Anda di halaman 1dari 31

BAB II

ISI

2.1 Nyeri Kepala


2.1.1 Definisi
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala
atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala.1
Nyeri kepala juga dapat berupa rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh
daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala
(daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk).2 Jenis nyeri kepala yang sering
dijumpai adalah migraine.3

2.1.2 Etiologi Nyeri Kepala


Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu
nyeri kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan
oleh subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis
atau encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa
timbul disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati.
Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis,
massa intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi.
Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipe-tegang,
cervical spine disease, sinusitis dan dental disease.4
Dalam buku Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala
juga disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi
meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain
itu cough headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri
kepala (1969).5
Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea);
dibandingkan dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada
gangguan tidur OSA.6
Dorland’s Pocket Medical Dictionary, menyatakan bahwa nyeri kepala
adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai
dengan flushing dan mata dan hidung yang berair.7

2.1.3 Klasifikasi
Ada 2 jenis nyeri kepala, yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala
sekunder. Nyeri kepala primer dibagi lagi menjadi nyeri kepala tegang (tension type
headache), migrain, trigeminal autonomic cephalalgia seperti nyeri kepala cluster.
Nyeri kepala sekunder dibagi lagi menjadi historical red flag, idiopathic
intracranial hypertension, dan nyeri kepala pascatraumatik.3,8

1) Nyeri kepala primer


a) Nyeri kepala tegang (Tension Type Headache)
Nyeri kepala tipe tegang (NT), didefinisikan sebagai sensasi ketat atau
menekan, biasanya bilateral, yang pada awalnya dapat terjadi secara episodic
dan berhubungan dengan stress, ansietas atau depresi. Dalam bentuk kronik
dapat kambuh lebih sering tanpa disertai factor-faktor psikologi yang nyata.9
b) Migrain
Migrain adalah kelainan bawaan dari serangan berulang dari nyeri kepala
dengan gangguan sensorik yang sering memiliki pemicu yang dapat
diidentifikasi. Migrain adalah yang paling umum dan paling mematikan dari
semua gangguan neurologis di seluruh dunia. Wanita tidak terpengaruh secara
proporsional, dengan perkiraan rasio 3:1 wanita terhadap pria. Sekitar 30%
pasien migrain memikiki aura, 3 gejala yang paling umum terlihat, meskipun
sensorik, bahasa, dan motoric dapat muncul. Beberapa pasien dapat pula
muncul gejala aura tanpa sakit kepala.3
Migrain didefinisikan dalam Klasifikasi Internasional Gangguan Sakit
Kepala-3 β (International Classification of Headache Disorders-3 β) dengan
minimal lima serangan sakit kepala yang berlangsung antara 4-72 jam dan
memiliki setidaknya dua dari empat karakteristik (baik itu ringan, berdenyut,
sedang atau berat) dengan fotofobia dan fonofobia atau mual muntah.8
c) Trigeminal Autonomic Cephalalgia
Trigeminal autonomic cephalgia adalah kelompok gangguan sakit kepala
primer yang memiliki fitur imaging klinis dan fungsional.3 Serangan ini
ditandai oleh:3
- Unilateral dan sakit berat yang khas, banyak dijumpai namun tidak selalu
dirasakan pada region yang diinervasi pada divisi pertama nervus
trigeminus.
- Ipsilateral dan gejala autonomi kranial prominent yang khas, biasanya
dijumpai lacrimasi, injeksi konjungtiva, rhinorrhea atau kongesti nasal.
- Serangan yang singkat dan mendadak, meskipun durasinya dapat berbeda-
beda dengan rentang tumpang tindih antar kelainan.
- Fotofobia dan fonofobia, ketika muncul, biasanya lateral pada sisi yang
sakit, di mana dapat muncul dengan migrain yang unilateral.

Jenis nyeri kepala ini yaitu nyeri kepala cluster. Nyeri kepala cluster
merupakan yang paling umum (prevalensi seumur hidup 0,1%) dan memiliki
perbedaan jenis kelamin paling jelas dengan perkiraan 3:1 pria terhadap
wanita. Nama ini berasal dari kecenderungan serangan untuk dikelompokkan
bersama dalam serangan yang diselingi dengan remisi bebas rasa sakit.3,8

