmetik tersedia dalam berbagai sediaan salah satunya dalam sediaan lulur
mengandung bahan agak kasar atau biasa disebut kosmetik obrasiver (Alam M,
2009). Bahan-bahan dasar scrub cream sama dengan krim pembersih kulit pada
mengangkat sel-sel yang sudah mati dari epidermis. Sediaan lulur scrub dari
2007).
8
5. Antioksidan
dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Salah satu
bentuk senyawa oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di
dalam tubuh dan dipicu oleh bermacam-macam faktor (Winarsi, 2007). Jenis
antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan antioksidan sintetik
6. Optimasi
optimasi antara lain factorial design, simplex lattice design (SLD), dan sequential
design.
Simplex lattice design adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
bahan yang akan diuji. Penetapan metode simplex lattice design dimulai dengan
menyiapkan berbagai formula yang berisi kombinasi dari bahan yang digunakan.
(simplex) yang dapat digunakan untuk memprediksi profil respon (Bolton dan
Bon, 2004).
9
Profil sifat campuran biner ditentukan dengan memplotkan persamaan yang
Keterangan :
B1, B2, B12 : koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan
Penentuan formula optimal diperoleh dari respon total yang paling besar dan
R’1 + R’2 + R’3 +… +R’n merupakan respon dari masing masing sifat fisik
dilakukan pada formula yang memiliki respon paling optimal (Amstrong dan
James, 1996).
7. Monografi Bahan
1. Asam stearat
Kristal putih atau kekuningan, sedikit berbau dan rasa menyerupai lemak.
Asam stearat umumnya digunakan dalam sediaan oral dan topikal. Dalam
sediaan topikal asam stearat digunakan sebagai emulgator atau sebagai pelarut
10
Gambar 2. Struktur asam stearat (Rowe dkk, 2009)
2. Propilen Glikol
Propilen glikol berbentuk cairan kental, jernil, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab. Kelarutannya dapat
bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan
dalam beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak
3. Metil Paraben
Metil paraben berbentuk hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida,
mudah larut dalam etanol dan dalam eter (Depkes RI, 1995).
11
Gambar 4. Struktur metil paraben (Rowe dkk, 2009)
4. Propil Paraben
Propil paraben berbentuk serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
Kelarutannya sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan
5. Tepung Beras
Tepung beras diperoleh dari Oryza sativa L. Pemerian serbuk sangat halus,
1979).
6. Setil Alkohol
sediaan farmasi seperti emulsi, krim, dan salep. Dalam emulsi minyak dalam
air (M/A) setil alkohol dapat meningkatkan stabilitas dari emulsi. Biasanya
12
Gambar 6. Struktur setil alkohol (Rowe dkk, 2009)
7. Parafin Cair
diperoleh dari minyak tanah. Pemerian hablur tembus cahaya atau agak buram,
tidak berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa, agak berminyak.
Kelarutan tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua jenis
8. Adeps Lanae
Adeps lanae merupakan zat serupa lemak yang telah dimurnikan dan
diperoleh dari bulu domba. Adeps lanae mengandung air tidak lebih dari 0,25%
dan kelarutannya tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%),
9. Span 60
monostearate praktis tidak larut dalam air tetapi dapat terdipersi dalam air, dan
13
sukar larut alkohol. Memiliki titik lebur dalam rentang 50-60ºC (Great Britain
10. Tween 60
merupakan cairan kental, buram, kuning, bau agak harum atau bau minyak.
Pada suhu lebih dari 24 derajat menjadi cairan jernih seperti minyak. Kelarutan
: larut dalam air, minyak biji kapas, praktis tidak larut dalam minyak mineral,
dapat campur dalam dengan aseton P dan dengan dioksan P. Bobot per
milliliter kurang lebih 1,10 gram, bilangan asam tidak lebih dari 2,0 (Rowe
dkk,2003).
