Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS STRATEGI

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING


DALAM MENGHADAPI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

STRATEGY ANALYSIS OF
MUHAMMADIYAH GAMPING HOSPITAL
FACING NATIONAL HEALTH INSURANCE

Ario Tejosukmono
Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Rumah Sakit
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan Bantul, Yogyakarta, 55183
Email: drtejo.at@gmail.com

INTISARI

Latar Belakang:Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan


Sosial Nasional , mengamanatkan bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu
Jaminan Kesehatan Nasional dimulai 1 Januari 2014. Sebagai rumah sakit swasta
yang mengikuti program tersebut, RS PKU Muhammadiyah Gamping harus
mempunyai strategi yang tepat untuk menghadapinya.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis strategi RS PKU


Muhammadiyah Gamping menghadapi Jaminan Kesehatan Nasional. Analisis
menggunakan analisis SWOT kuantitatif untuk mengetahui posisi sebenarnya dari
rumah sakit sehingga dapat memilih strategi yang tepat.

Metode: Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam,


kuesioner , dan telaah dokumen. Sampel penelitian adalah jajaran direksi RS PKU
Muhammadiyah Gamping berjumlah 4 orang.

Hasil: analisis SWOT kuantitatif menempatkan rumah sakit pada kuadran III ,
yang berarti bahwa rumah sakit berada di posisi mempunyai banyak kelemahan
namun memiliki banyak kesempatan, maka harus melakukan perubahan strategi.
Dalam penelitian ini ada 10 strategi yang bisa dilakukan. Beberapa strategi yang
dapat dilakukan adalah pembuatan Clinical Pathway, menghitung ulang unit cost
dan pemanfaatan Teknologi Informasi Rumah Sakit dan bridging dengan sistem
BPJS.

Kesimpulan: RS PKU Muhammadiyah Gamping harus melakukan perubahan


strategi sesuai dengan posisi Rumah Sakit pada kuadran III.
Kata kunci : analisis SWOT; strategi rumah sakit; SJSN; JKN

ABSTRACT

Background: Law Number 40 Year 2004 regarding National Social Security


System, mandated that National Social Security System as National Health
Insurance starting January 1, 2014. As a private hospital that follow the program,
PKU Muhammadiyah Gamping Hospital must have the right strategy for Face it.

Purpose: This study aims to analyze the strategy of PKU Muhammadiyah


Gamping Hospital facing National Health Insurance. The analysis used a
quantitative SWOT analysis to determine the actual position of the hospital,so that
it can choose the right strategy.

Methods: Data collection using in-depth interview method, quesioner, and


document review. The sample of the research is the directors of PKU
Muhammadiyah Gamping Hospital which amounted to 4 people.

Results: Quantitative SWOT analysis puts the hospital in quadrant III, which
means that the hospital is in a position of having many weaknesses but has many
opportunities, Then have to make a strategy change. In this research there are 10
strategies that can be done. Some strategies that can be done is making Clinical
Pathway, recalculate unit cost and utilization Hospital Information Technology
and bridging with BPJS system.

Conclusion: PKU Muhammadiyah Gamping Hospital must make a strategy


change according to the position of hospital in quadrant III.

Keywords: SWOT analysis; Hospital strategy; Nasional Social Security; NHI


PENDAHULUAN pelaksanaan program yang bertahap,
diharapkan pada tahun 2019 seluruh

Undang-Undang Nomor 40 rakyat Indonesia sudah memiliki

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Jaminan Sosial. Maka bila seluruh

Sosial Nasional , mengamanatkan masyarakat sudah memiliki jaminan

bahwa Sistem Jaminan Sosial atas kesehatannya, sistem fee for

Nasional yaitu Jaminan Kesehatan service atau out of pocket sudah

Nasional dimulai 1 Januari 2014. tidak banyak diterapkan lagi. Rumah

Rumah sakit sebagai pemberi Sakit Swasta mau tidak mau harus

fasilitas dan pelayanan dalam mempersiapkan diri menuju

pelaksanaan program SJSN dituntut Universal Coverage bila tidak mau

untuk siap. Dengan berlakunya eksistensinya terganggu. Untuk itu

program ini pasti akan membawa rumah sakit diharapkan bisa

dampak pada Rumah sakit, baik berbenah, menyiapkan diri dan

dalam bidang keuangan, segi menyusun strategi agar pelaksanaan

pelayanan maupun bidang-bidang SJSN ini bisa berhasil, memberi

lain yang terkait. Target pasar dari manfaat bagi seluruh masyarakat

Rumah Sakit akan meningkat dengan Indonesia.

