ISI
2.1.3 Klasifikasi
Ada 2 jenis nyeri kepala, yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala
sekunder. Nyeri kepala primer dibagi lagi menjadi nyeri kepala tegang (tension type
headache), migrain, trigeminal autonomic cephalalgia seperti nyeri kepala cluster.
Nyeri kepala sekunder dibagi lagi menjadi historical red flag, idiopathic
intracranial hypertension, dan nyeri kepala pascatraumatik.3,8
Jenis nyeri kepala ini yaitu nyeri kepala cluster. Nyeri kepala cluster
merupakan yang paling umum (prevalensi seumur hidup 0,1%) dan memiliki
perbedaan jenis kelamin paling jelas dengan perkiraan 3:1 pria terhadap
wanita. Nama ini berasal dari kecenderungan serangan untuk dikelompokkan
bersama dalam serangan yang diselingi dengan remisi bebas rasa sakit.3,8
Untuk nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor fisik lebih mudah
didiagnosis karena pada pasien akan ditemukan gejala fisik lain yang menyertai
sakit kepala, namun tidak begitu halnya dengan nyeri kepala yang disebabkan oleh
faktor psikis. Nyeri kepala yang sering timbul di masyarakat adalah nyeri kepala
tanpa kelainan organik, dengan kata lain adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh
faktor psikis.10,11
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri kepala.
Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis
normal.12,13
2.2 Psikosomatik
2.2.1 Definisi
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan
somatis yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disorders edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan
kategori diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.16
2.2.2 Ciri-ciri
a) Pegal – pegal
b) Nyeri di bagian tubuh tertentu
c) Mual
d) Muntah
e) Kembung dan perut tidak enak
f) Sendawa
g) Kulit gatal
h) Kesemutan
i) Mati rasa
j) Sakit kepala
k) Nyeri bagian dada, punggung dan tulang belakang
Keluhan itu biasanya sering terjadi dan terus berulang serta berganti-ganti
atau berpindah-pindah tempat, dirasa sangat menganggu dan tidak wajar sehingga
harus sering periksa ke dokter.17
2.2.3 Penyebab
Permusuhan, depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi adalah akar
dari sebagian besar gangguan psikosomatik. Pada umumnya pasien dengan
gangguan psikosomatik sangat meyakini bahwa sumber sakitnya benar-benar
berasal dari organ-organ dalam tubuh. Pada praktik klinik sehari-hari, pemberi
pelayanan kesehatan seringkali dihadapkan pada permintaan pasien dan
keluarganya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan
(rontgen).18
Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi
tidak didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan
keluhan dan masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter
telah menganalisis gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu
memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh
karena itu pada pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu:18
1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi,
pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain,
minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.
2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan
seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit,
pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu
penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.
Suatu konflik yang menimbulkan ketegangan pada manusia dan bila hal ini
tidak diselesaikan dan disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi yang
abnormal pada jiwa yang dinamakan nerosa. Banyak sekali sebab mengapa
perkembangan nerotik sebagian besar menjadi manifes pada badan. Mudah
sukarnya timbul gangguan tergantung sebagian besar pada kematangan kepribadian
individu, tetapi juga pada berat dan lamanya stress itu. Adapun sebab-sebabnya
antara lain:18
1. Penyakit organic yang dulu pernah diderita dapat menimbulkan predisposisi
untuk timbulnya gangguan psikosomatis pada bagian tubuh yang pernah sakit.
Contoh: dulu pernah sakit disentri, lalu kemudian dalam keadaan emosi tertentu
timbullah keluhan pada saluran pencernaan.
2. Tradisi keluarga dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu. Misalnya bila
menu dan diet selalu diperhatikan, maka mungkin nanti sering mengeluh tentang
lambung.
3. Suatu emosi menjelma secara simbolik elementer menjadi suatu gangguan
anggota tubuh tertentu. Misalnya bila seorang cemas, maka timbul keluhan dari
jantung begitu juga sebaliknya, rasa benci menimbulkan rasa muntah.
4. Dapat ditentukan juga oleh kebiasaan, anggapan dan kepercayaan masyarakat di
sekitar. Misalnya anggapan bahwa menopause menyebabkan wanita sakit, maka
nanti ia mengeluh juga ketika menopause.
5. Gangguan psikosomatis dapat timbul bukan saja pada yang berkepribadian atau
emosi labil, tetapi juga pada orang yang dapat dikatakn stabil, atupun pada orang
dengan gangguan kepribadian dan pada orang dengan psikosa. Menurut Teori
Kelemahan Organ (Theory of Somatic Weakness), gangguan psikosomatis akan
terjadi pada seorang yang mempunyai organ yang secara biologis sudah lemah
atau peka. Kelemahan bisa terjadi karena faktor genetic, penyakit atau luka
sebelumnya.