 Serangan berlangsung dari 15 menit-180 menit, dengan serangan terjadi


setiap hari sampai 8 kali sehari,
 Gelisah, sering mondar-mandir atau goyang, hampir selalu ada (92% dari
waktu yang dimiliki penderita),
 Periodisitas adalah ciri yang sangat khas,
 Periodisitas sirkadian: Serangan dapat terjadi pada waktu yang sama setiap
hari dan serangan menunjukkan predileksi yang muncul saat tidur,
 Periodisitas antar tahunan yang paling sering terjadi saat musim semi atau
musim gugur.
2) Nyeri kepala sekunder
a) Historical Red Flag
Sakit kepala mendadak adalah yang paling ditakuti karena diagnosis
diferensial yang berbahaya, yang mancakup serebrovaskular (pendarahan
subarachnoid, pendarahan intracranial, diseksi arteri, sindrom vasokontriksi
serebral reversible, thrombosis sinus vena serebral) dan keadaan darurat
lainnya (apoplexy pituitary, hidrosefalus obstruktif, hipertensi krisis).3
Peningkatan tekanan intracranial (TIK) mungkin disebabkan oleh lesi
yang menempati ruang (tumor, hematoma, trombosis sinus vena serebral),
perubahan aliran cairan serebrospinal (hidrosefalus obstruktif, meningkitis
kronis) atau idiopatik (idiopatik hipertensi intracranial, sebelumnya disebut
pseudotumor serebri). Gejala peningkatan TIK mungkin berbeda tergantung
pada apakah kenaikannya akut atau kronis.3
b) Idiopathic Intracranial Hypertension
Patofisiologi TIK meningkat (>25 cm liquid cerebrospinal (LCS) pada
hipertensi intracranial idiopatik (IKI) tidak diketahui. Gejala klasik ini sering
terjadi pada wanita muda yang gemuk, namun dapat dilihat pada berbagai
pasien. Prioritas klinisnya adalah untuk mencegah kehilangan penglihatan
akibat cedera saraf optic dan edema, papilledema dan bidang visual harus
dipantau secara ketat oleh dokter mata.3

c) Nyeri Kepala Pascatraumatik


Nyeri kepala pascatraumatik adalah nyeri kepala sekunder akibat trauma
kepala dan didefinisikan sebagai awal nyeri dalam 7 hari. Karakteristik nyeri
ini paling umum adalah migrain, namun juga terdapat beberapa kasus dengan
hemikrania pascatraumatik kontinyu, hemisia paroksismal, dan SUNCT.3
Nyeri kepala lebih sering terjadi pada orang-orang dengan riwayat nyeri
kepala yang sudah ada sebelumnya. Cedera kepala ini tidak sangat serius
sehingga tidak perlu dikaitkan dengan hilangnya kesadaran.3

2.1.4 Diagnosis nyeri kepala

Untuk nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor fisik lebih mudah
didiagnosis karena pada pasien akan ditemukan gejala fisik lain yang menyertai
sakit kepala, namun tidak begitu halnya dengan nyeri kepala yang disebabkan oleh
faktor psikis. Nyeri kepala yang sering timbul di masyarakat adalah nyeri kepala
tanpa kelainan organik, dengan kata lain adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh
faktor psikis.10,11

Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri kepala.
Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis
normal.12,13

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan


fisis yang normal. Anamnesis yang menunjukkan adanya faktor psikis sebagai latar
belakang nyeri kepala ini semakin mengarahkan ke jenis nyeri kepala tegang otot.
Selain itu karakteristik gejalanya juga dijadikan dasar untuk mendiagnosis nyeri
kepala tipe ini sehingga informasi tentang tipe nyeri, lokasi, frekuensi dan durasinya
harus jelas.14

2.1.5 Tata laksana nyeri kepala


Tujuan dari penatalaksanaan nyeri adalah sebagai berikut:15
a. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
b. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri
kronis yang persisten
c. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
d. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
e. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan
f. kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari

Selain itu, terdapat beberapa jenis terapi, seperti:15


1. Terapi Farmakologi
Untuk terapi farmakologi nyeri dapat diberikan obat anti nyeri atau
analgesik baik yang opiat maupun yang non opiat.
a. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs
b. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
c. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
d. Antidepressan : amitriptilin
e. Antiansietas : Benzodiazepin, butalbutal.
2. Terapi Non Farmakologi
Metode non farmakologik untuk mengendalikan nyeri dapat dibagi menjadi
dua kelompok: terapi modalitas fisik serta strategi kognitif prilaku. Terapi non-
farmakologis :
a. Kontrol-diet
b. Hindari faktor pencetus
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
d. Behaviour treatment
e. Terapi fisik

2.2 Psikosomatik
2.2.1 Definisi
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan
somatis yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disorders edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan
kategori diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.16

2.2.2 Ciri-ciri

Ciri – ciri psikosomatis Ciri –ciri psikosomatis ditandai dengan adanya


keluhan fisik yang beragam, antara lain:17

a) Pegal – pegal
b) Nyeri di bagian tubuh tertentu
c) Mual
d) Muntah
e) Kembung dan perut tidak enak
f) Sendawa
g) Kulit gatal
h) Kesemutan
i) Mati rasa
j) Sakit kepala
k) Nyeri bagian dada, punggung dan tulang belakang

Keluhan itu biasanya sering terjadi dan terus berulang serta berganti-ganti
atau berpindah-pindah tempat, dirasa sangat menganggu dan tidak wajar sehingga
harus sering periksa ke dokter.17

