Anda di halaman 1dari 25

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Pertukaran Ion (Revisi)


PEMBIMBING : Irwan Hidayatulloh S.T, M.T

Praktikum : 08 Oktober 2019


Penyerahan Laporan : 15 Oktober 2019

Oleh :

Kelompok : VII (Tujuh)


Nama : 1. Sahrul Mulyadi NIM 171411025
2. Sherly Dea Y.L NIM 171411026
3. Teguh Fatwa P NIM 171411027
Kelas : 3A – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang meliputi air
proses, air umpan boiler, dan air pendingin. Ketiga jenis air ini memerlukan
tingkat pengolahan yang berbeda, tergantung pada sumber air baku yang
diambil dan maksud penggunaan dari air hasil olahan tersebut.
Pada prinsipnya pengolahan air bertujuan untuk memindahkan zat padat
yang terkandung dalam air yang dapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau
koloid sehingga dicapai kualitas air yang memenuhi persyaratan yang sesuai
dengan maksud penggunaannya. Salah satu metoda dalam pengolahan air
adalah pertukaran ion (ion exchange). Metoda pertukaran ion ini adalah metoda
pengolahan air yang bertujuan untuk mengurangi ion-ion yang tidak
dikehendaki baik kation maupun anion yang ada dalam air. Air yang dihasilkan
dari proses pertukaran ion banyak digunakan untuk air umpan boiler dan air
untuk berbagai proses. Sehingga percobaan ini diperlukan untuk
menghilangkan mineral-mineral yang terdapat dalam air agar memenuhi syarat
kualitas air sesuai kebutuhannya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Melaksanakan operasi pertukaran ion, dan operasi backwash pada
resin kation dan resin anion.
1.2.2 Menganalisis kesadahan total, mengukur DHL, kekeruhan dan pH.
BAB II
LANDASAN TEORI

Pertukaran ion melibatkan butiran-butiran resin dengan permukaan yang


bermuatan positif (kation) atau negatif (anion). Biasanya resin-resin tersebut
memiliki pori-pori kecil untuk menambah luas permukaan kontak. Sebagai contoh
gambaran, salah satu jenis resin ion exchange adalah berupa molekul ikatan
hidrokarbon kompleks yang sangat panjang dengan ujung rantai mengikat ion H+
untuk resin kation, dan OH- untuk resin anion (Chengdu PURING Technology
Co., Ltd, 2012)

Gambar 2.1. Contoh Molekul Resin Ion Exchange

Pertukaran ion (ion exchange) merupakan suatu metoda penghilangan


mineral air yang ditujukan untuk mengambil semua ion kation dan anion dalam
air. Umumnya media yang digunakan dalam pertukaran ion adalah resin alam atau
sintetis. Pada saat terjadi pertukaran ion maka ion yang terlarut dalam air akan
terserap ke dalam resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lainnya dalam
kesetaraan ekuivalen. Resin penukar ion terdiri dari dua macam yaitu:
1. Resin penukar kation (cation exchange resin)
Resin penukar kation mempunyai kemampuan untuk
menyerap/menukar kation-kation seperti Ca, Mg, Na dan lain-lain yang ada
dalam air. Resin penukar kation terdiri dari penukar kation asam kuat (strong
acid exchanger) dan resin penukar kation asam lemah (weak acid exchanger).
2. Resin penukar anion (anion exchange resin)
Resin penukar anion mempunyai kemampuan untuk
menyerap/menukar anion-anion yang ada dalam air. Resin penukar anion
terdiri dari penukar anion basa kuat (strong base exchanger) dan resin
penukar anion basa lemah (weak base exchanger).

