Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Profesi kedokteran merupakan profesi yang tertua dan dikenal sebagai


profesi yang mulia karena ia berhadapan dengan hal yang paling berharga dalam
hidup seseorang yaitu masalah kesehatan dan kehidupan. Profesi kedokteran
adalah suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan,
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang
melayani masyarakat.
Hakikat profesi kedokteran adalah bisikan nurani dan panggilan jiwa untuk
mengabdikan diri pada kemanusiaan berlandaskan moralitas yang kental. Prinsip
prinsip kejujuran, keadilan, empati, keikhlasan, kepedulian kepada sesame dalam
rasa kemanusiaan, rasa kasih sayang, dan ikut merasakan penderitaan orang lain
yang kurang beruntung. Dengan demikian, seorang dokter tidaklah boleh egois,
melainkan harus mengutamakan kepentingan orang lain dan mengutamakan
kesembuhan pasien. Seorang dokter harus memiliki Intellectual
Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ) yang tinggi dan
berimbang.
Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan
calon dokter lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual, emosional,
dan tentunya kematangan dari segi spiritualnya. Para pendidik melihat perlu
tersedia berbagai pedoman agar para calon dokter dapat menjalankan profesinya
kelak dengan baik dan benar. Para pendidik di bidang kesehatan melihat adanya
peluang yang diharapkan tidak akan terjadi sehingga merasa perlu membuat
rambu-rambu yang akan membuat para peserta didik yang kelak akan dilepas di
tengah- tengah masyarakat untuk menjadi seorang dokter selalu mengingat
pedoman yang membatasi mereka untuk berbuat yang tidak layak.
Etika profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dalam
hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, dan mitra
kerja. Rumusan perilaku para anggota profesi disusun oleh organisasi profesi
bersama-sama pemerintah menjadi suatu kode etik profesi yang bersangkutan. Tiap
tiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki kode etiknya, namun kode etik tenaga
kesehatan tersebut mengacu pada Kode Etika Kedokteran Indonesia (KODEKI).
Perkembangan yang begitu pesat di bidang biologi dan ilmu kedokteran
membuat etika kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan
permasalahan yang berkaitan dengan bidang kehidupan. Etika kedokteran berbicara
tentang bidang medis dan profesi kedokteran saja, terutama hubungan dokter
terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat, dan teman
sejawat. Oleh karena itu, sejak tiga dekade terakhir ini telah
dikembangkan bioetika atau yang disebut juga dengan etika biomedis.
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan danethos yang berarti
norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang

masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu


kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang.
Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik.
Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia,
transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas
pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja,
demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap
penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.
Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran
etik. Prinsip-prinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau
yang disebut spesifik. Tetapi pada beberapa kasus, kerana kondisi berbeda, satu
prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan
prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan Prima Facie. Konsil Kedokteran
Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa,
praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang
sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara lain:
Beneficence, Non-maleficence, Justice, dan Autonomy.

NARASI OBSERVASI LAPANGAN


Dalam blok Bioetik, Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran terdapat sebuah
agenda perkuliahan yakni Observasi Lapangan dimana kami, mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia ditugaskan untuk melakukan pengamatan
di berbagai rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan yang ada di Makassar,
seperti Rumah Sakit Ibnu Sina, Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Khadijah, Klinik
Orbita, Puskesmas Tamalate, dan Puskesmas Tabaringan. Kegiatan observasi
lapangan yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengamati bagaimana hubungan
antara dokter dengan dokter, dokter dengan pasien, serta dokter dengan perawat
dan tenaga medis lainnya.
Sebelum melakukan observasi, kami dibagi ke dalam beberapa kelompok yang
didampingi oleh seorang dokter pendamping. Saya dan kesepuluh teman saya
tergabung dalam kelompok 6B. Kami mendapatkan Rumah Sakit Ibnu Sina sebagai
lokasi untuk melakukan observasi tersebut. Sebelum melakukan observasi lapangan
ke lokasi masing-masing, ketua kelompok harus menyampaikan surat pengantar
dari fakultas sehari sebelumnya kepada direktur rumah sakit terkait sebagai bentuk
perizinan kami untuk melakukan observasi.
Tepat pada hari Rabu, 18 Desember 2013 jadwal observasi kami di Rumah Sakit
Ibnu Sina yang berlokasi di pusat kota Makassar di Jalan Urip Sumoharjo km.5.

