Anda di halaman 1dari 274

ISBN: 978-602-51738-0-6

i
PROSIDING
SIMPOSIUM NASIONAL
Festival of Agri-science and Technology (FAST) 2017

“PROSPEK PERTANIAN BAGI GENERASI MUDA DALAM RANGKA


MENGHADAPI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS 2030”

Surakarta, 25 November 2017

Pembicara:
Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA
Donnie Aqsha
Tim PECI KSI FP UNS

Editor:
R A Perdana D W, dkk.

Kelompok Studi Ilmiah FP UNS


Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

2018

ii
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
FESTIVAL OF AGRI SCIENCE AND TECHNOLOGY (FAST) 2017
PROSPEK PERTANIAN BAGI GENERASI MUDA DALAM RANGKA
MENGHADAPI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS 2030

ISBN : 978-602-51738-0-6

Reviewer :
Eksa Rusdiyana, S.P., M.Sc
M. Zukhrufuzzaman, S.TP,M.P, Ph.D
Ari Kusumawati, S.Pt, M.Sc
Bayu Setya Hertanto, S.Pt, M.Sc
Komariah, ST.P, M.Sc., Ph.D.

Editor :
R A Perdana D W
Maris Sismi Khoirunnisa
Nurul Wahidah Rahmatika
Diana Rahmawati
Farah Fadzilah Aziis
Nurmawati
Sofiah Rohmania Ulfa
Eka Nurmala Sari
Firza Auliya Akbar
Nor Khasan
Jamiatun

Sampul :
Dian Wahyu P
Anita Purnama Sari

Penerbit :
Kelompok Studi Ilmiah FP UNS
Jl. Ir. Sutami 36 A
Sekretariat UKK-HMJ FP UNS Surakarta

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

iii
KATA PENGANTAR

Simposium Nasional Kelompok Studi Ilmiah (KSI) 2017 merupakan salah satu
rangkaian kegitan dari Festival of Agry Science and Technology (FAST).
Simposium nasional ini merupakan kegiatan tahunan yang diselnggarakan oleh
Kelompok Studi Ilmiah (KSI) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang tahun ini bertema “Prospek Pertanian Bagi Generasi Muda Dalam
Rangka Menghadapi Sustainable Development Goals”. Dalam pelaksanaannya,
simposium nasional ini mengkaji tentang tantangan pembangunan pertanian, garis
kebijakan pembangunan pertanian, implementasi kebijakan pembangunan
pertanian, pencapaian kinerja 2015-2017, apresiasi dunia, inovasi dan generasi
muda serta prospek cerah bagi lulusan pertanian di era modern dengan
menciptakan inovasi, kreatifitas dan jeli dalam menangkap peluang pasar. Pada
simposium nasional tersebut juga dipresentasikan hasil dari mini riset yang
dilakukan oleh Tim PECI KSI Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta tentang “Profil Mahasiswa Pertanian di Indonesia”. Hasil simposium
diharapkan dapat menjalin komunikasi ilmiah antara akademisi, peneliti dan
praktisi dalam pengembangan pertanian di Indonesia, penyebar luasan informasi
ilmu dan pengetahuan serta teknologi hasil peneliti bidang pertanian luas.
Terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penyelenggaraan simposium national ini dan mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika dalam penyelenggaraan simposium ini ada hal-hal yang tidak berkenan.

Panitia

iv
SAMBUTAN WAKIL DEKAN
BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI FP UNS

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Salam Ilmiah…

Pemeringkatan perguruan tinggi saat ini turut mengakomodir nilai prestasi


dan keaktifan mahasiswa baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik.
FAST merupakan salah satu bentuk event yang memberikan nilai kemanfaatan
tersebut baik bagi UNS selaku tuan rumah maupun mahasiswa dari perguruan
tinggi lain sebagai peserta. Kegiatan semacam ini kedepan perlu terus
dilaksanakan dan ditingkatkan kualitas pelaksanaannya sehingga penumbuhan
nilai-nilai budaya akademik di kalangan mahasiswa bisa terus terbina.
Kemenangan dalam setiap kompetisi bukan menjadi tujuan utama, namun
sinergi jejaring antar mahasiswa dalam memberikan solusi atas permasalahan
bangsa diharapkan bisa diwujudkan dalam aksi-aksi nyata. Akhirnya tentu kita
berharap agar ide-ide cemerlang yang telah dihimpun dalam e-prosiding ini bisa
menginspirasi para generasi muda dan para pemangku kepentingan dalam
memajukan pembangunan bangsa khususnya sektor pertanian.

Aamiin….
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FP UNS

Hery Widijanto, S.P., M.P.

v
SAMBUTAN PEMBINA KSI FP UNS

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Salam Ilmiah…

FAST merupakan kegiatan tahunan yang telah menjadi brand bagi KSI,
kegiatan ini patut terus dilaksanakan mengingat manfaat dan nilai pembelajaran
akademisnya yang baik bagi mahasiswa maupun pengurus KSI. Sebuah
peningkatan karena pada tahun ini 25 paper semifinalis FAST yang terseleksi
dibukukan dalam sebuah e-prosiding seminar nasional FAST KSI. Selain itu juga
pengurus KSI tahun ini juga mencoba membukukan kegiatan tulisan ilmiah
pengurus dalam e-book sehingga karya-karya yang telah ditelurkan bisa dihimpun
dan dipublikasikan kepada masyarakat umum.
Peningkatan kerjasama kelembagaan dengan Masyarakat Ilmuwan dan
teknologi Indonesia (MITI) Klaster mahasiswa dalam penyelenggaraan event
FAST patut terus dipupuk untuk kerja-kerja KSI kedepan. Termasuk kemitraan
dengan bidang kemahasiswaan dalam fasilitasi kegiatan PKM mahasiswa
terutama dalam pencapaian peningkatan kualitas PKM yang lolos didanai serta
lolos PIMNAS. Peningkatan yang baik juga terlihat dari semakin banyaknya
pengurus KSI yang tampil dan menjuarai berbagai event keilmiahan di tingkat
lokal maupun nasional.
Sebagai acara terbesar dan menjadi puncak kerja KSI tahun ini kita
berharap agar paper-paper yang telah dibukukan ini mampu menjadi sumbangsih
pemikiran mahasiswa terhadap kemajuan pertanian di Indonesia. Aamiin…

Bersama KSI,
Tunjukkan kalau kita punya aksi!!!
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pembina KSI

Eksa Rusdiyana, S.P., M.Sc.

vi
SAMBUTAN KETUA UMUM KSI FP UNS PERIODE 2017

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya prosiding Seminar Nasional Festival of Agriscience and Technology
(FAST) 2017 dapat diterbitkan. Prosiding ini berisi sekumpulan makalah dari
pembicara Seminar Nasional FAST 2017 dan juga 25 essay terbaik yang telah
dilombakan dalam kompetisi National Competition FAST 2017.
Seminar Nasional Festival of Agriscience dan Technology (FAST) 2017
diselenggarakan untuk membuka wawasan pemuda untuk dapat mempersiapkan
diri di masa depan dalam dunia pertanian. Seminar ini juga memberikan
kesempatan bagi para pemakalah yang merupakan birokrat dan praktisi untuk
mendiseminasikan hasil-hasil penelitian atau kajian kritis terhadap prospek
pertanian di Indonesia. Hasil dari diseminasi ini diharapkan mampu memberikan
sumbangsih pemikiran yang kritis guna menyiapkan pemuda dalam dunia
pertanian sehingga dapat bersaing dengan bidang di luar pertanian. Mengingat
penting sekali pemberian wawasan ini kepada para pemuda khususnya yang
menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian agar kedepan dapat tetap bergerak di
bidang pertanian dan memajukan pertanian di Indonesia.
Akhirnya, ijinkan saya atas nama Ketua Kelompok Studi Ilmiah (KSI)
mengucapkan terima kasih kepada para pembicara, pemakalah, moderator serta
berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam acara ini sehingga acara ini dapat
berjalan dengan baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ketua Umum Kelompok Studi Ilmiah (KSI) Periode 2017

Muhammad Imam Fathoni

vii
SAMBUTAN KETUA PANITIA FAST 2017

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas curahan nikmat dan karunia-Nya
prosiding Seminar Nasional Festival of Agriscience and Technology (FAST) 2017
dapat diterbitkan. Seminar ini mengambil tema “Prospek Pertanian Bagi Generasi
Muda dalam Rangka Menghadapi Suistainable Development Goals 2030 (SDGs
2030)” yang diselenggarakan pada tanggal 25 November 2017 di Aula Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Prosiding yang diterbitkan
berisi sekumpulan makalah dari pembicara Seminar Nasional FAST 2017 dan 20
essay terbaik yang telah dilombakan dalam National Essay Competition FAST
2017.
Prosiding Seminar Nasional Festival of Agriscience dan Technology
(FAST) 2017 dibuat menginspirasi Generasi Muda untuk berkarya mengingat
didalam prosiding ini berisi 25 essay terbaik yang telah diseleksi. Karya yang ada
di prosiding ini diharapkan juga dapat diperhatikan oleh beberapa pihak agar isi
karyanya dapat diaplikasikan secara nyata. Selain itu makalah yang ada di
prosiding ini dapat menjadi wawasan dan bermanfaat bagi banyak pihak.
Demikian yang dapat saya sampaikan, Saya selaku Ketua Panitia FAST
2017 mengucapkan terima kasih kepada para pembicara, pemakalah, moderator
serta berbagai pihak yang telah berpartisipasi sehingga acara ini dapat berjalan
dengan baik.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ketua Panitia FAST 2017

Habibi Ariefinsyah

viii
SUSUNAN KEPANITIAAN ACARA SEMINAR NASIONAL

Pelindung : Dekan Fakulatas Pertanian UNS


Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.
(NIP. 195602251986011001)
Penasehat : Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FP
UNS
Hery Widijanto S.P., M.S
(NIP. 19710117 199601 1 002)
Pembina KSI FP UNS
Eksa Rusdiyana, S.P., M.Sc
(NIP. 1985101920161001)
Penanggung Jawab : Ketua Umum KSI FP UNS
Muhammad Imam Fathoni
NIM H0815083
Panitia Pelaksana
Ketua Panitia : Habibi Ariefinsyah (H 0815052)
Sekretaris : Anita Purnama Sari (H 3516005)
Nindya Dwi C (H 0815088)
Dwi Putri Jeng Ivo (H 0816041)
Bendahara : Ratna Suminar (H 3116067)
Dian Siti R (H3115022)
Tirani Komala Dewi (H0415058)
Seksi-Seksi :
1. Acara : Zuriatin Azizah (H3315047)
Farah Fadzilah Aziis (H0816049)
Nurmawati (H0915059)
Jamiatun (H0816068)
Sofiah Rohmania Ulfa (H0416062)
Nurul Sugiyanti (H0716098)
Nurul Wahidah Rahmatika (H0416049)

ix
Diana Rahmawati (H0516023)

Lailatul Muharomah (H0815068)


Anis Akrimatu Syifa (H0416004)
Il'am Trikauniyah (H3316020)
Tio Egar Nurhutomo (H0716119)
Esya Wahyu Agustin (H0815038)
Yolana Erika S (H0415068)
Rohmad Setiaji (H0515068)
2. Humas : Friska Ayu Wulandari (H3116038)
Endang Sri Wahyuni (H3516013)
Novita Triyaswuri (H0815092)
Endah Putri Ani (H3115027)
Amalia Dwi Aryani (H3116005)
Niken Nur Cahyani (H3116063)
Putri Anggraeni (H0815099)
Eka Nurmala Sari (H0716042)
Fandy Syaifudin Zuhri (H3115011)
3. PDD : Dian Wahyu Pratama (H0716037)
Tira Anggit Drupadi (H0716120)
Setiani Darmastuti (H0415053)
Rika Alif Firda (H0915068)
Rizki Amalia (H3516038)
Anita Nur Romadhoni (H3116010)
Yuli Rochma T (H3315045)
4. Perkap : Ginanjar Dian Saputra (H3116039)
Nindy Pertiwi Pangestika (H0415040)
Dody Dwi (H0716039)
Ely Tiyastuti (H0815036)
Nor Khasan (H0716095)
Firza Auliya Akbar (H0516090)

x
Dimas Hendra Kusuma (H3116022)
5. Konsumsi : Dyah Rahmawati (H0815032)
Wiji Tuhu Utami (H0416070)
Hevi Putri Aulia (H3516019)
Maris Sismi Khoirunnisaa (H3116053)
Dede Ayu A P (H0416017)
Erlina Amelia Oktafiani (H3116028)
6. Spondanus : Zulafa Hasanawati (H0215041)
Winda Ika Permatasari (H0415064)
Nevita Aas Setyarini (H0815086)
Retno Wisnu Murti (H0215042)
Tiara Andelusia (H3116076)
Herlis Pratiwi (H0915033)
Erika Pradana Yunianto (H0716047)
Titik Hardianti (H3516044)
Tika Ayu R (H3516043)
Febby Andriyani (H0816053)

xi
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
SAMBUTAN ...........................................................................................................v
SUSUNAN PANITIA ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
MATERI PRESENTASI DARI BBTP2B ........................................................... 1
Pengantar ................................................................................................................. 2
Tantangan Pembangunan Pertanian ........................................................................ 4
Garis Kebijakan Pertanian....................................................................................... 7
Implementasi Pembangunan Pertanian ................................................................. 10
Capaian Kinerja Pertanian..................................................................................... 12
Apresiasi Dunia Pembangunan Pertanian ............................................................. 15
Peran Inovasi Dan Generasi Muda ........................................................................ 17
MATERI PRESENTASI AGROWING............................................................ 27
Wilayah Dan Populasi Penduduk Di Indonesia .................................................... 27
Prospek Dan Tantangan Pertanian (Buah) ............................................................ 28
Prospek Ekonomi Era Digital ............................................................................... 32
Fintech ................................................................................................................... 39
E-Commerce ......................................................................................................... 40
Saas ....................................................................................................................... 42
On-Demand ........................................................................................................... 44
Startup ................................................................................................................... 46
Langkah Bangun Startup Pertanian ....................................................................... 47
Galeri Kegiatan Agrowing .................................................................................... 48
Web Visitor ........................................................................................................... 49
Akun Social Media................................................................................................ 52
PENELITIAN KECIL KSI FP UNS ................................................................. 54
Timeline Peci ........................................................................................................ 54

xii
Latar Belakang ...................................................................................................... 55
Hasil Penelitian ..................................................................................................... 56
Kesimpulan ........................................................................................................... 68
ESSAY 1. “Kanca Tani” Buku Panduan Menanam Padi Berbahasa Jawa Untuk
Mendukung Swasembada Padi Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dan Jawa
Tengah ............................................................................................................................. 70
Essay 2. Potensi Cofee Ground Residue Sebagai Phyto-Bactericide Dalam Upaya
Proteksi Tanaman Terhadap Bakteri Patogen .................................................................. 77
Essay 3. E-Kebon Sharia: Gerakan Implementasi Akad Syirkah Mudharabah
Melalui Crown-Funding Apps Sebagai Upaya Optimalisasi Agribisnis Buah-
Buahan Di Indonesia ............................................................................................. 85
Essay 4. Pisec (Plant Immune System Enhancer Of Chitosan): Pemanfaatan
Kitosan Dari Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) Sebagai Penanggulangan Rice
Virus Pada Tanaman Padi ..................................................................................... 96
Essay 5. Ternak.Id, Aplikasi Online Penghubung Peternak Lokal Dengan Pembeli
Sebagai Solusi Inovatif Untuk Memberdayakan Peternak Dan Meningkatkan
Daya Saing Hewan Ternak Lokal Indonesia ....................................................... 110
Essay 6. Frisher (Friendly Thresher) : Inovasi Mesin Thresher Multifungsi
Memanfaatkan Energi Terbarukan (Solar Cell) .................................................. 117
Essay 7. Gerakan Suket Pangan (Sukses Ketahanan Pangan ) : Program
Pembinaan Masyarakat Desa Tentang Optimalisasi System Pertanian
Berkelanjutan Dalam Pengkombinasian Tanaman-Peternakan-Perikanan Berbasis
Leisa (Low External Input Sustainable Agriculture) Upaya Mewujudkan
Ketahanan Pangan Nasional ................................................................................ 124
Essay 8. Zakaf: Integrasi Zakat Dan Wakaf dalam Membangun Sektor Pertanian
Di Indonesia ........................................................................................................ 132
Essay 9. Inovasi Teknologi Pupuk Saz-Bpf Sebagai Solusi Praktis Meningkatkan
Serapan P Dan Produksi Tanaman Jagung Dalam Mewujudkan Sustainable
Development Goals ............................................................................................. 139
Essay 10. Pengaruh Penerapan Reforma Agraria Masa Pemerintahan Jokowi Di
Sektor Ekonomi Sumber Daya Lahan Dan Keseimbangan Lingkungan ............ 146

xiii
Essay 11. Mengubah Impor Menjadi Ekspor Dengan Pel (Program Empat
Langkah) ............................................................................................................. 152
Essay 12. Pengolahan Daun Afrika (Vernonia Amygdalina) Menjadi Produk
Pangan Sebagai Obat Alternatif Untuk Penderita Diabetes Melitus Sekaligus
Menciptakan Usaha Bagi Masyarakat Ekonomi Menengah ............................... 158
Essay 13. Orion (Oasis Of Archipelago Extensification): Model Teknologi
Berkelanjutan Berbasis Pemanfaatan Pulau Tak Berpenghuni Dalam Upaya
Ekstensifikasi Pertanian Di Kepulauan Riau ...................................................... 166
Essay 14. Scrapping, Cara Baru Reklamasi Lahan Pascatambang ..................... 173
Essay 15. Mmt Teranjal (Mutasi Mindset Tani Terhadap Anak Jalanan) Sebagai
Optimalisasi Kreasi Generasi Muda Dalam Membangun Pertanian Terpadu
Berkelanjutan ...................................................................................................... 180
Essay 16. Membangun Industri Pertanian Yang Berdaulat Dan Berkelanjutan
Dengan Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Fasilitator Permodalan ............... 185
Essay 17. Gapu Edupenum : Games Putar Edukasi Pertanian Umum Sebagai
Media Pembelajaran Berbasis Papan Visual Untuk Meningkatkan Wawasan
Pemahaman Tentang Pendidikan Pertanian Umum Pada Anak – Anak Sekolah
Dasar ................................................................................................................... 196
Essay 18. “Multigrain Anggun” Minuman Biji-Bijian Asli Gunungkidul Sebagai
Peningkatan Nilai Ekonomis Biji-Bijian Di Kabupaten Gunungkidul ............... 203
Essay 19. Alternatif Media Tanam Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)
Menggunakan Tongkol Jagung Untuk Meningkatkan Produktivas Jamur Tiram Di
Indonesia ............................................................................................................. 209
Essay 20. Organic Snail Management : Optimalisasi Pemanfaatan Keong Sawah
Dengan Local Processing Dan Manajemen Koperasi Desa Kulwaru .......................
Essay 21. Optimalisasi Alur Penanganan Sektor Pertanian Berdasarkan Usaha
Dagang ................................................................................................................ 215
Essay 22. Bio-Sludge, Hasil Pemanfaatan Ampas Dari Biogas Limbah Kotoran
Ternak Yang Bernilai Guna Tinggi..................................................................... 223

xiv
Essay 23. Rekayasa Proses Pembuatan Beras Analog Terfortifikasi Dari Singkong
Dengan Penambahan Ekstrak Daun Pandan Guna Diversifikasi Ketahanan Pangan
Di Indonesia ........................................................................................................ 230
Esay 24. Croppack (Crop Portable Pack) : Inovasi Budidaya Tanaman Berbasis
Limbah Pohon Pisang Untuk Mendukung Urban Farming Berkelanjutan ........ 235
Essay 25. Asfom (Automatic Sprinkler For Mushroom) : Alat Penyiram Jamur
Otomatisdengan Kontrol Suhu Dan Kelembapan Berbasis Atmega16 Sebagai
Upayameningkatkan Produktivitas Budidaya Jamur Tiram Di Bantul,
D.I.Yogyakarta .................................................................................................... 243

xv
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

MATERI PRESENTASI DARI BBTP2B

Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA.

1
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

2
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

3
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

4
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

5
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

6
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

7
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

8
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

9
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

10
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

11
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

12
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

13
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

14
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

15
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

16
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

17
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

18
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

19
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

20
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

21
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

22
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

23
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

24
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

25
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

26
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

MATERI PRESENTASI DARI AGROWING

DONNIE AQSHA

27
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

28
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

29
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

30
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

31
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

32
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

33
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

34
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

35
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

36
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

37
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

38
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

39
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

40
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

41
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

42
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

43
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

44
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

45
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

46
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

47
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

48
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

49
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

50
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

51
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

52
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

53
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

MATERI PRESENTASI DARI KSI

Tim Penelitian Kecil KSI Periode 2017

54
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

55
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

56
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

57
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

58
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

59
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

60
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

61
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

62
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

63
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

64
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

65
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

66
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

67
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

68
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

69
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

“KANCA TANI”BUKU PANDUAN MENANAM PADI BERBAHASA JAWA


UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA PADI DI PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

Lina Dwi Lestari


Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
linadwilestari07@gmail.com

Salah satu fokus pembangunan pertanian saat ini adalah meningkatkan


ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Hal ini dapat dipahami karena
kekurangan pangan dapat menimbulkan dampak luas secara ekonomi, sosial, dan
politik. Potensi dampak ketersediaan pangan secara ekonomi misalnya tercerminkan
dari besarnya pengaruh perkembangan harga pangan terhadap inflasi. Peranan
komoditas pangan secara sosial ditunjukkan oleh banyaknya jumlah penduduk yang
bekerja pada subsektor tanaman pangan. Peningkatan komoditas pangan di Indonesia
didukung dengan ketersediaan lahan dan kondisi iklim di Indonesia yang menyokong
pengembangan sektor tanaman pangan.
Maka sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah (1)
Pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi gula
dan daging , (2) Peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan komoditas bernilai
tambah dan berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor, (4)
penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, (5) peningkatan pendapatan
keluarga petani, serta (6) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik.
Padi merupakan salah satu komoditas untuk mencapai ketahanan dan
kemandirian pangan Indonesia. Produksi padi disokong oleh produksi padi yang
terdapat di setiap wilayah. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) produktivitas padi
tahun 2015 ke tahun 2014 menurun 1,77 persen. Penurunan produksi diperkirakan
akibat terjadi penurunan luas panen dan produktivitas2. Sementara produksi padi di
Jawa Tengah mengalami peningkatan namun menurun pada tahun 20103. Meskipun
produksi padi di DIY dan Jawa Tengah masih cukup tinggi, namun wilayah DIY dan

70
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Jawa Tengah masih memasok padi dari wilayah luar daerah, karena belum dapat
memenuhi kebutuhan. Penurunan produktivitas padi tidak dapat serta-merta
diabaikan, karena akan memperburuk produktivitas padi pada tahun-tahun yang akan
datang.
Sentra produksi padi di DIY adalah Kabupaten Sleman, sementara sentra
produksi padi di Jawa Tengah adalah Kabupaten Klaten. Dilihat dari segi lahan dan
faktor klimatik, wilayah DIY dan Jawa Tengah sangat berpotensi untuk menjadi
daerah utama produksi padi di Indonesia. Namun melihat permasalahan yang
dihadapi, faktor yang menjadikan provinsi DIY dan Jawa Tengah belum mampu
mencukupi kebutuhan beras dalam daerah adalah dari segi sumberdaya manusia. Hal
ini dibuktikan dengan kegagalan panen di Kabupaten Klaten pada tahun 2010 terjadi
karena petani kurang mampu mengendalikan serangan hama wereng4. Sehingga
sumberdaya manusia yang ada, dinilai kurang kompeten untuk menghasilkan
kuantitas dan kualitas padi yang cukup. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas
padi perlu adanya pencerdasan dengan metode baru yang lebih mudah diterima dan
dimengerti oleh petani. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan yaitu “Kanca Tani”
Buku Panduan Menanam Padi Berbahasa Jawa.
Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 bahwa
salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
hal ini mencerdaskan kehidupan bangsa harus dilakukan secara menyeluruh terhadap
seluruh lapisan masyarakat. Ketersediaan dan kredibilitas sumber informasi serta
sarana akses informasi juga akan menentukan kebutuhan informasi pengguna5. Petani
yang mempunyai pendidikan dan tingkat pendapatan yang rendah menjadikan sedikit
sekali informasi dan ilmu pengetahuan yang sampai pada mereka. Buku “Kanca
Tani” merupakan inovasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi
distribusi ilmu kepada petani di Pulau Jawa. Menurut Sumardjo (2006)
mengungkapkan bahwa dialek merupakan bahasa yang dibawah standar, berstatus
rendah, bahasa yang biasa digunakan oleh para petani, kelas pekerja atau kelompok

71
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

lain yang kurang ber-prestise. pendidikan dan pendapatan berhubungan nyata dengan
tingkat aksesibilitas terhadap informasi pertanian.
Sebagai salah satu bahasa daerah yang mayoritas digunakan oleh bangsa
Indonesia, bahasa Jawa seringkali menjadi alat komunikasi untuk kegiatan jurnalistik
maupun pembelajaran informal yang mendukung penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional.Pada dasarnya bahasa Jawa dibagi menjadi dua kelompok
yaitu bahasa Jawa ngoko dan bahasa Jawa krama. Bahasa Jawa ngoko adalah salah
satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa yang paling umum dipakai di kalangan
orang Jawa, pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati
atau orang yang lebih tua karena bersifat kurang sopan. Bahasa Jawa ngoko dibagi
menjadi dua yaitu ngoko alus dan ngoko kasar. Krama adalah salah satu tingkatan
bahasa dalam Bahasa Jawa yang pemakaiannya sangat baik untuk berbicara dengan
orang yang dihormati atau orang yang lebih tua. Bahasa karma juga dibagi menjadi
dua karma inggil dan madya. Dalam buku “Kanca Tani” ini digunakan bahasa Jawa
krama madya, karena bahasa Jawa krama madya merupakan salah satu bahasa Jawa
yang digunakan dalam kegiatan jurnlistik. Bahasa Jawa krama madya merupakan
bahasa yang digunakan untuk menghormati orang yang setingkat. Bahasa jenis ini
juga cenderung fleksibel dan mudah untuk dimengerti sebagian besar kalangan
masyarakat DIY dan Jawa Tengah, tanpa menghilangkan kesan keilmuan dan
kewibawaan.
Konten dalam buku “Kanca Tani” memuat kegiatan pratanam, perawatan dan
pemeliharaan, serta kegiatan pascapanen.Dalam kegiatan pratanam berisi tenang
bagaimana cara pemilihan benih padi, persiapan lahan dan teknik persemaian. Bagian
perawatan dan pemeliharaan mencakup penyiangan gulma, pengendalian hama dan
penyakit, dan pestisida alami. Bagian pascapanen meliputi pemanenan dan
pengelolaan lahan setelah dipanen. Buku “Kanca Tani” direncanakan sejumlah 90
lembar, dengan ukuran kertas A5 dengan panjang 21 cm dan lebar 14.8 cm (Desain
cover buku “Kanca Tani” terlampir) .

72
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk


merumuskan strategi perusahaan6. Analisis ini mempertimbangkan Kekuatan
(Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities), dan Tantangan
(Threats) yang dimiliki dan dihadapi suatu produk. Kekuatan atau kelebihan dari
buku ini adalah dalam penggunaan bahasa Jawa sehingga mudah dipahami dan
mudah disebarluaskan oleh masyarakat. Selain itu mempermudah penyampaian
materi secara lisan yaitu tanpa harus menerjemahkan bahasa sehingga memperkecil
kemungkinan kesalahan tafsir . Kelemahan atau kekurangan dari buku ini adalah sulit
dalam mengantisipasi masyarakat yang mempunyai daya baca rendah (buta huruf).
Namun kelemahan ini dapat ditanggani dengan memanfaatkan program melalui
Program Aksi Nasional Pemberantasan Keaksaraan Fungsional yaitu program
pemberantasan buta huruf dengan kegiatan magang, Kelompok Belajar Keterampilan
(KBK), Kelompok Belajar Usaha (KBU), Taman Bacaan Masyarakat (KBM),
Kecakapan hidup (life skill), dengan mempergunakan alat pembelajaran disetiap desa
atau dusun. Untuk menangani kelemahan pada buku ini, maka akan dilakukan
kolaborasi buku ajar dari pemerintah dan buku pendamping belajar “Kanca Tani”
dalam kegiatan Pemberantasan Keaksaraan Fungsional, sehingga dapat saling
melengkapi dan menguatkan materi yang akan disampaikan pada masyarakat.
Pembuatan buku ini membuka peluang untuk melakukan kerjasama dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Pertanian untuk melakukan sosialisai dalam rangka
pengabdian masyarakat. Dan apabila berhasil maka buku dapat diproduksi secara
massal dan didistribusikan ke perpustakaan-perpustakaan desa. Ancaman yang
dihadapi buku “Kanca Tani” yaitu rendahnya minat masyarakat untuk membaca
buku. sehingga memerlukan bantuan berbagai pihak untuk pelaksanaan buku “Kanca
Tani”. Dalam hal ini dapat dilakukan skenario pembelajaran dengan mengajak
pemuda atau organisasi karangtaruna dan pengurus desa untuk menjadi bagian dari
“agen penggerak desa” yang menyebarluaskan pola hidup gemar membaca.
Buku “Kanca Tani” dapat dijadikan sebagai solusi pembelajaran bagi petani
yang belum menguasai bahasa Indonesia. Buku “Kanca Tani” merupakan buku

73
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

panduan bertanam padi dengan menggunakan bahasa Jawa yang dalam


pelaksanaannya memerlukan bantuan pengurus desa, karang taruna, dan pihak lain
untuk mendukung terciptanya masyarakat yang melek huruf dan melek ilmu
pengetahuan.

74
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik DIY. 2015. Produksi Padi Dan Palawija Daerah Istimewa
Yogyakarta (Angka Tetap 2014 Dan Angka Ramalan I 2015).
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah., 2012. Produksi Padi dan Palawija Jawa Tengah
1999-2011.
Kementrian Pertanian., 2011. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015
– 2019. Hal 20.
Okwu, O.J and B.I. Umoru., 2009. A study of women farmers’ agricultural
information needs and accessibility: A case study of Apa Local
Government Area of Benue State, Nigeria. Afr.J. Agric. Res. 4 (12):
1404-1409.
Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta
Sumardjo. 2006. Kompetensi Penyuluh. Departemen Pertanian: Batam.

75
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

LAMPIRAN

Gambar 1. Desain Cover Buku “KANCA TANI”

76
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

POTENSI COFEE GROUND RESIDUE SEBAGAI


PHYTO-BACTERICIDE DALAM UPAYA PROTEKSI TANAMAN
TERHADAP BAKTERI PATOGEN

Alrevansyah Mahardhan Dentara


Mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman, Universitas Sriwijaya
alrevansyahmahardhan@gmail.com

Tidak dapat dipungkiri kopi menjadi salah satu komoditi yang menduduki
posisi strategis di pasar internasional. Tingginya permintaan masyarakat terhadap
kopi mendorong setiap negara yang memiliki potensi alam akan berlomba-lomba
untuk menjadi raksasa kopi terbesar di dunia. Sebut saja Brazil sebagai negara
penghasil kopi no.1 dunia. Devisa negara ini sebagian besar disokong oleh produksi
kopi. Tak kalah dengan negeri samba, Indonesia pun masuk kedalam top 5 produsen
kopi terbesar di dunia dimana Indonesia menduduki peringkat ke-4 dibawah Vietnam
dan Kolombia. Faktor geografis yang merupakan basic potential bahwa Indonesia
dilalui garis khatulistiwa menjadikan mayoritas wilayah-nya beriklim tropis yang
mana iklim ini baik untuk budidaya kopi (Indonesia-Invesment, 2015).
Eksistensi kopi Indonesia di kancah domestik maupun internasional
menciptakan peluang besar bagi masyarakat-nya untuk membuka ladang bisnis kopi.
Prospek yang kemudian dapat dibangun atas landasan tersebut salah satunya yaitu
kafe. Pada hakikat nya, kafe berarti tempat minum kopi atau dapat dimaknai sebagai
tempat berkumpul ria yang diidentikkan dengan menu utama berupa kopi. Terkadang,
kafe sering menjual aneka ragam kuliner selaras dengan tema yang diusung. Kafe
sendiri menjadi hal lumrah bagi masyarakat awam karena telah marak di nusantara
terutama mayoritas ekspansi-nya berpusat di kota-kota besar bahkan telah merambah
ke daerah-daerah.
Di sisi positif, merajalelanya kafe di nusantara memberikan keuntungan besar
dalam menyokong perekonomian bangsa. Sayangnya mayoritas kafe menghasilkan
residu berupa ampas kopi yang pasti akan dibuang. Ampas kopi atau secara ilmiah
disebut Coffe Ground Residue adalah hasil sampingan dari proses brewing

77
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

(Penyeduhan) dan biasanya tidak digunakan kembali. Belum diketahui secara pasti
terkait data jumlah CGR di Indonesia namun dapat dipastikan setiap tahunnya jumlah
CGR yang dihasilkan dari industri pengolahan terutama kafe mampu mencapai
6.000.000 ton di dunia (Tokimoto et al., 2005). 1 kg seduhan kopi menghasilkan rata-
rata 2 kg berat basah ampas kopi, bila diestimasi dalam skala besar 1 ton seduhan
kopi menghasilkan 650 kg CGR. (Pfluger, 1975). Oleh karena itu melalui essay ini
penulis ingin memaparkan potensi dan konsep inovasi yang mampu mengangkat
CGR guna dimanfaatkan dalam konteks perlindungan tanaman.

Eksplorasi Kandungan Beserta Khasiat CGR (Cofee Ground Residue)


Tanaman pasti mensekresikan senyawa metabolit sekunder dimana senyawa
ini memiliki toxicological dan pharmacological effects bagi manusia maupun hewan
(Bernhoft, 2010). Produksi senyawa metabolit sekunder/senyawa bioaktif setiap
tanaman berbeda satu sama lain serta memiliki fungsi spesifik. Sedangkan biji kopi
sebagai kesatuan unit dari tanaman kopi menghasilkan senyawa bioaktif umumnya
berupa Alkaloid, Flavonoid, dan Phenol. Biji kopi kemudian diolah menjadi berbagai
produk, terutama sebagai minuman. Hasil sampingan dari proses pengolahan
menghasilkan CGR dan ternyata masih terkandung senyawa bioaktif. Terbukti, CGR
dari hasil proses brewing masih menyisakan senyawa bioaktif dengan kadar yang
berbeda dari biji kopi diantaranya: 1) Phenol; hasil proses screening menunjukkan
jenis fenol yang muncul berupa senyawa Caffein dan Chlorogenic acid dengan rerata
kadar masing-masing seberat 1000 mg/100g dan 210 mg/100 g, serta 2) Antocyanin
dengan kadar seberat 25 mg/100 g (Ariesta, 2013).
Secara farmakologis, Phenol (Caffein dan Chlorogenic acid) dan Antocyanin
berkhasiat bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya. Dilaporkan, senyawa
tersebut berpotensi sebagai antioxidant atau mengacu pada penangkalan radikal
bebas, yang mana reaksi radikal bebas dapat memicu gangguan kesehatan bagi
makhluk hidup terutama pada manusia seperti jantung koroner dan kanker. Tidak
hanya sebagai antioxidant senyawa bioaktif pada CGR berpotensi sebagai

78
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

antimicrobial. Dapat diartikan antimicrobial merupakan senyawa nabati, semi nabati,


maupun sintetik yang mampu membunuh ataupun inhibitor pertumbuhan
mikroorganisme sasaran serta tidak toksik bagi organisme non-sasaran (Prescott et al.
2000). Dirujuk dari hasil penelitian, terbukti bahwa senyawa Phenol yang meliputi
Caffein dan Chlorogenic acid di dalam CGR mempunyai daya hambat maupun daya
bunuh yang tinggi terhadap bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus,
Salmonella Typhimurium dan Bacillus cereus (Ariesta, 2013).

Potensi CGR Sebagai Antimocrobial Guna Pengendalian Bakteri Patogen


Tanaman
Telah disebutkan bahwa antimicrobial yang terkandung dalam CGR
berpotensi menghambat ataupun membunuh beberapa bakteri. Sekarang timbul
pertanyaan, mengapa bakteri yang disebutkan pada sub-bab sebelumnya dapat
terhambat pertumbuhan nya apabila terjadi kontak langsung terhadap Caffein dan
Chlorogenic acid dan berpotensikah antimicrobial pada CGR terhadap bakteri
pathogen tanaman seperti Xanthomonas citri penyebab citrus cancer, Ralstonia
solanacearum penyebab layu tanaman, dan Streptomyces scabies penyebab kudis
kentang?
Sebelum membahas lebih lanjut terkait masalah tersebut mari kita bahas
terlebih dahulu mengenai mekanisme antimicrobial. Secara konseptual-teoretikal ada
beberapa modus aksi antimicrobial terhadap bakteri meliputi: 1) mampu menghambat
jalur metabolisme bakteri, 2) menghambat proses sintesis protein, 3) mengganggu
sintesis asam nukleat, 4) mengganggu sintesis dinding sel (Neu, 2006), serta 5) terjadi
penonaktifan enzim di dalam sel dan merubah permeabilitas membran sel (Moreno et
al, 2006). Derajat efektivitas antimicrobial tergantung pada jenis bakteri patogen.
Aplikasi antimicrobial terhadap bakteri golongan gram positif cenderung berhasil
dibandingkan pada gram negatif.
Kuncinya terletak pada struktur dinding sel. Ternyata, jika ditinjau dari
struktur dinding sel nya bakteri terbagi menjadi 2 yaitu bakteri gram positif dan

79
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

negatif. Terdapat kontras yang mencolok dalam konteks struktur dinding sel dimana
bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun oleh peptidoglikan sedangkan
pada bakteri gram negatif peptidoglikan hanya sedikit (sekitar 10-20%) tetapi
didominasi membran sel yang tersusun oleh Lipoporisakarida, Fosfolipid,
Lipoprotein, dan Protein porin (Hugo et al, 2002). Kedua tipe bakteri tersebut dapat
diilustrasikan pada gambar berikut.

Sumber : Microbiology an Introduction (2010)


Struktur ini lah yang menentukan apakah bakteri rentan atau resistan terhadap
antimicrobial. Menurut penelitian Ariesta (2013) menyatakan efektivitas CGR hanya
berfokus pada bakteri gram positif karena dinding sel nya tidak serumit bakteri gram
negatif. Bisa dilihat pada gambar diatas bakteri gram negatif terlapisi oleh
Lipopolysaccaride (LPS) yang membuat membran terluar lebih kuat dan sulit untuk
di rusak (Hugo et al, 2002). Porin protein juga berperan penting dalam memproteksi
bakteri dari senyawa antimicrobial, sinergitas Lipopolysaccaride (LPS) dan Porin
Protein menjadikan membran terluar sel bakteri bersifat hidrofobik yang mana sifat

80
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

ini sangat selektif maupun menolak molekul-molekul berukuran besar termasuk


molekul antimicrobial serta senyawa lainnya. Sedangkan bakteri gram positif dinding
terluar sel hanya tersusun oleh peptidoglikan sehingga rentan rusak akibat
antimicrobial dan molekul berukuran besar termasuk antimicrobial dapat masuk
kedalam sel bakteri.
Sebelumnya telah disinggung jika bakteri seperti Streptococcus mutans,
Staphylococcus aureus, Salmonella Typhimurium dan Bacillus cereus dapat
terhambat pertumbuhan-nya ataupun terbunuh oleh senyawa Phenol dengan
turunannya berupa Caffein dan Chlorogenic acid (Ariesta, 2013). Bakteri tersebut
semuanya merupakan patogen pada manusia dan diklasifikasikan dalam tipe gram
positif sehingga senyawa Phenol yang terkandung dalam CGR cenderung memiliki
tingkat efektivitas tinggi sebagai antimicrobial. Sedangkan, yang menjadi topik
wacana utama adalah bakteri pathogen tanaman seperti Xanthomonas citri, Ralstonia
solanacearum, dan Streptomyces scabies apakah dapat dihambat pertumbuhannya
oleh antimicrobial pada CGR? Mari kita telaah satu persatu. Identifikasi yang telah
dilakukan oleh para ahli menyebutkan Xanthomonas citri dan Ralstonia
solanacearum merupakan bakteri gram negatif. Telah dibahas sebelumnya, bakteri
gram negatif memiliki tingkat resistensi tinggi terhadap antimicrobial karena dinding
sel dilapisi oleh membran sel sehingga bersifat hidrofobik (selektif maupun
menolak). Maka secara teoritis aplikasi antimicrobial CGR terhadap bakteri tipe ini
cenderung kurang efektif. Sedangkan pada bakteri Streptomyces scabies, senyawa
antimicrobial berpotensi menghambat pertumbuhan maupun membunuh karena
bakteri ini tergolong gram positif dimana telah dipahami, dinding sel nya hanya
tersusun oleh peptidoglikan dan tidak serumit dengan dinding sel bakteri gram negatif
sehingga memungkinkan senyawa antimocrobial masuk ke dalam bakteri lalu
melakukan modus aksinya.