berlakunya Program ini, dengan Rumah Sakit PKU

meningkatnya kunjungan diharapkan Muhammadiyah Gamping

dapat meningkatkan kinerja merupakan salah satu Rumah Sakit

keuangan, dengan catatan dapat swasta yang berada di propinsi

memberikan pelayanan yang efisien Daerah Istimewa Yogyakarta

dan efektif. (1) bertempat di daerah Gamping Jalan

Rumah sakit swasta diberikan Wates. RS ini dibuka pada tanggal

kebebasan untuk memilih, apakah 15 Februari 2009, dan baru pada

akan mengikuti program Jaminan tanggal 18 November 2013

Kesehatan Nasional, yaitu dengan mendapatkan ijin operasional sebagai

bekerjasama dengan Badan RS Tipe C. Sebagai Rumah sakit

Penyelenggara Jaminan Kesehatan swasta baru yang akan menghadapi

(BPJS) atau tidak. Dengan target Jaminan Kesehatan Nasional, maka


diperlukan strategi yang matang. daya internal perusahaan yaitu
Sehingga sangat menarik melihat kekuatan dan kelemahan dengan
bagaimana RS PKU Muhammadiyah situasi eksternal perusahaan yaitu
Gamping menyiapkan diri peluang dan ancaman.
menghadapi Jaminan Kesehatan Dengan menggunakan
Nasional 2014. Berdasarkan analisis SWOT ini, peneliti
permasalahan di atas, penulis menentukan kekuatan, kelemahan,
menganggap perlu diadakan peluang dan hambatan yang dimiliki
penelitian mengenai hal tersebut. Rumah Sakit sehingga dapat
Dari permasalahan diatas, merumuskan pada kuadran mana
penulis akan meneliti bagaimana Rumah Sakit berada dan bisa
strategi rumah sakit dalam menyusun strategi yang tepat untuk
menghadapi Jaminan Kesehatan menghadapi program Jaminan
Nasional serta menentukan kekuatan, Kesehatan Nasional.
kelemahan, kesempatan dan Subyek Penelitian
gangguan yang dimiliki Rumah Sakit Subyek dari penelitian ini
terkait hal tersebut. berjumlah 4 orang yang merupakan
jajaran direksi dan manajerial rumah
BAHAN DAN CARA sakit.
Desain Penelitian Metode Pengumpulan Data dan
Penelitian ini menggunakan Tahapan Penelitian
metode penelitian kualitatif. Tahapan penelitian dimulai
Definisi Operasional dari wawancara mendalam,
Peneliti akan mendefinisikan pembuatan kuesioner dan telaah
variable Analisis Strategi. dokumen.
Analisis strategi Rumah Sakit Tahapan wawancara dimulai
dilakukan dengan menggunakan dari pemilihan informan yang akan
analisis SWOT, . Analisis ini diwawancara, yaitu dari direksi dan
didasarkan pada asumsi bahwa jajaran manajerial pembuat kebijakan
strategi yang efektif diturunkan dari di Rumah Sakit Tahapan selanjutnya,
kesesuaian yang baik antara sumber peneliti menyusun atau merancang
pertanyaan yang mengungkap segala Rumah Sakit, Kinerja pelayanan dan
hal yang berkaitan dengan program beberapa data lain yang terkait.
tersebut dan Rumah Sakit. Metode Analisis Data
Pertemuan kedua dimulai Teknik analisa data
dengan pertanyaan khusus menggunakan analisis SWOT yang
menyangkut strategi rumah sakit, dan dilakukan dengan menggunakan data
juga meliputi kekuatan dan kualitatif hasil wawancara mendalam
kelemahan rumah sakit, serta terhadap direksi dan jajaran
Peluang dan Hambatan rumah sakit manajerial Rumah Sakit. Data
Data yang didapatkan dari kualitatif yang didapat akan
wawancara akan dikategorikan dikelompokkan menjadi kelompok
menjadi faktor internal dan eksternal. internal yaitu kekuatan dan
Faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta kelompok eksternal
kelemahan RS, sedangkan faktor yaitu peluang dan hambatan. Faktor
