Anda di halaman 1dari 12

SASBEL

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

 Tulang-tulang
1. Ossa coxae
2. Ossa Femur
3 .Ossa Tibia
4. Ossa Fibula
5. Ossa Patellae
6. Ossa Tarsalia :

1. Talus

2. Calcaneus

3. Os naviculare

4. Os cuboideum
5. Os cuneiforme laterale
6. Os cuneiforme intermedium
7. Os cuneiforme mediale
7. Ossa Metatarsalia
8. Phalanges
Fisiologi Tulang
1 . Menompang Tubuh
2. Proteksi
3.Mendasari Gerakan
4. Homeostasis Mineral
5. Memproduksi Sel Darah
6. Penyimpanan trigliserid (Tortora and Derrickson,2011)
Otot-otot
1. M. Sartorius:
2. M. Rectus femoris
3. M. Tensor fasialatae
4. M. Pectenius
5. M. Adduktor longgus
6. M. Gracilis
7. M. Adduktor brevis
8. M. Adduktor magnus
9. M. Vastus intermedius
10. M. Vastus lateralis
11. M. Vastus medialis

ARTICULATIO PADA EKSTREMITAS INFERIOR


1. Articulatio Coxae
2. Articulatio Genu
3. Articulatio Tibiofibularis Proximalis
4. Articulatio Tibiofibularis Distalis
5. Articulatio Talocruralis
6. Articulatio Tarsales
Histologi
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix
kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid
ni termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang
menjadi kaku dan kuat. (Snell, Richard S. 2016) & (Guyton AC, 2014.)

2. TRAUMA
A. DIFINISI
Trauma adalah keadaan yang disebakan oleh luka atau cedera dan dapat
menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang. (De jong vol.1 hal :118)
B. Macam-Macam Klasifikasi Trauma Musculoskeletal
1) Konstusi
Cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan / trauma
tumpul, pukulan, atau tendangan / jatuh
2) Strain
Tarikan otot akibat penggunaan yang berlebih penegangan berlebihan
atau robekan miskroskopik tidak komplik dengan perdarahan ke dalam
janin
3) Sprain
Cedera struktur ligament disekitar sendi
4) Dislokasi
Terjadi kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan
sendi secara komplit/lengkap
5) Fraktur
Patah tulang, hilangnya kpntinuitas tulang, baik total/sebagian
6) Sublukasi
Disloksasi parsial permukaan persendian
7) Ruptur
Hilangnya kontinuitas tendon baik yang bersifat total maupun sebagian

C. FAKTOR RESIKO TRAUMA


D. GEJALA
E. PATOFISIOLOGI TRAUMA
Mekanisme nyeri dan sulit di gerakkan
Mikroorganisme (bakteri staphilokokus aureus) masuk melalui
pembuluh darah menuju ke tulang,khususnya pada bagian yang terpapar
sehingga bakteri tersebut lebih mudah untuk melekat  datang sel-sel
fagosit untuk mengatasi infeksi dari bakteri tersebut ,dalam waktu yang
bersamaan sel-sel fagosit mengeluarkan enzim yang dapat mengakibatkan
tulang menjadi lisis  bakteri dapat lolos dan menempel pada bagian tulang
yang mengalami lisis dengan cara masuk dan menetap pada osteoblasr dan
membungkus diri dengan protective polysaccharide rich biofilm)  ketika
terjadi infeksi,maka akan mengakibatkan inflamasi yang disertai dengan
pelepasan mediator nyeri seperti histamin
,bradikinin,prostaglandin,serotonin, dan sebagainya yang dapat
merangsang nosiseptor (reseptor nyeri)  kemudian rangsangan tersebut
dihantarkan serabut tipe A-delta dan C  dibawa sepanjang serabut saraf
sampai ke kornu dorsalis medula spinalis  Hipotalamus  otak 
persepsi nyeri  gangguan imobilisasi / sulit digerakkan (Malueka,2007)
Mekanisme Bengkak
Pelepasan mediator nyeri (Histamin) yang dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler  cairan plasma
keluar dari pembuluh darah dan berkumpul pada jaringan  edema /
bengkak.(Malueka,2007)
Mekanisme Luka Disertai Nanah
adanya inflamasi  membentuk pus dalam tulang yang disertai
peningkatan tekanan intratulang guna untuk mengeluarkan pus pada tulang
 melewati kanalis havers (kloaka) dengan membentuk abses sub
periosteum pada diafisis  merusak otot dan terbentuk trauma pada kulit
yang  terjadinya luka yang disertai oleh nanah (Kowalak, 2017)
Patofisiologi 2 bulan yang lalu
Rangsang nyeri diterima nosiseptor pada kulit  trauma atau
benturan tersebut dapat mengakibatkan lesi atau kerusakan jaringan tubuh
 lesi akan mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga terlepaslah
bradikinin yang dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler  bengkak 
tekanan jaringan meningkat  merangsang nosiseptor  nyeri . (Zairin
Noor,2017)
Pada kasus terjadi trauma indirect yaitu di akibatkan oleh
benturan dari dalam diri ke trotoar yang menyebabkan terjadinya penekanan
pada jaringan tubuh yang mengalami benturan sehingga terjadi nekrosis
jaringan pada daerah yang mengalami trauma tersebut.

Mekanisme Abnormal
Bengkak dan asimetris
trauma indirect  kerusakan tulang  inflamasi  vasodilatasi pada bagian
yang trauma dan
vasokontriksi pada jaringan yang lainnya  cairan menuju ke ruang antar sel
 bengkak 
penekanan jaringan lain  asimetris.
Fistula 2 buah disertai dengan pus
pemburukan jaringan  infeksi  menyebar secara hematogen pada
metafisis tulang  pus peningkatan tekanan intra tulang untuk
mengeluarkan pus melewati kloaka  membentuk abses sub periosteum
pada diafisis tulang  merusak otot  trauma pada kulit  luka nanah.
Deformitas
pus menuju kloaka  terganggunya vaskularisasi  penurunan kadar
oksigen  iskemik sequestrum  involukrum  deformitas.
Demam
pirogen eksogen endogen  sitokin pro dan anti inflamasi  asam arakidonat
 prostaglandinhipotalamus  peningkatan set point  demam.
Pucat
penyebaran mikroorganisme secara hematogen melalui metafisis 
hematopoesis terganggu  produksi sel darah merah menurun  anemia 
pucat.
F. KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS

Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995:463 -
464) yaitu :
1. Osteomyelitis piogenik hematogen
Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik hematogen
terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti
oleh bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis hematogen
biasanya bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam sistemik
akut yang disertai dengan gejala nyeri setempat, perasaan tak enak,
kemerahan dan pembengkakan.
2. Osteomyelitis tuberkulosis
Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga
sendi. Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari
ekstremitas dan tulang belakang. Osteomyelitis tuberkulosis dapat
menyebabkan deformitas yang serius (kifosis, skoliosis) berkaitan
dengan destruksi dan perubahan sumbu tulang belakang dari posisi
normalnya.

SISTEM STAGING OSTEOMIELITIS KRONIS CIENRY &


MADER

I Medullary Infeksi terbatas pada tulang intramedular.


Contoh : osteomyelitis
II Superficial Infeksi mencapai permukaan dasar
jaringan tulang
III Localized Adanya sekuestrum kortikal yang dapat
dipotong tanpa mengubah stabilitas tulang
IV Difusse Fitur I, II, dan III ditambah instabilitas
mekanik sebelum atau sesudah
debridement

 Kriteria Fisiologis dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan tipe jenis host :


1. Host kelas A memiliki respon pada infeksi dan operasi
2. Host kelas B memiliki kemampuan imunitas yang terbatas dan
penyembuhan luka yang kurang baik
3. Host kelas C hasil penatalaksanaan yang kurang baik sehingga
menyebabkan keadaan semakin memburuk

 Kriteria anatomis mencakup empat tipe :


1. Tipe 1 :Lesi Medullary dengan ciri gangguan pada endosteal
2. Tipe 2 : Osteomyelitis superficial terbatas pada permukaan luar
tulang, dan infeksi terjadi akibat adanya defek pembungkus
tulang.
3. Tipe 3 : Suatu infeksi terlokalisir dengan lesi stabil, berbatas
tegas dengan sequestrasi kortikal yang tebal
4. Tipe 4 : Lesi osteomyelitis diffuse yang menyebabkan
instabilitas mekanik, baik pada saat pasien datang pertama kali
atau setelah penanganan awal

G. FAKTOR RESIKO OSTEOMIELITIS


Faktor Resiko :
1. Fraktur Terbuka
2. DiabetesMellitus
3. Anemia Sickle Sell
4. Penggunaan obat-obatan
H. GEJALA OSTEOMIELITIS

Gejala umum dari osteomielitis meliputi :

 Osteomielitis hematogenus tulang panjang


 Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat
dalam 50% dari osteomielitis pada neonates)
 Kelelahan
 Rasa tidak nyaman
 Irritabilitas
 Keterbatasan gerak (pseudoparalisis anggota badan pada neonates)
 Edema lokal, eritema dan nyeri.
 Osteomielitis hematogenus vertebral
 Onset cepat
 Adanya riwayat episode bakterimia akut
 Diduga berhubungan dengan insufisiensi pembuluh darah disampingnya
 Edema lokal, eritema dan nyeri
 Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
 Osteomielitis kronik
 Ulkus yang tidak sembuh
 Drainase saluran sinus
 Kelelahan kronik
 Rasa tidak nyaman
Pada Kasus : Demam ,edema,bengkak,fluktuasi,kesuliat menggerakan
anggota gerak.teraba hangat

I. DD OSTEOMIELITIS
 Osteomielitis
 Arthritis Septic
 Neoplasma
 Strain
 Sprain

J. TATALAKSANA

Untuk Obat Simtomatisnya berupa

 Antipireutik
 Paracetamol = 10-15 mg/KgBB x 3-4 dosis
 Antibiotik IV
 Golongan Sefalosporin = Generasi 3 berupa Ceftiaxon 500mg - 1mg
(1-2x/hari)
 Analgesik = Meloxicam atau Asam Mefenamat

Tatalaksana lebih lanjut adalah dirujuk (Kowalak, 2017)

K. CARA MENCEGAH
Mempertahankan kadar imun penderita agar tidak mudah terinfeksi
penyakit lainnya
L. SKDU
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.

M. NNI
“Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya;
ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah
hancur luluh? Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
makhluk”. (Surat YaSin Ayat 78-79)

“Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincang dan
atas orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). Dan barangsiapa yang
taat kepada Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan memasukkannya ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa yang
berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih.” (Q.S. Al-Fath :
17)

Anda mungkin juga menyukai