i
PROSIDING
SIMPOSIUM NASIONAL
Festival of Agri-science and Technology (FAST) 2017
Pembicara:
Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA
Donnie Aqsha
Tim PECI KSI FP UNS
Editor:
R A Perdana D W, dkk.
2018
ii
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
FESTIVAL OF AGRI SCIENCE AND TECHNOLOGY (FAST) 2017
PROSPEK PERTANIAN BAGI GENERASI MUDA DALAM RANGKA
MENGHADAPI SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS 2030
ISBN : 978-602-51738-0-6
Reviewer :
Eksa Rusdiyana, S.P., M.Sc
M. Zukhrufuzzaman, S.TP,M.P, Ph.D
Ari Kusumawati, S.Pt, M.Sc
Bayu Setya Hertanto, S.Pt, M.Sc
Komariah, ST.P, M.Sc., Ph.D.
Editor :
R A Perdana D W
Maris Sismi Khoirunnisa
Nurul Wahidah Rahmatika
Diana Rahmawati
Farah Fadzilah Aziis
Nurmawati
Sofiah Rohmania Ulfa
Eka Nurmala Sari
Firza Auliya Akbar
Nor Khasan
Jamiatun
Sampul :
Dian Wahyu P
Anita Purnama Sari
Penerbit :
Kelompok Studi Ilmiah FP UNS
Jl. Ir. Sutami 36 A
Sekretariat UKK-HMJ FP UNS Surakarta
iii
KATA PENGANTAR
Simposium Nasional Kelompok Studi Ilmiah (KSI) 2017 merupakan salah satu
rangkaian kegitan dari Festival of Agry Science and Technology (FAST).
Simposium nasional ini merupakan kegiatan tahunan yang diselnggarakan oleh
Kelompok Studi Ilmiah (KSI) Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang tahun ini bertema “Prospek Pertanian Bagi Generasi Muda Dalam
Rangka Menghadapi Sustainable Development Goals”. Dalam pelaksanaannya,
simposium nasional ini mengkaji tentang tantangan pembangunan pertanian, garis
kebijakan pembangunan pertanian, implementasi kebijakan pembangunan
pertanian, pencapaian kinerja 2015-2017, apresiasi dunia, inovasi dan generasi
muda serta prospek cerah bagi lulusan pertanian di era modern dengan
menciptakan inovasi, kreatifitas dan jeli dalam menangkap peluang pasar. Pada
simposium nasional tersebut juga dipresentasikan hasil dari mini riset yang
dilakukan oleh Tim PECI KSI Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta tentang “Profil Mahasiswa Pertanian di Indonesia”. Hasil simposium
diharapkan dapat menjalin komunikasi ilmiah antara akademisi, peneliti dan
praktisi dalam pengembangan pertanian di Indonesia, penyebar luasan informasi
ilmu dan pengetahuan serta teknologi hasil peneliti bidang pertanian luas.
Terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penyelenggaraan simposium national ini dan mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika dalam penyelenggaraan simposium ini ada hal-hal yang tidak berkenan.
Panitia
iv
SAMBUTAN WAKIL DEKAN
BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI FP UNS
Aamiin….
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FP UNS
v
SAMBUTAN PEMBINA KSI FP UNS
FAST merupakan kegiatan tahunan yang telah menjadi brand bagi KSI,
kegiatan ini patut terus dilaksanakan mengingat manfaat dan nilai pembelajaran
akademisnya yang baik bagi mahasiswa maupun pengurus KSI. Sebuah
peningkatan karena pada tahun ini 25 paper semifinalis FAST yang terseleksi
dibukukan dalam sebuah e-prosiding seminar nasional FAST KSI. Selain itu juga
pengurus KSI tahun ini juga mencoba membukukan kegiatan tulisan ilmiah
pengurus dalam e-book sehingga karya-karya yang telah ditelurkan bisa dihimpun
dan dipublikasikan kepada masyarakat umum.
Peningkatan kerjasama kelembagaan dengan Masyarakat Ilmuwan dan
teknologi Indonesia (MITI) Klaster mahasiswa dalam penyelenggaraan event
FAST patut terus dipupuk untuk kerja-kerja KSI kedepan. Termasuk kemitraan
dengan bidang kemahasiswaan dalam fasilitasi kegiatan PKM mahasiswa
terutama dalam pencapaian peningkatan kualitas PKM yang lolos didanai serta
lolos PIMNAS. Peningkatan yang baik juga terlihat dari semakin banyaknya
pengurus KSI yang tampil dan menjuarai berbagai event keilmiahan di tingkat
lokal maupun nasional.
Sebagai acara terbesar dan menjadi puncak kerja KSI tahun ini kita
berharap agar paper-paper yang telah dibukukan ini mampu menjadi sumbangsih
pemikiran mahasiswa terhadap kemajuan pertanian di Indonesia. Aamiin…
Bersama KSI,
Tunjukkan kalau kita punya aksi!!!
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pembina KSI
vi
SAMBUTAN KETUA UMUM KSI FP UNS PERIODE 2017
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya prosiding Seminar Nasional Festival of Agriscience and Technology
(FAST) 2017 dapat diterbitkan. Prosiding ini berisi sekumpulan makalah dari
pembicara Seminar Nasional FAST 2017 dan juga 25 essay terbaik yang telah
dilombakan dalam kompetisi National Competition FAST 2017.
Seminar Nasional Festival of Agriscience dan Technology (FAST) 2017
diselenggarakan untuk membuka wawasan pemuda untuk dapat mempersiapkan
diri di masa depan dalam dunia pertanian. Seminar ini juga memberikan
kesempatan bagi para pemakalah yang merupakan birokrat dan praktisi untuk
mendiseminasikan hasil-hasil penelitian atau kajian kritis terhadap prospek
pertanian di Indonesia. Hasil dari diseminasi ini diharapkan mampu memberikan
sumbangsih pemikiran yang kritis guna menyiapkan pemuda dalam dunia
pertanian sehingga dapat bersaing dengan bidang di luar pertanian. Mengingat
penting sekali pemberian wawasan ini kepada para pemuda khususnya yang
menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian agar kedepan dapat tetap bergerak di
bidang pertanian dan memajukan pertanian di Indonesia.
Akhirnya, ijinkan saya atas nama Ketua Kelompok Studi Ilmiah (KSI)
mengucapkan terima kasih kepada para pembicara, pemakalah, moderator serta
berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam acara ini sehingga acara ini dapat
berjalan dengan baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ketua Umum Kelompok Studi Ilmiah (KSI) Periode 2017
vii
SAMBUTAN KETUA PANITIA FAST 2017
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas curahan nikmat dan karunia-Nya
prosiding Seminar Nasional Festival of Agriscience and Technology (FAST) 2017
dapat diterbitkan. Seminar ini mengambil tema “Prospek Pertanian Bagi Generasi
Muda dalam Rangka Menghadapi Suistainable Development Goals 2030 (SDGs
2030)” yang diselenggarakan pada tanggal 25 November 2017 di Aula Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Prosiding yang diterbitkan
berisi sekumpulan makalah dari pembicara Seminar Nasional FAST 2017 dan 20
essay terbaik yang telah dilombakan dalam National Essay Competition FAST
2017.
Prosiding Seminar Nasional Festival of Agriscience dan Technology
(FAST) 2017 dibuat menginspirasi Generasi Muda untuk berkarya mengingat
didalam prosiding ini berisi 25 essay terbaik yang telah diseleksi. Karya yang ada
di prosiding ini diharapkan juga dapat diperhatikan oleh beberapa pihak agar isi
karyanya dapat diaplikasikan secara nyata. Selain itu makalah yang ada di
prosiding ini dapat menjadi wawasan dan bermanfaat bagi banyak pihak.
Demikian yang dapat saya sampaikan, Saya selaku Ketua Panitia FAST
2017 mengucapkan terima kasih kepada para pembicara, pemakalah, moderator
serta berbagai pihak yang telah berpartisipasi sehingga acara ini dapat berjalan
dengan baik.
Habibi Ariefinsyah
viii
SUSUNAN KEPANITIAAN ACARA SEMINAR NASIONAL
ix
Diana Rahmawati (H0516023)
x
Dimas Hendra Kusuma (H3116022)
5. Konsumsi : Dyah Rahmawati (H0815032)
Wiji Tuhu Utami (H0416070)
Hevi Putri Aulia (H3516019)
Maris Sismi Khoirunnisaa (H3116053)
Dede Ayu A P (H0416017)
Erlina Amelia Oktafiani (H3116028)
6. Spondanus : Zulafa Hasanawati (H0215041)
Winda Ika Permatasari (H0415064)
Nevita Aas Setyarini (H0815086)
Retno Wisnu Murti (H0215042)
Tiara Andelusia (H3116076)
Herlis Pratiwi (H0915033)
Erika Pradana Yunianto (H0716047)
Titik Hardianti (H3516044)
Tika Ayu R (H3516043)
Febby Andriyani (H0816053)
xi
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
SAMBUTAN ...........................................................................................................v
SUSUNAN PANITIA ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
MATERI PRESENTASI DARI BBTP2B ........................................................... 1
Pengantar ................................................................................................................. 2
Tantangan Pembangunan Pertanian ........................................................................ 4
Garis Kebijakan Pertanian....................................................................................... 7
Implementasi Pembangunan Pertanian ................................................................. 10
Capaian Kinerja Pertanian..................................................................................... 12
Apresiasi Dunia Pembangunan Pertanian ............................................................. 15
Peran Inovasi Dan Generasi Muda ........................................................................ 17
MATERI PRESENTASI AGROWING............................................................ 27
Wilayah Dan Populasi Penduduk Di Indonesia .................................................... 27
Prospek Dan Tantangan Pertanian (Buah) ............................................................ 28
Prospek Ekonomi Era Digital ............................................................................... 32
Fintech ................................................................................................................... 39
E-Commerce ......................................................................................................... 40
Saas ....................................................................................................................... 42
On-Demand ........................................................................................................... 44
Startup ................................................................................................................... 46
Langkah Bangun Startup Pertanian ....................................................................... 47
Galeri Kegiatan Agrowing .................................................................................... 48
Web Visitor ........................................................................................................... 49
Akun Social Media................................................................................................ 52
PENELITIAN KECIL KSI FP UNS ................................................................. 54
Timeline Peci ........................................................................................................ 54
xii
Latar Belakang ...................................................................................................... 55
Hasil Penelitian ..................................................................................................... 56
Kesimpulan ........................................................................................................... 68
ESSAY 1. “Kanca Tani” Buku Panduan Menanam Padi Berbahasa Jawa Untuk
Mendukung Swasembada Padi Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dan Jawa
Tengah ............................................................................................................................. 70
Essay 2. Potensi Cofee Ground Residue Sebagai Phyto-Bactericide Dalam Upaya
Proteksi Tanaman Terhadap Bakteri Patogen .................................................................. 77
Essay 3. E-Kebon Sharia: Gerakan Implementasi Akad Syirkah Mudharabah
Melalui Crown-Funding Apps Sebagai Upaya Optimalisasi Agribisnis Buah-
Buahan Di Indonesia ............................................................................................. 85
Essay 4. Pisec (Plant Immune System Enhancer Of Chitosan): Pemanfaatan
Kitosan Dari Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) Sebagai Penanggulangan Rice
Virus Pada Tanaman Padi ..................................................................................... 96
Essay 5. Ternak.Id, Aplikasi Online Penghubung Peternak Lokal Dengan Pembeli
Sebagai Solusi Inovatif Untuk Memberdayakan Peternak Dan Meningkatkan
Daya Saing Hewan Ternak Lokal Indonesia ....................................................... 110
Essay 6. Frisher (Friendly Thresher) : Inovasi Mesin Thresher Multifungsi
Memanfaatkan Energi Terbarukan (Solar Cell) .................................................. 117
Essay 7. Gerakan Suket Pangan (Sukses Ketahanan Pangan ) : Program
Pembinaan Masyarakat Desa Tentang Optimalisasi System Pertanian
Berkelanjutan Dalam Pengkombinasian Tanaman-Peternakan-Perikanan Berbasis
Leisa (Low External Input Sustainable Agriculture) Upaya Mewujudkan
Ketahanan Pangan Nasional ................................................................................ 124
Essay 8. Zakaf: Integrasi Zakat Dan Wakaf dalam Membangun Sektor Pertanian
Di Indonesia ........................................................................................................ 132
Essay 9. Inovasi Teknologi Pupuk Saz-Bpf Sebagai Solusi Praktis Meningkatkan
Serapan P Dan Produksi Tanaman Jagung Dalam Mewujudkan Sustainable
Development Goals ............................................................................................. 139
Essay 10. Pengaruh Penerapan Reforma Agraria Masa Pemerintahan Jokowi Di
Sektor Ekonomi Sumber Daya Lahan Dan Keseimbangan Lingkungan ............ 146
xiii
Essay 11. Mengubah Impor Menjadi Ekspor Dengan Pel (Program Empat
Langkah) ............................................................................................................. 152
Essay 12. Pengolahan Daun Afrika (Vernonia Amygdalina) Menjadi Produk
Pangan Sebagai Obat Alternatif Untuk Penderita Diabetes Melitus Sekaligus
Menciptakan Usaha Bagi Masyarakat Ekonomi Menengah ............................... 158
Essay 13. Orion (Oasis Of Archipelago Extensification): Model Teknologi
Berkelanjutan Berbasis Pemanfaatan Pulau Tak Berpenghuni Dalam Upaya
Ekstensifikasi Pertanian Di Kepulauan Riau ...................................................... 166
Essay 14. Scrapping, Cara Baru Reklamasi Lahan Pascatambang ..................... 173
Essay 15. Mmt Teranjal (Mutasi Mindset Tani Terhadap Anak Jalanan) Sebagai
Optimalisasi Kreasi Generasi Muda Dalam Membangun Pertanian Terpadu
Berkelanjutan ...................................................................................................... 180
Essay 16. Membangun Industri Pertanian Yang Berdaulat Dan Berkelanjutan
Dengan Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Fasilitator Permodalan ............... 185
Essay 17. Gapu Edupenum : Games Putar Edukasi Pertanian Umum Sebagai
Media Pembelajaran Berbasis Papan Visual Untuk Meningkatkan Wawasan
Pemahaman Tentang Pendidikan Pertanian Umum Pada Anak – Anak Sekolah
Dasar ................................................................................................................... 196
Essay 18. “Multigrain Anggun” Minuman Biji-Bijian Asli Gunungkidul Sebagai
Peningkatan Nilai Ekonomis Biji-Bijian Di Kabupaten Gunungkidul ............... 203
Essay 19. Alternatif Media Tanam Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)
Menggunakan Tongkol Jagung Untuk Meningkatkan Produktivas Jamur Tiram Di
Indonesia ............................................................................................................. 209
Essay 20. Organic Snail Management : Optimalisasi Pemanfaatan Keong Sawah
Dengan Local Processing Dan Manajemen Koperasi Desa Kulwaru .......................
Essay 21. Optimalisasi Alur Penanganan Sektor Pertanian Berdasarkan Usaha
Dagang ................................................................................................................ 215
Essay 22. Bio-Sludge, Hasil Pemanfaatan Ampas Dari Biogas Limbah Kotoran
Ternak Yang Bernilai Guna Tinggi..................................................................... 223
xiv
Essay 23. Rekayasa Proses Pembuatan Beras Analog Terfortifikasi Dari Singkong
Dengan Penambahan Ekstrak Daun Pandan Guna Diversifikasi Ketahanan Pangan
Di Indonesia ........................................................................................................ 230
Esay 24. Croppack (Crop Portable Pack) : Inovasi Budidaya Tanaman Berbasis
Limbah Pohon Pisang Untuk Mendukung Urban Farming Berkelanjutan ........ 235
Essay 25. Asfom (Automatic Sprinkler For Mushroom) : Alat Penyiram Jamur
Otomatisdengan Kontrol Suhu Dan Kelembapan Berbasis Atmega16 Sebagai
Upayameningkatkan Produktivitas Budidaya Jamur Tiram Di Bantul,
D.I.Yogyakarta .................................................................................................... 243
xv
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
1
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
2
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
3
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
4
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
5
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
6
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
7
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
8
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
9
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
10
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
11
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
12
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
13
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
14
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
15
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
16
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
17
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
18
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
19
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
20
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
21
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
22
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
23
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
24
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
25
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
26
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DONNIE AQSHA
27
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
28
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
29
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
30
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
31
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
32
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
33
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
34
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
35
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
36
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
37
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
38
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
39
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
40
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
41
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
42
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
43
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
44
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
45
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
46
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
47
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
48
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
49
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
50
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
51
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
52
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
53
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
54
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
55
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
56
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
57
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
58
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
59
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
60
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
61
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
62
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
63
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
64
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
65
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
66
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
67
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
68
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
69
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
70
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Jawa Tengah masih memasok padi dari wilayah luar daerah, karena belum dapat
memenuhi kebutuhan. Penurunan produktivitas padi tidak dapat serta-merta
diabaikan, karena akan memperburuk produktivitas padi pada tahun-tahun yang akan
datang.
Sentra produksi padi di DIY adalah Kabupaten Sleman, sementara sentra
produksi padi di Jawa Tengah adalah Kabupaten Klaten. Dilihat dari segi lahan dan
faktor klimatik, wilayah DIY dan Jawa Tengah sangat berpotensi untuk menjadi
daerah utama produksi padi di Indonesia. Namun melihat permasalahan yang
dihadapi, faktor yang menjadikan provinsi DIY dan Jawa Tengah belum mampu
mencukupi kebutuhan beras dalam daerah adalah dari segi sumberdaya manusia. Hal
ini dibuktikan dengan kegagalan panen di Kabupaten Klaten pada tahun 2010 terjadi
karena petani kurang mampu mengendalikan serangan hama wereng4. Sehingga
sumberdaya manusia yang ada, dinilai kurang kompeten untuk menghasilkan
kuantitas dan kualitas padi yang cukup. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas
padi perlu adanya pencerdasan dengan metode baru yang lebih mudah diterima dan
dimengerti oleh petani. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan yaitu “Kanca Tani”
Buku Panduan Menanam Padi Berbahasa Jawa.
Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 bahwa
salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
hal ini mencerdaskan kehidupan bangsa harus dilakukan secara menyeluruh terhadap
seluruh lapisan masyarakat. Ketersediaan dan kredibilitas sumber informasi serta
sarana akses informasi juga akan menentukan kebutuhan informasi pengguna5. Petani
yang mempunyai pendidikan dan tingkat pendapatan yang rendah menjadikan sedikit
sekali informasi dan ilmu pengetahuan yang sampai pada mereka. Buku “Kanca
Tani” merupakan inovasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi
distribusi ilmu kepada petani di Pulau Jawa. Menurut Sumardjo (2006)
mengungkapkan bahwa dialek merupakan bahasa yang dibawah standar, berstatus
rendah, bahasa yang biasa digunakan oleh para petani, kelas pekerja atau kelompok
71
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
lain yang kurang ber-prestise. pendidikan dan pendapatan berhubungan nyata dengan
tingkat aksesibilitas terhadap informasi pertanian.
Sebagai salah satu bahasa daerah yang mayoritas digunakan oleh bangsa
Indonesia, bahasa Jawa seringkali menjadi alat komunikasi untuk kegiatan jurnalistik
maupun pembelajaran informal yang mendukung penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional.Pada dasarnya bahasa Jawa dibagi menjadi dua kelompok
yaitu bahasa Jawa ngoko dan bahasa Jawa krama. Bahasa Jawa ngoko adalah salah
satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa yang paling umum dipakai di kalangan
orang Jawa, pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati
atau orang yang lebih tua karena bersifat kurang sopan. Bahasa Jawa ngoko dibagi
menjadi dua yaitu ngoko alus dan ngoko kasar. Krama adalah salah satu tingkatan
bahasa dalam Bahasa Jawa yang pemakaiannya sangat baik untuk berbicara dengan
orang yang dihormati atau orang yang lebih tua. Bahasa karma juga dibagi menjadi
dua karma inggil dan madya. Dalam buku “Kanca Tani” ini digunakan bahasa Jawa
krama madya, karena bahasa Jawa krama madya merupakan salah satu bahasa Jawa
yang digunakan dalam kegiatan jurnlistik. Bahasa Jawa krama madya merupakan
bahasa yang digunakan untuk menghormati orang yang setingkat. Bahasa jenis ini
juga cenderung fleksibel dan mudah untuk dimengerti sebagian besar kalangan
masyarakat DIY dan Jawa Tengah, tanpa menghilangkan kesan keilmuan dan
kewibawaan.
Konten dalam buku “Kanca Tani” memuat kegiatan pratanam, perawatan dan
pemeliharaan, serta kegiatan pascapanen.Dalam kegiatan pratanam berisi tenang
bagaimana cara pemilihan benih padi, persiapan lahan dan teknik persemaian. Bagian
perawatan dan pemeliharaan mencakup penyiangan gulma, pengendalian hama dan
penyakit, dan pestisida alami. Bagian pascapanen meliputi pemanenan dan
pengelolaan lahan setelah dipanen. Buku “Kanca Tani” direncanakan sejumlah 90
lembar, dengan ukuran kertas A5 dengan panjang 21 cm dan lebar 14.8 cm (Desain
cover buku “Kanca Tani” terlampir) .
72
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
73
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
74
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik DIY. 2015. Produksi Padi Dan Palawija Daerah Istimewa
Yogyakarta (Angka Tetap 2014 Dan Angka Ramalan I 2015).
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah., 2012. Produksi Padi dan Palawija Jawa Tengah
1999-2011.
Kementrian Pertanian., 2011. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015
– 2019. Hal 20.
Okwu, O.J and B.I. Umoru., 2009. A study of women farmers’ agricultural
information needs and accessibility: A case study of Apa Local
Government Area of Benue State, Nigeria. Afr.J. Agric. Res. 4 (12):
1404-1409.
Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta
Sumardjo. 2006. Kompetensi Penyuluh. Departemen Pertanian: Batam.
75
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
LAMPIRAN
76
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Tidak dapat dipungkiri kopi menjadi salah satu komoditi yang menduduki
posisi strategis di pasar internasional. Tingginya permintaan masyarakat terhadap
kopi mendorong setiap negara yang memiliki potensi alam akan berlomba-lomba
untuk menjadi raksasa kopi terbesar di dunia. Sebut saja Brazil sebagai negara
penghasil kopi no.1 dunia. Devisa negara ini sebagian besar disokong oleh produksi
kopi. Tak kalah dengan negeri samba, Indonesia pun masuk kedalam top 5 produsen
kopi terbesar di dunia dimana Indonesia menduduki peringkat ke-4 dibawah Vietnam
dan Kolombia. Faktor geografis yang merupakan basic potential bahwa Indonesia
dilalui garis khatulistiwa menjadikan mayoritas wilayah-nya beriklim tropis yang
mana iklim ini baik untuk budidaya kopi (Indonesia-Invesment, 2015).