Konsep Inovasi Phyto-Bactericide Berbahan Aktif Cofee Ground Residue

81
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Guna memanfaatkan bahan aktif yang terkandung di dalam CGR, inovasi


yang diangkat adalah bakterisida nabati. Sebagaimana diketahui bakterisida
merupakan racun yang diaplikasikan guna mengendalikan pathogen tanaman akibat
bakteri. Kata nabati juga mengacu pada penggunaan bahan alami bukan sintetik.
Dalam pembuatannya, bakterisida memerlukan formulasi bahan aktif sebagai
komponen utama. Bahan aktif dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang memiliki
efek pestisida (Djojosumarto, 2008). Sedangkan bahan aktif yang digunakan pada
bakterisida CGR berupa Chlorogenic acid dan Caffein dimana telah diketahui kedua
senyawa tersebut berpotensi sebagai antimicrobial tapi lebih ditekankan pada bakteri
patogen tipe gram positif.
Tidak serta merta bahan aktif CGR langsung diaplikasikan pada tanaman
secara langsung dalam keadaan murni karena kondisi ini tentu memiliki konsentrasi
tinggi yang akan mengakibatkan overdose tanaman. Tentunya harus ada senyawa lain
yang mendukung formulasi bakterisida CGR meliputi bahan adjuvant (Pembantu)
dan carrier (Pembawa) (Djojosumarto, 2008). Bakterisida nabati ini lebih ditekankan
pada tipe pestisida preventive atau dapat dimaknai, kelompok bakterisida yang
diaplikasikan sebelum terjadinya infeksi bakteri. Konsep nya adalah tanaman yang
telah diberi bakterisida CGR akan mengabsorsi senyawa antimicrobial yang meliputi
Chlorogenic acid dan Caffein namun harus dibantu dengan penetrating agent agar
mudah diabsorsi tanaman. Lalu senyawa yang telah diabsorsi akan menjadi
Phytoelecyn sehingga pada saat bakteri pathogen menyerang akan terhambat
pertumbuhan nya akibat aktivitas antimicrobial CGR yang ada di sel tanaman. Mode
of entry ini disebut sistemik.
Setelah dikaji dapat ditarik benang merah, terkuak bahwa CGR dapat
dimanfaatkan sebagai senyawa protektif guna melindungi tanaman dari bakteri
patogen. Acuan yang dapat dipahami adalah senyawa antimicrobial pada CGR akan
memiliki tingkat efektivitas tinggi apabila di terapkan pada bakteri gram positif
dimana bakteri ini memiliki struktur dinding sel yang tidak begitu rumit
dibandingkan bakteri gram negatif sehingga bakteri tipe ini rentan dimasuki senyawa

82
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

antimicrobial dan pada akhirnya akan menjadikan bakteri mati ataupun terhambat
proses fisiologisnya. Serta kemudian diharapkan konsep ini dapat dikembangkan
kedepannya sebagai upaya mengangkat CGR menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat
terutama dalam konteks perlindungan tanaman.

83
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Ariesta AA. 2013. Antimicrobial and antioxidant activities of microwave-assisted


extracts from coffee ground residue in chiang rai province Thailand.
Bogor : Institut Pertanian Bogor. Thesis.
Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Teknik Aplikasinya. Jakarta: AgroMedia
Pustaka.
Gerrand JT, Berdell RF, Christine LC. 2010. Microbiology an Introduction. San
Francisco: Pearson Education, Inc. pp: 86-87.
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186? (Diakses,
19 September 2017).
Hugo WB. 1999. Disinfection mechanisms: In Principles and Practice of
Disinfection, Preservation and Sterilization, 3rd edn, (Russell AD, Hugo
WB, Ayliffe GAJ, Eds) pp. 258–83. Blackwell Science, Oxford.
Moreno S, Scheyer T, Romano C, Vojnov A. 2006. Antioxidant and antimicrobial
activities of rosemary extracts linked to their polyphenol composition.
Free Radic. Res. 40(2):223-231.
Neu HC. 2006. The crisis in antibiotic resistance. in Tenover F C. Mechanism of
Antimicrobial resistances in bacteria. The American Journal of Medicine
Vol 119 (6A), S3–S10.
Prescott ML, Harley J, Donald P, Klein A. 1999. Antimicrobial chemotherapy.’
Microbiology 2nd edition. published by C. Brown Publishers, U.S.A. Pp
325.

84
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

E-KEBON SHARIA: GERAKAN IMPLEMENTASI AKAD SYIRKAH


MUDHARABAH MELALUI CROWN-FUNDING APPS SEBAGAI UPAYA
OPTIMALISASI AGRIBISNIS BUAH-BUAHAN DI INDONESIA

Uswatun Hasanah
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Negeri Semarang
uswatunhanna99@gmail.com

Kondisi Umum Agribisnis Buah-buahan di Indonesia


Perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peluang
cukup menjanjikan untuk meningkatkan jumlah pendapatan nasional di Indonesia.
Dalam beberapa kurun waktu terakhir, sektor perkebunan telah menyumbang devisa
non-migas dalam jumlah yang besar melalui kegiatan ekspor. Menurut data yang
dikutip dari Detikfinance (20/03/17), jumlah ekspor buah-buahan ditahun 2016,
khususnya kelapa bulat, manggis, dan pisang telah mencapai 564.372 ton serta masih
terdapat 176 komoditas buah-buahan yang secara rutin telah di ekspor ke Jepang,
China, Thailand, dan 16 negara besar lainnya. Akan tetapi, besarnya jumlah ekspor
buah-buahan tidak lantas meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) secara
signifikan. Pasalnya, peningkatan jumlah ekspor buah-buahan juga diiringi dengan
membanjirnya komoditas buah-buahan impor di pasaran. Bahkan, jumlah tanaman
holtikultura yang di impor ke Indonesia, khususnya buah-buahan lebih besar daripada
jumlah buah-buahan yang di ekspor ke luar negeri. Tercatat buah impor yang masuk
di Oktober tahun 2016 mencapai 45.567 ton atau US$ 76,5 juta. Sementara bila
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu impor buah-buahan telah
mengalami peningkatan secara drastis. Pada Oktober 2015, impor buah diterima
sebesar 31.401 ton atau US$ 47,4 juta (Badan Pusat Statistik (22/11/2016)). Berikut
rincian negara importir buah-buahan untuk periode Oktober 2016:
1. China : 26.534 ton / US$ 39,3 juta (mkl/hns)
2. Amerika Serikat : 7.131 ton / US$ 22,4 juta (mkl/hns)
3. Thailand : 1.059 ton / US$ 1,6 juta (mkl/hns)
4. Australia : 2.050 ton / US$ 2,8 juta (mkl/hns)

85
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

5. Negara lainnya : 8.791 ton / US$ 10,2 juta (mkl/hns)


Hal tersebut membuktikan bahwa kebutuhan buah-buahan dalam negeri
belum terpenuhi secara maksimal. Menurut data dari Balai Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pertanian pada 2011, diketahui bahwa konsumsi buah-
buahan masyarakat Indonesia hanya sebesar 34,55 kilogram per kapita per tahun.
Jumlah konsumsi buah ini jauh sekali dibandingkan dengan rekomendasi Food and
Agriculture Organization (FAO) sebesar 73 kilogram per kapita per tahun dan
standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 kilogram per kapita per tahun (Fiastuti
Witjaksono, Kepala Departemen Gizi RSCM dan spesialis gizi klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia). Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi buah-
buahan di Indonesia masih jauh dari angka yang diharapkan. Sampai sekarang tingkat
impor buah-buahan masih sangat tinggi meskipun kegiatan ekspor buah-buahan
secara rutin telah dilakukan setiap tahun. Berikut ini merupakan data Volume Ekspor-
Impor “Buah Favorit” (kreasinegeri.com) (Tabel 1)

86
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Oleh karena itu, perlu di terapkan sebuah sistem inovatif yang terstruktur dan
mudah diakses dalam rangka meningkatkan produksi buah-buahan di Indonesia di era
digital. Melalui berbagai permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dibentuklah sebuah gagasan untuk menumbuhkembangkan kegiatan agribisnis buah-
buahan di Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat yang mempunyai modal dan
ingin berkebun, akan tetapi tidak mempunyai lahan. “E-Kebon Sharia” merupakan
sebuah gerakan implementasi akad Syirkah Mudharabah melalui Aplikasi
Crownfunding sebagai upaya optimalisasi kegiatan agribisnis buah-buahan di
Indonesia.

Selayang Pandang E-Kebon Sharia


E-Kebon merupakan gabungan kata dari ”Elektronik dan Kebon (Jawa; red:
kebun)”, sedangkan Sharia merupakan kata serapan dari bahasa Arab “Syari’ah”
yang berarti sebuah norma-norma yang mengatur sistem tingkah laku individual
maupun tingkah laku kolektif, meliputi Ibadah, Muamalah, „Uqubah, dan lain
sebagainya. Dengan demikian, E-Kebon Sharia merupakan sebuah platform yang
berisi layanan dalam bidang perkebunan yang dilakukan dengan berlandaskan
prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah yang dimaksud disini adalah dengan
menerapkan akad Syirkah Mudharabah, yaitu sebuah akad kerja sama usaha antara
dua pihak di mana pihak pertama menyerahkan modal (shaahibul maal) dan pihak
lainnya menjadi pengelola atau pengusaha (muḍarrib) yang bergerak dalam kegiatan
perdagangan, kerajinan, maupun industri, termasuk industri pertanian. dalam konteks
ini investor tani memberikan sejumlah modal kepada pemilik dan penggarap lahan
agar dapat melakukan pemeliharaan lahan yang mana keuntungan yang didapat nanti
akan dibagi menjadi dua sesuai dengan persentase yang telah ditentukan dalam
konsep Syirkah Mudharabah. Akad ini diterapkan sebagai bentuk pemberdayaan
masyarakat yang memiliki modal, akan tetapi tidak mempunyai lahan untuk
berkebun. Dalam pelaksanaanya, E-Kebon Sharia menggunakan sistem
Crownfunding melalui sebuah platform yang dapat diunduh dan diakses melalui

87
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Google PlayStore maupun Website. Gerakan ini sangat bermanfaat bagi produktivitas
buah-buahan di Indonesia dengan cara menjembatani antara para pekebun yang
membutuhkan modal dengan pemilik modal yang tidak mempunyai lahan.
Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman:
‫اح َب ُهفَإِذَاخَانَ ُهخ ََرجْ ت ُ ِم ْن َب ْي ِن ِه َما‬
ِ ‫ص‬ َّ ‫نَ ََ ََ اثَا ِلثُال‬
َ ‫ش ِر ْي َك ْينِ َمالَ ْم َي ُخ ْنا َ َحد ُ ُه َما‬
“Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari
mereka tidak menciderai rekannya. Ketika dia menciderai rakannya, Aku keluar dari
persekutuan di antara mereka berdua”. (HR. Abu Daud dan Al-Hakim).
Tahapan Implementasi E-Kebon Sharia
Bagan tahapan implementasi E-Kebon Sharia (Bagan 1).

Beberapa layanan yang terdapat dalam E-Kebon Sharia antara lain:


1. Crownfunding ( ‫ )تمواللجموي‬merupakan layanan untuk memfasilitasi para pemilik
dan penggarap lahan untuk memperoleh modal guna memulai kegiatan pertanian.
2. Online Marketplace ( ‫ )السوبواإلنتنو‬merupakan layanan akses pasar yang
terhubung langsung kepada para distributor buah-buahan.
3. Information and Consultation ( ‫ )المعلمويوالتشويو‬merupakan layanan untuk
memperoleh info seputar perkembangan investasi dan kondisi umum pasar
agroindustri serta tempat konsultasi antara para investor dengan penggarap dan
pemilik lahan.

88
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

4. My Plants ( ‫ )بلدالنبيتوي‬merupakan layanan untuk memperoleh informasi tentang


tanaman yang telah di investasikan, misalnya seberapa jauh pertumbuhan buah-
buahan, berapa jangka waktu buah bisa di panen, dan informasi lainnya yang
terkait dengan siklus buah-buahan yang di investasikan.

Prosedur E-Kebon Sharia


Hal-hal yang harus terdapat di dalam akad antara lain :
1. Al-Aqidani (Pihak-pihak yang melakukan transaksi), dalam hal ini yang
dimaksud adalah investor tani dan penggarap atau pemilik lahan.
2. Maudhu‟ al- (Objek ), menurut ulama Malikiyah berpendapat bahwa objek
adalah tumbuh-tumbuhan, seperti pohon yang berbuah dan yang memiliki akar
yang tetap di tanah, seperti anggur, kurma yang berbuah, dan lain-lain dengan
dua syarat, yaitu:
a. Akad dilakukan sebelum buah tampak dan dapat diperjualbelikan
b. Akad ditentukan dengan waktu tertentu.
3. Shighat (Ijab dan Qabul) antara kedua belah pihak
Bagan prosedur E-Kebon Sharia (Bagan 2).

89
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Note: pembagian keuntungan sesuai dengan ketentuan antara pemilik dan


penggarap lahan (Abdul Rahman Al-Jaziry dalam Fiqh 4 Madzhab Bagian
Muamalah Jilid IV).

Analisis SWOT E-Kebon Sharia


1. Strength (Kekuatan)
a. Program yang ditawarkan lebih terstruktur dibandingkan sistem pertanian
tradisional yang saat ini masih aktif digunakan masyarakat pedesaan.
b. Risiko kerugian lebih kecil karena program ini bekerja sama dengan
perusahaan Asuransi.
c. Akses pasar lebih mudah karena program ini bekerja sama dengan para
distributor maupun produsen dari berbagai perusahaan yang bergerak di
bidang industri buah-buahan maupun sejenisnya.
d. Terdapat layanan konsultasi investasi dan kewirausahaan.
e. Penanganan tumbuh-tumbuhan yang mengalami penyakit lebih berkualitas.
f. Sistem pembiayaan mikro yang mudah tanpa agunan dan pembebanan biaya
bunga.
2. Weaknesses (Kelemahan)
a. Membutuhkan sistem komputerisasi yang menimbulkan beban dan biaya.
b. Membutuhkan waktu yang lama untuk mensosialisasikan dan menaruh
kepercayaan kepada masyarakat, khususnya di pedesaan.
3. Opportunity (Peluang)
a. Meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.
b. Menjadi program pertama bisnis berbasis online di Indonesia yang
menerapkan akad Syirkah Mudharabah.
c. Menumbuhkembangkan pentingnya IPTEK bagi masyarakat umum secara
tidak langsung.
d. Meningkatkan jumlah investasi yang akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi makro.

90
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

4. Threats (Hambatan)
a. Munculnya platform serupa yang menjadi pilihan lain para investor tani.

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak jenis tanaman


holtikultura, salah satunya adalah buah-buahan. Setiap tahunnya, Indonesia selalu
melakukan kegiatan ekspor ke berbagai negara dan menyumbang rasio yang cukup
besar bagi pertumbuhan ekonomi makro. Meskipun begitu, jumlah buah-buahan yang
di ekspor tidak lebih besar dari jumlah buah impor. Maka dari itu, pendapatan
nasional dari jalur agroindustri khususnya buah-buahan berjalan lamban dan kurang
optimal. E-Kebon Sharia: Gerakan Implementasi Akad Syirkah Mudharabah
Melalui Crown-Funding Apps sebagai Upaya Optimalisasi Agribisnis Buah-
buahan di Indonesia merupakan program pemberdayaan masyarakat yang inovatif
dan sangat tepat untuk diterapkan di era digital dengan menerapkan prinsip-prinsip
akad melalui Aplikasi Crownfunding sebagai upaya optimalisasi kegiatan agribisnis
buah-buahan di Indonesia.

91
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA
Al-Jaziri, Abdurrahman. 1994. Fiqh 4 Madzhab Bagian Muamalah Jilid IV.
Semarang: As-Syifa. Hlm. 62.
Al-Kasyani, Alauddin. 2009. Bada‟i Ash-Shana‟i fi Tartib Syara‟I. Juz VI: Syirkah
Mathbu’ah. Semarang: As-Syifa. Hlm. 186.
Cramer, G.L. dan C.W. Jensen. 1994. Agricultural Economics and Agribusiness. 6th
ed. John Wiley and Sons, Inc.
Hall, J.N., S. Moore, S.B. Harper and J.W. Lynch. 2009. Global Variability in Fruit
and Vegetable Consumption. American Journal of Preventive Medicine,
36(5): 402–409.
Ibn Yunus ibn Idris Al-Bahuti, Mansur. 1402 H Kasysyaf Al-Qina. Juz III: Dar Al-
Fikr. Semarang: As-Syifa. Hlm. 523.
Irawan, Bambang., Ening Ariningsih. “Agribisnis Sayuran dan Buah: Peluang Pasar,
Dinamika Produksi, dan Strategi Peningkatan Daya Saing”.
http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/memperkuat dayasaing produk
pe/BAB-III-3.pdf. Diakses tanggal 30 Agustus 2017 pukul 08.00 WIB.
Irawan, B. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran Sayuran
dan Buah. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 4, Desember
2007: 358-373.
Kurniadi, Agung Tito. Kreasinegeri.com. 2017. “Konsumsi Buah dan Penyediaannya:
Lokal atau Impor ?”. http://www.kreasinegeri.com/saung-tani/konsumsi-
buah-dan-penyediaannya-lokal-atau-impor/. Diakses pada tanggal 1
September 2017 pukul 10.00 WIB.
Kustiari, R, H.J. Purba dan Hermanto. Analisis Daya Saing Manggis Indonesia di
Pasar Dunia (Studi Kasus di Sumatera Barat). Jurnal Agro Ekonomi, Vol.
30 No. 1. Mei 2012. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Lokollo, E.M., B. Hutabarat, R. Kustiari, Hermanto, K.M. Noekman dan H.J. Purba.
2011. Analisis Daya Saing Produk Hortikultura dalam Upaya
Meningkatkan Pasar Ekspor Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.
Mayrowani, H dan V. Darwis. 2010. Perspektif Pemasaran Bawang Merah di
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dalam : Suradisastra, K, P. Simatupang
dan B. Hutabarat (Eds). Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya
Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani: 169-186. Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Saliem, H.P. dan E. Ariningsih. 2014. Vegetable Consumption at Household Level
and Its Implication on Vegetable Farming Development in Indonesia.
Makalah dipresentasikan pada SEAVEG 2014: Families, Farms, Food –
Regional Symposium on Sustaining Small Scale Vegetable Production
and Marketing Systems for Food and Nutrition Security, Bangkok, 25-27
February 2014. Thailand Department of Agriculture. Bangkok.

92
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Sayaka, B, S.M. Pasaribu, E. Ariningsih, S. Nuryanti, D.H. Azahari, E.A. Saubari dan
Y. Marisa. 2013. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar Buah-Buahan.
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
World Health Organization. 2003. Diet, Nutrition and the Prevention of Chronic
Diseases. Report of a Joint FAO/WHO Expert Consultation. WHO
Technical Report Series 916. World Health Organization. Geneva.

93
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

LAMPIRAN
Grafik 1. Kuantitas dan Nilai Perdagangan Buah-buahan di Indonesia, 1980-2011.
Sumber: Diolah dari Statistik FAO.

Tabel 1. Rata-rata Ketersediaan Sayuran dan Buah-Buahan di Asia Tenggara,


1990-2010 (kg/kap/tahun). Sumber: Diolah dari Statistik FAO.

94
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

95
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

PISEC (PLANT IMMUNE SYSTEM ENHANCER OF CHITOSAN):


PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG BEKICOT (ACHATINA
FULICA) SEBAGAI PENANGGULANGAN RICE VIRUS PADA TANAMAN
PADI

Puja Adi Priatna


Mahasiswa Pendidikan Apoteker, Universitas Airlangga
pujaadipriatna@gmail.com

Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia berakibat pada kenaikan jumlah


konsumsi bahan pokok, sehingga peningkatan produksi dan mutu beras harus selalu
diupayakan untuk mengurangi jumlah impor beras. Berdasarkan data dari Ditjen Bea
Cukai angka impor beras pada era pemerintahan Jokowi dikisar mencapai 2,74 juta
ton dengan nilai Rp 15,7 triliun, yaitu sebanyak 503 ribu ton pada akhir 2014, 861
ribu ton pada 2015, 1,2 juta ton pada 2016, dan 94 ribu ton pada Januari-Mei 2017
(Komalasari, 2017). Tingginya angka impor beras di Indonesia disebabkan oleh
rendahnya produktivitas padi, diantaranya karena instabilisasi produksi akibat cuaca,
kesuburan tanah, hama dan hewan pengganggu serta termasuk beberapa penyakit
tanaman.
Wereng merupakan salah satu hama yang sering mengganggu tanaman padi,
hingga mampu menyebabkan kegagagalan panen. Di pulau Jawa, luas serangan tahun
2009 mencapai sekitar 43.000 ha, Pada bulan Januari hingga Juni 2011, serangan
wereng mencapai luasan 105.010 ha yang persebarannya meliputi 26 provinsi di
Indonesia (Fitriningsih 2012). Wereng merusak tanaman padi dengan menghisap
cairan sel tanaman dari pembuluh tapis dan dapat berperan sebagai vektor beberapa
virus, yaitu virus tungro/Rice Tungro Spherical Virus (RTSV), kerdil rumput/Rice
Grassy Stunt Virus (RGSV), dan kerdil hampa/Rice Ragged Stunt Virus (RRSV)
(Simanjuntak, 2012).
Secara morfologis, tanaman padi yang tertular virus tungro menjadi kerdil,
daun oranye, jumlah anakan sedikit, dan kehampaan malai tinggi (Ling, 1975), kerdil
rumput mengalami penghambatan pertumbuhan, daunnya pendek, sempit, warna

96
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

kucing pucat, dan bintik-bintik (Ling, 1972), sedangkan kerdil hampa menunjukkan
daun menjadi tidak rata, sobek, dan pembelitan daun (Dini, dkk., 2015).
Keterangan:
A: Tanaman padi sehat
B: Tanaman padi terserang
virus dari wereng

Gambar 1. Tanaman padi yang terserang virus dari vektor wereng


(Sumber: Dini, dkk., 2015)
Upaya pengendalian virus tanaman padi atau Rice Virus dari vektor wereng
pada tanaman padi di Indonesia selama ini dilakukan melalui menggunakan varietas
yang tahan seperti varietas Ciherang, namun saat ini varietas tersebut dilaporkan
sudah mulai terkena serangan wereng batang coklat biotipe 3 yang cukup berat
(Ratna et al., 2008). Pengendalian virus dengan cara lain melalui kultur teknis, yaitu
membersihkan gulma dan penggunaan insektisida sintetis yang mampu membasmi
serangga lebih kuat, namun dapat berpotensi mencemari lingkungan seperti rusaknya
komposisi tanah dan ekosistem air.
Suatu alternatif baru pengendalian Rice Virus dari vektor wereng adalah
menginduksi dan mengaktifkan ketahanan sistemik yang terdapat pada tanaman
dengan bahan-bahan alam tertentu. Penelitian pendahuluan yang dilakukan
sebelumnya menyatakan bahwa bahan yang dapat menginduksi ketahanan tanaman
terhadap virus adalah ekstrak tumbuhan (Hersanti, 2003) dan kitosan (Vasyukova et
al., 2001).
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memperkenalkan PISEC (Plant
Immune System Enhancer of Chitosan) sebagai obat tanaman pengendali Rice Virus
dari kitosan cangkang bekicot, mengetahui cara isolasi kitosan dan pembuatan
PISEC, mengetahui potensi dan prospek PISEC sebagai obat tanaman pengendali
pengendali Rice Virus, dan mengetahui langkah-langkah strategis pengaplikasian
PISEC sebagai pengendali Rice Virus di masyarakat.

97
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

PISEC merupakan obat tanaman untuk meningkatkan sistem imun tanaman


yang diisolasi dari kitosan cangkang bekicot (Achatina fulica). Keberadaan bekicot
sebagai bahan baku PISEC jumlahnya melimpah, namun sering dianggap sebagai
pengganggu karena memakan berbagai jenis tanaman dan sering dimanfaatkan
sebagai bahan pangan, namun cangkangnya seringkali dibuang begitu saja.
PISEC sebagai pengendali Rice Virus dari kitosan cangkang bekicot memiliki
beberapa mekanisme kerja, antara lain:
1. Meningkatkan respon hipersensitifias tanaman sebagai upaya melindungi diri
dari patogen dengan meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan, seperti hormon
auksin dan hormon giberlin (Uthairatanakij et al., 2007), serta meningkatkan
konduktivitas stomata sehingga respirasi sel tanaman akan meningkat
(Abdelbasset et al., 2010).
2. Respon pertahanan tanaman terhadap sel-sel rusak akan menstimulasi
pengeluaran Ca2+ untuk melakukan biosintesis callose sebagai upaya
deferensiasi sel, meningkatkan pertumbuhan, dan perkembangan, serta respons
stres pada tanaman (Chen dan Kim, 2009). Pemberian kitosan sebagai penyedia
Ca+2 membantu mempercepat biosintesis callose.
3. Virus menginfeksi tanaman dengan cara (bakteriofage) menyerang bakteri yang
bermanfaat untuk tanaman dan merusak sel-sel yang ada pada tanaman. Sel yang
rusak akan menginduksi keluarnya fitoaleksin yang merupakan agen pelawan
patogen pada tanaman. Pemberian kitosan pada tumbuhan akan menjadi inducer
sintesis fitoaleksin dan mengakumulasikanya ke sel-sel tanaman sehingga
fitoaleksin yang berada pada tempat infeksi dapat menginaktivasi dan
menghambat proses propagasi virus, jamur, dan bakteri (Hadwiger et al., 1980).

98
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 2. Mekanisme kerja PISEC yang mengandung kitosan pada tanaman


(Sumber: Dok. Pribadi)
Isolasi kitosan dari cangkang bekicot dimulai dengan penyiapan alat dan
bahan, yaitu cangkang bekicot dicuci dengan air bersih, lalu dikeringkan dibawah
sinar matahari, kemudian cangkang bersih digiling halus dan diayak menggunakan
ayakan 50 mesh. Kemudian dilakukan penyiapan alat untuk melakukan tahapan
isolasi kitosan, seperti berikut (Rahmawati, 2007):

Gambar 3. Proses isolasi kitosan dalam pembuatan PISEC


(Sumber: Dok. Pribadi)

99
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 4. Diagam isolasi kitosan bekicot dalam pembuatan PISEC


Sumber: (Dok. Pribadi)

100
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Hasil kitosan yang diisolasi dari kitin cangkang bekicot dilakukan melalui
pemurnian kitin dengan dua tahap, yaitu deproteinasi yang bertujuan untuk
menghilangkan protein-protein yang terkandung dalam cangkang bekicot dengan
rendemen (95,05 ± 3,09)% dari berat awal serbuk cangkang bekicot dan
demineralisasi untuk menghilangkan mineral-mineral yang ada pada bekicot dengan
rendemen (19,22 ± 1,92) %. Proses selanjutnya adalah pembentukan kitosan melalui
deasetilasi kitin dengan rendemen (52,62 ± 6,97)% (Rahmawati, 2017). Jika dihitung
dari berat bahan awal maka rendemen kitosan yang didapat, yaitu (9,59 ± 0.71)%.
Jadi, apabila isolasi kitosan dari cangkang bekicot mengunakan berat awal 100 gram
akan menghasilkan kitosan sejumlah 8,88gam - 10,3gam. Analisis prospek ekonomi
dan perhitungan bahan yang diperlukan setiap tahap isolasi kitosan dalam pembuatan
PISEC terlampir dalam lampiran 1.
Pengolahan kitosan sebagai PISEC diawali dengan pelarutan serbuk kitosan
menggunakan akuades hingga konsentrasi kitosan 1%. Pembuatan kitosan 1%
sebanyak 100 ml air, dibutuhkan 1 g kitosan yang dihasilkan dalam proses isolasi.
Kitosan 1% memiliki kemampuan yang lebih efektif dalam memperbaiki
pertumbuhan tanaman padi dan menunjukkan kejadian penyakit terendah dibanding
konsentrasi yang lain (Simanjuntak, 2012).
Gagasan mengenai PISEC dari kitosan cangkang bekicot perlu dibuat suatu
perencanaan dan strategi pengaplikasian yang matang agar gagasan tersebut dapat
direalisasikan di masyarakat. Adapun alur dalam aplikasi PISEC sebagai obat
tanaman di masyarakat, sebagai berikut :
1. Tahapan Pelaksanaan Progam
Proses pelaksanaan progam PISEC sebagai obat tanaman yang berasal dari
kitosan cangkang bekicot, terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a. Sosialisasi kepada kelompok tani dan Masyarakat oleh pihak Pemerintah
b. Pelatihan kepada kelompok tani oleh pihak akademisi
c. Pendampingan dan pengawasan pelaksanaan progam

101
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

d. Kerjasama dan Memorandum of Understanding (MoU) dengan berbagai pihak


yang membantu pembuatan PISEC
2. Sistem Kerja
Sistem kerja pada usaha aplikasi PISEC dari cangkang bekicot sebagai obat
tanaman dilakukan oleh petani dan untuk petani. Sistem kerja di awali dengan
para petani yang melakukan registrasi dengan membuat kontak/MoU akan
bantuan yang akan diberikan, lalu petani membantu pengumpulan bahan dasar
PISEC, yaitu bekicot. Kemudian melakukan penyediaan bahan-bahan tambahan
untuk pengolahan cangkang bekicot. Para petani melakukan proses pembuatan
PISEC yang didampingi oleh pihak akademisi dan diawasi oleh pihak pemerintah
terkait untuk menjaga kualitas dan menjaga standar produk PISEC agar tetap
pada spesifikasi yang diinginkan.
Produk PISEC yang dihasilkan akan dijual kepada petani sekitar dan petani
atau pemilik lahan pertanian di tempat lain. Para petani yang berperan langsung
dalam proses produksi akan diberikan subsidi dalam pembelian dan penggunaan
produk PISEC untuk lahan pertanian yang ia kerjakan, yaitu subsidi berupa harga
pembelian PISEC, misal maksimal subsidi yang diberikan sebesar 50% dari
harga asli PISEC yaitu Rp. 15.000 sehingga petani hanya perlu membeli PISEC
dengan harga yang murah, yaitu Rp. 7.500,- per produknya

Gambar 5. Tahapan Pelaksanaan Progam dan Sistem Kerja PISEC


(Sumber: Dok. Pribadi)

102
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Besar subsidi dan bagi hasil yang diberikan kepada para petani dan pihak-
pihak lainya yang membantu bergantung pada kontribusi dan kinerja dalam proses
pembuatan, serta penjualan PISEC. Selanjutnya dalam satu kali produksi, pihak
pemerintah dan akademisi melakukan monitoring dan evaluasi terkait produk PISEC
yang telah dibuat dan digunakan. Monitoring dan evaluasi tersebut terkait tahapan
kelompok petani dalam membuat PISEC dan penggunaan PISEC sebagai obat
tanaman, serta laba yang didapatkan dalam pelaksanaan progam PISEC sebagai obat
tanaman sehingga dengan adanya monitoring dan evaluasi tersebut progam produk
PISEC tersebut dapat berjalan sesuai harapan, mengatasi masalah penyakit pada
tanaman padi, dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Sebuah sistem sering kali gagal terealisasi atau teraplikasi dikarenakan setiap
rencana yang dibuat tidak terlaksana dengan baik dikarenakan kurangnya manajemen
yang melibatkan sejumlah pihak yang berkepentingan dan terkait. Hal ini tentu perlu
dilakukan suatu kemitraaan antar pihak terkait agar tercipta optimalisasi sumber daya
yang ada. Kemitraaan dapat mengefisiensikan sumber daya yang akan digunakan,
adanya partisipasi semua pihak khususnya masyarakat dan kerjasama yang dilakukan
harus saling menguntungkan bagi semua pihak. Semua pihak yang terlibat dalam
manajemen pengaplikasian PISEC sebagai obat tanaman ini memiliki peranan
masing-masing, yaitu sebagai berikut:

103
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 6. Skema Perananan Berbagai Pihak


(Sumber: Dok. Pribadi)

104
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Abdelbasset, El Hadrami., Lorne R. Adam., Ismail El Hadrami., Fouad Daayf. 2010.


Chitosan in Plant Protection. Marine Drugs. 8, pp. 968-987.
Chen X. Y., Kim J. Y. 2009. Callose synthesis in higher plants. Plant Signaling &
Behavior 4:6. Published [Online] as a Plant Signaling & Behavior E-
publication:http://www.landesbioscience.com/journals/psb/article/8359.
Pade 489-492. June 2009
Dini, Amelia F. B., I Wayan Winasa, Sri Hendrastuti Hidayat. 2015. Identifikasi
Virus Penyebab Penyakit Kerdil Pada Tanaman Padi Di
Fitriningtyas, W. 2012. Perkembangan populasi dan pembentukan makroptera tiga
biotipe wereng batang cokelat Nilaparvata lugens Stal. pada sembilan
varietas padi. Skripsi. Faperta IPB. Bogor.
Hadwiger, L.A.; Beckman, J. 1980. Chitosan As A Component Of Pea-Fusarium
Solani Interactions. Plant Physiol , 66, 205–211.
Hersanti. 2003. Pengujian potensi ekstrak 37 spesies tumbuhan sebagai agen
penginduksi ketahanan sistematik tanaman cabai merah terhadap
Cucumber Mosaic Virus. Jurnal Fitopatol Indones 7(2): 54-58.
Komalasari, Tia D. 2017. Impor Beras Masih Tinggi. 10 Juli 2017. 18:52. Diakses
tanggal 14 Oktober 2017. [Online] http://www.pikiran-
rakyat.com/ekonomi/2017/07/10/impor-beras-masih-tinggi-404884.
Ling, K. C. 1972. Rice virus diseases. The IRRI- Los Banos, Laguna, Pl~ilippines.
Ling, K.C. 1975. Experimental Epidemiology of Rice Tungro Disease: effect of virus
source on disease incidence. Philipp. Phytopathol. 11: 46-57.
Rahmawati Eka. 2007. Pemanfaatan Kitosan Hasil Diasetilasi Kitin Cangkang
Bekicot sebagai Absorben Zat Warna Remazol Yellow. [Skripsi]. FMIPA
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ratna ES, Kartohardjono A, Hidayat P. 2008. Asimetri sayap dan adaptasi feral kepik
predator Cyrtorhinus lividipennis Reuter. (Hemiptera: Miridae).
[Abstrak]. Di dalam: Pemberdayaan keanekaragaman serangga untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Buku panduan seminar nasional
Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI); LIPI Cibinong, 18-19 Maret
2008. Darmaga Bogor: PEI. Abstrak –O50.
Simanjuntak, Veronica T. A. 2012. “Pengaruh Kitosan terhadap Penyakit Kerdil
Hampa pada Tanaman Padi”. Skripsi. Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Uthairatanakij A, Silva JAT, Obsuwan K. 2007. Chitosan For Improving Orchid
Production And Quality. J. Orchid Sci and Biotech 1: 1-5.
Vasyukova NI, Zinov‟eva SV, ll‟inskaya LI, Perekhod EA Chalenko GI, Gerasimova
NG, ll‟ina AV, Varmalov VP, Ozeretskovskaya OL. 2001. Modulation of
plant resistance to desease by water-soluble chitosan. App Biochem
Microbiol 37 (1): 103-109

105
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

LAMPIRAN

Analisis Prospek Ekonomi dalam Aplikasi PISEC sebagai Pengendali Rice Virus
Analisis prospek kelayakan aplikasi PISEC ditinjau dari aspek ekonomi sudah
diperhitungkan secara matang dalam anggaran biaya maupun kelayakan investasi
dihitung dalam sekala kecil, yaitu sehari 10 kali produksi dengan berat serbuk
penggilingan cangkang bekicot dengan berat awal serbuk cangkang bekicot 1
kg/produksi. Harga yang diperkirakan untuk 1 wadah produk (berisi 1 liter) PISEC
dengan kandungan kitosan 1% (10 g kitosan) dihargai Rp. 15.000,-. Biaya
pengeluaran dari bahan-bahan variabel yang diperlukan untuk proses pembuatan
PISEC dalam sehari terdapat pada tabel berikut:
Tabel 1. Bahan yang Diperlukan untuk Setiap Tahapan Isolasi Kitosan

Tabel 2. Biaya Investasi Pembuatan PISEC

106
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Tabel 3.Biaya Variabel dalam sehari (10 kali produksi)

Total biaya produksi selama 30 hari (300 kali produksi):


Biaya Investasi (Modal) = Rp. 4.350.000,-
Biaya Produksi (Biaya Variabel) = Rp.643.200,- x 30 hari
= Rp.19.296.000,-
Penerimaan = 10x produksi (± 0,96 kg kitosan/sehari)
= 96 produk (sehari) x Rp. 15.000,-
= 1.440.000,-/sehari x 30 hari
= 43.200.000,-/1 bulan
Laba = Total Penerimaan – Total Biaya Produksi
= Rp. 43.200.000, – Rp. 19.296.000,
= Rp. 23.904.000,-/1 bulan

Kelayakan Aplikasi PISEC dari segi Ekonomi

107
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan aplikasinya dari segi ekonomi.
Perhitungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha ini.
Perhitungan biaya yang sering dilakukan, yaitu, Return of Investment (ROI), dan
Benefit Cost Ratio (R / C), dan Analisis Break Event Point (BEP).
1. Return of investment (ROI)
Besar ROI dapat diproleh dengan rumus berikut ini.

Jadi, berdasarakan analisis data didapatkan nilai ROI sebesar 893,10%


menunjukan usaha PISEC dari bekicot akan membawa keuntungan yang besar
dibandingkan dengan investasi yang dikeluarkan.
2. Return cost ratio(R/C)
Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang
pengukurannya diarahkan pada usaha untuk memperbandingkan, mengukur,serta
menghitung tingkat penerimaan usaha. Dengan R/C ini bisa dilihat kelayakan
suatu usaha. Bila nilainya lebih dari 1 berarti usaha tersebut layak untuk
dilaksanakan. Semakin kecil nilai rasionya, semakin besar kemungkinan suatu
usaha menderita kerugian.
Rumus R / C sebagai berikut:

108
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Jadi, berdasarakan hasil analisis Return cost ratio (R/C) bahwa usaha PISEC
dari cangkang bekicot layak diusahakan dan menguntungkan karena nilai karena
nilai R/C sebesar 2,24 > 1 menunjukkan usaha layak untuk diimplementasikan.
3. Analisis Break Event Point(BEP)
Analisis Break Event Point dilakukan untuk mengetahui jumlah penjualan
minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus
dibuat dan untuk mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak
lebih kecil dari BEP.

Jadi, berdasarkan analisis data BEP usaha PISEC dari cangkang bekicot tidak
mengalami kerugian dan tidak memberikan keuntungan jika jumlah produk yang
dihasilkan sebanyak 1287 produk dalam 1 bulan atau hanya mempunyai harga Rp.
6.700,- per produk.