2.2.4 Jenis-jenis
Adapun jenis-jenis psikosomatis adalah :19,20
a. Psikosomatis yang menyerang kulit
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang kulit adalah alergi.
b. Psikosomatis yang menyerang otot dan tulang
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang otot dan tulang adalah
rematik, nyeri otot dan nyeri sendi
c. Psikosomatis pada saluran pernafasan
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pernafasan yaitu
sindrom hiperventilasi dan asma.
d. Psikosomatis yang menyerang jantung dan pembuluh darah
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang jantung dan pembuluh darah
adalah darah tinggi, sakit kepala vaskuler, sakit kepala vasosvastik dan
migren.
e. Psikosomatis pada saluran pencernaan
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pencernaan adalah
sindroma asam lambung dan muntah-muntah.
f. Psikosomatis pada alat kemih dan kelamin
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang alat kemih dan kelamin
adalah nyeri di panggul, frigiditas, impotensi, ejakulasi dini, dan mengompol.
g. Psikosomatis pada sistem endokrin
Gangguan psikosomatis yang sering menyerang sistem endokrin adalah
hipertiroid dan sindrom menopause.
2. Flatulensi
Udara adalah gas yang dapat tertelan bersama makanan. Menelan
sedikit udara adalah normal; tetapi secara tidak sadar, beberapa orang
menelan udara dalam jumlah banyak, terutama bila terjadi kecemasan.
Sebagian besar udara yang masuk kemudian dikeluarkan lagi melalui
sendawa. Sehingga hanya sebagian kecil saja yang melewati lambung
menuju ke saluran pencernaan berikutnya. Masuknya sejumlah besar udara
menyebabkan seseorang merasa penuh dan orang tersebut akan bersendawa
atau mengeluarkannya melalui anus (kentut).24
a. Rhombencephalon
- Medulla oblongata
Medulla oblongata berbentuk konus, di superior
berhubungan dengan pons dan di bagian inferior berhubungan
dengan medulla spinalis. Pada medulla oblongata terdapat
banyak kumpulan neuron-neuron yang disebut nukeli dan
berfungsi untuk menyalurkan serabut-serabut saraf asendens
dan descendens.25
- Pons
Pons terletak di permukaan anterior cerebellum, inferioe dari
mesencephalon, dan superior dari medulla oblongata. Pons atau
jembatan, dinamakan dari banyaknya serabut-serabut yang
berjalan secara transversal pada permukana anteriornya, yang
menghubungakan kedua hemispherium cerebelli. Pons juga
mengandung banyak nuclei dan serabut asendens dan
desendens.25
- Cerebellum
Cerebellum terletak di dalam fossa cranii posterior, posterior
terhadap pons dan medulla oblongata. Bagian ini terdiri dari dua
hemispherium yang dihubungkan oleh sebuah bagian median
yang disebut vermis. Cerebellum dihubungkan dengan
mesencephalon oleh pedunculi cerebellares superiors, dengan
pons oleh pedunculi cerebellares medii, dan dengan medulla
oblongata oleh pednculus cerebellares inferiors. Pedunkulus-
pedunkulus ini tersusun dari berkas-berkas besar serabut saraf
yang menghubungkan cerebellum dengan susunan saraf
lainnya.25
Lapisan permukaan masing-maisng hemispherium cerebelli
disbeut korteks, dan terdiri dari substansia grisea. Cortex
cerebelli tersusun dalam lipatan-lipatan, atau folia, dipisahkan
oleh fisura-fisura melintang yang tersusun rapat. Terdapat
massa substansia grisea di dalam cerebellum, tertanam di dalam
substansia alba; yang paling besar disebut nucleus dentatus.25
Medulla oblongata, pons, dan cerebellum mengelilingi
sebuah rongga yang berisi liquor cerebrospinalis yang disebut
ventriculus quartus. Di bagian superior rongga ini berhubungan
dengan ventriculus tertius melalui aquaductus cerebri, dan di
bagian inferior berlanjut sebgaai canalis centralis di dalam
medulla oblongata. Ventriculus quartus berhubungan dengan
spatium subarachnoideum melalui tiga lubang yang terdapat di
bawah atapnya. Melalui ketiga lubang ini, liquor cerebrospinalis
di dalam susunan saraf pusat dapat masuk ke spatium
subarachnoideum.25
b. Mesencephalon
Mesencephalon merupakan bagian sempit otak yang
menghubungkan procensephalon dengan rhombencephalon.