Eksistensi kopi Indonesia di kancah domestik maupun internasional
menciptakan peluang besar bagi masyarakat-nya untuk membuka ladang bisnis kopi.
Prospek yang kemudian dapat dibangun atas landasan tersebut salah satunya yaitu
kafe. Pada hakikat nya, kafe berarti tempat minum kopi atau dapat dimaknai sebagai
tempat berkumpul ria yang diidentikkan dengan menu utama berupa kopi. Terkadang,
kafe sering menjual aneka ragam kuliner selaras dengan tema yang diusung. Kafe
sendiri menjadi hal lumrah bagi masyarakat awam karena telah marak di nusantara
terutama mayoritas ekspansi-nya berpusat di kota-kota besar bahkan telah merambah
ke daerah-daerah.
Di sisi positif, merajalelanya kafe di nusantara memberikan keuntungan besar
dalam menyokong perekonomian bangsa. Sayangnya mayoritas kafe menghasilkan
residu berupa ampas kopi yang pasti akan dibuang. Ampas kopi atau secara ilmiah
disebut Coffe Ground Residue adalah hasil sampingan dari proses brewing
77
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
(Penyeduhan) dan biasanya tidak digunakan kembali. Belum diketahui secara pasti
terkait data jumlah CGR di Indonesia namun dapat dipastikan setiap tahunnya jumlah
CGR yang dihasilkan dari industri pengolahan terutama kafe mampu mencapai
6.000.000 ton di dunia (Tokimoto et al., 2005). 1 kg seduhan kopi menghasilkan rata-
rata 2 kg berat basah ampas kopi, bila diestimasi dalam skala besar 1 ton seduhan
kopi menghasilkan 650 kg CGR. (Pfluger, 1975). Oleh karena itu melalui essay ini
penulis ingin memaparkan potensi dan konsep inovasi yang mampu mengangkat
CGR guna dimanfaatkan dalam konteks perlindungan tanaman.
78
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
79
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
negatif. Terdapat kontras yang mencolok dalam konteks struktur dinding sel dimana
bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun oleh peptidoglikan sedangkan
pada bakteri gram negatif peptidoglikan hanya sedikit (sekitar 10-20%) tetapi
didominasi membran sel yang tersusun oleh Lipoporisakarida, Fosfolipid,
Lipoprotein, dan Protein porin (Hugo et al, 2002). Kedua tipe bakteri tersebut dapat
diilustrasikan pada gambar berikut.
80
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
81
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
82
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
antimicrobial dan pada akhirnya akan menjadikan bakteri mati ataupun terhambat
proses fisiologisnya. Serta kemudian diharapkan konsep ini dapat dikembangkan
kedepannya sebagai upaya mengangkat CGR menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat
terutama dalam konteks perlindungan tanaman.
83
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
84
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Uswatun Hasanah
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Negeri Semarang
uswatunhanna99@gmail.com
85
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
86
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Oleh karena itu, perlu di terapkan sebuah sistem inovatif yang terstruktur dan
mudah diakses dalam rangka meningkatkan produksi buah-buahan di Indonesia di era
digital. Melalui berbagai permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dibentuklah sebuah gagasan untuk menumbuhkembangkan kegiatan agribisnis buah-
buahan di Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat yang mempunyai modal dan
ingin berkebun, akan tetapi tidak mempunyai lahan. “E-Kebon Sharia” merupakan
sebuah gerakan implementasi akad Syirkah Mudharabah melalui Aplikasi
Crownfunding sebagai upaya optimalisasi kegiatan agribisnis buah-buahan di
Indonesia.
87
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Google PlayStore maupun Website. Gerakan ini sangat bermanfaat bagi produktivitas
buah-buahan di Indonesia dengan cara menjembatani antara para pekebun yang
membutuhkan modal dengan pemilik modal yang tidak mempunyai lahan.
Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman:
اح َب ُهفَإِذَاخَانَ ُهخ ََرجْ ت ُ ِم ْن َب ْي ِن ِه َما
ِ ص َّ نَ ََ ََ اثَا ِلثُال
َ ش ِر ْي َك ْينِ َمالَ ْم َي ُخ ْنا َ َحد ُ ُه َما
“Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari
mereka tidak menciderai rekannya. Ketika dia menciderai rakannya, Aku keluar dari
persekutuan di antara mereka berdua”. (HR. Abu Daud dan Al-Hakim).
Tahapan Implementasi E-Kebon Sharia
Bagan tahapan implementasi E-Kebon Sharia (Bagan 1).
88
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
89
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
90
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
4. Threats (Hambatan)
a. Munculnya platform serupa yang menjadi pilihan lain para investor tani.
91
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jaziri, Abdurrahman. 1994. Fiqh 4 Madzhab Bagian Muamalah Jilid IV.
Semarang: As-Syifa. Hlm. 62.
Al-Kasyani, Alauddin. 2009. Bada‟i Ash-Shana‟i fi Tartib Syara‟I. Juz VI: Syirkah
Mathbu’ah. Semarang: As-Syifa. Hlm. 186.
Cramer, G.L. dan C.W. Jensen. 1994. Agricultural Economics and Agribusiness. 6th
ed. John Wiley and Sons, Inc.
Hall, J.N., S. Moore, S.B. Harper and J.W. Lynch. 2009. Global Variability in Fruit
and Vegetable Consumption. American Journal of Preventive Medicine,
36(5): 402–409.
Ibn Yunus ibn Idris Al-Bahuti, Mansur. 1402 H Kasysyaf Al-Qina. Juz III: Dar Al-
Fikr. Semarang: As-Syifa. Hlm. 523.
Irawan, Bambang., Ening Ariningsih. “Agribisnis Sayuran dan Buah: Peluang Pasar,
Dinamika Produksi, dan Strategi Peningkatan Daya Saing”.
http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/memperkuat dayasaing produk
pe/BAB-III-3.pdf. Diakses tanggal 30 Agustus 2017 pukul 08.00 WIB.
Irawan, B. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran Sayuran
dan Buah. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 4, Desember
2007: 358-373.
Kurniadi, Agung Tito. Kreasinegeri.com. 2017. “Konsumsi Buah dan Penyediaannya:
Lokal atau Impor ?”. http://www.kreasinegeri.com/saung-tani/konsumsi-
buah-dan-penyediaannya-lokal-atau-impor/. Diakses pada tanggal 1
September 2017 pukul 10.00 WIB.
Kustiari, R, H.J. Purba dan Hermanto. Analisis Daya Saing Manggis Indonesia di
Pasar Dunia (Studi Kasus di Sumatera Barat). Jurnal Agro Ekonomi, Vol.
30 No. 1. Mei 2012. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Lokollo, E.M., B. Hutabarat, R. Kustiari, Hermanto, K.M. Noekman dan H.J. Purba.
2011. Analisis Daya Saing Produk Hortikultura dalam Upaya
Meningkatkan Pasar Ekspor Indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.
Mayrowani, H dan V. Darwis. 2010. Perspektif Pemasaran Bawang Merah di
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dalam : Suradisastra, K, P. Simatupang
dan B. Hutabarat (Eds). Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya
Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani: 169-186. Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Saliem, H.P. dan E. Ariningsih. 2014. Vegetable Consumption at Household Level
and Its Implication on Vegetable Farming Development in Indonesia.
Makalah dipresentasikan pada SEAVEG 2014: Families, Farms, Food –
Regional Symposium on Sustaining Small Scale Vegetable Production
and Marketing Systems for Food and Nutrition Security, Bangkok, 25-27
February 2014. Thailand Department of Agriculture. Bangkok.
92
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Sayaka, B, S.M. Pasaribu, E. Ariningsih, S. Nuryanti, D.H. Azahari, E.A. Saubari dan
Y. Marisa. 2013. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar Buah-Buahan.
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
World Health Organization. 2003. Diet, Nutrition and the Prevention of Chronic
Diseases. Report of a Joint FAO/WHO Expert Consultation. WHO
Technical Report Series 916. World Health Organization. Geneva.
93
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
LAMPIRAN
Grafik 1. Kuantitas dan Nilai Perdagangan Buah-buahan di Indonesia, 1980-2011.
Sumber: Diolah dari Statistik FAO.
94
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
95
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
96
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
kucing pucat, dan bintik-bintik (Ling, 1972), sedangkan kerdil hampa menunjukkan
daun menjadi tidak rata, sobek, dan pembelitan daun (Dini, dkk., 2015).
Keterangan:
A: Tanaman padi sehat
B: Tanaman padi terserang
virus dari wereng
97
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
98
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
99
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
100
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Hasil kitosan yang diisolasi dari kitin cangkang bekicot dilakukan melalui
pemurnian kitin dengan dua tahap, yaitu deproteinasi yang bertujuan untuk
menghilangkan protein-protein yang terkandung dalam cangkang bekicot dengan
rendemen (95,05 ± 3,09)% dari berat awal serbuk cangkang bekicot dan
demineralisasi untuk menghilangkan mineral-mineral yang ada pada bekicot dengan
rendemen (19,22 ± 1,92) %. Proses selanjutnya adalah pembentukan kitosan melalui
deasetilasi kitin dengan rendemen (52,62 ± 6,97)% (Rahmawati, 2017). Jika dihitung
dari berat bahan awal maka rendemen kitosan yang didapat, yaitu (9,59 ± 0.71)%.
Jadi, apabila isolasi kitosan dari cangkang bekicot mengunakan berat awal 100 gram
akan menghasilkan kitosan sejumlah 8,88gam - 10,3gam. Analisis prospek ekonomi
dan perhitungan bahan yang diperlukan setiap tahap isolasi kitosan dalam pembuatan
PISEC terlampir dalam lampiran 1.
Pengolahan kitosan sebagai PISEC diawali dengan pelarutan serbuk kitosan
menggunakan akuades hingga konsentrasi kitosan 1%. Pembuatan kitosan 1%
sebanyak 100 ml air, dibutuhkan 1 g kitosan yang dihasilkan dalam proses isolasi.
Kitosan 1% memiliki kemampuan yang lebih efektif dalam memperbaiki
pertumbuhan tanaman padi dan menunjukkan kejadian penyakit terendah dibanding
konsentrasi yang lain (Simanjuntak, 2012).
Gagasan mengenai PISEC dari kitosan cangkang bekicot perlu dibuat suatu
perencanaan dan strategi pengaplikasian yang matang agar gagasan tersebut dapat
direalisasikan di masyarakat. Adapun alur dalam aplikasi PISEC sebagai obat
tanaman di masyarakat, sebagai berikut :
1. Tahapan Pelaksanaan Progam
Proses pelaksanaan progam PISEC sebagai obat tanaman yang berasal dari
kitosan cangkang bekicot, terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a. Sosialisasi kepada kelompok tani dan Masyarakat oleh pihak Pemerintah
b. Pelatihan kepada kelompok tani oleh pihak akademisi
c. Pendampingan dan pengawasan pelaksanaan progam
101
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
102
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Besar subsidi dan bagi hasil yang diberikan kepada para petani dan pihak-
pihak lainya yang membantu bergantung pada kontribusi dan kinerja dalam proses
pembuatan, serta penjualan PISEC. Selanjutnya dalam satu kali produksi, pihak
pemerintah dan akademisi melakukan monitoring dan evaluasi terkait produk PISEC
yang telah dibuat dan digunakan. Monitoring dan evaluasi tersebut terkait tahapan
kelompok petani dalam membuat PISEC dan penggunaan PISEC sebagai obat
tanaman, serta laba yang didapatkan dalam pelaksanaan progam PISEC sebagai obat
tanaman sehingga dengan adanya monitoring dan evaluasi tersebut progam produk
PISEC tersebut dapat berjalan sesuai harapan, mengatasi masalah penyakit pada
tanaman padi, dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Sebuah sistem sering kali gagal terealisasi atau teraplikasi dikarenakan setiap
rencana yang dibuat tidak terlaksana dengan baik dikarenakan kurangnya manajemen
yang melibatkan sejumlah pihak yang berkepentingan dan terkait. Hal ini tentu perlu
dilakukan suatu kemitraaan antar pihak terkait agar tercipta optimalisasi sumber daya
yang ada. Kemitraaan dapat mengefisiensikan sumber daya yang akan digunakan,
adanya partisipasi semua pihak khususnya masyarakat dan kerjasama yang dilakukan
harus saling menguntungkan bagi semua pihak. Semua pihak yang terlibat dalam
manajemen pengaplikasian PISEC sebagai obat tanaman ini memiliki peranan
masing-masing, yaitu sebagai berikut:
103
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
104
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
105
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
LAMPIRAN
Analisis Prospek Ekonomi dalam Aplikasi PISEC sebagai Pengendali Rice Virus
Analisis prospek kelayakan aplikasi PISEC ditinjau dari aspek ekonomi sudah
diperhitungkan secara matang dalam anggaran biaya maupun kelayakan investasi
dihitung dalam sekala kecil, yaitu sehari 10 kali produksi dengan berat serbuk
penggilingan cangkang bekicot dengan berat awal serbuk cangkang bekicot 1
kg/produksi. Harga yang diperkirakan untuk 1 wadah produk (berisi 1 liter) PISEC
dengan kandungan kitosan 1% (10 g kitosan) dihargai Rp. 15.000,-. Biaya
pengeluaran dari bahan-bahan variabel yang diperlukan untuk proses pembuatan
PISEC dalam sehari terdapat pada tabel berikut:
Tabel 1. Bahan yang Diperlukan untuk Setiap Tahapan Isolasi Kitosan
106
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
107
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan aplikasinya dari segi ekonomi.
Perhitungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha ini.
Perhitungan biaya yang sering dilakukan, yaitu, Return of Investment (ROI), dan
Benefit Cost Ratio (R / C), dan Analisis Break Event Point (BEP).
1. Return of investment (ROI)
Besar ROI dapat diproleh dengan rumus berikut ini.
108
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Jadi, berdasarakan hasil analisis Return cost ratio (R/C) bahwa usaha PISEC
dari cangkang bekicot layak diusahakan dan menguntungkan karena nilai karena
nilai R/C sebesar 2,24 > 1 menunjukkan usaha layak untuk diimplementasikan.
3. Analisis Break Event Point(BEP)
Analisis Break Event Point dilakukan untuk mengetahui jumlah penjualan
minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus
dibuat dan untuk mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak
lebih kecil dari BEP.
Jadi, berdasarkan analisis data BEP usaha PISEC dari cangkang bekicot tidak
mengalami kerugian dan tidak memberikan keuntungan jika jumlah produk yang
dihasilkan sebanyak 1287 produk dalam 1 bulan atau hanya mempunyai harga Rp.
6.700,- per produk.
109
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Lathifah Salmaa
Mahasiswa Program Studi Manajemen, Institut Pertanian Bogor
lathifah.salmaa@yahoo.com
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduknya yang
bermata pencaharian sebagai petani. Sebagai negara agraris, sektor pertanian
mendominasi perekonomian masyarakat dan menberikan kontribusi yang besar bagi
kesejahteraan masyarakat. Namun, selama ini banyak orang mengira bahwa pertanian
itu hanya soal bercocok tanam padahal bidang pertanian itu sangat luas dan
mencakup pula sektor perkebunan, perikanan, kehutanan, serta peternakan.
Dalam hal ini, pada sektor peternakan di Indonesia, masih terdapat beberapa
permasalahan yang perlu dibenahi dan dicari solusinya berama. Beberapa
permasalahan tersebut seperti minimnya pengetahuan masyarakat mengenai
peternakan di Indonesia, database hewan ternak, permasalahan distribusi hewan
ternak, serta kurangnya daya saing hewan ternak lokal dibandingkan hewan ternak
impor. Mengenai persoalan impor sub sektor peternakan di Indonesia, terdapat
kesenjangan yang cukup besar antara nilai ekspor dan impor sub sektor peternakan
antara tahun 2011-2015.
110
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Pembahasan
Di era globalisasi saat ini, masyarakat mulai banyak yang semakin mengenal
dan mengikuti perkembangan teknologi. Banyak teknologi-teknologi baru yang
berkembang saat ini untuk memudahkan kehidupan manusia, namun belum banyak
teknologi yang berkembang di bidang pertanian khususnya di sektor peternakan. Oleh
karena itu penulis mengusulkan pembuatan aplikasi online yang bernama Ternak.id.
111
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Ternak.id merupakan suatu sistem informasi yang terintegrasi antara peternak lokal
dan pembeli secara khusus, sebagai alat bantu untuk membentuk sistem penyaluran
ternak yang terintegrasi secara efektif dan efisien. Berikut ini merupakan prinsip kerja
Ternak.id secara garis besar :
Dalam apliaksi ini, baik peternak maupun pembeli dapat berhubungan secara
langsung. lewat aplikasi Ternak.id. Selain itu, juga tidak terdapat charge ataupun
pembebanan keuntungan dari harga bagi peternak sehingga menguntungkan bagi
peternak maupun pembeli. Pada aplikasi Ternak.id, juga terdapat menu “Info Ternak”
yang berisi mengenai pengetahuan peternakan secara umum, seperti jenis hewan
ternak. bobot badan ternak, kesehatan ternak, nutrisi dan pakan ternak, serta
manajemen kandang yang baik. Informasi mengenai peternakan secara umum
tersebut berguna bagi peternak karena dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi kondisi
hewan ternak yang dimilikinya Selain itu, informasi ini juga berguna bagi masyarakat
secara umum, terutama juga berguna untuk pembeli,. Selain itu, pada aplikasi
Ternak.id terdapat menu mengenai database hewan ternak di suatu daerah. Database
ini diperoleh dari data yang diinput oleh peternak yang membuat akun di Ternak.id.
Oleh karena itu, walaupun database ini belum lengkap namun dapat membantu Dinas
Peternakan di daerah untuk melakukan pendataan terhadap hewan ternak di suatu
daerah.
112
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
113
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Simpulan
Sektor peternakan termasuk dalam bidang pertanian secara luas, Pada sektor
peternakan di Indonesia, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu dibenahi
dan dicari solusinya bersama. Oleh karena itu, Ternak.id hadir sebagai solusi inovatif
bagi beberapa permasalahan dalam sektor peternakan. Ternak.id merupakan aplikasi
online yang menghubungkan peternak lokal dengan pembeli serta berperan dalam
meningkatkan pengetahuan umum mengenai peternakan di Indonesia, membantu
pembuatan database hewan ternak, membantu distribusi hewan ternak dan
membentuk sistem penyaluran ternak yang terintegrasi secara efektif dan efisien,
114
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
meningkatkan daya saing hewan ternak lokal dibanding hewan ternak impor sehingga
dapat memberdayakan peternak lokal di Indonesia.
115
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
116
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Wirma Sisri
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro, Universitas Negeri Padang
wirmasisri@gmail.com
Abstrak
Dewasa ini kebutuhan akan beras semakin meningkat, sedangkan panen yang
dihasilkan kurang optimal karena sering terjadinya susut hasil. Menurut Handaka
(2007), titik kritis terjadinya susut hasil pada pemanenan padi, terutama pada
pemotongan padi, pengumpulan potongan padi, dan proses perontokan. Sejatinya
pertanian merupakan salah satu tonggak penopang ekonomi Indonesia. Teknologi
yang telah berkembang sebelumnya dinilai belum efektif dan efisien, baik dari segi
pengatasan susut hasil, kegunaan dan keramahan terhadap lingkungan. FRISHER
adalah jawaban yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini. FRISHER dikonstruksi
hingga menjadi satu kesatuan utuh (perontok, pembersih dan pengering) dengan
ukuran yang relatif kecil dan relatif ringan dan sesuai dengan kondisi persawahan
yang aksesnya susah dijangkau. FRISHER merupakan teknologi yang ramah
lingkungan karena menggunakan energi terbarukan yaitu sel surya sebagai sumber
energi. FRISHER dapat menghasilkan rontokan padi 4 kg dalam 1 menit putaran 1500
rpm. Tenaga penggerak FRISHER menggunakan motor DC 24 V/4 A,torsi 25 kg/f.cm
dengan putaran 1500 rpm. Sistem transmisi menggunakan v-belt dengan poros
penggerak 76,2 mm. Konstruksi rangka terbuat dari besi profil L 40 x 40 x 4 mm dan
casing menggunakan besi plat dengan tebal 1,8 mm dan 1,5 mm. Taksiran harga jual
alat ini bernilai Rp 10.000.000
Kata Kunci :FRISHER, Multi Fungsi, Solar Cell, Susut Hasil
Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok yang belum tergantikan sebagai kebutuhan
primer masyarakat Indonesia. Bertambahnya penduduk maka kebutuhan akan beras
semakin meningkat, sedangkan panen yang dihasilkan kurang optimal karena sering
terjadinya susut hasil. Menurut Handaka (2007), titik kritis terjadinya susut hasil pada
pemanenan padi, terutama pada pemotongan padi, pengumpulan potongan padi, dan
proses perontokan. Menurut BPS (1988, 1996), masalah utama dalam penanganan
panen padi adalah tingginya kehilangan hasil pasca panen serta gabah dan beras yang
dihasilkan bermutu rendah. Hal ini terjadi karena tahapan pemanenan, perontokan,
117
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
dan pengeringan yang kurang baik. Menurut Setyono (2000), jumlah gabah yang
tidak terontok berkisar antara 6,4 - 8,9 % dari jumlah panen.
Program pemerintah juga mengusahakan Indonesia menjadi negara
suasembada beras sehingga Indonesia tidak mengimpor beras dari negara lain. Pada
tahun 1986, Presiden RI mengeluarkan Keputusan Presiden No. 47/1986 tentang
Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian. Hal ini menunjukkan besamya
perhatian pemerintah terhadap upaya penyelamatan hasil panen. Namun belum
tercapai hingga saat ini. Sektor pertanian merupakan salah satu penyangga
perekonomian, karena sektor ini mampu memberikan kontribusi yang besar bagi
perkembangan ekonomi kerakyatan di Indonesia (Setyanto A 2010). Dewasa ini
bermunculan berbagai teknologi pascapanen padi yang di titik beratkan pada proses
pemanenan, perontokan, dan pengeringan. Namun, belum menemukan titik terang
dalam pemecahan masalah ini. Adapun teknologi yang sudah dikembangkan hanya
mampu mengatasi sebagian dari permasalahan tersebut. Menurut Setyono (2006),
ditinjau dari rendahnya susut hasil maka perlu adanya alat atau mesin perontok yang
efektif dan efisien sehingga tidak terjadi penyusutan pada hasil panen serta harus
ramah lingkungan.