11. Aquadest
Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan. Air
murni dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis, atau
14
dengan cara yang sesuai. Air murni lebih bebas kotoran maupun mikroba.Air
F. Landasan Teori
dan polifenol. Dengan menggunakan lulur maka sel kulit mati yang menumpuk
dipermukaan kulit terangkat sehingga kulit tidak terlihat gelap, bersih, halus dan
mengangkat sel-sel yang sudah mati dari epidermis (Tranggono, dkk, 2007).
Menurut Yumas, dkk, (2015) komponen aktif (polifenol dan flavonoid) sendiri
bertindak sebagai zat pelindung kulit dari sinar ultraviolet, mengangkat sel-sel
kulit yang telah mati dan sekaligus bertindak sebagai antioksidan. Emulsi
nonionik yang digunakan adalah span 60 dan tween 60. Dasar pemilihan
emulgator jenis ini karena bahan ini netral, tidak toksik dan mudah bercampur
dengan bahan lain serta tidak dipengaruhi oleh perubahan pH dan penambahan
G. Hipotesis
15
2. Variasi konsentrasi tween 60 dan span 60 dengan perbandingan tertentu akan
16
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat yang Digunakan
1. Bahan
stearat, span 60, tween 60, setil alkohol, propilen glikol, paraffin cair, adeps
2. Alat
seperangkat alat gelas, ayakan no. mesh 40. Alat untuk ekstraksi adalah
rotary evaporator (Heidolph), botol sampel. Alat yang digunakan untuk uji
sifat fisik lulur scrub alat daya sebar, alat daya lekat, stopwatch, pH meter
B. Jalannya Penelitian
1. Determinasi Tanaman
tanaman kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.) yang akan digunakan dalam
17
2. Pembuatan Ekstrak Daun Kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.)
Serbuk daun kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.) dibeli dari PT. Temu
Gesang desa Brangkal, Kalikuto RT. 01 RW. 01, Grabag, kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Sampel diambil dari tanaman budidaya (kultivar) sehingga identitas
jenis, lokasi tumbuh, keseragaman umur, serta masa panen tanaman dapat
ultrasonik, dengan perbandingan sampel dan pelarut 1:10 dan lama ekstraksi 20
menit (Handayani dkk., 2016). Bak ultrasonik diisi dengan air, serbuk daun
kelengkeng sebanyak 50 gram ditambah dengan pelarut etanol 96% sebanyak 500
mL, dimasukan kedalam beker glass 500 mL dan kemudian dicelupkan kedalam
bak ultrasonik. Proses ekstraksi dengan ultrasonik dilakukan pada suhu 45°C
disaring dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat dan residu yang tidak
18
3. Formulasi Lulur Scrub Ekstrak Daun Kelengkeng
a. Formula sediaan lulur scrub menurut Maria dkk (2016) sebagai berikut:
1 1 1
Ekstrak teh hitam
10 10 10
Beras putih
5 5 5
Asam stearat
1 2 3
Span-tween 60
3 3 3
Setil alkohol
0,2 0,2 0,2
Propilenglikol
5 5 5
Paraffin cair
5 5 5
Adeps lanae
0,1 0,1 0,1
Metil paraben
0,05 0,05 0,05
Propil paraben
100 100 100
Aquadest ad
19
b. Pemilihan formula lulur scrub ekstrak etanol daun kelengkeng dengan
Ekstrak daun 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
kelengkeng
10 10 10 10 10 10 10 10
Beras putih
5 5 5 5 5 5 5 5
Asam stearat
9 5 9 1 5 7 3 1
Span 60
1 5 1 9 5 3 7 9
Tween 60
3 3 3 3 3 3 3 3
Setil alkohol
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Propilen glikol
5 5 5 5 5 5 5 5
Paraffin cair
5 5 5 5 5 5 5 5
Adeps lanae
0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Metil paraben
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Propil paraben
100 100 100 100 100 100 100 100
Aquadest ad
Keterangan :
stearat, setil alkohol, dan span 60, kemudian ditambahkan propil paraben, suhu
20
o
dipertahankan pada 70 C. Fase air dibuat dengan melarutkan metil paraben
dalam air yang telah dipanaskan dan ditambahkan propilenglikol, parafin cair,
o
kemudian ditambahkan tween 60, dipertahankan pada suhu 70 C. Krim dibuat
a. Pengujian organoleptis
scrub yang telah dibuat meliputi pengamatan perubahan warna, tekstur dan
b. Pengujian pH
c. Daya Sebar
kembali dengan kaca lain, kemudian ditunggu selama 60 detik dan diukur
daya sebarnya. Pengukuran daya sebar pertama kali dilakukan tanpa ada
penutup secara bertahap mulai dari 50, 100, 150, 200, 250, 300, dan 1.000
21
gram. Pengukuran daya sebar dihentikan jika lulur scrub tidak menyebar
lagi (konstan).
