Definisi
A. Latar Belakang
Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit
merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para
profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah
menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan
yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan
pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi
diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana
yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan
transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan lain.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya
lewat skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui
kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang
tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 ). Menurut
Rochjati P (2003), skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil
untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan
sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar –
benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining atau penapisan adalah kegiatan pemeriksaan, penerapan tes (termasuk tes
di laboratorium dan radiologi) sebagai upaya mendeteksi ada tidaknya masalah
pada pasien yang datang dengan atau tanpa gejala, dengan tujuan menentukan
apakah seseorang pasien tersebut memiliki kemungkinan menderita suatu penyakit
atau kondisi tertentu.
Skrining bukan diagnosis pasti penyakit, melainkan deteksi dini, sehingga
bila menderita penyakit tersebut dapat dilakukan pencegahan atau pertolongan
medis yang sesuai, agar tidak muncul manifestasi klinis atau bila sudah muncul
manifestasi klinis dapat ditangani secara dini
1
kebutuhan pasien untuk pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitative dan
memilih pelayanan yang tepat sesuai dengan urgensinya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi
atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk
mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima
pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan lainnya
yang memiliki fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan pasien.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit Dalam,
Obstetri dan ginekologi, Bedah dan Kesehatan Anak. Pelayanan Spesialis Penunjang
adalah pelayanan medik Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Anaestesi dan
Reanimasi, Rehabilitasi Medik. Pelayanan Medik Spesialis lain adalah pelayanan
medik spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan Kelamin, Kedokteran
Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Ortopedi. Pelayanan Medik
Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang berkembang dari setiap cabang
medik spesialis. Pelayanan Medik Sub Spesialis dasar adalah pelayanan subspesialis
yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis 4 dasar. Dan Pelayanan Medik
2
Sub Spesialis lain adalah pelayanan subspesialis yang berkembang dari setiap cabang
medik spesialis lainnya.
B. Batasan Operasional
1. Instalasi gawat darurat
Adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
4. Survey primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi ang mengancam jiwa
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –perubahan anatomi
yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi
vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya.
7. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang dating tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
9. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus peptikum, tbc kulit
10. Kecelakaan ( Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulakan cedera fisik, mental, dan
social.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
1) Tempat kejadian
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, diarea olah raga dan lain-lain
2) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3
3) Waktu kejadian
1. Waktu perjalanan (travelling/ transport time)
2. Waktu bekerja, sekolah, waktu bermain dan lain-lain
11. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system atau organ dibawah ini, yaitu:
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma/ cedera
2. Infeksi
3. Keracunan
4. Degeneresasi (failure)
5. Asfiksia
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of
water and electrolit)
7. Dan lain-lain
Kegagalan system susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat, sedangkan
kegagalan system organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang
lama.
Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
4
BAB II
Ruang Lingkup
2. Di Rumah Sakit :
Skrining di dalam rumah sakit dilakukan pada tiap bagian.
a. Di pintu masuk. Dengan bantuan papan penunjuk dan informasi dari petugas
yang di depan, pasien akan diarahkan ke bagian rawat jalan untuk pasien non
gawat darurat dan ke IGD untuk pasien yang perlu pertolongan segera.
b. Front Office /Pendaftaran Pasien
Pasien non gawat darurat, di bagian ini pasien diskrining dan didaftar sesuai
dengan kebutuhannya. Ke klinik Spesialis sesuai dengan kebutuhan
pasien, ke klinik umum atau ke klinik lain.
c. Poliklinik rawat jalan
d. Ruang Hemodialisa
5
memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan
mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar.
IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua pengalaman
pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi
masyarakat tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah
untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang
bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga
menyediakan sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana,
hal ini merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi
di tiap daerah.
Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita gawat
darurat oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya instalasi gawat darurat harus
dilengkapi sedemikian rupa sehingga dapat menanggulang gawat darurat. Pelayanan
keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk Bio-Psiko-Sosio-Spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual atau
potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di
perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual
atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
1. Tujuan Skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.
Test skrining dapat dilakukan :
a) Pertanyaan/ Quesioner
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
d) X-ray
e) Diagnostik imajing
6
BAB III
Tata Laksana
1. Pendaftaran
Evaluasi Visual atau Pengamatan dan Wawancara Sederhana
a. Pasien yang secara pengamatan visual dan wawancara sederhana dalam keadaan
gawat dan memerlukan pertolongan segera langsung diarahkan ke IGD
b. Pasien yang secara pengamatan visual dan wawancara sederhana tidak
memerlukan pertolongan segera akan di arahkan ke poliklinik
c. Jika RS belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu maka pasien
disarankan untuk di rujuk
d. Rumah sakit Delima Asih Sisma Medika belum dapat melayani pendaftaran pasien
secara on line.
e. Pendaftaran pasien lewat telepon untuk poli rawat jalan dapat dilakukan dengan
pada hari pemeriksaan melalui customer servis. Petugas customer servis akan
menyambungkan telpon ke petugas front office (FO). Petugas FO akan mencatat
data pasien dan menyebutkan no antrian kepada kepada penelepon
f. Pendaftaran pasien lewat Whatsapp (WA) dapat dilakukan melalui WA marketing.
Marketing kemudian memberikan informasi WA pasien tersebut kepada petugas
FO untuk didaftarkan sebagai pasien poli rawat jalan dan kemudian akan
memberikan no antrian. No antrian pasien akan di WA kembali lewat WA marketing
ke pasien.
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek sehari-
hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.
A. PERSIAPAN
a. Fase Pra-Rumah Sakit
1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
7
2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita
mulai diangkut dari tempat kejadian.
3. Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu
kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.
Keterangan yang diperoleh akan menetukan apakah pasien dapat dilayani
atau tidak di rumah sakit Delima Asih
B. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kegawatdaruratannya
/kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Dilakukan terutama oleh dokter
jaga UGD atau perawat yang berpengalaman. Dua jenis triase :
a. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumah sakit.
Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan
mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
b. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit.
Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu,
perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan mendapatkan prioritas
penanganan lebih dahulu.
C. PRIMARY SURVEY
a. Airway dengan kontrol servikal
1. Penilaian
a. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
8
2. Pengelolaan airway
a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang
rigid
c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi ( lihat tabel 1 )
3. Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan
diatas klavikula.
5. Evaluasi
9
d. Menutup open pneumothorax
e. Memasang pulse oxymeter
3. Evaluasi
d. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
e. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang
cukup hangat.
D. RESUSITASI
a. Re-evaluasi ABCDE
b. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20
mL/kg pada anak dengan tetesan cepat ( lihat tabel 2 )
c. Evaluasi resusitasi cairan
1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3,
tabel 3 dan tabel 4 )
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta
awasi tanda-tanda syok
d. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan
awal.
10
1. Respon cepat
- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian
darah
- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin
masih diperlukan
2. Respon Sementara
- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian
darah
- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
- Konsultasikan pada ahli bedah ( lihat tabel 5 ).
3. Tanpa respon
- Konsultasikan pada ahli bedah
- Perlu tindakan operatif sangat segera
- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade
jantung atau kontusio miokard
- Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya ( lihat tabel 6 )
11
• Bising nafas (-)
Massive hemothorax • ± Deviasi Tracheal • Venous access
• Vena leher kolaps • Perbaikan Volume
• Perkusi : dullness • Konsultasi bedah
• Bising nafas (-) • Tube thoracostomy
Cardiac tamponade • Distensi vena leher Pericardiocentesis
• Bunyi jantung jauh • Venous access
• Ultrasound • Perbaikan Volume
• Pericardiotomy
• Thoracotomy
12
Tabel 5-Transient Responder
ETIOLOGI PEM.FISIK PEM.DIAGNOSTIK INTERVENSI
TAMBAHAN
Dugaan Jumlah • Distensi Abdomen • DPL atau • Konsultasi Bedah
perdarahan kurang • Fraktur Pelvis ultrasonografi • Perbaikan Volume
atau • Fraktur Pelvis • Mungkin Transfusi
Perdarahan • Perdarahan Luar • Pasang bidai
Berlanjut
Nonhemorrhagic • Distensi vena leher • Pericardiocentesis • Reevaluasi toraks
• Cardiac • Bunyi jantung jauh • Dekompresi jarum
tamponade • Ultrasound Tube thoracostomy
• Bising nafas normal
• Recurrent/ • Deviasi Tracheal
persistent • Distensi versa leher
tension • Hipersonor
pneumothorax • Bising nafas (-)
13
E. TAMBAHAN PADA PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI
a. Pasang EKG
1. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus dicurigai
adanya hipoksia dan hipoperfusi
2. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia
b. Pasang kateter uretra
1. Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi pemasangan
kateter urine
2. Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau BPH,
jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan
pada bagian bedah
3. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine
4. Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal dan
hemodinamik penderita
5. Output urine normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1
ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam pada bayi
c. Pasang kateter lambung
1. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial
yang merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastric tube, gunakan
orogastric tube.