Apabila resin sudah jenuh maka harus dilakukan regenereasi. Siklus


regenerasi terdiri dari 4 tahapan yaitu :
1. Backwash
Backwash dilakukan untuk mengambil material yang terakumulasi
diunggun sekaligus mengaduk unggun resin. Backwash dilakukan secara
kontinu selama 10 menit atau sampai effluent backwash terlihat jernih. Air
yang digunakan ketika backwash adalah air yang bersih hasil proses filtrasi.
Air sisa backwash sebaiknya dialirkan ke unit pengolahan air bersih.
2. Regenerasi
Regenerasi dilakukan setelah backwash selesai. Regenerasi mengalir
ke unggun resin dari atas ke bawah dengan laju rendah 0,5-1 gpm/ft2 resin.
Aliran regeneran dikeluarkan lewat bawah tangki dan diolah diunit
pengolahan limbah.
3. Pembilasan lambat (Slow Rinse)
Pembilasan lambat (slow rinse) dilakukan dengan air melalui bagian
atas unggun resin ke bawah. Pembilasan lambat ini akan menyempurnakan
proses regenerasi dengan mengadakan kontak antara resin dan regeneran
sampai diunggun resin paling bawah.
4. Pembilasan cepat
Setelah pembilasan lambat (slow rinse) dilakukan pembilasan cepat
(fast rinse) dengan cara mengalirkan air bersih melalui unggun bagian atas
dengan kecepatan tinggi. Air pembilasan akan mengambil sisa garam
regeneran di dalam unggun. Setelah pembilasan cepat, resin dapat digunakan
kembali untuk proses pertukaran ion.

Reaksi yang terjadi saat pertukaran kation


Ca 2 H2CO3 Ca 2 H2CO3
Mg SO4 + RH2 R Mg + H2SO4
Na2 2 Cl Na2 2HCl
2 NO3 2HNO3

Reaksi yang terjadi saat pertukaran anion

H+ 2 H2CO3 2 H2CO3
SO4 + ROH R SO4 + H2O
2 Cl 2 Cl
2 NO3 2 NO3

Reaksi yang terjadi saat penentuan Total hardness


Ca2+ + EBT Ca(EBT)
biru merah
Ca(EBT) + EDTA Ca(EDTA) + EBT
merah tidak berwarna biru
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan dalam skala laboratorium dan dilaksanakan di
Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Bandung.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Pada percobaan ini memerlukan seperangkat kolom penukar kation
dan kolom penukar kation, gelas kimia 1 L, gelas kimia 50 mL,
gelas kimia 250 mL, gelas kimia 400 mL, erlenmeyer 250 mL,
pipet ukur 10 mL, pipet seukuran 10 mL, pipet ukur 5 mL, pipet
tetes, buret 25 mL, botol semprot 500 mL, spatula, ember, pH-
meter, konduktometer dan turbidimeter.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air, resin
penukar kation, resin penukar anion, indikator EBT, EDTA 0,01 N,
dan larutan buffer pH 10
3.2 Prosedur Kerja
 Backwash

Start

Pengukuran kekeruhan,
DH, pH dan total
hardness

Pengukuran ketinggian
resin kation
Pengaliran air dari bawah
kolom

Pengaturan laju alir air

Tidak

Tinggi
terekspansi
28,17%
Iya

Pengukuran kekeruhan air


keluaran resin kation

Perlakuan yang sama


untuk resin anion

Selesai
 In service

Mulai

Penyambungan keran dan


masukan resin kation
dengan selang

Penyambungan keluaran
resin kation dengan
masukan resin anion

Menyalakan keran dan


mengatur laju alir
0,025 L/s

Menunggu 30 menit

Setiap 5 menit mengukur


DHL, total hardness dan
pH pada keluaran resin

Setiap 5 menit mengukur


DHL dan pH pada
keluaran resin kation

Mematikan keran setelah


praktikum berjalan 25
menit

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
a. Proses Pertukaran Ion
Umpan :
- Laju alir = 0,0255 L/s
- Konsentrasi :
- DHL = 416,5 µS
- Total hardness = 100 mg/L CaCO3
- pH =7
- Kekeruhan = 1,64 NTU

Pertukaran Kation
Effluent :
Tabel 1. Hubungan DHL, Total hardness dan pH terhadap Waktu
Pertukaran Kation
Waktu DHL Total hardness pH
(menit) (µS) (mg/l CaCO3)
0 420,8 11,2 6
5 421,4 11 6
10 420,8 22 5
15 419,4 22 5
20 420,5 21 5
25 419,9 13 5

Pertukaran Anion
Effluent :
Tabel 2. Hubungan DHL dan pH terhadap Waktu pada Pertukaran Anion
Waktu DHL pH
(menit) (µS)
0 416,7 7
5 417 7
10 416,9 6
15 416,2 6
20 418,7 6
25 416,7 6

b. Proses Backwash
Umpan Backwash :
- Kekeruhan = 1,64 NTU
 Resin Kation
- Tinggi resin awal = 71 cm
- Tinggi resin ketika ekspansi = 90 cm
- Laju alir = 0,0097 L/s
 Resin Anion
- Tinggi resin awal = 71 cm
- Tinggi resin ketika ekspansi = 91 cm
- Laju alir = 0,0111 L/s
Tabel 3. Hubungan Kekeruhan terhadap Waktu pada proses Backwash Resin
Kation dan Anion
Waktu Kekeruhan (NTU)
(menit) Resin Kation Resin Anion
0 2,29 2,09
5 2,48 1,76
10 1,96 1,81

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sahrul Mulyadi (171411025)
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses yang terjadi pada
resin penukar ion baik itu kation maupun anion dan mengukur
parameter yang berupa total hardness, pH, kekeruhan dan DHL, baik
pada saat in service maupun pada saat backwash.
Dari hasil praktikum dapat diketahui hubungan total hardness
terhadap air yang di treatment pada resin kation, dimana effluent total
hardness-nya cenderung lebih rendah dibandingkan air umpan nya,
dimana total hardness air umpan yaitu 100 mg/l CaCO3 sedangkan total
hardness effluent menit ke-0 11,2 mg/l CaCO3. Hal ini menunjukkan
secara keseluruhan resin kation berhasil mengurangi total hardness
dari air umpan, meskipun terjadi fluktuasi nilai total hardness dari
menit ke-0 sampai menit ke-25, hal ini bisa disebabkan karena resin
kation tidak bekerja maksimal, terjadi channeling dan laju alir umpan
yang kadang berubah sehingga menyebabkan kualitas air yang
dihasilkan tidak sama.
Pada air keluaran resin kation bersifat asam hal ini disebabkan di
resin kation terjadi reaksi sebagai berikut:
Ca 2 CO3 Ca 2H2CO3
Mg SO4 + RH2 R Mg + H2SO4
Na2 2 Cl Na2 2HCl
2 NO3 2HNO3
Dimana dari reaksi diatas menghasilkan asam sehingga air
keluaran kation bersifat asam pH yaitu 5 dan 6. Dari hasil yang
diperoleh resin kation yang digunakan dalam praktikum ini bisa
dibilang masih cukup baik, hal ini dibuktikan dengan nilai total
hardness effluent lebih kecil dari umpan dan juga pH keluaran dari
resin kation bersifat asam (Dofner K, 1995).
Nilai daya hantar listrik effluent dari resin anion mempunyai nilai
yang lebih kecil dari nilai daya hantar listrik effluent dari resin kation.
Pada menit ke-0 nilai daya hantar listrik effluent resin anion yaitu
416,7 µS sedangkan influent resin anion atau effluent resin kation
mempunya daya hantar listrik 420,8 µS, meskipun terjadi fluktuasi
yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena terjadi
channeling atau ada bagian resin yang tidak dilewati air dan juga laju
alir yang kadang berubah. Dilihat dari hasil diatas dapat disimpulkan
bahwa resin anion mengurangi daya hantar listrik, dimana daya hantar
listrik sendiri mewakili padatan terlarut, semakin besar daya hantar
listrik semakin banyak juga padatan terlarut, meskipun dari hasilnya
sendiri jika dibandingkan dengan nilai daya hantar listrik air umpan,
nila daya hantarnya sama bahkan lebih besar dari air umpan, dapat
disumpulkan bahwa resin kation perlu di regenerasi (Montgomery,
J.M, 1985)
Pada resin anion terjadi reaksi seperti pada dibawah ini:
H+ 2 HCO3 2 HCO3
SO4 + ROH R SO4 + H2O
2 Cl 2 Cl
2 NO3 2 NO3
Dimana HCO3- dan anion lain yang berasal dari asam keluaran resin
kation akan bereaksi dengan R+ dari resin anion membentuk garam-
garam, dan H+ yang berasal keluaran kation akan bereaksi dengan OH-
resin anion membentuk air. Hal ini yang menyebabkan air keluaran
dari resin anion bersifat netral yaitu pH-nya 7. Resin anion yang
digunakan perlu diregenerasi karena nilai DHL effluent-nya 418,7 µS
sedangkan air umpan memiliki DHL 416,5 µS, seharusnya resin anion
yang masih baik nilai DHL effluent memiliki nilai yang lebih rendah
dari air umpan (Montgomery, J.M, 1985).
Sebelum dilakukan regenerasi resin penukar ion biasanya
dilakukan backwash. Backwash bertujuan untuk menghilangkan
suspended solid di resin kation dan anion. Backwash dilakukan dengan
mengalirkan air bersih dari bawah kolom sehingga resin terekspansi.
Ekspansi ini dibutuhkan supaya terdapat ruang di resin sehingga
suspended solid bisa terbawa oleh aliran air. Pada praktikum ini
backwash dilakukan dengan laju alir 0,0097 L/s pada resin kation dan
0,0111 L/s pada resin anion, ekspansi yang terjadi pada resin kation
yaitu dari 71 cm ke 90 cm sedangkan ekspansi pada resin anion yaitu
71 cm ke 91. Ekspansi tersebut masih kurang dimana seharusnya
ekspansi harusnya sampai 50%, sedangkan pada praktikum ini
ekspansi hanya 28%, ini akan berpengaruh pada hasil backwash yang
kurang baik dibuktikan dengan kekeruhan air hasil backwash yang
berfluktuasi, seharusnya nilai kekeruhan semakin menurun yang
menunjukkan kekeruhan pada resin berkurang seiring dengan lamanya
backwash.
4.2.2 Sherly Dea Yolandita Lukman (171411026)
Pada praktikum ini dilakukan proses pengolahan air dengan
metode pertukaran ion (ion exchange) menggunakan resin penukar
kation dan resin penukar anion. Metode ini merupakan metode
pengolahan air dimana ion-ion yang terkandung didalam air akan
ditukar melalui proses absorpsi oleh resin lewat ikatan kimiawi. Resin
penukar kation akan menyerap ion-ion positif yang terdapat di dalam air
seperti Ca2+, Mg2+, dan lain-lain Sedangkan resin penukar anion akan
menyerap ion-ion negatif yang serdapat didalam air seperti SO42-, Cl-,
dan lain-lain. Terdapat beberapa tahap dalam proses ini diantaranya
yaitu proses backwash, regenerasi, pembilasan cepat (fast rinse),
pembilasan lambat (slow rinse) dan in service. Tahap yang dilakukan
pada praktikum ini yaitu hanya tahap backwash dan in service saja.
Untuk tahap regenerasi, pembilasan cepat (fast rinse) dan pembilasan
lambat (slow rinse) tidak dilakukan karena tahap tersebut membutuhkan
waktu yang cukup lama pengerjaannya. Serta untuk tahap regenerasi
hanya dilakukan ketika resin sudah jenuh. Ciri dari resin yang jenuh
yaitu dapat dilihat dari nilai Total Hardness umpan akan sama dengan
nilai Total Hardness effluent.
Proses pertama yang dilakukan yaitu proses backwash, hal ini
ditujukan agar resin-resin yang terdapat di dalam kolom penukar kation
maupun kolom penukar anion terbebas dari partikel-partikel yang
tersuspensi seperti lumpur, debu dan lain-lain ataupun koloid yang
dapat mengurangi kinerja dari resin dikarenakan resin terselimuti
partikel-partikel tersebut. Proses backwash dilakukan secara terpisah
antara kolom penukar kation dan kolom penukar anion masing-masing
selama 10 menit dengan mengalirkan air melalui bagian bawah kolom
menuju bagian atas kolom. Dari hasil kalibrasi menggunakan gelas ukur
dan stopwatch diperoleh laju alir air pada proses backwash di kolom
penukar kation sebesar 0,0097 Liter/s sedangkan di kolom penukar
anion sebesar 0,0111 Liter/s. Aliran tersebut mengakibatkan resin
terekspansi dan memberikan ruang untuk resin terfluidisasi. Ekspansi
pada proses backwash ini memang diharapkan terjadi agar dapat
memberi jarak atau ruang kepada resin untuk membersihkan partikel
yang melekat pada resin itu sendiri ataupun yang terdapat di celah
antara resin satu dengan resin lainnya untuk nantinya terbawa oleh
aliran keluar. Ekspansi pada praktikum ini di kolom penukar kation
yaitu sebesar 26,76 % dan di kolom penukar anion yaitu sebesar 28,17
%. Nilai ekspansi tersebut tidak sesuai dengan nilai ekspansi yang
diharapkan yaitu sebesar 50 % dikarenakan keterbatasan tinggi kolom
yang digunakan pada praktikum ini.
Karakterisasi air dilakukan terhadap salah satu sifat penting yaitu
kekeruhan. Analisis kekeruhan dilakukan pada sampel saat waktu 0
menit, waktu 5 menit dan waktu 10 menit. Untuk menguji tingkat
kekeruhan air pada proses backwash ini, digunakan alat bernama
turbidimeter yang sudah dikalibrasi sebelumnya. Dari hasil analisis
diperoleh nilai kekeruhan pada kolom penukar kation untuk waktu 0
menit yaitu sebesar 2,29 NTU, untuk waktu 5 menit yaitu sebesar 2,48
NTU, dan untuk waktu 10 menit yaitu sebesar 1,96 NTU. Sedangkan
nilai kekeruhan pada kolom penukar anion untuk waktu 0 menit yaitu
sebesar 2,09 NTU, untuk waktu 5 menit yaitu sebesar 1,76 NTU dan
untuk waktu 10 menit yaitu sebesar 1,81 NTU. Nilai kekeruhan yang
berfluktuasi ini dapat disebabkan oleh kurang stabilnya laju alir yang
digunakan.
Proses kedua yang dilakukan yaitu proses in service. Proses ini
merupakan proses utama dari semua tahap proses pertukaran ion karena
pada proses ini terjadi proses pertukaran ion antara ion yang dimiliki
oleh resin dengan ion yang dimiliki oleh umpan yang dialirkan ke
dalam kolom. Pada proses ini laju alir umpan harus diatur sedemikian
rupa karena laju alir akan berpengaruh terhadap lamanya kontak antara
umpan dengan resin didalam kolom. Jika laju alir terlalu tinggi, maka
kontak antara umpan dengan resin akan terlalu cepat dan
mengakibatkan berkurangnya efisiensi kinerja dari resin. Selain itu jika
laju alir terlalu tinggi, maka resin akan berekspansi semakin besar dan
terfluidisasi terbawa keluar dari kolom. Dari hasil kalibrasi
menggunakan gelas ukur dan stopwatch diperoleh laju alir yang
digunakan pada saat praktikum yaitu sebesar 0,0255 Liter/s. Pada
proses in service, kolom penukar kation dan kolom penukar anion
dihubungkan dengan menggunakan selang sehingga umpan yang
dialirkan melalui bagian atas kolom penukar kation menuju bagian
bawah kolom penukar kation akan selanjutnya mengalir ke bagian atas
kolom penukar anion lalu menuju ke bagian bawah kolom penukar
anion.
Proses in service dilakukan selama 55 menit. Pada 30 menit
pertama dilakukan pengontrolan untuk mencapai kondisi steady state.
Setelah mencapai kondisi steady state, barulah dilakukan pengambilan
sampel pada waktu 0 menit, waktu 5 menit, waktu 10 menit, waktu 15
menit, waktu 20 menit dan waktu 25 menit. Pengambilan sampel
dilakukan pada kolom penukar kation dan kolom penukar anion. Hanya
saja terdapat perbedaan untuk karakterisasi yang dilakukan pada sampel
dari kolom penukar kation dan kolom penukar anion. Pada kolom
penukar kation, karakterisasi dilakukan terhadap beberapa sifat penting
yaitu Daya Hantar Listrik (DHL), Total hardness, dan pH (derajat
keasaman). Sedangkan pada kolom penukar anion, karakterisasi
dilakukan terhadap Daya Hantar Listrik (DHL) dan pH (derajat
keasaman) saja.
Untuk menguji konduktivitas atau daya hantar listrik dari sampel
digunakan alat bernama konduktometer yang sudah dikalibrasi
sebelumnya. Pengukuran konduktivitas suatu larutan bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan larutan untuk mengalirkan arus
listrik. Kemampuan ini tergantung pada kehadiran ion-ion, konsentrasi
total ion, mobilitas, dan valensi, serta temperatur pada saat pengukuran.
Penghantaran arus listrik terjadi karena perpindahan ion-ion bermuatan.
Oleh karena itu, dengan mengetahui besarnya konduktivitas akan
diperoleh gambaran atau perkiraan kadar ion-ion yang terlarut dalam air
(Falah, 2009:5). Dari hasil pengukuran, diperoleh nilai daya hantar
listrik yang semakin lama semakin turun. Persen penurunan DHL pada
kolom kation berkisar 0,3 % sedangkan persen penurunan DHL pada
kolom anion berkisar 0,5 %. Selain itu, dapat dilihat bahwa nilai daya
hantar listrik sampel dari kolom penukar anion akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan sampel dari kolom penukar kation. Hal tersebut
mengindikasikan semakin lama waktu proses maka semakin berkurang
pula kadar ion-ion terlarut dalam air.
Selain mengukur daya hantar listrik dari sampel, diukur pula
derajat keasaman (pH) nya menggunakan indikator pH universal. Dari
hasil pengukuran diperoleh nilai pH pada keluaran kolom penukar
kation berkisar antara 5-6 (asam). Hal ini disebabkan oleh pertukaran
ion-ion positif yang terkandung dalam umpan dengan ion-ion yang
dimiliki oleh resin penukar kation yaitu ion H+. Sedangkan nilai pH
pada keluaran kolom penukar anion berkisar antara 6-7 (netral). Hal ini
disebabkan oleh pertukaran ion-ion negatif yang terkandung dalam
umpan dengan ion yang dimiliki oleh resin penukar anion yaitu OH-.
Dari hasil pengukuran juga dapat dilihat bahwa pH sampel dari kolom
penukar kation selalu lebih besar jika dibandingkan dengan pH sampel
dari kolom penukar anion.
Karakterisasi terhadap sifat penting lainnya pada sampel dari
kolom penukar kation yaitu Total hardness. Metode yang dilakukan
untuk mendapatkan nilai Total hardness ini yaitu metode titrasi
menggunakan larutan EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetic) dengan
indikator EBT (Eriochroma Blak T). Dari hasil pengukuran diperoleh
nilai Total hardness yang berfluktuasi. Hal ini dapat disebabkan karena
tidak konstannya laju alir umpan yang digunakan. Akan tetapi dari
menit ke 15 hingga menit ke 25 terjadi penurunan nilai Total hardness.
Hal ini dapat disebabkan oleh penyerapan ion-ion kesadahan oleh resin
penukar kation sehingga keluaran dari kolom penukar kation akan
mempunyai nilai Total hardness yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan umpannya.

4.2.3 Teguh Fatwa Panuntun (171411027)


Telah dilakukan percobaan proses backwash pada kolom resin
penukar ion. Proses backwash bermaksud agar menghilangkan
partikulat yang menyelimuti resin penukar ion. Proses backwash
dilakukan dengan mengalirkan air baku dari bagian bawah kolom resin
penukar ion hingga resin akan terfluidisasi dan air yang membawa
partikulat akan keluar dari bagian atas kolom resin penukar ion. Proses
backwash dilakukan agar proses adsorpsi dan pertukaran ion tidak
terhambat pada saat in service. Dalam proses backwash variabel bebas
berupa laju alir masuk sedangkan variabel kontrolnya berupa kekeruhan
dari air keluaran (effluent) kolom resin penukar ion.
Pada proses backwash umpan yang digunakan adalah air bersih (air
kran) dengan nilai kekeruhan sebesar 1,64 NTU. Dalam proses
backwash sangat mungkin udara menekan sehingga tidak terjadi proses
fluidisasi, maka dari itu perlu untuk mengeluarkan udara yang tertahan
dalam kolom dengan membuka katupnya dan mengalirkan air. Proses
backwash dilakukan selama 10 menit, dan perhitungan waktu dimulai
setelah resin penukar ion mulai terfluidisasi di dalam kolom. Dilakukan
sampling air keluaran kolom (effluent) pada waktu t=0, pada waktu 5
menit dan pada waktu 10 menit. Sampling air keluaran kolom
dimaksudkan untuk mengetahui nilai kekeruhan air pada waktu t.
Pada percobaan backwash pada kolom resin kation, umpan yang
digunakan berupa air bersih. Resin di dalam kolom terfluidisasi pada
laju alir sebesar 0,0097 L/s dan resin mengembang hingga ketinggian
resin mencapai 90 cm. Pada waktu t=0, air aliran effluent memiliki nilai
kekeruhan sebesar 2,29 NTU. Setelah 5 menit dilakukan backwash air
aliran effluent memiliki nilai kekeruhan sebesar 2,48 NTU. Dan setelah
10 menit dilakukan backwash air aliran effluent memiliki nilai
kekeruhan sebesar 1,96 NTU. Terlihat bahwa nilai kekeruhan malah
bertambah. Hal tersebut terjadi karena laju alir yang tidak konstan
sehingga ekspansi resin menjadi naik turun bahkan sampai tidak
terfluidisasi yang pada akhirnya memengaruhi luas permukaan kontak
air backwash dengan partikulat yang akan dieliminasi.
Pada percobaan backwash untuk kolom resin penukar anion dengan
umpan yang sama yaitu air bersih (air kran), resin di dalam kolom
terfluidisasi pada laju alir sebesar 0,0111 L/s dan resin mengembang
hingga mencapai ketinggian 91 cm. Pada waktu t=0 air aliran effluent
memiliki nilai kekeruhan sebesar 2,09 NTU. Dilakukan backwash
selama 5 menit dan didapat nilai kekeruhan air effluent sebesar 1,76
NTU. Setelah dilakukan proses backwash selama 10 menit didapat nilai
kekeruhan sebesar 1,81 NTU.
Nilai kekeruhan pada effluent t=0 meningkat karena banyaknya
partikulat yang terbawa oleh air, setelah 5 menit proses backwash nilai
kekeruhan akan turun kembali, hal ini karena jumlah partikulat yang
menyelimuti resin telah berkurang, hingga akhirnya nilai kekeruhan
pada effluent mendekati nilai umpan yang masuk. Perubahan nilai
kekeruhan pada aliran effluent resin penukar kation dan resin penukar
anion selama 10 menit dari hasil percobaan dapat dilihat pada grafik di
bawah berikut:

Kekeruhan VS Waktu
3

2.5
Kekeruhan (NTU)

1.5

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu (menit)

kation anion

Gambar 1. Grafik hubungan kekeruhan terhadap


waktu pada proses backwash
Selanjutnya dilakukan proses in service (pertukaran ion) untuk
mengolah air umpan dengan tujuan ingin menurunkan kesadahan /
kandungan mineral pengganggu lainnya. Air umpan dilewatkan terlebih
dahulu melalui kolom resin kation untuk mengeliminasi kandungan
senyawa kesadahan yang bermuatan positif seperti Ca2+, Mg2+, Na, dan
mineral positif lainnya (kecuali H+). Diperoleh data pada tabel 1 di
bawah:

Waktu DHL Total hardness pH


(menit) (µS) (mg/l CaCO3)

0 420,8 11,2 6

5 421,4 11 6

10 420,8 22 5

15 419,4 22 5

20 420,5 21 5

25 419,9 13 5

Tabel 1. Hubungan DHL, Total hardness dan pH terhadap


Waktu

Dari hasil tersebut, pada menit 0 – 5 , kemampuan resin untuk


mengikat ion pengganggu cukup terlihat, namun di menit 10 - 15
kemampuannya berkurang. Hal tersebut dapat dilihat dari total
hardnessnya yang malah bertambah. Di menit 20 – 25, kinerja resin
cukup meningkat karena telah dapat menurunkan total hardness menjadi
nilai seperti di tabel. DHL dari tiap interval waktu tersebut cukup
beragam namun tidak dapat secara penuh mewakilkan kandungan
hardness yang ada dalam air. Karena DHL mengukur jumlah ion yang
ada dalam air tersebut. Bukan hanya ion senyawa sadah namun yang
lainnya juga seperti ion H+ dan Fe2+. Sehingga kenapa DHL pada menit
ke – 20 lebih besar dibanding menit 15 walaupun total hardness - nya
lebih besar.
Parameter lain yang dapat mengindikasikan kemampuan resin
adalah pH. pH effluen resin kation umumnya 2-5 (Widodo, G., dkk
2014). Seperti reaksi pertukaran kation pada dasar teori, effluen akan
menghasilkan asam yang mengindikasikan bahwa semakin asam pH
effluen maka pertukaran ion berjalan semakin baik. Data pH effluen
resin kation yang diperoleh dari praktikum ini yaitu, 5-6. Bisa dikatakan
bahwa ion H+ dalam resin sudah menurun sehingga pertukaran ion
kurang baik. Maka dari itu, resin perlu diregenerasi.
Pada percobaan kolom resin anion, dianggap senyawa sadah positif
sudah berkurang drastis sehingga hanya dilakukan pengukuran DHL
dan pH saja. Dari data yang diperoleh, resin anion dapat menurunkan
senyawa sadah bermuatan negatif hanya pada menit ke – 15. Itu pun
hanya sedikit sehingga dapat disimpulkan resin anion juga perlu
diregenerasi.
BAB V

KESIMPULAN

1. Proses pertukaran ion dilakukan untuk mengolah air dimana ion-ion yang
terkandung didalam air akan ditukar melalui proses absorpsi oleh resin
lewat ikatan kimiawi.
2. Proses backwash dilakukan untuk membersihkan kolom serta resin-resin
yang terdapat di dalam kolom penukar kation maupun kolom penukar
anion terbebas dari partikel-partikel yang tersuspensi seperti lumpur, debu
dan lain-lain ataupun koloid yang dapat mengurangi kinerja dari resin
dikarenakan resin terselimuti partikel-partikel tersebut.
3. Diperoleh nilai kekeruhan setelah proses backwash yaitu :
Resin penukar kation : 1,96 NTU
Resin penukar anion : 1,81 NTU
Persen penurunan resin penukar kation : -19,6%
Persen penurunan resin penukar anion : -10 %
4. Diperoleh nilai DHL, Total hardness dan pH setelah proses pertukaran ion
yaitu :
 Resin penukar kation
DHL : 419,9 µS
Total hardness : 13 mg/L CaCO3
pH :5
 Resin penukar anion
DHL : 416,7 µS
pH :6
DAFTAR PUSTAKA

Falah, Laila Mustahiqul dkk.2009.”Pembuatan Aquadm (Aquademineralized)


Dari Air AC (Air Conditioner) Menggunakaan Resin Kation dan
Anion”.Semarang:Universitas Dipenogoro

Fardiaz,S.1992.”Polusi Udara dan Air”.Yogyakarta:Kanisius.

Johari,J.M.C & Rachmawati,M.2009.”Kimia SMA dan MA untuk Kelas XI Jilid


2”.Jakarta:Esis.

Khopkar.1990.”Konsep Dasar Kimia Analitik”.Jakarta:UI Press.

Setiadi, Tjandra.2007.”Pengolahan Air Berbasis Ion Exchange Terpadukan


Dengan Membran Permeabel Pada Medan
Electrodeionization(edi)”.Surabaya:FT Universitas PGRI Adi Buana.

Torimtubun, Alfonsina A.A.2012.”Demineralisasi”.Malang:Fakultas Teknik UB.

Underwood,A.L, dan Day R.A.2001.”Analisis Kimia Kuantitatif Edisi


Keenam”.Jakarta:Erlangga.

Wardhana,W.A.2001.”Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi


Revisi”.Yogyakarta:Andi.

Chengdu PURING Tech. Co Ltd., 2012. How Ion Exchange Resins Work.
Chengdu (China): Chengdu PURING Technology Co Ltd., [dari:
http://www.ccdpy.com/ENLCAHIXRW.html]
LAMPIRAN

 Contoh perhitungan penentuan total hardness


1000
Total hardness = ml sampel x ml EDTA x Normalitas EDTA

x Mr CaCO3
1000
= 50 ml x 5 ml x 0,01 N x 100 gr/mol

= 100 mg/L CaCO3


 Hubungan kekeruhan dengan waktu pada proses backwash

Kekeruhan VS Waktu
3

2.5
Kekeruhan (NTU)

1.5
kation
1
anion
0.5

0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu (menit)

Gambar 1. Grafik hubungan kekeruhan terhadap waktu pada proses


backwash
 Hubungan DHL dengan waktu pada proses in service
DHL VS Waktu
422

421

420
DHL (µS)
419

418 kation

417 anion

416

415
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Gambar 2. Grafik hubungan DHL terhadap waktu pada proses in service

 Hubungan pH dengan waktu pada proses in service

pH VS Waktu
8
7
6
5
pH

4
kation
3
anion
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Gambar 3. Grafik hubungan pH terhadap waktu pada proses in service

 Hubungan Total hardness dengan waktu pada proses in service


Total hardness VS Waktu
25

Total hardness (mg/L CaCO3)


20

15

10

0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Gambar 4. Grafik hubungan Total hardness terhadap waktu pada proses in


service

Anda mungkin juga menyukai