Rumah sakit ini terbilang sebagai rumah sakit yang cukup luas dan terkenal di
provinsi Sulawesi Selatan. Tepat pukul 08:30 kami tiba di sana. Sebelum melakukan
observasi, terlebih dahulu kami meminta izin melalui surat pengantar dari Fakultas
Kedokteran UMI. Surat permohonan izin tersebut harus disampaikan ke Bagian
Diklat RS Ibnu Sina untuk diterima oleh direktur rumah sakit. Kami mendapat
pelayanan yang sangat ramah dari pegawai dan staff disana.
Suasana rumah sakit cukup sibuk. Terlihat berbagai staf rumah sakit yang sibuk
dengan tugasnya masing-masing. Terlihat pula pasien-pasien yang antri untuk
mendapatkan pelayanan, baik pemeriksaan di poli maupun pengambilan dan
penebusan resep. Sembari menunggu persetujuan dari direktur rumah sakit Ibnu
Sina, saya menyempatkan diri membaca Visi, Misi, Nilai dan Motto dari RS Ibnu
Sina. Adapun visi, misi, dan motto dari RS Ibnu Sina adalah
VISI : Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dengan Pelayanan Kesehatan yang Islami
Ekselen dan Terkemuka di Indonesia
MISI :
1. Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan unggul yang
menjunjung tinggi moral dan etika (Misi Pelayanan Kesehatan).
2. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan kedokteran dan profesional
kesehatan lainnya (Misi Pendidikan).
3. Melangsungkan pelayanan dakwah dan bimbingan spiritual kepada penderita
dan pengelola rumah sakit (Misi Dakwah).
4. Mengupayakan perolehan finansial dari berbagai kegiatan rumah sakit (Misi
Finansial).
5. Meningkatkan kesejahteraan pegawai (Misi Kesejahteraan).

NILAI :
1. Amanah (Jujur, Berdedikasi, dan Bertanggungjawab)
2. Profesional (Kompetensi dan Etika)
3. Akhlaqulqarimah (Menjaga silaturahim, Saling Menghargai dan Kepedulian
yang Tinggi
MOTTO : Hati Tulus Melayani
Setelah membaca visi dan misi dari RS Ibnu Sina saya berharap seluruh staf rumah
sakit menjalankan proses pelayanan kesehatan seperti yang telah tertulis sehingga
kelak akan senantiasa tercipta kepuasan para pasien yang berobat di rumah sakit

