Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pemain penting dalam
perekonomian di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Berkaca dari pengalaman
Indonesia di saat krisis moneter 1998 dan 2008 dimana sektor UMKM ini terbukti tahan
terhadap gempuran krisis ekonomi dibanding usaha skala besar. Dalam krisis moneter 1998,
UMKM dapat bertahan dari ambruknya perekonomian Indonesia. Melalui peranan sektor
UMKM pula pada tahun 2008 perekonomian Indonesia masih bisa bertahan dari lesunya
perekonomian dunia akibat dari krisis global yang dipicu oleh subprime mortgage di Amerika
Serikat. Pemerintah sadar betul pentingnya peranan sektor UMKM dalam menjadi salah satu
pilar perekonomian Indonesia. Untuk itu, sektor UMKM ini mulai mendapat perhatian lebih
dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan - kebijakan ekonomi yang khusus
dikeluarkan pemerintah untuk mendorong peranan sektor UMKM. Salah satunya adalah
dalam Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Tahun 2015-2016 yang sampai saat ini
mencapai 13 paket kebijakan. Paket Kebijakan Ekonomi sendiri dikeluarkan oleh Pemerintah
dikeluarkannya Paket Kebijakan Ekonomi ini, Pemerintah berharap bahwa sektor UMKM
A. Pendahuluan
1. Pengertian UMKM
Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, pengertian UMKM dibagi menjadi pengertian Usaha Kecil, Usaha Mikro, dan
Usaha Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
1
Undang-Undang. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Usaha Menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang. Klasifikasi usaha mikro, kecil, dan menengah dilihat dari kriteria
Sektor UMKM diharapkan dapat menjadi salah satu pilar perekonomian Indonesia. Hal ini
sejalan dengan nawacita dari Presiden Joko Widodo dimana pemerintah berusaha untuk
Dengan kuatnya sektor ekonomi domestik, gejolak perekonomian dunia tidak akan
memberikan pengaruh signifikan dan dapat diredam oleh pertumbuhan dari sektor ekonomi
domestik. Kontribusi UMKM dalam perekenomian dapat dilihat dari kontribusi sektor ini
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2014)
tentang kontribusi pendapatan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto, besaran sumbangan
pendapatan dari sektor UMKM meningkat dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir,
2
kontribusi sektor UMKM terhadap Produk Domestik Bruto meningkat dari 57,84% hingga
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
-
1997199819992000200120022003200420052006200720082009201020112012
Di Kawasan ASEAN, pelaku usaha UMKM memiliki jumlah yang sangat besar dan tersebar
di berbagai sektor usaha. Di Indonesia sendiri pelaku usaha UMKM terus bertambah seiring
dengan dukungan dari pemerintah terhadap sektor ini. Dalam data Badan Pusat Statistik
(2014) pada periode tahun 1997-2012 jumlah pelaku sektor UMKM meningkat dari angka
39.765.110 unit di tahun 1997 menjadi 56.534.592 unit di tahun 2012. Angka ini terus
bergerak hingga mencapai 57, 89 juta unit di tahun 2014 dan diprediksi akan terus bertambah
di tahun 2016. Berkembangnya jumlah pelaku UMKM tentu saja membuka banyak lapangan
usaha baru. Penciptaan lapangan kerja baru dapat memecahkan masalah pengangguran dan
1997
120 000 000 1998
1999
100 000 000 2000
2001
80 000 000 2002
2003
60 000 000 2004
2005
40 000 000 2006
2007
20 000 000 2008
2009
0 2010
Jumlah Tenaga Kerja UMKM 2011
2012
Grafik 2. Jumlah Tenaga Kerja UMKM (Sumber : Badan Pusat Statistik)
3
3. Kondisi Ekonomi Sektor UMKM di Indonesia
Perkembangan sektor UMKM yang sangat pesat tentunya bukan tanpa kendala. Pemerintah
sendiri telah memetakan kendala – kendala yang menghambat pertumbuhan sektor UMKM
dan berusaha untuk memecahkan isu tersebut. Hambatan yang ada antara lain keterbatasan
teknologi yang digunakan, keterbatasan finansial atau pembiayaan, serta keterbatasan akses
produsen ke konsumen. Salah satu masalah umum yang terjadi dalam memulai sebuah usaha
adalah sulitnya membangun dan mengembangkan kegiatan usaha. Berdasarkan data dari
Survei Ekonomi OECD Oktober 2016, peringkat Ease of Doing Business di Indonesia tahun
2016 berada pada peringkat 109. Peringkat ini sebenarnya sudah mengalami kenaikan
daripada tahun 2015 dimana Indonesia mendapat peringkat 120. Peringkat Ease of Doing
Business ini didasarkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha antara lain
kemudahan untuk memulai usaha, kemudahan memperoleh kredit, dan pembayaran pajak.
Dalam hal ini peranan pemerintah tentunya sangat diperlukan dalam menciptakan iklim usaha
yang sehat terutama melalui kebijakan – kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.
Paket Kebijakan Ekonomi 2015-2016 merupakan salah satu alat pemerintah untuk dapat
mendorong pertumbuhan sektor UMKM. Berdasarkan Survei Ekonomi OECD Oktober 2016,
terdapat 13 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah sampai dengan Bulan
Agustus 2016. Yang menjadi pertanyaan adalah apa saja kebijakan pemerintah dalam Paket
Kebijakan Ekonomi 2015-2016 agar dapat mendorong peranan sektor UMKM dalam
B. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data – data yang berkaitan
mengidentifikasi kebijakan yang ada dan mengetahui implementasi dari kebijakan tersebut
4
C. Hasil dan Diskusi
Kebijakan pemerintah dalam Paket Kebijakan Ekonomi 2015-2016 yang menyebut secara
spesifik mengenai masalah pembiayaan UMKM adalah Paket Kebijakan Ekonomi Ketiga,
Keempat, dan Kesebelas. Dalam Paket Kebijakan Ekonomi Ketiga yang dikeluarkan pada
Oktober 2015, salah satu kebijakannya adalah meningkatkan akses usaha mikro dan kecil ke
pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Langkah – langkah yang diambil
pemerintah antara lain dengan menurunkan tingkat suku bunga KUR dari 22% menjadi 12%.
Selain itu keluarga berpenghasilan tetap, dipertegas dapat memperoleh KUR untuk sektor
usaha produktif. Kebijakan juga mengarah pada sektor perbankan agar dapat mendorong
masyarakat untuk ikut dalam KUR dan menciptakan wirausahawan – wirausahawan baru.
Paket Kebijakan Ekonomi Ketiga ini berlanjut dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan
Ekonomi Keempat pada bulan yang sama dan masih membahas mengenai Kredit Usaha
Rakyat (KUR) untuk pembiayaan UMKM. Paket Kebijakan Ekonomi Keempat memperluas
cakupan penerima KUR perorangan dan badan usaha meliputi UMKM yang produktif, calon
TKI yang bekerja di luar negeri, anggota keluarga dari karyawan/karyawati atau TKI yang
berpenghasilan tetap, dan TKI yang purna bekerja di luar negeri. Selain itu pemerintah juga
melakukan perubahan pada Permenko Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat dengan menggantinya menjadi Permenko Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenko Nomor 8 Tahun 2015. Pokok
materi yang diubah adalah mengenai usaha produktif penerima KUR. Dalam Permenko
Nomor 6 Tahun 2015, penerima kredit hanya sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan
dan perdagangan yang terkait tiga sektor tersebut. Sekarang penerima KUR berubah menjadi
5
lima sektor yaitu sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan (semua
UMKM dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Kesebelas yang salah satu
Kebijakan Ekonomi Kesebelas yang dikeluarkan pada Maret 2016 ini, pemerintah
memberikan fasilitas kredit bernama Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE).
KURBE bertujuan menjadi stimulus bagi pelaku UMKM untuk dapat meningkatkan kualitas
dari produknya agar meningkatkan daya saing produk ekspor UMKM yang berbasis
kerakyatan. Hal ini dilakukan karena walaupun kontribusi UMKM terhadap PDB dan
penyerapan tenaga kerja cukup besar, tetapi belum diimbangi dengan kontribusi terhadap
global supply chain. KURBE terdiri Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE) dan Kredit
Investasi Ekspor (KIE) dengan tingkat suku bunga 9% tanpa subsidi. Jangka waktu untuk
KMKE adalah tiga tahun sedangkan untuk KIE adalah lima tahun. Di samping itu,
pemerintah juga memberikan batas maksimal pembiayaan yaitu dari 5 Milyar untuk Usaha
Mikro, 25 Milyar untuk Usaha Kecil, dan 50 Milyar untuk Usaha Menengah.
Adanya perluasan cakupan KUR dan KURBE melalui kebijakan pemerintah tersebut
mendorong masyarakat untuk dapat terjun dalam kegiatan perekonomian melalui penciptaan
UMKM baru. Implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari kemudahan akses
masyarakat terhadap pembiayaan yang tercermin dari besaran kredit yang dikeluarkan oleh
bank dalam periode setelah kebijakan tersebut dikeluarkan. Berdasarkan data dari Bank
Indonesia, terjadi kenaikan jumlah kredit yang diberikan kepada sektor UMKM oleh
perbankan pada periode Oktober 2015 sampai dengan April 2016. Hal ini menunjukkan
bahwa Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah ditanggapi positif oleh
para pelaku bisnis. Dengan mempermudah akses terhadap pembiayaan untuk kegiatan
6
produktif, masyarakat terdorong untuk menjadi wirausahawan baru dan ikut aktif dalam
450000
400000
350000
300000
250000 Mikro
Kecil
200000
Menengah
150000
100000
50000
0
Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16
Grafik 3. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Oktober 2015-April
2016 (Sumber : Bank Indonesia)
Melihat peranan penting UMKM sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia,
pemerintah bergerak untuk melakukan proteksi terhadap UMKM. Hal ini dilakukan untuk
menjaga momentum pertumbuhan sektor UMKM agar dapat terus berkesinambungan dan
menjadi kekuatan ekonomi Indonesia. Melalui Paket Kebijakan Ekonomi Kesepuluh yang
perlindungan terhadap UMKM dan Koperasi. Langkah – langkah yang dilakukan pemerintah
antara lain mengeluarkan Daftar Negatif Investasi (DNI). DNI merupakan daftar bidang
usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman
modal. Yang dimaksud dengan tertutup disini adalah larangan untuk melakukan usaha dalam
bentuk apapun, termasuk melakukan berbagai kegiatan investasi. Sedangkan yang dimaksud
dengan terbuka artinya bidang usaha tersebut terbuka untuk penanaman modal atau investasi
7
baik tanpa persyaratan khusus dan dengan persyaratan tertentu terutama terkait kemitraan
Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Revisi peraturan ini menambah 19 bidang
usaha yang diperuntukan bagi UMKM yaitu jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi yang
bahwa harus ada persentase penanaman modal atau saham asing antara lain di bidang usaha
jasa pra design dan konsultasi, jasa design arsitektur, jasa administrasi kontrak, dan jasa
arsitektur lainnya. Selain itu terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK
diperluas nilai pekerjaanya dari semula sampai dengan Rp 1 miliar menjadi sampai dengan
Rp 50 miliar serta reklasifikasi untuk penyederhanaan bidang usaha dari 139 menjadi 92
kegiatan usaha.
Dalam hal kemitraan, tujuan pemerintah adalah agar Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) bekerja sama dengan Usaha Mikro,
Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK). Untuk itu pemerintah mengembangkan dari
yang semula 48 bidang usaha menjadi 110 bidang usaha antara lain usaha perbenihan
perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih, perdagangan eceran melalui pemesanan pos, dan
internet. Kebijakan yang diambil pemerintah ini sebagai stimulus dan membuka akses yang
lebih luas bagi sektor UMKM terhadap global supply chain. Selain itu implementasi dari
kebijakan ini ditujukan untuk memperkuat peranan sektor UMKM di berbagai bidang usaha.
Respon pasar atas kebijakan pemerintah ini sangat baik, terbukti dengan sudah adanya 527
perusahaan yang memanfaatkan dengan rencana investasi mencapai US$ 12,9 Milyar.
8
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, realisasi investasi di
Indonesia pada kuartal I 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang
sama di tahun 2015. Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan dari investor baik dari dalam
negeri maupun luar negeri untuk menginvestasikan hartanya di Indonesia. Sejalan dengan itu
BKPM membentuk Investor Relations Officer (IRO) untuk dapat mengawal jalannya proyek
investasi baru.
P I P I
D. Kesimpulan
Berdasarkan dari data – data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pemerintah terus mendorong perkembangan sektor UMKM sebagai salah
satu pilar perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kebijakan
pemerintah yang berfokus pada pertumbuhan sektor UMKM di Indonesia. Dalam Paket
Kebijakan Ekonomi 2015-2016 sudah ada empat kebijakan yang khusus mengatur kegiatan
usaha dan pembiayaan UMKM. Belum termasuk kebijakan yang mengatur kegiatan usaha
lain secara umum yang secara tidak langsung juga berdampak pada perkembangan sektor
UMKM. Kebijakan – kebijakan tersebut dikeluarkan untuk memperbaiki iklim usaha dan
9
Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah harus pro aktif untuk terus mencari hal – hal apa saja
yang menjadi kendala dalam menciptakan suatu kegiatan usaha. Dalam hal UMKM,
kebijakan pemerintah sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sektor UMKM. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan – keterbatasan yang dimiliki oleh sektor UMKM baik itu
keterbatasan modal atau pembiayaan serta keterbatasan akses pasar. Apalagi dalam
membangun sebuah bisnis baru tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar di awal
kemunculannya. Untuk itu kemudahan dari sisi pendanaan akan dapat membantu UMKM
untuk dapat berkembang dan memiliki daya saing dengan sektor usaha lain yang sudah lebih
dulu berkembang. Dari segi usaha secara umum, pemerintah juga harus memperbaiki
kebijakan untuk mempermudah masyarakat dalam memulai usaha terkait masalah perizinan
dan perpajakan. Implementasi dari Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan oleh
pemerintah juga disambut positif oleh masyarakat dilihat dari kenaikan penyaluran kredit
Paket Kebijakan Ekonomi 2015-2016 merupakan salah satu gambaran keseriusan pemerintah
dalam memberikan perhatian kepada sektor UMKM. Di tengah lesunya perekonomian global
saat ini, pengembangan kekuatan ekonomi domestik memang sangat dibutuhkan. Untuk itu
kontribusi dari sektor UMKM, baik dalam sumbangan kepada PDB maupun pada penyerapan
tenaga kerja, sangat diharapkan oleh pemerintah. Karakteristik usaha dari UMKM yang lebih
tahan krisis dibandingkan dengan usaha berskala besar menempatkan UMKM sebagai salah
satu pilar perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dibutuhkan untuk
dapat memaksimalkan peranan dari sektor UMKM dalam menjadi pilar perekonomian
Indonesia.
10
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (2014), Tabel Perkembangan UMKM pada Periode 1997 -2012, Badan
Pusat Statistik.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1322
Bank Dunia (2016), “Doing Business 2016: Measuring Regulatory Quality and Efficiency”,
Kelompok Bank Dunia.
http://www.doingbusiness.org.
Bank Indonesia (2016), Statistik Kredit UMKM - Bank Sentral Republik Indonesia, Bank
Indonesia.
http://www.bi.go.id/id/umkm/kredit/data/Default.aspx
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2016), Klasifikasi UMKM,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
http://www.depkop.go.id/
11