d. Uji Viskositas
scrub sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam cup dan rotor dipasang.
Rotor tidak boleh menyentuh dasar cup dan harus mencapai batas pada
scrub untuk melekat. Semakin tingginya daya lekat lulur scrub , maka
semakin banyak zat aktif yang dapat terabsorpsi karena lamanya sediaan
C. Analisis Data
Data karakteristik fisik sediaan lulur scrub formula optimal dari software
Design Expert® 10.0.1 yang meliputi pH, viskositas, daya sebar, dan daya lekat.
fisik sediaan lulur scrub formula optimal dengan hasil perhitungan teoritis dengan
Perbedaan yang signifikan dinyatakan bila signifikansi hasil uji beda kurang dari
0,05 (p < 0,05). Jika tidak ada perbedaan signifikan antara data karakteristik fisik
sediaan lulur scrub formula optimal dengan data karakteristik fisik hasil
22
perhitungan teoritis, maka persamaan simplex lattice design yang digunakan
dinyatakan valid.
23
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
lokasi tumbuh, keseragaman umur, serta masa panen tanaman dapat diketahui
dengan jelas. Kadar air serbuk simplisia daun kelengkeng menunjukan 6% dan
memenuhi standar kadar air dalam suatu simplisia yaitu <10% (Depkes RI.,
2000). Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ultrasonik
berat serbuk 800gr dilarutkan dalam 8000mL etanol 96% selama 20 menit. Prinsip
senyawa ekstrak. Efek mekanik yang ditimbulkan adalah memecah dinding sel
24
Semakin banyak jumlah pelarut etanol yang kontak dengan zat yang disari maka
akan menimbulkan proses plasmolisis yang menyebabkan zat aktif keluar sel dan
prosesnya yang cepat dan mudah dengan hasil yang didapat banyak (Yuswi,
2017).
dikentalkan dengan rotary evaporator dengan suhu 45°C. Proses ekstraksi daun
rendemennya adalah 22,36%. ). Etanol 96% juga dipilih sebagai pelarut karena
etanol memiliki sisi polar (adanya gugus OH) dan sisi non-polar (rantai C-C)
sehingga dapat melarutkan sebagian besar analit yang dikandung serbuk daun
kelengkeng, selain itu etanol juga memiliki titik didih yang rendah dan cenderung
aman (tidak beracun dan berbahaya) (Ramadhan dan Phaza, 2010). Ekstrak yang
diperoleh berwarna hijau kehitaman pekat, berbau khas dan disimpan dalam
wadah kaca tertutup rapat dan terlindung dari cahaya agar komponen zat aktif dari
25
C. Karakteristik Fisik Lulur Scrub
langsung tanpa menggunakan alat bantu meliputi tekstur, warna, dan bau. Hasil
Keterangan :
Formula I : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula II : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula III : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula IV : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Formula V : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula VI : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (7:3) %
Formula VII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (3:7) %
Formula VIII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
2. pH Lulur Scrub
keasaman atau kebasaan dari sutau sediaan. pH yang terlalu asam (<4,5) akan
membuat kulit menjadi iritasi, sedangkan pH yang terlalu basa (>7) akan
26
Tabel V Data pH Lulur Scrub
pH
Formula
6,0
I
5,6
II
6,3
III
5,6
IV
5,2
V
5,3
VI
5,1
VII
6,1
VIII
Keterangan :
Formula I : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula II : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula III : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula IV : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Formula V : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula VI : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (7:3) %
Formula VII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (3:7) %
Formula VIII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Keterangan :
Y : Respon pH lulur scrub
A : Span 60 (bagian)
B : Tween 60 (bagian)
AB : Interaksi kedua komponen
27
Gambar 9. Profil pH emulgel ketoprofen menggunakan simplex lattice design
Berdasarkan profil grafik (gambar 10) dan nilai koefisien persamaan (1)
konsentrasi tween 60, maka pH pada lulur scrub semakin turun. Bentuk interaksi
antara span 60 dan tween 60 (nilai koefisien = - 2,97) adalah penurunan pH lulur
scrub. Dari delapan formula yang diukur pHnya dengan pH meter memiliki pH
5,1 - 6,3.