Berdasarkan permasalahan yang tengah terjadi dan solusi yang telah
ditawarkan maka “FRISHER (Friendly Thresher) : Inovasi Mesin Thresher
MultifungsiMemanfaatkan Energi Terbarukan (Solar Cell) adalah jawaban yang
tepat untuk mengatasi permasalahan ini. FRISHER dikonstruksi hingga menjadi satu
kesatuan utuh dengan ukuran yang relatif kecil dan relatif ringan sehingga dapat
dipindahkan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi persawahan yang aksesnya
susah dijangkau. FRISHER merupakan teknologi yang ramah lingkungan karena
menggunakan energi terbarukan yaitu sel surya sebagai sumber energi. FRISHER
dirancang dengan penuh pertimbangan sehingga dapat mengatasi kemungkinan susut
panen dan tentunya ramah terhadaap lingkungan. FRISHER dipercaya mampu
menyelesaikan permasalahan yang tengah terjadi tanpa harus takut akan dampak
118
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Pembahasan
FRISHER (Friendly Thresher) : Inovasi Mesin Thresher Multifungsi
Memanfaatkan Energi Terbarukan (Solar Cell) FRISHER (Friendly Thresher)
merupakan inovasi dari mesin thresheryang dapat melakukan tiga fungsi sekaligus
yaitu merontokan, membersihkan danmengeringkan padi secara otomatis dengan
menggunakan energi terbarukansebagai sumber energi listrik yaitu solar cell.
Keterangan :
1. Solar Cell
Solar Cell berfungsi sebagai penghasil energi listrik yang berasal daricsinar
matahari yang akan dimanfaatkan untuk menggerakan motor dan untukpemanas.
2. Lampu
Lampu indikator untuk menandakan solar cell bekerja atau tidak danbisa juga
untuk penerangan dimalam hari jika alat ini digunakan dimalam hari.
3. Bagian Perontok dan pembersih
Bagian perontokan padi terdiri atas 4 bagian yaitu silinder perontok,blower, spiral
(ulir) dan filter yang mana terhungung langsung dengancerobong pembuangan dan
bagian penampung.
119
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
120
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
kecepatan motor dan suhu pada bagian pengering berdasarkansesnsor panas pada
bagian pengering tersebut.
9. Motor
Motor digunakan untuk memutar silinder perontok, bliwer dan bagianberputar
pemanas. Motor yang digunakan adalah motor DC 24 V/4 A,torsi 25kg/f.cm.
10. Cerobong Pembuangan Sampah
Cerobong pembuangan sampah terdapat pada bagian belakang alat yangmana akan
membuang Jerami batang, daun , potongan kecil linnya selain padi.
121
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Simpulan
FRISHER (Friendly Thresher) : Inovasi Mesin Thresher Multifungsi
Memanfaatkan Energi Terbarukan (Solar Cell) merupakan inovasi dari
mesinthresher yang dapat melakukan tiga fungsi sekaligus yaitu merontokan,
membersihkandan mengeringkan padi secara otomatis dengan menggunakan energi
terbarukan sebagaisumber energi listrik yaitu solar cell. FRISHER memiliki
keunggulan diantaranya yaituramah lingkungan, mengatasi susut hasil, hemat waktu,
hemat tenaga, portabel, tidakmenimbulkan kebisingan dan portabel (dapat
dipindahkan kemana mana denganmudah) sehingga FRISHER merupakan jawaban
yang tepat untuk mengatasipermasalahn susut hasil, pemborosan energi fosil dan
perkembangan pertanian yangstatis. Berdasarkan keunggulannya maka FRISHER
dapat memberikan sunmbangsihyang besar terhadap pembangunan perekonomian
Indonesia.
122
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Handaka. 2007. Sistem Kontrak Kerja dan Pilihan Mekanisasi Pasca Panen
Padi,Seminar dan Diskusi Pasca Panen Padi, BBP. Mekanisasi Pertanian,
Serpong, 31 Oktober 2007
Syahwil, Muhammad.2013. Panduan Mudah Simulasi dan Praktik Mikrokontroller
Arduino. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Rahul Malhotra. 2011. "Dc Motor Control Using Fuzzy Logic Controller". (IJAEST)
International Journal Of Advanced Engineering Sciences And
Technologies Vol No.8, Issue No.2, 291 – 296
Resmana. 1999."Implementasi Fuzzy Logic Pada Microcontoller Untuk Kendali
Putaran Motor DC",Proceedings, Industrial Electronic Seminar
1999(IES'99), Graha Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,
October27-28,1999
Sigit Nugraha, "Metode Menekan Kehilangan Hasil Padi". Balai Besar Litbang
Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar 12 Kampus Cimanggu, Bogar
Sritomo W.Soebroto. "Modifikasi Rancangan Mesin Perontok Padi Dengan
Pendekatan Ergonomi-Antropometri". Laboratorium argonomi &
Perancangan Sistem Kerja Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi
SepuluhNopember Kampus ITS -Sukolilo, Surabaya 60111 PhIFax:
(031)- 5939361,5939362;
123
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Latar Belakang
Pangan merupakan bahan apa pun yang bagi suatu individu memberi energy
dan zat gizi , sumber pangan diantaranya berasal dari hasil pertanian , peternakan
maupun perikanan. Bidang tersebut memiliki kontribusi yang penting bagi kebutuhan
pangan manusia, namun kerawanan Pangan masih menjadi ancaman bagi masyarakat
Indonesia. Masalah gizi yang paling pokok ditemui di Indonesia antara lain konsumsi
kalori yang rendah, konsumsi protein yang rendah ( terutama protein hewani), dan
kekurangan vitamin A. Masalah-masalah tersebut harus diatasi dengan produksi
tanaman maupun peternakan. Kerawanan pangan ini erat kaitan-nya dengan
ketahanan pangan keluarga. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Kementerian
Pertanian mencatat 100 kabupaten dari 349 kabupaten di Indonesia berpotensi rawan
pangan.Daerah-daerah tersebut memiliki kebutuhan pangan tinggi, tapi memiliki
masalah terkait dukungan penanaman tanaman pangan dan rendahnya aksesibilitas
masyarakat terhadap pangan . Di Provinsi Yogyakarta sendiri kondisi ketahanan
pangan saat ini memang tergolong aman , dengan rata-rata tingkat konsumsi beras per
kapita sebesar 94 kg per orang per tahun, ketersediaan beras eksisting di DIY
diperkirakan cukup sampai dengan 5 bulan ke depan. Namun demikian, tingkat
pertumbuhan penduduk DIY setiap tahun jauh melampaui pertumbuhan produksi
padi dan beras. Inilah yang menimbulkan masalah dengan tingkat pertumbuhan yang
124
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
tidak berimbang itu jelas akan berdampak pada kondisi produksi pangan di provinsi
Yogyakarta itu sendiri, belum lagi dewasa ini produksivitas pertanian didominasi
oleh penggunaan input luar secara berlebihan seperti pemakaian pupuk an organik
pada tanaman yang tidak mendukung aspek ekologi dan memungkinkan terjadinya
penurunan sumber daya alam. Untuk itu salah satu alternatif yang akan dipaparkan
oleh penulis adalah “Gerakan Suket Pangan (Sukses ketahanan Pangan ) : Program
Pembinaan Masyarakat Desa tentang Optimalisasi system pertanian berkelanjutan
dalam pengkombinasian Tanaman-Peternakan-Perikanan berbasis LEISA (Low
External Input Sustainable agriculture) Upaya mewujudkan ketahanan pangan
Nasional.
Pembahasan
Kerawanan pangan erat kaitannya dengan ketahanan pangan
keluarga.Menurut Saliem et al. (2001), kerawanan pangan adalah kondisi tidak
tercapainya ketahanan pangan di tingkat wilayah maupun rumah tangga/individu.
Dalam skala keluarga , ketahanan pangan salah satunya dilakukan dengan
mengoptimalkan pekarangan yang dimiliki, namun hal ini bukan perkara yang mudah
untuk dilakukan oleh masyarakat pada umumnya, sumber daya manusia yang ada
serta terbatasnya informasi menghambat tercapainya pengoptimalan system tersebut
serta akibatnya pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan
pekarangan belum sesuai seperti apa yang diharapkan. Padahal dengan pemanfaatan
lahan pekarangan untuk tanaman pangan,, ternak, ikan dan lainnya berpotensi dapat
memenuhi kebutuhan keluarga . Disamping itu, pemanfaatan pekarangan juga
berpeluang menambah penghasilan rumah tangga apabila dirancang dengan baik.
Berdasarkan analisis di atas terdapat beberapa potensi lahan pekarangan dan
permasalahanya , untuk itu perlu sosialisasi dan pembinaan bagaimana lebih
mengoptimalkan lahan pekarangan menjadi system pertanian yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan , masyarakat atau rumah tangga petani bisa merasakan langsung
manfaatnya, maka kami menggagas adanya suatu program pembinaan Masyarakat
125
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
desa sebagai usaha untuk membuat Masyarakat mengetahui dan mendapat informasi
terkait dengan system tersebut dan mengoptimalkan ketahanan pangan keluarga
khususnya, dan dapat mendukung ketahanan pangan nasional sesuai dengan apa yang
dicita-citakan.
Usaha pertanian pada saat ini banyak menggunakan input bahan sintetis
seperti pastisida dan pupuk an organic lainya. Salah satu alternatif usaha pertanian
yang ramah lingkungan adalah Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA).
LEISA merupakan suatu acuan pertanian untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lokal dengan kombinasi komponen usaha tani yang sinergistik serta
pemanfaatan input luar sebagai pelengkap untuk meningkatkan efektivitas
sumberdaya dan meminimalkan kerusakan lingkungan (Asandhi dll., 2005). Melalui
pendekatan LEISA (low external input sustainable agriculture) dapat dilakukan
optimasi produksi tanaman dan ternak , dengan inovasi teknologi yang tepat limbah
tanaman dapat diubah menjadi bahan pakan sumber serat bagi ternak sapi
(Pamungkas dan Hartati, 2004; Priyanti dan Djajanegara, 2004). Hal ini terkait
dengan HEIA (Height External Input Agriculture) yang sangat bergantung tinggi
pada input bahan kimia buatan , contoh kecilnya dewasa ini banyak menggunakan
pupuk an organic atau pestisida yang secara praktis dapat dibeli di kios-kios serta
sumber daya alam yang tak dapat diperbarui lainya ,yang hal tersebut akan
berdampak negative terhadap kondisi ekologi serta penurunan sumber daya alam
pada khususnya, untuk itu diharapkan menggunakan alternatif sumber daya lokal
yang ramah lingkungan , system LEISA Ini tidak hanya memiliki fungsi produktif
yang dapat menunjang ketahanan pangan namun juga mendukung keberlanjutan
pertanian karena dalam system ini prinsip ekologi yang menjadi dasar dalam sistem
LEISA yaitu mengamankan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
dengan cara pengelolaan bahan organik, pengoptimuman kesediaan hara,
penyeimbangan arus hara, meminimumkan kehilangan hara dan mengeksploitasi
penggunaan sumber daya genetik secara komplementer dan sinergis (Cao dan Min
1995). Konsep LEISA perlu dikembangkan untuk menjadikan lahan potensial dengan
126
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
127
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Tidak demikian halnya apabila di kawasan tersebut tersedia kolam ikan, limbah
tersebut dapat digunakan karena akan menjadi makanan bagi ikan dalam kolam
tersebut maupun hewan ternak yang ada . Hubungan saling menguntungkan akan
terjadi ketika ternak mengeluarkan kotoran yang digunakan untuk pupuk bagi
tanaman maupun pakan ikan di kawasan tersebut. Apabila pertanian dikembangkan
secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman, atau kotoran dari ternak merupakan limbah
yang dapat menimbulkan masalah dan penanganannya memerlukan biaya tinggi
sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Hubungan-hubungan
inilah yang menjadi dasar sistem pertanian LEISA. Alasan tersebut yang menjadikan
LEISA sebagai salah satu solusi untuk pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Lalu bagaimana konsep yang akan diterapkan dalam Gerakan Suket Pangan
(Sukses Ketahanan Pangan), kelompok sasaran dari kegiatan ini adalah kelompok
tani, kelompok pemuda, dan Masyarakat biasa yang memungkinkan ingin belajar
tentang pertanian dan meng optimalkan pekarangan yang dimiliki agar lebih
produktif . Kelompok pemuda diharapkan sebagai sarana “transfer of knowledge”
agar teknologi itu dimanfaatkan lebih lanjut di masa yang akan datang. kegiatan ini
akan mengenalkan diantaranya pengetahuan seputar pertanian khususnya LEISA
(low-external-input and sustainable agriculture) dapat menunjang ketahanan pangan
keluarganya , konsep ini juga membutuhkan Tenaga Ahli dalam bidang pertanian
atau dapat juga mahasiswa jurusan Pertanian yang memang di anggap memiliki
pengetahuan lebih terkait dengan dunia pertanian yang dapat menjadi agent of change
di masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dalam program SUKET PANGAN di
antaranya :
1. Sekolah AgriLEISA yaitu meliputi kegiatan awal sosialisasi program kepada
masyarakat terkait kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka pengoptimalan
pekarangan yang dimiliki serta merancang kegiatan yang akan dilakukan secara
teknis maupun administratif . Kegiatan yang dilakukan bisa meliputi, pembuatan
media tanam, pelatihan perbenihan tanaman, dan pengelolaan kebun Bibit Desa
yang berfungsi sebagai penyedia bibit tanaman bagi masyarakat sekitar, sehingga
128
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Kesimpulan
Demikianlah gambaran Konsep sederhana dari Program Suket Pangan
(Sukses Ketahanan pangan). Dewasa ini masyarakat dunia mulai memperhatikan
persoalan lingkungan dan ketahanan pangan dengan melakukan suatu upaya untuk
menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya tanah,
udara dan air karena bahan sintetik kimia , namun yang diharapkan ialah nuansa
ekologis , yang ramah lingkungan, ekonomis , seperti apa yang telah diharapkan dan
dapat terwujudnya better environment, better farming , and better living , begitulah
istilah popular dalam bidang pertanian yang tidak asing di dengar dengan harapan
dapat diwujudkan secara nyata . “SUKET PANGAN (sukses ketahanan pangan )
Program Pembinaan Masyarakat Desa tentang Optimalisasi system pertanian
129
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
130
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
131
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Latar Belakang
Krisis pangan di Indonesia melunturkan gelarnya sebagai negara agraris.
Bahan-bahan pokok yang tidak terpenuhi memaksa pemerintah untuk mengambil
jalan pintas dengan mengimpor dari negara lain. Minimnya modal yang dimiliki
membuat para petani kesusahan dalam berinovasi serta meluaskan lahan pertanian,
sehingga hasil produksi mereka tidak maksimal dalam memenuhi permintaan pasar
yang kian meningkat.
Selain itu, desakan kebutuhan lahan untuk pembangunan pertanian begitu
kuat, sementara luas lahan tidak bertambah alias terbatas. Selama ini lahan pertanian
mempunyai nilai lahan yang rendah dibanding peruntukan lahan lain (non pertanian),
akibatnya lahan pertanian secara terus menerus mengalami konversi lahan ke
peruntukan nonpertanian. Padahal lahan pertanian (sawah) selain mempunyai nilai
ekonomi sebagai penyangga kebutuhan pangan, juga berfungsi ekologi seperti
mengatur tata air, penyerapan karbon di udara dan sebagainya.
Manfaat dari adanya lahan pertanian tersebut seharusnya dapat dipertahankan,
tidak untuk diabaikan. Perlu diingat bahwa sektor pertanian memegang peran
strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis tersebut digambarkan melalui
kontribusi yang nyata melalui pengadaan modal, penyediaan bahan pangan, bahan
baku industri, pakan dan bio energi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara
dan sumber pendapatan serta pelestarian lingkungan melalui praktik usaha tani yang
berkelanjutan. Pada akhirnya, krisis pangan dalam negeri perlahan mulai teratasi.
Berdasarkan uraian di atas, kebutuhan untuk pemodalan usaha dan pengadaan
lahan untuk membangun sektor pertanian sangatlah penting. Dengan memanfaatkan
132
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
dana zakat, wakaf dan bantuan pemerintah dianggap cukup untuk memberikan modal
kepada petani. Berdasarkan data penerimaan dana zakat oleh Badan Amil Zakat
(BAZNAS) pada tahun 2013-2015, menunjukkan bahwa tingkat penerimaan dana
zakat yang diterima oleh Badan Amil zakat selalu meningkat dan jumlah zakat pada
tahun 2015 mencapai Rp 3.650.369.012.964. Jumlah itu masih belum ditambahkan
wakaf tunai dan bantuan dari pemerintah. Selain itu, jumlah tanah wakaf di Indonesia
yang dinilai tidak produktif dapat digunakan sebagai solusi untuk keterbatasan lahan
pertanian dalam upaya meningkatkan hasil produksi pertanian.
Pembahasan
Potensi Integrasi Zakat dan Wakaf dalam Membangun Sektor Pertanian
Zakat dan wakaf merupakan instrumen kebijakan ekonomi Islam yang
digunakan untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat
di tengah euforia orang-orang berdasi. Tujuan akhir dari instrumen ini adalah untuk
mempersempit kesenjangan antara orang kaya dan miskin. Instrumen zakat dan wakaf
di Indonesia memiliki potensi yang baik jika dana atau aset yang dikelola secara
produktif sehingga tujuan akhir dari instrument ini dapat tercapai.
Berdasarkan laporan keuangan dari dana zakat di 2013-2015 yang dirilis oleh
Badan Nasional Zakat (BAZNAS) atau Badan Zakat Nasional, bisa terlihat bahwa
penerimaan dana amal pada tahun 2013 dan 2015 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dalam setiap tahun. Pada akhir 2015 total pendapatan menjadi Rp
3.650.369.012.964. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan dana zakat setiap tahun
terus meningkat dan memiliki potensi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
membutuhkan dana.
Tidak hanya zakat, wakaf juga memiliki potensi yang cukup besar. Wakaf
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Tanah Wakaf.
Menurut statistik dari Bina Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia (2017), luas tanah wakaf di Indonesia mencapai 47,716.21 Ha dan
133
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
134
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
135
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”. Pemisahan antara dana
zakat dan wakaf perlu dilakukan di awal untuk memperjelas akuntabilitas dana-dana
tersebut. Ketika zakat dan wakaf dari tiga pihak tersebut diterima oleh badan
pengelola, maka badan pengelola harus melakukan proses penyortiran. Akhirnya,
dana zakat dan wakaf tunai siap (4) dimanfaatkan untuk membangun sektor pertanian
melalui pendanaan pada tanah wakaf tidak produktif yang dikonversi menjadi lahan
pertanian.
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami perhitungan persentase
pemisahan modal awal. Asumsikan modal awal dari penerimaan zakat sebesar Rp
15.000.000, wakaf dari Rp 35.000.000, dan pemerintah sebesar Rp 80.000.000 maka
total modal awal adalah Rp 130.000.000. Melihat komponen modal awal terdapat
bantuan dana dari pemerintah maka dana tersebut akan dikonversi sebagai wakaf
tunai sehingga diperoleh modal awal sebesar Rp 15.000.000 untuk zakat dan Rp
115.000.000 untuk wakaf tunai. Ketika dana telah diterima oleh badan pengelola,
maka proses penyotiran harus segera dilakukan. Perhitungan sederhana seperti
berikut:
15/130 x 100% = 11,5% (komponen dari zakat, ketika terjadi pemisahan persentase
dana zakat untuk 100% untuk dana zakat itu sendiri).
115/130 x 100% = 88,5% (komponen dari dana wakaf tunai, ketika terjadi pemisahan
persentase dana wakaf tunai untuk 100% untuk dana wakaf tunai sendiri).
Dengan demikian, dari perhitungan ini bisa diperoleh persentase modal awal
yang terdiri dari zakat dan wakaf. Selanjutnya, untuk melakukan pemodalan lahan
pertanian, badan pengelola dapat langsung memberikan sebagian dana untuk petani
(pemilik tanah) tanpa harus menghitung ulang persentase komponen modal awal yang
berlaku untuk semua lahan pertanian (objek). Perhitungan atau penyotiran komponen
dari modal awal akan dilakukan setiap tahun untuk setiap tahun akan ada
penambahan modal dari zakat dan wakaf masuk periode berikutnya. Dengan modal
yang telah dihimpun, maka modal tersebut dapat membiayai berbagai program dalam
136
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
rangka membangun sector pertanian yang bilamana dijalankan maka semua unsur
akan merasakan manfaatnya, seperti unsur ekonomi, social, teknologi, dan lainnya.
Penerapan integrasi zakat dan wakaf dalam membangun sektor pertanian
merupakan langkah yang tepat untuk membuat masyarakat Indonesia sejahtera.
Dampak dari penerapan integrasi zakat dan wakaf akan dirasakan baik dalam jangka
pendek dan jangka panjang, seperti; memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan
perekonomian desa, mengurangi urbanisasi, mempersempit kesenjangan antara orang
kaya dan miskin, meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri, dan tidak adanya
lagi kasus kelaparan di negeri ini.
Penutup
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan uraian di atas adalah:
1. Integrasi zakat dan wakaf berpotensi membangun sektor pertanian.
2. Integrasi zakat dan wakaf adalah integrasi yang menghubungkan antara zakat dan
wakaf (tanah dan wakaf tunai) dalam menyediakan modal dan lahan untuk
membangun sektor pertanian.
Saran
Saran dari esai ini adalah:
1. Diperlukan sebuah hukum yang jelas dari pemerintah dalam mengatur
mekanisme integrasi zakat dan wakaf.
2. Diperlukan pengkajian lebih lanjut terkait dengan mekanisme integrasi zakat dan
wakaf, khususnya dari segi pengawasan.
137
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
138
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Irwantha Sihombing
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Universitas Padjadjaran
Irwantha25@gmail.com
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditas pangan pokok sebagai bentuk
diversifikasi pangan dalam upaya meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan.
Hal tersebut selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) mengenai
Zero Hunger dengan target memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan
dan mengimplementasikan praktik pertanian yang berketahanan yang meningkatkan
produktivitas dan produksi serta membantu mempertahankan ekosistem (Anung,
2015). Kebutuhan jagung terus meningkat terutama untuk pakan ternak dan industri.
Produktivitas jagung di Indonesia rata-rata berkisar antara 3,2-8 ton/ha sedangkan
kebutuhan jagung secara nasional terus meningkat mencapai 50% (Deptan, 2009).
