Anda di halaman 1dari 220

ISBN : 978-602-0951-13-3

Tema
Inovasi Dan Hilirisasi Hasil Penelitian
Untuk Kesejahteraan Masyarakat

Subtema
Inovasi Pendidikan

Surabaya, 27 Nopember 2016


PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Negeri Surabaya

SEMNAS PPM 2016

Buku – 1

Tema
Inovasi Dan Hilirisasi Hasil Penelitian
Untuk Kesejahteraan Masyarakat

Subtema
Inovasi Pendidikan

Surabaya, 27 November 2016

Penerbit :

Fakultas MIPA – Universitas Negeri Surabaya


TIM EDITOR
I Wayan Susila
Suroto
Tukiran

DESIGN LAYOUT
Agus Prihanto

PENYUNTING
Bayu Agung Prasodi
Biyan Yesi Wilujeng
Ainul Khafid
Andika Pramudya Wardana
Yudo Chandrasa Wirasadewa

TIM REVIEWER
Darni
A. Grummy Wailanduw
Andre Dwijanto Witjaksono
Titik Taufikurohmah
Najlatun Naqiyah

Diterbitkan oleh :
FAKULTAS MIPA - UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Gedung D-1 UNESA Kampus Ketintang
Jln. Ketintang Surabaya - 60231
Telp. 031-8280009
Email : fakultasmipa.unesa@gmail.com

Cetakan Pertama – Nopember 2016

ISBN :

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
SAMBUTAN KETUA PANITIA
PADA SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2016
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Bismillahir rohmannir rohiim


Assalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarokhatuh
Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua

Yth. Bapak Rektor Universitas Negeri Surabaya, Bapak Prof. Dr. Warsono, M.S.
Yth. Ibu Wakil Rektor Bidang Akademik, Ibu Dr. sc. agr. Yuni Sri Rahayu, M.Si.
Yth. Bapak Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Drs. Tri Wahatnolo, M.Pd, M.T.
Yth. Bapak Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Bapak Dr. Ketut Prasetyo, M.S.
Yth. Bapak Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Perencanaan, Bapak Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt.
Yth. Bapak Prof. Ocky Karna Radjasa, M.Sc., Ph.D, Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(DRPM), Kemenristekdikti, selaku narasumber
Yth. Bapak Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd, pemerhati pendidikan dan sekaligus narasumber
Yth, Bapak Tritan Saputra, S.T., M.H. Ketua Komite Tetap Pengembangan Usaha Elektronika Bidang Industri
Kreatif dari KADIN Jatim sekaligus sebagai narasumber
Yth. Bapak Ibu para Dekan selingkung Unesa,
Yth. Bapak Direktur Pascasarjana Unesa,
Yth. Bapak Ketua LP3M Unesa,
Yth. Bapak Ketua dan Sekretaris LPPM Unesa, dan
Bapak ibu semua kepala dan sekretaris pusat di LPPM Unesa, serta bapak ibu peserta Seminar Nasional Hasil
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2016 yang diselenggarakan di Best Western
Papilio Hotel, Jl. A. Yani, Surabaya, yang berbahagia dan saya banggakan.

Pertama-tama, marilah kita senantiasa mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kita semua bisa berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat wal
afiat dan tak kurang suatu apapun.
Bapak Rektor, ibu bapak Wakil Rektor, bapak ibu pimpinan fakultas dan direktur pascasarjana serta pimpinan
unit kerja lainnya selingkung Unesa serta bapak ibu hadirin peserta seminar yang saya hormati,
Kegiatan Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2016 (SEMNASPPM
2016) ini merupakan kegiatan yang secara rutin diselenggarakan oleh LPPM Unesa Surabaya yang biasanya jatuh
pada bulan Oktober atau Nopember tiap tahunnya. Kegiatan Seminar Nasional kali ini dilakukan dengan
mengusung tema: Inovasi dan Hilirisasi Hasil Penelitian untuk Kesejahteraan Masyarakat. Adapun tema
pokok tersebut dapat dijabarkan menjadi sub tema, yaitu: 1) Inovasi Pendidikan, 2) Konservasi, Sains dan
Teknologi, 3) Kualitas Hidup dan Pengembangan Sumber Daya, 4) Seni, Budaya, dan Kemasyarakatan,
dan 5) Ekonomi dan Manajemen. Dengan diversitas subtema yang diangkat ini, maka kegiatan seminar ini
diharapkan dapat memberikan banyak wahana, wacana, dan warna pengetahuan dan keilmuan yang lain dan yang
baru sehingga dapat memberikan stimuli untuk berkreasi dan berkarya bagi para dosen dan/atau peneliti ataupun
profesi lainnya baik di lingkup kemenristekdikti dan/ataupun lingkup lainnya.
Bapak Rektor, ibu bapak Wakil Rektor, bapak ibu pimpinan fakultas dan bapak direktur pascasarjana serta
pimpinan unit kerja lainnya selingkung Unesa serta bapak ibu hadirin peserta seminar yang saya muliakan,
Untuk dapat mencapai dan sekaligus memperkaya wahana, wacana, dan warna pengetahuan dan keilmuan yang
baru tersebut, kami telah mengundang para narasumber yang sangat berkompeten, yaitu bapak Prof. Ocky Karna
Radjasa, M.Sc., Ph.D., bapak Prof. Dr. Muchlas Samani, M.pd., dan bapak Tritan Saputra, S.T.,M.H., dimana
diantara mereka sudah berada ditengah-tengah kita. Dengan kompetensi, kepakaran dan pengalaman dari masing-
masing narasumber, tentu kami sangat yakin akan banyak wacana dan warna informasi penting lainnya yang kita
dapatkan hari ini yang tentu pula sangat bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan tingkat profesionalitas kita
sebagai seorang dosen dan/ataupun peneliti atau profesi lainnya.
Bapak Rektor, ibu bapak Wakil Rektor, bapak ibu pimpinan fakultas dan direktur pascasarjana serta pimpinan
unit kerja lainnya selingkung Unesa serta bapak ibu hadirin peserta seminar yang saya banggakan,
Perkenankan pada kesempatan ini, kami melaporkan bahwa peserta Seminar Nasional Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2016 ini dihadiri oleh sekitar 219 orang, yang terdiri dari 3 narasumber, 13
undangan, 149 pemakalah yang terdiri dari 64 pemakalah oral, dan sisanya pemakalah poster, serta 25 orang

i
panitia. Sesungguhnya, pada satu dua minggu terakhir menjelang hari pelaksanaan seminar ini masih banyak
dosen/peneliti atau mahasiswa yang berkeinginan kuat untuk mengirimkan abstrak dan sekaligus sebagai
pemakalah. Namun, karena keterbatasan tenaga dan pikiran kami, dengan amat terpaksa dan sangat menyesal kami
harus menutupnya. Untuk itu, kami mohon maaf.
Selanjutnya, kami berharap kegiatan Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat tahun
2016 ini dapat berlangsung dengan baik, lancar dan sukses. Kami juga mengharapkan partisipasi peserta seminar
ini untuk aktif menggunakan momentum dan event ini guna memperoleh banyak wahana, wacana, dan informasi
lain yang sangat bermanfaat dan tentu ikut memperlancar kegiatan seminar nasional ini. Event seminar nasional
ini tentu menjadi ajang silaturahmi bagi bapak ibu semua sekaligus memberikan ruang dan wadah untuk saling
bertukar pikiran dan informasi yang saling menguntungkan serta memberikan kesempatan membangun dan
menjalin kerjasama di antara kita ke arah yang lebih.
Pada kesempatan ini pula, mohon dengan hormat bapak Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. berkenan untuk
memberikan sambutan dan arahan terkait tema dalam kegiatan seminar ini dan sekaligus berkenan membuka
secara resmi acara seminar nasional ini.
Demikian, bapak ibu hadirin semua yang bisa saya sampaikan dan laporkan, mohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan.

Wa billahi taufik wal hidayah war ridho wa innayah


Wassalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarokhatuh
Maturnuwun

Surabaya, 27 November 2016


Ketua Pelaksana
Prof. Dr. Tukiran, M.Si.

ii
SAMBUTAN REKTOR
PADA SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2016
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Assalamu alaikum wr, wb.


Teriring ungkapan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, pagi hari ini kita bertemu dalam kegiatan yang sangat
bermanfaat bagi perjalanan dan kemajuan bangsa ini yaitu Seminar Nasional hasil penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat Universitas Negeri Surabaya tahun 2016. Kegiatan ini terlaksana berkat rahmat dan hidayah
dari Allah Swt.
Para peserta seminar yang saya hormati,
Salah satu tujuan dari perguruan tinggi adalah menjamin agar mutu pembelajaran, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat mencapai target sesuai yang ditetapkan oleh Standar Nasional Perguruan Tinggi. Terdapat 8
Standar nasional perguruan tinggi dibidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yaitu standar hasil,
standar isi, standar proses, standar penilaian, standar peneliti dan pelaksana pengabdian, standar sarana dan
prasarana, standar pengolahan, dan standar pendanaan dan pembiayaan. Delapan standar tersebut merupakan
pedoman dan sekaligus target capaian yang harus diupayakan oleh perguruan tinggi yang disesuaikan dengan visi
dan misi masing masing perguruan tinggi.
Standar hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bermuara pada pengembangan IPTEK yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Untuk mencapai hal tersebut, harus diketahui akar
permasalahan dan dan dicarikan peluang serta pemecahannya. Tugas seorang peneliti dan pelaksana pengabdian
kepada masyarakat adalah menggali, mengidentifikasi, dan menganalisis akar permasalahan tersebut dengan
didasarkan kepakaran yang dimilikinya serta berkolaborasi dengan stakeholder terkait.
Seorang peneliti perlu memiliki kecerdasan dalam memetakan tipologi, karakteristik setiap kelompok masyarakat
serta memiliki kemampuan memprediksi dampak yang ditimbulkan dari setiap pelaksanaan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena setiap wilayah dan kelompok masyarakat memiliki karakteristik yang
berbeda maka diperlukan treatment yang berbeda pula. Wilayah Indonesia memiliki potensi yang luar biasa baik
dari sumber daya alam, budaya, dan manusia. Potensi tersebut sangat memungkinkan untuk diberdayakan menjadi
sebuah kekuatan yang dahsyat untuk membangun bangsa dan menyejahterakan masyarakat. Formula yang
ditawarkan adalah inovasi, kreatif, dan produktif berbasis kajian ilmiah dalam bentuk empiris dan pemodelan.
Sehingga hasil penelitian aplikatif dan solutif, tidak hanya menjadi koleksi, tetapi bernilai dan bermanfaat langsung
pada masyarakat. Program hilirisasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dicanangkan
pemerintah perlu mendapat dukungan penuh. Kehadiran para peneliti dan pengabdian kepada masyarakat sudah
sangat ditunggu oleh warga bangsa ini.
Dilain pihak, sebagai sebuah lembaga tinggi “techno park” bagi Universitas Negeri Surabaya bukan hanya sebuah
mimpi tetapi merupakan target dan sasaran yang harus diupayakan agar bisa menjadi perguruan tinggi berkelas
dunia. Berbekal keahlian dan kepakaran yang terus dikembangkan para dosen-dosen Unesa berangsur mampu
mencetak interpreneurship di dalam dan diluar lingkungan kampus.
Seiring harapan tersebut sangat tepat jika seminar ini mengambil tema Inovasi dan hilirisasi hasil penelitian untuk
kesejahteraan masyarakat. Untuk lebih mengoptimalkan dan operasional tema tersebut ditetapkan sub tema
seminar tahun ini adalah sebagai berikut: 1) Inovasi pendidikan, 2) Konservasi, sains, dan teknologi, 3) Kualitas
hidup dan sumber daya, 4) Seni, budaya, dan kemasyarakatan, 5) Ekonomi dan manajemen. Kiranya dengan 5 sub
tema tersebut dapat memberikan kontribusi Universitas Negeri Surabaya terhadap pembangunan bangsa dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bapak, Ibu peserta seminar yang saya hormati.
Selamat berseminar dan semoga sukses. Semoga kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas bapak ibu sekalian
mendapat balasan dari Allah Swt, yang berlipat lipat dikemudian hari.
Wassalamu alaikum wr. wb.

Surabaya, 27 November 2016


Rektor
Universitas Negeri Surabaya

iii
iv
SUSUNAN PANITIA SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
LPPM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Pelindung : Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor)


Penasihat : 1. Dr. rer.nat. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bid.Akademik)
2. Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bid. Umum Keuangan)
3. Dr. KetutPrasetyo, M.S. (WR Bid. KemahasiswaandanAlumni)
4. Prof. DjodjokSoepardjo, M. Litt. (WR Bid. Kerjasama)
PenanggungJawab : Prof. Dr. Ir. I WayanSusila, M.T.
Ketua : Prof. Dr. Tukiran, M.Si.
Wakil : Drs. Suroto, M.A., Ph.D.
Sekretaris : 1. Dr. NajlatunNaqiyah, M.Pd.
2. Dr. Nurkholis, M.Kes.
Bendahara : 1. Dr. Rindawati, M.Si.
2. ZulaikhahAbdullah, S.E.
Kesekretariatan : 1.Dra. Ec. Nurmika Simanullang, M.Pd.
2. IkaPurnamaWati, A.Md.
IT : 1. Wiyli Yustanti, S.Si., M.Kom.
2. Agus Prihanto, S.Kom, M.T.
Dana/Akomodasi : 1. Dr. Grummy W., M.T.
2. SitiNurulHidayati, S.Pd.,M.Pd.
Dokumentasi : Moch. Suyanto
NaskahdanProsiding : 1. Dr. Andre W., M.Si.
2. Dr. TitikTaufikurrohmah, M.Si.
Humas/Publikasi : 1. Prof. Dr. Darni, M.Hum.
2. Drs. BudihardjoA.H., M.Pd.
Acara/Sidang/Narasumber : 1. Prof. Dr. Hj. SitiMaghfirotunAmin, M.Pd.
2. Dian Savitri, S.Pd.,M.Pd.
Umum/Perlengkapan : 1. Amalia Rachel Manoppo, S.H.
2. Parni
Konsumsi : 1.NurHartatik, S.E.
2. Yulia Sukmawati, S.Pd

v
vi
DAFTAR ISI

SAMBUTAN KETUA PANITIA ............................................................................................................................ i