3. Daya Lekat
untuk melekat. Semakin lama lulur scrub melekat pada kulit maka zat aktif yang
terabsorpsi semakin banyak karena lamanya waktu kontak lulur scrub dengan
kulit. Hasil dari pengukuran daya lekat dapat dilihat pada tabel VI.
28
Tabel VI. Data Daya Lekat Lulur Scrub
Formula Daya Lekat
I 0,93
II 0,55
III 0,83
IV 0,54
V 0,60
VI 0,93
VII 0,93
VIII 0,60
Keterangan :
Formula I : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula II : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula III : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula IV : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Formula V : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula VI : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (7:3) %
Formula VII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (3:7) %
Formula VIII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Berdasarkan profil daya lekat lulur scrub yang diperoleh dari pendekatan simplex
Gambar 10. Profil daya lekat emulgel ketoprofen menggunakan simplex lattice design
Berdasarkan profil grafik (gambar 11) dan nilai koefisien persamaan (2) dapat
lulur scrub. Komponen span 60 (nilai koefisien = 88) memiliki pengaruh lebih
29
besar dibandingkan dengan tween 60 (nilai koefisien = 57) dalam meningkatkan
daya lekat lulur scrub. Semakin naik konsentrasi span 60 berpengaruh pada
peningkatan daya lekat lulur scrub, sedangkan semakin tinggi konsentrasi tween
60 maka daya lekat pada lulur scrub semakin turun. Bentuk interaksi antara span
60 dan tween 60 (nilai koefisien = - 60) adalah nilai penurunan daya lekat lulur
scrub.
4. Daya Sebar
Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui seberapa lua suatu sediaan
menyebar pada kulit. Semakin besar nilai daya sebar dari suatu sediaan maka
semakin luas melindungi kulit dan memberikan kenyamanan pada saat digunakan.
Berdasarkan pengujian daya sebar diperoleh hasil yang memenuhi syarat yaitu
penerimaan konsumen (Yenti et al., 2014). Hasil dari pengukuran daya sebar
Keterangan :
Formula I : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula II : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula III : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula IV : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Formula V : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
30
Formula VI : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (7:3) %
Formula VII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (3:7) %
Formula VIII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Berdasarkan profil daya lekat lulur scrub yang diperoleh dari pendekatan simplex
Keterangan :
Y : Respon daya lekat lulur scrub
A : Span 60 (bagian)
B : Tween 60 (bagian)
AB : Interaksi kedua komponen
Gambar 11. Profil daya lekat emulgel ketoprofen menggunakan simplex lattice
Berdasarkan profil grafik (gambar 12) dan nilai koefisien persamaan (3) dapat
lulur scrub. Komponen span 60 (nilai koefisien = 4,15) memiliki pengaruh lebih
berpengaruh pada peningkatan daya lekat lulur scrub, sedangkan semakin tinggi
konsentrasi tween 60 maka daya sebar pada lulur scrub semakin turun. Bentuk
interaksi antara span 60 dan tween 60 (nilai koefisien = - 2,19) adalah nilai
31
5. Viskositas Lulur Scrub
Keterangan :
Formula I : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula II : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula III : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (9:1) %