Upaya meningkatkan dan mempertahankan produktivitas tanaman jagung perlu
dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan
mengefisiensikan pemupukan.
Pemupukan merupakan salah satu upaya budidaya yang dilakukan untuk
meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Jagung merupakan tanaman yang
peka (responsif) terhadap pemupukan, dimana tanaman jagung membutuhkan unsur
hara makro esensial seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Fosfor (P)
menjadi unsur hara yang langsung diberikan respon oleh tanaman jagung apabila
kadar P-tersedia dalam tanah kurang dari 87,32 mg/kg (Kasno dkk., 2006). Fosfor (P)
termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun
kandungannya di dalam tanaman lebih rendah dibanding nitrogen (N), kalium (K),
dan kalsium (Ca). Peningkatan jumlah P-tersedia bagi tanaman perlu diupayakan
139
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Pembahasan
1. Dosis Efektif Zeolit dan Asam Humat
Zeolit merupakan mineral silikat berongga yang mempunyai KTK bervariasi
antara 80 sampai 180 meq/100g (Suwardi, 1995). KTK yang tinggi menyebabkan
zeolit mempunyai kemampuan yang tinggi pula untuk menukarkan kation-
kationnya dengan kation lain. Menurut Syamsiah dkk (2009), pemberian zeolit
(dosis 750 kg/ha) dapat meningkatkan efisiensi serapan P dari 5,08% menjadi
8,28%, sehingga efisiensi serapan P meningkat sebesar 62,99% dibanding tanpa
pemberian zeolit pada tanaman padi sawah.
Asam humat berasal dari dekomposisi lignin atau karbohidrat tanaman yang
membusuk. Asam humat biasanya kaya akan karbon, yang berkisar antara 41 -
47%, namun bahan ini juga dapat mengandung nitrogen dan bahan organik (Tan,
1991; Robinson, 1995). Asam humat juga berperan dalam memperbaiki
kesuburan tanah karena dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme tanah,
140
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) hara di dalam tanah serta dapat
mengikat ion Al dan Fe yang merupakan ion penjerap P sehingga P menjadi tidak
tersedia di dalam tanah.
Wijaya (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh asam humat dan
zeolit sebagai carriernya terhadap bobot akar dan produksi jagung pipilan. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 10 L/ha asam humat dengan
pembawa (carrier) zeolit sebanyak 20 kg/L memberikan pengaruh terbaik dengan
meningkatkan produksi jagung 19% lebih unggul dari kontrol. Perlakuan tersebut
dapat digunakan sebagai dosis yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan
untuk coating pupuk SP-36 dalam pembuatan pupuk SAZ-BPF.
2. Spesies Unggul Bakteri Pelarut Fosfat
Bakteri yang sering dilaporkan dapat melarutkan fosfat (P) antara lain adalah
anggota-anggota genus Pseudomonas, Bacillus, Mycobacterium, Micrococcus,
Lavobacterium, Bacterium, Citrobacter, dan Enterobacter (Alexander, 1978;
Buntan, 1992; Premono, 1994; Illmer et al., 1995). Spesies unggul yang
digunakan dalam SAZ-BPF yaitu Pseudomonas sp. karena terbukti dapat
meningkatkan berat kering dan hasil pada tanaman padi gogo (Fitriatin, 2004).
Pemberian inokulum dalam bentuk padat ataupun cair bakteri pelarut fosfat
memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan bobot kering dan serapan P pada
tanaman jagung (Tamad et al., 2013).
Tabel 1. Pengaruh inokulum BPF terhadap serapan P dan komponen pengamatan
jagung saat fase tasseling (8 MST) (Tamad et al., 2013)
141
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Populasi bakteri pelarut fosfat yang digunakan yaitu sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Pertanian nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011, bahwa
kepadatan bakteri harus lebih dari 107 CFU/g sampel dengan dosis 2 L/ha.
3. Formulasi SAZ-BPF
Dasar formulasi yang dibuat merujuk kepada kebutuhan unsur hara tanaman
per satuan lahan atau per ha. Menurut Minardi dkk. (2011), pemberian 100 kg/ha
P2O5 setara dengan 360 kg SP-36/ha mampu meningkatkan P tersedia sebesar
24,67 mg/kg dan bobot kering berangkasan tajuk jagung sebesar 12,65 gram
dibandingkan dengan kontrol yang hanya 2,1 gram.
Tabel 2. Formulasi pupuk SAZ-BPF sesuai kebutuhan tanaman jagung per ha
Komponen Jumlah Presentase (%)
SP-36 360 kg 63 %
Zeolit 200 kg 35 %
Asam Humat 10 L 1,7 %
Bakteri Pelarut Fosfat 2L 0,3 %
Total ±572 kg 100 %
Dengan formulasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan serapan P tanaman
lebih dari 70% dan meningkatkan hasil tanaman lebih dari 20%.
4. Metode Coating Pupuk SP-36 dengan Asam Humat, Zeolit dan BPF
142
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Metode yang dipilih untuk coating pupuk SP-36 dengan Asam Humat, Zeolit
dan BPF yaitu dengan menggunakan granulator. Granulator yang digunakan
yaitu pan granulator
Kesimpulan
Pembuatan pupuk SAZ-BPF memerlukan kombinasi dosis zeolit, asam humat
dan BPF yang tepat agar dapat dijadikan suatu formulasi. Dosis zeolit dan asam
humat yang dapat digunakan untuk coating pupuk SP-36 yaitu asam humat 10 L/ha
dengan carrier (pembawa) zeolit 20 kg/L asam humat atau setara dengan zeolit 200
143
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
kg/ha karena terbukti dalam meningkatkan produksi jagung sekitar 19% dari
perlakuan kontrol. Spesies unggul untuk pupuk SAZ-BPF yang dapat digunakan yaitu
Pseudomonas sp. dengan populasi sesuai rekomendasi Permentan. Formulasi SAZ-
BPF berdasarkan pertimbangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan serapan P
tanaman lebih dari 70% dan meningkatkan hasil tanaman lebih dari 20%. Pemilihan
metode coating pupuk SAZ-BPF memperhatikan bahan material pelapisnya terutama
BPF dikarenakan merupakan bakteri yang tidak tahan pada suhu diatas 40o C
sehingga dipilih metode pengadukan dengan granulator dan pengeringan dengan
rotary dryer dengan suhu terkendali yaitu antara 30 – 40oC yang diestimasi
berlangsung selama ±8-9 jam.
144
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M 1978. Introduction to Soil Microbiology. 2nd ed. Willey Eastern Ltd.
New Delhi.
Badan Pusat Statistik, 2016. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai 2015. Berita Resmi
Statistik, (62), pp.1–11.
Deptan. 2009. Pedoman umum PTT Jagung. Depatemen Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. Jakarta.
Elfiati, D., 2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
e-USU Repository, pp.1–10.
Estiaty, L. M., Suwardi, I. Maruya dan S. D. Fatimah. 2006. Pengaruh Zeolit dan
Pupuk Kandang Terhadap Residu Unsur Hara. Jurnal Zeolit Indonesia.
Vol.51):37-44.
Fitriatin, B.N., 2004. Peranan Bakteri Pelarut Fosfat Fosfat Penghasil Fitohormon
dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Gogo. ,
(September), pp.1–15.
Kasno, A, D. Setyorini dan E. Tuberkih. 2006. Pengaruh Pemupukan Fosfat Terhadap
Produktivitas Tanah Inceptisol dan Ultisol. Balai Penelitian Tanah.
Bogor.
Minardi, A., J Syamsiyah., Sukoco. 2011. Pengaruh Bahan Organik Dan Pupuk
Fosfor Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Fosfor Pada Andisols Dengan
Indikator Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata strurt). Jurnal
Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(1) :23 -30
Suwardi . 1995. “PemanfaatanZeolit sebagai Media Tumbuh Tanaman Hortikultura”,
dalam Proceding Temu Ilmiah IV, PPI-Jepang, Tokyo, 1-3 September
1995.
Tamadi , A Ma’as, B Radjagukguk, E Hanudin, J Widada . 2013. Ketersediaan Fosfor
pada Tanah Andisol untuk Jagung (Zea mays L.) oleh Inokulum Bakteri
Pelarut Fosfat. Jurnal Agron. Indonesia 41 (2) : 112 - 117.
Wijaya, H., 2013. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan dengan Bahan Aktif Asam
Humat dengan Zeolit sebagai Pembawa ( Increasing Food Crop
Production Using Active Material of Hurnic Acid and Zeolite as Carrier
). , 18(2), pp.79–84.
145
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Fatimatuz Zahro
Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Universitas Sebelas Maret
fatimatuzzahro97@gmail.com
Latar Belakang
Reforma agraria adalah upaya perombakan sosial yang dilakukan secara sadar
guna menstransformasikan struktur agraria ke arah sistem agraria yang lebih sehat
dan merata pengembangannya. Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi
ketidakmerataan dalam pengembangan masyarakat. Ketimpangan yang terjadi dalam
masyarakat adalah ketimpangan dalam hal penguasaan sumber-sumber agrarian,
ketidakserasian dalam hal “peruntukan” sumber-sumber agraria khususnya tanah,
ketidakserasian antara persepsi dan konsepsi mengenai agrarian, ketidakserasian
antara berbagai produk hukum, sebagai akibat dari pragmatisme dan kebijakan
sektoral. Ketimpangan ini banyak menimbulkan konflik dalam mayarakat, dimana
dalam sesuai dengan catatan KPA sedikitnya telah terjadi 450 konflik agraria
sepanjang tahun 2016. Oleh karena itu perlu pengkajian ulang tentang penerapan
reformasi agraria untuk mengurangi tingkat ketimpangan itu.
Setiap masa pemerintahan memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam
mewujudkan reforma agraria ini. Setiap pemerintahan berlomba-lomba membuat
suatu inovasi baru untuk mengatasi ketimpangan yang ada. Masa pemerintahan
Bapak Jokowi berupa pendistribusian lahan sebanyak 9 juta hektar untuk masyarakat.
Cita-cita pelaksanaan reforma agraria yang sekian lama tertunda kembali lahir setelah
Presiden Joko Widodo memasukkan program pendistribusian tanah seluas 9 juta
hektar dalam Nawa Cita yang kemudian dimasukkan ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Namun ketika
ditinjau lebih jauh, program tersebut hanya didominasi dengan pembagian sertifikat
146
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
tanah (4,5 juta hektar sertifikasi,4,1 juta hektar pelepasan kawasan hutan, 0,4 juta
hektar dari HGU habis, tanah terlantar, dan tanah negara lainnya).
Penerapan kebijakan ini akan mengakibatkan kondisi lingkungan berubah.
Karena ada campur tangan dari masyarakat yang sangat beragam. Ketika manusia
yang mengelola orangnya baik, maka hasil dari pengolahan itu akan menguntungkan.
Akan tetapi ketika masyarakat yang mengelolanya kurang memahami tentang
lingkungan, maka hasilnya akan kurang memuaskan. Oleh karena itu, pada saat ini
berita yang menjadi topik trendy adalah reforma agraria masa jokowi mengkayakan
masyarakat yang sudah kaya dan memiskinkan masyarakat yang miskin. Berita ini
membuktikan bahwa betapa pentingnya reforma agraria dalam sebuah negara. Oleh
karena reforma agraria dalam pemerintahan harus sering dilakukan evaluasi.
Pembahasan
Reforma Agraria memberikan kepastian hukum kepemilikan lahan, mencegah
krisi ekologi, mengatsi konflik, mengurangi kemiskinan, dan menurunkan
ketimpangan ekonomi di pedesaan. Cita-cita dari reforma agraria sendiri yaitu
terwujudnya keadilan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah, wilayah dan sumber daya alam. Reforma Agraria masa pemerintahan Bapak
Jokowi memiliki misi: meningkatkan kepastian hak-hak kepemilikan dan penguasaan
rakyat pettani atas tanah, wilayah dan sumber daya alam, dan berkurangnya kasus-
kasus konflik agraria, memperbaiki layanan ekologi melalui penatagunaan tanah
secara berkelanjutan, membentuk badan-badan usaha koperatif yang menjadi
kekuatan produktif baru di desa-desa, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat petani
peserta program reforma agraria.
Reforma agraria menyasar lahan-lahan HGU yang terlantar dan tanah-tanah
negara yang tidak termanfaatkan untuk diretribusikan kepada para buruh tani,
sekliagus memberi legalisasi atas tanah-tanah negara. Dimana dalam
perkembangannya sasaran refoema agraria selama 2 tahun)2014-2016) dijalankan
Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional adalah program
147
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
148
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
masyarakat akan pentingnya kelestarian lahan yang ada. Oleh karena itu dalam
kenyataannya kebijakan reforma agraria banyak yang menyeleweng dari rencana,
misalnya banyaknya lahan yang dialih fungsikan menjadi sektor industri dan dalam
pembangunannya tidak memperhatikan kelestarian. Hal ini akan menimbulkan
masalah dalam jangka panjangnya, dan untuk jangka pendeknya memang terlaksanya
yaitu terdapat peningkatan perekonomian. Selain itu juga adanya alih fungsi lahan
hutan menjadi lahan pertanian, hal ini dalam jangka panjangnya akan mengakibatkan
rusaknya keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu dalam penerapan kebijakan
reforma agraria selalu memperhatikan dampak panjangnya, tidak hanya
memperhatikan dampak pendeknya. Hal ini dikarenakan ketika ada dampak dalam
jangka panjangnya, justru akan membuat penambahan biaya yang besar dalam
menangani masalah tersebut nantinya. Dan perlunya evaluasi dalam setiap
penerapanya agar mendapatkan suatu gambaran inovasi yang akan diterapkan untuk
erforma agraria. Salah satunya ialah dengan menggunakan pematangan rencana
redistribusi, pembahasan konflik banu tanah dan hingga sertifikasinya. Hal ini
dikarenakan banyak timbul masalah tidak tepat sasaran dalam pemberian redistribusi
lahannya, dimana sasaran dari adanya kebijakan ini ialah masyarakat yang memiliki
lahan sempit. Sehingga dengan adanya bantuan ini diharapkan akan dapat membantu
ia dalam memenuhi kebutuhannya. Karena dengan adanya lahan ia dapat menanam
tanaman pangan, dimana dalam penentuan harga pangan petani hanya sebagai
pengambil harganya. Sehingga terkadang petani merasa tertindas, dan mereka tidak
dapat berkembang.
Kesimpulan
Penerapan kebijakan reforma agraria pada masa pemerintahan Jokowi perlu
ditata ulang, hal ini dikarenakan banyaknya masalah yang timbul. Misalnya dalam
distribusi lahan 9 hektar belum semuanya tepat sasaran dan juga perlu adanya
bimbingan kepada masyarakat dalam memanfaatkan lahan yang ada. Sehingga hal ini
tidak mengakibatkan masalah dijangka panjangnya, terutama di masalah
149
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
150
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Jamal, Erizal et al. 2002. Reforma Agraria dan Masa Depan Pertanian. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 21(4).
Laporan Kerja Nyata Masa Pemerintahan Jokowi
Tigris, J Toward. 2016. Kebijakan dan Pelaksanaan Landreform Di era Pemerintah
Jokowi-JK.
151
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Mulyadi Maksum
Mahasiswa Program Studi D3 Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada
mulyadimaksum@gmail.com
Latar Belakang
Impor, adalah salah satu kegiatan membeli suatu barang ataupun bahan dari
negara lain. Kata ini sering sekali terdengar di telinga kita. Indonesia adalah salah
satu negara yang melakukan kegiatan impor tersebut. Salah satu komoditas impor
negara Indonesia adalah beras, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik(02/17)
pada tahun 2013 indonesia mengimpor beras sebanyak 472 664,7 Ton, kemudian di
tahun 2014 kegiatan impor beras di Indonesia mengalami kenaikan hingga mencapai
844 163,7 Ton, hal yang serupa terjadi di tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2015
impor beras di Indonesia mencapai 861 601,0 Ton [1]. Dari data tersebut kegiatan
impor beras di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pihak
yang mengatur ekspor dan impor di Indonesia mengatakan bahwa mereka melakukan
kegiatan impor beras untuk menjaga stabilitas harga beras di Indonesia.
Menurut Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) (8/1) pertimbangan impor
dilakukan untuk menjaga stabilitas harga beras di masyarakat. "Soalnya ialah
menjaga stabilitas harga beras karena harga beras yang tentukan (stabilitas). Kalau
tidak stabil atau naik, maka kemiskinan naik,"[2]. Tapi pada kenyataannya adalah
bahwa masih banyak petani-petani di Indonesia yang mengeluh tentang harga padi
yang tidak stabil dan harga pupuk yang terus meningkat membuat produktifitas petani
padi di indonesia menjadi kurang produktif. Selain itu juga dengan semakin sering
mengimpor beras dari negara lain membuat minat masyarakat terhadap beras lokal
menjadi turun, hal ini menyebabkan masalah pada harga jual padi dari petani. Dalam
hal ini minat petani padi di Indonesia akan semakin kecil dan berujung pada peralihan
sektor pertanian, dari yang awalnya bertani padi akan beralih menanam sesuatu yang
lain yang menurut mereka lebih menguntungkan.
152
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
153
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Bulog. Hal ini akan berakibat pada jumlah kebutuhan beras dalam negeri yang tidak
tercukupi.
Pembahasan
Tindakan pemerintah untuk menekan impor beras dirasa masih kurang
berpengaruh pada kegiatan impor beras di Indonesia. Sebuah susunan program baru
untuk menuju perubahan di negeri ini harus secepatnya di buat supaya masalah ini
tidak menjadi masalah yang lebih serius dikemudian hari. Program Empat Langkah
(PEL) adalah sebuah program yang diharapkan dapat melakukan perubahan pada
kegiatan impor di Indonesia dan diharapkan program ini mampu menjawab
permasalahan-permasalahan pada kegiatan impor di Indonesia khususnya pada
komoditas beras. Berikut adalah empat langkah tersebut.
Langkah pertama adalah dengan menambah atau memperluass lahan pertanian
di Indonesia terutama di dataran rendah, bagaimana cara memperluas lahan
pertanian? Yaitu dengan cara pemindahan atau pengalokasian sebuah industri dari
yang semula menempati lahan pertanian menuju ke suatu daerah yang memang telah
dikhususkan untuk daerah perindustrian atau ke daerah selain lahan pertanian, semisal
sebuah pekarangan rumah. Atau apabila jumlah lahan pertanian masih mencukupi
atau memadai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maka perlu dilakukan suatu
aturan atau larangan pembangunan industri di daerah lahan pertanian Indonesia.
Langkah ini bertujuan supaya petani lokal dapat memenuhi kebutuhan pangan di
Indonesia khusunya komoditas beras atau bahkan melebihi kebutuhan dalam negeri
ini, sehingga kegiatan impor dapat ditekan.
Kedua, dengan mengadakan semacam sosialisasi kepada para petani padi di
Indonesia oleh lembaga-lembaga pertanian ataupun mahasiswa-mahasiswi pertanian
dari berbagai universitas. Sosialisasi yang di berikan berupa sosialisasi tentang
keunggulan dan keuntungan menggunakan pupuk organik dan cara pemilihan bibit
unggul. Mengapa harus tentang pupuk organik dan bibit unggul? Karena dewasa ini
masyarakat indonesia semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan bahaya
mengkonsumsi suatu bahan yang terkontaminasi oleh bahan kimia dalam jangka
154
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
panjang, selain itu juga penggunaan pupuk organik juga mampu menjaga kesuburan
tanah tanpa membuat tanah tersebut tercemar dan semakin baik suatu bibit padi maka
hasil panen petani juga akan semakin baik. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi
ketergantungan para petani padi terhadap pupuk kimia dan juga meningkatkan harga
jual dari hasil pertanian padi di Indonesia.
Ketiga, melakukan pemberhentian atau pengurangan yang signifikan pada
kegiatan impor beras dari negara lain untuk memeriksa apakah hasil dari pertanian
padi di indonesia sudah bisa mencukupi kebutuhan beras dalam negeri.selain untuk
memeriksa kecukupan beras dalam negeri hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan
minat masyarakat terhadap beras lokal sehingga harga beras di Indonesia bisa stabil
dan tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan harga yang cukup tinggi. Hal ini
bisa terjadi apabila para petani di Indonesia sudah melakukan kedua langkah di atas.
Langkah keempat, menjalin hubugan dengan negara-negara pengimpor beras
organik maupun beras biasa. Hal ini bertujuan supaya setelah kebutuhan beras dalam
negeri terpenuhi negara Indonesia sudah bisa melakukan ekspor ke negara-negara
tersebut.sehingga apabila kebutuhan dalam negeri terlampaui Indonesia tidak akan
kesulitan untuk mengekspor beras tersebut karena Indonesia sudah menjalin
hubungan kerjasama dengan negara tersebut.
Kesimpulan
Kegiatan impor beras di Indonesia dapat ditekan dengan Program Empat
Langkah (PEL) yaitu dengan memperluas lahan pertanian di Indonesia supaya jumlah
kebutuhan dalam negeri terpenuhi sehingga Indonesia dapat mengurangi jumlah
impor beras dari negara lain dan sosialisasi kepada para petani padi tentang
keuntungan menggunakan pupuk organik dan pemilihan bibit padi unggul harus
dilakukan supaya hasil padi lokal yang nantinya akan diolah menjadi beras mampu
menyaingi produk impor dari negara lain dan hal ini bertujuan untuk menyetabilkan
harga beras lokal dengan beras impor, permasalahan impor yang berlebihan perlu
dilakukan pengurangan supaya kita bisa mengetahui kebutuhan dalam negeri,
155
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
sehingga kelebihan beras lokal ataupun sisa beras impor tahun lalu tidak meluap dan
menyebabkan kerugian besar bagi negara, menjalin hubungan dengan negara
pengimpor beras supaya pertanian padi di Indonesia dapat menjadi aset keuntungan
bagi negara. Masih banyak cara-cara yang bisa membuat pola pikir kita berubah dari
menyukai impor menjadi menyukai ekspor. Karena setiap orang ataupun setiap
individu pasti lebih suka negaranya lebih banyak mengekspor ke negara lain daripada
mengimpor dari negara lain. Semoga negara kita Indonesia dapat mengubah kegiatan
impor menjadi ekspor.