eksternal adalah kesempatan dan tersebut menjadi dasar pembuatan
hambatan yang dimiliki RS. Dari kuesioner analisis SWOT.
faktor tersebut, dibuatlah kuesioner Keempat responden diminta
yang bertujuan untuk menilai bobot untuk mengisi kuesioner yang
dan rating masing- masing faktor. disediakan. Pengisian dilakukan
Bobot dan rating akan diisi oleh dengan cara memberi nilai antara 1
responden berdasarkan penting (kurang penting) sampai dengan 10
tidaknya suatu faktor dan (sangat penting) untuk bobot yang
berpengaruh atau tidaknya faktor menunjukkan tingkat kepentingan
tersebut. Setelah data kuantitatif faktor. Sedangkan pada kolom rating
didapat, data akan diolah untuk dengan mengisi nilai 1 (kurang
menentukan RS berada pada kuadran berpengaruh) sampai dengan 5
tertentu. (sangat berpengaruh) untuk
Selanjutnya telaah dokumen, menunjukkan tingkat pengaruh
dokumen-dokumen yang terkait akan faktor.Dalam perhitungannya, bobot
dipelajari dan ditelaah seperti setiap faktor akan dibagi dengan
Rencana Strategi Rumah Sakit, profil jumlah bobot tiap kategori, sehingga
bobot masing-masing kategori adalah pengurangan skor kekuatan dengan
1. Rating akan dinilai oleh keempat kelemahan, yaitu -0,05099. Artinya
responden dan diambil rata-ratanya. RS memiliki kelemahan. Untuk
Data dianalisis dan ditentukan pada faktor eksternal, nilai kesempatan
kuadran mana RS berada, sehingga sebesar 4,26176471 dan gangguan
dapat ditentukan strategi yang cocok sebesar 3,05681818, sehingga dari
. pengurangan nilai kesempatan
HASIL dengan gangguan, didapatkan nilai
Hasil analisis SWOT menurut sebesar 1,204947. Dari hasil analisis
Renstra Rumah Sakit. SWOT ini menunjukkan RS berada
Dari hasil analisis SWOT pada posisi memiliki kelemahan dan
menurut Renstra RS PKU peluang yang dapat dikategorikan
Muhammadiyah Gamping berada masuk kedalam kuadran III
pada posisi memiliki kekuatan dan Analisis SWOT kuantitatif
peluang yang dikategorikan masuk posisi RS PKU Muhammadiyah
kedalam kuadran I, pada posisi ini Gamping menunjukkan RS berada
RS memiliki posisi strategis yang pada kuadran III, artinya bahwa RS
sempurna. harus merubah strategi yang ada
RS di Kuadran ini memiliki untuk mengatasi kelemahan dan
sumber daya yang memadai untuk memaksimalkan kesempatan yang
mengambil keuntungan dari berbagai dimiliki.
peluang eksternal yang muncul di Kekuatan yang dimiliki Rumah
berbagai bidang. Mereka bisa Sakit dalam menghadapi Jaminan
mengambil risiko secara agresif jika kesehatan Nasional yaitu: (1)
perlu karena memiliki kekuatan memiliki staf dan karyawan yang
internal yang cukup. kompak. (2)Lokasi RS yang strategis
Hasil analisis SWOT penelitian yaitu ditepi jalan besar. (3) bangunan
Setelah dilakukan perhitungan baru yang megah dan area yg cukup
didapatkan nilai total kekuatan luas untuk pembangunan gedung dan
adalah 3,75361011 sedangkan rencana perluasan. Sedangkan
kelemahan sebesar 3,8045977, dari kelemahan yang dimiliki yaitu:
(1)Birokrasi yang cukup panjang dan Warga sekitar ( Bantul ) tidak masuk
berjenjang, masih menginduk ke dalam region pelayanan RS, yang
PKU unit 1 (2) Masih berstatus RS tercover hanya Sleman dan
tipe C diharapankan sudah tipe B Kulonprogo saja.
karena fasilitas yang dimiliki setara
tipe B (3) Fasilitas yang bagus PEMBAHASAN
menyebabkan cost perawatan Analisis SWOT yang dilakukan
meningkat, biaya operasional bisa penulis adalah analisis SWOT yang