2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung, karena
bahaya aspirasi bila pasien muntah.
d. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium
Monitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah,
Analisis Gas Darah (belum dapat dilakukan di RSDA), suhu tubuh dan output
urine dan pemeriksaan laboratorium darah.
e. Pemeriksaan foto rontgen dan atau FAST (Focused Assesment Sonography for
Trauma)
1. Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan servikal lateral, menggunakan mesin
x-ray portabel dan atau FAST (tidak tersedia di rumah sakit Delima Asih) bila
terdapat kecurigaan trauma abdomen.
2. Pemeriksaan foto rontgen harus selektif dan jangan sampai menghambat
proses resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat
secondary survey.
3. Pada wanita hamil, foto rontgen yang mutlak diperlukan, tetap harus
dilakukan.
F. SECONDARY SURVEY
A. Anamnesis (khusus pasien trauma)
Anamnesis yang harus diingat :
S : Syndrome
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
b. Pemeriksaan Fisik ( lihat tabel 7 )
14
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey
Hal yang Identifikasi/ Konfirmasi
Penilaian Penemuan Klinis
dinilai Tentukan dengan
Tingkat • Beratnya • Skor GCS • 8, cedera kepala berat • CT Scan
Kesadaran trauma • 9 -12, cedera kepala sedang • Ulangi tanpa
kapitis • 13-15, cedera kepala ringan relaksasi Otot
Pupil • Jenis cedera • Ukuran • "mass effect" • CT Scan
kepala • Bentuk • Diffuse axional injury
• Luka pada • Reaksi • Perlukaan mata
mata
Kepala • Luka pada • Inspeksi • Luka kulit kepala • CT Scan
kulit kepala adanya • Fraktur impresi
• Fraktur luka dan • Fraktur basis
tulang fraktur
tengkorak • Palpasi
adanya
fraktur
Maksilofas • Luka • Inspeksi : • Fraktur tulang wajah • Foto tulang
ial jaringan deformitas wajah
lunak • Maloklusi • Cedera jaringan lunak
• Fraktur • Palpasi : • CT Scan tulang
• Kerusakan krepitus wajah
syaraf
• Luka dalam
mulut/gigi
Leher • Cedera pada • Inspeksi • Deformitas faring • Foto servikal
faring • Palpasi • Emfisema subkutan • Angiografi/
• Fraktur • Auskultasi • Hematoma Doppler
servikal • Murmur • Esofagoskopi
• Kerusakan • Tembusnya platisma • Laringoskopi
vaskular • Nyeri, nyeri tekan C spine
• Cedera
esofagus
• Gangguan
neurologis
Toraks • Perlukaan • Inspeksi • Jejas, deformitas, gerakan • Foto toraks
dinding • Palpasi • Paradoksal • CT Scan
toraks • Auskultasi • Nyeri tekan dada, krepitus • Angiografi
• Emfisema • Bising nafas berkurang • Bronchoskopi
subkutan • Bunyi jantung jauh • Tube torakostomi
• Pneumo/ • Krepitasi mediastinum • Perikardio
hematotorak • Nyeri punggung hebat sintesis
• Cedera • USG Trans-
bronchus Esofagus
• Kontusio
paru
• Kerusakan
15
aorta
torakalis
Tabel 7- Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey ( lanjutan )
Hal yang Identifikasi/ Konfirmasi
Penilaian Penemuan klinis
Dinilai tentukan dengan
Abdomen/ • Perlukaan dd. • Inspeksi • Nyeri, nyeri tekan • DPL
pinggang Abdomen • Palpasi abd. • FAST
• Cedera intra- • Auskultasi • Iritasi peritoneal • CT Scan
peritoneal • Tentukan arah • Cedera organ • Laparotomi
• Cedera penetrasi viseral • Foto dengan
retroperitoneal • Cedera kontras
retroperitoneal • Angiografi
Pelvis • Cedera Genito- • Palpasi simfisis • Cedera Genito- • Foto pelvis
urinarius pubis untuk rinarius (hematuria) • Urogram
• Fraktur pelvis pelebaran • Fraktur pelvis • Uretrogram
• Nyeri tekan • Perlukaan • Sistogram
tulang elvis perineum, rektum, • IVP
• Tentukan vagina • CT Scan dengan
instabilitas kontras
pelvis (hanya
satu kali)
• Inspeksi
perineum
• Pem.