Rongga sempit di mesencephalon adalah aquaductus cerebri, yang
menghubungakna ventriculus tertius dan ventricukus quartus.
Mesencephalon terdiri dari banyak nuclei dan berkas serabut saraf
asendens dan desendens.25
c. Diencephalon
Hampir seluruh diencephalon tertutup dari permukaan otak.
Terdiri dari thalamus di bagian dorsal dan hypothalamus di bagian
ventral. Thalamus merupaakn substansia grisea yang berbentuk telur
besar dan terletak di kedua sisi ventriculus tertius. Ujung anterior
thalamus membentuk batas posterior foramen interventriculare,
yaitu lubang di antara ventiriculus tertius dan ventriculus lateralis.
Hypothalamus membentuk bagian bawah dinding lateral dan lantai
ventriculus tertius.25
d. Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar, terdiri dari
dua hemispherium cerebri yang dihubungkan oleh massa substansia
alba yang disebut corpus callosum. Masing-masing hemispherium
terbentang dari os frontale ke os occipital, superior dari fossa cranii
anterior dan media; di bagian posterior, cerebrum terletak di atas
tentorium cerebelli. Hemispherium dipisahkan oleh celah yang
dalam, fissure longitudinalis, tempat masuknya falx cerebri.25
Lapisan permukaan masing-masing hemispherium dibentuk
oleh substansia grisea yang disebut korteks. Cortex cerebri berlipat-
lipat disebut gyri, yang dipisahkan oleh fissure atau sulci. Dengan
adanya lipatan-lipatan tersebut, daerah permukaan korteks menjadi
lebih luas. Beberapa sulkus yang besar digunakan untuk membagi
masing-masing permukaan hemispherium menjadi lobus-lobus.
Lobus-lobus diberi nama sesuai dengan tulang tengkorak yang
menutupinya.25
Di dalam hemispherium terdapat pusat substansia alba, yang
mengandung massa substansia grisea yang besar, yaitu nuclei
basales atau ganglia basalia. Kumpulan serabut-serabut saraf
berbentuk kipas yang disebut corona radiate, melintasi substansia
alba ke dan dari cortex cerebri ke batang otak. Corona radiate
berkonvergensi di ganglia basalia dan berjalan di anataranya sebagai
capsula interna. Nucleus berekor yang terletak di sisi medial capsula
interna disebut nucleus caudatus dan nukleus yang berbentuk seperti
lensa pada sisi lateral capsula interna disebut nucleus lentiformis.25
Struktur Otak
Otak terdiri dari substansia alba di bagian dalam, yang
dikelilingi oleh substasia grisea di bagian luarnya. Namun, terdapat
sekelompok massa substansia grisea yang penting, yang terletak di
dalam substansia alba. Mislanya di cerebellum, terdapat nuclei
serebellares griseae dan di dalam cerebrum, terdapat thalamus,
nucleus caudatus, dan nucleus lentiformis yang merupakan
substansia grisea.25
B. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf otak dan saraf-saraf spinal
serta ganglia. Pada system saraf tepi, saraf-saraf kranial dan spinal terdiri
dari berkas-berkas serabut saraf atau akson, menghantarkan informasi ke
dan dari susunan saraf pusat. Meskipun terbungkus sarung fibrosa ketika
berjalan ke bagian tubuh lain, serabut saraf tersebut relative tidak terlindung
dan umumnya mudah rusak oleh trauma.25
Saraf-saraf otak (nervi craniales) dan saraf-saraf spinal (nervi
spinalis) terbentuk dari berkas-berkas serabutsaraf yang disokong oleh
jaringan ikat. Terdapat 12 pasang nervus cranialis yang meninggalkan otak
dan berjalan melalui foramina di tengkorak.25
Sedangkan pada nervus spinalis yang meninggalkan medulla
spinalis dan berjalan melalui foramina intervetebratale pada columan
vertebralis. Nervus spinalis diberi nama menurut daerah columan
vertebralis yang sesuai: 8 cervicalis, 12 thoracica, 5 lumbalis, 5 sacralis, dan
1 cocygea. Masing-masing nervus spinalis dihubungkan dengan medulla
spinalis oleh dua radiks, yaitu radiks anterior dan radix posterior. Radix
anterior terdiri dari berkas-berkas serabut saraf yang membawa impuls saraf
keluar dari susunan saraf pusat. Serabut saraf ini disebut serabut eferen.
Serebut eferen yang menuju ke otot-otot skelet dan menimbulkan kontraksi
pada otot-otot tersebut, disebut serabut motoric. Sel-sel asal terletak di
cornu anterior substansia grisea medulla spinalis.25
Radix posterior terdiri dari berkas-berkas serabut saraf yang disebut
serabut aferen, yang membawa impuls saraf menuju ke susunan saraf pusat
Karena serabut saraf ini berfungsi membawa informasi mengenai sensasi
raba, nyeri, suhu dan getar, serabut aferen ini disebut juga serabut sensorik.
Badan sel serabut saraf ini terletak di benjolan pada radix posterior yang
disebut ganglia radix posterior.25
Gambar 8. Potongan melintang melalui region thoracica medulla
spinalis, memperlihatkan radix posterior dan anterior saraf spinal
dan meningen25
System saraf pusat juga terdiri dari ganglia. Ganglia dapat dibagi
menjadi dua, yaitu ganglia sensorik dan ganglia motoric. Ganglia sensorik
adalah benjolan fusiformis yang terletak di radix posterior pada masing-
masing nervus spinalis tepat di bagian proksimal pertemuan dengan radix
anterior yang terkait. Ganglia ini disebut ganglia radix posterior. Ganglia
serupa ditemukan di sepanjang perjalanan nervus cranialis V, VII, VIII, IX,
dan X yang disebut ganglia sensorik.25
Ganglia otonom biasanya berbentuk irregular, terletak di sepanjang
serabut saraf otonom. Ganglia ini ditemukan di sepanjang rantai simpatis
paravertebralis di sekitar pangkal arteri-arteri visera besar intraabdomen dan
di dekat, atau menempel di dalam, dinding berbagai visera.25
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
1. Goadsby PJ, Lipton RB, Ferrari MD. Migraine - Current Understanding and
Treatment. New England Journal Medicine. 2002;346:257-70.
2. Sjahrir H. Patofisiologi Nyeri Kepala. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press;
2008.
3. Tso AR, Goadsby PJ. Headache. Seminars in Neurology. 2016; 36(5): 442.
4. Greenberg, D.A., Aminoff, M.J., and Simon, R.P. Clinical Neurology. 5thed.
USA: McGraw-Hill; 2002. p. 70-73.
5. Brain Walton JN. Diseases of the Nervous System 2nd ed. In: Headache.
London: Oxford University Press; 1969. p. 266-270.
6. Gaharu, M., dan Prasadja, A. Sefalgia Pada Penderita Obstructive Sleep
Apnea. Cermin dunia Kedokteran; 2009. 36 (6) : 399-402.
7. Dorlands Dictionary. Dorlands Pocket medical Dictionary. 27th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004. p. 393.
8. International Headache Society. International Classification of Headache
Disorder. Cephalgia. 2013; 33(9):629-808.
9. Lance JW. Tension Type Headache. In: Mechanism and Management of
Headache 5th edition. Oxford: Butterworth-Heinemann; 1993.
10. Cady,R. Pathophysiology of Migraine. In: The Pain Practitioner.
2007;17(1): 6-9
11. Davis, LE., King M.L.,Schulz JL. Disoerder of pain and headache. In:
Fundametals of Neurologic Disease Demos Medical Publishing,New York,
2004:201-7
12. Boru, U.T., Kocer, A., Sur, H., Tutkan, H. and Atli, H. Prevalence and
Characteristics of Migraine in Women of Reproductive Age in Istanbul,
Turkey: A Population Based Survey. Tohoku J. Exp. Med., 2005. 206(1),
51-59.
13. Goadsby, P.J., Lipton, R.B., Ferrari, M.D. Migraine — Current
Understanding and Treatment , N Engl J Med. 2002; 346:257-270.
14. Hooker WD, Raskin NH. Neuropsychologic alterations in classic and
common migraine. Arc Neurology. 1986. 43: 709-12.
15. Tamsuri A. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC; 2007.
16. Sjahrir H. Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press;
2008.
17. Sulfiyah, Liya Triyastutik. Hubungan Antara Persepsi terhadap Kebisingan
dengan Kejenuhan Belajar Siswa di Kawasan Industri. Surabaya:
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel; 2014.
18. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry. Tenth Edition.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. Sinopsis Psikiatri; 1997.
19. Maramis WE. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press; 2004.
20. McQuade, W.& Aickman, A. Stress.Alih Bahasa Stella. Jakarta : Erlangga;
1991.
21. Kartini Kartono. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual
Bandung: Bandar Maju.
22. Sherwood, L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC;
2014.
23. Surota. Aspek Neurobiologi Nyeri dan Inflamasi. Surabaya: Erlangga
Universities Press; 2006.
24. Jensen M, Martin S, Cheung R. The meaning of pain relief in a clinical
trial. J Pain. 2005;6.
25. Snell RS. Neuroanatomi Klinik Edisi 7. Jakarta: EGC; 2011.