Anda di halaman 1dari 14

1

MANUAL PLASENTA

I. Definisi
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi
tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum
uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta
secara spontan atau dengan tekanan ringan pada fundus uteri yang
berkontraksi. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga belum
dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang
banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.

II. Indikasi Manual Plasenta


Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan
perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat
dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30
menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi,
versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan
tali pusat putus. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan
dengan:
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
a. Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta
b. Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium
c. Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga
mencapai/memasuki miometrium
2

d. Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang


menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
e. Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta di dalam kavum uteri
yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya
3. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
4. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
5. Darah penderita terlalu banyak hilang
6. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :
a. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
b. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
c. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
d. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di
atas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam).
Seandainya masih terdapat kesempatan, penderita retensio plasenta dapat
dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan
yang adekuat.
Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan
memasang infus dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh
tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.

Kontraindikasi Manual Plasenta


- Plasenta Inkreta
- Plasenta Perkreta
3

III. Tanda dan Gejala Retensi Plasenta


a) Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta
informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya,
paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat
pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau
timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b) Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam
kanalisservikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam
uterus.
c) Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
d) Placenta tidak segera lahir > 30 menit.

IV. Persiapan Sebelum Tindakan


1) Pasien
a) Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat
paha sudah dibersihkan.
b) Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
c) Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
d) Medikamentosa
 Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg
BBT, Tramadol 1-2 mg/kg BB)
 Sedative (Diazepam 10 mg)
 Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml
 Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
 Cairan NaCl 0,9% dan RL
 Infuse Set
 Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
 Oksigen dengan regulator
4

2) Penolong
a) Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
b) Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
c) Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
d) Instrument
 Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
 Mangkok tempat plasenta : 1
 Kateter karet dan urine bag : 1
 Benang kromk 2/0 : 1 rol
 Partus set

V. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan


Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih
dahulu dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi.
Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan
DTT/ steril.

VI. Teknik Manual Plasenta


Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu
dapat mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan
sehingga berkontraksi baik, dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus
dan ibu jari didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut dengan
maksud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya
keluar. Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan
secara kasar. Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan
pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin,
atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada
constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg
intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator
berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan
5

kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari
dikuncupkanmembentuk kerucut.

Gambar 1.Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut


Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada
waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan
(constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-
lahan jari tangan yangmembentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri
diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan
atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai
ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada
perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang
terlepas.

Gambar 2.Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
6

Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada
di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas
itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan
seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan
fundus uteri supaya jangan ikut terdorongke atas. Dengan demikian,
kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.

Gambar 3. Mengeluarkan plasenta


Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk
mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian
plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti
yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk
memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul
intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan
spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks
dan apabila ditemukan segera di jahit. Jika setelah plasenta dikeluarkan
masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan kompresi
bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan perdarahan
dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu. Jika tindakan manual plasenta
tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam)
abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa
plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan dirumah sakit
dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan
dengankuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa
plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan
7

atau per-oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan


untuk pencegahan infeksi sekunder.

VII. Komplikasi
Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi/
komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan,
multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta.
Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium
dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta
inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk
dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan
perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk
mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan
histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.

VIII. Prosedur Klinik Manual Plasenta


1. Persetujuan Tindakan Medik
Informed consent merupakan persetujuan dari pasien dan keluarga
terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh
dokter/bidan. Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan
yang lengkap dan objektif tentang diagnosis retensio plasenta, upaya
penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan.
a. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa Anda petugas yang
akan melakukan tindakan medik.
b. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan pada retensio
plasenta.
c. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang
telah diduga sebelumnya, maupun tidak
d. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
tentang penjelasan tersebut di atas
8

e. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat


penjelasan ulang apabila ragu dan belum mengerti
f. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan
untuk dilakukan tindakan ini, minta persetujuan secara tertulis dengan
mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan
g. Masukkan lembar persetujuan tindakan yang telah ditandatangani
kedalam rekam medik pasien

2. Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri


a. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui
karetinfuse.
b. Lakukan kateterisasi kandung kemih. Pastikan kateter masuk kedalam
kandung kemih dengan benar dan cabut kateter setelah kandung
kemih dikosongkan.
c. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar
lantai.
d. Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah)
ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
e. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus
uteri.
f. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari
merapatke pangkal jari telunjuk).
h. Melepas Plasenta dari Dinding Uterus
1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.
 Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila
dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat
dengan punggung tangan menghadap ke atas.
9

 Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat


implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara
plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan
menghadap ke dinding dalam uterus.
 Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding
tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di
bawah telapak tangan kanan.
2) Kemudian gerakan tangan kanan menyusuri plasenta dengan
bagian ulnar sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan
maternal plasenta dapat dilepaskan.
 Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu
(pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
 Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus.
 Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus
pada saat plasenta dikeluarkan.
 Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari
percikan darah).
 Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
 Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke
dorsokranial setelah plasenta lahir.
 Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar
3. Dekontaminasi Pasca Tindakan
Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk
sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan
antiseptik.
a. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan
instrumen yang akan dipergunakan lagi ke dalam wadah yang
mengandung klorin 0,5% dan rendam selama 10-20 menit.
10

b. Buang bahan habis pakai ke dalam tempat sampah yang tersedia


(mengandung larutan klorin 0,5%)
c. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh
dengan larutan klorin 0,5%
d. Bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0,5%, kemudian
lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut
4. Cuci Tangan Pasca Tindakan
Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi. Setelah
melepas sarung tangan, cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir.
Keringkan tangan dengan handuk yang bersih.
5. Perawatan Pasca Tindakan
a. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
instruksi apabila masih diperlukan.
b. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom
yangtersedia.
c. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk
dipantau.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilaksanakan dan pasien masih memerlukan perawatan.
e. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
f. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan,
lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan (di Rumah Sakit).
g. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan bila pada pemantauan lanjut
ditemukan perubahan-perubahan.
11

PROSEDUR KLINIK MANUAL PLASENTA

Penuntun Belajar Keterampilan Klinik

Plasenta Manual

LANGKAH/KEGIATAN

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

1. Sapa pasien dan keluarga, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan
tindakan medik
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan
3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik, mengandung risiko, baik yang telah diduga
sebelumnya, maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut diatas
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat penjelasan
ulang, apabila ragu atau belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis, dengan mengisi dan
menandatangani formulir yang telah disediakaan
7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik yang telah diisi dan
ditandatangani kedalam catatan medik pasien
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa kelengkapannya, catatan
kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN

A. PASIEN

9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun
10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
12. Medikamentosa:
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB, Ketamin HCl 0,5 mg/kgBB, Tramadol 1-
2 mg/kgBB)
b. Sedativa (Diazepam 10 mg)
c. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml
d. Uterotonika (Oksitosin, Ergometrin, Prostaglandin)
13. Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
14. Oksigen dengan Regulator
B. PENOLONG (Operator dan Asisten)

15. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung: 3 set
16. Sarung tangan DTT/Steril: 4 pasang
17. Alas kaki (Sepatu/”boot” karet): 3 pasang
18. Instrumen:
12

a. Kocher: 2, Tabung suntik 5 ml dan jarum suntik No. 23 G


b. Mangkuk logam (wadah plasenta): 1
c. Kateter karet dan penampung air kemih: 1
d. Benang kromik 1/0, plain 0, sutra 2/0: 1 rol (masing-masing)
e. Partus set: 1 set
PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN

19.
Cuci tangan hingga siku dengan sabun dibawah air mengalir
20.
Keringkan tangan dengan handuk DTT
21.
Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker dan kacamata pelindung
22.
Pakai sarung tangan DTT/Steril
23.
Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alas bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah, fiksasi dengan klem kain
TINDAKAN PENETRASI KE KAVUM UTERI

24. Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan analgetik melalui karet infus
(Pethidin diberikan intramuskuler)
25. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan labium mayus kiri dan kanan ke
lateral sehingga tampak muara urethra, dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan,
masukkan kateter ke urethra hingga 0,5 cm, lepaskan labium mayus, pindahkan
telunjuk kiri ke dinding depan vagina (dasar urethra) kemudian dorong kateter
(dengan tuntunan telunjuk kiri) hingga memasuki kandung kemih
26. Setelah kandung kemih dikosongkan. Lepaskan kateter, masukkan ke dalam
wadah yang tersedia. Dengan tangan kiri, jepit tali pusat dengan kocher kemudian
tegangkan tali pusat sejajar lantai
27. Secara obstetrik tangan kanan (punggung tangan kebawah) dimasukkan ke vagina
dengan menelusuri tali pusat bagian bawah
28. Setelah tangan kanan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher, kemudian tangan kiri penolong menahan fundus uteri
29. Sambil menahan fundus uteri dengan tangan kiri, tangan kanan masuk kedalam
cavum uteri hingga mencapai tempat implantasi plasenta
30. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam, dengan ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk
MELEPAS PLASENTA DARI DINDING UTERUS

31. Tentukan implantasi plasenta di corpus uteri bagian belakang atau bagian depan,
temukan tepi plasenta yang paling bawah
32. Bila berada di belakang, tali pusat tetap disebelah atas. Bila di bagian depan,
pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap
ke atas
33. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya
dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus. Bila
plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (punggung tangan menghadap
dinding uterus) tetapi tali pusat berada dibawah telapak tangan kanan
34. Kemudian gerakkan tangan kanan kekiri dan kanan sambil bergeser ke kranial
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
35. Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan
yang sesuai bila terjadi penyulit.
MENGELUARKAN PLASENTA
13

36. Sementara tangan kanan masih di dalam cavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan
untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding
uterus.
37. Pindahkan tangan kiri ke supra simfisis untuk menehan uterus bagian bawah.
38. Kemudian instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan kanan menarik plasenta keluar.
39. Setelah plasenta lahir, letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
40. Tangan kiri sedikit mendorong uterus ke dorsokranial (untuk mengembalikan
posisi uterus).
41. Perhatiakn kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar.
DEKONTAMINASI

42. Sementara masih menggunakan sarung tangan, masukkan bahan dan instrumen
yang akan dipergunakan lagi kedalam wadah yang mengandung klorin 0.5 % dan
rendam selama 10-20 menit.
43. Buang bahan habis pakai kedalam tempat sampah yang tersedia (mengandung
larutan klorin 0.5 %).
44. Bersihkan bagian-bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dengan larutan
klorin 0.5 %.
45. Bersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0.5 %, kemudian lepaskan secara
terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN

46. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan kembali dengan sabun dibawah air
mengalir.
47. Keringkan tangan dengan handuk/tisu yang bersih.
PERAWATAN PASCA TINDAKAN

48. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila
diperlukan.
49. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan didalam kolom
yang tersedia pada catatan medik penderita.
50. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan
pemantauan ketat. (pitosin drip diberikan hingga 6 jam pasca tindakan.). Bila
keadaan umum baik, lepaskan infus.
51. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dilaksanakan dan pasien masih memerlukan perawatan.
52. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan perawatan apa yang
masih diperlukan, lama perawatan serta laporkan pada petugas jika ada keluhan/
gangguan pasca tindakan.
53. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan
pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan
perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan paska tindakan.
14

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul “Safe Motherhood” Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di


Indonesia. Jakarta: Konsorsium Ilmu Kesehatan Depdikbud & Depkes
&WHO; 1997. Hal: IID-7 – IID-10.
2. F. Gary Cunningham, Norman F. Gant, Kenneth J. Leveno, et all.
ObstetriWilliams Vol. 1. Jakarta: EGC; 2004.
3. Supono. Ilmu Kebidanan. Palembang: FK Unsri; 1985.
4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka; 2008.

Anda mungkin juga menyukai