SAMBUTAN REKTOR ........................................................................................................................................ iii
SUSUNAN PANITIA SEMINAR NASIONAL ..................................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... vii
Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Mata Pelajaran Teknik Pemrograman Tav Kelas X SMK
Negeri I Madiun ...................................................................................................................................................... 1
Ahsan Muzakki1*), Fulca Ugratara K.P.2 ............................................................................................................. 1
Project Based Learning dalam Pembelajaran Materi Application Letter and Job Interview untuk Mendukung
Daya Saing Mahasiswa ........................................................................................................................................... 7
Arik Susanti1*), Anis Trisusana2 .......................................................................................................................... 7
Penerapan Pelatihan Siaga Bencana dalam Meningkatkan Hard Skill dan Soft Skill Siswa SDN Satak 1
Kabupaten Kediri .................................................................................................................................................. 13
Asnawi1*), Supriyono2 ....................................................................................................................................... 13
Penerapan Multimedia dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning–Pbl) pada
Matakuliah Struktur Data ...................................................................................................................................... 17
Bambang Sujatmiko1*), Rina Harimurti2, Anita Qoiriah3 .................................................................................. 17
Peningkatan Kemampuan Guru SMK Negeri Wonosalam Jombang melalui Pelatihan Pembuatan Proposal PTK
.............................................................................................................................................................................. 25
Choirul Anna Nur Afifah1*), Siti Sulandjari2, Veni Indrawati3 ......................................................................... 25
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Higher Order Thinking Skills ....... 31
Danang Tandyonomanu1*), Damajanti Kusuma Dewi2 ..................................................................................... 31
The Influence of Inquiry Based Learning on Students' Knowledge of Control Systems ...................................... 35
Diah Wulandari 1*), Muhamad Syariffuddien Zuhrie 2 ...................................................................................... 35
Validitas dan Kepraktisan Video Pembelajaran Pendekatan Saintifik Berorientasi Project Based Learning ....... 39
Endang Susantini1*), Tjipto Prastowo2, Abdul Kholiq3, Mukhayyarotin Niswati Rodliyatul Jauhariyah4 ........ 39
Penggunaan Trainer Aksi Dasar Sistem Kontrol untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Teknik Elektro
Unesa pada Mata Kuliah Dasar Sistem Pengaturan .............................................................................................. 47
Endryansyah1*), Puput Wanarti Rusimamto2, Mochammad Rameli3, Eko Setijadi4 ......................................... 47
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web di SMK Kota Surabaya ....................................................... 53
Hapsari Peni1*), Puput Wanarti2, Euis Ismayati3, Yuni Yamasari4 .................................................................... 53
IbM MGMP PPKn dan IPS dalam Mengembangkan Asesmen Otentik di Kota Surabaya ................................... 61
Harmanto1*), I Made Suwanda2 ......................................................................................................................... 61
Pengembangan Perangkat pembelajaran berbasis peta konsep no condition untuk memperkuat daya tahan
(retensi) keterampilan berpikir tingkat tinggi mahasiswa pendidikan kimia pada materi pokok Keisomeran ...... 67
Ismono1*), Tukiran2, Suyatno3 ........................................................................................................................... 67
Keterampilan Kepala Sekolah dalam Evaluasi Hasil Peningkatan Keunggulan Pembelajaran ............................ 73
Karwanto1*) ....................................................................................................................................................... 73
Pengaruh Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa Melalui Blended Learning
Berbasis Web ......................................................................................................................................................... 79
Kusumawati Dwiningsih1*), Sukarmin2, Muchlis3 ............................................................................................ 79
Pengembangan Strategi Pembinaan Minat, Bakat, dan Potensi KarirMahasiswa Prodi Sastra Inggris 2014 dan
2015 ...................................................................................................................................................................... 83
Mamik TW1*), Pratiwi R2, M.Khoiri3 ................................................................................................................ 83

vii
Pengembangan Model Pendidikan Guru Bidang Sains dan Teknologi di Era Digital .......................................... 91
Muchlas Samani1*), Mochamad Cholik2, I.G.P. Asto Buditjahjanto3. ............................................................... 91
Pengembangan Model Pembelajaran Seni Budaya Berbasis Kurikulum 2013 untuk Membantu Mengatasi
Kesulitan Guru-Guru SMP di Surabaya ............................................................................................................... 99
Muhajir1*), Nunuk Giari2, Marsudi3 .................................................................................................................. 99
Bimbingan dan Konseling Komprehensif bagi Konselor untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial ................... 109
Najlatun Naqiyah1*) ......................................................................................................................................... 109
Peningkatan Profesionalisme Guru – Guru SD di Daerah Tertinggal Melalui Pengembangan Peraga Matematika
Berbasis Bahan Lokal di Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur ............................................................... 115
Ninik Wahju Hidajati1*)................................................................................................................................... 115
Media Trainer Praktikum Untuk Penunjang Mata Kuliah Dasar Sistem Telekomunikasi Mahasiswa Teknik
Elektro FT-UNESA............................................................................................................................................. 123
Nurhayati1*), Eppy Yundra2............................................................................................................................. 123
Profil Mahasiswa Dalam Kegiatan Perkuliahan Model Sorogan-Bandongan Materi Mekanisme Reaksi Kimia
Organik ............................................................................................................................................................... 129
Rinaningsih1*), Suyatno2, Ismono3 .................................................................................................................. 129
Pendampingan Penyusunan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Bagi Guru Sekolah Dasar di Kabupaten
Bojonegoro .......................................................................................................................................................... 133
Rini Setianingsih1*), Manuharawati2, Abdul Haris Rosyidi3 ........................................................................... 133
Modul Sebagai Alat Bantu Siswa Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Soal Olimpiade Matematika Berbahasa
Inggris ................................................................................................................................................................. 139
Slamet Setiawan1*), Ahmad Munir2, Budi Priyo Prawoto3, Dian Rivia Himawati4......................................... 139
Maket Multimedia Interaktif untuk Menanamkan Penguasaan Konsep Lingkungan Sekolah Siswa Tunanetra 145
Sri Joeda .......................................................................................................................................................... 145
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Materi Listrik
Siswa Kelas VI SD-SMP Satu Atap Singosari Malang....................................................................................... 153
Titin Sunarti1*), Endang Susantini2, Beni Setiawan3 ....................................................................................... 153
Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Menggunakan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Membuat Busana Anak Siswa Kelas X SMKN 3 Pamekasan ................................................................ 157
Tri Mutmainnah1*), Fadlilah Indira Sari2 ......................................................................................................... 157
Pengembangan Terapi Holistik dalam Menangani Gangguan Sosial Emosional Siswa Sekolah Dasar ............. 165
Wiwik Widajati1*), Siti Mahmudah2 ................................................................................................................ 165
Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa SDN Jono I, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro Melalui
Kegiatan Pembiasaan Membaca Berjenjang ....................................................................................................... 173
Moh. Zamzuri.................................................................................................................................................. 173
Pengembangan Media Pembelajaran Teknik Pemesinan Berbantuan Komputer Yang Efektif Di SMK ........... 179
Yunus1*), Iskandar2 .......................................................................................................................................... 179
Respon Pembaca Pada Majalah Emerald Mahasiswa Jurusan Bahasan dan Sastra Inggris ............................... 187
Diana B.D.1, Mamik Tri Wedawati2*), Adama Damanhuri3 ............................................................................ 187
Pengembangan Instrumen Pengukuran Kadar Keguruan (Tingkat Kompetensi) Mahasiswa Calon Guru dan Guru
PJOK Indonesia .................................................................................................................................................. 193
Suroto1*) .......................................................................................................................................................... 193
Implementasi Model Index Card Match pada Mata Pelajaran Akuntansi ........................................................... 203
Rochmawati1*), Agung Listiadi2, Suci Rohayati3 ............................................................................................ 203

viii
Pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial Mata Pelajaran
Teknik Pemrograman Tav Kelas X SMK Negeri I Madiun
Ahsan Muzakki1*), Fulca Ugratara K.P.2
1
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, UNESA, Surabaya. Email: ahsanmuzakki@mhs.unesa.ac.id
2
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, UNESA, Surabaya. Email: fulcaugratara@mhs.unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: ahsanmuzakki@mhs.unesa.ac.id

ABSTRACT
Medium of learning developed in this study is the media Video Tutorial. Video Tutorial is a method of
transferring the knowledge transmitted or formed in the moving image format. Interest Video Tutorial Learning
Media development is to increase students' understanding of and interest in the subjects Programming Techniques
in SMK Negeri 1 Madiun, and so that teachers can teach more effective, efficient and enjoyable. The method used
is a research method Reaseach and Development. The data collected is data validation learning media, student
responses and test student learning outcomes. Validation of learning media used to obtain the feasibility of the
learning media. Student responses used to determine students' response to instructional media. The test is used to
determine the learning results obtained after the use of instructional media. From the research that has been done
obtained the following results. The results of the validation involving three Validator obtain the results of
85.5915%, so the validity of instructional media video tutorial included in the excellent category. The results of
students' response to media instructional video tutorial obtain the results of 83.7%, so it can be concluded media
instructional video tutorial to get a very good response from students. The results of the study conducted in this
study were taken from the two groups, without treatment and with treatment group. Without treatment group
gained an average yield - average 69.7, while the treatment group gained 75.7 result. After the t-test results
diperolehlah t-test and t-table -2.062 -1.70, thus consistent with the hypothesis that has been made, then declared
there are differences in learning outcomes between the groups without treatment and with treatment group.
Keywords: instructional media, video tutorials, research and development

ABSTRAK
Media pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini adalah media Video Tutorial. Video Tutorial
adalah metode pentransferan ilmu pengetahuan yang dikirimkan atau dibentuk dalam format gambar bergerak.
Tujuan pengembangan Media Pembelajaran Video Tutorial adalah untuk meningkatkan pemahaman dan minat
siswa pada mata pelajaran Teknik Pemrograman di SMK Negeri 1 Madiun, serta agar guru dapat mengajar
dengan lebih efektif, efisien dan menyenangkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
Reaseach and Development. Data yang dikumpulkan adalah data validasi media pembelajaran, respon siswa dan
tes hasil belajar siswa. Validasi media pembelajaran digunakan untuk memperoleh kelayakan dari media
pembelajaran tersebut. Respon siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap media pembelajaran.
Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang didapat setelah menggunakan media pembelajaran. Dari
penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut. Hasil validasi yang melibatkan tiga Validator
memperoleh hasil 85,5915%, sehingga kevalidan dari media pembelajaran video tutorial termasuk dalam kategori
sangat baik. Hasil respon siswa terhadap media pembelajaran video tutorial memperoleh hasil 83,7%, sehingga
dapat disimpulkan media pembelajaran video tutorial mendapatkan respon yang sangat baik dari para siswa.
Hasil belajar yang dilakukan dalam penelitian ini diambil dari dua kelompok, yaitu kelompok tanpa perlakuan
dan kelompok dengan perlakuan. Kelompok tanpa perlakuan memperoleh hasil rata–rata 69,7, sedangkan
kelompok dengan perlakuan memperoleh hasil 75,7. Setelah dilakukan uji-t maka diperoleh hasil t-hitung -2,062
dan t-tabel -1,70, sehingga sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat, maka dinyatakan terdapat perbedaan hasil
belajar antara kelompok tanpa perlakuan dan kelompok dengan perlakuan.
Kata kunci: media pembelajaran, video tutorial, penelitian dan pengembangan

1. PENDAHULUAN secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk


Pengembangan media pembelajaran adalah suatu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
hal yang sering dilakukan pada dunia pendidikan. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
Suatu inovasi memang suatu hal yang dibutuhkan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. bangsa dan negara.
Pentingnya pendidikan disebutkan dalam UU No. 20 Perkembangan teknologi yang terjadi di era global
tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan ini sangatlah pesat. Perkembangan teknologi juga
nasional[1] dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha banyak mempengaruhi manusia pada umumnya. Maka
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dari itu manusia pun juga dituntut untuk bisa mengikuti
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik perkembangannya. Perkembangan teknologi pun juga

1
merambah dunia pendidikan dalam bentuk berbagai dengan menggunakan Camtasia Studio dilakukan
macam media – media pendidikan, yang mana bisa dengan menggunakan fitur Camtasia Recorder yang
menunjang proses belajar siswa. akan merekam layar komputer, suara serta pointer dari
Masalah di lapangan yang kami dapatkan antara mouse yang digerakkan. Setelah perekaman selesai
lain: (1) adanya kesulitan dalam mempelajari materi maka hasil dari rekaman bisa langsung dijadikan file
Teknik Pemrograman, (2) intruksi pelajaran yang video ataupun di edit terlebih dahulu dengan Camtasia
kurang jelas, (3) bentuk pembelajaran yang masih Studio untuk memberikan efek lebih atau hanya untuk
dianggap sulit untuk dipahami, (4) tidak adanya media mengurangi atau menambah video hasil rekaman.
yang menunjang pembelajaran siswa khususnya Video Jenis file video yang dapat dihasilkan oleh software
Tutorial, (5) kebutuhan akan suasana pembelajaran Camtasia Studio adalah MP4, WMV, MOV dan AVI.
yang lebih efektif, efisien dan menyenangkan.
Dengan latar belakang yang sudah dipaparkan di 2. METODE
atas maka media pembelajaran Video Tutorial Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
diharapkan dapat mendukung pembelajaran yang ada ini adalah penelitian Reseach and Development
di SMK Negeri 1 Madiun. Media pembelajaran video (R&D). Metode penelitian Reseach and Development
tutorial adalah media pembelajaran yang adalah metode penelitian yang dilakukan untuk
menggunakan video sebagai media penunjang proses menghasilkan produk tertentu, yang kemudian
pembelajaran. Media video memiliki beberapa diujikan keefektifan produk tersebut[5]. Penelitian ini
kelebihan yaitu dapat menampilkan visual dan audio, menggunakan jenis penelitian Research and
menarik perhatian dan menghemat waktu[2] dalam Development karena penelitian ini menghasilkan
jurnalnya menyatakan: sebuah produk berupa media pembelajaran video
Marshall (2002) cites the conclusions of Wiman tutorial.
and Mierhenry (1969), extending Dale’s “Cone of Penelitian Pengembangan media pembelajaran
Experience,” that: people will generally remember: video tutorial Teknik Pemrograman akan dilaksanakan
10% of what they read, 20% of what they hear, 30% of di SMK Negeri 1 Madiun kelas X TAV 2.
what they see, 50% of what they hear and see. Penelitian Research and Development (R&D)
Dari kutipan diatas maka dapat diketahui dengan memiliki 10 langkah[5]. 10 langkah tersebut dimulai
melihat dan mendengar manusia lebih mudah dalam dari potensi dan masalah, pengumpulan data, desain
mengingat. Al Mamun[3] dalam jurnalnya juga produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk,
memaparkan: revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk,
It (video) makes the classroom interesting sampai produksi massal.
removing the monotony of the learners. Moreover, it
helps the learners to generate ideas for discussion. It
makes the class more interactive and effective.
Jadi, video dapat menjadikan kelas lebih menarik,
interaktif dan efektif. Sehingga dari beberapa
pemaparan ahli di atas digunakanlah media Video
Tutorial dalam penelitian ini.
Comisky dan McCartan[4] dalam penelitian
mereka yang berjudul “Video: An Effective Teaching
Aid? An Architectural Technologist’s” juga
menyebutkan bahwa 96% siswa memberikan respon
yang baik pada media pembelajaran video tutorial.
Dari pemaparan di atas maka dirumuskan beberapa
tujuan penelitian, yaitu (1) Mengetahui kelayakan
media pembelajaran video tutorial untuk mata
pembelajaran teknik pemrograman. (2) Mengetahui Gambar 1. Langkah – langkah penelitian R&D.
respon siswa SMK Negeri 1 Madiun terhadap video
tutorial mata pelajaran teknik pemrograman. (3) Dalam penelitian ini kesepuluh langkah tidak
Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang digunakan seluruhnya. Ini karena penelitian ini
menggunakan media pembelajaran Video Tutorial hanyalah penelitian terbatas dan tidak untuk
dengan yang tidak. diproduksi secara massal (produk yang dihasilkan
Pembuatan media pembelajaran video tutorial hanyalah contoh atau produk awal). Dengan itu
dilakukan dengan menggunakan software Camtasia tahapan penelitian ini diringkas menjadi tujuh tahap,
Studio. Software Camtasia Studio berfungsi untuk yaitu:
merekam layar komputer dengan bentuk video.
Camtasia Studio dipilih karena tidak hanya dapat
merekam layar komputer, tetapi dapat juga merekam
suara yang masuk seperti suara dari mikrofon, suara
keyboard ataupun suatu klik dari mouse. Perekaman

2
Variabel Sub Indikator
Variabel
4. Kesesuaian warna
dengan
background
Bahasa 1. Bahasa yang
digunakan pada
tampilan aplikasi
mudah dipahami
2. Tata bahasa sesuai
dengan EYD
3. Bahasa yang
digunakan
komunikatif
Gambar 2. Langkah – langkah penelitian yang
dilakukan.
Sedangkan kisi – kisi untuk respon siswa adalah
Uji coba pada kelas TAV 2 SMK Negeri 1 sebagai berikut :
Madiun, dilakukan dengan membagi menjadi kelas
Tabel 2. Kisi – kisi respon siswa.
tersebut menjadi dua kelompok, 1 kelompok
eksperimen dan 1 kelompok kontrol. Variabel Sub Indikator
Uji coba dilakukan dengan menerangkan bab Variabel
Looping dari mata pelajaran Teknik Pemrograman Respon Materi 1. Materi mudah
yang kemudian dilanjutkan dengan mengadakan tes siswa dipahami
praktikum di lab komputer. Setelah semuanya selesai terhadap 2. Bahasa yang
siswa diberi angket respon untuk melihat respon siswa media digunakan
terhadap media pembelajaran Video Tutorial. pembelajaran mudah
Teknik pengumpulan data untuk need assessment video tutorial dipahami
dilakukan dengan menggunakan wawancara kepada Ilustrasi 1. Tampilan
guru pengajar serta beberapa siswa kelas X TAV 2, Media video jelas
sedangkan teknik pengumpulan data untuk validasi 2. Kejelasan
media dan respon siswa digunkan angket validasi teks/huruf
media dan angket respon siswa, kemudian untuk hasil 3. Keserasian
belajar menggunakan tes praktikum. warna dengan
Dalam analisis data validasi media dan respon tampilan
siswa digunkan kisi – kisi penilaian yang terdiri dari background
beberapa indikator, kisi – kisi untuk validasi media 4. Kemudahan
adalah sebagai berikut : penggunaan
media
Tabel 1. Kisi – kisi validasi media. 5. Tampilan
Variabel Sub Indikator media menarik
Variabel Manfaat 1. Media
Materi & 1. Ketepatan isi materi menumbuhkan
Soal 2. Ketepatan soal minat siswa
latihan 2. Media
Media pembelajaran video tutorial

3. Langkah – langkah menigkatkan


dalam video materi pengetahuan
jelas siswa
4. Kemudahan untuk Sedangkan untuk hasil belajar akan dihitung
dimengerti dengan menggunakan uji-t (t-test), dengan diuji syarat
Instruksio 1. Pemakaian kosa terlebih dahulu. Uji syarat yang dilakukan adalah uji
nal Video kata benar normalitas dan uji homogenitas, untuk uji normalitas
2. Memberikan dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorof
bantuan belajar smirnov, dan unutk uji homogenitas digunakan uji
3. Kualitas suara baik levene.
Teknis 1. Keterbacaan
2. Mudah digunakan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Kualitas tampilan Media pembelajaran video tutorial divalidasi oleh
video baik 3 ahli. Hasil validasi media pembelajaran ini dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu: validasi aspek Materi dan
Soal, Teknis (desain), Intruksional video, dan Bahasa.