Rektum/vagina
Medula • Trauma kapitis • Pemeriksaan • "mass effect" • Foto polos
spinalis • Trauma medulla motorik unilateral • MRI
spinalis • Pemeriksaan • Tetraparesis
• Trauma syaraf sensorik Paraparesis
perifer • Cedera radiks
syaraf
Kolumna • Fraktur • Respon verbal • Fraktur atau • Foto polos
vertebralis • lnstabilitas terhadap nyeri, dislokasi • CT Scan
kolumna tanda lateralisasi
Vertebralis • Nyeri tekan
• Kerusakan • Deformitas
syaraf
Ekstremitas • Cedera jaringan • Inspeksi • Jejas, • Foto ronsen
lunak • Palpasi pembengkakan, • Doppler
• Fraktur pucat • Pengukuran
• Kerusakan • Mal-alignment tekanan
sendi • Nyeri, nyeri tekan, kompartemen
• Defisit neuro- Krepitasi • Angiografi
vascular • Pulsasi hilang/
berkurang
• Kompartemen
• Defisit neurologis
16
G. TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEY
a. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan
teliti dan pastikan hemodinamik stabil
b. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan
tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain
c. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
1. CT scan kepala, abdomen (tidak tersedia di rumah sakit delima asih,
pemeriksaan dapat dilakukan di rumah sakit rujukan yang sudah kerja sama
dengan RSDA)
2. USG abdomen, transoesofagus
3. Foto ekstremitas
4. Foto vertebra tambahan
5. Urografi dengan kontras (layanan urografi tidak tersedia di RSDA)
H. RE-EVALUASI PENDERITA
a. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap
perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.
b. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
c. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan
I. Pasien IGD setelah dilakukan skrining yang dapat dilakukan rawat jalan, akan diberi
resep obat pulang. Jika pasien harus dirawat, maka dokter jaga akan memberikan
formulir perintah rawat dan pasien atau keluarga dapat melakukan pemesanan
ruangan rawat inap di bagian administrasi rawat inap. Skrining pasien akan
menentukan apakah pasien dapat dirawat di ruang perawatan biasa atau
membutuhkan ruangan High Care Uniy (HCU)
Pasien yang ditahan untuk observasi dilakukan di IGD, lama observasi 4-6 jam,
meliputi kasus-kasus :
1. Kondisi pasien yang belum memungkinkan untuk dirujuk atau dipindahkan
karena dapat memperburuk kondisi atau mengancam nyawa pasien
2. Menunggu efek terapi yang telah diberikan
Sampai pasien diputuskan untuk dirujuk, dirawat inap atau pulang. Re-
evaluasi dilakukan tiap 30 menit untuk pasien stabil atau waktu yang sesuai
dengan kondisi pasien dan dicatat di formulir observasi
17
Tes Diagnostik Dan Kelengkapan Skrining Administratif
Rumah Sakit Delima Asih Sisma Medika
18
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik
19
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
20