109
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

TERNAK.ID, APLIKASI ONLINE PENGHUBUNG PETERNAK LOKAL


DENGAN PEMBELI SEBAGAI SOLUSI INOVATIF UNTUK
MEMBERDAYAKAN PETERNAK DAN MENINGKATKAN DAYA SAING
HEWAN TERNAK LOKAL INDONESIA

Lathifah Salmaa
Mahasiswa Program Studi Manajemen, Institut Pertanian Bogor
lathifah.salmaa@yahoo.com

Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduknya yang
bermata pencaharian sebagai petani. Sebagai negara agraris, sektor pertanian
mendominasi perekonomian masyarakat dan menberikan kontribusi yang besar bagi
kesejahteraan masyarakat. Namun, selama ini banyak orang mengira bahwa pertanian
itu hanya soal bercocok tanam padahal bidang pertanian itu sangat luas dan
mencakup pula sektor perkebunan, perikanan, kehutanan, serta peternakan.
Dalam hal ini, pada sektor peternakan di Indonesia, masih terdapat beberapa
permasalahan yang perlu dibenahi dan dicari solusinya berama. Beberapa
permasalahan tersebut seperti minimnya pengetahuan masyarakat mengenai
peternakan di Indonesia, database hewan ternak, permasalahan distribusi hewan
ternak, serta kurangnya daya saing hewan ternak lokal dibandingkan hewan ternak
impor. Mengenai persoalan impor sub sektor peternakan di Indonesia, terdapat
kesenjangan yang cukup besar antara nilai ekspor dan impor sub sektor peternakan
antara tahun 2011-2015.

110
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Sumber : Data Statistik Pertanian 2017 oleh Kementrian Pertanian


Seperti yang tercantum dalam diagram yang berumber dari data statistik
pertanian 2017 oleh Kementrian Pertanian, nilai impor dari tahun 2011 hingga 2015
cenderung berfluktuasi namun nilainya terpaut jauh lebih tinggi dari nilai ekspor sub
sektor peternakan. Bahkan di tahun 2015, nilai impor sub sektor peternakan mencapai
USS 3000 juta sementara nilai ekspor hanya menyentuh angka USS 500 juta.
Kuantitas mpor yang tinggi tersebut menyebabkan daging impor yang
merajalela dan tersebar luas, apalagi harga daging impor yang lebih murah tentu
menyebabkan daya saing ternak lokal berkurag. Oleh karena itu, penulis
mengusulkan ide mengenai pembentukan Ternak.id, yakni sebuah aplikasi online
yang dapat menghubungkan antara peternak lokal dengan pembeli untuk
memberdayakan peternak sekaligus meningkatkan daya saing hewan ternak
Indonesia.

Pembahasan
Di era globalisasi saat ini, masyarakat mulai banyak yang semakin mengenal
dan mengikuti perkembangan teknologi. Banyak teknologi-teknologi baru yang
berkembang saat ini untuk memudahkan kehidupan manusia, namun belum banyak
teknologi yang berkembang di bidang pertanian khususnya di sektor peternakan. Oleh
karena itu penulis mengusulkan pembuatan aplikasi online yang bernama Ternak.id.

111
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Ternak.id merupakan suatu sistem informasi yang terintegrasi antara peternak lokal
dan pembeli secara khusus, sebagai alat bantu untuk membentuk sistem penyaluran
ternak yang terintegrasi secara efektif dan efisien. Berikut ini merupakan prinsip kerja
Ternak.id secara garis besar :

Dalam apliaksi ini, baik peternak maupun pembeli dapat berhubungan secara
langsung. lewat aplikasi Ternak.id. Selain itu, juga tidak terdapat charge ataupun
pembebanan keuntungan dari harga bagi peternak sehingga menguntungkan bagi
peternak maupun pembeli. Pada aplikasi Ternak.id, juga terdapat menu “Info Ternak”
yang berisi mengenai pengetahuan peternakan secara umum, seperti jenis hewan
ternak. bobot badan ternak, kesehatan ternak, nutrisi dan pakan ternak, serta
manajemen kandang yang baik. Informasi mengenai peternakan secara umum
tersebut berguna bagi peternak karena dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi kondisi
hewan ternak yang dimilikinya Selain itu, informasi ini juga berguna bagi masyarakat
secara umum, terutama juga berguna untuk pembeli,. Selain itu, pada aplikasi
Ternak.id terdapat menu mengenai database hewan ternak di suatu daerah. Database
ini diperoleh dari data yang diinput oleh peternak yang membuat akun di Ternak.id.
Oleh karena itu, walaupun database ini belum lengkap namun dapat membantu Dinas
Peternakan di daerah untuk melakukan pendataan terhadap hewan ternak di suatu
daerah.

112
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Sementara itu, beberapa manfaat yang diperoleh dengan menggunakan


aplikasi Ternak.id, yakni berperan dalam mengatasi beberapa permasalahan yang
terjadi di bidang peternakan, antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan umum mengenai peternakan di Indonesia
Dengan adanya menu “Info Ternak” yang berisi mengenai pengetahuan
peternakan secara umum, seperti jenis hewan ternak. bobot badan ternak,
kesehatan ternak, nutrisi dan pakan ternak, serta manajemen kandang yang baik
akan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai peternakan di
Indonesia, baik itu bagi peternak, pembeli, maupun bagi masyarakat secara
umum.
2. Membantu pembuatan database
Database ini diperoleh dari data yang diinput oleh peternak yang membuat
akun di Ternak.id. Oleh karena itu, walaupun database ini belum lengkap namun
dapat membantu Dinas Peternakan di daerah untuk melakukan pendataan
terhadap hewan ternak di suatu daerah.
3. Membantu distribusi hewan ternak
Biasanya, untuk sampai ke lokasi pemotongan atau rumah potong hewan
(RPH) ternak terlebih dahulu harus diangkut dengan mobil dengan jarak
transportasi yang jauhnya bervariasi. Menurut Aberle et al. (2001) pengangkutan
atau transportasi ternak sebelum pemotongan akan menimbulkan cekaman
(stress) bahkan kelelahan sebagai akibat adanya lingkungan yang tidak sesuai
dengan proses fisiologisnya selama perjalanan. Pemotongan yang dilakukan pada
kondisi stress akan mengakibatkan daging yang dihasilkan kurang baik. Selama
pengangkutan ternak berada dalam posisi berdiri dan tidak bebas bergerak
sehingga akan mengalami stress. Kondisi akan menjadi semakin parah oleh
ketiadaan air minum dan atau pakan selama transportasi. Menurut Dewi (2004)
ternak yang resisten terhadap stress mampu mempertahankan temperatur normal
tubuh dan kondisi homeostatik dalam otot-ototnya dengan mengorbankan
cadangan glikogen yang dimiliki. Defisiensi glikogen otot pada ternak dapat

113
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

menyebabkan proses glikolisis yang terbatas dan berlangsung lambat sehingga


daging yang dihasilkan mempunyai pH yang tinggi dengan warna merah gelap,
bertekstur keras dan berair atau lebih dikenal dengan istilah daging DFD (dark,
firm and dry). Selain itu, lokasi peternakan yang jauh sehingga memerlukan
ongkos transportasi (transportation cost) yang lebih banyak. Hal ini tentunya
kurang optimal untuk peternakan.
4. Meningkatkan daya saing hewan ternak lokal dibanding hewan ternak
impor.
Jumlah rantai distribusi yang lebih banyak yang menyebabkan harga daging lokal
sulit untuk diturunkan serta sulit untuk mengikuti daging impor. Hal itu lantaran
rantai distribusi daging impor jauh lebih panjang ketimbang daging impor.
Sementara untuk rantai distribusi daging impor ada sekitar tiga tahapan, mulai
dari impor dan ditempatkan di penggemukan sapi (feedlotter), rumah potong
hewan, sampai ke pasar.. Belum lagi ada kemungkinan pengusaha nakal yang
memainkan harga di tengah rantai distribusi. Hewan ternak yang masuk ke
Indonesia tersebut dijual dengan harga yang lebih murah daripada hewan ternak
lokal. sehingga membuat daya saing hewan ternak lokal menjadi lebih rendah
dibanding daya saing hewan ternak impor.

Simpulan
Sektor peternakan termasuk dalam bidang pertanian secara luas, Pada sektor
peternakan di Indonesia, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu dibenahi
dan dicari solusinya bersama. Oleh karena itu, Ternak.id hadir sebagai solusi inovatif
bagi beberapa permasalahan dalam sektor peternakan. Ternak.id merupakan aplikasi
online yang menghubungkan peternak lokal dengan pembeli serta berperan dalam
meningkatkan pengetahuan umum mengenai peternakan di Indonesia, membantu
pembuatan database hewan ternak, membantu distribusi hewan ternak dan
membentuk sistem penyaluran ternak yang terintegrasi secara efektif dan efisien,

114
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

meningkatkan daya saing hewan ternak lokal dibanding hewan ternak impor sehingga
dapat memberdayakan peternak lokal di Indonesia.

115
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2016. Statistik Pertanian 2016.


http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/download/file/281-statistik-
pertanian-2016 [Diakses pada 4 Oktober 2017 pukul 12.58]
Hafid, Harapin dan Rahim Aka. 2008. Pengaruh Jarak Transportasi Sebelum
Pemotongan Terhadap Karakteristik Karkas Sapi Bali.
http://faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2008/AGP1803008.pdf [Diakses
pada 4 Oktober 2017 pukul 10.58]
Sugianto, Danang. 2016. Mendag Ungkap Penyebab Daging Lokal Lebih Mahal
KetimbangImpor.https://economy.okezone.com/read/2016/08/07/320/145
7356/mend ag-ungkap-penyebab-daging-lokal-lebih-mahal-ketimbang-
impor [Diakses pada 4 Oktober 2017 pukul 09.17]

116
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

FRISHER (FRIENDLY THRESHER) : INOVASI MESIN THRESHER


MULTIFUNGSI MEMANFAATKAN ENERGI TERBARUKAN (SOLAR
CELL)

Wirma Sisri
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro, Universitas Negeri Padang
wirmasisri@gmail.com

Abstrak

Dewasa ini kebutuhan akan beras semakin meningkat, sedangkan panen yang
dihasilkan kurang optimal karena sering terjadinya susut hasil. Menurut Handaka
(2007), titik kritis terjadinya susut hasil pada pemanenan padi, terutama pada
pemotongan padi, pengumpulan potongan padi, dan proses perontokan. Sejatinya
pertanian merupakan salah satu tonggak penopang ekonomi Indonesia. Teknologi
yang telah berkembang sebelumnya dinilai belum efektif dan efisien, baik dari segi
pengatasan susut hasil, kegunaan dan keramahan terhadap lingkungan. FRISHER
adalah jawaban yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini. FRISHER dikonstruksi
hingga menjadi satu kesatuan utuh (perontok, pembersih dan pengering) dengan
ukuran yang relatif kecil dan relatif ringan dan sesuai dengan kondisi persawahan
yang aksesnya susah dijangkau. FRISHER merupakan teknologi yang ramah
lingkungan karena menggunakan energi terbarukan yaitu sel surya sebagai sumber
energi. FRISHER dapat menghasilkan rontokan padi 4 kg dalam 1 menit putaran 1500
rpm. Tenaga penggerak FRISHER menggunakan motor DC 24 V/4 A,torsi 25 kg/f.cm
dengan putaran 1500 rpm. Sistem transmisi menggunakan v-belt dengan poros
penggerak 76,2 mm. Konstruksi rangka terbuat dari besi profil L 40 x 40 x 4 mm dan
casing menggunakan besi plat dengan tebal 1,8 mm dan 1,5 mm. Taksiran harga jual
alat ini bernilai Rp 10.000.000
Kata Kunci :FRISHER, Multi Fungsi, Solar Cell, Susut Hasil

Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok yang belum tergantikan sebagai kebutuhan
primer masyarakat Indonesia. Bertambahnya penduduk maka kebutuhan akan beras
semakin meningkat, sedangkan panen yang dihasilkan kurang optimal karena sering
terjadinya susut hasil. Menurut Handaka (2007), titik kritis terjadinya susut hasil pada
pemanenan padi, terutama pada pemotongan padi, pengumpulan potongan padi, dan
proses perontokan. Menurut BPS (1988, 1996), masalah utama dalam penanganan
panen padi adalah tingginya kehilangan hasil pasca panen serta gabah dan beras yang
dihasilkan bermutu rendah. Hal ini terjadi karena tahapan pemanenan, perontokan,

117
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

dan pengeringan yang kurang baik. Menurut Setyono (2000), jumlah gabah yang
tidak terontok berkisar antara 6,4 - 8,9 % dari jumlah panen.
Program pemerintah juga mengusahakan Indonesia menjadi negara
suasembada beras sehingga Indonesia tidak mengimpor beras dari negara lain. Pada
tahun 1986, Presiden RI mengeluarkan Keputusan Presiden No. 47/1986 tentang
Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian. Hal ini menunjukkan besamya
perhatian pemerintah terhadap upaya penyelamatan hasil panen. Namun belum
tercapai hingga saat ini. Sektor pertanian merupakan salah satu penyangga
perekonomian, karena sektor ini mampu memberikan kontribusi yang besar bagi
perkembangan ekonomi kerakyatan di Indonesia (Setyanto A 2010). Dewasa ini
bermunculan berbagai teknologi pascapanen padi yang di titik beratkan pada proses
pemanenan, perontokan, dan pengeringan. Namun, belum menemukan titik terang
dalam pemecahan masalah ini. Adapun teknologi yang sudah dikembangkan hanya
mampu mengatasi sebagian dari permasalahan tersebut. Menurut Setyono (2006),
ditinjau dari rendahnya susut hasil maka perlu adanya alat atau mesin perontok yang
efektif dan efisien sehingga tidak terjadi penyusutan pada hasil panen serta harus
ramah lingkungan.
Berdasarkan permasalahan yang tengah terjadi dan solusi yang telah
ditawarkan maka “FRISHER (Friendly Thresher) : Inovasi Mesin Thresher
MultifungsiMemanfaatkan Energi Terbarukan (Solar Cell) adalah jawaban yang
tepat untuk mengatasi permasalahan ini. FRISHER dikonstruksi hingga menjadi satu
kesatuan utuh dengan ukuran yang relatif kecil dan relatif ringan sehingga dapat
dipindahkan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi persawahan yang aksesnya
susah dijangkau. FRISHER merupakan teknologi yang ramah lingkungan karena
menggunakan energi terbarukan yaitu sel surya sebagai sumber energi. FRISHER
dirancang dengan penuh pertimbangan sehingga dapat mengatasi kemungkinan susut
panen dan tentunya ramah terhadaap lingkungan. FRISHER dipercaya mampu
menyelesaikan permasalahan yang tengah terjadi tanpa harus takut akan dampak

118
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

negatif yang di timbulkan sehingga dapat memajukan pertumbuhan pertanian di


Indonesia.

Pembahasan
FRISHER (Friendly Thresher) : Inovasi Mesin Thresher Multifungsi
Memanfaatkan Energi Terbarukan (Solar Cell) FRISHER (Friendly Thresher)
merupakan inovasi dari mesin thresheryang dapat melakukan tiga fungsi sekaligus
yaitu merontokan, membersihkan danmengeringkan padi secara otomatis dengan
menggunakan energi terbarukansebagai sumber energi listrik yaitu solar cell.

Keterangan :
1. Solar Cell
Solar Cell berfungsi sebagai penghasil energi listrik yang berasal daricsinar
matahari yang akan dimanfaatkan untuk menggerakan motor dan untukpemanas.
2. Lampu
Lampu indikator untuk menandakan solar cell bekerja atau tidak danbisa juga
untuk penerangan dimalam hari jika alat ini digunakan dimalam hari.
3. Bagian Perontok dan pembersih
Bagian perontokan padi terdiri atas 4 bagian yaitu silinder perontok,blower, spiral
(ulir) dan filter yang mana terhungung langsung dengancerobong pembuangan dan
bagian penampung.

119
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

a. Silinder perontok (memisahkan padi dengan batang dan daun)


b. Filter (menyaring padi dengan jerai jerami kecil sebagai usahamembersihkan
padi)
c. Spiral ulir (untuk mengarahkan jerami ke ceerobong pembuangan dan padike
penampungan.
d. Blower ( memisahkan padi dengan jerami kecil sekalipun dan mendorongpadi
kebagian penampungan dan sampah ke cerobong pembuangan )
4. Bagian Pengumpul Hasil Rontokan
Bagian pengumpul berbentuk tabung mereng dengan sebuah diujungbawahnya
untuk mengatur pengeluaran padi ke bagian pengering, katup akanmembuka
menutup selama 5 menit sekali (lama terbuka 30 detik). Kapasitasbagian ini adalah
20 kg gabah.
5. Tempat pengeringan padi
Tempat pengeringan padi berbentuk sebuah tabung miring yang terdiriatas bagian
statis dan bagian berputar, bagian statis terhubung dengan katuppenampungan.
Bagian berputar dilengkapi dengan heater yang suhunya di aturoleh kontroler yaitu
40 derajat celcius dengan kapasitas 20 Kg gabah. Katuppada pemanas juga akan
membuka dan menutup selama 5 menit sekali (lamaterbuka 30 detik)
6. Roda
Roda untuk mempermudah dalam menggerakan alat, terdapat duapilihan roda
yang dapat dibongkar pasang yaitu roda untuk ruangan (rodakecil), roda untuk
areal persawahan (roda besar yang biasa digunakan mesinthresher lainnya).
7. Bateray
Bateray berfungsi untuk penyimpanan energi listrik yang dihasilkanoleh solar cell.
Bateray yang digunakan adalah battery 65 Ah 12 V.
8. Controler
Controler sebagai pusat kontrol keseluruhan baik untuk mengontrolpanas dari
bagian pengering, mengontrol kecepatan putar motor dan bagianberputar
pengering. Kontroler dilengkapi dengan monitor yang akanmenampilkan

120
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

kecepatan motor dan suhu pada bagian pengering berdasarkansesnsor panas pada
bagian pengering tersebut.
9. Motor
Motor digunakan untuk memutar silinder perontok, bliwer dan bagianberputar
pemanas. Motor yang digunakan adalah motor DC 24 V/4 A,torsi 25kg/f.cm.
10. Cerobong Pembuangan Sampah
Cerobong pembuangan sampah terdapat pada bagian belakang alat yangmana akan
membuang Jerami batang, daun , potongan kecil linnya selain padi.

Keunggulan FRISHER (Friendly Thresher)

121
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Simpulan
FRISHER (Friendly Thresher) : Inovasi Mesin Thresher Multifungsi
Memanfaatkan Energi Terbarukan (Solar Cell) merupakan inovasi dari
mesinthresher yang dapat melakukan tiga fungsi sekaligus yaitu merontokan,
membersihkandan mengeringkan padi secara otomatis dengan menggunakan energi
terbarukan sebagaisumber energi listrik yaitu solar cell. FRISHER memiliki
keunggulan diantaranya yaituramah lingkungan, mengatasi susut hasil, hemat waktu,
hemat tenaga, portabel, tidakmenimbulkan kebisingan dan portabel (dapat
dipindahkan kemana mana denganmudah) sehingga FRISHER merupakan jawaban
yang tepat untuk mengatasipermasalahn susut hasil, pemborosan energi fosil dan
perkembangan pertanian yangstatis. Berdasarkan keunggulannya maka FRISHER
dapat memberikan sunmbangsihyang besar terhadap pembangunan perekonomian
Indonesia.

122
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Handaka. 2007. Sistem Kontrak Kerja dan Pilihan Mekanisasi Pasca Panen
Padi,Seminar dan Diskusi Pasca Panen Padi, BBP. Mekanisasi Pertanian,
Serpong, 31 Oktober 2007
Syahwil, Muhammad.2013. Panduan Mudah Simulasi dan Praktik Mikrokontroller
Arduino. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Rahul Malhotra. 2011. "Dc Motor Control Using Fuzzy Logic Controller". (IJAEST)
International Journal Of Advanced Engineering Sciences And
Technologies Vol No.8, Issue No.2, 291 – 296
Resmana. 1999."Implementasi Fuzzy Logic Pada Microcontoller Untuk Kendali
Putaran Motor DC",Proceedings, Industrial Electronic Seminar
1999(IES'99), Graha Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,
October27-28,1999
Sigit Nugraha, "Metode Menekan Kehilangan Hasil Padi". Balai Besar Litbang
Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar 12 Kampus Cimanggu, Bogar
Sritomo W.Soebroto. "Modifikasi Rancangan Mesin Perontok Padi Dengan
Pendekatan Ergonomi-Antropometri". Laboratorium argonomi &
Perancangan Sistem Kerja Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi
SepuluhNopember Kampus ITS -Sukolilo, Surabaya 60111 PhIFax:
(031)- 5939361,5939362;

123
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

GERAKAN SUKET PANGAN (SUKSES KETAHANAN PANGAN ) :


PROGRAM PEMBINAAN MASYARAKAT DESA TENTANG
OPTIMALISASI SYSTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DALAM
PENGKOMBINASIAN TANAMAN-PETERNAKAN-PERIKANAN
BERBASIS LEISA (LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE
AGRICULTURE) UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN
NASIONAL

Istaqim Lailal Maghfiroh


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
istaqlaila@gmail.com

Soal Pangan Adalah soal Hidup matinya Bangsa (Bung Karno)

Latar Belakang
Pangan merupakan bahan apa pun yang bagi suatu individu memberi energy
dan zat gizi , sumber pangan diantaranya berasal dari hasil pertanian , peternakan
maupun perikanan. Bidang tersebut memiliki kontribusi yang penting bagi kebutuhan
pangan manusia, namun kerawanan Pangan masih menjadi ancaman bagi masyarakat
Indonesia. Masalah gizi yang paling pokok ditemui di Indonesia antara lain konsumsi
kalori yang rendah, konsumsi protein yang rendah ( terutama protein hewani), dan
kekurangan vitamin A. Masalah-masalah tersebut harus diatasi dengan produksi
tanaman maupun peternakan. Kerawanan pangan ini erat kaitan-nya dengan
ketahanan pangan keluarga. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Kementerian
Pertanian mencatat 100 kabupaten dari 349 kabupaten di Indonesia berpotensi rawan
pangan.Daerah-daerah tersebut memiliki kebutuhan pangan tinggi, tapi memiliki
masalah terkait dukungan penanaman tanaman pangan dan rendahnya aksesibilitas
masyarakat terhadap pangan . Di Provinsi Yogyakarta sendiri kondisi ketahanan
pangan saat ini memang tergolong aman , dengan rata-rata tingkat konsumsi beras per
kapita sebesar 94 kg per orang per tahun, ketersediaan beras eksisting di DIY
diperkirakan cukup sampai dengan 5 bulan ke depan. Namun demikian, tingkat
pertumbuhan penduduk DIY setiap tahun jauh melampaui pertumbuhan produksi
padi dan beras. Inilah yang menimbulkan masalah dengan tingkat pertumbuhan yang

124
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

tidak berimbang itu jelas akan berdampak pada kondisi produksi pangan di provinsi
Yogyakarta itu sendiri, belum lagi dewasa ini produksivitas pertanian didominasi
oleh penggunaan input luar secara berlebihan seperti pemakaian pupuk an organik
pada tanaman yang tidak mendukung aspek ekologi dan memungkinkan terjadinya
penurunan sumber daya alam. Untuk itu salah satu alternatif yang akan dipaparkan
oleh penulis adalah “Gerakan Suket Pangan (Sukses ketahanan Pangan ) : Program
Pembinaan Masyarakat Desa tentang Optimalisasi system pertanian berkelanjutan
dalam pengkombinasian Tanaman-Peternakan-Perikanan berbasis LEISA (Low
External Input Sustainable agriculture) Upaya mewujudkan ketahanan pangan
Nasional.

Pembahasan
Kerawanan pangan erat kaitannya dengan ketahanan pangan
keluarga.Menurut Saliem et al. (2001), kerawanan pangan adalah kondisi tidak
tercapainya ketahanan pangan di tingkat wilayah maupun rumah tangga/individu.
Dalam skala keluarga , ketahanan pangan salah satunya dilakukan dengan
mengoptimalkan pekarangan yang dimiliki, namun hal ini bukan perkara yang mudah
untuk dilakukan oleh masyarakat pada umumnya, sumber daya manusia yang ada
serta terbatasnya informasi menghambat tercapainya pengoptimalan system tersebut
serta akibatnya pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan
pekarangan belum sesuai seperti apa yang diharapkan. Padahal dengan pemanfaatan
lahan pekarangan untuk tanaman pangan,, ternak, ikan dan lainnya berpotensi dapat
memenuhi kebutuhan keluarga . Disamping itu, pemanfaatan pekarangan juga
berpeluang menambah penghasilan rumah tangga apabila dirancang dengan baik.
Berdasarkan analisis di atas terdapat beberapa potensi lahan pekarangan dan
permasalahanya , untuk itu perlu sosialisasi dan pembinaan bagaimana lebih
mengoptimalkan lahan pekarangan menjadi system pertanian yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan , masyarakat atau rumah tangga petani bisa merasakan langsung
manfaatnya, maka kami menggagas adanya suatu program pembinaan Masyarakat

125
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

desa sebagai usaha untuk membuat Masyarakat mengetahui dan mendapat informasi
terkait dengan system tersebut dan mengoptimalkan ketahanan pangan keluarga
khususnya, dan dapat mendukung ketahanan pangan nasional sesuai dengan apa yang
dicita-citakan.
Usaha pertanian pada saat ini banyak menggunakan input bahan sintetis
seperti pastisida dan pupuk an organic lainya. Salah satu alternatif usaha pertanian
yang ramah lingkungan adalah Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA).
LEISA merupakan suatu acuan pertanian untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lokal dengan kombinasi komponen usaha tani yang sinergistik serta
pemanfaatan input luar sebagai pelengkap untuk meningkatkan efektivitas
sumberdaya dan meminimalkan kerusakan lingkungan (Asandhi dll., 2005). Melalui
pendekatan LEISA (low external input sustainable agriculture) dapat dilakukan
optimasi produksi tanaman dan ternak , dengan inovasi teknologi yang tepat limbah
tanaman dapat diubah menjadi bahan pakan sumber serat bagi ternak sapi
(Pamungkas dan Hartati, 2004; Priyanti dan Djajanegara, 2004). Hal ini terkait
dengan HEIA (Height External Input Agriculture) yang sangat bergantung tinggi
pada input bahan kimia buatan , contoh kecilnya dewasa ini banyak menggunakan
pupuk an organic atau pestisida yang secara praktis dapat dibeli di kios-kios serta
sumber daya alam yang tak dapat diperbarui lainya ,yang hal tersebut akan
berdampak negative terhadap kondisi ekologi serta penurunan sumber daya alam
pada khususnya, untuk itu diharapkan menggunakan alternatif sumber daya lokal
yang ramah lingkungan , system LEISA Ini tidak hanya memiliki fungsi produktif
yang dapat menunjang ketahanan pangan namun juga mendukung keberlanjutan
pertanian karena dalam system ini prinsip ekologi yang menjadi dasar dalam sistem
LEISA yaitu mengamankan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
dengan cara pengelolaan bahan organik, pengoptimuman kesediaan hara,
penyeimbangan arus hara, meminimumkan kehilangan hara dan mengeksploitasi
penggunaan sumber daya genetik secara komplementer dan sinergis (Cao dan Min
1995). Konsep LEISA perlu dikembangkan untuk menjadikan lahan potensial dengan

126
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

penggabungan antara perternakan, perikanan dan pertanian. Produksi ini perlu


dikarakterisasi secara seksama dalam upaya optimasi pertumbuhan tanaman yang
layak sebagai suatu bentuk kegiatan usahatani LEISA yang menguntungkan.
Selanjutnya diungkapkan bahwa prinsip-prinsip ekologi dasar LEISA adalah :
1. menjamin kondisi lahan yang mendukung pertumbuhan tanaman khusus dalam
pengelolaan bahan organik dan pemanfaatan peran mikroorganisme tanah,
2. mengoptimalkan ketersediaan, keseimbangan, dan daur ulang unsur hara, serta
minimalisasi input luar sebagai pelengkap,
3. mengelola arus radiasi sinar matahari, air, dan udara terkait dengan pengelolaan
iklim mikro, air, dan erosi,
4. meminimalkan kerugian karena hama dan penyakit tanaman melalui sistem
proteksi yang aman, dan
5. memanfaatkan keterpaduan dan sinergi sumberdaya genetik yang mencakup
pengembangan sistem pertanian terpadu dengan keanekaragaman fungsional
tinggi sehingga mencapai interaksi tanaman yang sinergistik
Uraian diatas menegaskan bahwa LEISA (low external input sustainable
agriculture) lebih mengedepankan input luar secara minimalis dan lebih kepada
memanfaatkan sumberdaya yang dapat diperbarui seperti bahan-bahan organic yang
ada, seperti contoh implementasinya dari system ini adalah pekarangan yang dimiliki
masyarakat di optimalkan dengan di tanami sayur yang ada dengan bibit unggul yang
disitu terdapat pula ternak unggas baik ayam maupun itik serta kolam ikan kecil yang
dapat menampung dan memelihara ikan , dimana sistem ini berusaha
mengoptimalkan hasil panen dengan meminimalkan energi yang terbuang dengan
memanfaatkan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dan meminimalkan residu
serta meminimalkan input luar seperti bahan kimia yang ada. System LEISA ini
berusaha mengoptimalkan sumber-sumber lokal yang tersedia baik itu hewan,
tanaman, iklim maupun manusia itu sendiri. Sebagai contoh sederhana adalah apabila
dalam suatu kawasan ditanam sayuran (Bayam dan casein) , maka ketika sayuran
tersebut panen, hasil sisa tanaman merupakan limbah yang harus dibuang oleh petani.

127
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Tidak demikian halnya apabila di kawasan tersebut tersedia kolam ikan, limbah
tersebut dapat digunakan karena akan menjadi makanan bagi ikan dalam kolam
tersebut maupun hewan ternak yang ada . Hubungan saling menguntungkan akan
terjadi ketika ternak mengeluarkan kotoran yang digunakan untuk pupuk bagi
tanaman maupun pakan ikan di kawasan tersebut. Apabila pertanian dikembangkan
secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman, atau kotoran dari ternak merupakan limbah
yang dapat menimbulkan masalah dan penanganannya memerlukan biaya tinggi
sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Hubungan-hubungan
inilah yang menjadi dasar sistem pertanian LEISA. Alasan tersebut yang menjadikan
LEISA sebagai salah satu solusi untuk pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Lalu bagaimana konsep yang akan diterapkan dalam Gerakan Suket Pangan
(Sukses Ketahanan Pangan), kelompok sasaran dari kegiatan ini adalah kelompok
tani, kelompok pemuda, dan Masyarakat biasa yang memungkinkan ingin belajar
tentang pertanian dan meng optimalkan pekarangan yang dimiliki agar lebih
produktif . Kelompok pemuda diharapkan sebagai sarana “transfer of knowledge”
agar teknologi itu dimanfaatkan lebih lanjut di masa yang akan datang. kegiatan ini
akan mengenalkan diantaranya pengetahuan seputar pertanian khususnya LEISA
(low-external-input and sustainable agriculture) dapat menunjang ketahanan pangan
keluarganya , konsep ini juga membutuhkan Tenaga Ahli dalam bidang pertanian
atau dapat juga mahasiswa jurusan Pertanian yang memang di anggap memiliki
pengetahuan lebih terkait dengan dunia pertanian yang dapat menjadi agent of change
di masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dalam program SUKET PANGAN di
antaranya :
1. Sekolah AgriLEISA yaitu meliputi kegiatan awal sosialisasi program kepada
masyarakat terkait kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka pengoptimalan
pekarangan yang dimiliki serta merancang kegiatan yang akan dilakukan secara
teknis maupun administratif . Kegiatan yang dilakukan bisa meliputi, pembuatan
media tanam, pelatihan perbenihan tanaman, dan pengelolaan kebun Bibit Desa
yang berfungsi sebagai penyedia bibit tanaman bagi masyarakat sekitar, sehingga

128
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

sirkulasi tanaman di lahan pekarangan tetap terjaga ketika tanaman sudah


waktunya diganti dengan yang baru yang juga diharapkan menjadi pembelajaran
anggota masyarakat dalam berwirausaha.Lahan pekarangan dapat memberikan
manfaat yang sangat besar dalam menunjang kebutuhan gizi keluarga jika benar-
benar dimanfaatkan secara optimal dan terencana.
2. Pendampingan kegiatan kelompok tani, yaitu tenaga ahli dalam bidang pertanian
ikut terjun mendampingi masyarakat saat sedang melakukakan system pertanian
tersebut sebagai pengontrol sekaligus sebagai fasilitator terutama saat pertama
kali masyarakat mempraktikan langsung system tersebut .
3. Studi banding ke lokasi percontohan pemanfaatan pekarangan, hal ini merupakan
pembelajaran eksternal yang dilakukan oleh masyarakat ke desa atau lembaga
lain yang memang sudah lebih dahulu berhasil dalam mengimplementasikan
teknik tersebut agar dapat menunjang keberhasilan usaha tani masyarakat itu
sendiri yang sedang dilakukan.
Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu membekali masyarakat untuk
mengimplementasikan system LEISA sebagai upaya meningkatkan ketahan pangan
keluarga pada khususnya dan mendukung ketahanan pangan nasional .

Kesimpulan
Demikianlah gambaran Konsep sederhana dari Program Suket Pangan
(Sukses Ketahanan pangan). Dewasa ini masyarakat dunia mulai memperhatikan
persoalan lingkungan dan ketahanan pangan dengan melakukan suatu upaya untuk
menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya tanah,
udara dan air karena bahan sintetik kimia , namun yang diharapkan ialah nuansa
ekologis , yang ramah lingkungan, ekonomis , seperti apa yang telah diharapkan dan
dapat terwujudnya better environment, better farming , and better living , begitulah
istilah popular dalam bidang pertanian yang tidak asing di dengar dengan harapan
dapat diwujudkan secara nyata . “SUKET PANGAN (sukses ketahanan pangan )
Program Pembinaan Masyarakat Desa tentang Optimalisasi system pertanian

129
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

berkelanjutan dalam pengkombinasian tanaman-peternakan-perikanan berbasis


LEISA (Low External Input Sustainable agriculture) Upaya mewujudkan ketahanan
pangan Nasional” Merupakan salah satu solusi bagi permasalahan bangsa di bidang
pertanian khususnya ketahan pangan agar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah
memperolah informasi sehingga dapat mengoptimallkan sumber daya alam yang ada
dan dapat mengurangi penggunaan Input luar . Dengan adanya program ini semoga
dapat ikut membantu mewujudkan ketahanan pangan dan keberlanjutan Pertanian di
Indonesia.

130
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Harjadi,Sri Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama


http://kabar24.bisnis.com/read/20141122/78/274819/yogyakarta-berpotensi-alami-
krisis-pangan (Di akses 1 Oktober 2017 pukul 21.09 WIB )
Mustikarini, dkk. Penerapan Paket Teknologi LEISA (Low External Input And
Sustainable Agriculture) Pada Lahan Pasca Penambangan Timah di
Kecamatan Mendo Barat , Bangka. jurnal Pertanian dan Lingkungan
ISSN 1978-1644 22 April 2010, Vol. 3 No. 1, hal 1-41
Nuraini, A., Yuwariah, Y. dan Rochayat, Y. Pengembangan Produksi Pertanian
Lahan Kering dengan system Low External Input Sustainable Agriculture
(LEISA) di Desa Cigadog , dan Mandalagiri , Leuwisari , Tasikmalaya.
Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. Vol. 4, No. 2, Nopember 2015:
113 - 118
Oelviani,Renie dan Budi Utomo . Sistem pertanian terpadu di lahan pekarangan
mendukung ketahanan pangan keluarga berkelanjutan: Studi kasus di
Desa Plukaran, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 5, Agustus
2015

131
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

ZAKAF: INTEGRASI ZAKAT DAN WAKAF


DALAM MEMBANGUN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

Bobby Perdana Putra


Mahasiswa Program Studi International Program of Accounting,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
thebobbyperdana@gmail.com

Latar Belakang
Krisis pangan di Indonesia melunturkan gelarnya sebagai negara agraris.
Bahan-bahan pokok yang tidak terpenuhi memaksa pemerintah untuk mengambil
jalan pintas dengan mengimpor dari negara lain. Minimnya modal yang dimiliki
membuat para petani kesusahan dalam berinovasi serta meluaskan lahan pertanian,
sehingga hasil produksi mereka tidak maksimal dalam memenuhi permintaan pasar
yang kian meningkat.
Selain itu, desakan kebutuhan lahan untuk pembangunan pertanian begitu
kuat, sementara luas lahan tidak bertambah alias terbatas. Selama ini lahan pertanian
mempunyai nilai lahan yang rendah dibanding peruntukan lahan lain (non pertanian),
akibatnya lahan pertanian secara terus menerus mengalami konversi lahan ke
peruntukan nonpertanian. Padahal lahan pertanian (sawah) selain mempunyai nilai
ekonomi sebagai penyangga kebutuhan pangan, juga berfungsi ekologi seperti
mengatur tata air, penyerapan karbon di udara dan sebagainya.
Manfaat dari adanya lahan pertanian tersebut seharusnya dapat dipertahankan,
tidak untuk diabaikan. Perlu diingat bahwa sektor pertanian memegang peran
strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui
kontribusi yang nyata melalui pengadaan modal, penyediaan bahan pangan, bahan
baku industri, pakan dan bio energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara
dan sumber pendapatan serta pelestarian lingkungan melalui praktik usaha tani yang
berkelanjutan. Pada akhirnya, krisis pangan dalam negeri perlahan mulai teratasi.
Berdasarkan uraian di atas, kebutuhan untuk pemodalan usaha dan pengadaan
lahan untuk membangun sektor pertanian sangatlah penting. Dengan memanfaatkan

132
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

dana zakat, wakaf dan bantuan pemerintah dianggap cukup untuk memberikan modal
kepada petani. Berdasarkan data penerimaan dana zakat oleh Badan Amil Zakat
(BAZNAS) pada tahun 2013-2015, menunjukkan bahwa tingkat penerimaan dana
zakat yang diterima oleh Badan Amil zakat selalu meningkat dan jumlah zakat pada
tahun 2015 mencapai Rp 3.650.369.012.964. Jumlah itu masih belum ditambahkan
wakaf tunai dan bantuan dari pemerintah. Selain itu, jumlah tanah wakaf di Indonesia
yang dinilai tidak produktif dapat digunakan sebagai solusi untuk keterbatasan lahan
pertanian dalam upaya meningkatkan hasil produksi pertanian.

Pembahasan
Potensi Integrasi Zakat dan Wakaf dalam Membangun Sektor Pertanian
Zakat dan wakaf merupakan instrumen kebijakan ekonomi Islam yang
digunakan untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat
di tengah euforia orang-orang berdasi. Tujuan akhir dari instrumen ini adalah untuk
mempersempit kesenjangan antara orang kaya dan miskin. Instrumen zakat dan wakaf
di Indonesia memiliki potensi yang baik jika dana atau aset yang dikelola secara
produktif sehingga tujuan akhir dari instrument ini dapat tercapai.
Berdasarkan laporan keuangan dari dana zakat di 2013-2015 yang dirilis oleh
Badan Nasional Zakat (BAZNAS) atau Badan Zakat Nasional, bisa terlihat bahwa
penerimaan dana amal pada tahun 2013 dan 2015 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dalam setiap tahun. Pada akhir 2015 total pendapatan menjadi Rp
3.650.369.012.964. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan dana zakat setiap tahun
terus meningkat dan memiliki potensi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
membutuhkan dana.
Tidak hanya zakat, wakaf juga memiliki potensi yang cukup besar. Wakaf
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Tanah Wakaf.
Menurut statistik dari Bina Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia (2017), luas tanah wakaf di Indonesia mencapai 47,716.21 Ha dan

133
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

tersebar di seluruh Indonesia. Pemanfaatan atau peruntukan tanah wakaf di


Indonesia adalah yang terbanyak untuk kebutuhan tempat ibadah (masjid dan
mushalla) dengan luas total 35.085.729 ha, atau 73,53% dari total luas lahan
wakaf di Indonesia. Kedua, untuk infrastruktur pendidikan (sekolah dan
pesantren) dengan total 6.427.373 Ha, atau 13,47% dari total luas lahan wakaf di
Indonesia. Ketiga, untuk keperluan sosial, dengan luas total 3.974.760 Ha, atau
8,33% dari total luas lahan wakaf di Indonesia. Keempat, untuk tanah
pemakaman dengan total luas 2.223.575 ha, atau 4,66% dari total luas lahan
wakaf di Indonesia.
Dari potret pemanfaatan tanah wakaf di atas, terlihat bahwa pemanfaatan
untuk kebutuhan infrastruktur agama, dalam hal ini masjid dan mushalla, masih
sangat dominan. Sebaliknya, pemanfaatan untuk tujuan sosial masih cukup
rendah. Dengan penggunaan tanah wakaf yang belum berorientasi ke bisnis dan
keproduktifitasan, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang ajaran dan
teologi dari wakaf di Indonesia masih didominasi oleh pemahaman lama, di
mana wakaf selalu untuk tempat ibadah dan jika ada kecenderungan lain,
maksimal hanya untuk infrastruktur pendidikan yang notabene tergolong asset
diam, tidak produktif, dan memerlukan biaya operasional secara berkala
(Triyanta dan Mukmin, 2014).
2. Wakaf Tunai.
Selama ini, kita hanya mengetahui wakaf hanyalah beruwujud tanah. Padahal,
sejak zaman Rasulullah, wakaf tunai sudah ada dan telah berkembang seiring
zaman. Penerimaan wakaf tunai memiliki potensi yang baik jika dibandingkan
dengan dana amal dikarenakan tidak ada nominal standar dan pemberi bebas dari
kalangan manapun. Dengan demikian, wakaf tunai yang dikumpulkan yang dapat
digunakan untuk pembangunan sector pertanian.