meningkat juga. berkaitan dengan strategi Rumah
Kesempatan yang dimiliki Sakit menghadapi Jaminan
yaitu: (1) kesempatan untuk Kesehatan Nasional secara khusus.
menaikkan type kelas RS dari C Sedangkan analisis SWOT yang
menjadi B, karena fasilitasnya sudah dilakukan RS PKU Muhammadiyah
memenuhi, hanya perlu memenuhi Gamping adalah analisis secara
persyaratan yang ada (2) Kesempatan umum yang tidak berkaitan langsung
menaikkan status menjadi type B dengan Jaminan Kesehatan Nasional,
pendidikan, dengan makin dan bukan merupakan analisis
banyaknya pasien terutama kelas 3 khusus untuk menghadapinya.
dan (3) BPJS dapat sebagai media Analisis SWOT kuantitatif
sosialisasi kepada masyarakat luas posisi RS PKU Muhammadiyah
dan pasien tentang RS PKU Gamping yang dilakukan
Muhammadiyah Gamping. menunjukkan RS berada pada
Sedangkan hambatan yang dimiliki kuadran III, artinya bahwa RS harus
yaitu: (1) Banyak fasilitas kesehatan merubah strategi untuk mengatasi
tingkat pertama yang belum tahu RS kelemahan dan memaksimalkan
sudah bekerjasama dengan BPJS, kesempatan yang masih sangat
dimungkinkan rujukan bisa beralih terbuka
ke faskes lainnya (2) Tenaga medis Oleh karena itu, penulis
mendapatkan tawaran yang lebih menyarankan beberapa strategi yang
menarik oleh RS sekitar sehingga sekiranya diperlukan untuk
tenaga medis sering „dibajak‟ (3) mengatasi permasalahan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional b. Kerangka Asuhan, berisi
secara khusus sebagai berikut : aktivitas asuhan seluruh tim
1. Membuat Clinical Pathway kesehatan yang diberikan
(CP), minimal untuk 10 kasus kepada pasien, dan aktivitas
yang sering didapat, sehingga tersebut dikelompokkan
terdapat instrumen untuk berdasar kan jenis tindakan,
kendali mutu dan kendali biaya. c. Kriteria Hasil, memuat hasil
Clinical pathway adalah suatu dari standar asuhan yang
konsep perencanaan pelayanan diberikan, meliputi kriteria
terpadu yang merangkum setiap jangka panjang
langkah yang diberikan kepada (menggambarkan kriteria hasil
pasien berdasarkan standar dari keseluruhan asuhan), dan
pelayanan medis dan asuhan kriteria jangka pendek
keperawatan yang berbasis bukti d. Lembar Pencatatan Varian,
dengan hasil yang terukur dan dalam mencatat dan menganalisis
jangka waktu tertentu selama di deviasi dari standar ditetapkan
rumah sakit.(2) dalam Clinical Pathway,
Clinical pathway kondisi pasien tidak sesuai
menggabungkan standar asuhan dengan standar asuhan atau
setiap tenaga kesehatan secara standar tidak bisa dilakukan,
sistematik. Tindakan yang diberikan kesemuanya dicatat dalam
diseragamkan dalam suatu standar lembar varian ini.
asuhan, namun tetap memperhatikan Dengan adanya CP, maka
aspek individu dari pasien. dapat dipastikan tindakan yang
Terdapat empat komponen dilakukan oleh dokter sesuai
utama dari Clinical Pathway(3) dengan standar operasional
meliputi : prosedur. Maka pelayanan
a. Kerangka Waktu, kesehatan terhadap pasien akan
menggambarkan tahapan lebih ditingkatkan. Kualitas
berdasarkan hari perawatan perawatan kesehatan didefinisikan
atau tahapan pelayanan, sebagai '' secara konsisten
memuaskan pasien Dengan dengan tarif pada INA CBG‟s.
menyediakan layanan kesehatan Apabila terdapat kesenjangan
yang manjur, efektif, dan efisien antara tarif RS dan tarif INA
sesuai pedoman dan standar klinis CBG‟s maka RS bisa
terbaru, yaitu memenuhi menyesuaikan dengan cara
