Rumah sakit ini terbilang sebagai rumah sakit yang cukup luas dan terkenal di
provinsi Sulawesi Selatan. Tepat pukul 08:30 kami tiba di sana. Sebelum melakukan
observasi, terlebih dahulu kami meminta izin melalui surat pengantar dari Fakultas
Kedokteran UMI. Surat permohonan izin tersebut harus disampaikan ke Bagian
Diklat RS Ibnu Sina untuk diterima oleh direktur rumah sakit. Kami mendapat
pelayanan yang sangat ramah dari pegawai dan staff disana.
Suasana rumah sakit cukup sibuk. Terlihat berbagai staf rumah sakit yang sibuk
dengan tugasnya masing-masing. Terlihat pula pasien-pasien yang antri untuk
mendapatkan pelayanan, baik pemeriksaan di poli maupun pengambilan dan
penebusan resep. Sembari menunggu persetujuan dari direktur rumah sakit Ibnu
Sina, saya menyempatkan diri membaca Visi, Misi, Nilai dan Motto dari RS Ibnu
Sina. Adapun visi, misi, dan motto dari RS Ibnu Sina adalah
VISI : Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dengan Pelayanan Kesehatan yang Islami
Ekselen dan Terkemuka di Indonesia
MISI :
1. Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan unggul yang
menjunjung tinggi moral dan etika (Misi Pelayanan Kesehatan).
2. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan kedokteran dan profesional
kesehatan lainnya (Misi Pendidikan).
3. Melangsungkan pelayanan dakwah dan bimbingan spiritual kepada penderita
dan pengelola rumah sakit (Misi Dakwah).
4. Mengupayakan perolehan finansial dari berbagai kegiatan rumah sakit (Misi
Finansial).
5. Meningkatkan kesejahteraan pegawai (Misi Kesejahteraan).
NILAI :
1. Amanah (Jujur, Berdedikasi, dan Bertanggungjawab)
2. Profesional (Kompetensi dan Etika)
3. Akhlaqulqarimah (Menjaga silaturahim, Saling Menghargai dan Kepedulian
yang Tinggi
MOTTO : Hati Tulus Melayani
Setelah membaca visi dan misi dari RS Ibnu Sina saya berharap seluruh staf rumah
sakit menjalankan proses pelayanan kesehatan seperti yang telah tertulis sehingga
kelak akan senantiasa tercipta kepuasan para pasien yang berobat di rumah sakit
tersebut. Setelah surat permohonan izin diterima dan disetujui oleh direktur rumah
sakit, kami kemudian membagi diri dalam kelompok kecil. Ada yang bertugas
melakukan observasi di bagian IGD, di bagian Poliumum, dan di bagian Perawatan.
Sesaat setelah pembagian kelompok, saya dan kedua teman menuju ke bagian
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dari luar bagian IGD terlihat sepi. Hanya ada
beberapa keluarga pasien yang yang duduk di ruang tunggu IGD. Pintu masuk IGD
juga tertutup rapat. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien hanya boleh
didampingi oleh seorang pendamping. Menurut saya, peraturan yang diberlakukan
oleh bagian IGD sudah tepat demi kenyamanan dari pasien sendiri.
Kemudian kami memasuki ruang IGD. Setelah meminta izin kepada perawat jaga,
kami mulai melakukan observasi di dalam IGD. Suasana di dalam IGD sangat
tenang. Ruangan IGD terlihat sangat bersih. Terlihat pula beberapa orang pasien
yang tengah menjalani perawatan. Pasien yang masuk ke IGD ada yang merupakan
pasien umum, ASKES, Jamkesda, dan Jamkesmas. Setelah meminta izin kepada
pasien dan keluarga pasien, kami mulai mengadakan wawancara. Pasien yang
pertama kali kami wawancarai adalah seorang pasien berusia 60 tahun. Beliau
datang ke rumah sakit dengan keluhan demam tinggi. Perawatan yang telah
dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah memberi cairan infus kepada pasien
tersebut dan melakukan pemeriksaan darah untuk memutuskan apakah pasien
harus menjalani rawat inap atau tidak. Dari hasil wawancara yang kami lakukan,
pasien dan keluarga sangat puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh RS Ibnu
Sina. Mereka mengakui para dokter dan perawat sangat ramah. Komunikasi antara
dokter dan pasien juga sangat bagus dan lancar. Dan pasien merasa ada perubahan
yang lebih baik setelah penangan dilakukan
Kami kemudian melanjutkan observasi ke pasien yang lain. Komentar yang tidak
jauh berbeda juga diutarakan oleh pasien yang lainnya. Umumnya mereka
mengakui bahwa pelayanan rumah sakit sangat memuaskan. Penanganan yang
dilakukan oleh dokter dan perawat juga sangat cepat. Para pasien juga mengaku
bahwa para dokter dan perawat sangat memperhatikan keluhan mereka. Dokter
juga menjelaskan penyakit yang diderita dan penanganannya sehingga pasien
tersebut mengerti akan penyakit yang sedang dideritanya. Dan para dokter bertutur
kata dengan sopan dan lembut kepada pasien dan keluarganya. Kami juga
menyempatkan diri mewawancarai petugas keamanan IGD. Beliau menjelaskan
bahwa akses keluar-masuk ke IGD dibatasi demi kenyamanan pasien dan
kelancaran proses penanganan pasien oleh dokter dan perawat. Komunikasi antara
petugas keamanan dan dokter serta perawat juga diakui sangat lancar. Hal ini bisa
kami amati dari situasi di IGD yang sangat akrab.
Saat melakukan observasi, tidak ada dokter yang bertugas di bagian IGD yang
bertugas. Kami pun bertanya ke perawat jaga mengenai hal tersebut dan perawat
mengatakan bahwa para dokter sedang mengikuti rapat dan akan segera kembali
setalah rapat selesai. Karena waktu observasi yang disediakan hanya 2 jam, kami
Ibnu Sina Makassar sudah mengikuti prinsip-prinsip kaidah dasar bioetika yang ada,
sepertiBeneficence, Nonmalficence, Justice, dan Autonomy.
Dari segi Beneficence, dokter di RS Ibnu Sina telah bekerja sesuai dengan
apa yang diamanahkan oleh prinsip ini, seperti bersikap baik, menghargai pasien
dan keluarganya, mengusahakan agar penindakan yang diambil lebih banyak
kebaikan dibandingkan keburukannya, menolong pasien yang gawat darurat,
mengutamakan kesembuhan pasien, dan lain-lain.Begitupun dari
segi Nonmalficence, dokter telah melakukan tindakan penyalamatan untuk kasus
kegawatdaruratan yang sesuai dan efektif.
Dari sisi Autonomy di RS Ibnu Sina, berdasarkan pengamatan kami juga
telah berjalan sesuai dengan prinsip, seperti tidak adanya paksaan kepada pasien
untuk menjalani rawat inap yang berarti bahwa para tenaga medis khususnya
dokter telah menghargai hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri.
Berdasarkan keterangan dari pasien yang kami wawancarai, dapat disimpulkan
bahwa dokter telah bertindak dan melaksanakan Informed consent yang
selanjutnya akan menghasilkan Informed choice untuk pasien dan membiarkan
pasien untuk mengambil keputusan sendiri.
Begitupun dari sudut pandang Justice, berdasarkan hasil wawancara yang
kami lakukan dengan perawat, dapat disimpulkan bahwa pihak rumah sakit telah
memberlakukan pelayanan secara universal yang mengedepankan kesembuhan
pasien, seperti tidak adanya perbedaan penanganan medis antara pasien dari
berbagai golongan, seperti pasien umum, ASKES, Jamkesdas, Jamkesmas, maupun
mitra. Semuanya memiliki hak yang sama.
Setelah belajar di blok Bioetik, Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran
ini, saya menjadi lebih paham bahwa profesi dokter ini adalah profesi yang sangat
mulia dan tidak main-main karena dokter nantinya akan berhadapan dengan
sesuatu yang sangat vital bagi setiap orang yakni kesehatan dan nyawa. Oleh
karena itu, saya berharap bahwa kelak saya dan seluruh calon rekan sejawat akan
menjalankan praktik kedokteran nanti dengan baik serta menjadi seorang dokter
yang amanah dan tulus demi kesembuhan pasien sesuai dengan harapan pasien.
Aamiin