2.2.3 Penyebab
Permusuhan, depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi adalah akar
dari sebagian besar gangguan psikosomatik. Pada umumnya pasien dengan
gangguan psikosomatik sangat meyakini bahwa sumber sakitnya benar-benar
berasal dari organ-organ dalam tubuh. Pada praktik klinik sehari-hari, pemberi
pelayanan kesehatan seringkali dihadapkan pada permintaan pasien dan
keluarganya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan
(rontgen).18
Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi
tidak didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan
keluhan dan masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter
telah menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu
memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh
karena itu pada pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu:18
1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi,
pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain,
minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.
2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan
seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit,
pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu
penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.
Suatu konflik yang menimbulkan ketegangan pada manusia dan bila hal ini
tidak diselesaikan dan disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi yang
abnormal pada jiwa yang dinamakan nerosa. Banyak sekali sebab mengapa
perkembangan nerotik sebagian besar menjadi manifes pada badan. Mudah
sukarnya timbul gangguan tergantung sebagian besar pada kematangan kepribadian
individu, tetapi juga pada berat dan lamanya stress itu. Adapun sebab-sebabnya
antara lain:18
1. Penyakit organic yang dulu pernah diderita dapat menimbulkan predisposisi
untuk timbulnya gangguan psikosomatis pada bagian tubuh yang pernah sakit.
Contoh: dulu pernah sakit disentri, lalu kemudian dalam keadaan emosi tertentu
timbullah keluhan pada saluran pencernaan.
2. Tradisi keluarga dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu. Misalnya bila
menu dan diet selalu diperhatikan, maka mungkin nanti sering mengeluh tentang
lambung.
3. Suatu emosi menjelma secara simbolik elementer menjadi suatu gangguan
anggota tubuh tertentu. Misalnya bila seorang cemas, maka timbul keluhan dari
jantung begitu juga sebaliknya, rasa benci menimbulkan rasa muntah.
4. Dapat ditentukan juga oleh kebiasaan, anggapan dan kepercayaan masyarakat di
sekitar. Misalnya anggapan bahwa menopause menyebabkan wanita sakit, maka
nanti ia mengeluh juga ketika menopause.
5. Gangguan psikosomatis dapat timbul bukan saja pada yang berkepribadian atau
emosi labil, tetapi juga pada orang yang dapat dikatakn stabil, atupun pada orang
dengan gangguan kepribadian dan pada orang dengan psikosa. Menurut Teori
Kelemahan Organ (Theory of Somatic Weakness), gangguan psikosomatis akan
terjadi pada seorang yang mempunyai organ yang secara biologis sudah lemah
atau peka. Kelemahan bisa terjadi karena faktor genetic, penyakit atau luka
sebelumnya.

2.2.4 Jenis-jenis
Adapun jenis-jenis psikosomatis adalah :19,20
a. Psikosomatis yang menyerang kulit
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang kulit adalah alergi.
b. Psikosomatis yang menyerang otot dan tulang
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang otot dan tulang adalah
rematik, nyeri otot dan nyeri sendi
c. Psikosomatis pada saluran pernafasan
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pernafasan yaitu
sindrom hiperventilasi dan asma.
d. Psikosomatis yang menyerang jantung dan pembuluh darah
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang jantung dan pembuluh darah
adalah darah tinggi, sakit kepala vaskuler, sakit kepala vasosvastik dan
migren.
e. Psikosomatis pada saluran pencernaan
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pencernaan adalah
sindroma asam lambung dan muntah-muntah.
f. Psikosomatis pada alat kemih dan kelamin
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang alat kemih dan kelamin
adalah nyeri di panggul, frigiditas, impotensi, ejakulasi dini, dan mengompol.
g. Psikosomatis pada sistem endokrin
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang sistem endokrin adalah
hipertiroid dan sindrom menopause.

2.2.5 Tata Laksana

Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis


adalah:21

a) Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga


Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam
perkembangan gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan tersebut telah
diajukan sebagai kemungkinan focus penekanan dalam psikoterapi untuk
gangguan psikosomatik. Toksoz Bryam Karasu menulis bahwa pendekatan
kelompok harus juga menawarkan kontak intrapersonal yang lebih besar,
memberikan dukungan ego yang lebih tinggi bagi ego pasien psikosomatis
yang lemah dan merasa takut akan ancaman isolasi dan perpisahan parental.
Terapi keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan
antara keluarga dan anak. Kedua terapi memiliki hasil klinis awal yang
sangat baik.
b) Terapi Perilaku
Biofeedback. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik behavior
dan banyak digunakan untuk mengatasi psikosomatik. Terapi yang
dikembangkan oleh Nead Miller ini didasari oleh pemikiran bahwa berbagai
respon atau reaksi yang dikendalikan oleh sistem syaraf otonam sebenarnya
dapat diatur sendiri oleh individu melalui operant conditioning.
Biofeedback mempergunakan instrumen sehingga individu dapat mengenali
adanya perubahan psikologis dan fisik pada dirinya dan kemudian berusaha
untuk mengatur reaksinya.
Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala. Dengan
menggunakan biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada saat
mendengan singal yang menunjukkan bahwa ada kontraksi otot atau
denyutan dikepala.

