Anda di halaman 1dari 11

Abstrak

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pemain penting dalam

kegiatan perekonomian Indonesia. Peranan UMKM dalam menyokong kegiatan

perekonomian di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Berkaca dari pengalaman

Indonesia di saat krisis moneter 1998 dan 2008 dimana sektor UMKM ini terbukti tahan

terhadap gempuran krisis ekonomi dibanding usaha skala besar. Dalam krisis moneter 1998,

UMKM dapat bertahan dari ambruknya perekonomian Indonesia. Melalui peranan sektor

UMKM pula pada tahun 2008 perekonomian Indonesia masih bisa bertahan dari lesunya

perekonomian dunia akibat dari krisis global yang dipicu oleh subprime mortgage di Amerika

Serikat. Pemerintah sadar betul pentingnya peranan sektor UMKM dalam menjadi salah satu

pilar perekonomian Indonesia. Untuk itu, sektor UMKM ini mulai mendapat perhatian lebih

dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan - kebijakan ekonomi yang khusus

dikeluarkan pemerintah untuk mendorong peranan sektor UMKM. Salah satunya adalah

dalam Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Tahun 2015-2016 yang sampai saat ini

mencapai 13 paket kebijakan. Paket Kebijakan Ekonomi sendiri dikeluarkan oleh Pemerintah

sebagai pendorong kegiatan ekonomi di tengah lesunya perekonomian global. Dengan

dikeluarkannya Paket Kebijakan Ekonomi ini, Pemerintah berharap bahwa sektor UMKM

dapat memberikan kontribusi lebih bagi kegiatan perekonomian Indonesia.

Kata kunci: UMKM, Paket Kebijakan Ekonomi, perekonomian Indonesia

A. Pendahuluan

1. Pengertian UMKM

Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah, pengertian UMKM dibagi menjadi pengertian Usaha Kecil, Usaha Mikro, dan

Usaha Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

1
Undang-Undang. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Usaha Menengah adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang. Klasifikasi usaha mikro, kecil, dan menengah dilihat dari kriteria

aset dan omzet sebagai berikut.

No. URAIAN KRITERIA


ASET OMZET
1 USAHA MIKRO Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 USAHA KECIL > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar
3 USAHA MENENGAH > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar
Tabel 1. Klasfikasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Sumber : depkop.go.id)

2. Peranan UMKM dalam Perekonomian Indonesia

Sektor UMKM diharapkan dapat menjadi salah satu pilar perekonomian Indonesia. Hal ini

sejalan dengan nawacita dari Presiden Joko Widodo dimana pemerintah berusaha untuk

membangun kemandirian ekonomi dengan cara mengembangkan sektor ekonomi domestik.

Dengan kuatnya sektor ekonomi domestik, gejolak perekonomian dunia tidak akan

memberikan pengaruh signifikan dan dapat diredam oleh pertumbuhan dari sektor ekonomi

domestik. Kontribusi UMKM dalam perekenomian dapat dilihat dari kontribusi sektor ini

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2014)

tentang kontribusi pendapatan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto, besaran sumbangan

pendapatan dari sektor UMKM meningkat dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir,

2
kontribusi sektor UMKM terhadap Produk Domestik Bruto meningkat dari 57,84% hingga

60,34% (Kemenperin, 2016).

Sumbangan UMKM terhadap PDB


1,600,000
Dalam Milyar Rupiah

1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
-
1997199819992000200120022003200420052006200720082009201020112012

Grafik 1. Sumbangan UMKM terhadap PDB (Sumber : Badan Pusat Statistik)

Di Kawasan ASEAN, pelaku usaha UMKM memiliki jumlah yang sangat besar dan tersebar

di berbagai sektor usaha. Di Indonesia sendiri pelaku usaha UMKM terus bertambah seiring

dengan dukungan dari pemerintah terhadap sektor ini. Dalam data Badan Pusat Statistik

(2014) pada periode tahun 1997-2012 jumlah pelaku sektor UMKM meningkat dari angka

39.765.110 unit di tahun 1997 menjadi 56.534.592 unit di tahun 2012. Angka ini terus

bergerak hingga mencapai 57, 89 juta unit di tahun 2014 dan diprediksi akan terus bertambah

di tahun 2016. Berkembangnya jumlah pelaku UMKM tentu saja membuka banyak lapangan

usaha baru. Penciptaan lapangan kerja baru dapat memecahkan masalah pengangguran dan

kemiskinan melalui penyerapan tenaga kerja.