tersebut. Setelah surat permohonan izin diterima dan disetujui oleh direktur rumah
sakit, kami kemudian membagi diri dalam kelompok kecil. Ada yang bertugas
melakukan observasi di bagian IGD, di bagian Poliumum, dan di bagian Perawatan.
Sesaat setelah pembagian kelompok, saya dan kedua teman menuju ke bagian
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dari luar bagian IGD terlihat sepi. Hanya ada
beberapa keluarga pasien yang yang duduk di ruang tunggu IGD. Pintu masuk IGD
juga tertutup rapat. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien hanya boleh
didampingi oleh seorang pendamping. Menurut saya, peraturan yang diberlakukan
oleh bagian IGD sudah tepat demi kenyamanan dari pasien sendiri.
Kemudian kami memasuki ruang IGD. Setelah meminta izin kepada perawat jaga,
kami mulai melakukan observasi di dalam IGD. Suasana di dalam IGD sangat
tenang. Ruangan IGD terlihat sangat bersih. Terlihat pula beberapa orang pasien
yang tengah menjalani perawatan. Pasien yang masuk ke IGD ada yang merupakan
pasien umum, ASKES, Jamkesda, dan Jamkesmas. Setelah meminta izin kepada
pasien dan keluarga pasien, kami mulai mengadakan wawancara. Pasien yang
pertama kali kami wawancarai adalah seorang pasien berusia 60 tahun. Beliau
datang ke rumah sakit dengan keluhan demam tinggi. Perawatan yang telah
dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah memberi cairan infus kepada pasien
tersebut dan melakukan pemeriksaan darah untuk memutuskan apakah pasien
harus menjalani rawat inap atau tidak. Dari hasil wawancara yang kami lakukan,
pasien dan keluarga sangat puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh RS Ibnu
Sina. Mereka mengakui para dokter dan perawat sangat ramah. Komunikasi antara
dokter dan pasien juga sangat bagus dan lancar. Dan pasien merasa ada perubahan
yang lebih baik setelah penangan dilakukan
Kami kemudian melanjutkan observasi ke pasien yang lain. Komentar yang tidak
jauh berbeda juga diutarakan oleh pasien yang lainnya. Umumnya mereka
mengakui bahwa pelayanan rumah sakit sangat memuaskan. Penanganan yang
dilakukan oleh dokter dan perawat juga sangat cepat. Para pasien juga mengaku
bahwa para dokter dan perawat sangat memperhatikan keluhan mereka. Dokter
juga menjelaskan penyakit yang diderita dan penanganannya sehingga pasien
tersebut mengerti akan penyakit yang sedang dideritanya. Dan para dokter bertutur
kata dengan sopan dan lembut kepada pasien dan keluarganya. Kami juga
menyempatkan diri mewawancarai petugas keamanan IGD. Beliau menjelaskan
bahwa akses keluar-masuk ke IGD dibatasi demi kenyamanan pasien dan
kelancaran proses penanganan pasien oleh dokter dan perawat. Komunikasi antara
petugas keamanan dan dokter serta perawat juga diakui sangat lancar. Hal ini bisa
kami amati dari situasi di IGD yang sangat akrab.
Saat melakukan observasi, tidak ada dokter yang bertugas di bagian IGD yang
bertugas. Kami pun bertanya ke perawat jaga mengenai hal tersebut dan perawat
mengatakan bahwa para dokter sedang mengikuti rapat dan akan segera kembali
setalah rapat selesai. Karena waktu observasi yang disediakan hanya 2 jam, kami

memutuskan untuk melakukan wawancara kepada perawat yang sedang bertugas.


Proses wawancara berangsung sangat akrab.
Dari proses wawancara yang kami lakukan dengan perawat, kami memperoleh
informasi bahwa proses pelayanan di IGD semuanya dilakukan berdasarkan Standar
Operasional Prosedur (SOP). Misalnya, saat pasien masuk ke IGD, pertama-tama
mereka akan dianamnesis oleh para ko-Ass seperti mengukur tekanan darah
kemudian setelah proses anamnesis selesai, mereka akan melaporkan ke dokter
residen untuk tindakan selanjutnya. Bagian IGD juga tidak serta merta menerima
semua pasien yang masuk, bila ada kasus yang dimana penindakannya
membutuhkan peralatan yang tidak dimiliki oleh RS Ibnu Sina, maka pihak rumah
sakit akan segera merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih besar, seperti Rumah
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo. Pihak rumah sakit juga tidak pernah memaksa
pasien untuk dirawat di rumah sakit. Proses penangan pasien yang gawat seperti
korban kecelakaan juga dilakukan dengan baik. Tindakan bedah bahkan dilakukan
apabila diperlukan dalam kegawatdaruratan. Prosedur bedah yang terbanyak
dilakukan di IGD RS Ibnu Sina adalah untuk kasus Vulnus Laceratum. Meskipun tidak
mengamati dan melakukan wawancara langsung dengan dokter di IGD, saya sudah
bisa menarik kesimpulan bahwa proses pelayanan kesehatan di IGD telah
berlangsung sesuai dengan prosedur yang ada.
Kami juga mengorek informasi tentang cara perawat menghadapi pasien. Dari
proses wawancara dengan perawat jaga, beliau menjelaskan bahwa dibutuhkan
keterampilan dalam menghadapi pasien-pasien karena setiap pasien memiliki
karakter yang berbeda-beda. Perawat harus sabar mendengarkan dan menghadapi
keluhan pasien dan harus mampu melakukan penindakan yang tepat kepada
pasien. Tidak ada perbedaan penanganan antara pasien umum, pasien ASKES,
pasien Mitra, pasien Jamkesmas, dan pasien Jamkesda. Semuanya mendapatan
pelayanan terbaik yang sesuai dengan prosedur. Selama 5 tahun bekerja di RS Ibnu
Sina, perawat dengan inisial S ini merasa sangat puas dengan hubungan antara
dokter dan perawat serta petugas medis yang lain. Semuanya berjalan dengan
sangat baik dan lancar.
Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 11:30 WITA, menandakan waktu observasi
telah selesai. Kami pun pamit kepada seluruh petugas yang ada di IGD. Kami segera
bergegas menuju ke lobi utama rumah sakit untuk berkumpul dengan teman-teman
yang lain yang melakukan observasi di bagian lain. Setelah anggota kelompok saya
lengkap, kami pun bergegas menuju ke bagian Diklat untuk melaporkan bahwa
kegiatan observasi kami telah selesai.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi baik itu teknik wawancara maupun