2.3 Pengaruh Psikologis Terhadap Nyeri


Psikologis atau emosi seseorang diatur pada sistem limbik. Mulai dari
suasana hati dan respon fisik nyata yang berkaitan dengan perasaan-perasaan
tersebut. Respon-respon ini mencakup pola perilaku spesifik dan ekspresi emosi
yang dapat diamati. Sistem limbik mencakup bagian lobus-lobus korteks
serebrum (terutama korteks asosiasi limbik), nukleus basal, thalamus,
hipothalamus. Neurotransmitter juga berperan dalam pengaturan emosi yaitu
noerepinefrin, dopamin, dan serotonin. Depresi adalah salah satu gangguan
yang diperkirakan akibat terjadinya defisiensi fungsional serotonin,
norepinefrin, atau keduanya, yang ditandai dengan suasana hati yang negatif.22
Hubungannya dengan nyeri adalah saat terjadi nyeri terdapat
neurotransmitter yang menyalurkan sinyal nyeri untuk diproses lebih lanjut.
Tujuannya antara lain di korteks, thalamus, dan formasio retikularis.
Interkoneksi dari thalamus dan formasio retikularis ke hipothalamus dan sistem
limbik memicu respons perilaku dan emosi yang menyertai pengalaman yang
menimbulkan nyeri.22
2.4 Obat Parasetamol dan Ibuprofen Tidak Memberikan Efek Signifikan
terhadap Pasien dengan Gangguan Psikosomatik
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikosomatik sangat meyakini bahwa
sumber sakitnya benar-benar berasal dari organ-organ dalam tubuh. Pada praktik
klinik sehari-hari, pemberi pelayanan kesehatan seringkali dihadapkan pada
permintaan pasien dan keluarganya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
dan pencitraan (rontgen).18
Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak
didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan
dan masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah
menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan
gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan.18
Jadi, pada uraian di atas dapat diketahui bahwa gangguan yang dirasakan
disebabkan oleh psikis yang mempengaruhi tubuh. Ketiadaan efek parasetamol dan
ibuprofen yang dikonsumsi disebabkan karena obat tidak dapat menghilangkan
sumber utama gangguan, yakni gangguan psikosomatik.18

2.5 Faktor Penyebab Nyeri Ulu Hati dan Perut Kembung


1. Faktor Risiko Ulkus Peptikum
a. Konsumsi Rokok
Bukti yang cukup kuat menunjukkan bahwa mengonsumsi rokok
merupakan faktor yang cukup besar yang berhubungan dengan kejadian,
lama kejadian, rekurensi dan komplikasi dari ulkus peptikum yang
disebabkan oleh Helicobacterpylori. Suatu penelitian epidemiologi
menunjukkan merokok meningkatkan resiko baik ulkus duodenal maupun
ulkus lambung dan resikonya tergantung pada jumlah rokok yang
dikonsumsi. Merokok memperlambat penyembuhan ulkus, menyebabkan
rekurensi , dan meningkatkan resiko komplikasi. Berhenti merokok sangat
penting untuk mencegah rekurensi dari ulkus duodenal.23
b. Konsumsi Alkohol
Konsentrasi tinggi dari alkohol menyebabkan kerusakan pembatas
mukosa lambung terhadap ion hidrogen dan berhubungan dengan lesi
mukosa lambung akut yang disebabkan pendarahan mukosa. Alkohol
sendiri menstimulasi sekresi asam, dan komposisi dari minuman
beralkohol selain dari alkohol juga menstimulasi sekresi asam.23
c. Faktor Psikologi
Faktor psikologis walaupun belum diketahui dengan pasti
mekanismenya, juga dapat meningkatkan resiko ulkus peptikum. Stres
psikologi dapat menyebabkan perilaku menyimpang seperti meningkatkan
konsumsi rokok, konsumsi alkohol, penggunaan obat -obatan dan kurang
tidur yang bisa menyebabkan pertahanan mukosa rusak sehingga bisa
mengarah pada ulkus. Perilaku menyim pang tadi juga bisa menyebabkan
sekresi asam berlebihan, aliran darah berkurang, motilitas lambung
meningkat, motilitas usus menurun sehingga menyebabkan jumlah asam
yang memasuki usus meningkat. Kekebalan tubuh juga dapat menurun.23