134
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Mekanisme Integrasi Zakat dan Wakaf dalam Membangun Sektor Pertanian


Menanggapi potensi besar zakat dan wakaf di Indonesia, perlu untuk memiliki
sinergi antara badan zakat dan badan wakaf serta peran aktif pemerintah dalam
mengembangkan sektor pertanian. Pada awalnya pemerintah membentuk sebuah
badan baru untuk mengelola dana wakaf tunai dan tanah wakaf dari Badan Wakaf
Indonesia (BWI) serta dana zakat dari Badan Amil Zakat (BAZ).

Gambar 1. Mekanisme Integrasi Zakat dan Wakaf dalam Membangun Sektor


Pertanian
Dapat dilihat pada Gambar 1, Badan Wakaf Indonesia (BWI) (1)
menyediakan tanah wakaf yang dianggap tidak produktif untuk dikonversi menjadi
lahan pertanian produktif. Kemudian, (2) penerimaan dana atau modal awal untuk
membangun sektor pertanian yang berasal dari dana zakat, wakaf tunai, dan
pemerintah. Untuk bantuan dana dari pemerintah, maka dana akan langsung
dikonversi menjadi dana wakaf tunai. Kita tahu bahwa dana masih tercampur, untuk
itu badan pengelola perlu (3) memisahkan antara zakat dan wakaf tunai karena yang
harus kita ketahui bersama bahwa penerima dana zakat harus berasal dari 8 golongan
tertentu yang sudah ditetapkan di Al-qur’an Surah At-Taubah ayat 60 yang berarti:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan untuk

135
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”. Pemisahan antara dana
zakat dan wakaf perlu dilakukan di awal untuk memperjelas akuntabilitas dana-dana
tersebut. Ketika zakat dan wakaf dari tiga pihak tersebut diterima oleh badan
pengelola, maka badan pengelola harus melakukan proses penyortiran. Akhirnya,
dana zakat dan wakaf tunai siap (4) dimanfaatkan untuk membangun sektor pertanian
melalui pendanaan pada tanah wakaf tidak produktif yang dikonversi menjadi lahan
pertanian.
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami perhitungan persentase
pemisahan modal awal. Asumsikan modal awal dari penerimaan zakat sebesar Rp
15.000.000, wakaf dari Rp 35.000.000, dan pemerintah sebesar Rp 80.000.000 maka
total modal awal adalah Rp 130.000.000. Melihat komponen modal awal terdapat
bantuan dana dari pemerintah maka dana tersebut akan dikonversi sebagai wakaf
tunai sehingga diperoleh modal awal sebesar Rp 15.000.000 untuk zakat dan Rp
115.000.000 untuk wakaf tunai. Ketika dana telah diterima oleh badan pengelola,
maka proses penyotiran harus segera dilakukan. Perhitungan sederhana seperti
berikut:
15/130 x 100% = 11,5% (komponen dari zakat, ketika terjadi pemisahan persentase
dana zakat untuk 100% untuk dana zakat itu sendiri).
115/130 x 100% = 88,5% (komponen dari dana wakaf tunai, ketika terjadi pemisahan
persentase dana wakaf tunai untuk 100% untuk dana wakaf tunai sendiri).
Dengan demikian, dari perhitungan ini bisa diperoleh persentase modal awal
yang terdiri dari zakat dan wakaf. Selanjutnya, untuk melakukan pemodalan lahan
pertanian, badan pengelola dapat langsung memberikan sebagian dana untuk petani
(pemilik tanah) tanpa harus menghitung ulang persentase komponen modal awal yang
berlaku untuk semua lahan pertanian (objek). Perhitungan atau penyotiran komponen
dari modal awal akan dilakukan setiap tahun untuk setiap tahun akan ada
penambahan modal dari zakat dan wakaf masuk periode berikutnya. Dengan modal
yang telah dihimpun, maka modal tersebut dapat membiayai berbagai program dalam

136
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

rangka membangun sector pertanian yang bilamana dijalankan maka semua unsur
akan merasakan manfaatnya, seperti unsur ekonomi, social, teknologi, dan lainnya.
Penerapan integrasi zakat dan wakaf dalam membangun sektor pertanian
merupakan langkah yang tepat untuk membuat masyarakat Indonesia sejahtera.
Dampak dari penerapan integrasi zakat dan wakaf akan dirasakan baik dalam jangka
pendek dan jangka panjang, seperti; memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan
perekonomian desa, mengurangi urbanisasi, mempersempit kesenjangan antara orang
kaya dan miskin, meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri, dan tidak adanya
lagi kasus kelaparan di negeri ini.

Penutup
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan uraian di atas adalah:
1. Integrasi zakat dan wakaf berpotensi membangun sektor pertanian.
2. Integrasi zakat dan wakaf adalah integrasi yang menghubungkan antara zakat dan
wakaf (tanah dan wakaf tunai) dalam menyediakan modal dan lahan untuk
membangun sektor pertanian.
Saran
Saran dari esai ini adalah:
1. Diperlukan sebuah hukum yang jelas dari pemerintah dalam mengatur
mekanisme integrasi zakat dan wakaf.
2. Diperlukan pengkajian lebih lanjut terkait dengan mekanisme integrasi zakat dan
wakaf, khususnya dari segi pengawasan.

137
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Agama RI. 2017. Data Tanah Wakaf. http://siwak.kemenag.go.id/.


Triyanta, Agus, and Zakie Mukmin. 2014. "The Problems of Land Management
Wakaf: The Classical Concept and Limitations of Innovation Utilization
in Indonesia." Law Journal IUS QUIA IUSTUM NO. 4 VOL 21.

138
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

INOVASI TEKNOLOGI PUPUK SAZ-BPF SEBAGAI SOLUSI PRAKTIS


MENINGKATKAN SERAPAN P DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

Irwantha Sihombing
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Universitas Padjadjaran
Irwantha25@gmail.com

Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditas pangan pokok sebagai bentuk
diversifikasi pangan dalam upaya meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan.
Hal tersebut selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) mengenai
Zero Hunger dengan target memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan
dan mengimplementasikan praktik pertanian yang berketahanan yang meningkatkan
produktivitas dan produksi serta membantu mempertahankan ekosistem (Anung,
2015). Kebutuhan jagung terus meningkat terutama untuk pakan ternak dan industri.
Produktivitas jagung di Indonesia rata-rata berkisar antara 3,2-8 ton/ha sedangkan
kebutuhan jagung secara nasional terus meningkat mencapai 50% (Deptan, 2009).
Upaya meningkatkan dan mempertahankan produktivitas tanaman jagung perlu
dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan
mengefisiensikan pemupukan.
Pemupukan merupakan salah satu upaya budidaya yang dilakukan untuk
meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Jagung merupakan tanaman yang
peka (responsif) terhadap pemupukan, dimana tanaman jagung membutuhkan unsur
hara makro esensial seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Fosfor (P)
menjadi unsur hara yang langsung diberikan respon oleh tanaman jagung apabila
kadar P-tersedia dalam tanah kurang dari 87,32 mg/kg (Kasno dkk., 2006). Fosfor (P)
termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun
kandungannya di dalam tanaman lebih rendah dibanding nitrogen (N), kalium (K),
dan kalsium (Ca). Peningkatan jumlah P-tersedia bagi tanaman perlu diupayakan

139
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

sehingga tanaman jagung dapat memanfaatkan unsur hara P sesuai dengan


kebutuhannya.
Aplikasi teknologi pemupukan yang dapat meningkatkan produktivitas
tanaman jagung dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan dapat dilakukan
dengan adanya inovasi pupuk SAZ-BPF. Pupuk SAZ-BPF merupakan inovasi pupuk
yang dilakukan dengan meng-coating pupuk anorganik SP-36 dengan asam organik,
zeolit dan mikroba fungsional tanah seperti bakteri pelarut fosfat (BPF). Cara
mengatasi kekurangefisienan penggunaan pupuk P sebenarnya dapat dilakukan
dengan pemberian bahan organik, pembenah tanah dan mikroba pelarut fosfat, namun
aplikasi semua hal tersebut secara serentak memerlukan waktu, tenaga dan biaya
yang lebih tinggi. Inovasi teknologi pemupukan dengan adanya pupuk SAZ-BPF
diharapkan dapat menjadi solusi praktis dalam mempercepat dan mengefisiensikan
peningkatakan ketahanan dan kedaulatan pangan seperti yang tertuang pada tujuan
Sustainable Development Goals (SDGs).

Pembahasan
1. Dosis Efektif Zeolit dan Asam Humat
Zeolit merupakan mineral silikat berongga yang mempunyai KTK bervariasi
antara 80 sampai 180 meq/100g (Suwardi, 1995). KTK yang tinggi menyebabkan
zeolit mempunyai kemampuan yang tinggi pula untuk menukarkan kation-
kationnya dengan kation lain. Menurut Syamsiah dkk (2009), pemberian zeolit
(dosis 750 kg/ha) dapat meningkatkan efisiensi serapan P dari 5,08% menjadi
8,28%, sehingga efisiensi serapan P meningkat sebesar 62,99% dibanding tanpa
pemberian zeolit pada tanaman padi sawah.
Asam humat berasal dari dekomposisi lignin atau karbohidrat tanaman yang
membusuk. Asam humat biasanya kaya akan karbon, yang berkisar antara 41 -
47%, namun bahan ini juga dapat mengandung nitrogen dan bahan organik (Tan,
1991; Robinson, 1995). Asam humat juga berperan dalam memperbaiki
kesuburan tanah karena dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme tanah,

140
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) hara di dalam tanah serta dapat
mengikat ion Al dan Fe yang merupakan ion penjerap P sehingga P menjadi tidak
tersedia di dalam tanah.
Wijaya (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh asam humat dan
zeolit sebagai carriernya terhadap bobot akar dan produksi jagung pipilan. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 10 L/ha asam humat dengan
pembawa (carrier) zeolit sebanyak 20 kg/L memberikan pengaruh terbaik dengan
meningkatkan produksi jagung 19% lebih unggul dari kontrol. Perlakuan tersebut
dapat digunakan sebagai dosis yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan
untuk coating pupuk SP-36 dalam pembuatan pupuk SAZ-BPF.
2. Spesies Unggul Bakteri Pelarut Fosfat
Bakteri yang sering dilaporkan dapat melarutkan fosfat (P) antara lain adalah
anggota-anggota genus Pseudomonas, Bacillus, Mycobacterium, Micrococcus,
Lavobacterium, Bacterium, Citrobacter, dan Enterobacter (Alexander, 1978;
Buntan, 1992; Premono, 1994; Illmer et al., 1995). Spesies unggul yang
digunakan dalam SAZ-BPF yaitu Pseudomonas sp. karena terbukti dapat
meningkatkan berat kering dan hasil pada tanaman padi gogo (Fitriatin, 2004).
Pemberian inokulum dalam bentuk padat ataupun cair bakteri pelarut fosfat
memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan bobot kering dan serapan P pada
tanaman jagung (Tamad et al., 2013).
Tabel 1. Pengaruh inokulum BPF terhadap serapan P dan komponen pengamatan
jagung saat fase tasseling (8 MST) (Tamad et al., 2013)

141
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Populasi bakteri pelarut fosfat yang digunakan yaitu sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Pertanian nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011, bahwa
kepadatan bakteri harus lebih dari 107 CFU/g sampel dengan dosis 2 L/ha.
3. Formulasi SAZ-BPF
Dasar formulasi yang dibuat merujuk kepada kebutuhan unsur hara tanaman
per satuan lahan atau per ha. Menurut Minardi dkk. (2011), pemberian 100 kg/ha
P2O5 setara dengan 360 kg SP-36/ha mampu meningkatkan P tersedia sebesar
24,67 mg/kg dan bobot kering berangkasan tajuk jagung sebesar 12,65 gram
dibandingkan dengan kontrol yang hanya 2,1 gram.
Tabel 2. Formulasi pupuk SAZ-BPF sesuai kebutuhan tanaman jagung per ha
Komponen Jumlah Presentase (%)
SP-36 360 kg 63 %
Zeolit 200 kg 35 %
Asam Humat 10 L 1,7 %
Bakteri Pelarut Fosfat 2L 0,3 %
Total ±572 kg 100 %
Dengan formulasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan serapan P tanaman
lebih dari 70% dan meningkatkan hasil tanaman lebih dari 20%.
4. Metode Coating Pupuk SP-36 dengan Asam Humat, Zeolit dan BPF

142
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Metode yang dipilih untuk coating pupuk SP-36 dengan Asam Humat, Zeolit
dan BPF yaitu dengan menggunakan granulator. Granulator yang digunakan
yaitu pan granulator

Gambar 1. Pan Granulator (sumber : feeco.com)


Proses coating pupuk perlu memperhatikan bahan material pelapis pupuk.
Pembuatan pupuk SAZ-BPF memanfaatkan bahan mikroba yaitu BPF sebagai
salah satu pelapisnya, sehingga perlu menjadi perhatian. Oleh karena itu, perlu
pertimbangan menentukan metode coating pupuk yang benar agar tidak merusak
dan membunuh bakteri selama proses coating berlangsung. BPF merupakan
salah satu bakteri yang tidak tahan pada suhu diatas 40oC (tidak termofilik)
sehingga kondisi pengadukan dengan granulator dan pengeringan dengan rotary
dryer harus dilakukan pada suhu terkendali yaitu antara 30-40oC. Waktu coating
pupuk pada suhu 105oC dapat berlangsung selama 3 jam, sehingga untuk
melakukan coating pupuk SAZ-BPF pada suhu 30-40oC akan diperlukan waktu
±8-9 jam.

Kesimpulan
Pembuatan pupuk SAZ-BPF memerlukan kombinasi dosis zeolit, asam humat
dan BPF yang tepat agar dapat dijadikan suatu formulasi. Dosis zeolit dan asam
humat yang dapat digunakan untuk coating pupuk SP-36 yaitu asam humat 10 L/ha
dengan carrier (pembawa) zeolit 20 kg/L asam humat atau setara dengan zeolit 200

143
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

kg/ha karena terbukti dalam meningkatkan produksi jagung sekitar 19% dari
perlakuan kontrol. Spesies unggul untuk pupuk SAZ-BPF yang dapat digunakan yaitu
Pseudomonas sp. dengan populasi sesuai rekomendasi Permentan. Formulasi SAZ-
BPF berdasarkan pertimbangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan serapan P
tanaman lebih dari 70% dan meningkatkan hasil tanaman lebih dari 20%. Pemilihan
metode coating pupuk SAZ-BPF memperhatikan bahan material pelapisnya terutama
BPF dikarenakan merupakan bakteri yang tidak tahan pada suhu diatas 40o C
sehingga dipilih metode pengadukan dengan granulator dan pengeringan dengan
rotary dryer dengan suhu terkendali yaitu antara 30 – 40oC yang diestimasi
berlangsung selama ±8-9 jam.

144
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M 1978. Introduction to Soil Microbiology. 2nd ed. Willey Eastern Ltd.
New Delhi.
Badan Pusat Statistik, 2016. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai 2015. Berita Resmi
Statistik, (62), pp.1–11.
Deptan. 2009. Pedoman umum PTT Jagung. Depatemen Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. Jakarta.
Elfiati, D., 2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
e-USU Repository, pp.1–10.
Estiaty, L. M., Suwardi, I. Maruya dan S. D. Fatimah. 2006. Pengaruh Zeolit dan
Pupuk Kandang Terhadap Residu Unsur Hara. Jurnal Zeolit Indonesia.
Vol.51):37-44.
Fitriatin, B.N., 2004. Peranan Bakteri Pelarut Fosfat Fosfat Penghasil Fitohormon
dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Gogo. ,
(September), pp.1–15.
Kasno, A, D. Setyorini dan E. Tuberkih. 2006. Pengaruh Pemupukan Fosfat Terhadap
Produktivitas Tanah Inceptisol dan Ultisol. Balai Penelitian Tanah.
Bogor.
Minardi, A., J Syamsiyah., Sukoco. 2011. Pengaruh Bahan Organik Dan Pupuk
Fosfor Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Fosfor Pada Andisols Dengan
Indikator Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata strurt). Jurnal
Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) :23 -30
Suwardi . 1995. “PemanfaatanZeolit sebagai Media Tumbuh Tanaman Hortikultura”,
dalam Proceding Temu Ilmiah IV, PPI-Jepang, Tokyo, 1-3 September
1995.
Tamadi , A Ma’as, B Radjagukguk, E Hanudin, J Widada . 2013. Ketersediaan Fosfor
pada Tanah Andisol untuk Jagung (Zea mays L.) oleh Inokulum Bakteri
Pelarut Fosfat. Jurnal Agron. Indonesia 41 (2) : 112 - 117.
Wijaya, H., 2013. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dengan Bahan Aktif Asam
Humat dengan Zeolit sebagai Pembawa ( Increasing Food Crop
Production Using Active Material of Hurnic Acid and Zeolite as Carrier
). , 18(2), pp.79–84.

145
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

PENGARUH PENERAPAN REFORMA AGRARIA MASA PEMERINTAHAN


JOKOWI DI SEKTOR EKONOMI SUMBER DAYA LAHAN DAN
KESEIMBANGAN LINGKUNGAN

Fatimatuz Zahro
Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Universitas Sebelas Maret
fatimatuzzahro97@gmail.com

Latar Belakang
Reforma agraria adalah upaya perombakan sosial yang dilakukan secara sadar
guna menstransformasikan struktur agraria ke arah sistem agraria yang lebih sehat
dan merata pengembangannya. Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi
ketidakmerataan dalam pengembangan masyarakat. Ketimpangan yang terjadi dalam
masyarakat adalah ketimpangan dalam hal penguasaan sumber-sumber agrarian,
ketidakserasian dalam hal “peruntukan” sumber-sumber agraria khususnya tanah,
ketidakserasian antara persepsi dan konsepsi mengenai agrarian, ketidakserasian
antara berbagai produk hukum, sebagai akibat dari pragmatisme dan kebijakan
sektoral. Ketimpangan ini banyak menimbulkan konflik dalam mayarakat, dimana
dalam sesuai dengan catatan KPA sedikitnya telah terjadi 450 konflik agraria
sepanjang tahun 2016. Oleh karena itu perlu pengkajian ulang tentang penerapan
reformasi agraria untuk mengurangi tingkat ketimpangan itu.
Setiap masa pemerintahan memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam
mewujudkan reforma agraria ini. Setiap pemerintahan berlomba-lomba membuat
suatu inovasi baru untuk mengatasi ketimpangan yang ada. Masa pemerintahan
Bapak Jokowi berupa pendistribusian lahan sebanyak 9 juta hektar untuk masyarakat.
Cita-cita pelaksanaan reforma agraria yang sekian lama tertunda kembali lahir setelah
Presiden Joko Widodo memasukkan program pendistribusian tanah seluas 9 juta
hektar dalam Nawa Cita yang kemudian dimasukkan ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Namun ketika
ditinjau lebih jauh, program tersebut hanya didominasi dengan pembagian sertifikat

146
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

tanah (4,5 juta hektar sertifikasi,4,1 juta hektar pelepasan kawasan hutan, 0,4 juta
hektar dari HGU habis, tanah terlantar, dan tanah negara lainnya).
Penerapan kebijakan ini akan mengakibatkan kondisi lingkungan berubah.
Karena ada campur tangan dari masyarakat yang sangat beragam. Ketika manusia
yang mengelola orangnya baik, maka hasil dari pengolahan itu akan menguntungkan.
Akan tetapi ketika masyarakat yang mengelolanya kurang memahami tentang
lingkungan, maka hasilnya akan kurang memuaskan. Oleh karena itu, pada saat ini
berita yang menjadi topik trendy adalah reforma agraria masa jokowi mengkayakan
masyarakat yang sudah kaya dan memiskinkan masyarakat yang miskin. Berita ini
membuktikan bahwa betapa pentingnya reforma agraria dalam sebuah negara. Oleh
karena reforma agraria dalam pemerintahan harus sering dilakukan evaluasi.

Pembahasan
Reforma Agraria memberikan kepastian hukum kepemilikan lahan, mencegah
krisi ekologi, mengatsi konflik, mengurangi kemiskinan, dan menurunkan
ketimpangan ekonomi di pedesaan. Cita-cita dari reforma agraria sendiri yaitu
terwujudnya keadilan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah, wilayah dan sumber daya alam. Reforma Agraria masa pemerintahan Bapak
Jokowi memiliki misi: meningkatkan kepastian hak-hak kepemilikan dan penguasaan
rakyat pettani atas tanah, wilayah dan sumber daya alam, dan berkurangnya kasus-
kasus konflik agraria, memperbaiki layanan ekologi melalui penatagunaan tanah
secara berkelanjutan, membentuk badan-badan usaha koperatif yang menjadi
kekuatan produktif baru di desa-desa, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat petani
peserta program reforma agraria.
Reforma agraria menyasar lahan-lahan HGU yang terlantar dan tanah-tanah
negara yang tidak termanfaatkan untuk diretribusikan kepada para buruh tani,
sekliagus memberi legalisasi atas tanah-tanah negara. Dimana dalam
perkembangannya sasaran refoema agraria selama 2 tahun)2014-2016) dijalankan
Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional adalah program

147
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

distribusi dan legalisasi. Legalisasi diselenggarakan atas tanah-tanah yang


sebelumnya dijadikan Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) dan tanah miskin ialah
realisasi pada tahun 2015 ± 188,307 ha dan target untuk tahun 2016 ± 236,266 ha.
Identifikasi tanah terlantar pada tahun 2015 target 119 dan terealisasi 91, adapun
untuk tahun 2016 target 205 terealisasi 66. Redistribusi tanah dilakukan pada tanah-
tanah Hak Guna Usaha yang habis masa berlakunya, tanah terlantar, dan tanah negara
lainnya pada tahun 2015 terdapat retribusi tanah ± 63,985 dan untuk tahun 2016 ±
123, 280. Penanganan sengketa dan konflik agraria pada tahun 2015 terdapat 932 dan
dapat terselesaikan 515 kasus, adapun untuk tahun 2016 ada 2.642 kasus dan
terselesaikan 251.
Banyak masalah yang timbul dalam penerapan Reforma Agraria ini
mendorong pemerintah untuk membuat PERPRES NO.45/2016 Tentang Rencana
Kerja Pemerintah 2017 yang menetapkan bahwa dalam rangka penempatan reforma
agraria sebagai prioritas nasional, mencakup program penguatan kerangka regulasi
dan penyelesaian konflik, kelembagaan pelaksana reforma agraria pusat dan daerah,
penataan penguasaan dan pemilikan tanah obyek reforma agraria, pemberdayaan
masyarakat dalam pemanfaatan tanah obyek reforma agraria, kepastian hukum dan
legalisasi atas Tanah Obyek Reforma Agraria. Selain PERPRES, Bapak Jokowi juga
berpesan bahwa Ratas reforma agraria di pedesaan, masalah kemiskinan,
ketimpangan dan sulitnya lapangan p[ekerjaan merupakan problem pokok dan
mendasar yang dihadapi masyarakat. Reforma Agraria yang digulirkan pemerintah
berupaya untuk mengatasi ketiga masalah tersebut. Arahan yang dilakukan oleh Bapa
Jokowi semangat reforma agraria ialah terwujudnya keadilan dalam penguasan tanah,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, wilayah dan sumber daya alam.
Kebijakan yang ditetapkan oleh masa pemerintahan Jokowi sebenarnya sudah
cocok dalam upaya pencapaian tujuan yang ada, akan tetapi hal ini terhambat oleh
bebrapa masalah diantaranya minimnya political capasity dari menteri kabinet di
Jokowi, belum populernya isu reforma agraria di instasi pendidikan tinggi, belum
terintegrasi data pertanahan di Indonesia dan juga tingkat kesadaran dari para

148
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

masyarakat akan pentingnya kelestarian lahan yang ada. Oleh karena itu dalam
kenyataannya kebijakan reforma agraria banyak yang menyeleweng dari rencana,
misalnya banyaknya lahan yang dialih fungsikan menjadi sektor industri dan dalam
pembangunannya tidak memperhatikan kelestarian. Hal ini akan menimbulkan
masalah dalam jangka panjangnya, dan untuk jangka pendeknya memang terlaksanya
yaitu terdapat peningkatan perekonomian. Selain itu juga adanya alih fungsi lahan
hutan menjadi lahan pertanian, hal ini dalam jangka panjangnya akan mengakibatkan
rusaknya keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu dalam penerapan kebijakan
reforma agraria selalu memperhatikan dampak panjangnya, tidak hanya
memperhatikan dampak pendeknya. Hal ini dikarenakan ketika ada dampak dalam
jangka panjangnya, justru akan membuat penambahan biaya yang besar dalam
menangani masalah tersebut nantinya. Dan perlunya evaluasi dalam setiap
penerapanya agar mendapatkan suatu gambaran inovasi yang akan diterapkan untuk
erforma agraria. Salah satunya ialah dengan menggunakan pematangan rencana
redistribusi, pembahasan konflik banu tanah dan hingga sertifikasinya. Hal ini
dikarenakan banyak timbul masalah tidak tepat sasaran dalam pemberian redistribusi
lahannya, dimana sasaran dari adanya kebijakan ini ialah masyarakat yang memiliki
lahan sempit. Sehingga dengan adanya bantuan ini diharapkan akan dapat membantu
ia dalam memenuhi kebutuhannya. Karena dengan adanya lahan ia dapat menanam
tanaman pangan, dimana dalam penentuan harga pangan petani hanya sebagai
pengambil harganya. Sehingga terkadang petani merasa tertindas, dan mereka tidak
dapat berkembang.

Kesimpulan
Penerapan kebijakan reforma agraria pada masa pemerintahan Jokowi perlu
ditata ulang, hal ini dikarenakan banyaknya masalah yang timbul. Misalnya dalam
distribusi lahan 9 hektar belum semuanya tepat sasaran dan juga perlu adanya
bimbingan kepada masyarakat dalam memanfaatkan lahan yang ada. Sehingga hal ini
tidak mengakibatkan masalah dijangka panjangnya, terutama di masalah

149
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

keseimbangan lingkungan. Karena masalah keseimbangan lingkungan meruapakan


masalah yang fatal apabila sudah terjadi, karena dengan terganggunya masalah ini
akan mengakibatkan masalah disemua sektornya.

150
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Jamal, Erizal et al. 2002. Reforma Agraria dan Masa Depan Pertanian. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 21(4).
Laporan Kerja Nyata Masa Pemerintahan Jokowi
Tigris, J Toward. 2016. Kebijakan dan Pelaksanaan Landreform Di era Pemerintah
Jokowi-JK.

151
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

MENGUBAH IMPOR MENJADI EKSPOR DENGAN


PEL (PROGRAM EMPAT LANGKAH)

Mulyadi Maksum
Mahasiswa Program Studi D3 Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada
mulyadimaksum@gmail.com

Latar Belakang
Impor, adalah salah satu kegiatan membeli suatu barang ataupun bahan dari
negara lain. Kata ini sering sekali terdengar di telinga kita. Indonesia adalah salah
satu negara yang melakukan kegiatan impor tersebut. Salah satu komoditas impor
negara Indonesia adalah beras, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik(02/17)
pada tahun 2013 indonesia mengimpor beras sebanyak 472 664,7 Ton, kemudian di
tahun 2014 kegiatan impor beras di Indonesia mengalami kenaikan hingga mencapai
844 163,7 Ton, hal yang serupa terjadi di tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2015
impor beras di Indonesia mencapai 861 601,0 Ton [1]. Dari data tersebut kegiatan
impor beras di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pihak
yang mengatur ekspor dan impor di Indonesia mengatakan bahwa mereka melakukan
kegiatan impor beras untuk menjaga stabilitas harga beras di Indonesia.
Menurut Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) (8/1) pertimbangan impor
dilakukan untuk menjaga stabilitas harga beras di masyarakat. "Soalnya ialah
menjaga stabilitas harga beras karena harga beras yang tentukan (stabilitas). Kalau
tidak stabil atau naik, maka kemiskinan naik,"[2]. Tapi pada kenyataannya adalah
bahwa masih banyak petani-petani di Indonesia yang mengeluh tentang harga padi
yang tidak stabil dan harga pupuk yang terus meningkat membuat produktifitas petani
padi di indonesia menjadi kurang produktif. Selain itu juga dengan semakin sering
mengimpor beras dari negara lain membuat minat masyarakat terhadap beras lokal
menjadi turun, hal ini menyebabkan masalah pada harga jual padi dari petani. Dalam
hal ini minat petani padi di Indonesia akan semakin kecil dan berujung pada peralihan
sektor pertanian, dari yang awalnya bertani padi akan beralih menanam sesuatu yang
lain yang menurut mereka lebih menguntungkan.

152
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Peralihan sektor pada jangka waktu yang panjang dapat mempengaruhi


perekonomian negara, sebagai contoh apabila semua petani berfikiran seperti itu
maka tidak menutup kemungkinan sebagian besar petani padi di Indonesia akan
beralih sama seperti mereka , hal ini akan mempengaruhi perekonomian negara
karena yang pada awalnya hanya mengimpor beberapa persen beras mungkin suatu
saat akan menjadi lebih besar lagi karena pengaruh jumlah pasokkan beras dalam
negeri semakin berkurang . Dan apabila petani padi di indonesia semakin sedikit,
angka diatas bisa menjadi berkali-kali lipat dari tahun ke tahun.
Disamping harga beras yang tidak stabil setiap tahunnya, para petani padi juga
mendapat masalah lain yaitu, pembatasan jumlah pembelian pupuk kimia bersubsidi
sesuai luas tanah yang petani miliki. Suparman (04/17) seorang petani desa
kaliwuluh, kabupaten Karanganyar, di jawa tengah mengatakan”kami ini para petani
sudah merasa dirugikan dengan harga padi yang tiap tahunnya tidak stabil dan
sekarang mengapa kami juga harus menerima masalah baru ini (pembatasan pupuk
bersubsidi)” . beliau adalah salah seorang petani yang merasa dirugikan dengan
adanya impor beras dan pembatasan pupuk bersubsidi itu. Hal ini membuat banyak
petani di indonesia khususnya di jawa mengeluh dan berniat mengganti tanaman padi
mereka menjadi menjadi sesuatu yang nilai jualnya stabil. Dengan berbagai macam
masalah yang terus bertambah membuat minat petani padi menjadi berkurang.
Mengapa sebuah negara yang terkenal dengan negara agraris atau negara
penghasil pangan masih banyak melakukan kegiatan impor dibandingkan melakukan
kegiatan ekspor yang jelas lebih menguntungkan negara terutama pada komoditas
beras?. Dalam hal ini pemerintah indonesia telah melakukan tindakan dengan
memfokuskan penyerapan beras lokal dengan mendirikan sebuah Badan Urusan
Logistik atau Bulog. Memang benar Bulog memfokuskan pembelian beras lokal,
namun harga yang di tawarkan oleh Bulog dirasa kurang memberikan keuntungan
pada para petani sehingga mereka lebih memilih menjual padi mereka kepada pihak
asing yang berani memberi harga yang lebih tinggi dibandingkan menjual kepada

153
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Bulog. Hal ini akan berakibat pada jumlah kebutuhan beras dalam negeri yang tidak
tercukupi.
Pembahasan
Tindakan pemerintah untuk menekan impor beras dirasa masih kurang
berpengaruh pada kegiatan impor beras di Indonesia. Sebuah susunan program baru
untuk menuju perubahan di negeri ini harus secepatnya di buat supaya masalah ini
tidak menjadi masalah yang lebih serius dikemudian hari. Program Empat Langkah
(PEL) adalah sebuah program yang diharapkan dapat melakukan perubahan pada
kegiatan impor di Indonesia dan diharapkan program ini mampu menjawab
permasalahan-permasalahan pada kegiatan impor di Indonesia khususnya pada
komoditas beras. Berikut adalah empat langkah tersebut.
Langkah pertama adalah dengan menambah atau memperluass lahan pertanian
di Indonesia terutama di dataran rendah, bagaimana cara memperluas lahan
pertanian? Yaitu dengan cara pemindahan atau pengalokasian sebuah industri dari
yang semula menempati lahan pertanian menuju ke suatu daerah yang memang telah
dikhususkan untuk daerah perindustrian atau ke daerah selain lahan pertanian, semisal
sebuah pekarangan rumah. Atau apabila jumlah lahan pertanian masih mencukupi
atau memadai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maka perlu dilakukan suatu
aturan atau larangan pembangunan industri di daerah lahan pertanian Indonesia.
Langkah ini bertujuan supaya petani lokal dapat memenuhi kebutuhan pangan di
Indonesia khusunya komoditas beras atau bahkan melebihi kebutuhan dalam negeri
ini, sehingga kegiatan impor dapat ditekan.
Kedua, dengan mengadakan semacam sosialisasi kepada para petani padi di
Indonesia oleh lembaga-lembaga pertanian ataupun mahasiswa-mahasiswi pertanian
dari berbagai universitas. Sosialisasi yang di berikan berupa sosialisasi tentang
keunggulan dan keuntungan menggunakan pupuk organik dan cara pemilihan bibit
unggul. Mengapa harus tentang pupuk organik dan bibit unggul? Karena dewasa ini
masyarakat indonesia semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan bahaya
mengkonsumsi suatu bahan yang terkontaminasi oleh bahan kimia dalam jangka

154
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

panjang, selain itu juga penggunaan pupuk organik juga mampu menjaga kesuburan
tanah tanpa membuat tanah tersebut tercemar dan semakin baik suatu bibit padi maka
hasil panen petani juga akan semakin baik. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi
ketergantungan para petani padi terhadap pupuk kimia dan juga meningkatkan harga
jual dari hasil pertanian padi di Indonesia.
Ketiga, melakukan pemberhentian atau pengurangan yang signifikan pada
kegiatan impor beras dari negara lain untuk memeriksa apakah hasil dari pertanian
padi di indonesia sudah bisa mencukupi kebutuhan beras dalam negeri.selain untuk
memeriksa kecukupan beras dalam negeri hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan
minat masyarakat terhadap beras lokal sehingga harga beras di Indonesia bisa stabil
dan tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan harga yang cukup tinggi. Hal ini
bisa terjadi apabila para petani di Indonesia sudah melakukan kedua langkah di atas.
Langkah keempat, menjalin hubugan dengan negara-negara pengimpor beras
organik maupun beras biasa. Hal ini bertujuan supaya setelah kebutuhan beras dalam
negeri terpenuhi negara Indonesia sudah bisa melakukan ekspor ke negara-negara
tersebut.sehingga apabila kebutuhan dalam negeri terlampaui Indonesia tidak akan
kesulitan untuk mengekspor beras tersebut karena Indonesia sudah menjalin
hubungan kerjasama dengan negara tersebut.

Kesimpulan
Kegiatan impor beras di Indonesia dapat ditekan dengan Program Empat
Langkah (PEL) yaitu dengan memperluas lahan pertanian di Indonesia supaya jumlah
kebutuhan dalam negeri terpenuhi sehingga Indonesia dapat mengurangi jumlah
impor beras dari negara lain dan sosialisasi kepada para petani padi tentang
keuntungan menggunakan pupuk organik dan pemilihan bibit padi unggul harus
dilakukan supaya hasil padi lokal yang nantinya akan diolah menjadi beras mampu
menyaingi produk impor dari negara lain dan hal ini bertujuan untuk menyetabilkan
harga beras lokal dengan beras impor, permasalahan impor yang berlebihan perlu
dilakukan pengurangan supaya kita bisa mengetahui kebutuhan dalam negeri,

155
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

sehingga kelebihan beras lokal ataupun sisa beras impor tahun lalu tidak meluap dan
menyebabkan kerugian besar bagi negara, menjalin hubungan dengan negara
pengimpor beras supaya pertanian padi di Indonesia dapat menjadi aset keuntungan
bagi negara. Masih banyak cara-cara yang bisa membuat pola pikir kita berubah dari
menyukai impor menjadi menyukai ekspor. Karena setiap orang ataupun setiap
individu pasti lebih suka negaranya lebih banyak mengekspor ke negara lain daripada
mengimpor dari negara lain. Semoga negara kita Indonesia dapat mengubah kegiatan
impor menjadi ekspor.

156
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

BADAN PUSAT STATISTIK. 28 Februari 2017.


https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1043 (diakses September
20, 2017).[1]
Setuningsih, Novi. BERITA SATU.COM. 08 Januari 2016.
http://www.beritasatu.com/makro/339496-wapres-ungkap-alasan-
indonesia-impor-beras.html (diakses September 20, 2017).[2]

157
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

PENGOLAHAN DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina) MENJADI PRODUK


PANGAN SEBAGAI OBAT ALTERNATIF UNTUK PENDERITA DIABETES
MELITUS SEKALIGUS MENCIPTAKAN USAHA BAGI MASYARAKAT
EKONOMI MENENGAH

Hadi Siswanto
Mahasiswa Program Studi Manajemen Pemasaran, Politeknik Negeri Malang
77777.hadi@gmail.com

Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan
yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula
dalam darah (Yoga, 2009). Penyakit ini menjadi salah satu penyakit kronik yang
dapat membebani masyarakat baik dari sisi ekonomi maupun kualitas hidup hampir
di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit
tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Saat ini, diabetes
melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad
ke-21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang
(Suyono, 2009). Di Indonesia sendiri diperkirakan bahwa pada tahun 2030 angka
kejadian diabetes melitus mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2001).
Angka kejadian komplikasi jangka panjang yang diakibatkan oleh diabetes
melitus cukup tinggi, yaitu retinopati (28,5%) yang dapat menimbulkan kebutaan,
gagal ginjal (44%), gangguan saraf berupa neuropati (60-70%), darah tinggi (67%),
dan amputasi (>60%). Pada tahun 2006, telah dilakukan 65.700 amputasi pada
penderita diabetes. Selain itu, resiko kematian akibat penyakit jantung dan stroke
pada penderita diabetes 2-4 kali lipat lebih besar daripada orang normal (U.S.
Department of Health and Human Services, 2011).

158
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Dewasa ini, daun afrika ini sangat mudah tumbuh di iklim yang tropis seperti
Indonesia. Sehingga siapapun bisa membudidayakan daun ini. Efektivitas daun ini
sebagai antimalaria, antihipertensi, antidiabetik, antimikroba, antikanker, ramuan
laksatif, dan penurun kolesterol, telah diteliti pada hewan. Efek yang paling
signifikan dan menarik perhatian dari penggunaan daun Afrika adalah efeknya
sebagai antidiabetik (Ademola, 2011).