3
Hasil rata – rata validasi pada aspek Soal dan teks/huruf pada media pembelajaran video tutorial
Materi adalah 91,625%, jadi media pembelajaran sangat baik. Indikator kelima yang berisi keserasian
video tutorial pada aspek Materi dan Soal termasuk warna dengan tampilan background memperoleh hasil
dalam kategori sangat baik. Hasil rata – rata dari 79,2%, terdiri dari 25 siswa memberikan nilai 3 dan 5
validasi pada aspek Teknis (desain) adalah 85,375%, siswa memberikan nilai 4. Jadi dalam indikator ini
jadi media pembelajaran video tutorial pada aspek media pembelajaran video tutorial termasuk dalam
Teknis (desain) termasuk dalam kategori sangat baik. kategori sangat baik. Indikator keenam yaitu
Hasil rata – rata validasi pada aspek Instruksional kemudahan pengggunaan media memperoleh hasil
Video media pembelajaran video tutorial adalah respon sebesar 81,6%, terdiri dari 1 siswa memberikan
86,066%, jadi media pembelajaran video tutorial pada nilai 2, 20 siswa memberikan nilai 3 dan 9 siswa
aspek Instruksional Video dapat dimasukkan dalam memberikan nilai 4. Maka indikator ini termasuk
kategori sangat baik. Hasil rata – rata validasi pada dalam kategori sangat baik. Indikator ketujuh yaitu
aspek Bahasa media pembelajaran video tutorial tampilan media menarik memperoleh hasil respon
adalah 83,3%, jadi media pembelajaran video tutorial sebesar 85%, terdiri dari 2 siswa memberikan nilai 2,
pada aspek bahasa dapat dimasukkan dalam kategori 14 siswa memberikan nilai 3 dan 14 siswa memberikan
sangat baik. nilai 4. Sehingga pada indikator tampilan media
Dari keempat aspek yang divalidasi, yaitu aspek menarik media pembelajaran ini termasuk dalam
Materi dan Soal, Teknis, Instruksional Video dan kategori sangat baik. Indikator kedelapan yaitu media
Bahasa didapatkan rata – rata validasi dari seluruh menumbuhkan minat siswa memperoleh hasil 87,5%,
aspek sebesar 86,5915%. Dari rata – rata tersebut maka terdiri dari 4 siswa memberikan nilai 2, 7 siswa
media pembelajaran video tutorial dapat dinyatakan memberikan nilai 3 dan 19 siswa memberikan nilai 4.
dengan kategori sangat baik. Sehigga media pembelajaran ini pada indikator ini
termasuk dalam kategori baik sekali. Indikator
kesembilan yaitu media meningkatkan kemampuan
siswa memperoleh hasil 90%, yang terdiri dari 2 siswa
memberikan nilai 2, 8 siswa memberikan nilai 3 dan
20 siswa memberikan nilai 4. Sehingga pada indikator
ini media pembelajaran video tutorial termasuk dalam
kategori sangat baik
Dari keseluruhan indikator pada hasil respon
siswa didapat rata – rata hasil respon siswa terhadap
media pembelajran video tutorial sebesar 83,7%.
Gambar 3. Hasil perhitungan validasi media. Sehingga menurut rata – rata hasil respon media
pembelajaran video tutorial termasuk dalam kategori
Pengambilan respon siswa dilakukan di SMK sangat baik.
Negeri 1 Madiun. Respon dilakukan oleh 30 siswa Analisis dari hasil belajar siswa yang dilakukan,
kelas X AV2. Hasil respon diperoleh melalui lembar diketahui bahwa nilai rata-rata yang didapatkan kelas
respon yang diberikan kepada siswa setelah kegiatan yang tidak diberi perlakuan sebesar 69,7 sedangkan
pembelajaran selesai. kelas yang diberi perlakuan sebesar 75,7 dan setelah
Hasil respon siswa pada indikator pertama yaitu diberikan uji normalitas didapatkan nilai signifikansi
materi mudah dipahami memperoleh hasil 85,8%, kedua kelas (0,675 dan 0,985) > 0,05 sehingga dapat
yang terdiri dari 17 siswa memberikan nilai 3 dan 13 dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal. Uji
siswa memberikan nilai 4. Dari perolehan tersebut homogenitas juga dilakukan dan mendapatkan hasil
maka media pembelajaran video tutorial pada 0,657, karena hasil yang didapatkan > 0,05 maka
indikator materi mudah dipahami termasuk dalam dinyatakan kedua data homogen. Setelah dilakukan
kategori sangat baik. Pada indikator kedua, yaitu kedua uji syarat di atas dilakukan uji-t dengan hasil t-
bahasa yang digunakan mudah dipahami memperoleh hitung adalah 2,062 dengan standar defiasi 28.
hasil respon sebesar 80%, yang terdiri dari 1 siswa Sedangkan t-tabel untuk standar defiasi 28 pada taraf
memberikan nilai 2, 22 siswa memberikan nilai 3 dan signifikansi 0,05 adalah 1,70, maka dari itu jelas
7 siswa memberikan nilai 4. Sehingga respon siswa bahwa hasil uji-t terdapat pada penolakan H0, sehingga
pada indikator ini termasuk dalam kategori sangat H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil
baik. Indikator ketiga yaitu tampilan video jelas belajar antara siswa yang menggunakan media
memperoleh hasil respon 85%, terdiri dari 1 siswa pembelajaran video tutorial dengan siswa yang tidak
memberikan nilai 2, 16 siswa memberikan nilai 3 dan menggunakan media pembelajaran video tutorial.
13 siswa memberikan nilai 4. Dari hasil tersebut maka
indikator tampilan video jelas mendapatkan hasil 4. SIMPULAN DAN SARAN
respon sangat baik. Indikator keempat yaitu kejelasan Dari validasi media pembelajaran video tutorial
teks/huruf memperoleh hasil 79,2%, terdiri dari 3 yang dilakukan oleh 3 ahli yaitu 2 dosen dari
siswa memberikan nilai 2, 19 siswa memberikan nilai Universitas Negeri Surabaya dan 1 guru SMK Negeri 1
3 dan 8 siswa memberikan nilai 4. Sehingga kejelasan Madiun, didapat hasil validasi sebagai berikut. Dari

4
aspek Materi dan Soal mendapat hasil validasi sebesar 5. DAFTAR PUSTAKA
91,625%, dari aspek Teknis mendapat hasil sebesar [1]. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
85,375%, dari aspek Instruksional Video mendapat Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
86,066% dan dari aspek Bahasa mendapat nilai 83,3%. (2003).
Dari keseluruhan aspek yang divalidasi didapat rata – [2]. Sadiman, Arief S. R Rahardjo. Haryono, Anung. dan
rata sebesar 86,5915%, sehingga media pembelajaran Rahardjito. (2007). Media Pendidikan Pengertian,
video tutorial sesuai dengan hasil validasi termasuk Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT
dalam kategori sangat baik. Rajagrafindo Persada.
Respon siswa terhadap media pembelajaran video [3]. Al Mamun, Abdullah. (2014). Effectiveness of Audio-
tutorial dilakukan oleh 30 siswa. Siswa mengisi angket Visual Aids in Language Teaching in Tertiary Level.
respon siswa setelah seluruh kegiatan belajar mengajar Dhaka: BRAC University.
selesai dan setelah melihat dan mengamati media [4]. Comiskey, David. Mc Cartan, Kenny. (2011). Video: An
pembelajaran video tutorial. Dari penelitian yang telah Effective Teaching Aid? An Architectural
dilakukan didapat hasil respon dari 9 indikator sebesar Technologist’s Perspective. CEBE Transactions, Vol.
83,7%, sehingga respon siswa pada media 8, pp 25-40.
pembelajaran video tutorial termasuk dalam kategori [5]. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan
sangat baik. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Dalam pengujian hasil belajar siswa pada penelitian Bandung: Alfabeta, hlm. 407, 409.
ini sesuai dengan dengan Kompetensi Dasar yang
diambil maka pengambilan hasil belajar siswa
dilakukan dengan melakukan uji praktikum. Pada
pengujian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok
yang diberi perlakuan dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan. Dari hasil yang didapat, kelompok yang
tidak diberi perlakuan mendapat rata – rata nilai sebesar
69,7 dan kelompok yang diberi perlakuan sebesar 75,7.
Setelah melakukan uji syarat dan uji-t didapatlah hasil
t-hitung sebesar -2,062 dengan standar deviasi 28 dan
t-hitung 1,70, sehingga didapat hasil hipotesis dengan
penerimaan H1 dan penerimaan H0, itu berarti terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang tidak
menggunakan media pembelajaran video tutorial
dengan siswa yang menggunakan media pembelajaran
video tutorial.
Saran kami agar media pembelajaran ini digunkan
sebaik – baiknya sehingga dapat membantu kegiatan
belajar mengajar guru, sehingga mengurangi beban
yang ditanggung oleh guru serta dapat meningkatkan
tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa. Dan agar
penelitian ini dilanjutkan lagi sehingga menjadi lebih
baik, dan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

5
6
Project Based Learning dalam Pembelajaran Materi Application
Letter and Job Interview untuk Mendukung Daya Saing Mahasiswa
Arik Susanti1*), Anis Trisusana2
1
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, UNESA, Surabaya. Email: ariksusanti@unesa.ac.id
2
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, UNESA, Surabaya. Email: anistrisusana@unesa.ac.id
*)Alamat korespondensi: Email: ariksusanti@unesa.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this study was to describe the process of teaching learning using Project-Based Learning in
the material Job Application Letter and Job Interview. When the PBL was implemented, the students worked in
group to find job vacancy in the internet, magazine or newspaper, writing job application letter and conducting
job interview. After they have finished, they presented and the teachers gave comments and suggestions. The results
showed that PBL model was an effective way to be implemented in the process of teaching learning since it could
encourage the students to increase their creativity, innovation, and critical thinking. Moreover, it could increase
the students’ communication competence since they were used to deliver their ideas, arguments and opinion within
the group. In short, the use of PBL can create the quality of human resources that are able to face and compete in
the ASIAN Economic Society.
Key Words: creative, life skills, students’ performance

ABSTRAK
Tujuan penulisan artikel ini adalah menggambarkan proses belajar mengajar Project Based Learning dengan
tema Job Interview and Job Application Letter. Dengan menggunakan model PBL, mahasiswa secara
berkelompok mencari lowongan pekerjaan, membuat surat lamaran kerja dan melaksanakan wawancara kerja.
Setelah selesai mengerjakan projek yang telah ditentukan, mereka kemudian mempresentasikan hasilnya di depan
kelas. Pengajar bertugas untuk memimpin diskusi dan memberikan saran atau komentar hasil projek mahasiswa
yang telah dikerjakan. Penggunaan PBL dapat memotivasi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan kreatif
dan inovatif serta kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Selain itu, kemampuan berkomunikasi mahasiswa juga
mengalami peningkatan. Mahasiswa menjadi terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya jika mereka
mempunyai pendapat yang berbeda. Disimpulkan bahwa model PBL dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas sehingga mereka mempunyai kesiapan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Kata kunci: kreatif, Life skills, kemampuan kinerja

1. PENDAHULUAN kemandirian menuju sikap dan tindakan kreatif dan


Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN inovatif. Dengan memiliki semangat dan karakter
(ASEAN Economic Community) dibutuhkan sumber tersebut maka akan terjadi perubahan yaitu generasi
daya manusia yang memiliki kompetensi yang muda siap untuk menghadapi persaingan bebas
mumpuni agar dapat bertahan dalam iklim kompetisi khususnya menghadapi MEA. Mereka diharapkan
akhir-akhir ini. Tantangan ini harus segera direspon mampu menerapkan karkater tersebut sehingga
oleh segenap lapisan masyarakat agar masyarakat mereka mampu bersaing secara efektif.
mempunyai kesiapan dalam menghadapi masyarakat Untuk itu dibutuhkan strategi yang dapat
ekonomi ASEAN. Untuk itu sumber daya manusia mendorong mahasiswa untuk memiliki sikap mental
perlu ditingkatkan melalui berbagai macam yang mandiri, kraetif, inovatif, bertanggung jawab dan
ketrampilan baru dan kompetensi yang kompetitif. tidak mudah menyerah[2]. Salah satu strategi yang
Perguruan tinggi sebagai ujung tombak daya saing digunakan adalah menggunakan model pembelajaran
bangsa serta merupakan masyarakat berbasis berbasis proyek (Project Based Learning) pada mata
pengetahuan sudah selayaknya memberdayakan kuliah English Correspondence dengan tema menulis
generasi muda agar memiliki pola pikir kreatif dan surat lamaran kerja (Job Application Letter) dan job
inovatif dalam rangka memanfaatkan sumber daya Interview. Model pembelajaran berbasis proyek
yang ada. Diasumsikan bahwa bahwa setiap terbukti mampu meningkatkan prestasi akademik
mahasiswa pasti memiliki daya tetapi terkadang siswa atau mahasiswa[3]. Hasil penelitian
mahasiswa tersebut kurang menyadarinya, atau menunjukkan bahwa siswa mampu melakukan
bahkan belum menyadarinya. Untuk itu, daya dan pameran sejarah sehingga siswa tidak hanya
kompetensi mahasiswa harus terus digali dan meningkatkan kemampuan akaedmik tetapi juga
dikembangkan[1]. Dijelaskan bahwa pemberdayaan mampu meningkatkan kemampuan interpersonal dan
adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara intra personal. Ini berarti model PBL tidak hanya dapat
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan meningkatkan hasil belajar, kemampuan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya berkomunikasi serta mampu mengembangkan sikap
untuk mengembangkannya dengan dilandasi proses membuat keputusan. Selanjutnya, model PBL juga