2. Flatulensi
Udara adalah gas yang dapat tertelan bersama makanan. Menelan
sedikit udara adalah normal; tetapi secara tidak sadar, beberapa orang
menelan udara dalam jumlah banyak, terutama bila terjadi kecemasan.
Sebagian besar udara yang masuk kemudian dikeluarkan lagi melalui
sendawa. Sehingga hanya sebagian kecil saja yang melewati lambung
menuju ke saluran pencernaan berikutnya. Masuknya sejumlah besar udara
menyebabkan seseorang merasa penuh dan orang tersebut akan bersendawa
atau mengeluarkannya melalui anus (kentut).24

2.6 Neuroanatomi Sistem Saraf


A. Sistem Saraf Pusat
System saraf pusat dibagi menjadi 2, yaitu otak dan medulla spinalis.
Otak dan medulla spinalis merupakan pusat utama terjadinya korelasi dan
integrasi informasi saraf. Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh system
membrane yang disebut meningen, dan dikelulingi oleh liquor
cerebrospinalis, kemudian dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak dan
columna vertebralis.25
Susunan saraf pusat terdiri dari sejumalh besar sel-sel saraf degan
prosesus-prosesusnya yang disebut neuron dan disokong oleh jaringan
khusus disebut neuroglia. Prosesus sebuah sel saraf yang panjang disebut
akson atau serabut saraf.25
Bagian dalam susunan saraf pusat terdiri dalam substansia grisea dan
substansia alba. Substansia grisea terdiri dari sel-sel neuron yang tertanam
di dalam neuroglia; mempuanyai warna abu-abu. Substansia alba terdiri dari
serabut-serabut saraf yang tertanam di dalam neuroglia; mempunyai warna
putih karena terdapat materi lipid di dalam selubung myelin pada sebagian
besar serabut-serabut saraf.25
Ada beberapa divisi utama dari system saraf pusat, yaitu medulla
spinalis dan otak.25
1. Medulla spinalis
Medulla spinalis terletak di dalam canalis vertebralis columna
vertebralis dan dibungkus oleh tiga meningen, yaitu dura mater,
arachnoid, dan pia mater. Proteksi lebih lanjut oleh liquor cerebrospinal,
yang terletak di sekeliling medulla spinalis, di dalam spatium
subarachnoideum.25
Umumnya, medulla spinalis berbentuk silindris dan di superior,
mulai dari foramen magnum di tengorak, tempatnya berlanjut ke atas
sebagai medulla oblongata otak dan di inferior, berakhir di daerah
lumbal. Dibawah, medulla spinalis menipis, dikenal sebagai conus
medullaris, dari ujungnya terdapat lanjutan pia mater, filum terminale,
yang berjalan ke bawah dan melekat di bagian belakang os coccygi.25
Gambar 1. Medulla Spinalis25

Di sepanjang medulla spinalis, melekat 31 pasang saraf spinal


mellaui radix anterior atau motoric dan radix posterior atau sensorik.
Masing-masing radix melekat pada medulla spinalis melalui sederetan
fila radicularia, yang membentang sepanjang segmen-segmen medulla
spinalis yang sesuai. Masing-masing radix posterior mempunyai sebuah
ganglion radix posterior, yang sel-selnya membentuk serabut saraf ousat
dan tepi.25
Medulla spinalis terdiri dari substansia grisea di bagian dalam,
dikelilingi oleh substansia alba di bagian luar. Pada potongan melintang,
substansia grisea terlihat sebagai tiang berbentuk huruf H dengan
columna grisea atau cornu anterior dan posterior, dihubungkan oleh
commisura grisea yang tipis, yang di dalamnya terdpat canalis centralis
yang kecil. Secara deskriptif, substansia alba dapat dibagi dalam
columna alba anterior, lateral, dan posterior.25

Gambar 2. Selaput Pelindung Medulla Spinalis25


2. Otak
Otak terletak di dalam cavum cranii dan bersambung dengan
medulla spinalis melalui foramen magnum. Otak dibungkus oleh tiga
meningen, yaitu dura mater, arachnoid, dan pia mater, dan ketiganya
berlanjut ke medulla spinalis. Liquor cerebrospinalis mengelilingi otak
di spatium subaachnoideum.25
Gambar 3. Selaput Pelindung Otak25

Secara konvensional, otak dibagi menjadi tiga bagian utama.