Gambar 1. Daun Afrika (Daun Kelor)


Daun Afrika (Vernonia amygdalina) disebut juga bitter leaf (universal), Nan
Hui Ye (Cina), Nan Hui Shu (Cina), butterfly leaf (Malaysia), Pokok Bismillah
(Jawa). Sebutan daun ini di Afrika adalah grawa, ewuro, etidot, onugbu, ityuna,
oriwo, chusar-doki. muluuza, labwori, dan olusia (Atangwho, 2009).
Tidak dapat dipungkiri bahwa kandungan aktif dalam tanaman dapat
bermanfaat dalam pengobatan suatu penyakit. Sebagian masyarakat berpendapat
bahwa obat herbal lebih aman daripada obat yang diresepkan oleh dokter. Paradigma
ini perlu diluruskan dan dibuktikan secara ilmiah misalnya, mengenai kandungan
aktif, cara kerja, dosis maksimum, dan efek toksisitas daun Afrika (Vernonia
amygdalina) pada overdosis.
Jika kelebihan gula darah mencapai tingkat yang berat dan melebihi ambang
batas ginjal untuk zat ini, maka akan timbul glukosuria. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan
timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine, maka pasien
mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang

159
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori.
Pasien mengeluh lelah dan mengantuk (Schteingart, 2006).
Berdasarkan penelitian-penelitian para ahli terhadap Vernonia amygdalina,
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Vernonia amygdalina dapat meningkatkan proliferasi dan regenerasi sel-sel
tubuh termasuk sel pankreas. Dengan adanya regenerasi, maka sel-sel tubuh yang
lama akan digantikan dengan sel-sel yang baru. Begitu pula dengan sel pankreas. Sel
pankreas akan berproliferasi (bertambah banyak dan bertumbuh secara cepat)
sehingga sel β pun akan meningkat dan produksi insulin pun akan meningkat. Dengan
meningkatnya insulin, maka pengambilan glukosa pada jaringan pun akan meningkat
dan akan menurunkan kadar glukosa darah.
Insulin merupakan hormon anabolik sehingga insulin akan membantu
metabolisme makanan (intake) dan kalori yang berlebihan akan disimpan di jaringan
adiposa yang akan meningkatkan berat badan. Berdasarkan penelitian dari Marles RJ
(1995), Vernonia amygdalina akan meregenerasi sel dan meningkatkan sensitisasi
insulin. Peningkatan sensitisasi insulin mengindikasikan peningkatan sensitivitas
jaringan terhadap insulin sehingga pengambilan glukosa jaringan akan meningkat dan
akan menurunkan kadar gula darah.
Jika penelitian tersebut berhasil dilakukan dan menunjukkan hasil yang
sesuai, V. amygdalina dapat ditingkatkan statusnya sebagai suatu fitofarmaka yang
dapat dipakai oleh kalangan medis secara luas sebagai obat alternatif bagi para
penderita DM. Dengan demikian, jenis obat DM bisa lebih bervariasi dan
pemberiannya dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing penderita DM.
Tujuan akhir kita adalah mengurangi angka kematian dan kecacatan akibat DM
sehingga tidak ada keterbatasan bagi para pasien DM untuk bekerja secara produktif.

Metode Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan meliputi :

160
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

a. Uji coba pembuatan produk untuk mengetahui komposisi yang tepat dalam
pembuatan biskuit, keripik dan lain lain.
b. Survei tempat yang akan dijadikan tempat produksi dan tempat penjualan.
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan produksi dan pemasaran. Berikut adalah
cara pembuatannya :
a. Menyiapkan Peralatan yaitu ember, kompor, spatula, oven, gas, alat ukur,
loyang, penggorengan, mixer, tempat penyimpanan
b. Menyiapkan Bahan-bahan yaitu daun afrika (daun kelor), gula pasir, vanili,
tepung, telur, minyak goreng, margarine, rempah-rempah, air

Penggolahan daun afrika menjadi keripik yang enak

Tabel 1. Skema Pengolahan Daun Afrika menjadi Keripik

161
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Pengolahan Daun kelor untuk pembuatan Biskuit

Gambar 1. Skema pengolahan daun kelor menjadi biskuit yang menyehatkan

Hasil olahan

Peluang Pasar
Seperti kita ketahui bersama, keripik merupakan salah satu produk makanan
ringan segar yang cukup diminati para konsumen. Cara penyajiannya yang terbilang
praktis dan rasa khas bahan baku yang ditawarkan. Selain itu, produk berupa biskuit

162
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

dari hasil produk ini juga lumayan menjanjikan karena dari pengemasan yang bagus
dapat meningkatkan popularitas dari produk. Keripik dan biskuit ini dapat dikemas
langsung dalam plastik ataupun kotak. Selain itu keunggulan dari produk ini yaitu
produk ini menggunakan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan, produk yang
dihasilkan tanpa menggunakan pewarna buatan dimana, produknya memang memiliki
warna yang khas.

Kegiatan
Metode kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar. 4 Diagram alir Metode Kegiatan


1. Memberikan penyuluhan untuk petani untuk budidaya daun afrika dan
masyarakat sekitarnya.
2. Mengadakan pelatihan bagaimana pengolahan dan afrika menjadi keripik, biskuit
dan lain-lain
3. Melaksanakan Evaluasi serta monitoring hasil penyuluhan maupun penerapan
prosesnya.

Rencana Evaluasi
Evaluasi pelatihan pada akhir pelaksanaan diharapkan:

163
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

1. Masyarakat mampu mengolahan daun afrika menjadi keripik, biskuit, brownis


dan, lain lain
2. Masyarakat mampu meningkatkan nilai jual daun afrika dengan diolah menjadi
produk unik.
3. Masyarakat dapat memasarkan hasil olahan buah naga ke pasar, event organizer
dan usaha catering.

Kesimpulan
Kandungan aktif dari daun Afrika (Vernonia amygdalina) yang berguna bagi
penderita diabetes melitus adalah ekstrak etanolik. Di samping itu daun afrika dapat
diolah menjadi produk pangan yang menarik dan menyehatkan. Sehingga terciptanya
lahan wirausaha dan pekerjaan sehingga dapat membantu penduduk suatu daerah atau
desa dalam menumbuhkan ekonomi, dengan memanfaatkan daun afrika untuk diolah
menjadi produk pangan yang bernutrisi dan bernilai jual tinggi.

164
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Ademola IO, Eloff JN. 2011. Anthelminthic Activity Of Acetone Extract And
Fractions Of Vernonia amygdalina Against Haemonchus Contortus Eggs
And Larvae. Trop Anim Health Prod 43 (2): 521–7.
Adewole, S.O, dkk. 2006. Morphological and Hypoglycaemic Effects. Afr. J.
Biomed. Res. 9:173-1
Atangwho IJ. 2009. Comparative Chemical Composition of Leaves of Some
Antidiabetic Medicinal Plants. Afr. J. Biotech 8: 4685-4689.
Dimneen SF et al. 1998. Effects of Changing Diagnostic Criteria on The Risk of
Developing Diabetes, Diabetes Care21:1408-1413.
Halliwell B, dkk. 1989. Free Radicals in Biology and Medicine. Clarendon, Oxford,
UK.
Ibiba, dkk. 2010. Glucose Tolerance Test in Hyperglycemic Guinea Pigs Treated with
Aqueous V.amygdalina. Medical Journal of Islamic World Academy of
Sciences 18:1, 21-2
Marles RJ. 1995. Antidiabetic Plants and Their Active Constituents, Phytomedicine,
2:137-139. Oluwafunmike S. Akinola, dkk. 2009. V.amygdalina
Upregulates Hepatic Enzymes and Improves Liver Microanatomy in
Experimental Diabetes Mellitus. Pharmacologyonline 2:1231-1242.
P.A. Akah, dkk. 2009. Effects of V.amygdalina on Biochemical and Hematological
Parameters in Diabeticn Rats. Asian Journal of Medical Sciences
1(3):108-113, 2009.
Purnamasari, Dyah;. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Jakarta: EGC.
Report of the Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. 1997.Diabetes Care 20:1183-1197.
Sckidelkski T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in the β-
cells of the Rat Pancreas. Physiol Res, 50/6:537-546.
Schteingart, David E. 2006. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.
Jakarta:EGC.
Shahab, Alwi. 2006. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus.
(http://dokter-alwi.com/diabetes.html, diunduh pada 19 April 2013 pukul
00.19 WIB).
Suyono, Slamet. 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta: EGC.
Yoga, Tjandra. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia
Mencapai 213 Juta Orang.
(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-
prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html,
diunduh pada 17 April 2013 pada pukul 23.07 WIB).

165
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

ORION (OASIS OF ARCHIPELAGO EXTENSIFICATION): MODEL


TEKNOLOGI BERKELANJUTAN BERBASIS PEMANFAATAN PULAU
TAK BERPENGHUNI DALAM UPAYA EKSTENSIFIKASI PERTANIAN DI
KEPULAUAN RIAU

Muhammad Syamil Hizbi


Mahasiswa Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor
hizbisp@apps.ipb.ac.id

Latar Belakang
Swasembada pangan merupakan sebuah cita-cita yang sangat jauh untuk
dicapai oleh Indonesia. Setidaknya pangan Indonesia bertumpu pada tiga komoditas
utama, yaitu padi, jagung, dan kedelai. Segala upaya telah dilakuan untuk menggapai
swasembada ketiga komoditas tersebut, tetapi tampaknya swasembada masih jauh
dari gapaian tangan bangsa Indonesia. Padi mungkin hanya komoditas pangan yang
paling mendekati swasembada, meskipun kenyataannya impor beras masih terjadi
dengan volume impor sebesar USD 1,17 miliar atau setara dengan 2,74 juta ton beras
dari tahun 2014. Nasib produksi jagung dan kedelai tidak lebih baik dibandingkan
beras padahal target pemerintah adalah swasembada jagung di tahun 2017 dan
swasembada kedelai di tahun 2018. Menurut penelitian Ligawati di tahun 2016 dan
Aldillah di tahun 2015 kedua target tersebut terancam tidak dapat dipenuhi. Ligawati
menyebutkan nilai ramalan neraca produksi dan konsumsi jagung bernilai negatif
sebesar 103,9 ribu ton yang menunjukkan swasembada jagung pada tahun 2017 tidak
tercapai. Penelitian Aldillah juga menampilkan hal yang senada dengan nilai neraca
defisit sebesar 1,59 juta ton kedelai pada tahun 2018. Upaya strategis dan tepat
sasaran menjadi agenda utama pembangunan pertanian khususnya peningkatan
produksi ketiga komoditas pangan primadona Indonesia.
Data pertanian tanaman pangan merupakan alat yang sesuai dalam
menganalisis dan menentukan langkah yang paling tepat dalam mendorong tingkat
produksi pangan nasional. Produksi jagung dan kedelai dalam Angka Tetap (ATAP)
tahun 2015 adalah 19,61 juta ton pipilan kering dan 963,18 ribu ton biji kering.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan, meskipun luas panen berkurang 49,65

166
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

ribu hektar jagung dan 1,59 ribu hektar kedelai. Menurut Statistik Lahan Pertanian
2009-2013 yang dirilis Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian
Pertanian pada tahun 2014, luas lahan sawah di tahun 2013 mengalami penyusutan
sebesar 0,25% dibandingkan tahun 2012, yaitu sebesar 20.242 hektar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penyusutan luas tanam senantiasa terjadi sehingga dapat
mengancam produksi tanaman pangan nasional. Upaya ekstensifikasi pertanian
dengan perluasan lahan tanam dinilai sebagai langkah yang tepat untuk meningkatkan
produksi padi, jagung dan kedelai nasional.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan total pulau
mencapai 17.504 pulau. Kepulauan Riau (Kepri) merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang berbasiskan kepulauan. Jumlah pulau di Kepulauan Riau adalah 2.408
pulau dengan pulau yang berpenghuni hanya 385 pulau saja. Artinya ada lebih dari
2000 pulau di Kepulauan Riau yang belum termanfaatkan padahal memiliki potensi
untuk dikembangkan salah satunya menjadi lahan tanam baru.
Ekstensifikasi pertanian di pulau-pulau tak berpenghuni Kepulauan Riau
untuk bisa berhasil dibutuhkan teknologi yang tidak berdiri sendiri atau hanya fokus
pada satu aspek saja, tetapi teknologi yang melibatkan beberapa aspek untuk tetap
menampilkan performa terbaik dalam jangka waktu yang panjang. Orion (Oasis of
ArchipelagoExtensification) merupakan paket teknologi pertanian berkelanjutan
dalam upaya ekstensifikasi pertanian memanfaatkan pulau tak berpenghuni di
Kepulauan Riau. Orion diambil dari nama gugusan bintang yang dikenal sebagai rasi
bintang waluku, yaitu rasi bintang yang menandakan awal musim bertanam sehingga
penerapan Orion diharapkan mampu menghadirkan oasis penghasil pangan baru
sebagai upaya pencapaian swasembada pangan Indonesia.

167
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Pembahasan
Aspek Keberlanjutan Teknologi dengan Fondasi Sumber Daya Manusia Sarjana
sebagai Dasar Penerapan Orion
Mosher dalam bukunya “Getting Agriculture Moving” menyebutkan
bahwapembangunan pertanian merupakan suatu bagian integral dari pembangunan
ekonomidan masyarakat secara umum. Artinya apabila tidak berkelanjutan,
pembangunanekonomi dan masyarakat gagal terlaksana. Keberlanjutan dapat berarti
kemampuanuntuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot, sedangkan keberlanjutan
dalamkonteks pertanian adalah keberlanjutan untuk tetap produktif sekaligus
tetapmempertahankan basis sumber daya.
Jules Pretty dalam tulisannya berjudul “Participatory Learning for
SustainableAgriculture” menyebutkan bahwa kata berkelanjutan pada pertanian tidak
bisadidefinisikan secara pasti meskipun tujuan pertanian berkelanjutan sendiri sangat
mudahdideskripsikan. Hal tersebut disebabkan oleh tidak dijelaskannya secara
konkretpertanian berkelanjutan sebagai seperangkat teknologi, praktik, ataupun
kebijakan,tetapi hanya pembatasan bagi masa depan petani. Fakta menunjukkan
bahwa sebanyakapapun teknologi dan aplikasi yang terbukti produktif dan
berwawasan lingkungan padalingkup penelitian, tetapi hanya sedikit yang mampu
diterapkan di masyarakat secaraluas. Kunci keberlanjutan itu sendiri ada pada sumber
daya manusia atau subyek yangmelaksanakan teknologi pertanian.
Orion sebagai suatu perangkat teknologi yang komprehensif
mempertimbangkan aspek sumber daya manusia menjadi prioritas utama. Paling
tidak ada tiga kelompok subyek yang dilibatkan dalam Orion, yaitu fresh graduate
berupa sarjana pertanian, teknologi lingkungan, dan kelautan, TNI angkatan laut,
serta masyarakat pesisir pulau-pulau berpenghuni di Kepulauan Riau. Ketiga
kelompok subyek tersebut saling berinteraksi dengan masing-masing memiliki peran
yang saling melengkapi. Freshgraduate menjadi subyek utama dalam aplikasi Orion
di Kepulauan Riau dalam upaya penerapan ilmu dan peningkatan kapabilitas diri
sarjana agar mampu berkembang menciptakan lapangan pekerjaan produktif pada

168
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

pulau-pulau tak berpenghuni karena adanya suatu kekhawatiran akan kenaikan


tingkat pengangguran sarjana. Fakta menunjukan jumlah pengangguran berstatus
sarjana masih tinggi. Data BPS menyatakan bahwa pengangguran lulusan perguruan
tinggi mencapai 11,19% atau setara dengan 787 ribu orang.
Orion: Pendekatan Potensi dan Hambatan
Teknologi orion pada hakikatnya adalah teknologi yang memodifikasi secara
penuh potensi dan kendala dari suatu penerapan pertanian di pulau tak berpenghuni.
Beberapa potensi sekaligus kendala yang ada meliputi intensitas radiasi matahari
yang tinggi, ketersediaan air yang cukup meskipun salin, dan tanah yang tersedia
meskipun tergolong tanah berpasir. Intensitas radiasi matahari tertinggi di Kepulauan
Riau sekitar 960 hingga 1000 W/m2 atau sama dengan rata-rata radiasi matahari
Indonesia sehingga menampilkan potensi yang besar bagi tanaman untuk
berfotosintesis dan tenaga listrik untuk pengolahan pasca panen secara mekanik. Air
laut yang tersedia banyak dapat dimanfaatkan dengan suatu teknik desalinasi,
sedangkan kendala tanah pasir ditanggulangi dengan bahan organik dan amelioran.
Intensitas matahari dan ketersediaan air merupakan dua elemen yang saling
berkaitan dan tidak bisa dilepaskan satu sama lain pada fisiologi tanaman. Intensitas
matahari yang tinggi dengan air yang tersedia akan berdampak pada tingginya
aktivitas fotosintesis tanaman. Tanaman akan memacu dirinya untuk tumbuh dan
berproduksi lebih baik, tetapi dengan catatan yaitu air tersedia dalam jumlah yang
cukup sehingga pengembangan pertanian di pulau tak berpenghuni berpotensi
menjadi baik apabila mampu menjawab ketersediaan air. Ketersediaan air pada Orion
dapat diberlakukan dengan adanya upaya desalinasi berupa Reverse Osmosis (RO).
RO merupakan teknologi desalinasi yang paling aplikatif
apalagi setelah adanya pengembangan terus menerus yang berdampak pada
pengurangan biaya penerapan. Desalinasi air laut pada RO tidak memungkinkan
untuk memisahkan seluruh garam dari air laut karena membutuhkan energi yang
sangat tinggi. Konsep RO yang berjalan meliputi pemompaan air laut dengan tekanan
tinggi ke dalam suatu modul membran osmosis dengan dua buah outlet (outlet air

169
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

tawar yang dihasilkan dan outlet air garam pekat) dan penyaringan pada membran
yang memisahkan molekul garam dari air laut karena ukurannya lebih besar dari
molekul air, tetapi aplikasi di lapang kenyataannya perlu diterapkan perlakuan
pendahuluan untuk menghasilkan air laut yang baku, yaitu air laut yang tidak keruh,
kadar besi kurang dari 0,1 mg/L, serta pengontrolan pH agar tidak terjadi pergerakan
kalsium. Air tawar yang dihasilkan dapat mencapai 2600 m3 setiap harinya.
Air yang dihasilkan harus bisa dimanfaatkan untuk pengairan tanaman
seefektif mungkin sehingga dibutuhkan suatu teknik budidaya. Budidaya Jenuh Air
(BJA) merupakan teknik budidaya yang banyak diterapkan saat ini pada lahan pasang
surut. Berangkat dari konsep fisiologi yang sama bahwa ketersediaan air pada pori-
pori tanah pada daerah intensitas radiasi tinggi akan berdampak pada produksi yang
tinggi. BJA merupakan penanaman dengan memberikan irigasi terus menerus dan
membuat tinggi muka air tetap sehingga lapisan di bawah perakaran jenuh air. Air
diisikan pada paritparit yang dibuat dengan lebar 20-25 cm dan kedalaman parit 30
cm mulai dari benih berkecambah hingga tanaman panen. Perlakuan budidaya lainnya
adalah adanya aplikasi urea dengan pemupukan melalui daun. Aplikasi tersebut
disesuaikan dengan tanaman yang ditanam. Konsep penanaman yang dikembangkan
adalah penanaman dengan IP300 atau tiga kali tanam dalam satu tahun meliputi
pergiliran tanam padi, jagung, dan kedelai. Aplikasi BJA umum dilakukan pada
penanaman kedelai dan jagung, sedangkan penanaman padi tidak menerapkan
pemupukan daun. Pengendalian OPT dilakukan berbasis pada penerapan
pengendalian hama dan penyakit terpadu yang berfokus pada ambang ekonomi dan
populasi musuh alami sehingga penerapannya diharapkan mampu berjalan kontinu.
Aspek terakhir yang menjadi hambatan besar adalah tanah berpasir. Lahan
pantai merupakan lahan marjinal dengan tekstur pasir, struktur lepas-lepas,
kandungan hara rendah, KTK rendah, daya simpan air rendah, suhu tanah siang hari
sangat tinggi, kecepatan angin dan laju evaporasi sangat tinggi. Upaya perbaikan
tanah utamanya dilakukan dengan penambahan bahan organik tanah dengan zonasi
penanaman. Bagian pantai yang berbatasan langsung dengan laut harus dilindungi

170
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

dengan pemecah ombak berupa tumpukan batu kali untuk menjadi awal perlindungan
sebelum mangrove tumbuh besar. Penanaman pohon trembesi dilakukan pada zonasi
dekat mangrove dengan maksud menjadikan sumber bahan organik, memperbaiki
iklim mikro, serta perlindungan dari angin laut. Zonasi pemecah ombak terus
berlanjut, sedangkan trembesi dipertahankan pada 2-3 tahun awal. Setelah tiga tahun,
trembesi digantikanoleh mahoni dan jambu mete hingga dua tahun ke depan sehingga
penanaman panganefektif baru bisa dilaksanakan pada tahun kelima. Penambahan
pupuk kandang dan lempung senantiasa dilakukan dari awal tahapan.
Peran Ketiga Subyek
Fresh graduate berperan dalam aktor utama pelaksanaan teknologi dengan bantuan
TNI AL yang menyuplai segala input pertanian dan menyalurkan hasil produksi ke
masyarakat pesisir dan Bulog. Sementara itu masyarakat pesisir berperan dalam
pelaku ekonomi yang bijak dalam membeli hasil dan mampu membantu aplikasi
Orion di pulau-pulau tak berpenghuni.

Kesimpulan
Penerapan Orion pada pulau tak berpenghuni bertumpu pada fresh graduate
yang menerapkan serangkaian teknologi dalam menghadapi potensi dan hambatan
yang setidaknya terkait radiasi matahari, kelimpahan air laut, dan tekstur tanah
berpasir.

171
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Aldillah, R. 2015. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Indonesia. JEKT 8 (1):
9-23.
Bachtiar, I.K. 2016. Perangkat Portabel Pengukuran Radiasi Matahari dan Kecepatan
Angin untuk Daerah Kepulauan. Seminar Nasional Inovasi dan
AplikasiTeknologi di Industri (SENIATI) 2016 Bandung. Institut
Teknologi Bandung: 204-207.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Tanaman Pangan Angka Tetap Tahun 2015.
BPS. Jakarta.
Ghulamahdi, M. 2017. Adaptasi Kedelai Budidaya Jenuh Air untuk Produktivitas
Tinggi di Lahan Pasang Surut. IPB Press. Bogor. Ligawati, L. 2016.
Analisis Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik Dalam
RangkaPencapaian Swasembada Jagung Nasional Tahun 2017. Skripsi.
Instiut PertanianBogor. Bogor.
Mosher, A.T. 1966. Getting Agriculture Moving. The Agricultural Development.
New York.
Pretty, J.N. 1995. Participatory Learning for Sustainable Agriculture. World
Development 23 (8): 1247-1263.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian RI. 2014. Statistik
Lahan Pertanian Tahun 2009-2013. Kementerian Pertanian Republik
Indonesia.Jakarta.
Said, N.I. 2003. Aplikasi Teknologi Osmosis Balik untuk Memenuhi Kebutuhan Air
Minum di Kawasan Pesisir atau Pulau Terpencil. Jurnal Teknik
Lingkungan 4 (2): 15-34.
Taiz L. dan E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. Sinauer Associates. Sunderland.
Widiyani, R. 2016. Kemenaker: Jumlah Pengangguran Sarjana
Meningkat. Harian Nasional. http://harnas.co/2016/11/17/kemenaker-
jumlah-pengangguran-sarjanameningkat. 13 Oktober 2017 (18:32).
Yuwono, N.W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marjinal. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan 9 (2): 137-141.

172
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

SCRAPPING, CARA BARU REKLAMASI LAHAN PASCATAMBANG

Muhammad Ali Mahfudin


Mahasiswa Program Studi Manajemen,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
ali.uin.msaa@gmail.com

Latar Belakang
Salah satu problematika dari bangsa ini adalah bergesernya pola
pembangunan daerah yang awalnya berfokus pada optimalisasi sektor pertanian,
menjadi optimalisasi sektor industri. Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari
kebijakan desentralisasi yang memberikan lingkungan kompetitif dari setiap daerah.
Dalam sudut pandang pemerintahan, hal tersebut sejatinya mampu mendorong setiap
daerah memaksimalkan pembangunan dengan memanfaatkan potensi yang ada di
masing-masing daerah. Sayangnya, hal tersebut malah disalahartikan dengan
melunturkan jati diri bangsa sebagai negara agraris, menjadi negara yang
“dipaksakan” menjadi negara industri. Perubahan orientasi tersebut pada akhirya
memengaruhi dimulainya eksploitasi besar-besaran berwujud aktivitas penambangan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Pada umumnya, dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan adalah
bentang alam, tata air, dan produktivitas pada lahan pascatambang. Selain itu, akibat
yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan antara lain kondisi fisik, kimia dan
biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak berprofil, terjadi
bulk density (pemadatan), kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah,
pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan
populasi mikroba tanah. Regulasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 78
Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang sebenarnya telah mewajibkan
instansi yang bersangkutan untuk ikut melakukan reklamasi lahan pascatambang.
Tetapi pada tataran implementatif, hanya beberapa lahan saja yang dilakukan proses
reklamasi.

173
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Dengan munculnya berbagai problematika tersebut, maka penulis berinisiatif


menawarkan metode baru dalam proses reklamasi secara sederhana, yaitu dengan
metode scrapping yang pada penerapannya mampu digunakan untuk meningkatkan
daya guna lahan dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Pada tataran
implementatif, lahan tersebut akan digunakan sebagai media tanam jambu kristal
yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi di pasaran.

Pembahasan
Scrapping, Proses Reklamasi Yang Solutif
Secara definitif, reklamasi merupakan upaya penataan kembali daerah bekas
tambang agar dapat menjadi daerah bermanfaat dan berdayaguna. Reklamasi tidak
berarti akan mengembalikan seratus persen sama dengan kondisi rona awal (Herlina,
2004).
Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh
kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif
melalui rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai
kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati. Kegiatan
rehabilitasi dilakukan merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut
sepanjang umur pertambangan sampai pasca tambang.
Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam
(landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk
mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan
sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaiakan
dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna lahan pasca tambang
sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang
dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah
direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang
alam sekitarnya.

174
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Secara implementatif, proses reklamasi merupakan proses berbiaya tinggi.


Oleh karena itu, dalam penerapannya, banyak perusahaan maupun penambang
perseorangan enggan melaksanakan proses reklamasi karena dianggap memengaruhi
profitabilitas perusahaan. Sehingga masih terlihat banyaknya lahan pascatambang liar
seperti penambangan kapur dan pasir yang tidak dikelola secara baik.
Menurut Kepala Bidang Kerjasama dan Pengelolaan Hasil Penelitian Balai
Besar Sumber Daya Lahan Pertanian Dr. Yiyi Sulaeman, memaparkan walaupun
keadaaan tanah sangat rusak, namun dengan teknologi pengelolaan yang tepat, lahan
bekas tambang dapat direhabilitasi. Pemulihan tanah dilakukan dengan cara
meratakan permukaan tanah (leveling) dengan menggunakan bulldozer dan
memberikan bahan organic dengan dosis tinggi.
Sebagai langkah solutif dari problematika tersebut, lahan pascatambang
sejatinya dapat dilakukan reklamasi dengan cara sederhana yang penulis sebut
sebagai proses scrapping. Proses scrapping merupakan metode pengerukan tanah
dengan mengisi lubang galian dengan unsur hara baru. Dengan metode ini, kita dapat
mendapatkan keuntungan dari beberapa prespektif. Dari prespektif lingkungan,
metode scrapping paling tidak mampu mengembalikan kembali kondisi lingkungan
pascakegiatan penambangan. Dari prespektif ekonomi, proses reklamasi lahan dengan
metode scrapping paling realistis dilakukan oleh perusahaan kecil, maupun warga
sekitar yang menginginkan adanya reklamasi sekaligus peningkatan nilai ekonomi
lahan. Dan dari prespektif secara teknis, peralatan yang digunakan dalam proses
scrapping dapat menggunakan peralatan sederhana. Sehingga dapat meminimalisir
kendala yang ada.
Tanaman yang dipilih dalam proses reklamasi dengan metode scrapping
adalah tanaman buah Jambu Kristal. Tanaman buah jambu kristal merupakan
tanaman mutasi dari residu Muangthai Pak, ditemukan pada tahun 1991 di District
Kao Shiung -Taiwan. Diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1991 oleh Misi Teknik
Taiwan. Jambu Kristal sebetulnya tidak benar-benar nirbiji, karena sejatinya jumlah

175
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

biji yang ada kurang dari 3% bagian buah. Sehingga secara sepintas, Jambu Biji
Kristal hampir tidak berbiji.
Salah satu alasan mendasar dari dipilihnya tanaman jambu kristal sebagai
tanaman yang ditanam dengan metode scrapping adalah kemampuannya untuk
tumbuh besar dalam pot. Hal tersebut sejalan dengan unsur hara yang berada pada
area tanam yang berada pada area berdiameter + 60 cm. Sehingga meski berada
dalam area yang kecil, tidak memengaruhi pertumbuhan dari tanaman tersebut.
Metode Produksi
Dalam proses operasional, kami akan melakukan beberapa tahapan. Tahapan-
tahapan tersebut yaitu:
1. Tahapan pertama
Pada tahapan pertama, dilakukan proses penanaman tanah dengan menggali
tanah dengan kedalalaman tanah sekitar +50 cm dan berdiameter +60 cm.
2. Tahapan kedua
Pada tahapan kedua, untuk memenuhi pasokan air pada tanaman, dapat
digunakan metode pengairan dengan menggunakan botol bekas berukuran besar
yang telah diberi lubang berdiameter kecil dan ditanam berdekatan pada tanaman
sebagai alat irigasi sederhana.
3. Tahapan ketiga
Pada tahapan ketiga, dilakukan perawatan dengan pembersihan gulma dan
pemupukkan secukupnya.
4. Tahapan keempat
Proses pemanenan menggunakan gunting tanaman untuk memotong bagian atas
buah jambu kristal.
Setelah semua langkah tersebut terpenuhi, langkah selanjutnya adalah proses
pengelompokan buah berdasarkan tekstur luar buah tersebut.

176
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Alur Distribusi Produki


Setelah dilakukan proses penyortiran produk, produk yang telah selesai
dipanen kemudian didistribusikan dengan alur distribusi sebagai berikut:

Model Pengelolaan Usaha


Dalam melakukan pengelolaan lahan tersebut, model yang dapat diterapkan
adalah pemberdayaan masyarakat sekitar dengan membentuk kelompok usaha tani
yang terdiri dari anggota Karang Taruna yang berkomitmen tinggi sebagai pelaksana
kegiatan dan perangkat desa sebagai penasihat. Kegiatan tersebut dapat dilakukan
sebagai pengisi waktu sengang anggota, karena sistem irigasi yang diterapkan dengan
menggunakan botol bekas mampu mengurangi durasi penyiraman tanaman yang
awalnya dilakukan setiap hari menjadi periodik.
Dengan alur produksi hingga distribusi yang terkelola dengan baik,
diharapkan metode ini mampu memberikan dua keuntungan. Keuntungan pertama,
metode ini mampu memperbaiki lingkungan. Meski tidak sepenuhnya mampu

177
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

diperbaiki, setidaknya lahan tersebut mampu digunakan kembali sebagai lahan


penghijauan. Selain itu, metode tersebut dapat meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat sekitar lahan pascatambang dengan nilai jual jambu kristal yang sangat
tinggi.

Kesimpulan
Munculnya aktivitas eksploitasi sumber daya alam berwujud penambangan
sumber daya alam menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang paling
urgent merupakan proses reklamasi lahan yang masih belum dapat dilakukan oleh
perusahaan maupun penambang liar dikarena berbagai faktor.
Metode scrapping dimunculkan penulis sebagai solusi untuk dapat melakukan
reklamasi lahan pascatambang dengan meminimalisir faktor penghambat berupa
pembengkakan biaya. Metode scrapping dinilai lebih ekonomis dikarenakan mampu
meningkatkan daya guna lahan tanpa menggunakan peralatan berat. Untuk mengatasi
keterbatasan area media tanam, dipilih tanaman jambu kristal dengan
mempertimbangkan nilai jual buah yang tinggi serta kemampuan untuk tumbuh besar
pada area pot. Sehingga tidak memiliki permasalahan dengan media tanam yang
sempit.
Dengan alur produksi hingga distribusi yang tepat, diharapkan proses tersebut
memiliki dua keuntungan. Keuntungan pertama sebagai sarana revegetasi lahan, juga
meningkatkan taraf perekonomian masyarakat dengan nilai jual buah yang tinggi.

178
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Gede, Muba. 2013. Reklamasi Lahan Bekas Tambang itu Bagaimana Sih?
https://www.kompasiana.com/mubagede/reklamasi-lahan-bekas-tambang-
itu-bagaimana-sih_552aad30f17e612e2cd624a2. (2 Oktober 2017)
Herlina, 2004. Melongok Aktivitas Pertambangan Batu Bara Di Tabalong, Reklamasi
100 Persen Mustahil. Banjarmasin Post, Banjarmasin.

179
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

MMT TERANJAL (MUTASI MINDSET TANI TERHADAP ANAK


JALANAN) SEBAGAI OPTIMALISASI KREASI GENERASI MUDA DALAM
MEMBANGUN PERTANIAN TERPADU BERKELANJUTAN

Nur Wahyuni
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Universitas Sebelas Maret
wahyuninur995@gmail.com

Latar Belakang
Pertanian selalu menjadi momok pembicaraan yang tidak pernah berujung.
Mengingat pertanian merupakan hal yang sangat fundamental di segala aspek
kehidupan baik sandang, pangan, maupun papan. Agar menjadi suatu komoditas yang
memuaskan, sektor pertanian juga membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya
manusia untuk menargetkan sasaran. Menurut Suradisastra (2006), Sasaran pertanian
dibutuhkan guna meningkatkan produksi dan produktivitas sektor. Sasaran sektor
pertanian dapat dilakukan oleh siapa saja tidak hanya oleh petani selaku stakeholder
utama namun dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil bahkan
anak jalanan sekalipun.
Anak jalanan merupakan anak-anak yang biasanya hidup di jalanan dan
memiliki tujuan yakni mencari nafkah demi mendapatkan kelayakan hidup ataupun
tempat tinggal. Menurut Anasiru (2011), anak jalanan merupakan anak-anak yang
oleh sebab tertentu berada pada lingkungan jalanan kota dimana jalanan menjadi
tempat mereka untuk bertahan hidup dan tempat memperoleh pengalaman hidup.
Mereka biasanya mencari pekerjaan dengan cara mengamen, menjual koran, atau
bahkan mengemis. Hal-hal tersebut dilakukan bukan hanya faktor kemiskinan namun
dapat disebabkan oleh mental malas yang ada pada diri mereka. Untuk mengatasi hal
tersebut, perlu diadakan suatu tindakan pelatihan untuk anak jalanan utamanya
tentang pertanian guna merubah mindset yang ada pada diri masyarakat Indonesia
tentang pertanian, membekali mereka agar dapat hidup layak di masa depan serta
mengembangkan sektor pertanian yang terpadu dan berkelanjutan.

180
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Pembahasan
Kondisi Anak Jalanan dan Kondisi Pertanian di Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2013 yang menyebutkan bahwa usaha
pertanian subsektor hortikultura sebesar 17.728.185 rumah tangga petani telah
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2003 sebanyak 979.867 rumah tangga
petani. Pada sektor tenaga kerja tahun 2013-2014 menurut Statistik Ketenagakerjaan
Pertanian dalam Badan PPSDMP menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan tenaga
kerja dari jenis kelamin laki-laki pada tahun 2013 terdapat 22.095.252 orang dan
21.903.063 orang pada tahun 2014, jenis kelamin perempuan pada tahun 2013
bekerja pada sektor pertanian sebanyak 13.952.948 orang dan pada tahun 2014
sebanyak 13.866.085orang. Kondisi ini menimbulkan terjadinya berbagai
permasalahan yang memungkinkan berkurangnya tenaga kerja sektor pertanian dan
bertambahnya sektor lain menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak
merata.
Disisi lain, tingkat kesejahteraan kurang merata juga dapat merambah pada
meningkatnya anak jalanan. Menteri Sosial Khofifah Indar menjelaskan bahwa
sekarang ini di Indonesia terdapat 33.400 anak jalanan dan terbanyak ada di DKI
Jakarta yakni 7.600 anak, di Jawa Tengah dan Jawa Barat sekitar lima ribu anak. Hal
ini tentu akan sangat menghambat kemajuan Indonesia dan menjadi permasalahan
Indonesia untuk beberapa tahun ke depan.
Permasalahan Anak Jalanan dan Pertanian di Indonesia
Pertanian semakin kurang diminati oleh masyarakat Indonesia karena mereka
menilai bahwa menjadi seorang petani merupakan pekerjaan yang sangat merepotkan
dan hanya menghasilkan laba yang sedikit. Tak perlu jauh membicarakan tentang
laba, apabila anak yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP) bahkan Sekolah Menengah Atas (SMA) diberi pertanyaan mengenai
cita-cita mereka, sangat jarang sekali menjumpai mereka yang ingin menjadi petani.
Pertanian juga dinilai ciri khas dari lingkungan pedesaan sehingga banyak lingkungan

181
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

perkotaan yang justru lebih memilih non-pertanian sebagai pekerjaan mereka.


Imbasnya mengarah pada berbagai permasalahan sosial seperti impor bahan pangan
yang terlalu membuncit, perkampungan yang kumuh akibat kurangnya lapangan
pekerjaan, dan lain sebagainya.
Permasalahan selanjutnya menyangkut anak jalanan yang dinilai meresahkan
dan menjadikan lingkungan suatu bangsa terlihat kumuh. Seorang anak pada
hakikatnya merupakan bakal generasi baru dari sebuah bangsa yang harus dibimbing
agar mampu memajukan bangsanya. Namun, mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas
seperti bersekolah layaknya teman seangkatan lainnya . Padahal apabila ditilik lebih
lanjut lagi, memori seorang anak akan lebih tahan teringat bahkan sampai ia dewasa
nantinya. Perlu diadakan solusi bagi permasalahan yang ada agar terjadi sistem yang
dapat teratur dan terencana dengan baik.
MMT Teranjal (Mutasi Mindset Tani terhadap Anak Jalanan) – Upaya
Membangun Pertanian Terpadu Berkelanjutan
MMT Teranjal (Mutasi Mindset Tani terhadap Anak Jalanan) adalah salah
satu upaya yang dimaksudkan untuk membangun pertanian secara terpadu dan juga
berkelanjutan (terus-menerus). MMT Teranjal ini lebih difokuskan pada
pemberdayaan masyarakat terutama anak jalanan untuk dapat mengembangkan
softskill yang nanti akan diajarkan berupa pertanian terpadu berkelanjutan.
Pemberdayaan masyarakat lewat anak-anak ini bukan semata-mata untuk
mempekerjakan mereka namun untuk membekali mereka dengan suatu ilmu agar
dapat mengubah mindset anak-anak supaya menyukai pertanian.
Adapun strategi yang dilakukan untuk mengembangkan MMT Teranjal ini
yakni :
1. Langkah Pertama. Mengumpulkan seluruh anak jalanan yang ada di daerah
terdekat (Solo Raya) lalu ditampung pada sebuah yayasan. Memperkenalkan
secara mendasar tentang tujuan, teknis, dan maksud dari MMT Teranjal ini
kepada anak-anak dengan kemasan yang menarik (dengan lagu, games, dan lain-
lain).

182
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

2. Langkah Kedua. Memulai Pelatihan dengan nuansa anak-anak dengan


menanam satu orang lima tanaman tahunan dan juga menanam sayur mayur
untuk dirawat setiap harinya.
3. Langkah Ketiga. Perluasan dan Pendalaman materi tentang MMT Teranjal
berupa pertanian yang lebih mengarah pada pertanian organik (terpadu dan
berkelanjutan).
4. Langkah Keempat. Sebaiknya untuk setiap kegiatan belajar mengajar ada
inovasi baru, entah itu dari sistem, media tanam, cara mengajarnya, dan lain
sebagainya supaya anak-anak tidak mudah bosan. Selain itu, diperlukan cara
mendistribusikan hasil tanaman, baik dari biji, bibit, atau hasil produksi yang
lain. Diutamakan agar pada pasar-pasar besar dan bisa dijual dengan harga yang
sedang namun produksi tinggi sehingga menghasilkan laba yang
menguntungkan.

Kesimpulan
Pengembangan masyarakat lewat pengembangan anak jalanan merupakan
suatu upaya untuk mengubah pola pikir dari anak-anak agar mereka lebih mencintai
pertanian. MMT Teranjal (Mutasi Mindset Tani terhadap Anak Jalanan) merupakan
solusi yang dapat diajukan karena memiliki kelebihan sistem yang hidroponik serta
inovatif sehingga fleksibel untuk anak-anak. MMT Teranjal (Mutasi Mindset Tani
terhadap Anak Jalanan) diharapkan mampu mensejahterakan seluruh anak jalanan
sehingga tidak ada lagi anak jalanan di Indonesia dan pertanian Indonesia menjadi
lebih makmur.