156
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
157
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Hadi Siswanto
Mahasiswa Program Studi Manajemen Pemasaran, Politeknik Negeri Malang
77777.hadi@gmail.com
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan
yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula
dalam darah (Yoga, 2009). Penyakit ini menjadi salah satu penyakit kronik yang
dapat membebani masyarakat baik dari sisi ekonomi maupun kualitas hidup hampir
di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit
tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Saat ini, diabetes
melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad
ke-21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang
(Suyono, 2009). Di Indonesia sendiri diperkirakan bahwa pada tahun 2030 angka
kejadian diabetes melitus mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2001).
Angka kejadian komplikasi jangka panjang yang diakibatkan oleh diabetes
melitus cukup tinggi, yaitu retinopati (28,5%) yang dapat menimbulkan kebutaan,
gagal ginjal (44%), gangguan saraf berupa neuropati (60-70%), darah tinggi (67%),
dan amputasi (>60%). Pada tahun 2006, telah dilakukan 65.700 amputasi pada
penderita diabetes. Selain itu, resiko kematian akibat penyakit jantung dan stroke
pada penderita diabetes 2-4 kali lipat lebih besar daripada orang normal (U.S.
Department of Health and Human Services, 2011).
158
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Dewasa ini, daun afrika ini sangat mudah tumbuh di iklim yang tropis seperti
Indonesia. Sehingga siapapun bisa membudidayakan daun ini. Efektivitas daun ini
sebagai antimalaria, antihipertensi, antidiabetik, antimikroba, antikanker, ramuan
laksatif, dan penurun kolesterol, telah diteliti pada hewan. Efek yang paling
signifikan dan menarik perhatian dari penggunaan daun Afrika adalah efeknya
sebagai antidiabetik (Ademola, 2011).
159
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori.
Pasien mengeluh lelah dan mengantuk (Schteingart, 2006).
Berdasarkan penelitian-penelitian para ahli terhadap Vernonia amygdalina,
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Vernonia amygdalina dapat meningkatkan proliferasi dan regenerasi sel-sel
tubuh termasuk sel pankreas. Dengan adanya regenerasi, maka sel-sel tubuh yang
lama akan digantikan dengan sel-sel yang baru. Begitu pula dengan sel pankreas. Sel
pankreas akan berproliferasi (bertambah banyak dan bertumbuh secara cepat)
sehingga sel β pun akan meningkat dan produksi insulin pun akan meningkat. Dengan
meningkatnya insulin, maka pengambilan glukosa pada jaringan pun akan meningkat
dan akan menurunkan kadar glukosa darah.
Insulin merupakan hormon anabolik sehingga insulin akan membantu
metabolisme makanan (intake) dan kalori yang berlebihan akan disimpan di jaringan
adiposa yang akan meningkatkan berat badan. Berdasarkan penelitian dari Marles RJ
(1995), Vernonia amygdalina akan meregenerasi sel dan meningkatkan sensitisasi
insulin. Peningkatan sensitisasi insulin mengindikasikan peningkatan sensitivitas
jaringan terhadap insulin sehingga pengambilan glukosa jaringan akan meningkat dan
akan menurunkan kadar gula darah.
Jika penelitian tersebut berhasil dilakukan dan menunjukkan hasil yang
sesuai, V. amygdalina dapat ditingkatkan statusnya sebagai suatu fitofarmaka yang
dapat dipakai oleh kalangan medis secara luas sebagai obat alternatif bagi para
penderita DM. Dengan demikian, jenis obat DM bisa lebih bervariasi dan
pemberiannya dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing penderita DM.
Tujuan akhir kita adalah mengurangi angka kematian dan kecacatan akibat DM
sehingga tidak ada keterbatasan bagi para pasien DM untuk bekerja secara produktif.
Metode Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan meliputi :
160
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
a. Uji coba pembuatan produk untuk mengetahui komposisi yang tepat dalam
pembuatan biskuit, keripik dan lain lain.
b. Survei tempat yang akan dijadikan tempat produksi dan tempat penjualan.
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan produksi dan pemasaran. Berikut adalah
cara pembuatannya :
a. Menyiapkan Peralatan yaitu ember, kompor, spatula, oven, gas, alat ukur,
loyang, penggorengan, mixer, tempat penyimpanan
b. Menyiapkan Bahan-bahan yaitu daun afrika (daun kelor), gula pasir, vanili,
tepung, telur, minyak goreng, margarine, rempah-rempah, air
161
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Hasil olahan
Peluang Pasar
Seperti kita ketahui bersama, keripik merupakan salah satu produk makanan
ringan segar yang cukup diminati para konsumen. Cara penyajiannya yang terbilang
praktis dan rasa khas bahan baku yang ditawarkan. Selain itu, produk berupa biskuit
162
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
dari hasil produk ini juga lumayan menjanjikan karena dari pengemasan yang bagus
dapat meningkatkan popularitas dari produk. Keripik dan biskuit ini dapat dikemas
langsung dalam plastik ataupun kotak. Selain itu keunggulan dari produk ini yaitu
produk ini menggunakan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan, produk yang
dihasilkan tanpa menggunakan pewarna buatan dimana, produknya memang memiliki
warna yang khas.
Kegiatan
Metode kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Rencana Evaluasi
Evaluasi pelatihan pada akhir pelaksanaan diharapkan:
163
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Kesimpulan
Kandungan aktif dari daun Afrika (Vernonia amygdalina) yang berguna bagi
penderita diabetes melitus adalah ekstrak etanolik. Di samping itu daun afrika dapat
diolah menjadi produk pangan yang menarik dan menyehatkan. Sehingga terciptanya
lahan wirausaha dan pekerjaan sehingga dapat membantu penduduk suatu daerah atau
desa dalam menumbuhkan ekonomi, dengan memanfaatkan daun afrika untuk diolah
menjadi produk pangan yang bernutrisi dan bernilai jual tinggi.
164
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Ademola IO, Eloff JN. 2011. Anthelminthic Activity Of Acetone Extract And
Fractions Of Vernonia amygdalina Against Haemonchus Contortus Eggs
And Larvae. Trop Anim Health Prod 43 (2): 521–7.
Adewole, S.O, dkk. 2006. Morphological and Hypoglycaemic Effects. Afr. J.
Biomed. Res. 9:173-1
Atangwho IJ. 2009. Comparative Chemical Composition of Leaves of Some
Antidiabetic Medicinal Plants. Afr. J. Biotech 8: 4685-4689.
Dimneen SF et al. 1998. Effects of Changing Diagnostic Criteria on The Risk of
Developing Diabetes, Diabetes Care21:1408-1413.
Halliwell B, dkk. 1989. Free Radicals in Biology and Medicine. Clarendon, Oxford,
UK.
Ibiba, dkk. 2010. Glucose Tolerance Test in Hyperglycemic Guinea Pigs Treated with
Aqueous V.amygdalina. Medical Journal of Islamic World Academy of
Sciences 18:1, 21-2
Marles RJ. 1995. Antidiabetic Plants and Their Active Constituents, Phytomedicine,
2:137-139. Oluwafunmike S. Akinola, dkk. 2009. V.amygdalina
Upregulates Hepatic Enzymes and Improves Liver Microanatomy in
Experimental Diabetes Mellitus. Pharmacologyonline 2:1231-1242.
P.A. Akah, dkk. 2009. Effects of V.amygdalina on Biochemical and Hematological
Parameters in Diabeticn Rats. Asian Journal of Medical Sciences
1(3):108-113, 2009.
Purnamasari, Dyah;. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Jakarta: EGC.
Report of the Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. 1997.Diabetes Care 20:1183-1197.
Sckidelkski T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in the β-
cells of the Rat Pancreas. Physiol Res, 50/6:537-546.
Schteingart, David E. 2006. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.
Jakarta:EGC.
Shahab, Alwi. 2006. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus.
(http://dokter-alwi.com/diabetes.html, diunduh pada 19 April 2013 pukul
00.19 WIB).
Suyono, Slamet. 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta: EGC.
Yoga, Tjandra. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia
Mencapai 213 Juta Orang.
(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-
prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html,
diunduh pada 17 April 2013 pada pukul 23.07 WIB).
165
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Latar Belakang
Swasembada pangan merupakan sebuah cita-cita yang sangat jauh untuk
dicapai oleh Indonesia. Setidaknya pangan Indonesia bertumpu pada tiga komoditas
utama, yaitu padi, jagung, dan kedelai. Segala upaya telah dilakuan untuk menggapai
swasembada ketiga komoditas tersebut, tetapi tampaknya swasembada masih jauh
dari gapaian tangan bangsa Indonesia. Padi mungkin hanya komoditas pangan yang
paling mendekati swasembada, meskipun kenyataannya impor beras masih terjadi
dengan volume impor sebesar USD 1,17 miliar atau setara dengan 2,74 juta ton beras
dari tahun 2014. Nasib produksi jagung dan kedelai tidak lebih baik dibandingkan
beras padahal target pemerintah adalah swasembada jagung di tahun 2017 dan
swasembada kedelai di tahun 2018. Menurut penelitian Ligawati di tahun 2016 dan
Aldillah di tahun 2015 kedua target tersebut terancam tidak dapat dipenuhi. Ligawati
menyebutkan nilai ramalan neraca produksi dan konsumsi jagung bernilai negatif
sebesar 103,9 ribu ton yang menunjukkan swasembada jagung pada tahun 2017 tidak
tercapai. Penelitian Aldillah juga menampilkan hal yang senada dengan nilai neraca
defisit sebesar 1,59 juta ton kedelai pada tahun 2018. Upaya strategis dan tepat
sasaran menjadi agenda utama pembangunan pertanian khususnya peningkatan
produksi ketiga komoditas pangan primadona Indonesia.
Data pertanian tanaman pangan merupakan alat yang sesuai dalam
menganalisis dan menentukan langkah yang paling tepat dalam mendorong tingkat
produksi pangan nasional. Produksi jagung dan kedelai dalam Angka Tetap (ATAP)
tahun 2015 adalah 19,61 juta ton pipilan kering dan 963,18 ribu ton biji kering.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan, meskipun luas panen berkurang 49,65
166
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
ribu hektar jagung dan 1,59 ribu hektar kedelai. Menurut Statistik Lahan Pertanian
2009-2013 yang dirilis Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian
Pertanian pada tahun 2014, luas lahan sawah di tahun 2013 mengalami penyusutan
sebesar 0,25% dibandingkan tahun 2012, yaitu sebesar 20.242 hektar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penyusutan luas tanam senantiasa terjadi sehingga dapat
mengancam produksi tanaman pangan nasional. Upaya ekstensifikasi pertanian
dengan perluasan lahan tanam dinilai sebagai langkah yang tepat untuk meningkatkan
produksi padi, jagung dan kedelai nasional.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan total pulau
mencapai 17.504 pulau. Kepulauan Riau (Kepri) merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang berbasiskan kepulauan. Jumlah pulau di Kepulauan Riau adalah 2.408
pulau dengan pulau yang berpenghuni hanya 385 pulau saja. Artinya ada lebih dari
2000 pulau di Kepulauan Riau yang belum termanfaatkan padahal memiliki potensi
untuk dikembangkan salah satunya menjadi lahan tanam baru.
Ekstensifikasi pertanian di pulau-pulau tak berpenghuni Kepulauan Riau
untuk bisa berhasil dibutuhkan teknologi yang tidak berdiri sendiri atau hanya fokus
pada satu aspek saja, tetapi teknologi yang melibatkan beberapa aspek untuk tetap
menampilkan performa terbaik dalam jangka waktu yang panjang. Orion (Oasis of
ArchipelagoExtensification) merupakan paket teknologi pertanian berkelanjutan
dalam upaya ekstensifikasi pertanian memanfaatkan pulau tak berpenghuni di
Kepulauan Riau. Orion diambil dari nama gugusan bintang yang dikenal sebagai rasi
bintang waluku, yaitu rasi bintang yang menandakan awal musim bertanam sehingga
penerapan Orion diharapkan mampu menghadirkan oasis penghasil pangan baru
sebagai upaya pencapaian swasembada pangan Indonesia.
167
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Pembahasan
Aspek Keberlanjutan Teknologi dengan Fondasi Sumber Daya Manusia Sarjana
sebagai Dasar Penerapan Orion
Mosher dalam bukunya “Getting Agriculture Moving” menyebutkan
bahwapembangunan pertanian merupakan suatu bagian integral dari pembangunan
ekonomidan masyarakat secara umum. Artinya apabila tidak berkelanjutan,
pembangunanekonomi dan masyarakat gagal terlaksana. Keberlanjutan dapat berarti
kemampuanuntuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot, sedangkan keberlanjutan
dalamkonteks pertanian adalah keberlanjutan untuk tetap produktif sekaligus
tetapmempertahankan basis sumber daya.
Jules Pretty dalam tulisannya berjudul “Participatory Learning for
SustainableAgriculture” menyebutkan bahwa kata berkelanjutan pada pertanian tidak
bisadidefinisikan secara pasti meskipun tujuan pertanian berkelanjutan sendiri sangat
mudahdideskripsikan. Hal tersebut disebabkan oleh tidak dijelaskannya secara
konkretpertanian berkelanjutan sebagai seperangkat teknologi, praktik, ataupun
kebijakan,tetapi hanya pembatasan bagi masa depan petani. Fakta menunjukkan
bahwa sebanyakapapun teknologi dan aplikasi yang terbukti produktif dan
berwawasan lingkungan padalingkup penelitian, tetapi hanya sedikit yang mampu
diterapkan di masyarakat secaraluas. Kunci keberlanjutan itu sendiri ada pada sumber
daya manusia atau subyek yangmelaksanakan teknologi pertanian.
Orion sebagai suatu perangkat teknologi yang komprehensif
mempertimbangkan aspek sumber daya manusia menjadi prioritas utama. Paling
tidak ada tiga kelompok subyek yang dilibatkan dalam Orion, yaitu fresh graduate
berupa sarjana pertanian, teknologi lingkungan, dan kelautan, TNI angkatan laut,
serta masyarakat pesisir pulau-pulau berpenghuni di Kepulauan Riau. Ketiga
kelompok subyek tersebut saling berinteraksi dengan masing-masing memiliki peran
yang saling melengkapi. Freshgraduate menjadi subyek utama dalam aplikasi Orion
di Kepulauan Riau dalam upaya penerapan ilmu dan peningkatan kapabilitas diri
sarjana agar mampu berkembang menciptakan lapangan pekerjaan produktif pada
168
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
169
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
tawar yang dihasilkan dan outlet air garam pekat) dan penyaringan pada membran
yang memisahkan molekul garam dari air laut karena ukurannya lebih besar dari
molekul air, tetapi aplikasi di lapang kenyataannya perlu diterapkan perlakuan
pendahuluan untuk menghasilkan air laut yang baku, yaitu air laut yang tidak keruh,
kadar besi kurang dari 0,1 mg/L, serta pengontrolan pH agar tidak terjadi pergerakan
kalsium. Air tawar yang dihasilkan dapat mencapai 2600 m3 setiap harinya.
Air yang dihasilkan harus bisa dimanfaatkan untuk pengairan tanaman
seefektif mungkin sehingga dibutuhkan suatu teknik budidaya. Budidaya Jenuh Air
(BJA) merupakan teknik budidaya yang banyak diterapkan saat ini pada lahan pasang
surut. Berangkat dari konsep fisiologi yang sama bahwa ketersediaan air pada pori-
pori tanah pada daerah intensitas radiasi tinggi akan berdampak pada produksi yang
tinggi. BJA merupakan penanaman dengan memberikan irigasi terus menerus dan
membuat tinggi muka air tetap sehingga lapisan di bawah perakaran jenuh air. Air
diisikan pada paritparit yang dibuat dengan lebar 20-25 cm dan kedalaman parit 30
cm mulai dari benih berkecambah hingga tanaman panen. Perlakuan budidaya lainnya
adalah adanya aplikasi urea dengan pemupukan melalui daun. Aplikasi tersebut
disesuaikan dengan tanaman yang ditanam. Konsep penanaman yang dikembangkan
adalah penanaman dengan IP300 atau tiga kali tanam dalam satu tahun meliputi
pergiliran tanam padi, jagung, dan kedelai. Aplikasi BJA umum dilakukan pada
penanaman kedelai dan jagung, sedangkan penanaman padi tidak menerapkan
pemupukan daun. Pengendalian OPT dilakukan berbasis pada penerapan
pengendalian hama dan penyakit terpadu yang berfokus pada ambang ekonomi dan
populasi musuh alami sehingga penerapannya diharapkan mampu berjalan kontinu.
Aspek terakhir yang menjadi hambatan besar adalah tanah berpasir. Lahan
pantai merupakan lahan marjinal dengan tekstur pasir, struktur lepas-lepas,
kandungan hara rendah, KTK rendah, daya simpan air rendah, suhu tanah siang hari
sangat tinggi, kecepatan angin dan laju evaporasi sangat tinggi. Upaya perbaikan
tanah utamanya dilakukan dengan penambahan bahan organik tanah dengan zonasi
penanaman. Bagian pantai yang berbatasan langsung dengan laut harus dilindungi
170
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
dengan pemecah ombak berupa tumpukan batu kali untuk menjadi awal perlindungan
sebelum mangrove tumbuh besar. Penanaman pohon trembesi dilakukan pada zonasi
dekat mangrove dengan maksud menjadikan sumber bahan organik, memperbaiki
iklim mikro, serta perlindungan dari angin laut. Zonasi pemecah ombak terus
berlanjut, sedangkan trembesi dipertahankan pada 2-3 tahun awal. Setelah tiga tahun,
trembesi digantikanoleh mahoni dan jambu mete hingga dua tahun ke depan sehingga
penanaman panganefektif baru bisa dilaksanakan pada tahun kelima. Penambahan
pupuk kandang dan lempung senantiasa dilakukan dari awal tahapan.
Peran Ketiga Subyek
Fresh graduate berperan dalam aktor utama pelaksanaan teknologi dengan bantuan
TNI AL yang menyuplai segala input pertanian dan menyalurkan hasil produksi ke
masyarakat pesisir dan Bulog. Sementara itu masyarakat pesisir berperan dalam
pelaku ekonomi yang bijak dalam membeli hasil dan mampu membantu aplikasi
Orion di pulau-pulau tak berpenghuni.
Kesimpulan
Penerapan Orion pada pulau tak berpenghuni bertumpu pada fresh graduate
yang menerapkan serangkaian teknologi dalam menghadapi potensi dan hambatan
yang setidaknya terkait radiasi matahari, kelimpahan air laut, dan tekstur tanah
berpasir.
171
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Aldillah, R. 2015. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Kedelai Indonesia. JEKT 8 (1):
9-23.
Bachtiar, I.K. 2016. Perangkat Portabel Pengukuran Radiasi Matahari dan Kecepatan
Angin untuk Daerah Kepulauan. Seminar Nasional Inovasi dan
AplikasiTeknologi di Industri (SENIATI) 2016 Bandung. Institut
Teknologi Bandung: 204-207.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Tanaman Pangan Angka Tetap Tahun 2015.
BPS. Jakarta.
Ghulamahdi, M. 2017. Adaptasi Kedelai Budidaya Jenuh Air untuk Produktivitas
Tinggi di Lahan Pasang Surut. IPB Press. Bogor. Ligawati, L. 2016.
Analisis Produksi dan Konsumsi Jagung Domestik Dalam
RangkaPencapaian Swasembada Jagung Nasional Tahun 2017. Skripsi.
Instiut PertanianBogor. Bogor.
Mosher, A.T. 1966. Getting Agriculture Moving. The Agricultural Development.
New York.
Pretty, J.N. 1995. Participatory Learning for Sustainable Agriculture. World
Development 23 (8): 1247-1263.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian RI. 2014. Statistik
Lahan Pertanian Tahun 2009-2013. Kementerian Pertanian Republik
Indonesia.Jakarta.
Said, N.I. 2003. Aplikasi Teknologi Osmosis Balik untuk Memenuhi Kebutuhan Air
Minum di Kawasan Pesisir atau Pulau Terpencil. Jurnal Teknik
Lingkungan 4 (2): 15-34.
Taiz L. dan E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. Sinauer Associates. Sunderland.
Widiyani, R. 2016. Kemenaker: Jumlah Pengangguran Sarjana
Meningkat. Harian Nasional. http://harnas.co/2016/11/17/kemenaker-
jumlah-pengangguran-sarjanameningkat. 13 Oktober 2017 (18:32).
Yuwono, N.W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marjinal. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan 9 (2): 137-141.
172
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Latar Belakang
Salah satu problematika dari bangsa ini adalah bergesernya pola
pembangunan daerah yang awalnya berfokus pada optimalisasi sektor pertanian,
menjadi optimalisasi sektor industri. Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari
kebijakan desentralisasi yang memberikan lingkungan kompetitif dari setiap daerah.
Dalam sudut pandang pemerintahan, hal tersebut sejatinya mampu mendorong setiap
daerah memaksimalkan pembangunan dengan memanfaatkan potensi yang ada di
masing-masing daerah. Sayangnya, hal tersebut malah disalahartikan dengan
melunturkan jati diri bangsa sebagai negara agraris, menjadi negara yang
“dipaksakan” menjadi negara industri. Perubahan orientasi tersebut pada akhirya
memengaruhi dimulainya eksploitasi besar-besaran berwujud aktivitas penambangan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Pada umumnya, dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan adalah
bentang alam, tata air, dan produktivitas pada lahan pascatambang. Selain itu, akibat
yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan antara lain kondisi fisik, kimia dan
biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak berprofil, terjadi
bulk density (pemadatan), kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah,
pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan
populasi mikroba tanah. Regulasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 78
Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang sebenarnya telah mewajibkan
instansi yang bersangkutan untuk ikut melakukan reklamasi lahan pascatambang.
Tetapi pada tataran implementatif, hanya beberapa lahan saja yang dilakukan proses
reklamasi.
173
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Pembahasan
Scrapping, Proses Reklamasi Yang Solutif
Secara definitif, reklamasi merupakan upaya penataan kembali daerah bekas
tambang agar dapat menjadi daerah bermanfaat dan berdayaguna. Reklamasi tidak
berarti akan mengembalikan seratus persen sama dengan kondisi rona awal (Herlina,
2004).
Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh
kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif
melalui rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai
kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati. Kegiatan
rehabilitasi dilakukan merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut
sepanjang umur pertambangan sampai pasca tambang.
Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam
(landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk
mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan
sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaiakan
dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna lahan pasca tambang
sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang
dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah
direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang
alam sekitarnya.
174
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
175
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
biji yang ada kurang dari 3% bagian buah. Sehingga secara sepintas, Jambu Biji
Kristal hampir tidak berbiji.
Salah satu alasan mendasar dari dipilihnya tanaman jambu kristal sebagai
tanaman yang ditanam dengan metode scrapping adalah kemampuannya untuk
tumbuh besar dalam pot. Hal tersebut sejalan dengan unsur hara yang berada pada
area tanam yang berada pada area berdiameter + 60 cm. Sehingga meski berada
dalam area yang kecil, tidak memengaruhi pertumbuhan dari tanaman tersebut.
Metode Produksi
Dalam proses operasional, kami akan melakukan beberapa tahapan. Tahapan-
tahapan tersebut yaitu:
1. Tahapan pertama
Pada tahapan pertama, dilakukan proses penanaman tanah dengan menggali
tanah dengan kedalalaman tanah sekitar +50 cm dan berdiameter +60 cm.
2. Tahapan kedua
Pada tahapan kedua, untuk memenuhi pasokan air pada tanaman, dapat
digunakan metode pengairan dengan menggunakan botol bekas berukuran besar
yang telah diberi lubang berdiameter kecil dan ditanam berdekatan pada tanaman
sebagai alat irigasi sederhana.
3. Tahapan ketiga
Pada tahapan ketiga, dilakukan perawatan dengan pembersihan gulma dan
pemupukkan secukupnya.
4. Tahapan keempat
Proses pemanenan menggunakan gunting tanaman untuk memotong bagian atas
buah jambu kristal.
Setelah semua langkah tersebut terpenuhi, langkah selanjutnya adalah proses
pengelompokan buah berdasarkan tekstur luar buah tersebut.
176
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
177
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Kesimpulan
Munculnya aktivitas eksploitasi sumber daya alam berwujud penambangan
sumber daya alam menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang paling
urgent merupakan proses reklamasi lahan yang masih belum dapat dilakukan oleh
perusahaan maupun penambang liar dikarena berbagai faktor.
Metode scrapping dimunculkan penulis sebagai solusi untuk dapat melakukan
reklamasi lahan pascatambang dengan meminimalisir faktor penghambat berupa
pembengkakan biaya. Metode scrapping dinilai lebih ekonomis dikarenakan mampu
meningkatkan daya guna lahan tanpa menggunakan peralatan berat. Untuk mengatasi
keterbatasan area media tanam, dipilih tanaman jambu kristal dengan
mempertimbangkan nilai jual buah yang tinggi serta kemampuan untuk tumbuh besar
pada area pot. Sehingga tidak memiliki permasalahan dengan media tanam yang
sempit.
Dengan alur produksi hingga distribusi yang tepat, diharapkan proses tersebut
memiliki dua keuntungan. Keuntungan pertama sebagai sarana revegetasi lahan, juga
meningkatkan taraf perekonomian masyarakat dengan nilai jual buah yang tinggi.
178
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Gede, Muba. 2013. Reklamasi Lahan Bekas Tambang itu Bagaimana Sih?
https://www.kompasiana.com/mubagede/reklamasi-lahan-bekas-tambang-
itu-bagaimana-sih_552aad30f17e612e2cd624a2. (2 Oktober 2017)
Herlina, 2004. Melongok Aktivitas Pertambangan Batu Bara Di Tabalong, Reklamasi
100 Persen Mustahil. Banjarmasin Post, Banjarmasin.
179
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Nur Wahyuni
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Universitas Sebelas Maret
wahyuninur995@gmail.com
Latar Belakang
Pertanian selalu menjadi momok pembicaraan yang tidak pernah berujung.
Mengingat pertanian merupakan hal yang sangat fundamental di segala aspek
kehidupan baik sandang, pangan, maupun papan. Agar menjadi suatu komoditas yang
memuaskan, sektor pertanian juga membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya
manusia untuk menargetkan sasaran. Menurut Suradisastra (2006), Sasaran pertanian
dibutuhkan guna meningkatkan produksi dan produktivitas sektor. Sasaran sektor
pertanian dapat dilakukan oleh siapa saja tidak hanya oleh petani selaku stakeholder
utama namun dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil bahkan
anak jalanan sekalipun.
Anak jalanan merupakan anak-anak yang biasanya hidup di jalanan dan
memiliki tujuan yakni mencari nafkah demi mendapatkan kelayakan hidup ataupun
tempat tinggal. Menurut Anasiru (2011), anak jalanan merupakan anak-anak yang
oleh sebab tertentu berada pada lingkungan jalanan kota dimana jalanan menjadi
tempat mereka untuk bertahan hidup dan tempat memperoleh pengalaman hidup.
Mereka biasanya mencari pekerjaan dengan cara mengamen, menjual koran, atau
bahkan mengemis. Hal-hal tersebut dilakukan bukan hanya faktor kemiskinan namun
dapat disebabkan oleh mental malas yang ada pada diri mereka. Untuk mengatasi hal
tersebut, perlu diadakan suatu tindakan pelatihan untuk anak jalanan utamanya
tentang pertanian guna merubah mindset yang ada pada diri masyarakat Indonesia
tentang pertanian, membekali mereka agar dapat hidup layak di masa depan serta
mengembangkan sektor pertanian yang terpadu dan berkelanjutan.
180
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Pembahasan
Kondisi Anak Jalanan dan Kondisi Pertanian di Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2013 yang menyebutkan bahwa usaha
pertanian subsektor hortikultura sebesar 17.728.185 rumah tangga petani telah
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2003 sebanyak 979.867 rumah tangga
petani. Pada sektor tenaga kerja tahun 2013-2014 menurut Statistik Ketenagakerjaan
Pertanian dalam Badan PPSDMP menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan tenaga
kerja dari jenis kelamin laki-laki pada tahun 2013 terdapat 22.095.252 orang dan
21.903.063 orang pada tahun 2014, jenis kelamin perempuan pada tahun 2013
bekerja pada sektor pertanian sebanyak 13.952.948 orang dan pada tahun 2014
sebanyak 13.866.085orang. Kondisi ini menimbulkan terjadinya berbagai
permasalahan yang memungkinkan berkurangnya tenaga kerja sektor pertanian dan
bertambahnya sektor lain menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak
merata.
Disisi lain, tingkat kesejahteraan kurang merata juga dapat merambah pada
meningkatnya anak jalanan. Menteri Sosial Khofifah Indar menjelaskan bahwa
sekarang ini di Indonesia terdapat 33.400 anak jalanan dan terbanyak ada di DKI
Jakarta yakni 7.600 anak, di Jawa Tengah dan Jawa Barat sekitar lima ribu anak. Hal
ini tentu akan sangat menghambat kemajuan Indonesia dan menjadi permasalahan
Indonesia untuk beberapa tahun ke depan.
Permasalahan Anak Jalanan dan Pertanian di Indonesia
Pertanian semakin kurang diminati oleh masyarakat Indonesia karena mereka
menilai bahwa menjadi seorang petani merupakan pekerjaan yang sangat merepotkan
dan hanya menghasilkan laba yang sedikit. Tak perlu jauh membicarakan tentang
laba, apabila anak yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP) bahkan Sekolah Menengah Atas (SMA) diberi pertanyaan mengenai
cita-cita mereka, sangat jarang sekali menjumpai mereka yang ingin menjadi petani.
Pertanian juga dinilai ciri khas dari lingkungan pedesaan sehingga banyak lingkungan
181
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
182
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Kesimpulan
Pengembangan masyarakat lewat pengembangan anak jalanan merupakan
suatu upaya untuk mengubah pola pikir dari anak-anak agar mereka lebih mencintai
pertanian. MMT Teranjal (Mutasi Mindset Tani terhadap Anak Jalanan) merupakan
solusi yang dapat diajukan karena memiliki kelebihan sistem yang hidroponik serta
inovatif sehingga fleksibel untuk anak-anak. MMT Teranjal (Mutasi Mindset Tani
terhadap Anak Jalanan) diharapkan mampu mensejahterakan seluruh anak jalanan
sehingga tidak ada lagi anak jalanan di Indonesia dan pertanian Indonesia menjadi
lebih makmur.
183
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
184
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Indah Maesaroh
Mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
imaezyaroh@gmail.com
ABSTRAK
Sektor pertanian mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian
Indonesia. Dalam pengembangan sektor pertanian salah satu unsur yang penting
adalah permodalan. Sehingga dalam mengoptimalkan produk pertanian di Indonesia
diperlukan adanya kerja sama antar lembaga keuangan dalam memberdayakan para
petani. Oleh karena itu, penulis bertujuan untuk menawarkan solusi model
pembiayaan dalam meningkatkan nilai tambah pertanian guna mewujudkan industri
agribisnis yang berdaulat dan berkelanjutan dengan cara melakukan linkage program
antara BES dan Perbankan Syariah. Optimalisasi linkage program BES diperlukan
agar penetrasi ke dalam sektor pertanian dapat lebih efisien dan efektif dibandingkan
jika BES terjun langsung ke dalam sektor tersebut. Sistem dalam pembiayaan yang
digunakan Bank Syariah disini adalah dengan menggunakan system Jemput Bola.
Implikasi akhir adalah BES mampu memenuhi permodalan dalam sector pertanian,
terutama dalam pemenuhan teknologi sehingga mampu menciptakan multiplier effect
dalam perekonomian nasional.
Kata Kunci: Lembaga Keuangan Syariah, Pertanian, Linkage Program.
Fakta bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan yang agraris yang tidak
bisa dipungkiri lagi. Begitu halnya dengan sektor pertanian yang memegang peranan
penting dalam perekonomian, kestabilan, serta pembangunan Negara Indonesia yang
masih tergolong Negara Berkembang. Soekarwati (1996) melihat pentingnya sektor
pertanian dan pedesaan, diantaranya sebagai andalan mata pencaharian sebagian
besar penduduk, sumbangsihnya terhadap PDB, kontribusi terhadap ekspor (devisa),
bahan baku industri, serta dalam menyediakan bahan pangan dan gizi.
Pendapat tersebut didukung oleh data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS). Berdasarkan data BPS 2013, pada tahun 2012 jumlah tenaga kerja
yang ada pada sektor pertanian sebanyak 38,88 juta orang, meskipun jumlah ini
menurun dibanding sebelumnya. Selain itu, sektor pertanian juga menyumbang
185
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
sekitar 14,7 % pada PDB, dan merupakan penyumbang terbesar kedua setelah sektor
industri pengolahan.
Satu lagi yang tidak bisa dipungkiri adalah permasalahan kemiskinan dan
kelaparan. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), presentase jumlah
penduduk miskin pada tahun 2014 mencapai 11,25% atau setara dengan 28,28 juta
jiwa. Sedangkan hasil sensus pertanian tahun 2013 oleh BPS sejumlah 26,14 juta
penduduk miskin adalah petani. Sektor pertanian menyerap 35,9 % dari total
angkatan kerja di Indonesia (BPS, 2012). Akan tetapi, faktanya jumlah tenaga kerja
terus mengalami penurunan tiap tahunnya, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah
ini:
186
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
hal ini bisa dilihat dari statistik pertumbuhan perbankan syariah kita yang mencapai
4,8% (BI, 2014). Linkage Program Menurut Arifin (2013) merupakan sebuah strategi
yang bertujuan memberdayakan dan memberikan akses permodalan Usaha Kecil dan
Menengah (UMKM) melalui perlibatan partisipasi industri keuangan. Keberadaan
linkage program dipandang mampu menjadi solusi bagi UMKM yang membutuhkan
modal dan bank syari’ah yang memiliki kelebihan likuiditas. (Djaafara: 2006).
Menurut M. Nadratuzzaman Hosen Musyarakah mutanaqishah (diminishing
partnership) adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan
suatu barang atau aset. As-Salam menurut Drs. Zainul Arifin (2006), bai’ as salam
adalah akad jual-beli suatu barang yang harganya dibayar dengan segera sedangkan
barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati.
Berdasarkan data BPS, secara presentase penduduk miskin cenderung
menurun, tetapi secara riil terus bertambah. Hal tersebut dapat di lihat pada grafik
sebagai berikut:
187
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Jika di lihat dari data BPS pada tahun 2014 sebesar 28,28 juta jiwa, maka
pada 2015 ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 juta jiwa. Kenaikan jumlah
penduduk miskin ini disebabkan beberapa faktor, termasuk kenaikan BBM, inflasi,
dan pelemahan dolar. Pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap risiko
kegagalan panen, sehingga mengakibatkan lemahnya minat lembaga keuangan untuk
membiayai sektor ini. Sektor yang memperoleh pembiayaan bank didominasi oleh
sektor industri dan pertambangan yakni masing-masing mencapai 35,50% dan
36,97% pada tahun 2013. Sedangkan pertanian sendiri masih sangat rendah yaitu
hanya 9,09%.
188
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Medium Enterprises dan US$ 1,761 miliar adalah non UMKM atau non Small and
Medium Enterprises. (Bank Indonesia, 2013).
Dalam konsep pembiayaan tersebut menggunakan skema linkage program
antara bursa efek syariah dengan bank syariah. Dalam menyalurkan pembiayaannya,
para petani akan membentuk klaster-klaster berupa kelompok tani yang mana di
Indonesia sendiri berdasarkan publikasi Badan Ketahanan Pangansampai tahun 2012
terdapat 1.248 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Bertujuan untuk
mengoptimalisasikan produk pertanian serta terciptanya pemerataan pendapatan.
Berikut merupakan model pembiayaan pertanian dengan menggunakan akad
mudharabah dan musyarakat untuk para petani berskala kecil melalui Perbankan
Syariah berbasis linkage program:
189
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Skema ini merupakan solusi bagi para petani kecil untuk mendapatkan
tambahan modal usaha untuk mengembangkan usaha taninya. Kedua akad ini dapat
mengembangkan sektor produktif karena fokus pembiyaannya berupa modal usaha
kerja. Dengan ini fungsi intermediasi perbankan perlu dioptimalkan, yaitu dalam
pensosialisasian adanya produk pembiayaan pertanian dan penyedia layanan
pembiayaan yang efisien bagi petani. Sering sdisebut dengan istilah “Jemput Bola”.
Jadi dalam mekanisme penyaluran pembiayaan ini, pihak bank yang akan terjun
langsung menemui petani yang dalam hal ini adalah Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) untuk diberikan sosialisasi dan penawaran kerja sama.
Dalam menyalurkan dana, bank syariah disini juga membutuhkan jaminan.
Sebagai jaminan pengajuan pembiayaan, maka dapat pula menggunakan system resi
gudang. Dimana mekanisme system resi gudang ini dimulai ketika petani menunai
hasil panen. Hasil panen masing-masing petani maupun kelompok tani ini akan
dijadikan satu dalam satu gudang penyimpanan yang terdapat di daerah tersebut.
selanjutnya setelah memperoleh persetujuan dari badan pegawas, maka diterbitkan
lah resi gudang tersebut. Resi gudang yang telah diterbitkan dapat dialihkan ke pihak
lain dan dapat juga dijadikan sebagai jaminan dalam mengajukan pembiayaan baik
oleh petani itu sendiri atau pihak penerima. Informasi mengenai stok komoditi dari
pengelola gudang akan diteruskan ke Pasar Komoditas Nasional (Paskomnas)yang
akan memasarkan komoditi tersebut ke pembeli-pembeli grosir. Berikut ini adalah
system pembiayaan permodalan dengan menggunakan system resi gudang:
190
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
191
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
192
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
193
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, M., dkk. 2006. Analisis Wilayah Rawan Pangan dan Rawan Gizi Kronis Serta
Alternatif Penanggulanagnnya. Laporan Akhir Penelitian. Jakarta:
PSEKP-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian.
Departemen Pertanain. 1999. Ketahannan Pangan dan Kebijakan Opersiaonal
Pembangunan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Hakim, Abdul. 2002. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.
Hamid, E. S. 1986. Kredit Pedesaan di Indonesia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Syukur, M., dkk. 2000. Peningkatan Peranan Kredit dalam Menunjang Agribisnis di
Pedesaan. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Bogor.
Ahmad Munir. 2014. Fuzy Multi Attriute Decicion Making (FMADM) for Land Use
Mangement. Journal Article vol. 5 No. 2. Page 58.
Ashari dan Saptana. Prospek Pembiayaan Syariah untuk Sektor Pertanian. Jurnal
Agro Ekonomi Vol. 23 nomor 2. Halaman 132-147.
Dugald Tinch, et. al. 2014. The Impacts os Elication Context on Stated Preference for
Agricultural Landscaps. Journal of Agricultural Economics. Vol. 66 No.
1. Page 87-107.
Endang Lastinawati. 2010. Diversifikasi Pangan dalam Mencapai Ketahanan
Pangan. Jurnal Agrobisnis Vol. 2 nomor 4. Halaman 11-19.
Hasan. 2011. Analisis Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Dinamika
Ekonomi Pembangunan. Vol. 1. nomor 1. Halaman 1-8.
Imron Rosyidi dan Didit Purnomo. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di
Desa Tertinggal. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 13 nomor 2.
Halaman 303-315.
Jimmy Benny. 2013. Ekspor dan Impor Pengaruhnya terhadap Posisi Cadangan
Devisa di Indonesia. Jurnal EMBA. Vol. 1 nomor 4. Halaman 1406-1415.
Marco Costanigro, et. al. 2015. Food Beliefs: Elicitation, Estimation and Implications
for Labeling Policy. Journal of Agricultural Economics Vol. 66 No. 1.
Page 108-128.
Purwaningsih, Yunastiti. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi Permasalahan,
Kebijakan, dan Pemberdayan Masyarakat. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol. 4 nomor 1. Halaman 1-27.
Septia, Yeni. 2009. Efektivitas Model Kredit dan Skim Pembiayaan Syariah dalam
Mengembangkan Sub Sektor Tanaman dalam Thoha dan Septia.
Efektivitas Model Pembiayaan Syariah Dalam Mengembangkan Sektor
Pertanian, 67-102. Jakarta: Lipi Press.Soekarwati. Panduan Membuat
Usulan Proyek Pertanian dan Pedesaan. Yogyakarta: Penerbit Andi. 1996.
Publikasi Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Syari’ah.
_________. 2014. Outlook Perbankan Syariah.
Publikasi Badan Pusat Statistik, beberapa tahun penerbitan.
194
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
195
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Welno Hedi
Mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Institut Pertanian Bogor
nowelno234@gmail.com
Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara ( UU No. 20 tahun 2003 ). Pendidikan wawasan
pertanian adalah bentuk suatu pembelajaran yang dilakukan untuk memberikan
wawasan pengetahuan pertanian kepada seseorang dengan proses bimbingan,
pelatihan dan menghasilkan perubahan – perubahan. Pemahaman tentang
pengetahuan pertanian yang berdasarkan atas kebutuhan seseorang sebagai modal
untuk mengembangkan diri sehingga memiliki daya saing yang dapat berguna di
dalam lingkungan masyarakat hal ini karena sektor pertanian indonesia berkontribusi
besar dalam pembangunan.
Indonesia semakin hari kualitas pendidikannya semakin rendah. Berdasarkan
survey united nations educational, scientific and cultural organization ( UNESCO )
Terhadap kualitas pendidikan di Negara – Negara berkembang di asia pasifik,
indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Banyak hal yang menjadi faktor
mengapa pendidikan di indonesia kurang begitu baik, faktor pemahaman bidang
pelajaran menjadi salah satunya. Bidang pelajaran yang umunya dipelajari di sekolah
adalah sains, perhitungan dan sebagainya. Padahal kita tahu bahwa bidang – bidang
pengetahuan pertanian, angkasawan, geografi alam sangat dibutuhkan untuk
menambah wawasan pengetahuan anak – anak. Lemah dalam pendidikan akan
mendorong individu untuk hidup dalam kemiskinan (Preston dan Elo, 1996)
196
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
berbanding dengan individu yang mempunyai kemahiran literasi yang tinggi dalam
pendidikan (Lucas, 1972).
Pertanian adalah kegiatan yang membantu segala sektor pembangunan, perlu
kita garis bahwa bahwa sebagian besar mata pencarian penduduk indonesia yang
berada di perdesaan adalah petani. Kegiatan pertanian yang dilakukan para petani
desa umumnya yaitu, bersawah ( menanam padi ) dan menanam sayur – mayur.
Masalah saat ini adalah kurang minatnya generasi muda untuk melakukan kegiatan
pertanian. Generasi muda zaman sekarang lebih memilih perkerjaan yang dilakukan
di kantor dari pada harus berkerja kotor – kotoran di kebun atau di sawah.
Anak – anak sekolah dasar adalah generasi muda yang memiliki potensi
pengembangan yang strategis, kreatif, inovatif, dinamsi, dan produktif yang sangat di
perlukan suatu bangsa untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di indonesia
dalam sektor pertanian. Namun pemahaman akan pengetahuan pertanian yang baik
belum tersampaikan. Mereka belum tahu pasti bagaimana pertanian yang baik dan
benar. Anak – anak yang juga menganggap bahwa pertanian hanya bisa dilakukan
oleh orang dewasa. Selain itu juga, alat penunjang pembelajaran yang terbatas
membuat anak – anak sekolah dasar menjadi kurang semangat untuk memahami
pelajaran tentang pertanian yang diberikan karena para anak – anak menganggap hal
tersebut terlalu sulit di pahami oleh mereka secara dasar teori. Oleh sebab itu, media
pembelajaran atau alat penujang pelajaran pertanian yang mudah dipahami adalah
salah satu bentuk strategi meningkatan kualiti pemahaman anak – anak sekolah dasar
mengenai pertanian yang menyenangkan.
197
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
198
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
199
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
200
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
spesifik serta menanamkan konsep yang benar. Diharapkan dengan adanya permainan
ini anak – anak sekolah dasar dapat memahami wawasan pengetahuan dengan mudah
untuk pendidikan yang lebih baik lagi.
Kesimpulan
Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang mendukung pembangunan di
indonesia. Anak – anak zaman sekar kurang melirik diri dalam memahami ilmu
pendalaman pertanian, karena mereka mengganggap pertanian sulit dipahami.
Pengembangan metode pembelajaran dengan media pembelajaran yang diharapkan
dapat membantu anak- anak sekolah dasar dalam memahami dan menerima sebuah
pengetahuan pertanian dengan mudah. Permainan Gapu edupenum adalah permainan
yang dirancang untuk mempermudah anak – anak sekolah dasar agar dapat berfikir
kreatif, berimajinasi, dan mempunyai daya ingat yang tinggi sehingga dapat
menyerap wawasan secara menyenangkan tanpa adanya rasa memberatkan mereka
untuk belajar pertanian. Permainan visual ini diharapkan dapat membantu orang tua,
guru, ataupun semua orang dewasa lainnya dalam mendidik anak – anak mereka
secara menyenangkan. Selain itu juga permainan Gepu edupenum diharapkan dapat
mencerminkan generasi mudah yang rajin belajar dalam meningkatkan pertanian yan
baik untuk indonesia yang gemilang.
201
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
202
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
“MULTIGRAIN ANGGUN”
MINUMAN BIJI-BIJIAN ASLI GUNUNGKIDUL SEBAGAI PENINGKATAN
NILAI EKONOMIS BIJI-BIJIAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Anisa Ni’matussholiha
Mahasiswa Program StudiManajemen, Universitas Gadjah Mada
nimaanisa@gmail.com
Latar Belakang
Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Gunungkidul juga terkenal sebagai objek wisata karena penampakan
alam yang menakjubkan mulai dari pantai, air terjun, gunung, hutan dan gua. Di
daerah ini terdapat tiga zona berdasarkan topografisnya. Zona-zona tersebut
diantaranya Zona Batur Agung, Zona Ledok Wonosari, dan Zona Pegunungan
Seribu. Namun zona yang cocok untuk ditanami palawija, padi, sayur-sayuran dan
tanaman kacang-kacangan adalah di dua zona, yaitu Zona Batur Agung dengan jenis
tanah latosol dan Zona Ledok Wonosari dengan jenis tanah grumosol.
Dengan kondisi topologi yang ada maka mayoritas penduduk di Kabupaten
Gunungkidul bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian di Gunungkidul sangat
bergantung dengan musim yang ada. Sehingga petani harus menyesuaikan jenis
tanaman dengan musim yang melanda. Dengan berbagai keterbatasan yang ada di
kabupaten ini maka perlu adanya penerapan Panca dan Sapta Usaha Tani secara
optimal. Penerapan Panca Usaha Tani terus seperti pemilihan bibit unggul,
pengolahan tanah yang baik, pemupukan yang tepat, pengendalian hama penyakit dan
pengairan atau irigasi yang baik sudah dioptimalkan di daerah ini. Terbukti apabila
saat musim panen tiba produktivitas hasil pertanian cukup melimpah. Namun dalam
penerapan Sapta Usaha Tani seperti pasca panen dan pemasaran hasil panen kurang
optimal. Hal ini dilihat dari rendahnya harga jual berbagai macam palawija, biji-bijian
dan sayuran pada saat musim panen.
Rendahnya harga jual terutama palawija dan biji-bijian mengakibatkan
menurunnya kesejahteraan petani. Sehingga perlu adanya inovasi pengolahan
203
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
palawija dan biji-bijian yang dapat meningkatkan nilai ekonomis dari masing-masing
palawija atau biji-bijian. Selain itu juga akan meningkatkan kesejahteraan petani dan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pembahasan
Inovasi pangan perlu ditingkatkan demi meningkatkan nilai ekonomis dan
meningkatkan pendapatan dari para petani. Salah satu pengoptimalan dari palawija
dan biji-bijian adalah mengolah komoditas tersebut menjadi minuman yang bergizi
dengan mengolah menjadi minuman multigrain. Selain meningkatkan nilai ekonomis
dari biji-bijian juga dapat meningkatkan kesehatan konsumen.
Upaya dalam meningkatkan nilai ekonomis dari masing masing biji-bijian
yang diolah menjadi minuman multigrain antara lain adalah kacang hijau, kedelai,
jagung, biji kacang panjang, ketan, ketan hitam, beras dan beras merah merupakan
jenis biji-bijian yang banyak dipanen di kabupaten Gunungkidul. Misalnya padi,
kedelai, kacang hijau dan jagung merupakan tanaman yang banyak ditanam di
Kecamatan Ngawen. Sedangkan untuk jagung hampir disetiap kecamatan di
Gunungkidul dapat memanen jagung. Di Kecamatan Playen banyak terdapat hasil
panenan kedelai dan berpotensi untuk mengembangkan benih kedelai.
Minuman Multigrain
Minuman multigrain merupakan minuman yang berasal dari 7 (tujuh) macam
biji-bijian yang terdapat di Gunungkidul. Biji-bijian yang digunakan adalah kacang
hijau, kedelai, jagung, biji kacang panjang, ketan, ketan hitam, beras dan beras merah.
Untuk mengawetkan biji-biji tersebut sebelum diolah maka tahap pertama adalah
mengeringkan biji-bijian. Setelah dilakukan pengeringan juga dilakukan penggilingan
agar menjadi tepung biji-bijian. Menjadikan tepung ini bertujuan agar memudahkan
dalam penakaran pembuatan minuman.
Tahapan pembuatan minuman multigrain:
1. Biji-bijian dikeringkan dan digiling menjadi tepung biji-bijian sehingga mudah
dalam penyimpanan dan penakaran.
204
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
2. Kemudian dari dengan takaran tertentu dapat direbus dan ditambahkan sedikit
gula.
3. Setelah mendidih maka minuman disaring dari ampasnya.
4. Tahapan selanjutnya adalah pengemasan minuman kedalam botol.
5. Untuk meningkatkan ketahanan dari minuman ini dapat dikemas berupa bubuk
minuman instan karena minuman multigrain hanya bertahan sekitar 3 hari dan
harus didinginkan.
Meningkatkan Nilai Ekonomis Biji-bijian
Dengan memanfaatkan biji-bijian menjadi Minuman multigrain yang bergizi
dan dapat dikonsumsi oleh semua kalangan maka dapat meningkatkan nilai ekonomis
dari masing-masing bijian tersebut. Berikut merupakan contoh estimasi keuntungan
dari penginovasian biji-bijian menjadi minuman multigrain :
205
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
maksimal maka perlunya sumber daya manusia (SDM) untuk pengolahan minuman
ini. Pemanfaatan SDM yang cukup banyak dapat meningkatkan serapan tenaga kerja.
Pembentukan Sentra Industri
Dalam pengolahan minuman multigrain maka perlu tenaga kerja untuk
mengolahan biji-bijian menjadi tepung, pengolahan tepung biji-bijian menjadi
minuman atau tahapan produksi, kemudian tahapan pengemasan dan pemasaran.
Dalam produksi minuman ini memerlukan tenaga kerja sebanyak 5 (lima) orang.
Pengoptimalan produksi minuman multigrain juga dapat dilakukan dengan
membentuk sentra industri di kawasan-kawasan yang memiliki tenaga kerja yang
besar sehingga dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat memfokuskan dalam
proses produksi biji-bijian dan distribusi minuman multigrain.
Pengoptimalan produksi dari usaha minuman “Multigrain Anggun” ini didukung
dengan besarnya peluang pasar yang membutuhkan minuman yang bergizi dan
menyehatkan. Selain itu, juga dengan harga minuman yang ekonomis maka dapat
dijangkau oleh masyarakat di berbagai kalangan.
Peluang dan Tantangan
Inovasi minuman “Multigrain Anggun” ini memiliki berbagai peluang dan
tantangan yang cukup besar. Peluang dari minuman ini adalah inovatif karena belum
pernah ada minuman Multigrain yang beredar di pasaran. Harga minuman yang
cukup ekonomis, bergizi dan dapat dikonsumsi berbagai kalangan dapat menjadi
alasan untuk minuman ini menambah peluang dari minuman ini.
Minuman “Multigrain Anggun” memiliki tantangan yang cukup besar pula,
diantaranya adalah nama atau brand minuman ini kurang familiar dikalangan
masyarakat Gunungkidul. Banyaknya pesaing yang sejenis seperti susu kedelai dapat
menjadi tantangan dalam pemasaran minuman ini. Jarak antardestinasi wisata di
Kabupaten Gunungkidul yang cukup jauh dapat menghambat distribusi minuman
“Multigrain Anggun”.
Kesimpulan
206
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
207
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Gunungkidul.
http://www.gunungkidulkab.go.id/home.php?mode=content&id=132.
Diakses tanggal 14 Oktober 017 pukul 22.27 WIB
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Gunungkidul Sebelum Pelaksanaan Revolusi
Hijau.http://eprints.uny.ac.id/21351/5/5.BAB%20II.pdf. Diakses tanggal
11 Okt 2017 pukul 10.43 WIB
Potensi Gunung Kidul Sebagai Sumber Benih Kedelai Daerah Istimewa Yogyakarta.
http://pangan.litbang.pertanian.go.id. Diakses tanggal 14 Oktober 2017 pukul 22.24
WIB.
Riyandoko dan Elok Mulyoutami.Agroforestri Padi di Gunung Kidul: praktek
budidaya dengan manfaat
ganda.www.worldagroforestry.org.2016.Diakses tanggal 11 Oktober
2017 pukul 11.30 WIB
208
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Anas Assari
Mahasiswa Program Studi Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
anasassari96@gmail.com
209
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
“menjamur” waralaba penjual olahan jamur tiram seperti sego njamoer, jamur crispy,
dan keripik jamur. Hal tersebut yang mempengaruhi masyarakat mulai beralih untuk
mengonsumsi jamur tiram, sehingga permintaan pasokan tiap tahunnya meningkat
mencapai 20%-25% (Candra dkk,2014).
Tingginya permintaan masyarakat tidak diikuti dengan tingginya produksi
jamur tiram di Indonesia.
210
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
211
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
yang terdapat pada tongkol jagung yaitu selulosa 41%, hemiselulosa 36%, air 9,6%,
liginin 6%, pektin 3%, dan pati 0,014% (Lorentz dan Kulp, 1991).
Proses pembuatan media tanam jamur tiram dengan menggunakan tongkol jagung
tidak jauh berbeda dengan kayu sengon. Langkah awal yang dilakukan yaitu tongkol
jagung dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 120 oC selama 5 jam
atau dapat dilakukan dengan cara penjemuran sinar matahari langsung. Setelah kering
atau kadar air berkurang kemudian dihaluskan menggunakan blender. Selanjutnya
diayak untuk mendapatkan media tanam yang halus. Proses selanjutnya ditambahkan
air sebanyak 50-60% dan diaduk merata hingga tidak menggumpal. Langkah
berikutnya pewadahan menggunakan kantong plastik tahan panas. Kantong plastik
yang sudah berisi media tanam tongkol jagung kemudian disterilisasi dengan cara
pengukusan selama delapan jam dengan suhu 90oC-100oC, kemudian didinginkan
hingga temperatur 40oC.
Setelah proses pembuatan media tanam, langkah selanjutnya yaitu inokulasi
bibit jamur tiram putih dilakukan dengan cara menaburkan bibit kedalam media
tanam. Proses selanjutnya yaitu inkubasi bibit jamur pada suhu 27oC-28oC hingga
seluruh media tanam berwarna putih atau miselium tumbuh. Setelah miselium
tumbuh merata memenuhi media tumbuh jamur, maka media sudah siap untuk
dilakukan penumbuhan dengan cara membuka plastik media yang sudah dipenuhi
miselia. Setelah satu sampai dua minggu akan tumbuh tubuh buah. Kondisi
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan jamur tiram adalah pada suhu 160C-22oC
dengan kelembaban 80-90%. Jamur tiram siap dipanen dengan caa mencabut seluruh
rumpun jamur tiram yang ada.
Baik serbuk kayu sengon maupun tongkol jagung, keduanya dapat
dimanfaatkan menjadi media tanam untuk jamur tiram. Namun, semakin
meningkatnya permintaan akan jamur tiram menyebabkan ketersediaan serbuk kayu
sengon menurun. Padahal, serbuk kayu sengon selama ini dimanfaatkan oleh petani
jamur tiram sebagai media tanam jamur. Oleh sebab itu, perlu adanya bahan lain yang
dapat dimanfaatkan sebagai media tanam jamur selain serbuk kayu sengon yaitu
212
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
tongkol jagung. Tongkol jagung dapat diolah menjadi media tanam jamur karena
memiliki kandungan hemiselulosa yang dibutuhkan oleh jamur tiram untuk tumbuh.
Selain itu, tongkol jagung memiliki kelebihan dibandingkan dengan serbuk kayu
sengon karena kandungan lignin yang tidak terlalu besar. Kandungan lignin yang
besar dapat menghambat pertumbuhan jamur karena aktivitas enzimatis jamur akan
sulit menembus pertahanan lignin, sehingga nutrisi jamur tidak dapat dicerna (Badu,
2011). Penggunaan tongkol jagung pada komposisi media tanam jamur diharapkan
mampu menghasilkan waktu panen jamur yang lebih cepat sehingga swasembada
pangan akan tercapai dan untuk mewujudkan pembangunan pertanian di Indonesia.
213
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Asril, S., 2015, Produksi Pangan Berlipat, Jokowi Nyatakan Indonesia Siap
Swasembada pangan, http://ekonomi.kompas.com/read/2015/02/12
/1341437/Produksi.Pangan.Berlipat.Jokowi.Nyatakan.Indonesia.Siap.Sw
asembada.Pangan, diakses pada tanggal 3 Oktober 2017
Badu, M. (2011). Effects of Lignocellulosic in Wood Used as Substrate on the Quality
and Yield of Mushroom. Food and Nutrition Sciences 27, 780 784.
Candra, Reki, dkk. 2014. Analisis Usahatani dan Pemasaran Jamur Tiram dengan
Cara Konvensional dan Jaringan (Multi Level Marketing) di Provinsi
Lampung. JIIA. 2(1): 38-47
Lorentz, & Kulp, K. (1991). Handbook of Cereal Science and Technology. Marcell
Dekker Inc, New York.
Martawijaya, A. dkk., (1989) Atlas Kayu Indonesia, Jilid II., Badan Penelitian dan
Pengembangan Hutan 59-64, Bogor.
Puspitasari, Faradita Eka. 2015. Pengaruh Sabut Kelapa sebagai Media Pertumbuhan
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Terhadap Kandungan Mineral dan
Vitamin. Skripsi. Institut Teknologi Speuluh Nopember
Wang, S. (2000). Biological Efficiency and Nutritional Value of Pleurotus ostreatus
Cultivated on Spent Beer Grain. Bioresource Technology 78, 293-300.
214
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
215
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
135 Ha untuk area lahan persawahan, 5 Ha untuk area tegalan, 106,6 Ha untuk area
pemukiman serta 0,1 Ha untuk penggunaan lahan lain. Kawasan pertanian merupakan
kawasan yang mendominasi wilayah Desa Kulwaru sehingga sebagian besar
penduduk bekerja pada bidang pertanian. Kegiatan pertanian Desa Kulwaru
menerapkan sistem pertanian organik dimana dalam prakteknya meminimalisir
penggunaan bahan-bahan sintetis dan lebih mengintegrasikan ternak hewan. Desa
Kulwaru memiliki Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang dibina oleh Kelurahan
Kulwaru dengan 11 poktan dan kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
yang berada di setiap dusunnya (Hermawan, 2016). Selain itu, pertanian di desa ini
juga menerapkan sistem pertanian surjan yang mengacu pada morfologi lahan yang
memiliki alur-alur tinggi yang bersifat terestial berselang-seling dengan alur-alur
rendah yang bersifat akuatik. Pada bagian terestial oleh petani ditanami tanaman
palawija, sedangkan pada bagian akuatik ditanami padi sepanjang tahun (Aminatun,
dkk. 2014).
216
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
217
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
218
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Syarat untuk dapat bergabung dalam keanggotaan OSM sangat mudah yakni
cukup dengan melakukan registrasi di koperasi dan membayar biaya keanggotaan.
Selanjutnya ada kepala unit yang memimpin setiap kelompok anggota, yakni kepala
unit input, kepala unit produksi dan kepala unit pemasaran. Kepala unit input
bertugas mengkoordinasi anggota input, memberikan pelatihan terkait teknik
penangkapan dan pelatihan pemanfaatan cangkang keong sawah sebagai pakan
ternak, mengontrol penimbangan serta pembelian keong sawah. Kepala unit produksi
bertugas mengawasi kegiatan produksi, menetapkan standar produk, melakukan
kontrol kualitas, mengecek presensi anggota dan melaporkannya ke kepala unit
marketing, serta mengorganisir perbaikan dan pemeliharaan peralatan produksi.
Selanjutnya ada kepala unit pemasaran yang bertugas mengidentifikasi peluang
pemasaran, membuat target pemasaran, mengontrol proses pemasaran, menyiapkan
rencana pemasaran dan anggaran tahunan, mengecek pembukuan penjualan, mencari
mitra serta mengatur pengupahan anggota sub unit produksi dan sub unit anggota
marketing.
Salah satu upaya strategis untuk meningkatkan perekonomian Desa Kulwaru
adalah menggerakkan seluruh elemen masyarakat. Manajemen OSM dapat membantu
petani dan anggota PKK dalam menambah pendapatannya, dikarenakan adanya local
processing. Local processing adalah proses pengolahan keong sawah yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai jual keong sawah menjadi produk siap konsumsi dengan
mengoptimalkan sumberdaya lokal desa. Pengolahan keong sawah ini dilakukan di
Rumah Produksi yang merupakan salah satu fasilitas milik OSM. Rumah Produksi
sepenuhnya menjadi tanggungan OSM. Mulai dari biaya yang dikeluarkan untuk
produksi hingga produk yang dihasilkan.
Penerapan OSM dapat membawa dampak sosial ekonomi yang baik bagi masyarakat
Desa Kulwaru, dimana para petani akan memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan
nantinya dapat lebih berkembang, misalnya adanya pelatihan pembuatan pakan ternak
dari campuran cangkang keong sawah yang dapat menekan pengeluaran untuk pakan
dan membuat ternak lebih sehat. Bagi anggota PKK tentunya akan lebih produktif
219
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
220
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
integrasi antara kelompok tani, koperasi, dan anggota PKK. Keunggulan dari sistem
ini dapat dirasakan oleh petani Desa Kulwaru, Koperasi Desa, Pemerintah, serta
konsumen dan pebisnis (masyarakat). Dalam tingkat lanjut, pengembanangan sistem
OSM ini akan membantu negara Indonesia dalam menyongsong Pembangunan
Pertanian.
221
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
222
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Lefi Unsiyyati
Mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya
lefiunsiyyati@gmail.com
223
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
banyak petani yang semula meminjam modal tidak dapat mengembalikan utuh karena
harga jual hasil panen yang rendah. Ketidakmampuan petani dalam mengembalikan
modal tersebut menjadi permasalahan yang cukup memprihatinkan karena setelah
panen saprodi pertanian harus kembali dipersiapkan lagi.
Berbagai permasalahan yang telah dipaparkan, permasalahan pokoknya yaitu
terbatasnya modal petani dalam memulai proses tanam. Kedua, kurangnya tingkat
pendidikan petani sehingga pengetahuan petani pada proses budidaya tidak optimal.
Masalah pengetahuan disesabkan oleh kurangnya latar belakang tentang ilmu
pertanian, terbatasnya penyuluh pertanian serta rata-rata petani menerapkan ilmu
manajemen keluarga atau turun-menurun. Ketiga, minimnya lembaga pertanian yang
membantu petani dalam proses pemasaran.
224
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
225
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
manajemen pemasaran dari usaha dagang yang membantu petani menjual hasil
panenya. Pada situasi ini, usaha dagang memperluas jaringan pemasaran dengan
masuk ke pasar langsung atau menjalin mitra dengan industri.
Inovasi Usaha Dagang Sebagai Perangkul Petani
Berbagai kendala yang dihadapi petani menjadi PR bersama dalam
memecahkan persoalan. Kebanyakan petani kecil menjadi pasif dalam kehidupan
sosial menjadi tantangan bagi penggerak pertanian untuk memperbaiki kelemahan
yang ada. Adanya suatu kelompok tani di suatu daerah dapat menjadi salah satu titik
terang untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Kelompok tani tersebut nantinya
akan diarahkan untuk mencapai visi dan misinya dalam pembentukan UD. Adanya
kerjasama antar kelompok tani dapat memaksimalkan peran UD untuk membagi
tanggungjawab dan tugas bersama demi terwujudnya kesejahteraan bersama.
Disamping itu, kelompok tani dapat menjadi control berjalannya UD. Permasalahan
lain adalah minimnya pengetahuan dari berbagai pihak yang terlibat aktif untuk
pengelolaan UD kedepannya dengan visi dan misi yang dinamis. Minimnya pelatihan
maupun pengawasan langsung pada badan usaha ini mengharuskan untuk memenuhi
kebutuhan administratif kedepannya. Pelatihan tersebut dapat berupa pengelolaan
buku tabungan para petani baik sebelum maupun pascapanen. Selain itu, ada laporan
keuangan dari seluruh kegiatan setiap hari dari penyedia input hingga pemasaran.
Tidak hanya itu, pelatihan pembuatan proposal yang baik serta laporan
pertanggungjawaban menjadi indikator dalam keberlangsungan badan usaha.
Pelatihan ini dapat terjadi apabila ada kerjasama dengan Dinas Pertanian, perbankan,
konsultan keuangan, dan mahasiswa KKN yang berkiprah sesuai bidangnya sehingga
mampu memaksimalkan UD.
Inovasi lain yang perlu dikembangkan dalam usaha dagang adalah peran
penyuluh maupun konsultan pertanian. Adanya penyuluh pertanian yang produktif
dapat membantu petani dalam mengatasi masalah aplikatif di lapang. Baik penyuluh
maupun konsultan sangat dibutukan dalam memberi masukan, saran, serta solusi
akibat adanya serangan hama, kegagalan panen, kurangnya pengetahuan petani
226
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
menangani serangan penyakit, dan resiko bencana alam lainnya. Dengan begitu,
pembelajaran dari penyuluh tidak hanya berasal pada satu sesi/moment terterntu saja,
melainkan juga sebagai fasilitator pada pelaksanaan budidaya pertanian. Pada jangka
panjang, penyuluh sekaligus konsultan lebih mudah dipercaya petani karena ilmu
yang disampaikan dapat diaplikasikan seiring berjalannya masa tanam.
Peran yang tidak kalah penting adalah peran pemerintah dalam menggerakkan
semua sektor pertanian agar menjadi lebih produktif dan mampu berdaya saing dalam
menghadapi globalisasi. Untuk mengatasi hal ini, optimalisasi bantuan hendaknya
juga diperhatikan untuk sektor badan usaha kelas menengah ke bawah sehingga tidak
ada perbedaan perlakuan berbagai jenis badan usaha. Bantuan ini nantinya dapat
digerakkan untuk memperluas jaringan pemasaran atau sebagai modal untuk
membuka pasar sendiri sehingga komoditas di suatu UD dapat dinikmati oleh
masyarakat sekitar daerahnya. Dengan cara demikian rantai pemasaran lebih efisien.
227
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
penyediaan input, teknik budidaya di lapangan yang dibantu oleh penyuluh maupun
konsultan, lembaga penyedia modal serta lembaga pemasaran. Oleh karena itu,
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk memaksimalkan peran UD. Pertama
dari masyarakat sekitar yang tidak mempunyai penghasilan tetap untuk dibekali
pemberdayaan tata cara pengolahan hasil pertanian melalu home industry. Kedua,
dari kegiatan PKK dapat dilakukan program pelatihan berbagai aneka olahan hasil
pertanian guna memberikan pengetahuan dan pelatihan pembuatan resep maupun
praktik secara langsung. Ketiga, dari lembaga penyuluh yang saling berkerjasama
dengan universitas menjadi volunteer pada mahasiswa KKN mengenai teknologi
pengolahan pangan dan hasil pertanian yang benar. Apabila inovasi tersebut mampu
dikembangkan, peran usaha dagang dalam mengatasi permasalahan petani berjalan
maksimal.
“TANI JOYO”
228
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2017). Profil Kemiskinan Indonesia Maret 2017. Jakarta
Pusat: Badan Pusat Statistik.
Kansil. (2001). Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam Ekonomi).
Jakarta Pradnya Paramita.
Purnamasari, Irma Devita. (2010) Kiat-kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Mendirikan
Badan Usaha. Bandung: Mizan Pustaka.
Sayaka, Bambang dan Sunarja Rudy Rivai. (2010). Peningkatan Akses Petani
Terhadap Ketahanan Pangan Dan Energi. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
229
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Aisya Aditiashalihah
Mahasiswa Program Studi Peternakan, Universitas Padjadjaran
aisya.aditia33@gmail.com
Latar Belakang
Industri peternakan merupakan bidang usaha yang bergerak dalam penyediaan
kebutuhan produk asal hewani baik itu dari ternak besar, ternak kecil, maupun ternak
unggas. Seiring berkembangnya pengetahuan, pelakon industri peternakan tidak
hanya perusahaan besar saja, namun skala kecil seperti peternak rumahan sudah
banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Umunya pelaku usaha peternakan
kecil tidak menitik beratkan usaha peternakan mereka sebagai mata pencaharian
utama melainkan hanya sebuah mata pencaharian sampingan yang sewaktu-waktu
ternak mereka dapat dijual jika tidak ada dana memadai. Hal tersebut menjadikan
masyarakat tidak terlalu memperhatikan manajemen usaha ternak mereka dengan
baik dan benar, sehingga produksi dari ternak yang dihasilkan kualitasnya tidak setara
dengan produk peternakan milik industri peternakan besar.
Sekian banyak produk peternakan yang banyak dicari masyarakat khususnya
di Indonesia, ada satu produk peternakan yang bahkan belum banyak masyarakat
yang memanfaatkannya secara maksimal sehingga bersifat mencemari dan menjadi
viral sebagai penyumbang gas metan tertinggi penyebab terjadinya global warming.
Produk peternakan sampingan yang masih memiliki nilai guna salah satunya yaitu
manure. Manure merupakan limbah peternakan yang terdiri dari feses dan urine.
Manure sebagian besar dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau,
kambing, domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah
menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi
menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000). Limbah peternakan tersebut akan terus
diproduksi oleh ternak selama masa pemeliharaan ternak tersebut, dengan
230
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
menerapkan sistem zero waste pada manajemen peternakan maka setiap limbah yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai guna yang tinggi.
Salah satu pemanfaatan limbah manure yang mulai banyak diterapkan di
industri peternakan yaitu pengolahan menjadi bahan energi alternatif biogas.
Prinsipnya biogas ini memanfaatkan manure ternak ruminansia yang diolah dengan
cara fermentasi bakteri anaerob pada manure lalu menghasilkan beberapa gas yang
tergolong kedalam bahan bakar gas. Namun, hasil dari proses pembuatan biogas
tersebut tidak hanya menghasilkan gas-gas yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan
bakar, melainkan terdapat hasil ikutan lainnya yaitu berupa endapan lumpur (sludge)
feses. Lumpur tersebut merupkan ampas yang masih memiliki potensi nilai guna yang
sangat tinggi, dengan penanganan yang tepat, lumpur feses tersebut dapat
dimanfaatkan kembali dengan diolah menjadi pupuk organik dan pembenah tanah.
Pembahasan
Produk hasil ternak sampingan berupa limbah yang dapat dimanfaatkan
menjadi biogas merupakan salah satu cara penerapan sistem peternakan yang zero
waste, dimana tidak ada limbah yang dihasilkan terbuang begitu saja melainkan
masih dapat dimanfaatkan dan akan menambah nilai guna yang ekonomis. Pembuatan
biogas kebanyakan menggunakan manure dari ternak ruminansia karena manure
ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup
tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa manure sapi mengandung 22.59%
sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26%
total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K (Lingaiah dan Rajasekaran,
1986). Kandungan tersebut akan dimanfaatkan oleh bakteri-bakteri fermentasi
anaerob penghasil gas-gas yang akan menjadi bahan bakar nantinya. Namun perlu
diketahui dalam pembuatan biogas, tidak semua manure habis digunakan, melainkan
ada ampas lagi dari pembuatan biogas yaitu berupa endapan lumpur limbah ternak
karena kadar air yang dibutuhkan untuk pembuatan biogas adalah 60–78% yang
artinya hanya manure dengan konsentrasi cair hingga semicair. Manure yang
231
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
berbentuk padat disebut juga sludge atau lumpur hal itulah mengapa dinamakan Bio-
sludge, berasal dari kata biogas dan sludge yang berarti lumpur sisa hasil pembuatan
biogas.
Negara Vietman salah satu yang telah menjalankan program “National Biogas
Programme” untuk pengoptimalisasian penggunaan lahan oleh petani-petani
penggarap dalam bidang pertanian, perikanan, juga peternakan. Produk utama dari
digester adalah biogas yang mampu mengganti penggunaan bahan bakar disetiap
rumah di Vietnam, hasilnya dari satu buah digester dapat menghemat pengeluaran
biaya untuk bahan bakar sebanyak US$5-US$10 juga menghemat waktu mereka
mencari kayu bakar (Bogdanski, 2011 & Teune, 2007). Disamping manfaat
penggunaan biogas, digester juga memproduksi bio-sludge yang bisa berperan
sebagai pupuk organik dan pembenah tanah. Pada tahun 2003-2005 hanya 41% petani
yang memanfaatkan bio-sludge sebagai pupuk dari pengguna digester biogas,
sedangkan pada tahun 2006 – 2007 penggunaannya meningkat menjadi 60% (BP,
2007). Selain itu di Vietnam bio-sludge digunakan juga sebagai pupuk bagi kolam
ikan, pupuk ladang pertanian, dan juga digunakan sebagai suplemen pakan ternak
babi. Sedangkan di Indonesia sendiri pemanfaatan bio-sludge belum dilakukan secara
maksimal karena kurangnya pengetuan masyarakat mengenai pemanfaatan limbah
kotoran dan masih kurangnya pengembangan dari produk bio-sludge ini.
Bio-sludge yang siap digunakan harus terfermentasi an-aerob secara sempurna
melalui digester yang sama saat pembuatan biogas, lalu diendapkan dalam kolam
penampungannya agar terpisahkan antara sludge dengan cairannya sehingga hasil
akhirnya bio-sludge tidak terdapat gelembung-gelembung gas, warna sludge akan
lebih gelap dari limbah kotoran awalnya dan tidak berbau seperti limbah kotoran
awalnya. Menurut Oman (2003), lumpur yang berasal dari proses biogas sangat baik
untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan
oleh tanaman seperti P, Mg, Ca, K, Cu dan Zn. Sludge yang sudah terpisahkan dari
bagian cairnya lalu bisa langsung dicampurkan dengan tanah sebagai penggembur
tanah untuk selanjutnya ditanami dengan berbagai macam tanaman.
232
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Kesimpulan
Terlihat seperti tidak bernilai dan mencemari, limbah hewan ternak berupa
kotoran dapat menghasilkan produk dengan nilai ekonomis yang tinggi. Menerapkan
sistem peternakan yang zero waste, maka setiap limbah yang dihasilkan harus dapat
diolah kembali sehingga menghasilkan produk yang bernilai guna tinggi salah
satunya pemanfaatan hasil ikutan dari pengolahan biogas yaitu bio-sludge yang
berperan sebagai pupuk organik dan pembenah tanah. Kandungan nutrisi yang cukup
tinggi pada bio-sludge mampu menggantikan pupuk anorganik yang lebih ramah
lingkungan dan lebih menghemat biaya penggunaan pupuk.
233
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Bogdanski, A., 2011: Introducing Integrated Food-Energy Systems that Work for
People and Climate, Micro perspectives for decentralized energy supply -
Proceedings of the International Conference. Technische Universitaet
Berlin, 7th-8th of April 2011.
BP, 2007: Bio-slurry utilization in Vietnam, edited by Le Thi Xuan Thu, The Biogas
Program for the Animal Husbandry Sector of Vietnam, Vietnam
Lingaiah V. and Rajasekaran P. 1986. Biodigestion of cowdung and organic wastes
mixed with oil cake in relation to energy in Agricultural Wastes 17(1986):
161-173.
Oman. 2003. Kandungan Nitrogen (N) Pupuk Organik Cair Dari Hasil Penambahan
Urine Pada Limbah (Sludge) Keluaran Instalasi Gas Bio Dengan
Masukan Feces Sapi. Skripsi Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sihombing. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Wenke, L., Lianfeng, D & Qichang, Y., 2009: Biogas slurry added amino acids
decreased nitrate concentrations of lettuce in sand culture, Acta
Agriculturae Scandinavica Section B -Soil and Plant Science, vol. 59, pp.
260-264
234
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Hana Septiaswin
Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Diponegoro
hanaseptiaswin71@gmail.com
235
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
produksi beras tersebut dinilai belum mampu mencukupi kebutuhan pangan pasalnya
beras yang telah diolah menjadi beras siap konsumsi, berat padi mentahnya akan
menyusut hingga rata-rata 40 - 50 persen. Hal tersebut terjadi pada tahun 2010
dimana padi yang diproduksi sebesar 66.469.394 ton dan setelah diolah menghasilkan
beras sebesar 31.872.617 ton sedangkan konsumsi beras totalnya mencapai 43,01 juta
ton. Fakta tersebut juga diperkuat dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,50%
per tahun dan tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai 132,98 kg/kapita/tahun
(Badan Ketahanan Pangan, 2015). Maka Indonesia belum mampu memenuhi
kebutuhan pangan nasionalnya di masa yang akan datang. Sehingga pemerintah
melakukan berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan beras nasional seperti
menerapkan kebijakan impor beras di Indonesia. Kebijakan impor beras menuai
banyak kritikan karena dianggap mampu menghancurkan keberadaan para petani
beras nasional dan menimbulkan ketergantungan pada beras impor (Abidin, 2014).
Selama ini, pengembangan progam diversikasi pangan menjadi upaya lain
yang berperan dalam mengurangi ketergantungan pangan pada beras. Diversifikasi
pangan merupakan suatu proses pemilihan pangan yang tidak hanya bergantung pada
satu jenis pangan, akan tetapi memiliki alternatif lain terhadap bahan pangan
(Karsyono, et al, 1993). Tujuan diversifikasi pangan berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan yaitu mengurangi ketergantungan impor beras, mencapai
pola konsumsi pangan yang tepat, mewujudkan pola pangan harapan, dan asupan gizi
yang terjangkau oleh semua golongan masyarakat. Diversifikasi pangan dapat
diwujudkan melalui berbagai cara, salah satunya dengan memanfaatkan singkong
sebagai pengganti beras.
Singkong termasuk dalam jenis umbi-umbian yang memiliki kandungan
energi sebesar 160 Kcal, jumlah karbohidrat 38.06 g, protein 1,36 g, total lemak 0.28
g, kolesterol 0 mg, dan serat 1,8 g (Departemen Kesehatan RI, 1992). Saat ini,
produksi singkong di Indonesia mencapai 23,8 juta ton dengan total luas lahan
sebesar 1,061 juta ha (Data Kementan, 2013). Hal tersebut menjadikan singkong
sebagai hasil pertanian yang jumlahnya berlimpah dan dapat menjadi alternatif
236
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
237
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
238
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Gambar 3. (A)Bulir pada sampel a diperbesar 5000x (B) Bulir pada sampel b
diperbesar 5000x
Visualisasi butir beras analog dilakukan untuk mengobservasi permukaan dari
beras analog. Pada Gambar 3 memperlihatkan bulir beras analog (A) dengan ekstrak
pandan 0%, (B) dengan ekstrak pandan 2%. Bulir pada sampel b cenderung lebih
kompleks dan kuat dibandingkan bulir pada sampel a. Hal ini disebabkan sifat
flavonoid pada singkong yang selain menurunkan kadar glukosa juga memiliki
kemampuan membentuk gel atau larutan kental sehingga bulir yang dihasilkan lebih
kuat. Gel tersebut akan mudah menempel dan membentuk ikatan dengan senyawa
antar komponennya. Hal ini juga berlaku ketika dilakukan visualisasi butir beras
analog dengan SEM dengan perbesaran sebesar 10.000x.
239
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
beras asli. Walaupun demikian, ikatan antar molekulnya pun tidak sekuat dari beras
pada umumnya, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai formula yang
tepat.
Pengujian Organoleptik
Berikut ini merupakan data hasil uji organoleptik:
240
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Sedangkan ditinjau dari bentuk bulir, beras analog tidak jauh beda jika
dibandingkan dengan bulir beras asli meskipun bulir beras analog sedikit lebih kuat
dan kenyal. Berikut adalah visualisasi butir beras analog dengan SEM. Pada Gambar
6. memperlihatkan bulir beras analog.
241
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M. Zainul. 2015. IMPACT OF THE RICE IMPORT DUTY POLICY AND
FOOD SECURITY IN THE PERSPECTIVE OF SOCIAL WELFARE.
Sosio Informa Vol. 1, No. 03. Jakarta.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Official Agriulture
Chemist. Washington DC: Association of Official Analytical Chemist
Cahyanto, et al. 2011. Penguatan Kearifan Lokal Sebagai Solusi Permasalahan
Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding The 4th International Conference
on Indonesian Studies : “Unity, Diversity, and Future”. Malang :
Universitas Brawijaya. Kemenristek, Serpong
Cahyono, Heri, et al. 2015. Kajian Karakteristik Beras Analog. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2009. Profil Kesehatan Kota Semarang 2009.
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Glicksman, M. 2000.Food Hydrocoloids. Florida: CRC Press, Ibc; 2000; 1: p 199
Hui, Y.H. 1992. Dictionary of Food Science and Technology. Wiles and Sons
Inc.New York
Kementerian pertanian. 2015. OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN
PANGAN PADI. Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian
Pertanian 2015.
Tarwotjo, Soejoeti. 2008. Dasar-dasar gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo.
Waji, Resi Agistina dan Andis Sugrani, 2009, Makalah Kimia Organik Bahan Alam
Falavonoid (Quercetin), Universitas Hasabudin, Bandung.
Widara, S. S., & Budijanto, S. 2012. Study of Rice Analogue Production from
Various Carbohydrate Sources Using Hot Extrusion Technology.
Widowati, S., M. Astawan, dan B.A. Susila Santosa. 2007. Karakterisasi mutu dan
pengaruh proses pratanak terhadap indeks glikemik berbagai varietas
beras Indonesia untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
ketahanan pangan. Laporan Akhir Program Riset Insentif Terapan. BB
Pasca Panen.Bogor. 65b.
Winarno.1992. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Edisi Terbaru. Bogor
(ID): Mbrio Pr. Woisky , R.G&Salatino,A,: Analysis Of Propolis: Some
Parameters and Procedures For Chemical Quality Control.J.Apicult.
Res, 37 (1980) 99- 105.
242
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Firdausi
Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Univeritas Brawijaya
firdarifi026@gmail.com
243
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
flavonoid, peran senyawa itu pada tanaman bisa menyuburkan pertumbuhan bulu-
bulu akar yang berguna membantu tanaman menyerap unsur-unsur hara.
244
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
lahan di perkotaan (Prasetyo, 2016). Teknik bertanam yang lebih modern ini
memerlukan keterampilan khusus, tempat yang cukup dan juga biaya yang besar, hal
ini menyebabkan tidak semua orang mampu melakukannya, maka dari itu inovasi
croppack dimaksudkan untuk mengatasi persoalan tersebut.
245
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
246
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Target pasar dari croppack adalah masyarakat kota khususnya ibu rumah
tangga. Saat ini tranding topik yang menjadi masalah di kota adalah sulitnya
melakukan program urban farming karena keterbatasan lahan dan sulitnya mendapat
fasilitas untuk menanam, padahal program tersebut digalakkan pemerintah untuk
mencukupi kebutuhan pangan yang sekarang menjadi ancaman karena pertumbuhan
masyarakat yang semakin meningkat, menurut Purwaningsih (2008) Bangsa
Indonesia dengan pertumbuhan penduduk positif, apabila tidak disertai dengan
kenaikan produksi pangan, maka akan berpeluang menghadapi persoalan pemenuhan
kebutuhan pangan penduduknya di masa datang. Di sisi tidak semua kebutuhan
pangan dapat dipenuhi, karena kapasitas produksi dan distribusi pangan semakin
terbatas. Hadirnya croppack adalah untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat
kota agar mampu melakukan urban farming secara massal dan juga meningkatkan
akses pangan dan meningkatkan produksi pangan di perkotaan melalui gerakan 1
rumah 1 tanaman, croppack dapat menghasilkan bahan makanan segar sebagai upaya
pemenuhan ketersediaan pangan perkotaan.
Tujuan utama inovasi pembuatan croppack adalah memanfaatkan limbah
pisang sehingga memiliki nilai ekonomis. Selain itu, multieffect yang sangat dekat
adalah menambah lapangan kerja di Kabupaten Lumajang khususnya untuk
disabilitas dan janda yang tidak memiliki pekerjaan dan secara ekonomi berada
digaris kemiskinan. Mekanisme pelaksanaan usaha pembuatan croppack dikelola oleh
tim pengelola bisnis yang beranggotakan 3 orang, dimana 2 orang berasal dari
Mahasiswa daerah yang mengemban tugas sebagai manajer umum dan pemasaran,
dan 1 orang berasal dari anggota KUD Kabupaten Lumajang yang bertugas sebagai
manajer lapang, mekanisme bisnis ini menggunakan metode 4P, pertama adalah
pembinaan dan pelatihan cara pembuatan croppack, kedua Persiapan Produksi
meliputi persiapan peralatan dan bahan, ketiga pelaksanaan proses produksi croppack
dan yang terakhir adalah pengawasan/monitoring.
Hasil dari croppack ditampung dan dipasarkan oleh tim pengelola bisnis dan
keuntungannya dibagi berdasarkan sistem bagi hasil yaitu 45% keuntungan untuk
247
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
masyarakat, 20% tim pengelola bisnis, dan 35% untuk pengembangan bisnis (Bahan
pendukung pembuat croppack).
Secara konseptual, penjelasan dari gambaran bisnis croppack dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
248
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
249
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
250
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
Indonesia merupakan salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN
FreeTrade Area). Tujuannya ialah untuk membentuk kawasan bebas perdagangan
dalammeningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN. Dalam
meningkatkan dayasaing ekonomi tersebut, maka SDA (Sumber Daya Alam) yang
menjadi keunggulan bagiIndonesia perlu dioptimalkan, salah satunya ialah
optimalisasi di sektor pertanian. Salahsatu sektor pertanian unggulan Indonesia
adalah budidaya jamur (Depkeu, 2014).
Budidaya Jamur belakangan ini banyak sekali orang menekuninya, terutama
jamur tiram. Di Yogyakarta, terdapat lebih dari seratus kelompok pembudidaya jamur
tiram. Peminat pembudidaya jamur tiram pun semakin meningkat. Melihat potensi
jamur yang dapat tumbuh sepanjang tahun dan kandungan gizi yang terdapat pada
jamur tiram merupakan faktor yang memicu masyarakat tertarik membudidaya jamur
tiram. Namun untuk mengoptimalkan hal itu, masih banyak kendala bagi petani, tak
terkecuali para petani jamur tiram. Padahal budidaya jamur tiram menghasilkan
keuntungan yang menggiurkan (Tribun Jogja, 2015). Saat musim kemarau udara di
lingkungan memiliki suhu yang tinggi dan kering sehingga menyebabkan produksi
jamur tiram mengalami penurunan bahkan mati (Cahyana YA, 2009).
Kendala yang dialami oleh petani salah satunya ialah penanganan jamur tiram
saat musim kemarau dan cuaca panas. Petani yang tidak mengetahui suhu dan
kelembaban ruangan budidaya jamur tiram mengakibatkan pada musim kemarau
pertumbuhan jamurtiram terhambat dan produksi sangat menurun karena suhu yang
251
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
252
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
253
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
254
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
tombol on diaktifkan dan tombol manual diaktifkan maka beban aktif. Beban berupa
piezoelektrik dan blower. Piezoelektrik membuat embun dingin yang dihasilkan dari
kombinasi piezoelektrikdengan pendinginan pada gerabah, sehingga suhu air pada
gerabah turun sebanyak 5°C danembun yang dihasilkan mencapai suhu maksimal
25°C saat pengujian dengan kelembaban yang mencapai 98%. Embun dingin tersebut
ditarik keluar ke lingkungan menggunakan blower yang memberikan efek lebih
dingin lagi hingga optimal sampai 23°C. Proses tersebut beban akan terus aktif
selama pengguna tidak menekan tombol off. Prinsip kinerja pada beban keluaran
ASFOM sama halnya dengan sistem kenerja pada otomatis, pada proses otomatis,
beban ASFOM akan mati (off) otomatis bila suhu ≤ 25°C sedang kelembapan relatif ≥
80% dan akan aktif otomatis bila suhu ≥ 27 atau kelembaban ≤70%. Pengaturan
kinerja otomatis tersebut disesuaikan dengan tumbuh baik jamur tiram terhadap
kinerja optimal ASFOM.
Program implementasi dan ujicoba alat ini diawali pada bulan Agustus 2017
sampai dengan bulan Oktober 2017. Tempat pelaksanaan program ini dilaksanakan di
tempat mitra, Agribisnis Budidaya Jamur yang beralamat di Bergan, Wijirejo,
Pandak, Bantul, Yogyakarta. Adapun hasil penerapan alat ASFOM yang telah penulis
lakukan selama dua minggu dibandingkan dengan saat belum menggunakan alat
ASFOM memiliki hasil sebagai berikut :
255
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
256
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
257
Prosiding Simposium Nasional Festival of Agri-science and Technology
Prospek Pertanian bagi Generasi Muda dalam Rangka Menghadapi SDG’s 2030
25 November 2017 | ISBN: 978-602-51738-0-6
________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
258