Bagian-bagian tersebut secara berurutan dari medulla spinalis ke atas
adalah rhombencephalon, mesenscephalon, dan prosencephalon.
Rhombencephalon dibagi lagi menjadi medulla oblongata, pons, dan
cerebellum. Procensephalon dibagi lagi mnejadi diencephalon yang
merupakan bagian sentral procesephalon, dan cerebrum. Batang otak
adalah bagian otak yang tertinggal setelah hemispherium cerebri dan
cerebellum terangkat.25
Gambar 4. Divisi Utama Sistem Saraf Pusat25

a. Rhombencephalon
- Medulla oblongata
Medulla oblongata berbentuk konus, di superior
berhubungan dengan pons dan di bagian inferior berhubungan
dengan medulla spinalis. Pada medulla oblongata terdapat
banyak kumpulan neuron-neuron yang disebut nukeli dan
berfungsi untuk menyalurkan serabut-serabut saraf asendens
dan descendens.25
- Pons
Pons terletak di permukaan anterior cerebellum, inferioe dari
mesencephalon, dan superior dari medulla oblongata. Pons atau
jembatan, dinamakan dari banyaknya serabut-serabut yang
berjalan secara transversal pada permukana anteriornya, yang
menghubungakan kedua hemispherium cerebelli. Pons juga
mengandung banyak nuclei dan serabut asendens dan
desendens.25
- Cerebellum
Cerebellum terletak di dalam fossa cranii posterior, posterior
terhadap pons dan medulla oblongata. Bagian ini terdiri dari dua
hemispherium yang dihubungkan oleh sebuah bagian median
yang disebut vermis. Cerebellum dihubungkan dengan
mesencephalon oleh pedunculi cerebellares superiors, dengan
pons oleh pedunculi cerebellares medii, dan dengan medulla
oblongata oleh pednculus cerebellares inferiors. Pedunkulus-
pedunkulus ini tersusun dari berkas-berkas besar serabut saraf
yang menghubungkan cerebellum dengan susunan saraf
lainnya.25
Lapisan permukaan masing-maisng hemispherium cerebelli
disbeut korteks, dan terdiri dari substansia grisea. Cortex
cerebelli tersusun dalam lipatan-lipatan, atau folia, dipisahkan
oleh fisura-fisura melintang yang tersusun rapat. Terdapat
massa substansia grisea di dalam cerebellum, tertanam di dalam
substansia alba; yang paling besar disebut nucleus dentatus.25
Medulla oblongata, pons, dan cerebellum mengelilingi
sebuah rongga yang berisi liquor cerebrospinalis yang disebut
ventriculus quartus. Di bagian superior rongga ini berhubungan
dengan ventriculus tertius melalui aquaductus cerebri, dan di
bagian inferior berlanjut sebgaai canalis centralis di dalam
medulla oblongata. Ventriculus quartus berhubungan dengan
spatium subarachnoideum melalui tiga lubang yang terdapat di
bawah atapnya. Melalui ketiga lubang ini, liquor cerebrospinalis
di dalam susunan saraf pusat dapat masuk ke spatium
subarachnoideum.25
b. Mesencephalon
Mesencephalon merupakan bagian sempit otak yang
menghubungkan procensephalon dengan rhombencephalon.
Rongga sempit di mesencephalon adalah aquaductus cerebri, yang
menghubungakna ventriculus tertius dan ventricukus quartus.
Mesencephalon terdiri dari banyak nuclei dan berkas serabut saraf
asendens dan desendens.25
c. Diencephalon
Hampir seluruh diencephalon tertutup dari permukaan otak.
Terdiri dari thalamus di bagian dorsal dan hypothalamus di bagian
ventral. Thalamus merupaakn substansia grisea yang berbentuk telur
besar dan terletak di kedua sisi ventriculus tertius. Ujung anterior
thalamus membentuk batas posterior foramen interventriculare,
yaitu lubang di antara ventiriculus tertius dan ventriculus lateralis.
Hypothalamus membentuk bagian bawah dinding lateral dan lantai
ventriculus tertius.25
d. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar, terdiri dari
dua hemispherium cerebri yang dihubungkan oleh massa substansia
alba yang disebut corpus callosum. Masing-masing hemispherium
terbentang dari os frontale ke os occipital, superior dari fossa cranii
anterior dan media; di bagian posterior, cerebrum terletak di atas
tentorium cerebelli. Hemispherium dipisahkan oleh celah yang
dalam, fissure longitudinalis, tempat masuknya falx cerebri.25
Lapisan permukaan masing-masing hemispherium dibentuk
oleh substansia grisea yang disebut korteks. Cortex cerebri berlipat-
lipat disebut gyri, yang dipisahkan oleh fissure atau sulci. Dengan
adanya lipatan-lipatan tersebut, daerah permukaan korteks menjadi
lebih luas. Beberapa sulkus yang besar digunakan untuk membagi
masing-masing permukaan hemispherium menjadi lobus-lobus.
Lobus-lobus diberi nama sesuai dengan tulang tengkorak yang
menutupinya.25
Di dalam hemispherium terdapat pusat substansia alba, yang
mengandung massa substansia grisea yang besar, yaitu nuclei
basales atau ganglia basalia. Kumpulan serabut-serabut saraf
berbentuk kipas yang disebut corona radiate, melintasi substansia
alba ke dan dari cortex cerebri ke batang otak. Corona radiate
berkonvergensi di ganglia basalia dan berjalan di anataranya sebagai
capsula interna. Nucleus berekor yang terletak di sisi medial capsula
interna disebut nucleus caudatus dan nukleus yang berbentuk seperti
lensa pada sisi lateral capsula interna disebut nucleus lentiformis.25