Formula IV : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Formula V : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (5:5) %
Formula VI : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (7:3) %
Formula VII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (3:7) %
Formula VIII : Lulur scrub EEDK dengan konsentrasi span 60 dan tween 60 (1:9) %
Berdasarkan profil viskositas lulur scrub yang diperoleh dari pendekatan simplex
Keterangan :
Y : Respon viskositas lulur scrub
A : Span 60 (bagian)
B : Tween 60 (bagian)
AB : Interaksi kedua komponen
32
Profil variasi dua komponen terhadap respon viskositas dapat terlihat pada gambar
13 sebagai berikut :
Gambar 12. Profil daya lekat emulgel ketoprofen menggunakan simplex lattice
Berdasarkan profil grafik (gambar 13) dan nilai koefisien persamaan (4) dapat
konsentrasi tween 60, maka viskositas pada lulur scrub semakin turun. Bentuk
peningkatan viskositas lulur scrub. Dari delapan formula yang diukur viskositas
Penentuan formula optimal dari 8 sediaan lulur scrub yang dibuat dengan
menggunakan parameter optimasi berupa pH, daya sebar, daya lekat, dan
viskositas. Formula lulur scrub yang optimal dapat ditentukan dengan cara
33
melihat nilai respon total tertinggi dari seluruh parameter, yang dapat dilihat pada
gambar 13.
optimal adalah formula yang berada pada garis horizontal puncak maksimum
(tertinggi) dan memiliki nilai desirability 1.00. Penentuan formula yang optimal
dapat ditentukan dari perhitungan Design Expert® 10.0.1. Formula yang terpilih
perbandingan 3,4% dan 6,6% mempunyai nilai pH 5,29, viskositas 12159,73 cP,
daya sebar 5,2 cm , daya lekat 0,84 detik. Secara teorirtis lulur scrub yang dibuat
yang optimal.
peningkatan pada pH, daya lekat, viskositas, tetapi penurunan pada daya sebar.
penurunan pada pH, daya lekat, dan viskositas. Interaksi antara span 60 dan tween
34
60 dapat meningkatkan viskositas , tetapi menurunkan pH, daya sebar, dan daya
lekat.
yang disebut formula optimum teoritis. Formula yang didapat dilakukan validasi
untuk mengetahui apakah formula optimal teoritis sesuai dengan formula goal.
0,50. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara hasil formula optimal teoritis dengan formula goal, sehingga persamaan
dipercaya atau valid. Hasil validasi persamaan simplex lattice design disajikan
Tabel VII Validasi Persamaan Simple Lattice Design Lulur Scrub Ekstrak Etanol Daun
Kelengkeng
Uji Hasil formula Hasil formula
(satuan) acuan secara optimal percobaan Signifikansi
teoritis (goal)
Viskositas (cP) 12159,72 4728,30 0,50
pH 5,23 5,44 0,50
Daya sebar (cm) 5,20 5,67 0,50
Daya lekat (detik) 84,00 92,60 0,50
35
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
pH, daya lekat, dan viskositas. Interaksi antara span 60 dan tween 60 dapat
lekat.
formula optimal.
B. Saran
Perlu dilakukan uji iritasi dan stabilitas fisik pada formula optimal lulur scrub
36
DAFTAR PUSTAKA
Baker, A. A., Sosro, K., dan Suditomo, B., 1998, Pembakaran hutan di
Kalimantan, Majalah Kehutanan, 5, 23 – 25.
Culver, J.P., Durduran, T., Furuya, D., Cheung, C., Greenberg, J.H., dan Yodh,
A.G., 2003a, Diffuse optical tomography of cerebral blood flow,
oxygenation, and metabolism in rat during focal ischemia, Journal of
Cerebral Blood Flow & Metabolism, 23, 911 – 924.
Culver, J.P., Siegel, A.M., Stott, J.J., dan Boas, D.A., 2003b, Volumetric diffuse
optical tomography of brain activity, Optics Letters, 28, 2061 – 2063.