kebutuhan pasien dan memuaskan efisiensi biaya tanpa
penyedia layanan. '' Kepuasan mengorbankan pelayanan
pasien dan pemenuhan kebutuhan kepada pasien.
pasien bisa dibilang puncak Sebuah penelitian di RS
Prioritas dalam mencapai kualitas daerah membahas tentang sistem
pelayanan rumah sakit.”.(4) klaim pembayaran INA CBG‟s.
2. Menentukan unit cost untuk Studi tersebut menemukan
mengetahui biaya real dari bahwa manajemen rumah sakit
pelayanan. umum merasa bahwa sistem
Unit cost adalah biaya per baru ini menghasilkan surplus
unit produk atau biaya per finansial lebih banyak. Persepsi
pelayanan. Unit cost itu tidak sejalan dengan prinsip
didefinisikan sebagai hasil akuntansi. Berdasarkan konsep
pembagian antara total cost yang akuntansi, surplus ditentukan
dibutuhkan dibagi dengan dengan membandingkan
jumlah unit produk yang pendapatan dan biaya, sementara
dihasilkan barang dan jasa. (5) itu persepsi surplus yang
Manfaat unit cost secara garis diangkat didasarkan pada
besar adalah untuk mengukur perbandingan antara tarif klaim
kinerja dan tingkat efisiensi serta asuransi kesehatan lama dan
mutu pelayanan kesehatan, yang baru. Selanjutnya, rumah
sehingga kendali mutu dan sakit negeri mencapai surplus
kendali biaya bisa berjalan karena mereka menerima
maksimal. Dengan adanya unit sumbangan dari pemerintah
cost, RS dapat membandingkan untuk biaya gaji dan biaya
biaya prosedur di rumah sakit terkait investasi. Rumah sakit
umum tidak memperhitungkan peserta BPJS Kesehatan yang
dan memasukkan biaya gaji dan sudah mendapat surat rujukan
biaya terkait investasi ke dalam dari fasilitas kesehatan tingkat
penentuan kinerja keuangan primer (Puskesmas) harus
mereka(6). melewati empat tahap antrian.
3. Pemanfaatan teknologi Sistem paperless yang
informasi yang dimiliki untuk diberlakukan di RS akan
pelayanan yang lebih optimal, memperbaiki kualitas pelayanan
menggunakan sistem paperless terhadap pasien. Dalam sebuah
dan bridging dengan sistem penelitian mengenai penggunaan
klaim BPJS. shared EMR (Electronic Medical
Setiap pelayanan kepada record), data dan informasi
pasien di RS akan diterbitkan dalam sistem secara efisien
SEP yaitu Surat Eligibilitas dapat diambil dan
Peserta. Dengan dikeluarkannya dikombinasikan dengan data dan
SEP ini, diharapkan dapat informasi yang baru untuk
memangkas antrian dibuat resume tentang
peserta BPJS Kesehatan di pengetahuan lebih lanjut akan
fasilitas kesehatan tingkat lanjut penyakit pasien, riwayat
seperti rumah sakit umum atau penyakit, pengobatan. Data yang
swasta. Dengan pengembangan tersimpan akan terjaga dan tidak
informasi dan teknologi ini, gampang hilang, namun data
peserta dapat mendaftar sendiri yang tersaji harus bisa
di mesin SEP di RS, tidak perlu diinterpretasikan lebih lanjut
antri di kantor BPJS Kesehatan oleh para dokter, agar bisa
yang ada di RS. memahami gambaran pejalanan
Sebelumnya diberlakukannya pasien lebih rinci. Beberapa
sistem ini, pendaftaran dilakukan sistem yang dibuat kadang
oleh peserta secara manual. sering menyulitkan karena
Peserta harus antri di loket BPJS pembuat program seringnya
Kesehatan yang ada di RS. adalah orang-orang diluar
lingkungan medis. Maka dokter mengetik keluhan ataupun
harus lebih jeli dan kritis terkait diagnosis pasien.
bentuk data yang tersaji dalam Berbeda dengan di unit gawat
shared ERM (Electronic Medical darurat, dokter jaga mayoritas
Record) tersebut.(7) masih berusia muda,sehingga