Gambar 5. Otak dipandang dari sisi lateral kanan25


Gambar 6. Pandangan Lateral Otak di Dalam Tengkorak25

Ruangan yang terdapat di dalam masing-masing


hemispherium disebut ventriculus lateralis. Ventriculus lateralis
berhubungan dengan ventriculus tertius melalui foramina
interventriculare.25
Gambar 7. Potongan midsagitalis Otak memperlihatkan ventrikulus
tertius, aquaductus cerebri, dan vemtrikulus quartus25

Selama proses perkembangan, cerebrum menjadi sangat


besar dan menutupi diencephalon, mesencephalon, dan
rhombencephalon.25

Struktur Otak
Otak terdiri dari substansia alba di bagian dalam, yang
dikelilingi oleh substasia grisea di bagian luarnya. Namun, terdapat
sekelompok massa substansia grisea yang penting, yang terletak di
dalam substansia alba. Mislanya di cerebellum, terdapat nuclei
serebellares griseae dan di dalam cerebrum, terdapat thalamus,
nucleus caudatus, dan nucleus lentiformis yang merupakan
substansia grisea.25
B. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf otak dan saraf-saraf spinal
serta ganglia. Pada system saraf tepi, saraf-saraf kranial dan spinal terdiri
dari berkas-berkas serabut saraf atau akson, menghantarkan informasi ke
dan dari susunan saraf pusat. Meskipun terbungkus sarung fibrosa ketika
berjalan ke bagian tubuh lain, serabut saraf tersebut relative tidak terlindung
dan umumnya mudah rusak oleh trauma.25
Saraf-saraf otak (nervi craniales) dan saraf-saraf spinal (nervi
spinalis) terbentuk dari berkas-berkas serabutsaraf yang disokong oleh
jaringan ikat. Terdapat 12 pasang nervus cranialis yang meninggalkan otak
dan berjalan melalui foramina di tengkorak.25
Sedangkan pada nervus spinalis yang meninggalkan medulla
spinalis dan berjalan melalui foramina intervetebratale pada columan
vertebralis. Nervus spinalis diberi nama menurut daerah columan
vertebralis yang sesuai: 8 cervicalis, 12 thoracica, 5 lumbalis, 5 sacralis, dan
1 cocygea. Masing-masing nervus spinalis dihubungkan dengan medulla
spinalis oleh dua radiks, yaitu radiks anterior dan radix posterior. Radix
anterior terdiri dari berkas-berkas serabut saraf yang membawa impuls saraf
keluar dari susunan saraf pusat. Serabut saraf ini disebut serabut eferen.
Serebut eferen yang menuju ke otot-otot skelet dan menimbulkan kontraksi
pada otot-otot tersebut, disebut serabut motoric. Sel-sel asal terletak di
cornu anterior substansia grisea medulla spinalis.25
Radix posterior terdiri dari berkas-berkas serabut saraf yang disebut
serabut aferen, yang membawa impuls saraf menuju ke susunan saraf pusat
Karena serabut saraf ini berfungsi membawa informasi mengenai sensasi
raba, nyeri, suhu dan getar, serabut aferen ini disebut juga serabut sensorik.
Badan sel serabut saraf ini terletak di benjolan pada radix posterior yang
disebut ganglia radix posterior.25
Gambar 8. Potongan melintang melalui region thoracica medulla
spinalis, memperlihatkan radix posterior dan anterior saraf spinal
dan meningen25

Radix nervi spinalis berjalan dari medulla spinalis ke foramina


intervetebralia yang sesuai, kemudian bergabung membentuk nervus
spinalsi. Di sini, serabut motoric dan sensori bergabung sehingga nervus
spinalis tersusun dari campuran serabut motoric dan sensorik.25
Panjang radix bertambah secara progresif dari atas ke bawah karena
pertumbuhan panjang yang tidak seimbang antara columna vertebralis
dengan medulla spinalis selama masa perkembangan. Di daerah servikal
atas, radix nervi spinalis pendek dan berjalan hampir horizontal, tetapi radix
nervus lumbalis dan sacralis di bawah tingkat ujung medulla spinalis (batas
bawah vertebra lumbalis I pada orang dewasa) membentuk tali-tali saraf
vertical di sekitar filum terminale. Bersama dengan radix saraf bagian
bawah ini disebut cauda equine. 25
Setelah keluar dari foramen intervertebrale, masing-masing nervus
spinalis bercabang dua menjadi ramus anterior yang lebih besar dan ramus
posterior yang lebih kecil, masing-masing mengandung serabut motoric dan
sensorik. Ramus posterior berjalan ke posterior di sekeliling columna
vertebralis untuk mempersarafi otot-otot dan kulit punggung. Ramus
anterior meneruskan diri ke anterior dan mempersarafi otot-otot dan kulit di
dinding anterolateral tubuh, serta seluruh otot-otot dan kullit anggota
gerak.25
Pada pangkal anggota gerak, rami anteriores bergabung menjadi
satu membentuk pleksus saraf. Pleksus cervicalis dan brachilais ditemukan
pada pangkal anggota gerak atas dan pleksus lumbalis dan sacralis
ditemukan pada pangkal anggota gerak bawah.25
Gambar 10. Pandangan posterior medulla spinalis25