Gao, H. dan Zhao, H., 2009, A fast forward solver of radiative transfer equation,
Transport Theory and Statistical Physics, 38, 149 – 192.
Guven, M., Yazici, B., Giladi, E., dan Intes, X., 2007, Adaptive mesh generation
for diffuse optical tomography, 4th IEEE International Symposium on
Biomedical Imaging: From Nano to Macro, 1380 - 1383.
Hill, R., 1997, The mathematical theory of plasticity, Oxford Press, Oxford, 545 –
547.
Kramer, A., Djubiantono, T., Aziz, F., Bogard, J. S., Weeks, R. A., Weinand, D.
C., Hames, W. E., Elam, J. M., Durband, A. C., dan Agus, 2005, The first
hominid fossil recovered from West Java, Indonesia, Journal of Human
Evolution, 48, 661 – 667.
Kumai, H., Itihara, M., Sudijono, Shibasaki, T., Aziz, F., Yoshikawa, S.,
Akahane, S., Soeradi, T., Hayashi, T., dan Furuyama, K., 1985, Geology
and stratigraphy of the Mojokerto Area, 55 – 61 dalam Watanabe, N. dan
Kadar, D., ed., Quaternary geology of the hominid fossil bearing formations
in Java, hal. 378, Geological Research and Development Centre, Bandung-
Indonesia.
Wijaya, R., 1996, Diagnosis penyakit tipus dengan metode PCR, Skripsi, Institut
Teknologi Bandung, 25 – 29.
37
Data Air Mampu Curah periode 1950 – 2000 merupakan data grid (reanalisis) dari
National Centre for Environmental Prediction (NCEP), data diperoleh
melalui situs internet: http://www.esrl.noaa.gov/psd/data/gridded/data
.ncep.reanalys2.html. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013.
Data Indeks DM periode 1901 – 2000 hasil reanalisis dari Japan Agency for
Marine Earth Science and Technology (JAMSTEC), data diperoleh
melalui situs internet:
http:/www.jamstec.go.jp/frcgc/research/d1/iod/kaplan_sst_dmi _new.txt.
Diunduh pada tanggal 28 Oktober 2013.
Peta Pola Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudra India Ekuatorial, diperoleh
melalui situs internet: http://www.jamstec.go.jp/frsgc/research/d1/iod/.
Diunduh pada tanggal 2 Agustus 2012.
Catatan:
1 Daftar pustaka umum secara berurutan menunjukkan cara penulisan, sebagai
berikut:
Pustaka ke 1 adalah majalah yang ditulis oleh lebih dari 2 orang penulis.
Pustaka ke 2 adalah jurnal yang ditulis 1 orang penulis.
Pustaka ke 3 dan ke 4 adalah dua pustaka yang masing-masing ditulis oleh
penulis utama yang sama, namun diterbitkan pada waktu yang berbeda.
Pustaka ke 5 adalah pustaka yang ditulis oleh 2 orang.
Pustaka ke 6 adalah pustaka yang dipublikasikan melalui konferensi.
Pustaka ke 7 adalah buku.
Pustaka ke 8 adalah jurnal yang ditulis oleh lebih dari 2 orang penulis.
Pustaka ke 9 adalah buku yang tiap babnya ditulis oleh penulis yang berlainan
disertai editor.
Pustaka ke 10 adalah prosiding.
Pustaka ke 11 adalah disertasi program doktor.
2 Kriteria tambahan seperti referensi apa yang layak/tak layak untuk
dicantumkan di daftar pustaka mengikuti kelaziman di masing-masing disiplin
keilmuan dan diatur oleh KPPs-Fakultas.
3 Tidak diijinkan melakukan sitasi dari koran, radio atau TV kecuali dijadikan
objek penelitian. Daftar pustaka dari situs internet juga ditulis berurutan
berdasarkan abjad, tidak perlu nomor urut.
4 Apabila terdapat pustaka yang merujuk pada tesis program magister, maka
cara penulisannya menyesuaikan seperti pustaka ke 11.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Tulis nama dokumen yang dilampirkan
40