Di RS PKU Muhammadiyah tidak bermasalah dalam
Gamping, penulisan rekam menggunakan komputer. Hanya
medis sudah menggunakan masalahnya bila pasien IGD
elektronik/ komputer. Banyak meningkat, waktu yang
kendala yang dihadapi dengan dibutuhkan untuk memasukkan
sistem ini. Penulisan Rekam data-data pasien terkait
Medis, terutama di poli spesialis, perjalanan penyakit dan riwayat
pencatatan sering tidak secara lengkap menjadi tidak
dilakukan sendiri oleh dokter cukup dan semakin sempit.
yang bersangkutan, tetapi Sehingga bisa saja data yang
dengan bantuan perawat. Hal ini dimasukkan tidak terlalu
bisa menimbulkan sedikit lengkap.
masalah bila terjadi komunikasi Solusinya beragam, antara
yang kurang baik. Salah lain memberikan pelatihan
penulisan diagnosis,pengobatan kepada para dokter mengenai
dan sebagainya bisa saja terjadi. sistem shared EMR ini maupun
Di poli spesialis, dokter yang menambah petugas untuk input
bertugas adalah mayoritas dokter data rekam medis elektronik.
senior yang sudah tidak terlalu Solusi yang paling cepat adalah
mengikuti kemajuan teknologi, menambah petugas yang khusus
tidak jarang masih kesulitan bertugas mengisi rekam medis
menggunakan komputer. Bila elektronik, namun
hal ini dipaksakan justru kelemahannya akan
pelayanan akan memakan waktu memudahkan terjadinya salah
lama karena kesulitan dalam input bila petugas adalah orang-
orang yang berada di luar Belum lagi dengan
lingkungan medis. pemberlakuan INA CBG‟s maka
4. Rekrutmen SDM baik medis, diperlukan orang yang mengerti
para medis dan non medis. coding untuk klaim
Sesuai dengan PMK No. 56 pembayarannya. Hendaknya
tahun 2014 tentang klasifikasi orang yang akan memasukkan
dan perizinan rumah sakit, coding (koder) adalah orang
rumah sakit tipe/kelas B mengerti dan faham mengenai
mempunyai persyaratan yang diagnosis penyakit. Seringkali
harus dipenuhi terkait tenaga koder adalah orang yang tidak
kerja baik medis, para medis terlalu faham dunia medis atau
maupun non medis bahkan sama sekali bukan dari
Dari pasal diatas diperoleh latar belakang medis. Maka ini
keterangan bahwa jumalah akan menambah kejadian salah
tenaga keperawatan minimal coding, yang berujung pada
sesuai dengan jumlah TT. Dapat tidak terklaimnya pembayaran.
disimpulkan bahwa dengan Beberapa menyarankan coder
jumlah TT di RS sebanyak 105 adalah seorang dokter juga
TT dan akan ditambah lagi sehingga bisa memahami coding
menjadi 220 TT dengan dan apa yang dikerjakan. Namun
dibangunnya gedung dan blok biaya rekrutmen tenaga medis
baru, maka tenaga keperawatan pasti akan lebih tinggi
saja minimal harus ditambah dibandingkan bila merekrut
sejumlah TT yang ada. Hal itu tenaga diluar lingkungan medis.
diperlukan sebagai syarat untuk 5. Melakukan kerja sama dengan
menaikkan kelas RS menjadi PPK primer untuk rujukan
kelas B. Bila masih menjadi berjenjang.
Kelas C maka perbandingan Kerjasama dengan PPK 1 dan
perawat dengan TT adalah 1:3. jejaring mutlak dimiliki oleh RS
Hal ini yang perlu ditelaah oleh yang mengikuti program JKN,
pihak manajemen lebih lanjut. karena PPK 1 merupakan
“pemasok” utama pasien-pasien berganti nama menjadi RS PKU
jaminan. Muhammadiyah Gamping.
Beberapa waktu yang lalu Maka alur birokrasinya akan
telah diinisiasi untuk mendirikan lebih singkat dibandingkan
PPK 1 yang bekerja sama sebelumnya.
dengan BPJS, dan akhirnya 7. Melakukan sosialisasi