7
dapat meningkatkan prestasi akademik mahasiswa, Untuk menumbuhkan dan mengembangkan
pembelajaran berbasis proyek terbukti memberikan kemampuan berpikir kreatif, inovatif dan mandiri
hasil yang memuaskan terhadap hasil belajar siswa, maka diperlukan pembelajaran Project Based
yang mencakup akademik maupun sikap[4]. Learning[9] karena dalam pembelajaran PBL
Pembelajaran berbasis proyek tidak hanya memiliki mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
dampak positif terhadap prestasi dan sikap siswa
dalam penerapan pembelajaran bahasa Inggris tetapi
juga dapat memotivasi mahasiswa untuk
menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata (sehari-
hari). Pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan
sebagai pembelajaran yang berpusat pada proses,
relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit
pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-
konsep dari sejumlah komponen baik itu pengetahuan,
disiplin ilmu atau lapangan[5]. Gambar 1. Langkah-langkah Operasional
Berpijak dari hasil penelitian diatas maka Pembelajaran Berbasis Proyek
pembelajaran English Correspondence dengan tema
Job Application Letter dan Job Interview Berikut ini dijelaskan langkah-langkah pembelajaran
dikembangkan dengan model pembelajaran Project berbasis proyek:
Based Learning (PBL). Dijelaskan bahwa (1) penentuan pertanyaan mendasar (start with the
pembelajaran Project Based Learning adalah metoda essenal question); pembelajaran dimulai dengan
pembelajaran yang menggunakan proyek sehingga pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
peserta didik akan melakukan eksplorasi, penilaian, memberi penugasan peserta didik dalam melakukan
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar[6]. Model realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
PBL merupakan model belajar yang menggunakan investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan yang diangkat relevan untuk para mahasiswa, (2)
dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan mendesain perencanaan proyek (design a plan for the
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. project); Perencanaan dilakukan secara kolaboratif
Farida Musa[7] juga mendefinisikan bahwa model antara pengajar dengan mahasiswa, dengan demikian
pembelajaran PBL adalah suatu pendekatan yang mahasiswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas
menggunakan pembelajaran yang aktif dan inovatif proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
bagi siswa karena model pembelajaran PBL dapat main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
memotivasi mahasiswa untuk belajar secara mandiri dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
dan berkelompok untuk menghasilkan sebuah produk. mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin,
Model pembelajaran PBL juga menekankan proses serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang untuk membantu penyelesaian proyek, (3) menyusun
kompleks[8]. Fokus pembelajaran PBL terletak pada jadwal (create a schedule); pengajar dan mahasiswa
konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
disiplin studi, melibatkan siswa dalam investigasi menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara
pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas lain; (a) membuat timeline untuk menyelesaikan
bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa proyek, (b) membuat deadline penyelesaian proyek,
bekerja secara mandiri untuk mengkonstruksi (c) membawa mahasiswa agar merencanakan cara
pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya yang baru, (d) membimbing mahasiswa saat mereka
menghasilkan produk nyata. menggunakan cara yang tidak berhubungan dengan
proyek, dan (e) meminta mahasiswa untuk membuat
Penggunaan model PBL dapat memotivasi
penjelasan (reasoning) tentang pemilihan suatu cara,
mahasiswa untuk menggunakan kemampuan
(4) memonitor siswa dan kemajuan proyek (monitor
berbahasa dalam bidang akademik maupun
the students and the progress of the project); pengajar
professional serta mampu mengimplementasikan
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap
dalam dunia nyata. Pembelajaran dengan model PBL
aktivitas mahasiswa selama menyelesaikan proyek.
juga dapatmengubah lingkungan belajar dan situasi
Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi
kelas. Lingkungan belajar di kelas tidak lagi diatur
mahasiswa pada setiap proses. Dengan kata lain
oleh mata kuliah yang kaku, tetapi dikuasai oleh mata
pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas
kuliah yang saling berhubungan dan membantu. Para
siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
mahasiswa belajar untuk mengembangkan
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan
keterampilannya sesuai dengan tujuan pembelajaran.
aktivitas yang penting, (5) presentasi hasil (present the
Selain itu, pembelajaran model PBL juga dapat
outcome); mahasiswa melakukan presentasi atas
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai
proyek yang telah mereka lakukan, mahasiswa yang
macam keterampilan untuk memecahkan masalah.
lain memberikan umpan balik atas hasil yang telah
dicapai. (6) mengevaluasi pengalaman (evaluate the

8
experience); pada akhir proses pembelajaran, mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan
pengajardan siswa melakukan refleksi terhadap orang lain.
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Tentu saja, hal ini sejalan dengan konsep
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun Kurikulum KKNI yang menghendaki setiap jurusan
kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk dapat memberikan kompetensi kepada peserta didik
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama yang mereka hasilkan. Dengan kata lain output yang
menyelesaikan proyek. Pengajardan siswa dihasilkan oleh suatu prodi dapat diserap oleh stake
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki holders.
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada Berdasarkan uraian di atas, artikel ini akan
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) menjelaskan bagaimana penerapan pembelajaran
untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada English Correspondence dengan model Project Based
tahap pertama pembelajaran[4]. Learning pada tema Job Application Letter dan Job
Dengan demikian, penggunaan model Interview.
pembelajaran PBL menjadi lebihbermakna bagi
mahasiswa karena pembelajaran ini lebih membangun. 2. METODE PENELITIAN
Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan
kegiatan pembelajaran diawali dengan upaya yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana
pengajardalam mengorganisasikan pikiran mahasiswa proses pembelajaran English Correspondence dengan
pada awal perkuliahan melalui serangkaian pertanyaan tema Job Application Letter dan Job Interview
yang dapat memotivasi mahasiswa untuk mampu berbasis model PBL diterapkan. Subjek penelitian ini
merumuskan sendiri masalah esensial yang akan adalah mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris
dipecahkan secara induktif melalui investigasi proyek. yang mengambil mata kuliah English Correspondence
Selama proses mencari jawaban atau memecahkan dan berjumlah 24 mahasiswa. Instrumen yang
masalah, peran pengajar tetap dan masih diharapkan digunakan adalah lembar observasi yang digunakan
agar kinerja mahasiswa lebih terarah sesuai indikator untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran
yang diinginkan. Untuk itu PBL menjadi salah satu tersebut dapat terlaksana sehingga data yang
pilihan untuk diterapkan. Hal ini relevan dengan ciri diperooleh dalam bentuk angka dan tulisan yang
khas pembelajaran bahasa dalam upaya kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan
menerapkan/mengimplementasikan bahasa dalam proses pelaksanaan pembelajarannya.
kehidupan nyata serta membangun dan menemukan
jawaban atas sebuah permasalahan, yang sekaligus 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
menjadikan temuannya sebagai karya/produk nyata. 3.1 Hasil Penelitian
Pembelajaran dengan pendekatan ini bertujuan untuk Berikut ini dipaparkan hasil penelitian tentang proses
mengaktifkan siswa sehingga kreativitas dan pelaksanaan pembelajaran English Correspondence
aktivitasnya menjadi lebih terarah. Selain itu dengan tema Job Application Letter dan Job Interview
pembelajaran dengan pendekatan Project Based berbasis model PBL.
Learning akan meningkatkan kemampuan hidup (life
skills) mahasiswa ketika mereka terjun dimasyarakat. Tabel 1. Pengamatan pengelolaan pembelajaran
Life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan No Aspek yang diamati Skor
kecakapan yang sangat penting dimiliki seseorang I Kegiatan Pendahuluan
sehingga mereka dapat hidup mandiri. Kecakapan ini a. Mempersiapkan dan membuka perkuliahan 4
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4
dapat membantu peserta didik belajar bagaimana
c. Memotivasi mahasiswa 4
memelihara tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya sendiri
dan mencapai tujuan di dalam kehidupannya. Ada 3 d. Menginformasikan metode pembelajaran yang 4
digunakan
ketrampilan yang dikembangkan sebagai berikut:
a. Ketrampilan dasar yaitu ketrampilan II KEGIATAN INTI ( 80 Menit )
berkomunikasi lisan, membaca, penguasaan a Mengajukan pertanyaan pembuka kepada 4
dasar-dasar berhitung, ketrampilan menulis. mahasiswa untuk memulai pembelajaran.
b. Ketrampilan berfikir tingkat tinggi yaitu b Pengajar mengidentifikasi masalah untuk 4
ketrampilan pemecahan masalah, ketrampilan melihat respon mahasiswa untuk setiap tujuan
pembelajaran.
belajar, ketrampilan berfikir kreatif dan c Pengajar membagi kelas menjadi beberapa 4
inovatif, ketrampilan membuat keputusan. kelompok kecil untuk menciptakan produk
c. Karakter dan ketrampilan afektif yaitu /proyek pada sesuai dengan tujuan
tanggung jawab, sikap positif terhadap pembelajaran
d Pengajar membimbing kelompok bekerja dan 4
pekerjaan, jujur, hati-hati, teliti dan efisien, belajar untuk menyiapkan produk yang
hubungan antar pribadi, kerjasama dan bekerja dihasilkan, untuk memperoleh pengetahuan
dalam tim, percaya diri danmemiliki sikap lebih lengkap dari proses pemecahan masalah,
positif terhadap diri sendiri, penyesuaian diri berpikir kreatif dan inovatif pada setiap tujuan
pembelajaran untuk menghasilkan proyek
dan fleksibel, penuh antusias dan motivasi, e Mahasiswa mempresentasikan produk yang 4
dihasilkanpada tiap tujuan pembelajaran yang
ditentukan, sebagai bahan diskusi kelas, yang

9
No Aspek yang diamati Skor 3.2 Pembahasan
sebelumnya didiskusikan dalam kelompok Untuk dapat melaksanakan pembelajaran
belajar masing-masing.
f Pengajar memimpin jalannya diskusi kelas 4 English Correspondence dengan model Project based
secara terpimpin. Mahasiswa mencatat berbagai Learning maka seorang pengajar atau pengajar harus
saran atau masukan atas produk yang telah melalui tahapan atau fase[4]. Pada kegiatan awal,
dihasilkan. seorang pengajar harus menjelaskan tujuan
III PENUTUP pembelajaran, model pembelajaran PBL dan proyek
a. Pengajar memberikan penyimpulan dan 3 yang harus diselesaikan oleh mahasiswa, yaitu
penekanan terhadap perolehan pemahaman membuat Job Application Letter and Job Interview.
yang harus dikuasai mahasiswa Selain itu, pengajar juga memotivasi mahasiswa
b. Pengajar menutup perkuliahan disertai dengan 4 dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut: What
penjelasan kegiatan tambahan sebagai tugas
terstruktur kepada mahasiswa untuk dikerjakan will you do after you graduate from this University?
secara kelompok. How do you get the information of job vacancy? Can
you mention parts of job application letter?
IV PENGELOLAAN WAKTU dan KBM
a. Waktu sesuai dengan alokasi 4 Setelah itu, mahasiswa mulai mencari job vacancy
b. PBM Menampakkan ciri model PBL 4 di internet, majalah, atau suurat kabar secara
V SUASANA KELAS berkelompok. Kemudian mulai menyusun job
a. Mahasiswa antusias 4 application letter dan Curriculum Vitae (CV). Ini
Pengajar antusias 1. 4
Total skor 63 adalah contoh Job Application Letter dan Curriculum
Vitae yang telah disusun oleh mahasiswa.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan
bahwa pelaksanaan pembelajaran English
Correspondence dengan tema Job Application Letter
and Job Interview untuk setiap butir aktivitas
berkategori baik karena rata-rata mendapat nilai 4.
Namun demikian, masih ada beberapa aktivitas yang
mendapat nilai cukup baik yaitu untuk penyimpulan
dan penekanan terhadap pemerolehan pemahaman
yang harus dikuasi oleh mahasiswa. Pembelajaran
English Correspondence yang telah dilakukan
membuat mahasiswa dan dosen lebih antusias. Selain
itu, pembelajaran yang telah dilaksanakan juga
membuat mahasiswa lebih aktif untuk belajar karena
pembelajaran lebih cenderung berpusat pada
mahasiswa.

Gambar 2. surat lamaran kerja

Setelah itu, mahasiswa secara berkelompok


membuat job interview. Job Interview yang dibuat
dengan cara membuat video recording. Dengan
membuat job interview mereka belajar secara nyata
dan dapat mengurangi tingkat kecemasan mereka.
Tentu saja, ini dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi mahasiswa. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Kamdi[9] yang menyatakan bahwa model
PBL melibatkan mahasiswa dalam investigasi
pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa
bekerja secara mandiri untuk mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya
menghasilkan produk nyata.

10
5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Doppelt, Y., (2003). Implementation and
Assessment of Project-Based Learning in a Flexible
Environment, pp. 255–272.
[2]. Efstratia, D., (2014). Experiential Education
through Project Based Learning. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, Vol. 152, pp. 1256–1260.
[3]. Ergül, N. R., & Kargın, E. K., (2014). The Effect of
Project based Learning on Students’ Science
Success. Procedia-Social and Behavioral Sciences,
Vol. 136, pp. 537–541.
[4]. Grant, M. M., & Branch, R. M., (2005). Project-Based
Learning In a Middle School: Tracing Abilities
Through The Artifacts of Learning, Vol. 5191, pp.
65–98.
[5]. Lasauskiene, J., & Rauduvaite, A., (2015). Project-
Based Learning at University: Teaching
Experiences of Lecturers. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, Vol. 197, pp. 788–792.
[6]. Musa, F., Mufti, N., Latiff, R. A., & Amin, M. M.,
(2011). Project-based Learning: Promoting
Gambar 3. Daftar riwayat hidup Meaningful Language Learning for Workplace
Skills. Procedia-Social and Behavioral Sciences,Vol.
Setelah itu, mahasiswa mempresentasikan 18, pp. 187–195.
atau mendemonstrasikan setiap produknya kepada [7]. Wang, B. T., Teng, C. W., & Lin, Y. H., (2015). Let‘s
kelompok lain, sedangkan pengajar memberi Go Traveling – Project-Based Learning in a
penilaian, saran atau masukkan pada hasil atau produk Taiwanese Classroom, Vol. 5, No. 2, pp. 84–88.
dari masing-masing kelompok. Hasil masukan dan [8]. Susanti, Arik dan Trisusana, Anis, (2014).
penilaian dosen dijadikan dasar untuk melakukan Pengembangan Modul pembelajaran English
revisi atas proyek yang sudah dibuat. Langkah terakhir Correspondence berbasis ICT untuk
adalah mengumpulkan proyek tersebut kepada dosen. Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa
Jurusan Bahasa Inggris. Surabaya: Laporan
4. SIMPULAN DAN SARAN penelitian LPPM: Tidak dipublikasikan
Disimpulkan bahwa model pembelajaran [9]. Kamdi, Waras, (2008). Project-Based Learning:
dengan PBL dapat menarik dan minat mahasiswa Pendekatan Pembelajaran Inovatif. Makalah.
untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil Disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar
belajar mereka. Selain itu, pembelajaran juga menjadi Pengajar SMP dan SMA Kota Tarakan, 31 Oktober
lebih menarik serta dapat membantu mahasiswa untuk s.d. 2 November 2008.Universitas Negeri Malang.
berpikir kreatif dan inovatif.Kemampuan kreativitas [10]. Susanti.Arik and Trisusana.Anis, (2014). Improving
ini sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan Student Motivation through ICT-based Module for
zaman. Proses pembelajaran dengan PBL tidak hanya English Correspondence. Makalah. Disajikan dalam
menekankan pada aspek kognitif tetapi juga International Conference & Language Festival tanggal
menekankan pada asppek psikomotorik dan sikap. 12-13 Desember 2014 di Pusat Bahasa UNESA
Mahasiswa belajar untuk menunjukkan kemampuan Surabaya.
kinerja sesuai dengan topik yang diperolehnya.Mereka
bekerja keras serta bertanggung jawab untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Disarankan setiap
pengajar menggunakan proses pembelajarn yang
menarik dan inovatif, khususnya PBL untuk
menumbuhkan jiwa kreatif dan imajinatif. Proses
pembelajaran juga menjadi lebih efektif dan efisien
daripada penggunaan metode ceramah.

11
12
Penerapan Pelatihan Siaga Bencana dalam Meningkatkan Hard Skill
dan Soft Skill Siswa SDN Satak 1 Kabupaten Kediri
Asnawi1*), Supriyono2
1.
Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Surabaya Email: asnawi_unesa@yahoo.co.id.
2.
Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. Email: supriyono1@unesa.ac.id
*) Alamat korespondensi: Email: asnawi_unesa@yahoo.co.id

ABSTRACT
The attitude of disaster awareness, especially for the schools needs to be done early. Isolation of the area and
the lack of public knowledge of the school to the knowledge of the disaster became a major contributor to many
victims due to volcanic eruptions. The school is the transformation of scientific media are most effective in
absorbing and applying knowledge about natural disasters. Similarly coaching hard skills and soft skills in schools
was conducted simultaneously and balanced through learning in class, this is in accordance with the
recommendation of K-13. Therefore the aim of this study was to describe the effect on the value of disaster
preparedness training hard skills and soft skills of students as a conscious effort to improve the attitude of the
disaster. The research method is done by surveys, questionnaires and simulation. In this study, involved as many
as 35 students from elementary class V. The results show (74.2%) students have a good hard skill to the
understanding and mitigation of the volcanic eruptions. Likewise with disaster preparedness training can give a
positive value to be soft skills (87.9%) students will their responsiveness in the face of volcanic eruptions that
occurred.
Key Words: training, disaster preparedness, hard and soft-skills students

ABSTRAK
Sikap sadar bencana khususnya bagi masyarakat sekolah perlu dilakukan sejak dini. Terisolasinya daerah
serta minimnya pengetahuan masyarakat sekolah terhadap pengetahuan tentang kebencanaan menjadi faktor
utama timbulnya banyak korban akibat bencana gunung berapi. Sekolah merupakan media transformasi ilmu
pengetahuan yang paling efektif dalam menyerap dan mengaplikasikan pengetahuan tentang bencana alam.
Demikian halnya pembinaan hard skill dan soft skill disekolah dilaksanakan secara bersamaan dan seimbang
melalui pembelajaran dikelas, hal ini sesuai dengan anjuran K-13. Oleh karena itu tujuan kajian ini adalah untuk
mendiskripsikan pengaruh pelatihan siaga bencana terhadap nilai hard skill dan soft skill siswa sebagai upaya
meningkatkan sikap sadar bencana. Metode penelitian dilakukan dengan survey, kuisioner dan simulasi. Dalam
penelitian ini, dilibatkan sebanyak 35 siswa SD kelas V. Hasil penelitian menunjukkan (74.2%) siswa memiliki
hard skill yang baik terhadap pemahaman serta mitigasinya terhadap bencana gunung berapi. Demikian halnya
dengan pelatihan siaga bencana dapat memberikan nilai positif akan soft skill (87.9%) siswa akan sikap tanggap
mereka dalam menghadapi bencana gunung berapi yang terjadi.
Kata kunci: pelatihan, siaga bencana, hard dan soft-skill siswa

1. PENDAHULUAN Ketidaktahuan masyarakat tentang bencana


dan bagaimana cara bertindak dapat diatasi dengan
Kepulauan Indonesia terletak di pertemuan
beberapa sumber belajar yang diperoleh baik dari
dua lempeng tektonik dunia dan dipengaruhi oleh 3
media cetak atau elektronik. Sumber informasi dari
gerakan, yaitu Gerakan Sistem Sunda di bagian barat,
kebencanaan juga dapat dipelajari dengan sendirinya,
Gerakan Sistem pinggiran Asia Timur dan Gerakan
baik melalui pendidikan formal atau informal
Sirkum Australia[1]. Hal itu membuat Indonesia rawan
(pelatihan), hal ini dilakukan untuk meningkatkan hard
gempa bumi dan letusan gunung api karena
dan soft skill siswa terhadap bencana yang terjadi
mempunyai banyak gunung api aktif. Konsekuensi
sebagai upaya mereka untuk sikap tanggap bencana di
logis yang akan kita terima dari bencana letusan
daerahnya. Harapan dari pelatihan siaga bencana ini
gunung berapi adalah terjadi kedaruratan di berbagai
bisa memberikan kontribusi yang positif terkait
aspek kehidupan antara lain lumpuhnya pemerintahan,
banyaknya korban jiwa dalam setiap bencana di
rusaknya fasilitas pendidikan, terganggunya sistem
Indonesia, hal ini pula yang mendorong peneliti untuk
komunikasi dan transportasi, lumpuhnya pelayanan
segera menerapkan pendidikan kebencanaan di usia
umum. Disamping itu bencana letusan gunung api juga
SD.
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, hilangnya harta
benda. Banyaknya korban jiwa pada setiap bencana Tanpa pendidikan kebencanaan, anak-anak akan
alam pada umumnya disebabkan karena ketidak tercerabut dari lingkungannya dan korban akan terus
tahuan masyarakat tentang bencana dan bagaimana berjatuhan. Masyarakat khususnya siswa SD harus
cara bertindak ketika terjadi bencana [2]. disadarkan bahwa mereka hidup di lingkungan alam
yang rawan bencana alam, seperti gempa, letusan

13
gunung api, tsunami, dan tanah longsor. Cara paling bagi anak-anak sekolah (SD) utamanya di wilayah
efektif untuk menyadarkan itu adalah melalui Desa Laharpang Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri
pendidikan sejak usia dini. Anak-anak termasuk usia yang memiliki potensi bencana yang paling besar saat
yang paling rentan saat terjadi bencana. Anak-anak gunung kelud meletus.
usia SD memiliki kemampuan yang terbatas untuk
mengontrol dan mempersiapkan diri mereka saat
terjadinya bencana. Disamping itu rendahnya 2. KAJIAN PUSTAKA
pemahaman tentang resiko-resiko yang ada 2.1. Pentingnya Pendidikan Kebencanaan Pada
disekeliling mereka, yang berakibat tidak adanya Masyarakat Sekolah
kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi bencana. Kegiatan pendidikan kebencanaan di Indonesia
sebagaimana dimandatkan oleh Undang-undang No.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana harus
korban jiwa dan kehilangan setiap tahun diperkirakan
terintegrasi ke dalam program pembangunan,
sekitar 66 juta anak diseluruh dunia terkena dampak
termasuk dalam sektor pendidikan. Demikian halnya
bencana. Sementara itu, jutaan anak-anak yang
menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
selamat dari bencana, baik itu bencana alam atau
No. 23 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan
bencana yang disebabkan oleh manusia, kehilangan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
rumah dan orang-orang yang dicintai. Mereka juga
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
menderita luka-luka, mengalami kekerasan dan trauma
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
psikologis [3].
kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri,
Upaya guna mengurangi tingkat potensi resiko kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
bencana dapat dilakukan dengan berbagai upaya keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
terkait mitigasi dan sikap sadar bencana khususnya bangsa, dan Negara [4].
bagi anak-anak SD. Oleh karenanya perlu dilakukan Sebagai masyarakat yang bergerak dibidang
kajian tentang kerentanan bencana dan upaya mitigasi pendidikan/sekolah memiliki peranan yang penting
serta sikap sadar bencana di Indonesia. Oleh karena itu akan pendidikan kebencanaan pada siswa-siswa atau
pelatihan siaga bencana sebagai implementasi masyarakat sekolah. Perlu diperkenakan materi-materi
penggunaan modul dilakukan untuk membangun sikap kebencanaan sebagai bagian aktifitas dalam
sadar bencana bagi siswa SD di daerah dampak pembelajaran dikelas. Upaya untuk meningkatkan
bencana. Seperti kita ketahui usia anak SD memiliki kesadaran adanya pendidikan kebencanaan
tingkat resiko yang lebih besar jika dibandingkan masyarakat sekolah seharusnya dilaksakanakan
dengan orang dewasa. Mereka bergantung pada orang dengan baik sebagai penentu kebijakan pemerintah
yang lebih tua/dewasa untuk berbagai perlindungan dalam bidang pendidikan khususnya baik di pusat
dan dukungan terutama dalam situasi bencana. Hal ini maupun daerah. Dengan harapan pada seluruh
diakibatkan tingkat juga perkembangan kognitif anak tingkatan yang ada pada masyarakat sekolah memiliki
usia SD, dimana rasa kecemasan dan ketakutan saat pemahaman yang sama akan pentingnya pendidikan
terjadinya bencana sangat rendah. Hal ini sesuai kebencanaan tersebut.
dengan penelitian yang dilakukan Herdwiyanti dkk.[3], Pendidikan kebencanaan secara umum
mengenai perbedaan kesiapsiagaan dalam menghadapi bertujuan untuk mengembangkan sikap tanggap
bencana ditinjau dari tingkat self-efficacy anak usia bencana. Dengan berbagai materi, peserta didik dalam
SD di daerah bencana akan memberikan effect size hal ini siswa sekolah/masyarakat sekolah diajak untuk
yang kecil. sama-sama memahami besarnya potensi bencana
Semestinya ketika siswa belajar soal gunung masing-masing wilayah dan kemungkinan waktu
berapi, mestinya guru memberikan pemahaman yang terjadinya. Peserta didik juga diajarkan cara
mendalam, termasuk juga bagaimana mengantisipasi menyelamatkan diri sendiri dan dan membantu orang
jika gunung meletus dan bagaimana membantu lain saat bencana terjadi. Selain itu, diberikan pula
pascabencana. Demikian halnya terkait dengan materi kesiapan mental untuk bertahan dalam kondisi
kurikulum di Indonesia seharusnya diimplementasikan bencana.
dalam materi pelajaran yang dekat dengan lingkungan Pendidikan kebencanaan dapat dilaksanakan
peserta didiknya. Pendidikan di Indonesia seharusnya melalui berbagai jenis pendidikan, baik formal,
mengajarkan anak-anak didik untuk hidup harmonis nonformal, maupun informal. Pendidikan
bersama alam. Dengan pengetahuan lingkungan yang kebencanaan secara formal dapat dilaksanakan secara
kuat, anak-anak akan mampu memanfaatkan potensi terintegrasi ke dalam muatan kurikulum atau menjadi
alam untuk kesejahteraan serta menjaga alam sebaik- mata pelajaran sendiri yaitu muatan lokal.
baiknya guna mencegah terjadinya bencana atau Penyelenggaraan pendidikan kebencanaan disesuaikan
kerugian yang lebih besar dari fenomena alam. dengan dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, maupun daerah. Pelaksanaannya dapat bermitra
dipandang perlu adanya sebuah kegiatan bersama dengan berbagai unit atau para pihak terkait sehingga
dengan pemerintah serta dinas terkait untuk tujuan dari pendidikan ini dapat tercapai secara
merumuskan suatu kebijakan bagi pemerintah kota optimal [4].
guna meningkatkan sikap tanggap dan sadar bencana

14
2.2 Peranan Lembaga Pendidikan/Sekolah dalam dimaknai sebagai keterampilan yang digunakan dalam
Pendidikan Kebencanaan berhubungan serta bekerjasama dengan orang lain
Peran lembaga pendidikan atau sekolah dalam menangani permasalahan bencana.
merupakan tempat atau wahana yang strategis untuk Keterampilan-keterampilan yang dimasukkan
pengembangan potensi peserta didik dalam hal dalam kategori soft skills bagi masyarakat khususnya
pendidikan kebencanaan. Dalam lingkungan sekolah, bagi masyarakat sekolah dalam menangani bencana
peserta didik beraktivitas melalui proses pelayanan adalah :a) Inisiatif siswa selaku masyarakat sekolah
pedagogis untuk pengembangan berbagai dalam menanggulangi dan mencegah terjadinya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. bencana b). Memotivasi warga/masyarakat sekolah
Oleh karena itu, sekolah harus menjadi lingkungan untuk melakukan sikap taggap sadar bencana c).
yang menyenangkan, nyaman, dan aman untuk belajar Memiliki etika yang baik untuk warga/masyarakat
bagi seluruh peserta didik, Kepala sekolah, guru, sekolah dalam berbagai hal terkait dengan bencana d).
pegawai administrasi dan tenaga kependidikan Dapat bekerja sama dengan tim dalam menangani
lainnya. Berkenaan dengan implementasi pendidikan berbagai permasalahan terkait dengan bencana yang
kebencanaan, sekolah sebagai suatu sistem pelayanan terjadi e). Memiliki jiwa kepemimpinan yang baik
pedagogis bagi peserta didik harus didukung dengan dalam menangani berbagai persolaan yang terjadi di
kemampuan kepala sekolah untuk: (1) menumbuhkan daerah bencana dan lain sebagainya
semangat keunggulan secara intensif untuk Semua profesi yang berkait dengan bencana atau
meningkatkan mutu sekolah antara lain dengan kebencanaan membutuhkan keahlian (hard skill)
membentuk budaya sadar bencana dan tertentu. Mengembangkan hard skill bagi siswa yang
mengintegrasikan pendidikan kebencanaan ke dalam terkait bencana adalah jawaban utama didalam
kurikulum sekolah; (2) membantu dan mendorong keberhasilan untuk dapat menangani permasalahan
peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya berbagai bencana tersebut. Namun demikian tidaklah
secara optimal, dengan memberikan life skills cukup hanya kemampuan hard skill saja, tetapi harus
pendidikan kebencanaan; (3) melaksanakan proses diimbangi dengan kemampuan soft skill dalam
pembelajaran pendidikan kebencanaan secara efektif, menghadapi berbagai tantangan saat melakukan
menyenangkan,dan kontekstual; (4) mengajak /menangani pekerjaan yang terkait dengan bencana.
stakeholders untuk bekerja bersama dalam
meningkatkan mutu sekolah, khususnya berkenaan 3. METODE PENELITIAN
dengan implementasi strategi pendidikan Metode penelitian ini akan dilakukan dengan
kebencanaan; dan (5) melibatkan seluruh warga pendekatan positifistik kuantitatif dan kualitatif secara
sekolah dalam pengambilan keputusan untuk longitudinal dengan menggunakan model riset
implementasi strategi pendidikan kebencanaan di pengembangan (R&D) Borg and Gall[5]. Dikatakan
sekolah [4]. longitudinal karena suatu penelitian sifatnya
Demikian halnya tidak kalah penting berkelanjutan untuk jangka waktu yang relative
peramanan pemerintah dan masyarakat dilingkungan panjang, mengikuti proses interaktif ragam variabel,
sekolah dalam pendidikan kebencanaan merupakan dengan tujuan untuk menjelaskan dan memahami
komponen yang sangat diperlukan untuk memberikan kejadian yang diobservasi pada rentang waktu tertentu.
dukungan secara penuh dan langsung kepada lembaga Desain longitudinal ini dirancang untuk
pendidikan dalam implementasi pendidikan mengumpulkan data pada lebih dari satu kasus dan
kebencanaan disekolah. Peranan pemerintah, baik pada kurun waktu tertentu ketika data dikumpulkan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi secara kuantitatif dan kualitatif terhadap variabel yang
penanggung jawab dalam penyelenggaraan kemudian diuji lewat pengembangan secara empiric di
pendidikan, terutama dalam pendidikan kebencanaan lapangan.
dan pemaduannya dengan program pembangunan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebijakan pemerintah pusat dan daerah sangat
menentukan akan keberhasilan pelaksanaan Hasil implementasi modul pendidikan
pendidikan kebencanaan. kebencanaan bagi siswa SD dilakukan guna untuk
2.3 Peranan Hard dan Soft Skill Siswa dalam mengetahui hard dan soft skill siswa dalam
Kebencanan menghadapi kegiatan kebencaaan, khususnya dalam
bencana gunung berapi. Dengan penggunaan modul
Hard skills dalam kegiatan kebencanaan
pendidikan kebencanaan (Gunung Berapi)
merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,
memberikan pengetahuan siswa akan sikap tanggap
dan keterampilan teknis yang harus dikuasai bagi
sadar bencana, baik sebelum dan sesudah terjadinya
mereka yang berhubungan dengan bidang ilmu
bencana. Terkait sikap sadar bencana yang terjadi
kebencanaan. Sementara itu, soft skills adalah
didaerahnya dari post-test masing-masing pemahanan
keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan
meliputi :bencana secara umum, bencana gunung
orang lain dalam segala sesuatu yang terkait dengan
berapi, pemahaman mitigasi bencana dan simulasi dari
masalah kebencanaan dan keterampilan dalam
bencana yang dilakukan di sekolah setempat . Adapun
mengatur dirinya sendiri dalam menangani bencana
penggunaan modul pendidikan terkait sikap sadar
secara maksimal. Soft skill dalam kebencanaan bisa

15
bencana yang terjadi didaerahnya dengan soft skill 6. DAFTAR PUSTAKA
(87.9%) siswa dapat memahami dengan baik test [1]. http://www.walhi.or.id. (2014). Sejuta Bencana
pemahaman siswa meliputi bencana secara umum,
Terencana di Indonesia, Diunggah pada hari
bencana gunung berapi, pemahaman mitigasi bencana
Minggu, 23 Pebruari 2014. Jam 11.05.
. demikian halnya dengan hardskill siswa dalam
menghadapi bencana dengan prosestasi 74,2% seperti [2]. Wicaksono. (2007). Pedoman Menghadapi
tampak pada Gambar 4.1 berikut ini Bencana Gempa dan Tsunami, Jakarta: Kreasi
Jakarta
Grafik Softskill [3]. Herdwiyanti, F dan Sudaryono. (2012).
dalam Menghadapi Bencana
Gunung Berapi
Perbedaan Kesiapsiagaan Menghadapi
Bencana Ditinjau Dari Tingkat Self-Efficacy
Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Daerah
Dampak Bencana Gunung Kelud, Jurnal
Kepribadian dan Sosial Universitas Airlangga
[4]. Supriyono dan Asnawi. (2013). Pengembangan
Model Pendidikan Kebencanaan dalam
Prosentase

Membangun Sikap Sadar Bencana bagi


Masyarakat Kabupaten Malang Selatan Jawa
Timur, Laporan Hibah Bersaing, Universitas
Negeri Surabaya.
S [5]. Borg, R and Gall MD. (1989). Educational
SS Research, New York & London: Longman

Gunung meletus apakah:


1.Saudara sedih
2.Kegiatan sekolah berhenti,banyak siswa merasa
sedih
3.Jika banyak siswa belum sadar akan menjaga
konservasi lingkungannya, apakah saudara sedih
4.Menelan banyak korban, hal ini membuat saudara/
sedih
5. Menyebabkan banyak warga kehilangan harta
benda, membuat saya sedih
6.Saudara takut saat gunung meletus terjadi di
wilayah yang sudara tempati
7.Membuat saya/siswa ketakutan akan kehilangan
anggota keluarga/teman

Gambar 4.1 Hard dan soft skill siswa dalam


memahami kebencanaan

5. KESIMPULAN
Dari uraian makalah ini dapat disimpulkan
bahwa74.2% siswa memiliki hard skill yang baik
terhadap pemahaman serta mitigasinya terhadap
bencana gunung berapi. Demikian halnya dengan
pelatihan siaga bencana dapat memberikan nilai positif
akan soft skill (87.9%) siswa akan sikap tanggap
mereka dalam menghadapi bencana gunung berapi
yang terjadi.

16
Penerapan Multimedia dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning–Pbl) pada Matakuliah Struktur Data
Bambang Sujatmiko1*), Rina Harimurti2, Anita Qoiriah3
1Pendidikan Teknik Informatika, FT-UNESA Surabaya. Email: bambangsujatmiko@unesa.ac.id
2 Pendidikan Teknik Informatika, FT-UNESA Surabaya. Email: rinaharimurti@unesa.ac.id
3Pendidikan Teknik Informatika, FT-UNESA Surabaya. Email: anitaqoiriah@unesa.ac.id

*)Alamat korespondensi: Email: bambangsujatmiko@unesa.ac.id

ABSTRACT
Technological developments now require students to have a greater ability in terms of programming.
Computer programming requires good planning. Planning skills necessary to develop a computer program that
is effective and efficient. To study the ability was not easy so we need tools to facilitate learning lecture Data
Structures of participants learn how the storage, preparation, and arrangement of data in computer storage media
so that data can be used efficient. Matter in data structures are arrays, pointers , structure, stack, queue, singly
linked lists, doubly linked lists, recursively searching, sorting and tree. Matter of abstract data structures, so a bit
difficult to learn. To overcome this problem needs to be linked to the real world so easily understand. Model
problem-based learning is an instructional model that invites students to actively learn. PBL begins with the
provision of the problem which is the daily experience. Then, learners are required to resolve the problem of
finding new knowledge. PBL has a stage which consists of five phases that must be passed. These stages require
active learners in learning the material. Outcomes of this study is media study in the form of multimedia that can
be used as a guide to learners studying data structure with problem-based learning model. Manual prepared
according to the stages in the problem-based learning model. Problems are given in each matter to be discussed
by the learners are presented in multimedia format for easier understanding.
Keywords: Data Structures, Problem Based Learning-PBL, Computer Programming

ABSTRAK
Perkembangan teknologi saat ini menuntut peserta didik memiliki kemampuan yang lebih dalam hal
pemrograman. Pemrograman komputer yang baik memerlukan perencanaan. Kemampuan perencanaan yang
diperlukan untuk mengembangkan program komputer yang efektif dan efisien. Untuk mempelajari kemampuan itu
tidak mudah sehingga diperlukan alat bantu pembelajaran untuk mempermudah peserta didik.Mata kuliah
Struktur Data mempelajari cara penyimpanan, penyusunan, dan pengaturan data di dalam media penyimpanan
komputer sehingga data tersebut dapat digunakan secara efisien.Materi dalam struktur data adalah array,
pointer, struktur, stack, queue, singly linked-list, doubly linked-list, rekursif, searching, sorting dan tree.Materi
struktur data bersifat abstrak sehingga agak sulit dipelajari. Untuk mengatasinya perlu dikaitkan dengan dunia
nyata sehingga mudah dipahamai.Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk aktif belajar. PBL diawali dengan pemberian masalah yang merupakan pengalaman
sehari-hari.Kemudian peserta didik diharuskan menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan
baru. PBL mempunyai tahapan yang terdiri dari 5 fase yang harus dilalui. Tahapan tersebut menuntut keaktifan
peserta didik dalam mempelajari suatu materi. Luaran dari penelitian ini adalah media pembelajarn dalam bentuk
multimedia yang dapat digunakan sebagai panduan peserta didik mempelajari struktur data dengan model
pembelajaran berbasis masalah. Panduan disusun sesuai tahapan pada model pembelajaran berbasis masalah.
Masalah yang diberikan dalam setiap materi untuk didiskusikan oleh peserta didik di presentasikan dalam bentuk
multimedia agar lebih mudah dimengerti.
Kata kunci: Struktur data, Problem Based Learning-PBL, Pemrograman Komputer

1. PENDAHULUAN perspektif yang baru pun harus terjadi dalam sistem


Memasuki abad ke-21, bidang teknologi proses belajar mengajar, adanya integrasi yang sinergi
informasi dan komunikasi berkembang dengan dari beberapa aspek. Kurikulum yang mengacu pada
pesat.Perkembangan tersebut berpengaruh besar kompetensi yang didukung penuh dari model
terhadap berbagai aspek kehidupan. Keterampilan pembelajaran, perangkat pembelajaran, sarana dan
bidang teknologi informasi dan komunikasi tidak prasarana.
hanya menuntut keterampilan teknis semata-mata, Perkembangan teknologi saat ini menuntut peserta
tetapi juga menuntut kematangan mental dan didik memiliki kemampuan yang lebih dalam hal
kemampuan pemecahan masalah. pemrograman. Pemrograman komputer yang baik
Pendidikan menduduki posisi penting untuk memerlukan perencanaan. Kemampuan perencanaan
menuju perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. yang diperlukan untuk mengembangkan program
Pelaksanaan usaha dalam mencapai tujuan pendidikan komputer yang efektif dan efisien, bersama-sama
merupakan tanggung jawab bersama. Ini berarti dengan umpanbalik yang diberikan oleh sistem

17
komputer, akan memberikan sarana untuk membentuk suatu masalah, yang kemudian dengan melalui
keterampilan berfikir tingkat tinggi. pemecahan masalah, melalui masalah tersebut siswa
Pemakaian struktur data yang tepat di dalam belajar keterampilan-keterampilan yang lebih
proses pemrograman akan menghasilkan algoritma mendasar.
yang lebih jelas dan tepat, sehingga menjadikan Menurut[5], tahapan model pembelajaran berbasis
program secara keseluruhan lebih efisien dan masalah (Problem Based Learning-PBL) adalah
sederhana. Struktur data merupakan cara menyimpan seperti pada tabel 1 di bawah ini:
atau merepresentasikan data di dalam komputer agar
bisa dipakai secara efisien. Sedangkan data adalah Tabel 1. Tahapan Model Pembelajaran Berbasis
representasi dari fakta dunia nyata. Fakta atau Masalah
keterangan tentang kenyataan yang disimpan, direkam FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Memberikan Guru menyampaikan tujuan
atau direpresentasikan dalam bentuk tulisan, suara, orientasi tentang pelajaran, mendeskripsikan
gambar, sinyal atau simbol. permasalahannya berbagai kebutuhan logistik penting
Oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran kepada peserta didik dan memotivasi peserta didik untuk
yang sesuai untuk mempermudah hal tersebut. terlibat dalam kegiatan mengatasi
masalah
Pembelajaran yang efektif perlu memfokuskan pada Fase 2: Guru membantu peserta didik untuk
sifat-sifat pengetahuan metakognitif dari Mengorganisasikan mendefinisikan dan
pemrograman. Menurut Tan (2003) dalam Rusman[1] peserta didik untuk mengorganisasikan tugas-tugas
Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi meneliti belajar terkait dengan
permasalahannya
dalam pembelajaran karena proses belajar mengajar Fase 3: Membantu Guru mendorong peserta didik
kemampuan mahasiswa betul-betul dioptimalkan investigasi mandiri untuk mendapatkan informasi yang
melalui proses kerja kelompok atau tim yang dan kelompok tepat, melaksanakan eksperimen,
sistematis, sehingga mahasiswa dapat dan mencari penjelasan dan solusi
Fase 4: Guru membantu peserta didik dalam
memberdayakan, mengasah, menguji, dan Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara mempresentasikan artefak-artefak yang tepat, seperti
berkesinambungan. artefak dan exhibit laporan, rekaman video dan model-
Dengan melihat latar belakang di atas, pada model dan membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada orang
penelitian ini penulis ingin menerapkan Pembelajaran lain
Berbasis Masalah dalam pembelajaran mata kuliah Fase 5: Menganalisis Guru membantu peserta didik
Struktur Data. Mata kuliah ini diharapkan mampu dan mengevaluasi melakukan refleksi terhadap
dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan proses mengatasi investigasinya dan proses-proses
masalah yang mereka gunakan.
kompetensi peserta didik di bidang pemrograman
komputer.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
2. TINJAUAN PUSTAKA
berbasis masalah (PBL) merupakan model
2.1 Penelitian Terdahulu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif
Hasil penelitian[2] tentang Pengaruh Penerapan
belajar. PBL diawali dengan pemberian masalah yang
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
merupakan pengalaman sehari-hari. Kemudian peserta
Hasil Belajar Melalui Kemampuan Komunikasi
didik diharuskan menyelesaikan masalah tersebut
Matematik Siswa menunjukkan bahwa pembelajaran
untuk menemukan pengetahuan baru.
Matematika dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada
pembelajaran konvensional pada hasil belajar melalui 2.2.2 Pengertian Struktur Data
kemampuan komunikasi matematik siswa materi Mata kuliah Struktur Data mempelajari cara
pokok sistem persamaan linear dua variabel di kelas penyimpanan, penyusunan, dan pengaturan data di
VIII SMP Negeri 9 Kendari. dalam media penyimpanan komputer sehingga data
Sedangkan pada penelitian[3] disimpulkan bahwa tersebut dapat digunakan secara efisien. Materi dalam
sikap ilmiah dan keterampilan berpikir kritis siswa struktur data adalah array, pointer, struktur, stack,
yang belajar menggunakan model pembelajaran queue, singly linked-list, doubly linked-list, rekursif,
berbasis masalah (PBL) lebih baik daripada siswa searching, sorting dan tree.
yang belajar menggunakan model pembelajaran
ekspositori.
3. METODE PENELITIAN
2.2 Studi Pustaka 3.1 Bagan Alir Penelitian
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Secara garis besar tahapan penelitian
Masalah (PBL) diperlihatkan seperti pada Gambar 1.
1) Studi pendahuluan berupa studi pustaka tentang
Menurut Jodion[4] Pembelajaran berbasis masalah
metode PBL serta penelitian-penelitian yang sudah
(problem based learning) merupakan salah satu model
pernah dilakukan terkait dengan metode PBL,
pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran
2) Pemilihan dan penentuan topik mata kuliah
kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada
struktur data, digunakan untuk menentukan topik apa

18
saja yang akan disusun dalam bahan ajar. Sesuai dosen. Dalam analisis awal diperlukan pertimbangan
materi struktur data maka materi yang akan berbagai alternatif pengembangan perangkat
dimasukkan adalah array, pointer, struktur, stack, pembelajaran. Kedua analisis siswa/ mahasiswa,
queue, linked-list, rekursif, searching, sorting dan tree, merupakan telaah tentang karakteristik mahasiswa
3) Selanjutnya menyusun RPS dengan model yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat
pembelajaran PBL. Dari RPS ini nanti akan muncul pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang
scenario yang diperlukan dalam penyusunan media kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan
pembelajaran, kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu
4) Skenario yang sudah disusun dalam RPS atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran,
kemudian dimplementasikan dalam bentuk media, format dan bahasa yang dipilih. Ketiga analisis
multimedia. Pertama yang dibuat adalah permasalahan tugas dan konsep, adalah kumpulan prosedur untuk
dari setiap materi yang dipresentasikan dalam bentuk menentukan isi dalam satuan pembelajaran, analisis
flash agar memudahkan pemahaman peserta didik, tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam
5) Kemudian merancang GUI yang user friendly bentuk garis besar, analisis ini mencakup: (1) analisis
dalam bentuk adobe portofolio, struktur isi, (2) analisis prosedur, (3) analisis proses
6) Merancang panduan pembelajaran berbasis informasi, (4) analisis konsep, dan (5) perumusan
masalah, tujuan. Dan terakhir analisis tujuan, dilakukan untuk
7) Mengimplementasikan rancangan panduan menentukan atau merumuskan tujuan-tujuan
pembelajaran berbasis masalah, permasalahan yang pembelajaran yang akan dicapai oleh mahasiswa.
disusun dengan flash dan materi yang dibuat dalam 2) Tahap Perancangan (Design), bertujuan untuk
bentuk pdf menjadi media pembelajaran dalam bentuk merancang prototipe perangkat pembelajaran. Tahap
adobe portofolio. ini terdiri dari tiga langkah, (1) Penyusunan tes acuan
patokan, langkah ini merupakan penghubung antara
Studi Pendahuluan:
Studi Pustaka tentang penelitian terdahulu yang tahap define dan design. Tes acuan patokan
menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah mengkonversi tujuan-tujuan khusus ke dalam garis
PBL besarmateri pembelajaran, (2) Pemilihan media adalah
langkah yang dilakukan untuk menentukan media
yang tepat dengan penyajian materi pelajaran dan (3)
Pemilihan format adalah langkah yang berkaitan erat
Pemilihan dan
penentuan topik
Penyusunan dengan pemilihan media.
RPS mata
mata kuliah kuliah struktur 3) Tahap Pengembangan (Develop), adalah untuk
struktur data data menghasilkan perangkat pembelajaran.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Penentuan topik bahan ajar mata kuliah struktur
Menyusun data dan penyusunan RPS
Merancang GUI rancangan media
(Grafical User dalam bentuk Penentuan topik bahan ajar disesuaikan dengan
Interface) untuk animasi animasi dengan Buku Pedoman Universitas Negeri Surabaya, 2016[7].
menggunakan
Flash
Fakultas Teknik. Dari pemilihan topik-topik esensial
Struktur Data seperti pada[8], maka materi yang akan
dimasukkan dalam media pembelajaran adalah:
1. Array, Pointer dan Struktur,
Menyusun pedoman 2. Linked List,
Implementasi
pembelajaran rancangan menjadi 3. Stack,
berbasis masalah media pembelajaran
untuk matakuliah bentuk animasi
4. Queue,
struktur data 5. Rekursi,
6. Sorting (pengurutan),
7. Searching (Pencarian),
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 8. Tree.
Setelah ditentukan topiknya, selanjutnya disusun
3.2 Pengembangan Perangkat Pembelajaran RPS sebagai dasar dari skenario yang akan digunakan
Model pengembangan perangkat menggunakan dalam penyusunan media pembelajaran.
model 4-D[6]. Tahap-tahap pelaksanaannya terdiri dari
4 tahap pengembangan, yaitu define, design, develop, 4.2 Kasus-kasus setiap materi dalam bentuk
dan dessimenate. Berikut uraian keempat tahap beserta multimedia
komponen-komponen model 4-D. Skenario pembelajaran yang akan diterapkan
1) Tahap pendefinisian (define) adalah menetapkan dalam mata kuliah Struktur Data menggunakan model
dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap pembelajaran berbasis masalah dengan perangkat
pendefinisian terdiri dari tiga langkah analisis, yaitu: pembelajaran berupa multimedia. Sesuai dengan
pertama analisis awal-akhir. Langkah ini digunakan tahapan pada model pembelajaran berbasis masalah,
untuk menentukan masalah mendasar yang dihadapi

19
fase pertama adalah memberikan orientasi tentang
permasalahannya kepada peserta didik. .
Masing-masing topik diawali dengan kasus yang
harus diuraikan mahasiswa sehingga membawa
mahasiswa sampai pada materi yang akan dipelajari
dalam struktur data. Adapun kasus-kasus dari setiap
materi tersebut adalah :
1) Array
Sebuah supermarket biasanya menjual berbagai
macam barang dan berbagai macam merek barang.
Jika pengaturan tidak rapi tentu akan menyulitkan
didalam pengelolaannya. Terutama saat konsumen
mencari berbagai jenis barang yang dibutuhkan. Gambar 3. Animasi kasus Stack
Bagaimanakah cara yang tepat dalam menyelesaikan 3) Queue,
masalah penempatan barang di supermarket tersebut Saat banyak mobil yang akan masuk ke tempat
agar berbagai jenis barang tersebut mudah dalam parkir, maka akan terjadi antrian. Mobil yang berada
pengelolaannnya? Untuk membedakan penyimpanan pada urutan terdepan akan masuk terlebih dahulu.
setiap jenis dan merek barang tidak perlu dengan Sedang mobil yang baru dating harus berada di urutan
membuatkan bentuk rak yang berbeda-beda. Dalam paling belakang.
sebuah supermarket biasanya peletakan barang
dikelompokkan berdasar jenis barangnya untuk
mempermudah pengelolaan. Rak untuk menyimpan
masing-masing kelompok tersebut biasanya
mempunyai bentuk berbeda tegantung dari jenis
barangnya. Misalnya rak untuk menyimpan kelompok
jenis sapu berbeda dengan rak untuk menyimpan jenis
sabun mandi. Dalam satu kelompok jenis barang
terdapat bermacam-macam merek yang diletakkan
dalam slot rak yang berbeda-beda tapi terletak secara
terurut. Untuk mengambil sebuah merek tertentu kita
dapat langsung menuju rak yang sesuai tanpa harus
menelusuri rak secara urut satu persatu. Gambar 4. Animasi kasus Queue

4) Linked-list,
Konsep linkedlist sama seperti kereta api yang
terdiri dari serangkaian gerbong dan terdapat
lokomotif yang berada di gerbong terdepan.

Gambar 2. Animasi kasus Array

2) Stack
Kasus yang digunakan disini adalah bagaimana
forlklift menumpuk peti-peti yang diangkut. Peti akan
selalu ditumpuk ditumpukan paling atas. Sehingga peti
yang paling atas adalah peti yang ditumpuk terakhir.
Dan peti yang diambil pasti urut dari tumpukan paling
atas.
Gambar 5. Animasi kasus Linkedlist

5) Rekursif,
Contoh kasus yang dapat dipecahkan secara
rekursif adalah masalah Hanoi Tower.

20
1) Fase 1: Memberikan orientasi tentang
permasalahannya kepada peserta didik. Dosen
menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
berbagai kebutuhan logistik yang penting dan
memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan
mengatasi masalah yang terdapat pada kasus yang
dituliskan diawal setiap topik pada modul ajar.
2) Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk
meneliti. Dosen membantu mahasiswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas
Gambar 6. Animasi kasus Rekursif belajar terkait dengan permasalahnnya dengan
membentuk kelompok-kelompok untuk membahas
6) Searching, kasus yang ada.
Kasus mencari barang tertentu yang tertinggal di 3) Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan
salah satu kotak. Untuk mencarinya kotak dibagi 2 dan kelompok. Dosen mendorong mahasiswa untuk
ditimbang. Yang paling berat dibagi lagi sampai mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan
ketemu barang yang dicari. eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi. Pada
fase ini tugas dosen mengarahkan sehingga solusi yang
didapat dalam pemecahan kasus bisa tetap mengarah
pada topik yang harus dipelajari
4) Fase4: Mengembangkan dan mempresentasikan
artefak dan exhibit. Dosen membantu mahasiswa
dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak
yang tepat seperti laporan, database, rekaman video,
Gambar 7. Animasi kasus Searching dan model-model, dan membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada orang lain.
7) Sorting, Salah satu yang mudah adalah berupa pembuatan
Kasus berupa urutan serangkaian warna yang mapping dari kasus yang ada, kemudian di pecah
harus diurutkan mulai dari warna tertua. menjadi beberapa bagian yang mengarah ke topik,
contohnya:
a) Stack
Kasus pada stack adalah proses untuk menumpuk
barang, misalnya menumpuk piring. Saat menumpuk
piring maka dari mana kita harus menumpuk dan
darimana kita harus mengambil.
Contoh peta konsep hasil diskusi kelompok :
Tumpukan Piring
Berisi Mempunyai

Gambar 8. Animasi kasus Sorting Banyak Barang Perlakuan


Piring Masuk Dalam Tumpukan
8) Tree, Piring Keluar Dari Tumpukan

Struktur organisasi atau silsilah keluarga dapat


digunakan sebagai kasus untuk mempelajari Tree. Rangkaian Barang Yang Data(ukuran, warna,
bahan) Ditumpuk Diambil
Berurutan

Ukuran sudah pasti Ukuran belum pasti Bentuk pengelomokan variabel


Jalan untuk menumpuk Jalan untuk mengambil
dalam data

Array LinkedList Struktur Dari Atas


Dari Atas

LIFO

Gambar 10 . Peta Konsep hasil diskusi Array


Gambar 9. Animasi kasus Tree
b) Queue
Antrian pada teller. Antrian terjadi saat jumlah
4.3 Panduan Pembelajaran Berbasis Masalah
teller lebih sedikit dari jumlah orang yang akan
Sesuai dengan fase dalam Pembelajaran Berbasis dilayani. Untuk masuk antrian, nasabah harus melalui
Masalah: belakang antrian. Sedangkan nasabah yang dilayani

21
terlebih dahulu adalah nasabah yang berada paling
depan
Contoh peta konsep hasil diskusi kelompok :
Antrian Pada Teller Bank
Obyek Antrian Mempunyai

Nasabah Sistem Antrian


Susunan Identitas Nasabah Masuk
Nasabah Keluar

Data Nasabah(no rek,


Sederetan Nasabah nama alamat) Masuk Antrian Keluar Antrian
Gambar 13. Tampilan Media pembelajaran
Jmlah sudah pasti Jumlah belum pasti pengelompokan item penyusun
Arah Masuk Arah Keluar
data Setiap materi dikelompokkan dalam sebuah folder.
Array LinkedList Struktur
Dari Pada setiap folder terdapat deskripsi dari setiap materi
Belakang Dari depan yang akan dipelajari. Didalam folder terdapat dua buah
file yang dapat di unduh.
FIF O (First In File pertama berupa panduan untuk mempelajari
First Out)
Gambar 11. Peta Konsep hasil diskusi Queue mata kuliah struktur data dengan model pembelajaran
berbasis masalah. Dalam file tersebut dimasukkan
Dari hasil peta konsep tersebut selanjutnya tugas animasi dari permasalahan yang harus didiskusikan
masing-masing mahasiswa untuk mencari bahan secara berkelompok. Dosen bertugas untuk
kajian yang sesuai. mengarahkan diskusi agar sesuai dengan tema yang
akan dipelajari.
5) Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses Setelah diskusi selesai dan mengarah ke materi
mengatasi masalah. Dosen membantu mahasiswa kuliah, maka mahsiswa dapat mengunduh file kedua
melakukan refleksi terhadap investigasinya dan yang berisi materi untuk dipelajari lebih lanjut. Isi
proses-proses yang mereka gunakan. Pada fase ini folder seperti pada gambar 14.
dosen akan mememeriksa apakah hasil diskusi dari
setiap kelompok dan bahan kajian yang didapat sesuai
dengan topik yang harus dipelajari saat itu.

Gambar 14. Isi Folder Materi

Gambar 12. Panduan pelaksanaan PBL

4.4. Media Pembelajaran


Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa sebuah
media pembelajaran yang disusun dengan adobe
portofolio seperti pada gambar 13 berikut.

22
5. KESIMPULAN DAN SARAN 6. DAFTAR PUSTAKA
5.1 Simpulan [1]. Rusman. (2010). Model-model pembelajaran.
Berdasarkan hasil yang dicapai pada penelitian (Mengembangkan Profesionalisme Guru), cet.5.
dapat disimpulkan: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 229.
1) Pemrograman Berbasis Masalah dalam bidang
pemrograman komputer memerlukan contoh-contoh [2]. Kadir Tiya & Hasminah. (2012). Pengaruh
dunia nyata karena pemrograman komputer cenderung Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
bersifat abstrak dan memerlukan keterampilan analisis Terhadap Hasil Belajar Melalui Kemampuan
yang tinggi dan melibatkan peran aktif mahasiswa Komunikasi Matematik Siswa: Jurnal Pendidikan
untuk berfikir dengan kemampuan high order thinking MatematikaVolume 3 Nomor 2 Juli 2012
(hot).
2) Media pembelajaran dalam bentuk animasi [3]. I Kadek Urip Astika, I Ketut Suma, I Wayan. Suastra,
(2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
sebagai permasalahan yang harus dibahas, dapat
Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Dan
membantu mahasiswa dalam memahami materi Keterampilan Berpikir Kritis : E-Journal Vol. 3,
Struktur Data dengan model pembelajaran PBL. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang dicapai pada penelitian [4]. Jodion Siburian,. 2010. Model Pembelajaran Sains,
ini, maka peneliti menyarankanperlunya untuk Jambi: Universitas Jambi
menerapkan pembelajaran bebasis masalah pada
matakuliah-matakuliah dalam bidang omputer [5]. Agus Supriyono, (2009). Efektivitas Penerapan
khususnya yang berhubungan dengan pemrograman Metode (Problem Based Learning) Terhadap
yang selama ini menjadi matakuliah yang cukup sulit Prestasi Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal
dipahami. Khusus Kelas XII IS I SMA PGRI Wirosari
Purwodadi. Under Graduates thesis, Universitas
Negeri Semarang, hlm 74-76.

[6]. Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M.I. (1974).


Instructional Development for Training Teacher of
Expectional Children. Minneapolis, Minnesota:
Leadership Training institute/Special Education,
University of Minnesota.

[7]. Tim. (2016). Buku Pedoman Universitas Negeri


Surabaya. Fakultas Teknik.

[8]. Desphande, P.S and O.G. Kakde. (2012). C & Data


Structures. Hingham Massachusetts: Charles River
Media, INC

23
24
Peningkatan Kemampuan Guru SMK Negeri Wonosalam Jombang
melalui Pelatihan Pembuatan Proposal PTK
Choirul Anna Nur Afifah1*), Siti Sulandjari2, Veni Indrawati3
1
Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, UNESA, Surabaya. E-mail: annardn59@gmail.com
2
Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, UNESA, Surabaya, Kota. E-mail: ari-marsni@yahoo.com
3
Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, UNESA, Surabaya. E-mail: veni.didiekunesa@gmail.com
*) Alamat Korespondesi: Email: annardn59@gmail.com

ABSTRACT
Teachers was required to create an innovative works such as classroom action research to promote their
functional position. Most of teachers in SMK Negeri Wonosalam said never done classroom action research on
their learning or made scientific work . The aim of devotions were to upgrading teachers made proposal of
classroom action research and to knows teacher’s response of devotions .Method was applied by training two
times during two week. The first time was briefing materials about learning models and classroom action research.
Then, coaching proposal at second time. The participants was 28 teachers in SMKN Wonosalam
Jombang. .Activities was done in SMKN Wonosalam. Teachers response was known by questionnaire. The first
stage lasted 6 hours. The activities were gave materials about learning innovative models, educations device,
learning strategy and classroom action research. At the second time, we done proposals research presentation
that have been made of participants and bringing science manuscript article. The teacher training as participants
was evaluated very well and good. Participants thought that very good for conformity matter (67%) , the depth of
material (58%) media uses (42%) , the instructors explained the materials (67 %) , answered questions (75%) and
participants motivation (75%).
Key Words: training, teacher respons, learning model

ABSTRAK
Guru diwajibkan membuat karya inovatif berupa penelitian tindakan kelas (PTK) guna kenaikan pangkat
jabatan Fungsional. Mayoritas guru di SMK Negeri Wonosalam menyatakan belum pernah melakukan PTK dan
membuat karya ilmiah. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru membuat
proposal penelitian tindakan kelas (PTK) dan mengetahui respon guru terhadap pelatihan yang dilakukan. Metode
yang diterapkan dengan memberikan pelatihan yang dilakukan selama dua minggu dengan dua kali tatap muka.
Tahap I berupa pembekalan materi tentang model pembelajaran dan PTK. Selanjutnya, tahap II berupa
pendampingan untuk menyusun proposal. Sasaran kegiatan adalah guru SMKN Wonosalam Jombang sebanyak
28 orang. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di SMKN Wonosalam. Respon guru diketahui dari hasil pengisian
angket. Tahap pertama berlangsung selama 6 jam dengan kegiatan berupa penyampaian materi tentang metode
pembelajaran inovatif, perangkat pembelajaran, strategi pembelajaran, dan penelitian tindakan kelas. Tahap
kedua dilakukan dengan waktu yang sama dengan kegiatan utama presentasi proposal yang telah dibuat peserta
dan penyampaian materi penulisan artikel ilmiah. Respon peserta terhadap pelatihan menilai sangat baik dan
baik. Peserta menilai sangat baik untuk kesesuaian materi (67%), kedalaman materi (58%) penggunaan media
(42%), kemampuan instruktur menjelaskan materi (67%), menjawab pertanyaan (75%) dan memotivasi peserta
(75%).
Kata kunci: pelatihan, respon guru, model pembelajaran

1. PENDAHULUAN mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya


menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam
Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di
kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Salah satu
segala bidang akan sangat bergantung pada sumber
lembaga pada jalur pendidikan formal yang
daya manusia sebagai aset bangsa. Untuk
menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di
mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan
dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan
seluruh sumber daya manusia yang dimiliki, dilakukan
kejuruan yaitu SMK.
melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan
formal maupun jalur pendidikan non formal. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirancang
Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap
memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan
teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sikap profesional di bidangnya. Namun Sekolah
sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia Menengah Kejuruan dituntut bukan hanya sebagai
kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses penyedia tenaga kerja yang siap bekerja pada lapangan
memanusiakan manusia dalam arti kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau

25
dunia industri,serta mampu mengembangkan diri kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
melalui wirausaha. meningkat. Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki
Kebijakan pembangunan pendidikan Nasional dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta
tahun 2010-2014 diantaranya adalah penyediaan dan membantu memberdayakan guru dalam memecahkan
peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan masalah pembelajaran di kelas[1]. Deskripsi di atas
sistem pembelajaran SMK berkualitas yang berbasis menunjukkan untuk melakukan PTK guru harus
keunggulan lokal dan relevan dengan kebutuhan memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah
daerah yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, pembelajaran yang dihadapi, menganalisis akar
dan kota. Salah satu SMK yang didirikan dan permasalahannya dan memikirkan ide kreatif atau
dikembangkan berbasis keunggulan lokal daerah inovatif untuk memecahkan permasalahan tersebut,
adalah SMK Negeri Wonosalam Jombang. dimana semua itu perlu dipahami dengan baik oleh
SMK Negeri Wonosalam berlokasi di Jalam guru. Guru juga dituntut untuk mampu menuangkan
Anjasmoro, Desa Wonosalam, Kecamatan hasil pemikiran dan mewujudkannya dalam bentuk
Wonosalam, Jombang. SMK Negeri Wonosalam proposal penelitian, hingga menyusun artikel ilmiah.
membuka tiga kompetensi keahlian, yaitu Teknik Berdasarkan pemaparan di atas diketahui
Kendaraan Ringan, Agribisnis Tanaman Perkebunan, permasalahan yang dihadapi oleh mitra atau pihak
dan Jasa Boga, dengan jumlah siswa sebanyak 425 sekolah adalah mayoritas guru tidak memiliki
siswa yang tersebar di 14 kelas pada tahun ajaran pemahaman dan pengalaman menyusun proposal serta
2014/2015. Tenaga pengajar atau guru sebanyak 49 melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dari
orang, terdiri dari 34 orang guru tetap (PNS/CPNS) identifikasi masalah di atas maka alternatif pemacahan
dan 15 orang guru tidak tetap atau honorer. Dari total masalah yang bisa dilakukan adalah dengan
jumlah guru tersebut 21 diantaranya berada pada memberikan pelatihan berupa pembekalan materi
golongan III dengan rentangan usia guru 27-46 tahun, tentang PTK, memberikan pendampingan kepada guru
sehingga memiliki banyak kesempatan untuk dalam membuat proposal PTK yang selanjutnya dapat
meningkatkan jenjang karirnya. Dari dokumen data diterapkan pada proses pembelajaran di kelas.
profil sekolah diketahui jenjang pendidikan guru Pelatihan efektif bukan sekedar mengatakan atau
SMKN Wonosalam mayoritas sarjana (S1) yaitu menunjukkan kepada seseorang bagaimana
sebanyak 30 orang, dari jumlah tersebut diketahui melakukan sebuah tugas tetapi upaya untuk
terdapat 23 orang yang berlatar belakang sarjana mentransfer keterampilan dan pengetahuan sehingga
pendidikan dan 7 orang (23%) berlatar belakang non peserta pelatihan menerima dan melakukan latihan
kependidikan. Meskipun mayoitas guru berlatar tersebut pada saat melakukan pekerjaannya[4].
belakang sarjana pendidikan, namun tidak semua Target yang diharapkan setelah pelaksanaan
karya ilmiah atau skripsi yang disusun para guru kegiatan pengabdian berupa pelatihan penyusunan
mengambil tema pendidikan sehingga hal ini proposal PTK adalah guru memiliki pemahaman PTK
berpengaruh pada pemahaman dan kemampuan guru dengan lebih baik, guru memiliki kemampuan
untuk melakukan penelitian terutama penelitian mengidentifikasi masalah pembelajaran yang
tindakan kelas (PTK). dihadapi, memiliki ide kreatif memecahkan
Terkait dengan berlakunya Permendiknas Nomor permasalahan selama proses pembelajaran dan dapat
35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan menuangkannya dalam bentuk proposal PTK. target
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya maka yang diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan
guru dituntut harus aktif membuat karya inovatif pengabdian berupa pelatihan penyusunan proposal
berupa penelitian (PTK), karya tulis ilmiah dan PTK adalah guru memiliki pemahaman PTK dengan
sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu lebih baik, guru memiliki kemampuan
Enik Indartik, S.Pd selaku wakil kepala sekolah mengidentifikasi masalah pembelajaran yang
akademik, beliau menyampaikan bahwa pada dihadapi, memiliki ide kreatif memecahkan
umumnya guru disini agak terlambat proses kenaikan permasalahan selama proses pembelajaran dan dapat
pangkatnya karena terkendala belum memiliki menuangkannya dalam bentuk proposal PTK.
penelitian dan karya ilmiah yang diseminarkan atau Tujuan yang diharapkan melalui kegiatan
diterbitkan dalam jurnal. Kondisi ini menimbulkan pelatihan ini adalah kemampuan atau kompetensi guru
kekhawatiran dari beberapa guru di SMK Negeri dalam menyusun proposal menjadi lebih baik, mampu
Wonosalam, mengingat sejauh ini mereka tidak pernah melakukan penelitian, guru akan termotivasi untuk
memperoleh sosialisasi tentang PTK dan mereka melakukan inovasi pembelajaran, memecahkan
berharap ada lembaga yang dapat memberikan masalah pembelajaran serta menumbuhkembangkan
informasi atau pelatihan terkait kegiatan penelitian budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
(PTK). Minimnya pengetahun guru tentang PTK tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan
berdampak pada kurangnya pengalaman mereka untuk mutu pendidikan dan pembelajaran secara
melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah. berkelanjutan (sustainable), disamping memberi
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dampak positif pula terhadap peningkatan jenjang
di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri (atau karir mereka. Adapun luaran yang dihasilkan berupa
dibantu mitra), dengan tujuan untuk memperbaiki draf proposal PTK dan respon guru terhadap kegiatan

