Kebijakan Ekonomidalam Membangun Negara Maritim
Kebijakan Ekonomidalam Membangun Negara Maritim
Oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS1
Pendahuluan.
Kemaritiman adalah peradaban dunia karena kepentingan negara-negara di dunia akan
sangat ditentukan bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan laut untuk kemakmuran maupun
keberlanjutan bangsa-bangsa di dunia. Demikian pula Indonesia yang 70 % wilayahnya
berupa laut dan lautan perlu meletakkan arah pembangunan sebagai Negara Maritim. Nenek
moyang bangsa Indonesia pernah mencapai abad keemasan sebagai negara maritim pada saat
Kerajaan Mataram dan Sriwijaya serta kerajaan lainnya di Nusantara yang “menguasai laut”
dari berbagai belahan bumi sehingga mendapatkan kemakmuran bagi rakyatnya dari laut
melalui aktivitas ekonomi maupun perdagangan global dengan memanfaatkan laut. Zaman
kejajayaan mariitim tersebut pudar pada masa penjajahan dan berimbas sampai sekarang
orientasi pembangunan kurang mengintegrasikan pembangunan darat dan laut sebagai sebuah
kekuatan pembangunan yang mensejahterakan bangsa Indonesia (Kusumastanto, 2014)
Posisi strategis Indonesia secara geografis merupakan karunia Tuhan YME berupa laut
yang luas ditaburi pulau –pulau sebagai sebuah kesatuan spasial yang dikenal sebagai
Nusantara. Pemahaman bangsa Indonesia pada Wawasan Nusantara yang dicanangkan
oleh Perdana Menteri Djuanda pada 13 Desember 1957 yang kemudian disahkan dalam
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982) . Kovensi Hukum Laut PBB
tersebut meningkatkan luas wilayah Indonesia sehingga panjang pantai Indonesia mencapai
95.181 km dengan luas wilayah laut 5,8 juta km2, mendominasi yakni 70% dari total luas
territorial Indonesia sebesar 7,7 juta km2 dengan jumlah pulau sekitar 17.000an. Kondisi
tersebut menempatkan . Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki
luas laut dan jumlah pulau yang besar. Wawasan Nusantara tersebut menunjukkan pada dunia
bahwa Nusantara adalah sebagai kesatuan wilayah, kesatuan politik dan kesatuan ekonomi.
Dalam visi pembangunan seharusnya visi darat dan visi laut harus menjadi sebuah kesatuan
yang terintegrasi untuk mensejahterakan rakyat di seluruh wilayah NKRI sehingga dalam
implementasi pembangunan ekonomi maka keterpaduan kekuatan ekonomi berbasis darat
1
Guru Besar Kebijakan Ekonomi Kelautan dan Ketua Program Studi Pascasarjana Ekonomi Sumberdaya Kelautan
Tropika, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Instiut Prtanian
Bogor. tridoyo@indo.net.id. Paper ini merupakan bunga rampai dari berbagai tulisan.
(land based economy) dan ekonomi berbasis laut (ocean based economy) menjadi kekuatan
Ekonomi Nusantara serta menjadi modal yang kuat dalam membangun Negara Maritim.
Dengan potensi fisik yang besar, Indonesia dikaruniai pula dengan sumberdaya kelautan
yang besar dan memiliki prospek ekonomi berbasis kelautan yang sangat potensial. Dari
sumberdaya pulih khususnya sisi keanekaragaman hayati, Indonesia dikenal sebagai negara
dengan kekayaan hayati kelautan terbesar (megabiodiversity) serta potensi sumberdaya tidak
pulih seperti migas dan bahan mineral serta pemanfaatan fungsi laut.
Pasca reformasi perhatian pemerintah terhadap pembangunan ekonomi berbasis
kelautan terlihat semakin besar. Namun demikian sampai saat ini besarnya perhatian tersebut
belum memberikan dampak yang optimal terhadap pembangunan ekonomi nasional. Terlepas
dari belum optimalnya dampak yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia, langkah pemerintah
dalam memperhatikan pembangunan kelautan merupakan modal besar bagi masa depan
ekonomi nasional berbasis kelautan.
Dalam Undang-undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 mengamanatkan delapan misi pembangunan Indonesia,
diantaranya untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan. Dalam Bab III Lampiran
UU No 17 Tahun 2007 tersebut dijelaskan bahwa salah satu misi pembangunan Indonesia
dalam 25 tahun kedepan adalah mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional dengan cara menumbuhkan
wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi
kelautan; meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang berwawasan kelautan melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional
untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan
secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara
berkelanjutan.
Arti penting Laut bagi Bangsa Indonesia dan Dunia.
Sondakh (2004) mengungkapkan bahwa Selat Malaka dan beberapa alur pelayaran yang
terdapat di perairan Indonesia merupakan Garis Penghubung Laut (GPL) atau Sea Lanes of
Communication (SLOC) serta Sea Line of Oil Trade (SLOT). SLOC serta SLOT ini bagaikan
urat nadi bagi kehidupan banyak bangsa, demikian pula bagi bangsa Indonesia sendiri. Bagi
sebagian besar negara di kawasan Asia Pasifik, di mana kebanyakan struktur ekonominya
berorientasi ekspor dan impor, ketergantungan pada keberadaan SLOC menjadi semakin
signifikan. Hal tersebut bersamaan dengan tumbuhnya kekuatan industri di Asia Timur seperti
Jepang, Cina dan Korea, sehingga kebutuhan minyak dari Timur Tengah dari tahun ke tahun
meningkat dengan pesat dan ekspor industrinya menjangkau berbagai penjuru dunia..
Sejalan dengan hal itu, pola hubungan antar bangsa, cenderung bergeser ke arah
semakin menonjolnya kepentingan ekonomi dibandingkan kepentingan lainnya. Sehingga
dampaknya, timbul tuntutan terwujudnya stabilitas kawasan guna menunjang kepentingan
ekonomi tersebut. Jaminan keamanan SLOC/SLOT ini, sangat vital bagi para pengguna laut di
dua kawasan yang menjadi fokus perhatian dunia. Dalam konteks ini, Indonesia dituntut
memberikan jaminan keamanan di Selat Malaka, Selat Singapura, serta jaminan keamanan di
ALKI I, II dan III.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka orientasi pembangunan nasional Indonesia
berbasis kelautan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mendesak.
Kinerja Ekonomi Berbasis Kelautan
Dalam kerangka ekonomi kelautan, paling tidak terdapat 7 (tujuh) spektrum strategis
sektor ekonomi yaitu (1) perikanan; (2) pariwisata bahari; (3) pertambangan dan energi
kelautan; (4) industri maritim; dan (5) transportasi laut; (6) bangunan kelautan; dan (7) jasa
kelautan. Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam kelautan yang dapat menunjang
ketujuh sektor tersebut berkembang dan maju sebagai lokomotif ekonomi bangsa. Box 1
berikut ini menyajikan definisi spektrum ekonomi kelautan (Kusumastanto, 2006).
Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa rata-rata kontribusi perikanan terhadap
total PDB nasional baru mencapai 2,75 persen, Pertambangan Minyak dan Gas Bumi mencapai
5,24 persen, Pengilangan Miyak Bumi mencapai 2,46 persen, Gas Alam Cair (LNG) mencapai
1,56 persen, angkutan laut mencapai 0,35 persen dan angkutan sungai, danau dan
penyebrangan mencapai 0,12 persen. Analisis pertumbuhan ekonomi dari PDB Kelautan
menunjukkan bahwa sektor-sektor dalam bidang kelautan kurang dapat tumbuh secara optimal
hanya sektor perikanan dan angkutan laut tumbuh relatif melibihi rata-rata, sementara sektor
lainnya kurang dapat tumbuh. Hal ini menunjukkan komitmen negara pada bidang kelautan
belum dilakukan dengan baik secara ekonomi maupun pengambangan sumberdaya manusia.
Pertumbuhan PDB bidang kelautan memerlukan investasi dan dukungan kebijakan melalui
peraturan yang mendorong para pelaku bisinis tertarik melakukan investasi pada bidang
ekonomi yang berbasiskan maritim. Perpektif pembangunan harus diubah dengan memadukan
aktivitas ekonomi berbasis laut dan darat menjadi sebuah kesatuan ekonomi nusantara.
Kebijakan-kebijakan tersebut harus diiukuti dengan langkah konkrit membenadi aspek hukum
melalui perbaikan hukum dan perundangan di bidang maritim serta keberpihakan pada ekonomi
kelautan yang berbasiskan ekonomi kerakyatan. Pembangunan struktur ekonomi Indonesia
selalin didorong untuk memberikan dukungan pada pengembangan potensi maritim yang relatif
tertinggal juga diarahkan untuk memberikan kemampuan kepada lembaga negara melalui
ocean governance yang bersih dan berwibawa serta keterpaduannya dengan sektor swasta
mampu mendorong iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan.
Arah Kebijakan Ekonomi Berbasis Kelautan
Berdasarkan kondisi diatas maka arah pembangunan ekonomi kelautan di masa
pemerintahan mendatang seyogyanya lebih difokuskan kepada :
1) Perubahan visi pembangunan yang komprehensif antara pembangunan laut dan darat
yang merupakan dasar wilayah Indonesia sebagai Nusantara sehingga pengembangan
perekonomian yang dibangun adalah visi ekonomi nusantara dalam membangun
Indonesia sebagai Negara Maritim yang kuat, mandiri, adil dan makmur.
2) Pemerintah memberikan komitmen dan keberpihakan yang konsisten pada pembangunan
ekonomi berbasis maritim karena Indonesia memiliki potensi maritim yang besar,
terbatasnya sumberdaya daratan serta manfaat kesejahteraan yang dihasilkan dapat
dirasakan masyarakat Indonesia yang tersebar dari wilayah nusantara.
3) Penataan aspek hukum dan peraturan yang menjamin kepentingan pelaksanaan UUD
1945 khususnya pasal 33 sehingga diperlukan penataan undang-undang dan peraturan
yang harmonis dalam memajukan maritim dan kelautan Indonesia. Unsur penting yang
mendesak adalah segera diundang-undangkannya RUU Kelautan sebagai acuan bagi UU
lainnya yang memayungi aktivitas maritim serta berpihak pada kepentingan nasional.
4) Peningkatan kesadaran dan kerjasama antar pemangku kepentingan kelautan nasional
termasuk didalam penataan kelembagaan negara dibidang kelautan termasuk opsi
pembentukan Kementerian Koodinator Kelautan..
5) Peningkatan investasi di bidang kelautan dan maritim melalui kebijakan fiskal dan
moneter yang progresive berbasiskan kepentingan nasional sehingga investasi dapat
berkembang dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan
kemakmuran bangsa serta mensejahterakan segenap rakyat di seluruh penjuru
nusantara.
6) Mengembangkan konektivitas antar pulau melalui prasarana dan sarana perhubungan
dan telekomunikasi untuk memudahkan masyarakat berinteraksi dan berkomunikasi
dalam mengembangkan potensi maritim yang mendorong aktivitas ekonomi nusantara.
7) Penyusunan grand design pembangunan bidang kelautan yang terdiri dari perikanan,
pariwisata bahari, industri maritim, pertambangan dan energi, transportasi laut, bangunan
kelautan dan jasa kelautan yang berpihak pada pengembangan sumberdaya manusia
Indonesia di masa yang akan datang. Indonesia akan lebih maju kalau didukung oleh
sumberdaya manusia yang baik dan SDM yang baik bisa dibentuk dengan adanya
pendidikan kemaritiman dan kualitas fisik maupun kecerdasan manusia Indonesia.
Daftar Pustaka
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), 2004. Perkembangan Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Dalam Negeri (PMDN) Triwulan 1 2014;
Badan Pusat Statistik. Berbagai terbitan berita resmi statistik;
FAO, 2014. Fishstat April 2014; Rome
PKSPL-IPB, 2004. Strategi Pemanfaatan Dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Ke.
lautan; PKSPL IPB. Bogor
Kusumastanto, T. 2014. Strategi Pembangunan Indonesia Sebagai Negara Maritim. IPB.
Kusumastanto, T. 2013. Pengembangan Ekonomi Maritim: Tantangan Perekonomian
Indonesia. Program Studi Pasca Sarjana Port, Shipping and Logistics
Management. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Kusumastanto, T. 2003.Kebijakan Kelautan di Era Otonomi Daerah. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Kusumastanto. T. 2006. Ekonomi Kelautan. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sondakh, B.K. 2004. Urgensi Kepemimpinan Nasional Bervisi Kelautan Dalam Perspektif
Pertahanan Dan Keamanan. Prosiding INDONESIA OCEAN OUTLOOK 2004
“LAUT MASA DEPAN BANGSA”. Pusat Kajian sumberdaya Pesisir dan Lautan
(PKSPL-IPB);
Undang-Undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025;
Undang-Undang No 31 Tahun 2004 Jo UU No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
UN-Comtrade, 2014. www.un.org
World Bank, 2011. Indeks Kinerja Logistik Indonesia : Pemicu di balik Agenda Reformasi