terlaksana dengan berdirinya program, pelatihan internal
Klinik Pratama Firdaus yang dan sharing pengetahuan ke
bertempat di wilayah wirobrajan. seluruh tenaga medis di RS.
Dengan adanya klinik pratama Sosialisasi dalah suatu hal
tersebut, maka pasien rujukan ke yang wajib dilakukan bila sistem
tingkat lanjut dapat diarahkan ke baru berjalan, karena sistem baru
RS PKU Muhammadiyah pasti memerlukan penanganan
Gamping. yang berbeda. Petugas rumah
6. Mengatasi alur birokrasi yang sakit menjadi gardu depan dalam
masih berjenjang. menerima “gempuran”
Birokrasi pada RS PKU pertanyaan bertubi-tubi dari
Muhammadiyah unit 2 masih pasien mengenai hal-hal
cukup rumit dan panjang, karena berkaitan dengan BPJS dan
masih menginduk pada RS PKU Jaminan Kesehatan Nasional.
Muhammadiyah unit 1, Disini pihak dari BPJS pun
sedangkan wilayah kerja kedua punya kewajiban untuk
RS tersebut sudah terpaut mensosialisasikan programnya
dengan lokasi yang jauh dimana dan terkait persyaratan klaim
unit 1 ada didalam kota pembayaran.
Yogyakarta, sedangkan unit 2 Sharing pengetahuan di
yang masuk wilayah Gamping, dalam internal Rumah sakit
Sleman. Tapi permasalahan ini punya peranan yang besar dalam
sudah teratasi karena RS PKU peningkatan kualitas perawatan
Muhammadiyah unit 2 sudah dalam hal akurasi pengkodean
lepas dan berdiri sendiri dan diagnosis dalam rumah sakit.(8).
Dengan sharing pengetahuan meningkatkan pelayanan kepada
antar tenaga kesehatan di rumah pasien, sehingga pelayanan yang
sakit, maka dapat membantu diberikan lebih efisien. (9).
meminimalisir salah coding Dengan pelayanan yang lebih
diagnosis, karena kesalahan ini efisien, maka kendali mutu dan
berujung pada tidak terklaimnya kendali biaya dapat terlaksana
pembayaran sebagaimana dan biaya dapat ditekan
mestinya. sedemikian rupa sehingga lebih
Bentuk sharing knowledge efisien. maka kinerja keuangan
yang telah dilaksanakan di RS RS akan baik dalam menghadapi
PKU Muhammadiyah Gamping era BPJS ini.
saat ini adalah rutinnya diadakan
laporan pagi. Laporan pagi tidak 8. Diferensiasi pelayanan dan
hanya untuk mengetahui data perluasan cakupan pelayanan.
pasien apa saja yang dirawat di Dengan target menaikkan
RS, tapi juga menambah tipe/ kelas RS menjadi tipe B
pengetahuan kepada tenaga pendidikan, maka cakupan
medis yang terkait baik dokter pelayanan perlu diperluas sesuai
spesialis, dokter jaga bangsal, syarat yang tertuang pada PMK
tenaga keperawatan dan farmasi No. 56 tahun 2014 tentang
mengenai terapi yang dilakukan klasifikasi dan perizinan rumah
terhadap pasien, diagnosis dan sakit, juga pada PP no. 93 tahun
juga kemungkinan tindakan 2015 tentang Rumah Sakit
lanjutan. Selain meningkatkan Pendidikan.
pengetahuan dan performa Maka Rumah Sakit harus
pelayanan menjadi lebih baik, melengkapi cakupan
salah coding bisa terelakkan. pelayanannya sesuai dengan
Dengan memastikan PMK diatas. Dengan menambah
keberlangsungan pelatihan baik cakupan pelayanan, maka target
internal maupun eksternal pasar semakin luas, hal ini
kepada para karyawan, akan berdampak semakin banyakknya
pelayanan yang digunakan dikelola dengan baik akan
masyarakat, maka semakin merugikan keuangan RS.
tinggi pula pendapatan RS, RS harus mengacu pada
dengan catatan bilapelayanan peraturan sesuai dengan PMK
dapat dilakukan dengan efektif No. 56 tahun 2014 tentang
dan efisien.(1) klasifikasi dan perizinan rumah
9. Pengkajian ulang untuk sakit.(10)