System saraf pusat juga terdiri dari ganglia. Ganglia dapat dibagi
menjadi dua, yaitu ganglia sensorik dan ganglia motoric. Ganglia sensorik
adalah benjolan fusiformis yang terletak di radix posterior pada masing-
masing nervus spinalis tepat di bagian proksimal pertemuan dengan radix
anterior yang terkait. Ganglia ini disebut ganglia radix posterior. Ganglia
serupa ditemukan di sepanjang perjalanan nervus cranialis V, VII, VIII, IX,
dan X yang disebut ganglia sensorik.25
Ganglia otonom biasanya berbentuk irregular, terletak di sepanjang
serabut saraf otonom. Ganglia ini ditemukan di sepanjang rantai simpatis
paravertebralis di sekitar pangkal arteri-arteri visera besar intraabdomen dan
di dekat, atau menempel di dalam, dinding berbagai visera.25
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Seornag perempuan 26 tahun mengalami psikosomatik dimana


menunjukkan adanya pengaruh psikologi terhadap nyeri kepala, nyeri ulu hati dan
perut kembung sehingga perlu dilakukan rehabilitasi medic berupa fisioterapi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Goadsby PJ, Lipton RB, Ferrari MD. Migraine - Current Understanding and
Treatment. New England Journal Medicine. 2002;346:257-70.
2. Sjahrir H. Patofisiologi Nyeri Kepala. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press;
2008.
3. Tso AR, Goadsby PJ. Headache. Seminars in Neurology. 2016; 36(5): 442.
4. Greenberg, D.A., Aminoff, M.J., and Simon, R.P. Clinical Neurology. 5thed.
USA: McGraw-Hill; 2002. p. 70-73.
5. Brain Walton JN. Diseases of the Nervous System 2nd ed. In: Headache.
London: Oxford University Press; 1969. p. 266-270.
6. Gaharu, M., dan Prasadja, A. Sefalgia Pada Penderita Obstructive Sleep
Apnea. Cermin dunia Kedokteran; 2009. 36 (6) : 399-402.
7. Dorlands Dictionary. Dorlands Pocket medical Dictionary. 27th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004. p. 393.
8. International Headache Society. International Classification of Headache
Disorder. Cephalgia. 2013; 33(9):629-808.
9. Lance JW. Tension Type Headache. In: Mechanism and Management of
Headache 5th edition. Oxford: Butterworth-Heinemann; 1993.
10. Cady,R. Pathophysiology of Migraine. In: The Pain Practitioner.
2007;17(1): 6-9
11. Davis, LE., King M.L.,Schulz JL. Disoerder of pain and headache. In:
Fundametals of Neurologic Disease Demos Medical Publishing,New York,
2004:201-7
12. Boru, U.T., Kocer, A., Sur, H., Tutkan, H. and Atli, H. Prevalence and
Characteristics of Migraine in Women of Reproductive Age in Istanbul,
Turkey: A Population Based Survey. Tohoku J. Exp. Med., 2005. 206(1),
51-59.
13. Goadsby, P.J., Lipton, R.B., Ferrari, M.D. Migraine — Current
Understanding and Treatment , N Engl J Med. 2002; 346:257-270.
14. Hooker WD, Raskin NH. Neuropsychologic alterations in classic and
common migraine. Arc Neurology. 1986. 43: 709-12.
15. Tamsuri A. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC; 2007.
16. Sjahrir H. Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press;
2008.
17. Sulfiyah, Liya Triyastutik. Hubungan Antara Persepsi terhadap Kebisingan
dengan Kejenuhan Belajar Siswa di Kawasan Industri. Surabaya:
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel; 2014.
18. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry. Tenth Edition.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. Sinopsis Psikiatri; 1997.
19. Maramis WE. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press; 2004.
20. McQuade, W.& Aickman, A. Stress.Alih Bahasa Stella. Jakarta : Erlangga;
1991.
21. Kartini Kartono. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual
Bandung: Bandar Maju.
22. Sherwood, L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC;
2014.
23. Surota. Aspek Neurobiologi Nyeri dan Inflamasi. Surabaya: Erlangga
Universities Press; 2006.
24. Jensen M, Martin S, Cheung R. The meaning of pain relief in a clinical
trial. J Pain. 2005;6.
25. Snell RS. Neuroanatomi Klinik Edisi 7. Jakarta: EGC; 2011.

Anda mungkin juga menyukai