183
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Anasiru, Ronawaty. 2011. Implementasi Model-Model Kebijakan Penanggulangan


Anak Jalanan di Kota Makassar. Jurnal Sosiokonsepsia 16 (2) : 175-186.
BPS. 2013. Jumlah Usaha Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. Retrivord from
http://st2013.bps.go.id/ Diakses pada tanggal 13 Oktober 2017 pukul
22.48.
Martinus, Yaspen. 2016. Anak Jalanan Terbanyak Ada di Jakarta Jumlahnya
Mencapai 7600 Jiwa. Retrivord from http://wartakota.tribunnews.com
Diakses pada 13 Oktober 2017 pukul 23.12.
Suradisastra, Kedi. 2006. Revitalisasi Kelembagaan untuk Percepatan Pembangunan
Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian 4 (4) : 281-384.

184
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

MEMBANGUN INDUSTRI PERTANIAN YANG BERDAULAT DAN


BERKELANJUTAN DENGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
SEBAGAI FASILITATOR PERMODALAN

Indah Maesaroh
Mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
imaezyaroh@gmail.com

ABSTRAK
Sektor pertanian mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian
Indonesia. Dalam pengembangan sektor pertanian salah satu unsur yang penting
adalah permodalan. Sehingga dalam mengoptimalkan produk pertanian di Indonesia
diperlukan adanya kerja sama antar lembaga keuangan dalam memberdayakan para
petani. Oleh karena itu, penulis bertujuan untuk menawarkan solusi model
pembiayaan dalam meningkatkan nilai tambah pertanian guna mewujudkan industri
agribisnis yang berdaulat dan berkelanjutan dengan cara melakukan linkage program
antara BES dan Perbankan Syariah. Optimalisasi linkage program BES diperlukan
agar penetrasi ke dalam sektor pertanian dapat lebih efisien dan efektif dibandingkan
jika BES terjun langsung ke dalam sektor tersebut. Sistem dalam pembiayaan yang
digunakan Bank Syariah disini adalah dengan menggunakan system Jemput Bola.
Implikasi akhir adalah BES mampu memenuhi permodalan dalam sector pertanian,
terutama dalam pemenuhan teknologi sehingga mampu menciptakan multiplier effect
dalam perekonomian nasional.
Kata Kunci: Lembaga Keuangan Syariah, Pertanian, Linkage Program.

Fakta bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan yang agraris yang tidak
bisa dipungkiri lagi. Begitu halnya dengan sektor pertanian yang memegang peranan
penting dalam perekonomian, kestabilan, serta pembangunan Negara Indonesia yang
masih tergolong Negara Berkembang. Soekarwati (1996) melihat pentingnya sektor
pertanian dan pedesaan, diantaranya sebagai andalan mata pencaharian sebagian
besar penduduk, sumbangsihnya terhadap PDB, kontribusi terhadap ekspor (devisa),
bahan baku industri, serta dalam menyediakan bahan pangan dan gizi.
Pendapat tersebut didukung oleh data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS). Berdasarkan data BPS 2013, pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja
yang ada pada sektor pertanian sebanyak 38,88 juta orang, meskipun jumlah ini
menurun dibanding sebelumnya. Selain itu, sektor pertanian juga menyumbang

185
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

sekitar 14,7 % pada PDB, dan merupakan penyumbang terbesar kedua setelah sektor
industri pengolahan.
Satu lagi yang tidak bisa dipungkiri adalah permasalahan kemiskinan dan
kelaparan. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), presentase jumlah
penduduk miskin pada tahun 2014 mencapai 11,25% atau setara dengan 28,28 juta
jiwa. Sedangkan hasil sensus pertanian tahun 2013 oleh BPS sejumlah 26,14 juta
penduduk miskin adalah petani. Sektor pertanian menyerap 35,9 % dari total
angkatan kerja di Indonesia (BPS, 2012). Akan tetapi, faktanya jumlah tenaga kerja
terus mengalami penurunan tiap tahunnya, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah
ini:

Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian, Tahun 2010-2012


Sumber: Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian, 2013
Adanya potensi pertanian sub sektor tanaman pangan yang begitu besar
menjadikan peluang besar bagi Indonesia untuk mencanangkan swasembada pangan
pada tahun 2014 baik berupa pencapaian swasembada maupun swasembada
berkelanjutan. Sayangnya, hingga tahun 2013, swasembada pangan yang telah terjadi
masih berupa swasembada beras, dimana komoditas pertanian lainnya seperti gandum
dan jagung belum tercapai. Dalam pelaksanaannya, petani masih dihadapkan pada
berbagai kendala yang salah satunya adalah kendala permodalan (Hamid, 1986).
Disinilah diperlukan adanya peranan lembaga keuangan syariah. Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat,

186
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

hal ini bisa dilihat dari statistik pertumbuhan perbankan syariah kita yang mencapai
4,8% (BI, 2014). Linkage Program Menurut Arifin (2013) merupakan sebuah strategi
yang bertujuan memberdayakan dan memberikan akses permodalan Usaha Kecil dan
Menengah (UMKM) melalui perlibatan partisipasi industri keuangan. Keberadaan
linkage program dipandang mampu menjadi solusi bagi UMKM yang membutuhkan
modal dan bank syari’ah yang memiliki kelebihan likuiditas. (Djaafara: 2006).
Menurut M. Nadratuzzaman Hosen Musyarakah mutanaqishah (diminishing
partnership) adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan
suatu barang atau aset. As-Salam menurut Drs. Zainul Arifin (2006), bai’ as salam
adalah akad jual-beli suatu barang yang harganya dibayar dengan segera sedangkan
barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati.
Berdasarkan data BPS, secara presentase penduduk miskin cenderung
menurun, tetapi secara riil terus bertambah. Hal tersebut dapat di lihat pada grafik
sebagai berikut:

Perkembangan Angka Kemiskinan di Indonesia


Sumber : Publikasi BPS 2013

187
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Jika di lihat dari data BPS pada tahun 2014 sebesar 28,28 juta jiwa, maka
pada 2015 ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 juta jiwa. Kenaikan jumlah
penduduk miskin ini disebabkan beberapa faktor, termasuk kenaikan BBM, inflasi,
dan pelemahan dolar. Pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap risiko
kegagalan panen, sehingga mengakibatkan lemahnya minat lembaga keuangan untuk
membiayai sektor ini. Sektor yang memperoleh pembiayaan bank didominasi oleh
sektor industri dan pertambangan yakni masing-masing mencapai 35,50% dan
36,97% pada tahun 2013. Sedangkan pertanian sendiri masih sangat rendah yaitu
hanya 9,09%.

Perbandingan Sektor yang Dibiayai oleh Bank


Sumber: Bank Indonesia, 2013
Salah satu penyebab ketidakmampuan petani mencukupi kebutuhan dalam
negeri adalah keterbatasan permodalan baik untuk biaya pertanian ataupun lainnya.
Disinilah peranan sektor lembaga keuangan syariah khususnya perbankan syariah
perlu dimunculkan dalam rangka menggali dan mendinamisasi konsep agribisnis
syariah. Dari data statistik bank Indonesia tentang pembiayaan perbankan syariah
sebesar US$ 2,592 miliar adalah pembiayaan di sektor UMKM atau Small and

188
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Medium Enterprises dan US$ 1,761 miliar adalah non UMKM atau non Small and
Medium Enterprises. (Bank Indonesia, 2013).
Dalam konsep pembiayaan tersebut menggunakan skema linkage program
antara bursa efek syariah dengan bank syariah. Dalam menyalurkan pembiayaannya,
para petani akan membentuk klaster-klaster berupa kelompok tani yang mana di
Indonesia sendiri berdasarkan publikasi Badan Ketahanan Pangansampai tahun 2012
terdapat 1.248 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Bertujuan untuk
mengoptimalisasikan produk pertanian serta terciptanya pemerataan pendapatan.
Berikut merupakan model pembiayaan pertanian dengan menggunakan akad
mudharabah dan musyarakat untuk para petani berskala kecil melalui Perbankan
Syariah berbasis linkage program:

Skema Linkage Program Bursa Efek Syariah Melalui Perbankan Syariah.


Sumber: Olahan Penulis

189
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Skema ini merupakan solusi bagi para petani kecil untuk mendapatkan
tambahan modal usaha untuk mengembangkan usaha taninya. Kedua akad ini dapat
mengembangkan sektor produktif karena fokus pembiyaannya berupa modal usaha
kerja. Dengan ini fungsi intermediasi perbankan perlu dioptimalkan, yaitu dalam
pensosialisasian adanya produk pembiayaan pertanian dan penyedia layanan
pembiayaan yang efisien bagi petani. Sering sdisebut dengan istilah “Jemput Bola”.
Jadi dalam mekanisme penyaluran pembiayaan ini, pihak bank yang akan terjun
langsung menemui petani yang dalam hal ini adalah Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) untuk diberikan sosialisasi dan penawaran kerja sama.
Dalam menyalurkan dana, bank syariah disini juga membutuhkan jaminan.
Sebagai jaminan pengajuan pembiayaan, maka dapat pula menggunakan system resi
gudang. Dimana mekanisme system resi gudang ini dimulai ketika petani menunai
hasil panen. Hasil panen masing-masing petani maupun kelompok tani ini akan
dijadikan satu dalam satu gudang penyimpanan yang terdapat di daerah tersebut.
selanjutnya setelah memperoleh persetujuan dari badan pegawas, maka diterbitkan
lah resi gudang tersebut. Resi gudang yang telah diterbitkan dapat dialihkan ke pihak
lain dan dapat juga dijadikan sebagai jaminan dalam mengajukan pembiayaan baik
oleh petani itu sendiri atau pihak penerima. Informasi mengenai stok komoditi dari
pengelola gudang akan diteruskan ke Pasar Komoditas Nasional (Paskomnas)yang
akan memasarkan komoditi tersebut ke pembeli-pembeli grosir. Berikut ini adalah
system pembiayaan permodalan dengan menggunakan system resi gudang:

190
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Skim Penjualan Berbasis Resi Gudang


Sumber: Olahan Penulis
Untuk memudahkan para petani dalam mengembalikan modal tersebut, maka
dalam kredit ini dilakukan atas nama kelompok tani, sehingga dalam
pengembaliannya ditanggung bersama-sama. Skim musyarakah mutanaqisoh,
merupakan skim pembiayaan yang cukup tepat dalam pembiayaan teknologi ini.
Dalam skim ini, bursa efek syariah menyalurkan dana investasi pertaniannya untuk
memenuhi kebutuhan kredit teknologi para petani melalui perbankan syariah. Berikut
ini adalah skema pembiayaan kredit teknologi pertanian:

191
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Skema Pembiayaan Kredit Teknologi Menggunakan Skim Musyarakah


Mutanaqisoh
Sumber: Olahan Penulis
Akad yang digunakan bank syariah dalam penyaluran dana ini adalah dengan
menggunakan akad musyarakah mutanaqisah, dimana dalam pengembalian dananya,
kelompok tani harus membayar biaya sewa dari mesin tersebut yang mana lama-
kelamaan mesin itu menjadi milik sah dari pada kelompok tani tersebut (biasa disebut
pembelian bertahap) sesuai dengan waktu kesepakatan dan membayar biaya bagi
hasil yang telah disepakati berdasar panen yang dihasilkan. Dengan pembiayaan
model ini, juga dirasa tidak memberatkan petani kecil karena sistemnya sewa yang
akan ditanggung bersama-sama. Sehingga dalam pembiayaan ini menggunakan atas
nama kelompok tani, bukan nama petani per individu.
Dengan adanya sistem pembiayaan ini, maka kebutuhan akan pembaruan
teknologi akan tercukupi, sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga kerja dalam
proses produksi pangan. Dengan adanya model pembiayaan ini maka juga akan
memberikan keuntungan atas bagi hasil yang diterima bank syariah maupun bursa
efek syariah. Apabila produksi pertanian terus mengalami peningkatan, maka
keuntungan yang diperoleh pun akan semakin besar.
Berdasarkan analisis teori dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

192
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Pertama, sektor pertanian mempunyai peran strategis dalam perekonomian


Indonesia, terutama dalam meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi
kemiskinan di Indonesia. Salah satu kendala terbesar dalam sektor pertanian adalah
kurangnya permodalan serta ketidakmampuan petani dalam membiayai usaha
taninya.
Kedua, untuk memenuhi permodalan tersebut diperlukan adanya kerja sama antara
lembaga keuangan. Lembaga keuangan syariah dalam hal ini dinilai lebih efektif
dalam melakukan pembiayaan. LKS menjadi solusi masalah permodalan bagi industri
pertanian melalui penyaluran pembiayaan, karena syarat yang diajukan relative lebih
mudah. Skema pembiayaan linkage program dilakukan untuk mempermudah Bursa
Efek Syariah dalam menyalurkan dananya kepada petani melalui Perbankan Syariah.
Ketiga, untuk melakukan kredit modal skim pembiayaan yang dipakai adalah dengan
mengguanakan resi gudang, adapun akad yang dipakai adalah akad Salam.
Sedangkan kreditt teknologi dapat menggunakan skim pembiayaan musyarakah
mutanaqisoh atau sistem pembelian bertahap dengan menggunakan atas nama
kelompok tani, yang mana dalam sistem pengembalian modalnya akan ditanggung
bersama-sama.

193
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M., dkk. 2006. Analisis Wilayah Rawan Pangan dan Rawan Gizi Kronis Serta
Alternatif Penanggulanagnnya. Laporan Akhir Penelitian. Jakarta:
PSEKP-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian.
Departemen Pertanain. 1999. Ketahannan Pangan dan Kebijakan Opersiaonal
Pembangunan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Hakim, Abdul. 2002. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.
Hamid, E. S. 1986. Kredit Pedesaan di Indonesia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Syukur, M., dkk. 2000. Peningkatan Peranan Kredit dalam Menunjang Agribisnis di
Pedesaan. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor.
Ahmad Munir. 2014. Fuzy Multi Attriute Decicion Making (FMADM) for Land Use
Mangement. Journal Article vol. 5 No. 2. Page 58.
Ashari dan Saptana. Prospek Pembiayaan Syariah untuk Sektor Pertanian. Jurnal
Agro Ekonomi Vol. 23 nomor 2. Halaman 132-147.
Dugald Tinch, et. al. 2014. The Impacts os Elication Context on Stated Preference for
Agricultural Landscaps. Journal of Agricultural Economics. Vol. 66 No.
1. Page 87-107.
Endang Lastinawati. 2010. Diversifikasi Pangan dalam Mencapai Ketahanan
Pangan. Jurnal Agrobisnis Vol. 2 nomor 4. Halaman 11-19.
Hasan. 2011. Analisis Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Dinamika
Ekonomi Pembangunan. Vol. 1. nomor 1. Halaman 1-8.
Imron Rosyidi dan Didit Purnomo. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di
Desa Tertinggal. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 13 nomor 2.
Halaman 303-315.
Jimmy Benny. 2013. Ekspor dan Impor Pengaruhnya terhadap Posisi Cadangan
Devisa di Indonesia. Jurnal EMBA. Vol. 1 nomor 4. Halaman 1406-1415.
Marco Costanigro, et. al. 2015. Food Beliefs: Elicitation, Estimation and Implications
for Labeling Policy. Journal of Agricultural Economics Vol. 66 No. 1.
Page 108-128.
Purwaningsih, Yunastiti. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi Permasalahan,
Kebijakan, dan Pemberdayan Masyarakat. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol. 4 nomor 1. Halaman 1-27.
Septia, Yeni. 2009. Efektivitas Model Kredit dan Skim Pembiayaan Syariah dalam
Mengembangkan Sub Sektor Tanaman dalam Thoha dan Septia.
Efektivitas Model Pembiayaan Syariah Dalam Mengembangkan Sektor
Pertanian, 67-102. Jakarta: Lipi Press.Soekarwati. Panduan Membuat
Usulan Proyek Pertanian dan Pedesaan. Yogyakarta: Penerbit Andi. 1996.
Publikasi Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Syari’ah.
_________. 2014. Outlook Perbankan Syariah.
Publikasi Badan Pusat Statistik, beberapa tahun penerbitan.

194
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Publikasi Bank Indonesia, beberapa tahun penerbiatan.


Publikasi Departemen Perdagangan, beberapa tahun penerbitan.
Publikasi Badan Ketahanan Pangan Nasional tahun 2013.

195
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

GAPU EDUPENUM : GAMES PUTAR EDUKASI PERTANIAN UMUM


SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS PAPAN VISUAL UNTUK
MENINGKATKAN WAWASAN PEMAHAMAN TENTANG PENDIDIKAN
PERTANIAN UMUM PADA ANAK – ANAK SEKOLAH DASAR

Welno Hedi
Mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Institut Pertanian Bogor
nowelno234@gmail.com

Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara ( UU No. 20 tahun 2003 ). Pendidikan wawasan
pertanian adalah bentuk suatu pembelajaran yang dilakukan untuk memberikan
wawasan pengetahuan pertanian kepada seseorang dengan proses bimbingan,
pelatihan dan menghasilkan perubahan – perubahan. Pemahaman tentang
pengetahuan pertanian yang berdasarkan atas kebutuhan seseorang sebagai modal
untuk mengembangkan diri sehingga memiliki daya saing yang dapat berguna di
dalam lingkungan masyarakat hal ini karena sektor pertanian indonesia berkontribusi
besar dalam pembangunan.
Indonesia semakin hari kualitas pendidikannya semakin rendah. Berdasarkan
survey united nations educational, scientific and cultural organization ( UNESCO )
Terhadap kualitas pendidikan di Negara – Negara berkembang di asia pasifik,
indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Banyak hal yang menjadi faktor
mengapa pendidikan di indonesia kurang begitu baik, faktor pemahaman bidang
pelajaran menjadi salah satunya. Bidang pelajaran yang umunya dipelajari di sekolah
adalah sains, perhitungan dan sebagainya. Padahal kita tahu bahwa bidang – bidang
pengetahuan pertanian, angkasawan, geografi alam sangat dibutuhkan untuk
menambah wawasan pengetahuan anak – anak. Lemah dalam pendidikan akan
mendorong individu untuk hidup dalam kemiskinan (Preston dan Elo, 1996)

196
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

berbanding dengan individu yang mempunyai kemahiran literasi yang tinggi dalam
pendidikan (Lucas, 1972).
Pertanian adalah kegiatan yang membantu segala sektor pembangunan, perlu
kita garis bahwa bahwa sebagian besar mata pencarian penduduk indonesia yang
berada di perdesaan adalah petani. Kegiatan pertanian yang dilakukan para petani
desa umumnya yaitu, bersawah ( menanam padi ) dan menanam sayur – mayur.
Masalah saat ini adalah kurang minatnya generasi muda untuk melakukan kegiatan
pertanian. Generasi muda zaman sekarang lebih memilih perkerjaan yang dilakukan
di kantor dari pada harus berkerja kotor – kotoran di kebun atau di sawah.
Anak – anak sekolah dasar adalah generasi muda yang memiliki potensi
pengembangan yang strategis, kreatif, inovatif, dinamsi, dan produktif yang sangat di
perlukan suatu bangsa untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di indonesia
dalam sektor pertanian. Namun pemahaman akan pengetahuan pertanian yang baik
belum tersampaikan. Mereka belum tahu pasti bagaimana pertanian yang baik dan
benar. Anak – anak yang juga menganggap bahwa pertanian hanya bisa dilakukan
oleh orang dewasa. Selain itu juga, alat penunjang pembelajaran yang terbatas
membuat anak – anak sekolah dasar menjadi kurang semangat untuk memahami
pelajaran tentang pertanian yang diberikan karena para anak – anak menganggap hal
tersebut terlalu sulit di pahami oleh mereka secara dasar teori. Oleh sebab itu, media
pembelajaran atau alat penujang pelajaran pertanian yang mudah dipahami adalah
salah satu bentuk strategi meningkatan kualiti pemahaman anak – anak sekolah dasar
mengenai pertanian yang menyenangkan.

Gapu Edupenum : Games Putar Pertanian Umum


Upaya peningkatan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan
pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Salah
satu upaya untuk peningkatan proses pembelajaran adalah penggunaan media secara
efektif, mempertinggi kualitas yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar (Hujair AH. Sanaky, 2009:1-2). Jika anak – anak sekolah dasar memiliki

197
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

potensi diri untuk meningkatkan pemahaman tentang sebuah pengetahuan pertanian


dan wawasan pendidikan pertanian dengan adanya media pembelajaran yang kreatif
jauh akan lebih memudahkan anak – anak sekolah dasar menyerap informasi tersebut.
Dalam penyampaian materi dan pesan – pesan pembelajaran, peran guru
menggunakan media pembelajaran sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman
yang lebih mudah dalam menyerap materi. Pendidikan pengetahuan pertanian umum
yang menjadi salah satu dasar materi yang mudah di pahami oleh anak – anak sekolah
dasar dapat membantu mengaktifkan unsur – unsur pisikologi yang ada dalam diri
mereka seperti sifat berfikir kreatif, daya ingat yang tinggi, dan imajinasi tinggi serta
lain – lainnya, serta ke kreatifan dalam belajar pertanian mampu meningkatkan pola
piker anak – anak.
Gapu edupenum ( Game Putar Pengetahuan pertanian umum ) adalah sebuah
permainan dengan pemanfaatan papan visual pada anak – anak sekolah dasar yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman wawasan dan pertanian umum tentang
pertanian yang bisa di pelajari dari lingkungan sekitar memalui pembimbingan.
Memberikan media pembelajaran yang kreatif pada anak – anak sekolah dasar
sebagai generasi muda penerus bangsa yang dapat membantu dalam pembanguan
bidang pertanian indonesia. Karakter anak bangsa yang mampu bersaing di dunia luar
dengan bekal pengetahuan pertanian yang tinggi.

198
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 1. Papan permaian Gapupenum


Permainan Gapu edupenum menggunakan papan ukuran 30 35 cm2 yang
terbuat dari bahan – bahan yang ada disekitar kita. Permainan ini di rancang
sedemikian rupa untuk memudahkan anak – anak untuk memahami cara bermainnya.
Permainan ini di lengkapi dengan sebuah lingkaran yang terdiri atas delapan
bagianyang memiliki warna yang berbeda – beda, memiliki nilai angka dari 1 hingga
8 serta petunjuk kejadian sebuah kebenaran atau kesalahan. KARTU KESALAHAN
dan KARTU KEBENARAN adalah sebuah kartu yang menjadi salah satu yang
berperan penting dalam permaian Gapu edupenum ini. Kedua kartu ini memiliki soal
– soal mengenai pemahaman pertanian umum yang ada di sekitar kita. “Bermain
sambil belajar” adalah kalimat yang dapat menggambarkan permainan pertanian
umum ini sebagai upaya meningkatkan wawasan anak – anak sekolah dasar secara
kreatif. Menurut Sudirman (2012), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkain kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengar,
meniru dan sebagainya yang dilandasi motivasi. Permain Gapupenum diharapkan
dapat meningkatkan motivasi para anak – anak sekolah dasar untuk belajar
memahami pentingnya pengetahuan dan wawasan umum dalam bidang pertanian.

Gambar 2. Contoh Kartu Kesalahan

199
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Cara Bermain Gapu Edupenum


Permain Gapu edupenum adalah salah satu permainan yang bisa dilakukan
dengan berkelompok. Permainan Gapupenum bisa dimainkan oleh 1 hingga 4 orang
pemain. Cara bermain permainan Gapu edupenum cukup mudah yaitu : (1).
Permainan ini dapat di mainkan maksimal 4 orang dengan 1 orang sebagai
pembimbing yang dapat mengatur tata tertib dalam permainan. Anak – anak dapat
memilih guru atau saudara mereka yang lebih tua untuk menjadi seorang pembimbing
permainan Gapu edupenumini. (2). Setelah memilih pemain dan pembimbing, maka
permainan di mulai oleh anak yang memenangkan suit ( hompimpa ) secara
berurutan. (3). Pemain pertama dapat memutar papan putar dan menunggu angka
yang akan didapatkan,. Misalkan panah dalam papan permainan menujukan angka 7
yaitu angka kesalahan, maka pemain harus membuka kartu kesalahan dan menjawab
soal yang diberikan. Lihatlah disudut kartu berapakah point kelipatan yang akan
didapatkan ketika bisa menjawab soal. Jika kita menjawab benar maka tidak akan ada
pengurangan point yang dikumpulkan. Sebaliknya jika kita menjawab salah, akan
terjadinya pengurangan point sesuai pada kartu yang didapatkan. (4). Jika panah
menujukan angka kebenaran, maka jika bisa menjawab soal yang ada pada kartu
kebenaran, akan ada penambahan nilai untuk pemain sesuai point yang tertera pada
kartu. Jika tidak bisa menjawab dengan benar, tidak ada pengurangan nilai hal ini
karena kartu yang didapatkan adalah kartu kebenaran. (5). permainan Gapu
edupenum bertujuan untuk berusaha mengumpulkan point sebanyak – banyaknya.
Pemain dengan point terbanyak akan menjadi pemenang.
Gapu edupenum dapat menarik minat anak-anak khususnya anak – anak
sekolah dasar untuk dapat mengembangkan karakter anak dalam pertanian yang
memiliki pengaplikasian yang menyenangkan. Dengan permainan papan visual yang
menarik dan edukatif dapat digunakan untuk mempermudah penyaluran pola pikir
yang benar tentang pertanian umum yang ada di sekitar mereka. Asyhar (2012)
menyatakan bahwa media visual dapat membuat orang benar-benar mengerti isi
berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir

200
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

spesifik serta menanamkan konsep yang benar. Diharapkan dengan adanya permainan
ini anak – anak sekolah dasar dapat memahami wawasan pengetahuan dengan mudah
untuk pendidikan yang lebih baik lagi.

Kesimpulan
Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang mendukung pembangunan di
indonesia. Anak – anak zaman sekar kurang melirik diri dalam memahami ilmu
pendalaman pertanian, karena mereka mengganggap pertanian sulit dipahami.
Pengembangan metode pembelajaran dengan media pembelajaran yang diharapkan
dapat membantu anak- anak sekolah dasar dalam memahami dan menerima sebuah
pengetahuan pertanian dengan mudah. Permainan Gapu edupenum adalah permainan
yang dirancang untuk mempermudah anak – anak sekolah dasar agar dapat berfikir
kreatif, berimajinasi, dan mempunyai daya ingat yang tinggi sehingga dapat
menyerap wawasan secara menyenangkan tanpa adanya rasa memberatkan mereka
untuk belajar pertanian. Permainan visual ini diharapkan dapat membantu orang tua,
guru, ataupun semua orang dewasa lainnya dalam mendidik anak – anak mereka
secara menyenangkan. Selain itu juga permainan Gepu edupenum diharapkan dapat
mencerminkan generasi mudah yang rajin belajar dalam meningkatkan pertanian yan
baik untuk indonesia yang gemilang.

201
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Asyhar R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta(ID) : Gaung


Persada Press Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003.Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta (ID): Depdiknas.
Lucas, R.E. Jr. (1972). Expectation and the neutrality of money. Journal of Economic
theory, 4, 103-124.
Preston, S.H. dan Elo, I.T. (1996). Survival after age 80: letter to the editor. New
England Journal of Medicine, 334 (8), 537.
Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Sudirman 2012. Metode Pembelajaran Mendongeng untuk Anak. Yogyakarta (ID) :
Graha Ilmu.

202
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

“MULTIGRAIN ANGGUN”
MINUMAN BIJI-BIJIAN ASLI GUNUNGKIDUL SEBAGAI PENINGKATAN
NILAI EKONOMIS BIJI-BIJIAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Anisa Ni’matussholiha
Mahasiswa Program StudiManajemen, Universitas Gadjah Mada
nimaanisa@gmail.com

Latar Belakang
Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Gunungkidul juga terkenal sebagai objek wisata karena penampakan
alam yang menakjubkan mulai dari pantai, air terjun, gunung, hutan dan gua. Di
daerah ini terdapat tiga zona berdasarkan topografisnya. Zona-zona tersebut
diantaranya Zona Batur Agung, Zona Ledok Wonosari, dan Zona Pegunungan
Seribu. Namun zona yang cocok untuk ditanami palawija, padi, sayur-sayuran dan
tanaman kacang-kacangan adalah di dua zona, yaitu Zona Batur Agung dengan jenis
tanah latosol dan Zona Ledok Wonosari dengan jenis tanah grumosol.
Dengan kondisi topologi yang ada maka mayoritas penduduk di Kabupaten
Gunungkidul bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian di Gunungkidul sangat
bergantung dengan musim yang ada. Sehingga petani harus menyesuaikan jenis
tanaman dengan musim yang melanda. Dengan berbagai keterbatasan yang ada di
kabupaten ini maka perlu adanya penerapan Panca dan Sapta Usaha Tani secara
optimal. Penerapan Panca Usaha Tani terus seperti pemilihan bibit unggul,
pengolahan tanah yang baik, pemupukan yang tepat, pengendalian hama penyakit dan
pengairan atau irigasi yang baik sudah dioptimalkan di daerah ini. Terbukti apabila
saat musim panen tiba produktivitas hasil pertanian cukup melimpah. Namun dalam
penerapan Sapta Usaha Tani seperti pasca panen dan pemasaran hasil panen kurang
optimal. Hal ini dilihat dari rendahnya harga jual berbagai macam palawija, biji-bijian
dan sayuran pada saat musim panen.
Rendahnya harga jual terutama palawija dan biji-bijian mengakibatkan
menurunnya kesejahteraan petani. Sehingga perlu adanya inovasi pengolahan

203
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

palawija dan biji-bijian yang dapat meningkatkan nilai ekonomis dari masing-masing
palawija atau biji-bijian. Selain itu juga akan meningkatkan kesejahteraan petani dan
meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pembahasan
Inovasi pangan perlu ditingkatkan demi meningkatkan nilai ekonomis dan
meningkatkan pendapatan dari para petani. Salah satu pengoptimalan dari palawija
dan biji-bijian adalah mengolah komoditas tersebut menjadi minuman yang bergizi
dengan mengolah menjadi minuman multigrain. Selain meningkatkan nilai ekonomis
dari biji-bijian juga dapat meningkatkan kesehatan konsumen.
Upaya dalam meningkatkan nilai ekonomis dari masing masing biji-bijian
yang diolah menjadi minuman multigrain antara lain adalah kacang hijau, kedelai,
jagung, biji kacang panjang, ketan, ketan hitam, beras dan beras merah merupakan
jenis biji-bijian yang banyak dipanen di kabupaten Gunungkidul. Misalnya padi,
kedelai, kacang hijau dan jagung merupakan tanaman yang banyak ditanam di
Kecamatan Ngawen. Sedangkan untuk jagung hampir disetiap kecamatan di
Gunungkidul dapat memanen jagung. Di Kecamatan Playen banyak terdapat hasil
panenan kedelai dan berpotensi untuk mengembangkan benih kedelai.
Minuman Multigrain
Minuman multigrain merupakan minuman yang berasal dari 7 (tujuh) macam
biji-bijian yang terdapat di Gunungkidul. Biji-bijian yang digunakan adalah kacang
hijau, kedelai, jagung, biji kacang panjang, ketan, ketan hitam, beras dan beras merah.
Untuk mengawetkan biji-biji tersebut sebelum diolah maka tahap pertama adalah
mengeringkan biji-bijian. Setelah dilakukan pengeringan juga dilakukan penggilingan
agar menjadi tepung biji-bijian. Menjadikan tepung ini bertujuan agar memudahkan
dalam penakaran pembuatan minuman.
Tahapan pembuatan minuman multigrain:
1. Biji-bijian dikeringkan dan digiling menjadi tepung biji-bijian sehingga mudah
dalam penyimpanan dan penakaran.

204
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

2. Kemudian dari dengan takaran tertentu dapat direbus dan ditambahkan sedikit
gula.
3. Setelah mendidih maka minuman disaring dari ampasnya.
4. Tahapan selanjutnya adalah pengemasan minuman kedalam botol.
5. Untuk meningkatkan ketahanan dari minuman ini dapat dikemas berupa bubuk
minuman instan karena minuman multigrain hanya bertahan sekitar 3 hari dan
harus didinginkan.
Meningkatkan Nilai Ekonomis Biji-bijian
Dengan memanfaatkan biji-bijian menjadi Minuman multigrain yang bergizi
dan dapat dikonsumsi oleh semua kalangan maka dapat meningkatkan nilai ekonomis
dari masing-masing bijian tersebut. Berikut merupakan contoh estimasi keuntungan
dari penginovasian biji-bijian menjadi minuman multigrain :

Penjualan 300 botol masing-masing ukuran 250 ml dengan harga Rp3000,-


/botol maka keuntungan yang didapatkan dari pengolahan minuman multigrain dapat
menjadi faktor utama dalam mengembangkan usaha ini. Untuk mencapai profit yang

205
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

maksimal maka perlunya sumber daya manusia (SDM) untuk pengolahan minuman
ini. Pemanfaatan SDM yang cukup banyak dapat meningkatkan serapan tenaga kerja.
Pembentukan Sentra Industri
Dalam pengolahan minuman multigrain maka perlu tenaga kerja untuk
mengolahan biji-bijian menjadi tepung, pengolahan tepung biji-bijian menjadi
minuman atau tahapan produksi, kemudian tahapan pengemasan dan pemasaran.
Dalam produksi minuman ini memerlukan tenaga kerja sebanyak 5 (lima) orang.
Pengoptimalan produksi minuman multigrain juga dapat dilakukan dengan
membentuk sentra industri di kawasan-kawasan yang memiliki tenaga kerja yang
besar sehingga dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat memfokuskan dalam
proses produksi biji-bijian dan distribusi minuman multigrain.
Pengoptimalan produksi dari usaha minuman “Multigrain Anggun” ini didukung
dengan besarnya peluang pasar yang membutuhkan minuman yang bergizi dan
menyehatkan. Selain itu, juga dengan harga minuman yang ekonomis maka dapat
dijangkau oleh masyarakat di berbagai kalangan.
Peluang dan Tantangan
Inovasi minuman “Multigrain Anggun” ini memiliki berbagai peluang dan
tantangan yang cukup besar. Peluang dari minuman ini adalah inovatif karena belum
pernah ada minuman Multigrain yang beredar di pasaran. Harga minuman yang
cukup ekonomis, bergizi dan dapat dikonsumsi berbagai kalangan dapat menjadi
alasan untuk minuman ini menambah peluang dari minuman ini.
Minuman “Multigrain Anggun” memiliki tantangan yang cukup besar pula,
diantaranya adalah nama atau brand minuman ini kurang familiar dikalangan
masyarakat Gunungkidul. Banyaknya pesaing yang sejenis seperti susu kedelai dapat
menjadi tantangan dalam pemasaran minuman ini. Jarak antardestinasi wisata di
Kabupaten Gunungkidul yang cukup jauh dapat menghambat distribusi minuman
“Multigrain Anggun”.

Kesimpulan

206
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Dengan menginovasi biji-bijian menjadi minuman multigrain ini maka dapat


meningkatkan nilai ekonomis dari masing-masing biji-bijian dan meningkatkan
pendapatan masyarakat Gunungkidul. Selain itu, dengan banyaknya destinasi wisata
di Gunungkidul maka minuman multigrain ini dapat menjadi salah satu oleh-oleh
khas dari Gunungkidul yang menggunakan brand “Multigrain Anggun”.
Penerapan Sapta Usaha Tani dengan pasca panen dan pemasaran dapat
berjalan secara optimal karena dapat menghasilkan profit yang maksimal sehingga
dapat pula meningkatkan kesejahteraan petani khususnya petani biji-bijian maupun
palawija. Dengan meningkatnya kesejahteraan petani maka dapat mendukung dalam
pembangunan perekonomian, menampung luapan tenaga kerja, mengoptimalkan
potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah, dan memanfaatkan potensi pasar
yang cukup besar dapat menambah pengahasilan dari masyarakat Gunungkidul serta
dapat menjadi basis pertumbuhan pertanian di pedesaan.

207
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Kabupaten Gunungkidul.
http://www.gunungkidulkab.go.id/home.php?mode=content&id=132.
Diakses tanggal 14 Oktober 017 pukul 22.27 WIB
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Gunungkidul Sebelum Pelaksanaan Revolusi
Hijau.http://eprints.uny.ac.id/21351/5/5.BAB%20II.pdf. Diakses tanggal
11 Okt 2017 pukul 10.43 WIB
Potensi Gunung Kidul Sebagai Sumber Benih Kedelai Daerah Istimewa Yogyakarta.
http://pangan.litbang.pertanian.go.id. Diakses tanggal 14 Oktober 2017 pukul 22.24
WIB.
Riyandoko dan Elok Mulyoutami.Agroforestri Padi di Gunung Kidul: praktek
budidaya dengan manfaat
ganda.www.worldagroforestry.org.2016.Diakses tanggal 11 Oktober
2017 pukul 11.30 WIB

208
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

ALTERNATIF MEDIA TANAM JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)


MENGGUNAKAN TONGKOL JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVAS JAMUR TIRAM DI INDONESIA

Anas Assari
Mahasiswa Program Studi Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
anasassari96@gmail.com

Dewasa ini, pemerintahan era presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia


mampu mewujudkan swasembada pangan nasional. Hal tersebut dirasa tidak begitu
memberatkan, mengingat bahwa Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Pada
pemerintahan kali ini, beliau menginginkan Indonesia mandiri dalam memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat (Asril, 2015). Akan tetapi pada kenyataannya,
Indonesia masih melakukan impor terhadap komoditas tertentu misalnya pada
komoditas tanaman hortikultura.
Dalam memantapkan swasembada pangan di Indonesia perlu dilakukan
pembangunan pertanian dibidang pangan khususnya pada tanaman hortikultura.
Tanaman hortikultura merupakan salah satu komoditi bahan pangan yang mampu
menunjang kebutuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, protein, mineral,
karbohidrat, dan lemak. Terdapat berbagai macam tanaman hortikultura seperti
tanaman biofarmaka (obat), sayuran, dan buah-buahan. Salah satu jenis dari tanaman
hortikultura yang dapat dikembangkan untuk memenuhi gizi masyarakat yaitu jamur
tiram.
Jamur tiram adalah bahan pangan jenis sayur yang aman untuk dikonsumsi.
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang memiliki keunggulan jika
dibandingkan dengan jenis jamur lainnya yaitu dari segi nilai gizinya. Protein nabati
yang terkandung dalam jamur tiram relatif lebih tinggi dibandingkan protein sayuran,
dan memiliki kandungan lemak dan karbohidrat yang rendah dibandingkan dengan
daging sapi. Karena hal tersebut, jamur tiram mulai banyak dimanfaatkan dan diolah
oleh produsen makanan sebagai alternatif lauk pengganti daging ayam. Saat ini, mulai

209
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

“menjamur” waralaba penjual olahan jamur tiram seperti sego njamoer, jamur crispy,
dan keripik jamur. Hal tersebut yang mempengaruhi masyarakat mulai beralih untuk
mengonsumsi jamur tiram, sehingga permintaan pasokan tiap tahunnya meningkat
mencapai 20%-25% (Candra dkk,2014).
Tingginya permintaan masyarakat tidak diikuti dengan tingginya produksi
jamur tiram di Indonesia.

Gambar 1. Produksi Jamur (Kg) (BPS,2015)


Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2015 menunjukkan bahwa produksi
jamur dari tahun 2014 yang berjumlah 37.409.599 kg mengalami penurunan menjadi
33.484.635 kg pada tahun 2015. Rendahnya produksi jamur tiram berdampak pada
pendapatan petani jamur serta ketersediaan jamur tiram dipasaran menjadi langka.
Petani jamur mengalami keterbatasan dalam hal faktor produksi seperti kurang
tersedia serbuk kayu sengon yang digunakan sebagai media tanam jamur.
Pada umumnya petani jamur di Indonesia menggunakan serbuk kayu sengon
sebagai media tanam jamur karena memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup
yaitu selulosa 49,90%, hemiselulosa 24,59%, dan lignin 26,80% (Martawijaya dkk,
1989). Selain itu, serbuk kayu sengon dipilih karena mudah didapatkan dan harganya
relatif murah (Puspitarini, 2006). Namun, semakin meningkatnya permintaan jamur

210
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

tiram menyebabkan pada penurunan ketersediaan serbuk kayu sengon. Apabila


serbuk kayu sengon sukar diperoleh maka akan timbul masalah baru, sehingga
diperlukan alternatif lain yang dapat digunakan sebagai media tanam jamur, salah
satunya yaitu tongkol jagung (Wang, 2000).
Tongkol jagung adalah bagian dari jagung sebagai tempat menempelnya biji
jagung. Tongkol jagung pada umumnya dimanfaatkan sebagai campuran pakan
ternak, dibuang atau dibakar untuk mengurangi penumpukan sampah. Menurut data
dari BPS tahun 2015 menunjukkan peningkatan produksi jagung dari tahun 2013
sebanyak 18.511.853 ton menjadi 19.008.426 ton pada tahun 2014 serta mengalami
peningkatan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 19.612.435 ton.

Gambar 2. Produksi Jagung (Ton) (BPS,2015)


Dengan meningkatnya produksi jagung maka diikuti pula dengan
meningkatnya hasil samping jagung yaitu tongkol jagung, yang jumlahnya sekitar
40% dari total produksi jagung. Oleh karena itu, tongkol jagung perlu dimanfaatkan
lebih lanjut sebagai media tanam alternatif pada jamur tiram yang bertujuan untuk
mengurangi masalah penumpukan sampah.
Tongkol jagung dapat dimanfaatkan sebagai media tanam jamur karena
memiliki kandungan lignoselulosa yang dibutuhkan oleh jamur. beberapa kandungan

211
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

yang terdapat pada tongkol jagung yaitu selulosa 41%, hemiselulosa 36%, air 9,6%,
liginin 6%, pektin 3%, dan pati 0,014% (Lorentz dan Kulp, 1991).
Proses pembuatan media tanam jamur tiram dengan menggunakan tongkol jagung
tidak jauh berbeda dengan kayu sengon. Langkah awal yang dilakukan yaitu tongkol
jagung dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 120 oC selama 5 jam
atau dapat dilakukan dengan cara penjemuran sinar matahari langsung. Setelah kering
atau kadar air berkurang kemudian dihaluskan menggunakan blender. Selanjutnya
diayak untuk mendapatkan media tanam yang halus. Proses selanjutnya ditambahkan
air sebanyak 50-60% dan diaduk merata hingga tidak menggumpal. Langkah
berikutnya pewadahan menggunakan kantong plastik tahan panas. Kantong plastik
yang sudah berisi media tanam tongkol jagung kemudian disterilisasi dengan cara
pengukusan selama delapan jam dengan suhu 90oC-100oC, kemudian didinginkan
hingga temperatur 40oC.
Setelah proses pembuatan media tanam, langkah selanjutnya yaitu inokulasi
bibit jamur tiram putih dilakukan dengan cara menaburkan bibit kedalam media
tanam. Proses selanjutnya yaitu inkubasi bibit jamur pada suhu 27oC-28oC hingga
seluruh media tanam berwarna putih atau miselium tumbuh. Setelah miselium
tumbuh merata memenuhi media tumbuh jamur, maka media sudah siap untuk
dilakukan penumbuhan dengan cara membuka plastik media yang sudah dipenuhi
miselia. Setelah satu sampai dua minggu akan tumbuh tubuh buah. Kondisi
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan jamur tiram adalah pada suhu 160C-22oC
dengan kelembaban 80-90%. Jamur tiram siap dipanen dengan caa mencabut seluruh
rumpun jamur tiram yang ada.
Baik serbuk kayu sengon maupun tongkol jagung, keduanya dapat
dimanfaatkan menjadi media tanam untuk jamur tiram. Namun, semakin
meningkatnya permintaan akan jamur tiram menyebabkan ketersediaan serbuk kayu
sengon menurun. Padahal, serbuk kayu sengon selama ini dimanfaatkan oleh petani
jamur tiram sebagai media tanam jamur. Oleh sebab itu, perlu adanya bahan lain yang
dapat dimanfaatkan sebagai media tanam jamur selain serbuk kayu sengon yaitu

212
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

tongkol jagung. Tongkol jagung dapat diolah menjadi media tanam jamur karena
memiliki kandungan hemiselulosa yang dibutuhkan oleh jamur tiram untuk tumbuh.
Selain itu, tongkol jagung memiliki kelebihan dibandingkan dengan serbuk kayu
sengon karena kandungan lignin yang tidak terlalu besar. Kandungan lignin yang
besar dapat menghambat pertumbuhan jamur karena aktivitas enzimatis jamur akan
sulit menembus pertahanan lignin, sehingga nutrisi jamur tidak dapat dicerna (Badu,
2011). Penggunaan tongkol jagung pada komposisi media tanam jamur diharapkan
mampu menghasilkan waktu panen jamur yang lebih cepat sehingga swasembada
pangan akan tercapai dan untuk mewujudkan pembangunan pertanian di Indonesia.

213
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Asril, S., 2015, Produksi Pangan Berlipat, Jokowi Nyatakan Indonesia Siap
Swasembada pangan, http://ekonomi.kompas.com/read/2015/02/12
/1341437/Produksi.Pangan.Berlipat.Jokowi.Nyatakan.Indonesia.Siap.Sw
asembada.Pangan, diakses pada tanggal 3 Oktober 2017
Badu, M. (2011). Effects of Lignocellulosic in Wood Used as Substrate on the Quality
and Yield of Mushroom. Food and Nutrition Sciences 27, 780 784.
Candra, Reki, dkk. 2014. Analisis Usahatani dan Pemasaran Jamur Tiram dengan
Cara Konvensional dan Jaringan (Multi Level Marketing) di Provinsi
Lampung. JIIA. 2(1): 38-47
Lorentz, & Kulp, K. (1991). Handbook of Cereal Science and Technology. Marcell
Dekker Inc, New York.
Martawijaya, A. dkk., (1989) Atlas Kayu Indonesia, Jilid II., Badan Penelitian dan
Pengembangan Hutan 59-64, Bogor.
Puspitasari, Faradita Eka. 2015. Pengaruh Sabut Kelapa sebagai Media Pertumbuhan
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Terhadap Kandungan Mineral dan
Vitamin. Skripsi. Institut Teknologi Speuluh Nopember
Wang, S. (2000). Biological Efficiency and Nutritional Value of Pleurotus ostreatus
Cultivated on Spent Beer Grain. Bioresource Technology 78, 293-300.

214
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

ORGANIC SNAIL MANAGEMENT : OPTIMALISASI PEMANFAATAN


KEONG SAWAH DENGAN LOCAL PROCESSING DAN MANAJEMEN
KOPERASI DESA KULWARU

Maharestri Rahmi Widarso


Mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada
maharestrirw@gmail.com

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian penduduknya masih


bergantung pada sektor pertanian. Pada umumnya, lahan pertanian hanya
dimanfaatkan untuk menghasilkan produk pertanian saja. Padahal, lahan pertanian
masih memiliki potensi lain yang bernilai ekonomi, salah satunya adalah keong
sawah. Berdasarkan survey, 75% masyarakat di Yogyakarta dan sekitarnya
mengkonsumsi olahan keong sawah. Harga pasarannya pun cukup terjangkau,
berkisar Rp20.000,00 per kilogram untuk daging siap masak. Hal inilah yang
menyebabkan keong sawah digemari oleh masyarakat.
Keong Sawah (Pila 1ampullacea) merupakan hewan yang beradaptasi dengan
lingkugan genangan-genangan air seperti kolam dan sawah (BPTPH-I, 1997). Keong
sawah akan menjadi dewasa dalam waktu 64 – 84 hari. Daya regenerasi keong sawah
yang tinggi, yakni mencapai 1.000 – 1.200 telur perbulan dan masa reproduksi 3 – 26
bulan menjadikan jumlahnya melimpah di lahan (Wiratno, dkk. 2011). Seiring
berjalannya waktu keong sawah tumbuh menjadi hama. Pada tahun 2007, luas areal
pertanaman padi yang rusak akibat keong sawah seluas lebih dari 22.000 ha
(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008). Keong sawah memiliki kandungan
gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Menurut Positive Deviance Resource
Centre (2014), kandungan keong sawah mengandung protein, kalsium, air,
karbohidrat, dan phosphor. Selain itu, 75% lemak di tubuh keong adalah unsaturated
fatty acids, yang berarti lemak baik dan dibutuhkan tubuh.
Desa Kulwaru terletak di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta. Desa ini memiliki wilayah kurang lebih seluas 256,79 Ha dan terdiri dari

215
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

135 Ha untuk area lahan persawahan, 5 Ha untuk area tegalan, 106,6 Ha untuk area
pemukiman serta 0,1 Ha untuk penggunaan lahan lain. Kawasan pertanian merupakan
kawasan yang mendominasi wilayah Desa Kulwaru sehingga sebagian besar
penduduk bekerja pada bidang pertanian. Kegiatan pertanian Desa Kulwaru
menerapkan sistem pertanian organik dimana dalam prakteknya meminimalisir
penggunaan bahan-bahan sintetis dan lebih mengintegrasikan ternak hewan. Desa
Kulwaru memiliki Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang dibina oleh Kelurahan
Kulwaru dengan 11 poktan dan kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
yang berada di setiap dusunnya (Hermawan, 2016). Selain itu, pertanian di desa ini
juga menerapkan sistem pertanian surjan yang mengacu pada morfologi lahan yang
memiliki alur-alur tinggi yang bersifat terestial berselang-seling dengan alur-alur
rendah yang bersifat akuatik. Pada bagian terestial oleh petani ditanami tanaman
palawija, sedangkan pada bagian akuatik ditanami padi sepanjang tahun (Aminatun,
dkk. 2014).

Gambar 1. Kelompok Tani Ngestu Bawono II Desa Kulwaru

216
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 2. Produk organik Desa Kulwaru


Pada bagian akuatik dari sistem pertanian surjan ini, terdapat banyak hama
keong sawah yang dapat merugikan petani dari segi ekonomi maupun kesehatan.
Kerugian dari segi ekonomi seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, pada tahun
2007 lahan persawahan seluas 22.000 ha rusak akibat keong sawah. Sedangkan dari
segi kesehatan, cangkang dari keong sawah dapat melukai telapak kaki petani
sehingga petani dapat terganggu kesehatannya serta menurunkan semangat kerja
petani tersebut.
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas dibutuhkan solusi yang
tepat untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkan oleh keong sawah. OSM
(Organic Snail Management) adalah suatu sistem manajemen pemanfaatan keong
sawah organik yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian desa melalui
koperasi. Penerapan OSM ini akan menjadikan sebuah koperasi produksi, dimana
OSM berfungsi sebagai pengumpul, pelayanan produksi, penyimpanan serta
penjualan hasil produksi baik berupa setengah jadi atau produk jadi. Tujuan dari
OSM adalah mengintegrasikan antara kelompok tani, koperasi dan anggota PKK.
Brand keong organik sangat potensial untuk dikembangkan sebagai brand dari Desa
Kulwaru karena penerapan sistem pertanian organik. Brand keong organik akan
menghasilkan produk olahan keong sawah yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi
daripada olahan keong sawah pada umumnya.

217
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 3. Skema Alur OSM


Skema di atas menggambarkan bahwa OSM menjadi penghubung antara
petani dan konsumen. Unsur-unsur yang terkait dalam Organic Snail Management
terdiri dari yaitu sub unit input, sub unit rumah produksi dan sub unit pemasaran. Sub
unit input terdiri dari petani yang bertugas untuk menyediakan stock mentah keong
sawah yang didapatkan dari lahan masing-masing petani dalam bentuk daging murni
tanpa cangkang. Setiap 1 kg keong sawah yang disetor akan dibeli seharga Rp17.000
oleh koperasi (atau naik 13,3% dari harga yang ditetapkan pengepul kepada petani,
yakni Rp15.000). Kemudian sub unit rumah produksi yang terdiri dari anggota PKK
Desa Kulwaru yang bertugas mengolah keong sawah organik. Kegiatan produksi
akan dilakukan di rumah produksi yang dibiayai oleh koperasi. Segala bentuk
permodalan dan keuangan akan ditangani oleh kepala unit Koperasi OSM, sehingga
tugas dari anggota murni hanya melakukan kegiatan produksi. Sistem upah dari
anggota produksi ini adalah per hari produksi dengan insentif sesuai kesepakatan
dengan pihak koperasi. Sub unit pemasaran adalah bagian dari koperasi yang bertugas
untuk mengurus bagian penjualan produk, baik untuk standby di koperasi, pemasaran
melalui web, maupun melalui media sosial yang didistribusikan ke toko-toko mitra
serta melakukan pembukuan penjualan.

218
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Syarat untuk dapat bergabung dalam keanggotaan OSM sangat mudah yakni
cukup dengan melakukan registrasi di koperasi dan membayar biaya keanggotaan.
Selanjutnya ada kepala unit yang memimpin setiap kelompok anggota, yakni kepala
unit input, kepala unit produksi dan kepala unit pemasaran. Kepala unit input
bertugas mengkoordinasi anggota input, memberikan pelatihan terkait teknik
penangkapan dan pelatihan pemanfaatan cangkang keong sawah sebagai pakan
ternak, mengontrol penimbangan serta pembelian keong sawah. Kepala unit produksi
bertugas mengawasi kegiatan produksi, menetapkan standar produk, melakukan
kontrol kualitas, mengecek presensi anggota dan melaporkannya ke kepala unit
marketing, serta mengorganisir perbaikan dan pemeliharaan peralatan produksi.
Selanjutnya ada kepala unit pemasaran yang bertugas mengidentifikasi peluang
pemasaran, membuat target pemasaran, mengontrol proses pemasaran, menyiapkan
rencana pemasaran dan anggaran tahunan, mengecek pembukuan penjualan, mencari
mitra serta mengatur pengupahan anggota sub unit produksi dan sub unit anggota
marketing.
Salah satu upaya strategis untuk meningkatkan perekonomian Desa Kulwaru
adalah menggerakkan seluruh elemen masyarakat. Manajemen OSM dapat membantu
petani dan anggota PKK dalam menambah pendapatannya, dikarenakan adanya local
processing. Local processing adalah proses pengolahan keong sawah yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai jual keong sawah menjadi produk siap konsumsi dengan
mengoptimalkan sumberdaya lokal desa. Pengolahan keong sawah ini dilakukan di
Rumah Produksi yang merupakan salah satu fasilitas milik OSM. Rumah Produksi
sepenuhnya menjadi tanggungan OSM. Mulai dari biaya yang dikeluarkan untuk
produksi hingga produk yang dihasilkan.
Penerapan OSM dapat membawa dampak sosial ekonomi yang baik bagi masyarakat
Desa Kulwaru, dimana para petani akan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan
nantinya dapat lebih berkembang, misalnya adanya pelatihan pembuatan pakan ternak
dari campuran cangkang keong sawah yang dapat menekan pengeluaran untuk pakan
dan membuat ternak lebih sehat. Bagi anggota PKK tentunya akan lebih produktif

219
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

menghasilkan pendapatan tambahan. Koperasi Kubaweta Desa Kulwaru akan lebih


berkembang dan lebih produktif dalam menunjang kesejahteraan masyarakat desa.
Secara sosial, adanya OSM akan membuat hubungan sosial masyarakat Desa
Kulwaru semakin erat karena mereka akan terlibat dalam kegiatan bersama secara
intensif. Selain itu adanya OSM meningkatkan pengetahuan warga Desa Kulwaru
agar lebih berpikir kritis, kreatif, inovatif dan sadar akan potensi yang dimilikinya.

Gambar 4. Koperasi Kubaweta Desa Kulwaru


Pihak-pihak yang membantu dalam merealisasikan gagasan ini adalah petani
Desa Kulwaru, koperasi Kubaweta, anggota PKK Desa Kulwaru, pemerintah, dan
konsumen. Petani memegang peran penting dalam kegiatan on farm sekaligus sebagai
produsen keong sawah. Dengan adanya OSM, koperasi Kubaweta akan berkembang
karena memiliki fungsi tambahan yaitu membantu memasarkan produk kepada
konsumennya dan menerima pasokan daging keong sawah untuk disalurkan ke rumah
produksi. Anggota PKK berperan pada rumah produksi, yaitu mengolah daging
keong swah untuk meningkatkan nilai jual. Peran pemerintah adalah dengan
memberikan izin terkait peran koperasi dalam menerapkan sistem OSM. Konsumen
disini memiliki peran dalam menggerakkan koperasi desa sehingga dapat
menjalankan fungsi pemasarannya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Organic Snail
Management (OSM) merupakan sebuah suatu sistem manajemen pemanfaatan keong
sawah organik yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian desa melalui

220
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

integrasi antara kelompok tani, koperasi, dan anggota PKK. Keunggulan dari sistem
ini dapat dirasakan oleh petani Desa Kulwaru, Koperasi Desa, Pemerintah, serta
konsumen dan pebisnis (masyarakat). Dalam tingkat lanjut, pengembanangan sistem
OSM ini akan membantu negara Indonesia dalam menyongsong Pembangunan
Pertanian.

221
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, R. 2016. Peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam


Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Desa Kulwaru Kecamatan
Wates Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Elektronik Mahasiswa PLS. 5 (6) :
108- 112.
Aminatum, T., S.H. Widyastuti, dan Djuwanto. 2014. Pola Kearifan Masyarakat
Lokal dalam Sistem Sawah Surjan untuk Konservasi Ekosistem
Pertanian. Jurnal Penelitian Humaniora. 19 (1) : 65-76.
BPTPH-I. 1997. Siput Murbei pada Tanaman Padi Sawah dan Cara Pengendaliannya.
BPTPH-I Medan.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2008. Laporan Luas dan Serangan Hama
dan Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan, Jakarta.
Positive Deviance Resource Centre/PDRC (2014). Faculty of Public Health
University of Indonesia. Copyright 2014. PDRC Positive Deviance
Resource Centre. Webmaster by Window Wide Webservice.
Wiratno, M, Rizal, dan I.W. Laba. 2011. Potensi Ekstrak Tanaman Obat dan
Aromatik sebagai Pengendali Keong Mas. Buletin Littro. 22 (1) : 54-6.

222
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

OPTIMALISASI ALUR PENANGANAN SEKTOR PERTANIAN


BERDASARKAN USAHA DAGANG

Lefi Unsiyyati
Mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya
lefiunsiyyati@gmail.com

“Gemah ripah loh jinawi”


Ungkapan diatas sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari
khususnya masyarakat di Pulau Jawa. Sebuah ungkapan yang bermakna kekayaan
alam yang berlimpah menggambarkan betapa besarnya kekayaan bangsa Indonesia.
Akan tetapi, masih korelatifkah untuk mewakilkan kondisi Indonesia saat ini?
Keanekaragaman hayati yang telah dianugerahkan di Indonesia hendaknya
dioptimalkan secara efektif dan efisien terutama dalam sektor pertanian. Jika sektor
pertanian mampu diatur secara maksimal dari hilir ke hulu maka akan mampu
meminimalisir rantai pemasaran sehingga petani dan konsumen tidak dirugikan.
Pada kenyataannya petani di Indonesia dihadapkan persoalan lemahnya
kekuatan petani kecil dalam mengatur proses produksi hingga pemasaran akibat
minimnya modal. Situasi tersebut menyebabkan petani menjadi ketergantungan untuk
mencari modal pada tengkulak. Stigma negatif tentang tengkulak sering kali diartikan
sebagai renternirnya pertanian dalam penyedia modal hingga proses pascapanen.
Berdasarkan data BPS pada bulan Maret 2017 tercatat sebanyak 27,77 juta orang
penduduk miskin di Indonesia. Sebanyak 17,10 juta orang dari jumlah tersebut
didominasi masyarakat pedesaan. Sumber mata pencaharian terbesar di pedesaan
adalah petani. Sebagai negara agraris, seharusnya mampu mengatur sektor ini untuk
memaksimalkan perannya dalam memakmurkan masyarat Indonesia khususnya pada
perekonomian nasioal.
Pertanian sebagai sektor dengan resiko tinggi pada tingkat kegagalan menjadi
ancaman bagi para petani. Berbagai ancaman meliputi kegagalan panen, hama,
penyakit, fluktuasi harga, serta panen raya yang meresahkan petani. Akibatnya,

223
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

banyak petani yang semula meminjam modal tidak dapat mengembalikan utuh karena
harga jual hasil panen yang rendah. Ketidakmampuan petani dalam mengembalikan
modal tersebut menjadi permasalahan yang cukup memprihatinkan karena setelah
panen saprodi pertanian harus kembali dipersiapkan lagi.
Berbagai permasalahan yang telah dipaparkan, permasalahan pokoknya yaitu
terbatasnya modal petani dalam memulai proses tanam. Kedua, kurangnya tingkat
pendidikan petani sehingga pengetahuan petani pada proses budidaya tidak optimal.
Masalah pengetahuan disesabkan oleh kurangnya latar belakang tentang ilmu
pertanian, terbatasnya penyuluh pertanian serta rata-rata petani menerapkan ilmu
manajemen keluarga atau turun-menurun. Ketiga, minimnya lembaga pertanian yang
membantu petani dalam proses pemasaran.

Usaha Dagang VS Koperasi


Sampai saat ini, peran kelembagaan untuk sektor pertanian biasanya masih
berasal dari pembiayaan pemerintah maupun modal bersama para anggota. Salah
satunya adalah adanya koperasi yang digunakan untuk membantu para petani. Sistem
kelembagaan tersebut tidak begitu membatu petani pada proses jangka panjang.
Meskipun petani dibebankan sistem peminjaman bunga rendah, tetapi pendapatannya
belum mampu mengembalikan modal beserta bunganya secara utuh dalam kurun
masa panen. Bahkan, pemberlakuan bunga pada koperasi tidak hanya untuk
mensejahterakan anggota namun juga untuk memajukan koperasinya.
Mengingat tidak semua desa terdapat koperasi yang memadai karena lembaga
berbadan hukum ini mempunyai aturan yang rumit pada proses pelaksanaannya.
Selama ini beberapa koperasi hanya terfokus pada sistem pinjam bagi para anggota
serta tidak adanya pengawasan dalam pelaksanaan modal di lapangan bagi para
petani. Menyikapi kondisi tersebut diperlukan suatu lembaga yang dapat menjadi
tumpuan petani seperti usaha dagang sehingga disetiap desa dapat berdiri secara
merata untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

224
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Faktanya, Usaha Dagang dengan kepemilikan perseorangan tidak mempunyai


aturan yang rumit dalam proses pendiriannya. Ada yang menjadi ciri lain dari usaha
dagang yaitu, 1) modal yang dibutuhkan berasal dari pribadi maupun anggota lainnya
2) tidak terikat aturan badan hukum 3) memiliki pajak yang rendah. Berbeda dengan
koperasi yang terikat oleh badan hukum serta dalam pelaksanaanya harus berdasarkan
prinsip koperasi, usaha dagang lebih mudah dalam pelaksanaanya karena tidak terikat
pengaturan resmi dari perundang-undangan.

Persentase Pembiayaan Usaha Dagang Bagi Petani


Karakteristik produk pertanian yang unik tidak mengherankan apabila terjadi
kerugian pada saat terjadinya panen raya maupun gagal panen. Adanya fluktuasi
harga diberbagai kondisi seperti panen raya menyebabkan melimpahnya hasil panen
berdampak pada harga barang. Disamping itu, pembiayaan modal usahatani perlu
dikembalikan dengan utuh. Menyikapi hal tersebut pemerintah mulai mengalokasikan
berbagai modal pembiyaan untuk sektor pertanian. Program pembiayaan tersebut
mencakup program kredit dan bantuan. Program bantuan nantinya diberikan kepada
kelompok tanpa pengembalian, bahkan modalnya akan diputar lagi untuk dipinjam ke
beberapa petani. Sedangkan program kredit pada penerima harus memenuhi syarat-
syarat yang dikualifikasikan oleh bank pelaksana. Akibat program yang tidak sesuai
dengan karakteristik pertanian, maka diperlukan suatu badan usaha yang secara
khusus mampu menangani seluruh kegiatan usahatani. Beberapa hal yang menjadi
asas dalam pendirian usaha dagang adalah modal yang digunakan untuk
kelangsungan badan usaha bisa dari perorangan maupun para anggota. Kedua, tidak
adanya prinsip yang mengikat sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan petani dan
mampu memperbaiki kekurangan beberapa aspek lainnya dalam memaksimalkan
produktivitasnya. Pada kondisi di lapangan, petani masih membutuhkan peran
konsultan atau penyuluh untuk menangani masalah budidaya pertanian yang tidak
dapat diprediksi dengan pasti. Ketiga, budidaya pertanian membutuhkan alur
perencanaan budidaya dari hulu hingga hilir. Oleh karena itu, perlu adanya

225
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

manajemen pemasaran dari usaha dagang yang membantu petani menjual hasil
panenya. Pada situasi ini, usaha dagang memperluas jaringan pemasaran dengan
masuk ke pasar langsung atau menjalin mitra dengan industri.
Inovasi Usaha Dagang Sebagai Perangkul Petani
Berbagai kendala yang dihadapi petani menjadi PR bersama dalam
memecahkan persoalan. Kebanyakan petani kecil menjadi pasif dalam kehidupan
sosial menjadi tantangan bagi penggerak pertanian untuk memperbaiki kelemahan
yang ada. Adanya suatu kelompok tani di suatu daerah dapat menjadi salah satu titik
terang untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Kelompok tani tersebut nantinya
akan diarahkan untuk mencapai visi dan misinya dalam pembentukan UD. Adanya
kerjasama antar kelompok tani dapat memaksimalkan peran UD untuk membagi
tanggungjawab dan tugas bersama demi terwujudnya kesejahteraan bersama.
Disamping itu, kelompok tani dapat menjadi control berjalannya UD. Permasalahan
lain adalah minimnya pengetahuan dari berbagai pihak yang terlibat aktif untuk
pengelolaan UD kedepannya dengan visi dan misi yang dinamis. Minimnya pelatihan
maupun pengawasan langsung pada badan usaha ini mengharuskan untuk memenuhi
kebutuhan administratif kedepannya. Pelatihan tersebut dapat berupa pengelolaan
buku tabungan para petani baik sebelum maupun pascapanen. Selain itu, ada laporan
keuangan dari seluruh kegiatan setiap hari dari penyedia input hingga pemasaran.
Tidak hanya itu, pelatihan pembuatan proposal yang baik serta laporan
pertanggungjawaban menjadi indikator dalam keberlangsungan badan usaha.
Pelatihan ini dapat terjadi apabila ada kerjasama dengan Dinas Pertanian, perbankan,
konsultan keuangan, dan mahasiswa KKN yang berkiprah sesuai bidangnya sehingga
mampu memaksimalkan UD.
Inovasi lain yang perlu dikembangkan dalam usaha dagang adalah peran
penyuluh maupun konsultan pertanian. Adanya penyuluh pertanian yang produktif
dapat membantu petani dalam mengatasi masalah aplikatif di lapang. Baik penyuluh
maupun konsultan sangat dibutukan dalam memberi masukan, saran, serta solusi
akibat adanya serangan hama, kegagalan panen, kurangnya pengetahuan petani

226
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

menangani serangan penyakit, dan resiko bencana alam lainnya. Dengan begitu,
pembelajaran dari penyuluh tidak hanya berasal pada satu sesi/moment terterntu saja,
melainkan juga sebagai fasilitator pada pelaksanaan budidaya pertanian. Pada jangka
panjang, penyuluh sekaligus konsultan lebih mudah dipercaya petani karena ilmu
yang disampaikan dapat diaplikasikan seiring berjalannya masa tanam.
Peran yang tidak kalah penting adalah peran pemerintah dalam menggerakkan
semua sektor pertanian agar menjadi lebih produktif dan mampu berdaya saing dalam
menghadapi globalisasi. Untuk mengatasi hal ini, optimalisasi bantuan hendaknya
juga diperhatikan untuk sektor badan usaha kelas menengah ke bawah sehingga tidak
ada perbedaan perlakuan berbagai jenis badan usaha. Bantuan ini nantinya dapat
digerakkan untuk memperluas jaringan pemasaran atau sebagai modal untuk
membuka pasar sendiri sehingga komoditas di suatu UD dapat dinikmati oleh
masyarakat sekitar daerahnya. Dengan cara demikian rantai pemasaran lebih efisien.

Kesimpulan Dan Saran


Pertanian merupakan aspek vital dalam sebuah negara yang menyangkut
kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, pertanian berperan penting
dalam kehidupan negara. Banyaknya masalah pada sektor pertanian yang merugikan
petani membutuhkan gerakan yang nyata untuk menanganinya, salah satunya adalah
masalah kelembagaan yang dapat menjadi wadah dalam mengatasi berbagai aspek
permodalan, input produksi, pembiayaan, maupun pemasaran. Sistem usaha dagang
dapat menjadi suatu alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pertanian.
Berbagai manfaat adanya usaha dagang di setiap desa yaitu tidak terikat oleh aturan
badan hukum, mampu bertindak sebagai usaha penyedia input, dapat memaksimalkan
peran penyuluh maupun konsultan sebagai fasilitator budidaya pertanian serta
tersedianya lembaga yang mampu mengelola proses pemasaran.
Kekurangan dari usaha dagang ini adalah belum adanya inovasi yang mampu
menangani subsitem off farm atau yang biasa dikenal dengan pengolahan pascapanen.
Usaha dagang biasanya lebih terfokus pada lembaga yang menaungi usaha dari

227
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

penyediaan input, teknik budidaya di lapangan yang dibantu oleh penyuluh maupun
konsultan, lembaga penyedia modal serta lembaga pemasaran. Oleh karena itu,
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk memaksimalkan peran UD. Pertama
dari masyarakat sekitar yang tidak mempunyai penghasilan tetap untuk dibekali
pemberdayaan tata cara pengolahan hasil pertanian melalu home industry. Kedua,
dari kegiatan PKK dapat dilakukan program pelatihan berbagai aneka olahan hasil
pertanian guna memberikan pengetahuan dan pelatihan pembuatan resep maupun
praktik secara langsung. Ketiga, dari lembaga penyuluh yang saling berkerjasama
dengan universitas menjadi volunteer pada mahasiswa KKN mengenai teknologi
pengolahan pangan dan hasil pertanian yang benar. Apabila inovasi tersebut mampu
dikembangkan, peran usaha dagang dalam mengatasi permasalahan petani berjalan
maksimal.
“TANI JOYO”

228
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2017). Profil Kemiskinan Indonesia Maret 2017. Jakarta
Pusat: Badan Pusat Statistik.
Kansil. (2001). Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam Ekonomi).
Jakarta Pradnya Paramita.
Purnamasari, Irma Devita. (2010) Kiat-kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Mendirikan
Badan Usaha. Bandung: Mizan Pustaka.
Sayaka, Bambang dan Sunarja Rudy Rivai. (2010). Peningkatan Akses Petani
Terhadap Ketahanan Pangan Dan Energi. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

229
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

BIO-SLUDGE, HASIL PEMANFAATAN AMPAS DARI BIOGAS LIMBAH


KOTORAN TERNAK YANG BERNILAI GUNA TINGGI

Aisya Aditiashalihah
Mahasiswa Program Studi Peternakan, Universitas Padjadjaran
aisya.aditia33@gmail.com

Latar Belakang
Industri peternakan merupakan bidang usaha yang bergerak dalam penyediaan
kebutuhan produk asal hewani baik itu dari ternak besar, ternak kecil, maupun ternak
unggas. Seiring berkembangnya pengetahuan, pelakon industri peternakan tidak
hanya perusahaan besar saja, namun skala kecil seperti peternak rumahan sudah
banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Umunya pelaku usaha peternakan
kecil tidak menitik beratkan usaha peternakan mereka sebagai mata pencaharian
utama melainkan hanya sebuah mata pencaharian sampingan yang sewaktu-waktu
ternak mereka dapat dijual jika tidak ada dana memadai. Hal tersebut menjadikan
masyarakat tidak terlalu memperhatikan manajemen usaha ternak mereka dengan
baik dan benar, sehingga produksi dari ternak yang dihasilkan kualitasnya tidak setara
dengan produk peternakan milik industri peternakan besar.
Sekian banyak produk peternakan yang banyak dicari masyarakat khususnya
di Indonesia, ada satu produk peternakan yang bahkan belum banyak masyarakat
yang memanfaatkannya secara maksimal sehingga bersifat mencemari dan menjadi
viral sebagai penyumbang gas metan tertinggi penyebab terjadinya global warming.
Produk peternakan sampingan yang masih memiliki nilai guna salah satunya yaitu
manure. Manure merupakan limbah peternakan yang terdiri dari feses dan urine.
Manure sebagian besar dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau,
kambing, domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah
menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi
menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000). Limbah peternakan tersebut akan terus
diproduksi oleh ternak selama masa pemeliharaan ternak tersebut, dengan

230
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

menerapkan sistem zero waste pada manajemen peternakan maka setiap limbah yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai guna yang tinggi.
Salah satu pemanfaatan limbah manure yang mulai banyak diterapkan di
industri peternakan yaitu pengolahan menjadi bahan energi alternatif biogas.
Prinsipnya biogas ini memanfaatkan manure ternak ruminansia yang diolah dengan
cara fermentasi bakteri anaerob pada manure lalu menghasilkan beberapa gas yang
tergolong kedalam bahan bakar gas. Namun, hasil dari proses pembuatan biogas
tersebut tidak hanya menghasilkan gas-gas yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan
bakar, melainkan terdapat hasil ikutan lainnya yaitu berupa endapan lumpur (sludge)
feses. Lumpur tersebut merupkan ampas yang masih memiliki potensi nilai guna yang
sangat tinggi, dengan penanganan yang tepat, lumpur feses tersebut dapat
dimanfaatkan kembali dengan diolah menjadi pupuk organik dan pembenah tanah.

Pembahasan
Produk hasil ternak sampingan berupa limbah yang dapat dimanfaatkan
menjadi biogas merupakan salah satu cara penerapan sistem peternakan yang zero
waste, dimana tidak ada limbah yang dihasilkan terbuang begitu saja melainkan
masih dapat dimanfaatkan dan akan menambah nilai guna yang ekonomis. Pembuatan
biogas kebanyakan menggunakan manure dari ternak ruminansia karena manure
ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup
tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa manure sapi mengandung 22.59%
sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26%
total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K (Lingaiah dan Rajasekaran,
1986). Kandungan tersebut akan dimanfaatkan oleh bakteri-bakteri fermentasi
anaerob penghasil gas-gas yang akan menjadi bahan bakar nantinya. Namun perlu
diketahui dalam pembuatan biogas, tidak semua manure habis digunakan, melainkan
ada ampas lagi dari pembuatan biogas yaitu berupa endapan lumpur limbah ternak
karena kadar air yang dibutuhkan untuk pembuatan biogas adalah 60–78% yang
artinya hanya manure dengan konsentrasi cair hingga semicair. Manure yang

231
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

berbentuk padat disebut juga sludge atau lumpur hal itulah mengapa dinamakan Bio-
sludge, berasal dari kata biogas dan sludge yang berarti lumpur sisa hasil pembuatan
biogas.
Negara Vietman salah satu yang telah menjalankan program “National Biogas
Programme” untuk pengoptimalisasian penggunaan lahan oleh petani-petani
penggarap dalam bidang pertanian, perikanan, juga peternakan. Produk utama dari
digester adalah biogas yang mampu mengganti penggunaan bahan bakar disetiap
rumah di Vietnam, hasilnya dari satu buah digester dapat menghemat pengeluaran
biaya untuk bahan bakar sebanyak US$5-US$10 juga menghemat waktu mereka
mencari kayu bakar (Bogdanski, 2011 & Teune, 2007). Disamping manfaat
penggunaan biogas, digester juga memproduksi bio-sludge yang bisa berperan
sebagai pupuk organik dan pembenah tanah. Pada tahun 2003-2005 hanya 41% petani
yang memanfaatkan bio-sludge sebagai pupuk dari pengguna digester biogas,
sedangkan pada tahun 2006 – 2007 penggunaannya meningkat menjadi 60% (BP,
2007). Selain itu di Vietnam bio-sludge digunakan juga sebagai pupuk bagi kolam
ikan, pupuk ladang pertanian, dan juga digunakan sebagai suplemen pakan ternak
babi. Sedangkan di Indonesia sendiri pemanfaatan bio-sludge belum dilakukan secara
maksimal karena kurangnya pengetuan masyarakat mengenai pemanfaatan limbah
kotoran dan masih kurangnya pengembangan dari produk bio-sludge ini.
Bio-sludge yang siap digunakan harus terfermentasi an-aerob secara sempurna
melalui digester yang sama saat pembuatan biogas, lalu diendapkan dalam kolam
penampungannya agar terpisahkan antara sludge dengan cairannya sehingga hasil
akhirnya bio-sludge tidak terdapat gelembung-gelembung gas, warna sludge akan
lebih gelap dari limbah kotoran awalnya dan tidak berbau seperti limbah kotoran
awalnya. Menurut Oman (2003), lumpur yang berasal dari proses biogas sangat baik
untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan
oleh tanaman seperti P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Sludge yang sudah terpisahkan dari
bagian cairnya lalu bisa langsung dicampurkan dengan tanah sebagai penggembur
tanah untuk selanjutnya ditanami dengan berbagai macam tanaman.

232
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Bio-sludge dapat menggantikan pupuk anorganik dalam penyediaan nutrisi


bagi tanah karena kandungan N tinggi dan tidak bersifat merusak lingkungan karena
berasal dari bahan organik, penggunaannya akan semakin optimal dengan
penambahan urine kambing, kelinci atau sapi tujuannya yaitu untuk menambah nilai
nutrisi seperti urea pada bio-sludge. Wenke et al (2009) menyatakan bahwa
penggunaan bio-sludge pada tanah menunjukan pertambahan pertumbuhan yang
signifikan pada tanaman selada yang ditanam pada tanah tersebut dibandingkan
dengan selada yang ditanam pada tanah yang dicampur pupuk anorganik. Kandungan
biomassa pada tanah pun lebih tinggi pada tanah yang menggunakan bio-sludge
sebagai pupuk yaitu 1,01 g/ plug sedangkan dengan pupuk anorganik hanya 0,6
g/plug.
Pemanfaatan limbah hewan ternak menjadi bio-sludge yang bernilai guna
tinggi diharapkan dapat mengurangi tingkat cemaran lingkungan yang dihasilkan dari
limbah peternakan, penggunaan bio-sludge ini bersifat organik sehingga tidak akan
merusak lingkungan. Selain itu pemberian edukasi dan penyuluhan program bio-
sludge di masyarakat sangat penting agar pemanfaatannya maksimal. Dukungan dari
pemerintah, peneliti, para ilmuan juga dari instansi terkait sangat diharapkan dalam
pengembangan program pemanfaatan bio-sludge ini.

Kesimpulan
Terlihat seperti tidak bernilai dan mencemari, limbah hewan ternak berupa
kotoran dapat menghasilkan produk dengan nilai ekonomis yang tinggi. Menerapkan
sistem peternakan yang zero waste, maka setiap limbah yang dihasilkan harus dapat
diolah kembali sehingga menghasilkan produk yang bernilai guna tinggi salah
satunya pemanfaatan hasil ikutan dari pengolahan biogas yaitu bio-sludge yang
berperan sebagai pupuk organik dan pembenah tanah. Kandungan nutrisi yang cukup
tinggi pada bio-sludge mampu menggantikan pupuk anorganik yang lebih ramah
lingkungan dan lebih menghemat biaya penggunaan pupuk.

233
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Bogdanski, A., 2011: Introducing Integrated Food-Energy Systems that Work for
People and Climate, Micro perspectives for decentralized energy supply -
Proceedings of the International Conference. Technische Universitaet
Berlin, 7th-8th of April 2011.
BP, 2007: Bio-slurry utilization in Vietnam, edited by Le Thi Xuan Thu, The Biogas
Program for the Animal Husbandry Sector of Vietnam, Vietnam
Lingaiah V. and Rajasekaran P. 1986. Biodigestion of cowdung and organic wastes
mixed with oil cake in relation to energy in Agricultural Wastes 17(1986):
161-173.
Oman. 2003. Kandungan Nitrogen (N) Pupuk Organik Cair Dari Hasil Penambahan
Urine Pada Limbah (Sludge) Keluaran Instalasi Gas Bio Dengan
Masukan Feces Sapi. Skripsi Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sihombing. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Wenke, L., Lianfeng, D & Qichang, Y., 2009: Biogas slurry added amino acids
decreased nitrate concentrations of lettuce in sand culture, Acta
Agriculturae Scandinavica Section B -Soil and Plant Science, vol. 59, pp.
260-264

234
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

REKAYASA PROSES PEMBUATAN BERAS ANALOG TERFORTIFIKASI


DARI SINGKONG DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN PANDAN
GUNA DIVERSIFIKASI KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA

Hana Septiaswin
Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Diponegoro
hanaseptiaswin71@gmail.com

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya


berprofesi sebagai petani dan memiliki tanah subur. Lahan pertanian di Indonesia
dengan jenis lahan sawah (wetland) pada tahun 2012 mencapai 8.132.345,91 Ha dan
tahun 2013 seluas 8.112.103 Ha (Statistics of Agricultural Land, 2014). Sedangkan
jumlah petani di Indonesia mencapai 14.147.942 orang (Badan Pusat Statistik, 2011).
Hasil pertanian di Indonesia bervariasi dan beras menjadi komoditi utama yang
diproduksi.
Beras merupakan bagian bulir padi yang terpisah dari sekam. Sekam disebut
palea (bagian yang ditutupi) dan lemma (bagian yang menutupi). Pada tahap
pemrosesan hasil panen padi, padi ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga
bagian luarnya terlepas dari isinya. Bagian isi inilah yang disebut beras dengan warna
putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam (Tarwotjo, 2008). Beras memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Kandungan dalam beras antara lain energi sebesar 360
kalori, protein, 6,8 g, lemak 0,7 g, kalsium 6 mg, B1 0,12 mg, air 13 g dan
karbohidrat sebesar 78,9 gram (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, 2014).
Dengan demikian, beras bermanfaat dalam mengoptimalkan seluruh kerja organ
tubuh termasuk organ otak, menjaga kesehatan organ jantung, mencegah kanker yang
lebih efektif, mencegah sejumlah peradangan pada kulit, dan mencegah tekanan darah
tinggi. Untuk itu, beras menjadi bahan makanan pokok yang mendominasi pola
makan masyarakat Indonesia sehari-hari (Hasrul, 2012).
Pada tahun 2013 produksi beras siap konsumsi sebesar 71.279.709 ton dan
konsumsi beras sebesar 32.182.995 (Badan Ketahanan Pangan, 2015). Ketersediaan

235
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

produksi beras tersebut dinilai belum mampu mencukupi kebutuhan pangan pasalnya
beras yang telah diolah menjadi beras siap konsumsi, berat padi mentahnya akan
menyusut hingga rata-rata 40 - 50 persen. Hal tersebut terjadi pada tahun 2010
dimana padi yang diproduksi sebesar 66.469.394 ton dan setelah diolah menghasilkan
beras sebesar 31.872.617 ton sedangkan konsumsi beras totalnya mencapai 43,01 juta
ton. Fakta tersebut juga diperkuat dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,50%
per tahun dan tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai 132,98 kg/kapita/tahun
(Badan Ketahanan Pangan, 2015). Maka Indonesia belum mampu memenuhi
kebutuhan pangan nasionalnya di masa yang akan datang. Sehingga pemerintah
melakukan berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan beras nasional seperti
menerapkan kebijakan impor beras di Indonesia. Kebijakan impor beras menuai
banyak kritikan karena dianggap mampu menghancurkan keberadaan para petani
beras nasional dan menimbulkan ketergantungan pada beras impor (Abidin, 2014).
Selama ini, pengembangan progam diversikasi pangan menjadi upaya lain
yang berperan dalam mengurangi ketergantungan pangan pada beras. Diversifikasi
pangan merupakan suatu proses pemilihan pangan yang tidak hanya bergantung pada
satu jenis pangan, akan tetapi memiliki alternatif lain terhadap bahan pangan
(Karsyono, et al, 1993). Tujuan diversifikasi pangan berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan yaitu mengurangi ketergantungan impor beras, mencapai
pola konsumsi pangan yang tepat, mewujudkan pola pangan harapan, dan asupan gizi
yang terjangkau oleh semua golongan masyarakat. Diversifikasi pangan dapat
diwujudkan melalui berbagai cara, salah satunya dengan memanfaatkan singkong
sebagai pengganti beras.
Singkong termasuk dalam jenis umbi-umbian yang memiliki kandungan
energi sebesar 160 Kcal, jumlah karbohidrat 38.06 g, protein 1,36 g, total lemak 0.28
g, kolesterol 0 mg, dan serat 1,8 g (Departemen Kesehatan RI, 1992). Saat ini,
produksi singkong di Indonesia mencapai 23,8 juta ton dengan total luas lahan
sebesar 1,061 juta ha (Data Kementan, 2013). Hal tersebut menjadikan singkong
sebagai hasil pertanian yang jumlahnya berlimpah dan dapat menjadi alternatif

236
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

pangan guna menunjang program ketahanan pangan sesuai dengan PP Nomor 68


Tahun 2002. Pada umumnya, pengolahan singkong menjadi bahan pangan dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Sesuai dengan upaya perwujudan diversifikasi
pangan singkong diolah sebagai bahan dasar beras analog. Beras analog merupakan
produk pangan instan bergizi yang berhasil berkembang berkat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pada proses pembuatan beras analog berbahan baku singkong memerlukan
adanya substitusi atau kesetaraan antara beras dengan beras analog
(bbppketindan.bppsdmp.pertanian. go.id). Pembuatan beras analog ini dimulai dari
screening atau penyaringan tepung tapioka. Setelah itu, dilanjutkan dengan sistem
fortifikasi dan dicampur bekatul serta ekstrak daun pandan (0% dan 2%),
pembentukan untaian dengan diameter 2 mm dan pemotongan dengan diameter 1 mm
serta panjang 2 mm. Kemudian, tahap terakhir adalah pengeringan beras analog yang
dilakukan pada suhu 120oC dalam waktu 18 jam. Beras analog menggunakan sistem
fortifikasi flavonoid dengan penambahan ekstrak daun pandan tersebut memiliki
kandungan antibodi dan gizi yang tinggi. Oleh karena itu, beras analog berbahan
dasar singkong dapat diterapkan dalam mewujudkan diversifikasi ketahanan pangan
di Indonesia.

Pembuatan Beras Analog


Dalam pembuatan beras analog dibuatlah alur penelitian beras analog yang disajikan
pada gambar 1. mengenai gambaran umum alur penelitian.

237
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 1. Alur Pembuatan Beras Analog

Gambar 2. Beras Analog

PENGUJIAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY


Untuk mengetahui kondisi morfologi dari beras analog dapat mendekati beras pada
umumnya, maka dilakukan pengujian SEM. Berikut ini merupakan hasil uji scanning
electron microscopy:

238
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 3. (A)Bulir pada sampel a diperbesar 5000x (B) Bulir pada sampel b
diperbesar 5000x
Visualisasi butir beras analog dilakukan untuk mengobservasi permukaan dari
beras analog. Pada Gambar 3 memperlihatkan bulir beras analog (A) dengan ekstrak
pandan 0%, (B) dengan ekstrak pandan 2%. Bulir pada sampel b cenderung lebih
kompleks dan kuat dibandingkan bulir pada sampel a. Hal ini disebabkan sifat
flavonoid pada singkong yang selain menurunkan kadar glukosa juga memiliki
kemampuan membentuk gel atau larutan kental sehingga bulir yang dihasilkan lebih
kuat. Gel tersebut akan mudah menempel dan membentuk ikatan dengan senyawa
antar komponennya. Hal ini juga berlaku ketika dilakukan visualisasi butir beras
analog dengan SEM dengan perbesaran sebesar 10.000x.

Gambar 4. (A)Bulir pada sampel a (B) Bulir pada sampel b


Pada Gambar 4 memperlihatkan bulir beras analog dengan ekstrak pandan
0%, (B) dengan ekstrak pandan 2%. Dari penelitian, didapatkan beras analog yang
menggunakan ekstrak daun pandan, cenderung lebih kuat dan kompleks ikatan antar
molekulnya dibandingkan yang tidak diberi pandan dan bulirnya hampir menyerupai

239
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

beras asli. Walaupun demikian, ikatan antar molekulnya pun tidak sekuat dari beras
pada umumnya, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai formula yang
tepat.

Pengujian Organoleptik
Berikut ini merupakan data hasil uji organoleptik:

Gambar 5. Hasil Uji Organoleptik terhadap 10 orang panelis


Untuk warna dan aroma dari berandal analog cenderung disukai oleh panelis
karena penambahan dari ekstrak daun pandan. Namun panelis kurang suka terhadap
teksturnya yang masih kurang keras dibandingkan dengan beras asli sehingga perlu
diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui formula yang tepat. Uji organoleptik
dilakukan karena merupakan salah satu indikator yang penting guna mendapatkan
produk yang disukai masyarakat sehingga ke depannya bisa di produksi secara massal
dan dapat diterapkan untuk diversifikasi pangan.

Perbandingan Beras Analog Dengan Beras Biasa


Ditinjau dari kadar pati, beras analog memiliki kadar pati yang jauh lebih
kecil dari kadar pati beras asli. Hal ini disebabkan bahan yang digunakan memiliki
kandungan nilai glikemik rendah dan pandan yang memiliki flavonoid sehingga dapat

240
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

memecah karbohidrat (disakarida). Dengan pengukuran kadar glukosa (AOAC, 1995)


dalam karbohidrat yang terdapat pada beras analog maka beras analog ini tidak
memilik indeks glikemik yang tinggi sehingga umumnya lebih rendah dibandingkan
beras padi dan aman bagi penderita diabetes mellitus.
Tabel 1. Perbandingan Beras Analog dengan Beras Mangga dua

Sedangkan ditinjau dari bentuk bulir, beras analog tidak jauh beda jika
dibandingkan dengan bulir beras asli meskipun bulir beras analog sedikit lebih kuat
dan kenyal. Berikut adalah visualisasi butir beras analog dengan SEM. Pada Gambar
6. memperlihatkan bulir beras analog.

Gambar 6. Bulir Beras Analog


Sampel A Sampel B Beras Mangga Dua
Dari data yang tersaji pada gambar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa perlakuan yang diberikan pada masing-masing sampel tidak memberikan
perbedaan yang sangat signifikan pada kenampakan beras.
Berdasarkan berbagai pengujian dan perbandingan di atas maka dapat di
simpulkan bahwa beras analog dari singkong dapat menjadi alternatif pangan dalam
mewujudkan diversifikasi pangan nasional.

241
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M. Zainul. 2015. IMPACT OF THE RICE IMPORT DUTY POLICY AND
FOOD SECURITY IN THE PERSPECTIVE OF SOCIAL WELFARE.
Sosio Informa Vol. 1, No. 03. Jakarta.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Official Agriulture
Chemist. Washington DC: Association of Official Analytical Chemist
Cahyanto, et al. 2011. Penguatan Kearifan Lokal Sebagai Solusi Permasalahan
Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding The 4th International Conference
on Indonesian Studies : “Unity, Diversity, and Future”. Malang :
Universitas Brawijaya. Kemenristek, Serpong
Cahyono, Heri, et al. 2015. Kajian Karakteristik Beras Analog. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2009. Profil Kesehatan Kota Semarang 2009.
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Glicksman, M. 2000.Food Hydrocoloids. Florida: CRC Press, Ibc; 2000; 1: p 199
Hui, Y.H. 1992. Dictionary of Food Science and Technology. Wiles and Sons
Inc.New York
Kementerian pertanian. 2015. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN
PANGAN PADI. Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian
Pertanian 2015.
Tarwotjo, Soejoeti. 2008. Dasar-dasar gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo.
Waji, Resi Agistina dan Andis Sugrani, 2009, Makalah Kimia Organik Bahan Alam
Falavonoid (Quercetin), Universitas Hasabudin, Bandung.
Widara, S. S., & Budijanto, S. 2012. Study of Rice Analogue Production from
Various Carbohydrate Sources Using Hot Extrusion Technology.
Widowati, S., M. Astawan, dan B.A. Susila Santosa. 2007. Karakterisasi mutu dan
pengaruh proses pratanak terhadap indeks glikemik berbagai varietas
beras Indonesia untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
ketahanan pangan. Laporan Akhir Program Riset Insentif Terapan. BB
Pasca Panen.Bogor. 65b.
Winarno.1992. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Edisi Terbaru. Bogor
(ID): Mbrio Pr. Woisky , R.G&Salatino,A,: Analysis Of Propolis: Some
Parameters and Procedures For Chemical Quality Control.J.Apicult.
Res, 37 (1980) 99- 105.

242
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

CROPPACK (CROP PORTABLE PACK) : INOVASI BUDIDAYA TANAMAN


BERBASIS LIMBAH POHON PISANG UNTUK MENDUKUNG URBAN
FARMING BERKELANJUTAN

Firdausi
Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Univeritas Brawijaya
firdarifi026@gmail.com

Pisang merupakan komoditas unggulan di Indonesia, menurut pusat data dan


informasi kementerian pertanian (2016) produksi tanaman pisang terbesar terdapat di
pulau Jawa. Jawa Timur merupakan provinsi yang memberikan kontribusi paling
tinggi yaitu 21,87% dari total produksi pisang di Jawa. Salah satu daerah yang
memberikan total produksi yang tinggi adalah Kabupaten Lumajang, Prahardini et al
(2010) menambahkan bahwa Kabupaten Lumajang memiliki 33 plasma nutfah
pisang. Penjelasan Roy (2013) beberapa jenis dan jumlah pohon pisang di Kabupaten
Lumajang diantaranya 658.936,36 rumpun pohon pisang emas di Kecamatan Senduru
524.149 pohon pisang emas di Kecamatan Pasrujambi dan 268.937 rumpun pohon
pisang emas Kecamatan Gucialit.
Tingginya data tanaman pisang mengindikasikan hasil samping yang tinggi
pula yaitu limbah pohon pisang. Namun, pemanfaatan limbah pohon pisang di
Kabupaten Lumajang selama ini belum optimal. Hal ini tentu akan menjadi masalah
dan ancaman yang serius bagi lingkungan jika tidak ada penanganan khusus.
Berdasarkan hasil survey penulis, sebagian kecil masyarakat memanfaatkan limbah
tersebut sebagai pakan ternak, bahkan hanya terbuang mencemari lingkungan
sehingga sangat merugikan dalam skala besar, beberapa masyarakat memanfaatkan
sebagai media tanam karena limbah ini cukup banyak menyimpan air dan juga
mengandung zat yang dibutuhkan tanaman. Menurut Wulandari et al (2011) batang
pisang mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen
(N), fosfor (P) dan kalium (K), selain itu hasil penelitian Haryati (2015) menyebutkan
bahwa batang pisang memiliki senyawa penting seperti antrakuinon, saponin dan

243
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

flavonoid, peran senyawa itu pada tanaman bisa menyuburkan pertumbuhan bulu-
bulu akar yang berguna membantu tanaman menyerap unsur-unsur hara.

Gambar 1 : Media tanam limbah pisang konvensional di Kabupaten Lumajang


Media tanam limbah pisang yang diciptakan oleh masyarakat pada umumnya
tidak bisa diaplikasikan di luar daerah, hal ini disebabkan karena ukurannya yang
besar dan cara pembuatannya yang konvensional, sehingga belum mampu
dikomersialkan dan belum menjadi isu trending masyarakat umum, maka dari itu
diperlukan inovasi baru untuk memanfaatkan limbah pohon pisang secara maksimal
agar memiliki nilai ekonomi tinggi dan mampu menjadi isu trending seperti halnya
pertanian kota (urban farming). salah satu caranya adalah diolah menjadi bahan baku
croppack yang dapat diaplikasikan dalam program urban farming.
Baumgartner dan Belevi (2007) menyebutkan urban farming didefinisikan
sebagai usahatani, pengolahan, dan ditribusi dari berbagai komoditas pangan,
termasuk sayuran dan peternakan di dalam atau pinggir kota di daerah perkotaan.
Namun menurut Prasetyo (2016) urban farming di beberapa kota di indonesia belum
dapat dicapai. Salah satu penyebabnya adalah teknik bertanam yang masih
didominasi oleh cara bertanam tradisional (Setiawan dan Rami, 2014). Persoalan
tersebut mulai diatasi dengan penggunaan teknik bertanam yang lebih modern seperti
vertical garden, hidroponik, dan aquaponik yang dapat mengoptimalkan pemakaian

244
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

lahan di perkotaan (Prasetyo, 2016). Teknik bertanam yang lebih modern ini
memerlukan keterampilan khusus, tempat yang cukup dan juga biaya yang besar, hal
ini menyebabkan tidak semua orang mampu melakukannya, maka dari itu inovasi
croppack dimaksudkan untuk mengatasi persoalan tersebut.

Gambar 2 : Inovasi croppack 2017


Croppack adalah inovasi paket komplit budidaya tanaman, dirancang untuk
dikomersialkan dalam bentuk budidaya tanaman full package yang meliputi media
tanam semai, media tanam pertumbuhan, benih, pupuk granul, serbuk PGPR dan
kertas petunjuk penanaman dan perawatan. Croppack merupakan media edukasi
sistem budidaya tanaman yang sehat bagi masyarakat kota yang bisa dilakukan oleh
siapapun dengan konsep 3E, yaitu edukasi, ekologi, dan ekonomi. Bentuk croppack
bervariasi mulai dari bentuk pot, hewan berkaki 4 dan organ tubuh manusia, ukuran
yang ditawarkan terdiri dari ukuran kecil yang diperuntukkan tanaman sayur daun,
ukuran sedang untuk tanaman cabai dan tomat dan ukuran besar untuk tanaman
polikultur (sayur dan cabai) dan padi SRI.
Bahan baku utama dari pembuatan media tanam croppack adalah limbah pohon
pisang dan tanah, sementara bahan pendukungnya adalah tanaman enceng gondok,
penggunaan enceng gondok berfungsi sebagai perekat, mengingat kandungan
seratnya yang cukup baik serta keberadaannya di alam sangat melimpah. Menurut
Putera (2012) Enceng gondok adalah gulma air yang melimpah dan memiliki
kandungan serat dengan kekuatan tarik mencapai18-33 Mpa, sehingga dapat

245
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

dimanfaatkan sebagai penguat pada komposit. Bahan yang digunakan berikutnya


adalah glasswool berfungsi sebagai pendukung media tanam agar media tanam lebih
lama menyimpan air.
Selanjutnya adalah cara pembuatan croppack terdiri dari dua langkah, pertama
pembuatan media tanam dan kedua pengepakan media tanam yang meliputi
penambahan bahan yang diperlukan untuk budidaya tanaman. Proses pembuatan
media tanam yaitu pertama limbah pohon pisang dan enceng gondok dipotong hingga
berukuran kecil lalu dihaluskan menggunakan blender, berikutnya bahan yang telah
halus diblender distrerilisasi dengan cara dikukus dalam panci dengan suhu 80-121
oC agar media terbebas dari penyakit tanaman, menurut Ella (2013) kegagalan dalam
pembuatan bibit dan masalah budidaya banyak disebabkan oleh proses sterilisasi
media yang kurang sempurna dan salah satu teknik sterilisasi yang digunakan adalah
dengan cara mengukus media tumbuh pada suhu 80-121 oC. Setelah proses sterilisasi
selesai selanjutnya hasil olahan dicampur dengan tanah dengan perbandingan 3:1.
Setelah bahan tercampur kemudian dicetak dan diberi glasswool yang diletakkan
secara horizontal pada sisi tengah media, proses berikutnya adalah dijemur dibawah
sinar matahari agar bahan menjadi kering, setelah kering bagian terluar media tanam
dilapisi lem kayu agar produk tidak mudah pecah dan dilakukan penjemuran ulang
hingga lem kering.
Croppack Memiliki keunggulan diantaranya : dapat dibudidayakan oleh
siapapun, tidak memerlukan tempat yang luas, harga terjangkau (Rp. 10.000-
Rp.30.000), tersedia unsur hara, media tanam yang mampu menyimpan air dalam
waktu yang lama, usia tanaman lebih lama, tanaman lebih ganjah dan cepat berbuah
karena pengaruh dari PGPR yang merupakan mikroba tanah yang terdapat pada akar
tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. PGPR berperan penting
dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan
(Wahyudi, 2009). Cara aplikasi PGPR di dalam croppack yaitu dilumurkan pada
benih ketika akan ditanam.

246
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Target pasar dari croppack adalah masyarakat kota khususnya ibu rumah
tangga. Saat ini tranding topik yang menjadi masalah di kota adalah sulitnya
melakukan program urban farming karena keterbatasan lahan dan sulitnya mendapat
fasilitas untuk menanam, padahal program tersebut digalakkan pemerintah untuk
mencukupi kebutuhan pangan yang sekarang menjadi ancaman karena pertumbuhan
masyarakat yang semakin meningkat, menurut Purwaningsih (2008) Bangsa
Indonesia dengan pertumbuhan penduduk positif, apabila tidak disertai dengan
kenaikan produksi pangan, maka akan berpeluang menghadapi persoalan pemenuhan
kebutuhan pangan penduduknya di masa datang. Di sisi tidak semua kebutuhan
pangan dapat dipenuhi, karena kapasitas produksi dan distribusi pangan semakin
terbatas. Hadirnya croppack adalah untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat
kota agar mampu melakukan urban farming secara massal dan juga meningkatkan
akses pangan dan meningkatkan produksi pangan di perkotaan melalui gerakan 1
rumah 1 tanaman, croppack dapat menghasilkan bahan makanan segar sebagai upaya
pemenuhan ketersediaan pangan perkotaan.
Tujuan utama inovasi pembuatan croppack adalah memanfaatkan limbah
pisang sehingga memiliki nilai ekonomis. Selain itu, multieffect yang sangat dekat
adalah menambah lapangan kerja di Kabupaten Lumajang khususnya untuk
disabilitas dan janda yang tidak memiliki pekerjaan dan secara ekonomi berada
digaris kemiskinan. Mekanisme pelaksanaan usaha pembuatan croppack dikelola oleh
tim pengelola bisnis yang beranggotakan 3 orang, dimana 2 orang berasal dari
Mahasiswa daerah yang mengemban tugas sebagai manajer umum dan pemasaran,
dan 1 orang berasal dari anggota KUD Kabupaten Lumajang yang bertugas sebagai
manajer lapang, mekanisme bisnis ini menggunakan metode 4P, pertama adalah
pembinaan dan pelatihan cara pembuatan croppack, kedua Persiapan Produksi
meliputi persiapan peralatan dan bahan, ketiga pelaksanaan proses produksi croppack
dan yang terakhir adalah pengawasan/monitoring.
Hasil dari croppack ditampung dan dipasarkan oleh tim pengelola bisnis dan
keuntungannya dibagi berdasarkan sistem bagi hasil yaitu 45% keuntungan untuk

247
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

masyarakat, 20% tim pengelola bisnis, dan 35% untuk pengembangan bisnis (Bahan
pendukung pembuat croppack).
Secara konseptual, penjelasan dari gambaran bisnis croppack dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Inovasi pembuatan croppack bagi masyarakat Lumajang dapat memberikan


dampak positif diantaranya, meminimalisir limbah yang ada di Kabupaten Lumajang,
menambah lapangan kerja khususnya untuk janda dan disabilitas, menambah
keterampilan masyarakat Lumajang dan dampak positif untuk masyarakat umum
adalah tersedianya fasilitas dan media edukasi untuk melakukan budidaya tanaman
yang sehat dan ekonomis, dampak untuk pemerintah adalah terciptanya urban
farming secara massal dan juga dapat meningkatkan ketahanan pangan. Kesimpulan
yang dapat diambil yaitu, limbah pohon pisang yang tersedia melimpah di Kabupaten
Lumajang berpotensi besar untuk dijadikan peluang bisnis sebagai bahan baku
croppack, maka dari itu perlu adanya gerakan nyata dari semua kalangan untuk

248
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

mengimplementasikan pemanfaatan limbah pohon pisang sebagai bahan baku


croppack.

249
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Baumgartner, N, and H. Belevi.2007. A Systematic Overvie of Urban Agriculture in


Developing Countries AWAG – Swiss Federal Institute for
Environmental Science & Technology.SANDEC – Dept. of Water &
Sanitation in Developing Countries
Ella, Rahmadani. 2013. Kajian Efisiensi Energi Pada Proses Sterilisasi Media
Tumbuh Jamur Tiram Putih Berbahan Bakar Kayu Sengon. Departemen
Fisika Fakultas Matematika Dan Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor . Bogor
Haryatie Sarie dan Daryono.2015. Pembuatan Bokhasi Dari Limbah Batang Pisang
(Musa Paradisiaca Linn) Dan Pupuk Kotoran Sapi Dengan Aktivator
Effective Mikroorganisme (Em₄)
Prahardini, Yuniarti, Krismawati, A. 2010. Karakterisasi Varietas Unggul Pisang Mas
Kirana dan Agung Semeru di Kabupaten Lumajang. Buletin Plasma
Nutfah, 16 (2)
Prasetiyo, Wibowo Heru . 2016. Warga Negara dan Ekologi: Studi Kasus
Pengembangan Warga Negara Peduli Lingkungan Dalam Komunitas
Bandung Berkebun. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Purwaningsih,Yunastiti.2008. Ketahanan Pangan: Sisuasi, Permasalahan, Kebijakan,
dan Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta : Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret
Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian 2016. Komoditas Pertanian
Sub Sektor Hortikultura. ISSN: 1907-1507
Putera, Rizky Dirga. 2012. Ekstaksi Serat Selulosa Dari Tanaman Enceng Gondok
(Eichornia Crassipes) Dengan Variasi Pelarut. Fakultas Teknik UI. Depok
Roy. 2013. Menengok Sentra Perkebunan Mas Kirana di Lumajang. Lumajang :
DetiknewsJatim
Setiawan, B. dan Dwita H. R. 2014. Ketahanan Pangan, Lapangan Kerja, dan
Keberlanjutan Kota: Studi pertanian kota di enam kota Indonesia.
Yogyakarta: Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM.
Wahyudi, A.T. 2009. Rhizobacteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman : Prospeknya
sebagai Agen Biostimulator & Biokontrol. Nano Indonesia.
www.nuance.com
Wulandari, Arum Sekar. 2011. Pengaruh Pemberian Kompos Batang Pisang terhadap
Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadambaMiq). Jurnal
Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 01 Agustus 2011, Hal. 78 – 81 ISSN:
2086-8227. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

250
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

ASFOM (AUTOMATIC SPRINKLER FOR MUSHROOM) : ALAT PENYIRAM


JAMUR OTOMATISDENGAN KONTROL SUHU DAN KELEMBAPAN
BERBASIS ATMEGA16 SEBAGAI UPAYAMENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI BANTUL,
D.I.YOGYAKARTA

Rizal Justian Setiawan


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,
Universitas Negeri Yogyakarta
rizaljustians@gmail.com

Indonesia merupakan salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN
FreeTrade Area). Tujuannya ialah untuk membentuk kawasan bebas perdagangan
dalammeningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN. Dalam
meningkatkan dayasaing ekonomi tersebut, maka SDA (Sumber Daya Alam) yang
menjadi keunggulan bagiIndonesia perlu dioptimalkan, salah satunya ialah
optimalisasi di sektor pertanian. Salahsatu sektor pertanian unggulan Indonesia
adalah budidaya jamur (Depkeu, 2014).
Budidaya Jamur belakangan ini banyak sekali orang menekuninya, terutama
jamur tiram. Di Yogyakarta, terdapat lebih dari seratus kelompok pembudidaya jamur
tiram. Peminat pembudidaya jamur tiram pun semakin meningkat. Melihat potensi
jamur yang dapat tumbuh sepanjang tahun dan kandungan gizi yang terdapat pada
jamur tiram merupakan faktor yang memicu masyarakat tertarik membudidaya jamur
tiram. Namun untuk mengoptimalkan hal itu, masih banyak kendala bagi petani, tak
terkecuali para petani jamur tiram. Padahal budidaya jamur tiram menghasilkan
keuntungan yang menggiurkan (Tribun Jogja, 2015). Saat musim kemarau udara di
lingkungan memiliki suhu yang tinggi dan kering sehingga menyebabkan produksi
jamur tiram mengalami penurunan bahkan mati (Cahyana YA, 2009).
Kendala yang dialami oleh petani salah satunya ialah penanganan jamur tiram
saat musim kemarau dan cuaca panas. Petani yang tidak mengetahui suhu dan
kelembaban ruangan budidaya jamur tiram mengakibatkan pada musim kemarau
pertumbuhan jamurtiram terhambat dan produksi sangat menurun karena suhu yang

251
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

tinggi di musim kemarau,seperti halnya di Lampung Tengah Kecamatan Saputih


mengalami penurunan jamur tiram dari panen yang biasanya mencapai 20-25 Kg
untuk 3000 baglog per hari, dengan cuaca panas di musim kemarau panen jamur
tiram hanya mencapai 6 Kg per harinya (Indra, 2012). Begitupula dengan mitra
tempat penulis melakukan penelitian di tempat pembudidaya jamur tiram di Bantul,
Yogyakarta.
Kelompok tani rumah jamur di Desa Bergan, Wijirejo, Pandak, Bantul yang
menjadi mitra penulis adalah milik dari Widianto Budi. Pembudidaya jamur tiram ini
saat diwawancarai pada 24 Agustus 2017 hanya mampu panen sekitar 3-4 Kg/1000
baglog setiap harinya dengan suhu berkisar 270C - 310C. Sementara itu, berdasarkan
hasil wawancara melalui jejaring sosial dengan Bapak Tri Bawa Utama yang
memiliki rumah jamur di wilayah Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah mengatakan bahwa mampu panen hingga 13 Kg/1000 baglog setiap hari
dengan kondisi suhu Sragen 180C -240C. Dengan demikian suhu memberikan
dampak yang sangat besar dan signifikan bagi pembudidaya jamur tiram. Hal tersebut
dipengaruhui oleh faktor syarat tumbuh jamur ideal suhu lingkungan dari 16-250C
dengan kelembaban 70-90% (Ajie Putranto & Mad Yamin, 2012).
Selain itu, selama ini penyiraman tanaman untuk mengatasi kestabilan suhu
yang harus sesuai dengan keadaan optimal pada budidaya jamur tiram dilakukan
secara manual. Namun, cara ini mengalami kendala yaitu waktu penentuan
penyiraman yang hanya mengandalkan termometer ruangan dan hal ini cukup
menguras tenaga pembudidaya jamur tiram karena harus bolak-balik menyiram jamur
demi memperoleh suhu dan kelembaban yang sesuai kebutuhan jamur tiram
(Warisno, 2010).
Oleh karenanya untuk meningkatkan produktivitas jamur, menghemat tenaga
dan membantu efisiensi waktu menyiram maka diberikan solusi alternatif berupa
ASFOM(Automatic Sprinkler for Mushroom). Alat tersebut berupa sistem yang dapat
bekerja secara otomatis, dimana penyiraman tanaman dapat dilakukan pada waktu
dan suhu yang tepat sesuai dengan kondisi ideal tumbuh berkembang jamur sehingga

252
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

mampu menstabilkan danmeningkatkan produksi jamur tiram. Hal ini dapat


dilaksanakan karena ASFOM merupakan
alat teknologi penyiraman air dengan pengembunan otomatis menggunakan udara
dari hasil pencacahan air yang lembab dan dingin.

Gambar 1. Desain ASFOM (kiri) dan komponen dalam ASFOM (kanan)


Sistem dari alat ASFOM ini menggunakan sensor suhu dan kelembaban yaitu
sensor DHT11 yang berfungsi mendeteksi temperatur dan kelembapan pada ruangan
budidaya jamur yang akan disiram. Apabila suhu dan kelembaban dikategorikan
melebihi batas maksimum dan kurang dari batas minimum yang telah diatur pada
program, yaitu dengan rentang suhu 19°C sampai 25°C dan rentang kelembaban
antara 70%-90% maka sistem akan langsung bekerja dengan menghasilkan kabut atau
embun yang dingin. Kabut ini selain digunakan untuk menyiram, dapat juga berguna
untuk memperoleh suhu dan kelembapan yang sesuai dengan kebutuhan.
ASFOM merupakan teknologi yang mampu menurunkan suhu dan
meningkatkan kelembapan lingkungan budidaya jamur tiram. Penggunaan sensor
suhu pada sistem alat ASFOM ini dimaksudkan agar penyiraman dilakukan pada
kondisi suhu dan kelembapan yang tepat. Tinggi rendahnya suhu menjadi salah satu
faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup
dari jamur tiram. Pada umumnya suhu yang baik bagi jamur tiram adalah antara 19°C
sampai dengan 25°C. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut
dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. Selain suhu yang
sangat berpengaruh, kelembaban juga sangat mempengaruhi

253
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

budidaya jamur tiram yaitu rentang terbaik adalah kelembapan 80%-90%.

Gambar 2. Prototipe ASFOM (kiri) dan Implementasi ASFOM (kanan)


Proses dalam menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban lingkungan,
ASFOM menggunakan kombinasi beberapa komponen utama, seperti gerabah,
blower, arduino uno,dan piezoelektrik (mistmaker). Hasil dari program yang penulis
laksanakan yaitu : 1)Terimplementasikan ASFOM kepada mitra kerja, 2) Alat
berjalan dengan baik, 3)Setelah menerapkan ASFOM ini terdapat peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi jamurtiram yang dikelola oleh mitra, 4) Terdapat
perjanjian kerjasama secara berkelanjutan antaratim dengan mitra.

Gambar 3. Pemanfaatan ASFOM pada rumah jamur di Bantul


Penerapan ASFOM dapat dikendalikan secara manual atau otomatis. Sebelum
alat ini diaplikasikan dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu. Kinerja manual saat

254
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

tombol on diaktifkan dan tombol manual diaktifkan maka beban aktif. Beban berupa
piezoelektrik dan blower. Piezoelektrik membuat embun dingin yang dihasilkan dari
kombinasi piezoelektrikdengan pendinginan pada gerabah, sehingga suhu air pada
gerabah turun sebanyak 5°C danembun yang dihasilkan mencapai suhu maksimal
25°C saat pengujian dengan kelembaban yang mencapai 98%. Embun dingin tersebut
ditarik keluar ke lingkungan menggunakan blower yang memberikan efek lebih
dingin lagi hingga optimal sampai 23°C. Proses tersebut beban akan terus aktif
selama pengguna tidak menekan tombol off. Prinsip kinerja pada beban keluaran
ASFOM sama halnya dengan sistem kenerja pada otomatis, pada proses otomatis,
beban ASFOM akan mati (off) otomatis bila suhu ≤ 25°C sedang kelembapan relatif ≥
80% dan akan aktif otomatis bila suhu ≥ 27 atau kelembaban ≤70%. Pengaturan
kinerja otomatis tersebut disesuaikan dengan tumbuh baik jamur tiram terhadap
kinerja optimal ASFOM.
Program implementasi dan ujicoba alat ini diawali pada bulan Agustus 2017
sampai dengan bulan Oktober 2017. Tempat pelaksanaan program ini dilaksanakan di
tempat mitra, Agribisnis Budidaya Jamur yang beralamat di Bergan, Wijirejo,
Pandak, Bantul, Yogyakarta. Adapun hasil penerapan alat ASFOM yang telah penulis
lakukan selama dua minggu dibandingkan dengan saat belum menggunakan alat
ASFOM memiliki hasil sebagai berikut :

255
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Mitra merasa puas dengan diterapkannya ASFOM (Automatic Sprinkler for


Mushroom). Alat ini sangat membantu mitra penulis yaitu Pak Widianto Budi, selaku
salah satu pengusaha budidaya jamur tiram di Desa Bergan, Wijirejo, Pandak, Bantul,
karena dengan alat ini beliau tidak perlu menyiram jamur dengan manual.
Dilihat dari hasil yang telah dicapai pada penerapan ASFOM ini terlihat
bahwa terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas dari produksi jamur. Peningkatan
kualitas yang terjadi pada jamur tiram yaitu jamur yang dihasilkan lebih kenyal dan
kadar air sesuai yaitu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah juga. Hal ini
dibuktikan dengan cara pengolahan langsung jamur tiram oleh keluarga pak Widianto
Budi sendiri. Pengolahan jamur tiram ini diproduksi menjadi keripik jamur, berbagai
olahan jamur lainnya ataupun dijual mentah. Sedangkan peningkatan yang terjadi
secara kuantitas dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

256
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

Gambar 4. Grafik Perbandingan Kuantitas Produksi Jamur Tiram di Lokasi


Penelitian
Berdasarkan data yang telah diambil pada program yang telah dilaksanakan,
dapat diambil kesimpulan bahwa alat penyiram jamur tiram otmatis menggunakan
sensor suhu berbasis mikrokontroler Atmega16 yang diterapkan pada Kelompok
Agribisnis Jamur Tiram beralamat di Desa Bergan, Wijirejo, Pandak, Bantul mampu
meningkatkan kualitas dankuantitas produksi jamur tiram. Peningkatan kualitas yang
diperoleh yaitu kekenyalan dankadar air yang terdapat pada jamur lebih baik dari
pada sebelum menggunakan alat penyiram tiram otomatis ini. Peningkatan kuantitas
yang terjadi dalam dua minggu adalah sebesar 23,9 Kg. Hal ini dapat dilihat pada
hasil produksi jamur sebelum menggunakan penyiram otomatis hanya menghasilkan
69,25 Kg, sedangkan setelah menggunakan penyiram tiram otomatis berbasis
Atmega16 mampu menghasilkan jamur sebesar 93,15 Kg. Persentase peningkatan
yang didapat dalam waktu dua minggu adalah (Jumlah peningkatan / Jumlah sebelum
menggunakan alat) x 100% yaitu = (23,9 Kg / 69,25 Kg) x 100% = 34,51%.
Oleh karena itu, alat ini dapat dikategorikan berhasil dengan baik dalam
penerapan alat kepada mitra dan sangat membantu bagi pembudidaya jamur tiram
khususnya Kelompok Agribisnis Jamur di Desa Bergan, Wijirejo, Pandak, Bantul.

257
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad et al. 2011. Syarat pertumbuhan ideal jamur tiram.


http://pmbpasca.ipb.ac.id/id/registerform/arsip/15010393/sinopsis.pdf. Di
unduhpada tanggal 28 September 2017, pukul 22.12 WIB.
Depkeu, 2015. Indonesia tergabung dalam AFTA dan meningkatkan persaingan di
sektor ekonomi. http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA.
Diakses pada tanggal 27 September 2017, pukul 20.23 WIB.
Cahyana YA, Muchrodji dan Bakrum M. 2009. Jamur Tiram : Pembibitan,
Pembudidayaan, Analisis Usaha. Bandung : Penebar Swadaya.
Indra. (2012). Kemarau Panjang Pengaruhi Jamur Tiram. Lampung: Tribun.
http://lampung.tribunnews.com/2012/09/17/kemarau-panjang-pengaruhi-
jamurtiram. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2015.
Manunggal Ajie Putranto dan Mad Yamin. 2012. Pengendalian Suhu Ruang pada
Budidaya Jamur Tiram dengan Karung Goni Basah. Skripsi. Jurusan
Teknik Pertanian. Fateta-IPB. http://fateta.ipb.ac.id/index.php/View-
document/115-MANUNGGAL-AJIEPUTRANTO-F14070085.pdf.
Diakses pada tanggal 28 September 2017, pukul 12.55WIB.
Noor,Tjahjono. 2010. Rancang Bangun Thermometer Digital Menggunakan Sensor
IC. Jurnal Teknika 11(1) : 180.
Putra, Agfianto Eko. 2010. Tip dan Trik Mikrokontroler AT89 dan AVR: Tingkat
Pemula hingga Lanjut.Yogyakarta : Gava Media.
Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. INNOFARM: Jurnal
Inovasi Pertanian 4( 2) : 124-130.
Tribun Jogja, 2015. http://jogja.tribunnews.com/2015/04/09/mencicipi-
prospekmenggiurkan- budidaya-jamur. Diakses pada tanggal 28
September 2017, pukul 13.44WIB..
Warisno. 2010. Tiram Menabur, Menuai Rupiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zadrazil F. 1978. Cultivation of Pleurotus, di dalam Chang ST & Hayes WA (Eds).
The biology and cultivation of edible mushrooms. New York : Academic
Press. Hlm 522-525

258

Anda mungkin juga menyukai