pengamatan dapat saya simpulkan bahwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

Ibnu Sina Makassar sudah mengikuti prinsip-prinsip kaidah dasar bioetika yang ada,
sepertiBeneficence, Nonmalficence, Justice, dan Autonomy.
Dari segi Beneficence, dokter di RS Ibnu Sina telah bekerja sesuai dengan
apa yang diamanahkan oleh prinsip ini, seperti bersikap baik, menghargai pasien
dan keluarganya, mengusahakan agar penindakan yang diambil lebih banyak
kebaikan dibandingkan keburukannya, menolong pasien yang gawat darurat,
mengutamakan kesembuhan pasien, dan lain-lain.Begitupun dari
segi Nonmalficence, dokter telah melakukan tindakan penyalamatan untuk kasus
kegawatdaruratan yang sesuai dan efektif.
Dari sisi Autonomy di RS Ibnu Sina, berdasarkan pengamatan kami juga
telah berjalan sesuai dengan prinsip, seperti tidak adanya paksaan kepada pasien
untuk menjalani rawat inap yang berarti bahwa para tenaga medis khususnya
dokter telah menghargai hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri.
Berdasarkan keterangan dari pasien yang kami wawancarai, dapat disimpulkan
bahwa dokter telah bertindak dan melaksanakan Informed consent yang
selanjutnya akan menghasilkan Informed choice untuk pasien dan membiarkan
pasien untuk mengambil keputusan sendiri.
Begitupun dari sudut pandang Justice, berdasarkan hasil wawancara yang
kami lakukan dengan perawat, dapat disimpulkan bahwa pihak rumah sakit telah
memberlakukan pelayanan secara universal yang mengedepankan kesembuhan
pasien, seperti tidak adanya perbedaan penanganan medis antara pasien dari
berbagai golongan, seperti pasien umum, ASKES, Jamkesdas, Jamkesmas, maupun
mitra. Semuanya memiliki hak yang sama.
Setelah belajar di blok Bioetik, Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran
ini, saya menjadi lebih paham bahwa profesi dokter ini adalah profesi yang sangat
mulia dan tidak main-main karena dokter nantinya akan berhadapan dengan
sesuatu yang sangat vital bagi setiap orang yakni kesehatan dan nyawa. Oleh
karena itu, saya berharap bahwa kelak saya dan seluruh calon rekan sejawat akan
menjalankan praktik kedokteran nanti dengan baik serta menjadi seorang dokter
yang amanah dan tulus demi kesembuhan pasien sesuai dengan harapan pasien.
Aamiin

Anda mungkin juga menyukai