1997
120 000 000 1998
1999
100 000 000 2000
2001
80 000 000 2002
2003
60 000 000 2004
2005
40 000 000 2006
2007
20 000 000 2008
2009
0 2010
Jumlah Tenaga Kerja UMKM 2011
2012
Grafik 2. Jumlah Tenaga Kerja UMKM (Sumber : Badan Pusat Statistik)

3
3. Kondisi Ekonomi Sektor UMKM di Indonesia

Perkembangan sektor UMKM yang sangat pesat tentunya bukan tanpa kendala. Pemerintah

sendiri telah memetakan kendala – kendala yang menghambat pertumbuhan sektor UMKM

dan berusaha untuk memecahkan isu tersebut. Hambatan yang ada antara lain keterbatasan

teknologi yang digunakan, keterbatasan finansial atau pembiayaan, serta keterbatasan akses

produsen ke konsumen. Salah satu masalah umum yang terjadi dalam memulai sebuah usaha

adalah sulitnya membangun dan mengembangkan kegiatan usaha. Berdasarkan data dari

Survei Ekonomi OECD Oktober 2016, peringkat Ease of Doing Business di Indonesia tahun

2016 berada pada peringkat 109. Peringkat ini sebenarnya sudah mengalami kenaikan

daripada tahun 2015 dimana Indonesia mendapat peringkat 120. Peringkat Ease of Doing

Business ini didasarkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha antara lain

kemudahan untuk memulai usaha, kemudahan memperoleh kredit, dan pembayaran pajak.

Dalam hal ini peranan pemerintah tentunya sangat diperlukan dalam menciptakan iklim usaha

yang sehat terutama melalui kebijakan – kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.

Paket Kebijakan Ekonomi 2015-2016 merupakan salah satu alat pemerintah untuk dapat

mendorong pertumbuhan sektor UMKM. Berdasarkan Survei Ekonomi OECD Oktober 2016,

terdapat 13 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah sampai dengan Bulan

Agustus 2016. Yang menjadi pertanyaan adalah apa saja kebijakan pemerintah dalam Paket

Kebijakan Ekonomi 2015-2016 agar dapat mendorong peranan sektor UMKM dalam

perekonomian serta bagaimana implementasi kebijakan tersebut?

B. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data – data yang berkaitan

dengan pembahasan untuk kemudian dilakukan analisis. Analisis dilakukan untuk

mengidentifikasi kebijakan yang ada dan mengetahui implementasi dari kebijakan tersebut

terhadap kegiatan perekonomian sehingga dapat ditarik kesimpulan.

4
C. Hasil dan Diskusi

1. Kebijakan Pemerintah dalam Membantu Pembiayaan UMKM

Kebijakan pemerintah dalam Paket Kebijakan Ekonomi 2015-2016 yang menyebut secara

spesifik mengenai masalah pembiayaan UMKM adalah Paket Kebijakan Ekonomi Ketiga,

Keempat, dan Kesebelas. Dalam Paket Kebijakan Ekonomi Ketiga yang dikeluarkan pada

Oktober 2015, salah satu kebijakannya adalah meningkatkan akses usaha mikro dan kecil ke

pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Langkah – langkah yang diambil

pemerintah antara lain dengan menurunkan tingkat suku bunga KUR dari 22% menjadi 12%.

Selain itu keluarga berpenghasilan tetap, dipertegas dapat memperoleh KUR untuk sektor

usaha produktif. Kebijakan juga mengarah pada sektor perbankan agar dapat mendorong

masyarakat untuk ikut dalam KUR dan menciptakan wirausahawan – wirausahawan baru.

Paket Kebijakan Ekonomi Ketiga ini berlanjut dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan

Ekonomi Keempat pada bulan yang sama dan masih membahas mengenai Kredit Usaha

Rakyat (KUR) untuk pembiayaan UMKM. Paket Kebijakan Ekonomi Keempat memperluas

cakupan penerima KUR perorangan dan badan usaha meliputi UMKM yang produktif, calon

TKI yang bekerja di luar negeri, anggota keluarga dari karyawan/karyawati atau TKI yang

berpenghasilan tetap, dan TKI yang purna bekerja di luar negeri. Selain itu pemerintah juga

melakukan perubahan pada Permenko Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan

Kredit Usaha Rakyat dengan menggantinya menjadi Permenko Nomor 8 Tahun 2015 tentang

Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat hingga terakhir dikeluarkannya Permenko

Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenko Nomor 8 Tahun 2015. Pokok

materi yang diubah adalah mengenai usaha produktif penerima KUR. Dalam Permenko

Nomor 6 Tahun 2015, penerima kredit hanya sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan

dan perdagangan yang terkait tiga sektor tersebut. Sekarang penerima KUR berubah menjadi

5
lima sektor yaitu sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan (semua

perdagangan), dan jasa.

Selain kebijakan pembiayaan melalui KUR, pemerintah terus mendorong pekembangan

UMKM dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Kesebelas yang salah satu

kebijakannya berfokus pada pembiayaan UMKM berorientasi ekspor. Dalam Paket

Kebijakan Ekonomi Kesebelas yang dikeluarkan pada Maret 2016 ini, pemerintah

memberikan fasilitas kredit bernama Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE).

KURBE bertujuan menjadi stimulus bagi pelaku UMKM untuk dapat meningkatkan kualitas

dari produknya agar meningkatkan daya saing produk ekspor UMKM yang berbasis

kerakyatan. Hal ini dilakukan karena walaupun kontribusi UMKM terhadap PDB dan

penyerapan tenaga kerja cukup besar, tetapi belum diimbangi dengan kontribusi terhadap

global supply chain. KURBE terdiri Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE) dan Kredit

Investasi Ekspor (KIE) dengan tingkat suku bunga 9% tanpa subsidi. Jangka waktu untuk

KMKE adalah tiga tahun sedangkan untuk KIE adalah lima tahun. Di samping itu,

pemerintah juga memberikan batas maksimal pembiayaan yaitu dari 5 Milyar untuk Usaha

Mikro, 25 Milyar untuk Usaha Kecil, dan 50 Milyar untuk Usaha Menengah.

Adanya perluasan cakupan KUR dan KURBE melalui kebijakan pemerintah tersebut

mendorong masyarakat untuk dapat terjun dalam kegiatan perekonomian melalui penciptaan

UMKM baru. Implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari kemudahan akses

masyarakat terhadap pembiayaan yang tercermin dari besaran kredit yang dikeluarkan oleh

bank dalam periode setelah kebijakan tersebut dikeluarkan. Berdasarkan data dari Bank

Indonesia, terjadi kenaikan jumlah kredit yang diberikan kepada sektor UMKM oleh

perbankan pada periode Oktober 2015 sampai dengan April 2016. Hal ini menunjukkan

bahwa Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah ditanggapi positif oleh

para pelaku bisnis. Dengan mempermudah akses terhadap pembiayaan untuk kegiatan

6
produktif, masyarakat terdorong untuk menjadi wirausahawan baru dan ikut aktif dalam

penciptaan lapangan kerja baru melalui sektor UMKM.

450000

400000

350000

300000

250000 Mikro
Kecil
200000
Menengah
150000

100000

50000

0
Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16

Grafik 3. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Oktober 2015-April
2016 (Sumber : Bank Indonesia)

2. Kebijakan Pemerintah dalam Melindungi UMKM

Melihat peranan penting UMKM sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia,

pemerintah bergerak untuk melakukan proteksi terhadap UMKM. Hal ini dilakukan untuk

menjaga momentum pertumbuhan sektor UMKM agar dapat terus berkesinambungan dan

menjadi kekuatan ekonomi Indonesia. Melalui Paket Kebijakan Ekonomi Kesepuluh yang

dikeluarkan pada Bulan Februari 2016, pemerintah memprioritaskan kebijakan pada

perlindungan terhadap UMKM dan Koperasi. Langkah – langkah yang dilakukan pemerintah

antara lain mengeluarkan Daftar Negatif Investasi (DNI). DNI merupakan daftar bidang

usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman

modal. Yang dimaksud dengan tertutup disini adalah larangan untuk melakukan usaha dalam

bentuk apapun, termasuk melakukan berbagai kegiatan investasi. Sedangkan yang dimaksud

dengan terbuka artinya bidang usaha tersebut terbuka untuk penanaman modal atau investasi

7
baik tanpa persyaratan khusus dan dengan persyaratan tertentu terutama terkait kemitraan

dengan UMKM. Dalam pelaksanaannya pemerintah mengubah Peraturan Presiden Nomor 39

Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka

dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal menjadi Peraturan Presiden Nomor 44

Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka

dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Revisi peraturan ini menambah 19 bidang

usaha yang diperuntukan bagi UMKM yaitu jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi yang

menggunakan teknologi sederhana/madya dan/atau resiko kecil/sedang dan/atau nilai

pekerjaan kurang dari Rp 10 milyar. Peraturan pemerintah sebelumnya mencantumkan syarat

bahwa harus ada persentase penanaman modal atau saham asing antara lain di bidang usaha

jasa pra design dan konsultasi, jasa design arsitektur, jasa administrasi kontrak, dan jasa

arsitektur lainnya. Selain itu terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK

diperluas nilai pekerjaanya dari semula sampai dengan Rp 1 miliar menjadi sampai dengan

Rp 50 miliar serta reklasifikasi untuk penyederhanaan bidang usaha dari 139 menjadi 92

kegiatan usaha.

Dalam hal kemitraan, tujuan pemerintah adalah agar Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) bekerja sama dengan Usaha Mikro,

Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK). Untuk itu pemerintah mengembangkan dari

yang semula 48 bidang usaha menjadi 110 bidang usaha antara lain usaha perbenihan

perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih, perdagangan eceran melalui pemesanan pos, dan

internet. Kebijakan yang diambil pemerintah ini sebagai stimulus dan membuka akses yang

lebih luas bagi sektor UMKM terhadap global supply chain. Selain itu implementasi dari

kebijakan ini ditujukan untuk memperkuat peranan sektor UMKM di berbagai bidang usaha.

Respon pasar atas kebijakan pemerintah ini sangat baik, terbukti dengan sudah adanya 527

perusahaan yang memanfaatkan dengan rencana investasi mencapai US$ 12,9 Milyar.

8
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, realisasi investasi di

Indonesia pada kuartal I 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang

sama di tahun 2015. Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan dari investor baik dari dalam

negeri maupun luar negeri untuk menginvestasikan hartanya di Indonesia. Sejalan dengan itu

BKPM membentuk Investor Relations Officer (IRO) untuk dapat mengawal jalannya proyek

investasi baru.

NO. SEKTOR Modal Dalam Modal Asing


Negeri
Q1 2016 Q1 2016

P I P I

I SEKTOR PRIMER / Primary Sector


137 9.270,3 400 390,0
II SEKTOR SEKUNDER / Secondary Sector
580 25.459,9 1.356 5.462,1
III SEKTOR TERSIER / Tertiary Sector
462 15.621,6 2.132 1.064,7
JUMLAH / T o t a l
1.179 50.351,7 3.888 6.916,8
Tabel 2. Realisasi Investasi Indonesia Kuartal Pertama 2016 (Sumber : BKPM)

D. Kesimpulan

Berdasarkan dari data – data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa pemerintah terus mendorong perkembangan sektor UMKM sebagai salah

satu pilar perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kebijakan

pemerintah yang berfokus pada pertumbuhan sektor UMKM di Indonesia. Dalam Paket

Kebijakan Ekonomi 2015-2016 sudah ada empat kebijakan yang khusus mengatur kegiatan

usaha dan pembiayaan UMKM. Belum termasuk kebijakan yang mengatur kegiatan usaha

lain secara umum yang secara tidak langsung juga berdampak pada perkembangan sektor

UMKM. Kebijakan – kebijakan tersebut dikeluarkan untuk memperbaiki iklim usaha dan

menaikkan peringkat Ease of Doing Business di Indonesia sehingga ke depannya para

investor tidak segan lagi untuk berinvestasi di Indonesia.

9
Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah harus pro aktif untuk terus mencari hal – hal apa saja

yang menjadi kendala dalam menciptakan suatu kegiatan usaha. Dalam hal UMKM,

kebijakan pemerintah sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sektor UMKM. Hal

ini disebabkan karena keterbatasan – keterbatasan yang dimiliki oleh sektor UMKM baik itu

keterbatasan modal atau pembiayaan serta keterbatasan akses pasar. Apalagi dalam

membangun sebuah bisnis baru tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar di awal

kemunculannya. Untuk itu kemudahan dari sisi pendanaan akan dapat membantu UMKM

untuk dapat berkembang dan memiliki daya saing dengan sektor usaha lain yang sudah lebih

dulu berkembang. Dari segi usaha secara umum, pemerintah juga harus memperbaiki

kebijakan untuk mempermudah masyarakat dalam memulai usaha terkait masalah perizinan

dan perpajakan. Implementasi dari Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan oleh

pemerintah juga disambut positif oleh masyarakat dilihat dari kenaikan penyaluran kredit

melalui KUR dan KURBE dan realisasi kegiatan investasi di Indonesia.

Paket Kebijakan Ekonomi 2015-2016 merupakan salah satu gambaran keseriusan pemerintah

dalam memberikan perhatian kepada sektor UMKM. Di tengah lesunya perekonomian global

saat ini, pengembangan kekuatan ekonomi domestik memang sangat dibutuhkan. Untuk itu

kontribusi dari sektor UMKM, baik dalam sumbangan kepada PDB maupun pada penyerapan

tenaga kerja, sangat diharapkan oleh pemerintah. Karakteristik usaha dari UMKM yang lebih

tahan krisis dibandingkan dengan usaha berskala besar menempatkan UMKM sebagai salah

satu pilar perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dibutuhkan untuk

dapat memaksimalkan peranan dari sektor UMKM dalam menjadi pilar perekonomian

Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Penanaman Modal (2016), Perkembangan Realisasi Investasi PMA


berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) menurut Sektor, Q1 2016, Badan
Koordinasi Penanaman Modal.
http://www.bkpm.go.id/id/investasi-di-indonesia/statistik

Badan Koordinasi Penanaman Modal (2016), Perkembangan Realisasi Investasi PMDN


berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) menurut Sektor, Q1 2016, Badan
Koordinasi Penanaman Modal.
http://www.bkpm.go.id/id/investasi-di-indonesia/statistik

Badan Pusat Statistik (2014), Tabel Perkembangan UMKM pada Periode 1997 -2012, Badan
Pusat Statistik.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1322

Bank Dunia (2016), “Doing Business 2016: Measuring Regulatory Quality and Efficiency”,
Kelompok Bank Dunia.
http://www.doingbusiness.org.

Bank Indonesia (2016), Statistik Kredit UMKM - Bank Sentral Republik Indonesia, Bank
Indonesia.
http://www.bi.go.id/id/umkm/kredit/data/Default.aspx

Kementerian Keuangan (2016), berita/Peran Penting UKM Dorong Perekonomian


Indonesia, Kementerian Keuangan.
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peran-penting-ukm-dorong-perekonomian-indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2016), Klasifikasi UMKM,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
http://www.depkop.go.id/

Kementerian Perindustrian (2016), Kontribusi UMKM Naik, Kemenperin.


http://www.kemenperin.go.id/artikel/14200/Kontribusi-UMKM-Naik

Kementerian PPN/Bappenas (2016), Data dan Statistik Ekonomi, Kementerian


PPN/Bappenas.
http://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/

Kementerian PPN/Bappenas (2016), Paket Kebijakan Ekonomi, Kementerian PPN/Bappenas.


http://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/publikasi/paket-kebijakan-ekonomi

OECD (2016), OECD Economic Survey Overview : Indonesia, OECD Publishing.


http://www.oecd.org/eco/surveys/economic-survey-indonesia.htm

Tempo (2016), 10 hasil dari 13 paket kebijakan ekonomi, Tempo Bisnis.


https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/10/26/090815132/ini-10-hasil-13-paket-kebijakan-
ekonomi

11

Anda mungkin juga menyukai