pengadaan ruang dan gedung 10. Pengadaan fasilitas dan alat
baru. kesehatan untuk
Tipe rumah sakit sangat menyesuaikan terhadap target
ditentukan dengan ketersediaan menaikkan kelas RS menjadi
ruang terutama TT yang ada di tipe B.
RS, untuk menaikkan kelas / tipe Untuk melengkapi fasilitas
RS, maka harus difikirkan dan alat kesehatan tersebut,
ketersediaannya disesuaikan harus mengacu pada peraturan
dengan PMK No. 56 tahun 2014 yang tertuang dalam PMK No.
tentang klasifikasi dan perizinan 56 tahun 2014 tentang klasifikasi
rumah sakit. dan perizinan rumah sakit.
Pengadaan ruang kelas 3 Pengadaan fasilitas ini
sebaiknya difikirkan betul, hendaknya mempertimbangkan
karena sebagai RS pendidikan, kemampuan RS dalam
kelas 3 wajib tersedia dan mengelola fasilitas yang ada,
mencukupi, namun jangan jangan semata-mata mengejar
sampai berlebihan karena syarat untuk menaikkan tipe RS,
berkaitan juga dengan biaya dan karena dengan fasilitas yang
klaim BPJS. Klaim untuk kelas 3 lebih, maka cost perawatan dan
tarifnya lebih rendah dibanding maintenance barang akan
kelas diatasnya. Sedangkan semakin tinggi pula. Yang perlu
biaya pelayanan cenderung dipertimbangkan adalah manfaat
sama, sehingga kalau tidak alat kesehatan tersebut dalam
menunjang pelayanan agar lebih 2. Firmanda D. Clinical
baik dan efisien Pathways Kesehatan Anak.
KESIMPULAN Sari Pediatr. 2006;8(3):195–
Analisis SWOT kuantitatif 208.
posisi RS PKU Muhammadiyah 3. Feuth S, Claes L. Introducing
Gamping yang dilakukan clinical pathways as a strategy
menunjukkan RS berada pada for improving care. Int J Care
kuadran III, artinya bahwa RS harus Pathways [Internet].
merubah strategi untuk mengatasi 2008;12(2):56–60. Available
kelemahan dan memaksimalkan from:
kesempatan yang masih sangat http://icp.sagepub.com/content
terbuka. Akan tetapi berdasarkan /12/2/56.full
Renstra RS PKU Muhammadiyah 4. Mosadeghrad AM. Healthcare
Gamping sendiri, menempatkan RS service quality : towards a
pada kuadran I, yang berarti RS broad definition.
berada pada posisi sempurna 2013;26(3):203–19.
sehingga bisa mengandalkan 5. Hansen, D. R., and M. M.
kekuatan yang dimiliki untuk Mowen. "Environmental cost
berkembang dengan pesat. Sehingga management." Management
perlu dipertimbangkan untuk accounting 7 (2005): 490-526
merencanakan strategi yang tepat 6. Ambarriani AS..Hospital
dengan mengubah strategi yang ada Financial Performance in the
sesuai posisi RS di kuadran III. Indonesian National Health
Insurance Era. 4(1):367–79.
DAFTAR PUSTAKA 7. Tully MP, Kettis Å, Höglund
1. Djamhuri A, Amirya M. AT, Mörlin C, Schwan Å,
Indonesian Hospitals under Ljungberg C. Transfer of data
the “BPJS” Scheme: a War in or re-creation of knowledge -
a Narrower Battlefield. J Experiences of a shared
Akunt Multiparadigma. electronic patient medical
2015;6(3):341–9. records system. Res Soc Adm
Pharm. 2013;9(6):965–74.
8. Rangachari P. The strategic
management of organizational
knowledge exchange related
to hospital quality
measurement and reporting.
2008;17(3):252–69.
9. West MA, Guthrie JP,
Dawson JF, Borrill CS, Carter
M. Reducing patient mortality
in hospitals: The role of
human resource management.
J Organ Behav.
2006;27(7):983–1002.
10. KEMENKES. 2014. Peraturan
Menteri Kesehatan No. 56
tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perijinan Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai