Anda di halaman 1dari 7

KASUS BRONCHITIS

Ny HA. Umur 26 Th, BB 50 mg, TB 165 cm datang ke puskesmas dengan keluhan


batuk. Di mengakui alergi dingin dan debu serta sering sekali menderita flu. Ny. HA 5 tahun
trakhir didiagnosa asma oleh dokter mendapat pengobatan salbutamol. Selama 3 bulan
terakhir dia mengalami batuk berdahak dan serimg sekalu flu. Saat ini Ny.HA kehilangan
selera makan dan tidak enak badan, dada sesak dan bunyi mengi.
Hasilkan pemeriksaan fisik : TD 135/90 mmHg, suhu 380C, nadi 130 ×/menit.
Hasil uji fungsi paru : FEV : 60%
Karakteristik sputum : purulen dan ada peningkatan volume.
Tentukan permasalahan pasien dan bagaimana tatalaksana terapinya ?

TATA LAKSANA TERAPI


A. Identitas pasien
Nama : Ny. HA.
Umur : 26 tahun
BB : 50 kg
TB : 165 cm
Riwayat penyakit : asma
Riwayat pengobatan : terapi salbutamol
Riwayat sosial : -
Diagnosis dokter :
Pemeriksaan fisik :
NO PEMERIKSAAN HASIL

1.. TD 135/90 mmHg

2. Suhu 380C

3. Nadi 130x/menit

B. Identifikasi permasalahan pasien


Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronik bronchitis with
obstruction), ditandai dengan batuk berdahak purulen yang disertai dengan sesak napas
berat dan suara mengi.

C. Tata laksana terapi


Tujuan terapi :Menghilangkan dan mengendalikan gejala bronkitis, Meningkatkan
dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin, Mengupayakan
aktivitas dan pernapasan normal, Menghindari efek samping obat,
Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)
ireversibel, Mencegah kematian karena infeksi pernapasan.

Strategi terapi :
- Terapi farmakologi seperti diberi obat antibiotik, bronkodilator, antitusif,
analgesik dan antipiretik.
- Terapi non farmakologi adalah bentuk pengobatan dengan cara
pendekatan, edukasi dan pemahaman tentang penyakit asma, misalnya
istrahat yang cukup, batasi paparan polusi udara, konsumsi makanan
sehat dan bergizi. Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman tentang penyakit yang diderita.
2. Meningkatkan keterampilan penanganan penyakit.
3. Meningkatkan rasa percaya diri
4. Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
5. Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan
mengontrol penyakit (John Rees dkk. 1998: 351).

Obat terpilih : albuterol, prednisone, ampicilin,


 Albuterol merupakan agonis 𝛽 2, bronkodilator yang efektof.
Stimulasi reseptor𝛽 2, adrenergic mengaktivasi dan menghasilkan
peningkatan AMP siklik intraseluler. Hal ini menyebabkan
relaksasi otot polos, stabilisasi membaran sel mast dan stimulasi
otot skelet. Pemberian aerosol meningkatkan bronco selektivitas
dan menyediakan respon yang lebih cepat dan perlindungan yang
lebih baik terhadap provokasi yang mengindukasi bronkospasmus
(seperti latihan fisik, adanya allergan) dibandingkan pemberian
sistematik. Karena agonis 𝛽2 inhaler aksi pendek tidak
meningkatkan control gejala jangka panjang, pemakaiannya dapat
digunakan sebagai ukuran kotrol asma dan PPOK. Obat ini hanya
digunakan jika diperlukan untuk mengatasi masalah.
 Obat prednisone adalah termasuk obat kortikosteroid yang dapat
meningkatkan jumlah reseptor 𝛽 2 adrenergik dan meningkatkan
respon reseptor terhadap stimulasi 𝛽2 adrenergik yang
mengaibatkan penurunan produksi mucus dan hipersekresi,
mengurangi hiper responsivitas bronkus serta mencegah dan
mengembalikan perbaikan jalur nafas.

Mekanisme kerja :
 Mekanisme kerja dari obat albuterol adalah melalui stimulasi reseptor ß2 yang banyak
terdapat di trachea (batang tenggorok) dan bronchi, yang menyebabkan aktivasi dari suatu
enzim di bagian dalam membran (adenilsiklase). Enzim ini memperkuat pengubahan
adenosinetrifosfat (ATP) yang kaya energi menjadi cyclic-adenosine-monophospate
(cAMP) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel.
 Dosis Penentuan dosis salbutamol tergantung pada tingkat keparahan gejala dan kondisi
kesehatan pasien. Bentuk obat yang digunakan juga akan menjadi pertimbangan dalam
menentukan takaran salbutamol.
Kondisi Bentuk obat Dosis
Menangani Inhaler Maksimal 10 kali hirup per hari.
serangan asma
yang parah
Menangani Nebulizer 2,5-5 mg; maksimal 4 kali sehari.
bronkospasme Obat suntik 4 mcg/kgBB.
yang parah (kandungan 50
mcg/mL)
Obat infuse 8 mcg/kgBB.

Menangani Inhaler Maksimal 4 kali hirup per hari.


bronkospasme
akut
Mencegah Oral 2-8 mg; 3-4 kali sehari.
bronkospasme akibat Inhaler 2 kali hirup; 10-15 menit sebelum
olahraga berolahraga.

Harga Rp. 48 ribu


 Mekanisme kerja prednisone yaitu Mengurangi proses peradangan dengan cara
membuat stabil membran leukosit lisosom, mencegah terlepasanya hidrolase asam
perusak leukosit, atau mengurangi penempelan leukosit pada kapileren dotel dan
Mengurangi proses akumulasi makrofag yang terjadi pada area yang meradang.
 Dosis Usia>12 tahun: 40-60 mg/hari PO di dosis tunggal atau dibagi setiap 12 jam untuk 3-10
hari
 Efek samping :Sakit perut atau gangguan pencernaan, mual, Infeksi jamur, bingung,
Susah tidur, berat badan bertambah, merasa letih atau lemah, luka tidak cepat sembuh,
dan menstruasi tidak teratur. Harga Rp. 248/tablet
KIE :
- Disarankan untuk tidak tidur di lantai karena dapat memicu timbulnya kekambuhan.
- Gunakan dehumidifier atau penyejuk udara jika kelembapan udara di rumah mencapai
di bawah 40%.
- Hindari pemicu kekambuhan
- Salbutamol dapat berinteraksi dengan obat xanthenes. Apabila Anda melupakan satu
dosis obat ini, minum sesegera mungkin. Namun, bila sudah mendekati waktu dosis
berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis yang biasa.
Jangan menggandakan dosis.
- Prednison jangan berhenti digunakan obat ini tanpa konsultasi dengan dokter.
Beberapa kondisi dapat lebih buruk ketika Anda mendadak berhenti. Karena dapat
mengalami gejala seperti lemah, kehilangan berat badan, mual, sakitotot, pusing,
kelelahan, pusing. Untuk mencegah gejala ini ketika Anda menghentikan
pengobatan ini, dokter Anda akan mengurangi dosis secara bertahap.
- Obat penggunaan oral diminum dengan air satu jam sebelum makan atau 2 jam setelah
makan
- Penggunaan inhaler harus memperhatikan cara penggunaan, pembersihan dan
menyimpanan inhaler
- Hindari semprotan ke dalam mata
- Menghubungi dokter bila ada efek-efek samping yang bertambah parah

MONITORING
1. Teknik penggunaan inhalasi yang benar
2. Perbaikan gejala bronkitis
3. Tes fungsi paru
4. Bila menggunakan brokodilator kerja singkat ini terlalu sering, baik dalam inhaler, tablet, atau
cairan, itu artinya penyakit yang diderita tidak terkendali dan perlu ditangani lebih baik. Jika
digunakan lebih dari dua kali seminggu, bicarakan kembali dengan dokter tentang bagaimana
merencanakan kembali pengobatan untuk mengendalikan gejala asma yang dialami.

a. Monitoring efek terapi


Monitoring terapi obat pada kasus infeksi saluran pernapasan, dilakukan dengan
memantau tanda vital seperti temperatur khususnya pada infeksi yang disertai kenaikan
temperatur. Terapi yang efektif tentunya akan menurunkan temperatur. Selain itu
parameter klinik dapat dijadikan tanda kesuksesan terapi seperti frekuensi batuk dan
sesak pada bronkitis, dan produksi sputum pada bronkitis yang berkurang.
b. Monitoring ROB
Monitoring Reaksi Obat Berlawanan (ROB) meliputi efek samping obat, alergi,
interaksi obat. ROB yang banyak dijumpai pada penanganan infeksi saluran napas
adalah, alergi akibat pemakaian kotrimoksazol, ciprofloxacin, dan penicillin
V.Gangguan saluran cerna seperti mual, diare pada pemakaian eritromisin, klindamisin,
tetrasiklin.Efek samping pemakaian antihistamin derivat H1- Bloker seperti kantuk,
mulut kering (Depkes RI, 2005).

Anda mungkin juga menyukai