26
pelatihan yang dilakukan. Luaran berupa proposal Waktu pelaksanaan pengabdian disepakati selama
PTK relevan dengan mata pelajaran atau kompetensi dua hari yaitu Sabtu, tanggal 1 dan 15 Oktober 2016
dasar (KD) yang muncul pada pembelajaran semester mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB.
berikutnya. Pelaksanaan pelatihan dengan jeda dua minggu untuk
memberi kesempatan peserta menyusun proposal PTK
2. METODE
sehingga di pertemuan berikutnya peserta telah
Metode yang dilakukan untuk menyelesaikan memiliki draft proposal untuk dibahas dalam
permasalahan adalah memberikan pelatihan berupa workshop. Topik materi yang akan disampaikan
pembekalan materi tentang konsep PTK, pembuatan berupa Model Pembelajaran Inovatif, Pengembangan
proposal dan pendampingan penyusunan proposal Perangkat Pembelajaran, Penelitian Tindakan Kelas
PTK. Waktu pelaksanaan kegiatan disepakati (PTK) dan Pengelolaan Bengkel/Laboratorium.
dilakukan dua hari. Tempat kegiatan dilakukan di Adapun jadwal pengabdian dijabarkan pada Tabel 2
SMK Negeri Wonosalam sebagai wujud partisipasi berikut ini:
mitra terhadap kegiatan yang dilakukan. Jumlah Tabel 2. Jadwal Pelaksaaan Pelatihan di SMK Negeri
peserta yang terlibat sebanyak 28 orang. Penetapan Wonosalam
jumlah peserta ini status guru sebagai Aparatur Sipil Hari/Tanggal Jam Kegiatan
Negara (ASN). Berikut ini adalah tahapan metode Sabtu 10.00 - 10.15 Pembukaan
pelaksanaan kegiatan pengabdian secara rinci yang 1 Okt 2016 10.15 - 12.00 Model Pembelajaran
akan dilakukan: Inovatif
12.00 - 13.00 Ishoma
Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Pelatihan di SMK 13.00 – 15.00 Pengemb. Perangkat
Negeri Wonosalam Pembelajaran PTK
No Waktu Pelaksanaan Kegiatan 15.00 – 16.00 Tugas: Menyusun proposal
1 Pertemuan pertama Pembukaan PTK
(Minggu I) Penyampaian materi tentang: Sabtu 10.00 - 12.00 Workshop PTK
 Konsep PTK 15 Okt 2016 12.00 - 13.00 Ishoma
 Prosedur PTK 13.00 – 14.30 Pengelolaan Bengkel/Lab
 Proposal PTK 14.30 – 15.30 Evaluasi kegiatan
Pendampingan menyusun 15.30 – 16.00 Penutup
proposal PTK
2 Pertemuan kedua Penyampaian materi tentang Guru yang terlibat sebagai peserta sebanyak 28
(Minggu II) artikel ilmiah orang. Seluruh peserta adalah guru telah berstatus
Evaluasi kegiatan
Penutup ASN (Aparatur Sipil Negara) dari rumpun keahlian
Teknik Kendaraan Ringan, Agribisnis Tanaman
Perkebunan, dan Jasa Boga.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama dua kali
Kegiatan pengabdian pada pertemuan pertama
pertemuan, pada pertemuan pertama (minggu I)
dilaksanakan hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2016
peserta mendapat materi tentang PTK hingga
dihadiri oleh 21 peserta. Pertemuan di mulai dari
pendampingan menyusun proposal PTK. Proses
pembukaan oleh Kepala SMK Negeri Wonosalam.
pendampingan terus dilakukan dengan komunikasi
Penyampaian materi tentang model pembelajaran
secara elektronik (melalui email, SMS, WA, dan
inovatif dilakukan melalui diskusi dan tanya jawab.
sebagainya). Selanjutnya pada pertemuan kedua
Proses diskusi dimaksudkan untuk menggali atau
(minggu II) kegiatan ditekankan pada evaluasi tentang
mendapat informasi mengenai kegiatan pembelajaran
hasil proposal serta proses pelatihan secara
yang dilakukan peserta selama ini. Penjelasan materi
keseluruhan. Materi disusun sesuai topik dalam bentuk
mengacu pada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
handout dan media presentasi (ppt) sehingga
karena pada dasarnya peserta telah berpengalaman
mempermudah peserta untuk memahami dan
dalam pembelajaran.
menyimak penjelasan dari tim pelaksana.
Dari hasil pertemuan pertama diketahui bahwa
3. HASIL DAN PEMBAHASAN terdapat tiga peserta yang pernah mengikuti pelatihan
Kegiatan pengabdian diawali dari koordinasi tim sertifikasi guru dan membuat proposal PTK sebagai
dengan sekolah sasaran yaitu SMK Negeri Wonosalam tugas akhir dari pelatihan tersebut. Namun, proposal
yang diwakili oleh Kepala Sekolah Bapak Sulikan, tersebut belum dievaluasi sehingga guru tidak pernah
S.Pd, MM dan Waka bidang Kurikulum Ibu Enik menggunakannya untuk penelitian tindakan kelas.
Indartik, S.Pd. pada hari Sabtu tanggal 17 September Diketahui pula masih banyak guru yang belum pernah
2016. Kegiatan ini diawali dari perkenalan, penjelasan menyusun proposal PTK sehingga pada akhir
maksud dan tujuan pengabdian dan waktu kegiatan. pertemuan pertama seluruh peserta ditugaskan
Hasil dari pertemuan koordinasi berupa ijin yang menyusun proposal PTK agar dapat dievaluasi di
diberikan oleh pihak sekolah, topik materi yang pertemuan kedua. Waktu yang diberikan untuk
diberikan berdasarkan kebutuhan guru, waktu dan mengerjakan proposal selama dua minggu dan pada
teknis pelaksanaan kegiatan, jumlah guru yang terlibat rentang waktu tersebut tim pelaksana memberi
dalam pelatihan serta luaran kegiatan. kesempatan peserta untuk melakukan konsultasi
secara online melalui pesan singkat (short massage
service), whattsup, facebook atau email.

27
Pelatihan pada pertemuan kedua dihadiri oleh penilaian terhadap instruktur. Kriteria penilaian
semua peserta yaitu 28 guru. Kegiatan pertemuan menggunakan skala likert dengan rentang penilaian
kedua berlangsung selama enam jam. Kegiatan sangat baik higga tidak baik. Hasil penilaian peserta
dimulai dari berupa workshop dan evaluasi dari terhadap angket respon pelatihan secara rinci
proposal PTK yang disusun oleh peserta, penyampaian sebagaimana pada Tabel 3 berikut ini.
materi menyusun artikel ilmiah, pengelolaan bengkel Tabel 3. Hasil Penilaian Angket Respon Peserta
serta penutup. No Aspek yang dinilai Krteria Penilaian (%)
Pada kegiatan workshop, para peserta Sgt Baik Ckp Tdk
baik baik baik
mempresentasikan proposalnya selanjutnya ditelaah
1 Kesesuaian materi 67 33 0 0
oleh tim pelaksana. Jika pada pertemuan pertama dgn kebut. peserta
diketahui hanya tiga peserta yang pernah menyusun 2 Kedalaman, 58 42 0 0
proposal PTK maka pada pertemuan kedua seluruh kejelasan dan
peserta (100%) telah membuat proposal PTK. Hasil kemutakhiran materi
3 Tampilan dan 42 58 0 0
pemaparan proposal peserta, diketahui beberapa kesesuaian media
peserta belum mampu mengidentifikasi permasalahan dgn materi
pembelajaran yang dihadapi dengan baik (35,7%), 4 Kemampuan 67 33 0 0
instruktur
media pembelajaran yang digunakan sangat baik
menjelaskan materi
(53,57%), perlunya dilengkapi instrumen penilaian 5 Kemampuan 75 25 0 0
dan perangkat pendukung lainnya. Hasil ini instruktur menjawab
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan peserta pertanyaan
6 Kemampuan 75 25 0 0
sebelumnya dimana hanya 28,6% yang dapat
instruktur
mengidentifikasi masalah pembelajaran di kelasnya. memotivasi peserta
Masukan serta saran yang diberikan kepada peserta
menjadi acuan untuk melakukan revisi terhadap
proposal yang telah disusun. Hal ini menggambarkan Dari Tabel 3, diketahui secara umum seluruh
bahwa bentuk pelatihan berupa coaching dan peserta memberikan respon yang positif terhadap
counselling. Dalam konteks prilaku, pembimbingan kegiatan pelatihan. Rentang penilaian peserta pada
dapat dicapai dengan lebih baik jika melibatkan kriteria baik dan sangat baik, tidak ada peserta yang
hubungan yang sehat antara fasilitator selaku coach menilai cukup baik dan tidak baik. Aspek kesesuaian
selama peiode waktu mereka mengerjakan pekerjaan materi dengan kebutuhan peserta dan kemampuan
mereka[6]. instruktur menjelaskan materi oleh 67% peserta sangat
baik. Kemampuan instruktur menjawab pertanyaan
Selain workshop dan reviu proposal, materi dan memotivasi peserta dinilai oleh 75% peserta
pelatihan dilanjutkan dengan penyusunan artikel sangat baik. Kriteria penilaian baik terutama pada
ilmiah. Materi ini disampaikan guna menindaklanjuti tampilan dan kesesuaian media dengan materi yaitu
hasil penelitian tindakan kelas agar dapat disusun 58% peserta. Data tersebut menunjukkan perlunya
menjadi artikel yang bisa dipublikasikan dalam jurnal perbaikan pada aspek tampilan dan kesesuaian media
ilmiah nasional yang terakreditasi maupun belum dengan materi.
terakreditasi. Melalui penyampaian materi ini
diharapkan dapat membantu peserta mendapatkan Hasil pengisian angket juga menunjukkan bahwa
angka kredit maksimal untuk kenaikan pangkat. Tim mayoritas peserta berharap agar pelatihan penyusunan
pelaksana juga memberikan contoh artikel serta contoh proposal PTK dilakukan secara berkala atau
jurnal pendidikan untuk publikasi. berkesinambungan. Saran lainnya adalah adanya
tindak lanjut dari kegiatan yang dilakukan dan
Materi terakhir yang disampaikan yaitu menambahkan contoh-contoh penelitian tindakan
pengelolaan bengkel atau laboratorium. Bengkel atau kelas.
laboratorium merupakan sarana pendukung utama dari
pembelajaran yang berlangsung di SMK Negeri 4. SIMPULAN DAN SARAN
Wonosalam karena lulusan sekolah ini diharapkan 4.1 Simpulan
memiliki keterampilan atau keahlian yang sesuai Pelaksanaan kegiatan pengabdian berupa
kompetensi pada level 2 (operator). Pengelolaan pelatihan secara umum telah terlaksana dengan baik.
laboratorium sangat dibutuhkan oleh guru agar siswa Pelatihan dilaksanakan dengan dua kali pertemuan
dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan secara selama dua bulan. Hasil pelatihan menunjukkan
berlangsung di laboratorium. Pemahaman akan materi kemampuan guru untuk mengidentifikasi masalah
dilakukan dengan memberikan handout presentasi meningkat sebanyak 35,7%. Respon peserta terhadap
kepada seluruh peserta. pelatihan menilai sangat baik dan baik. Peserta menilai
Pada akhir pertemuan, tim pelaksana membagikan sangat baik untuk aspek kesesuaian materi, kedalaman
angket respon terhadap kegiatan yang dilakukan. materi, kemampuan instruktur menjelaskan materi,
Pengisian angket tersebut dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dan memotivasi peserta.
mendapat saran bagi perbaikan serta sebagai dasar
tindaklanjut kegiatan selanjutnya. Respon kegiatan
pelatihan meliputi penilaian tentang materi dan

28
4.2 Saran
Saran dari kegiatan yang telah dilakukan adalah
perlunya tindak lanjut dari kegiatan hingga tercapai
laran berupa laporan atau artikel yang siap
dipublikasikan.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Aqib, Zaenal, (2008). Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Yrama Widya.
[2]. Arikunto, Suharsimi, (2003). Dasar-Dasar
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[3]. Arikunto. Suhardjono. Supardi, (2006). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[4]. Donalson, Les, dan Edward E Scannel, (1993).
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Gaya Media Pratama.
[5]. Gulo, W, (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
[6]. Sule, Ernie Tisnawati and Saefullah, (2009).
Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

29
30
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Meningkatkan Higher Order Thinking Skills
Danang Tandyonomanu1*), Damajanti Kusuma Dewi2
1. Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Surabaya. Email: danangtandyonomanu@unesa.ac.id
2. Jurusan Psikologi, Universitas Negeri Surabaya. Email: damajantikusuma@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: danangtandyonomanu@unesa.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this research is to improve the high-level thinking skills of students. Based on experience, the
learning outcomes of students who demonstrated through formative and summative tests showed that they were
more demonstrate low-level thinking skills, but failed to answer questions that require higher-level thinking skills.
This study developed a project-based learning modules to guide the implementation of learning. With the method
of comparison to the development of learning outcomes found that this learning module can increase high-level
thinking skills. However, in the case of the module is not a component that gives the dominant contribution, there
are other components that contribute to improving HOTS.
Key Words: learning modul, HOTS, Project based learning

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi mahasiswa.
Berdasarkan pengalaman, hasil belajar mahasiswa yang ditunjukkan melalui tes formatif dan sumatif
menunjukkan bahwa mereka lebih menguasai keterampilan berpikir tingkat rendah, namun gagal dalam
menjawab pertanyaan yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Penelitian ini mengembangkan
modul yang berbasis strategi pembelajaran berbasis proyek untuk memberi pedoman pelaksanaan pembelajaran.
Dengan metode perbandingan terhadap perkembangan hasil belajar ditemukan bahwa modul pembelajaran ini
dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Namun, modul dalam hal bukan komponen yang
memberi kontribusi dominan, terdapat komponen lain yang turut berkontribusi untuk meningkatkan HOTS.
Kata kunci: modul pembelajaran, HOTS, pembelajaran berbasis proyek

1. PENDAHULUAN Pembelajaran berbasis proyek (Project based


learning/PjBL) adalah strategi yang dipilih untuk
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
kemampuan berpikir mahasiswa peserta matakuliah
tinggi, seperti melakukan sintesa, evaluasi, prediksi
psikologi pendidikan. Matakuliah ini merupakan
dan refleksi[2]. Model pembelajaran PjBL ini juga
matakuliah wajib bagi prodi kependidikan. Setiap
dapat meningkatkan keterlibatan siswa[3] baik
prodi kependidikan memiliki kurikulum yang
mahasiswa yang memiliki ketertarikan yang rendah
bervariasi, beberapa memberikan matakuliah dasar
terhadap materi hingga yang tinggi. Metode ini dapat
seperti pengantar/dasar psikologi; beberapa
juga dipergunakan untuk meningkatkan motivasi
memberikan matakuliah teori belajar/pembelajaran;
belajar[4].
dan beberapa tidak memberikan kedua matakuliah
tersebut. 2. METODE
Berdasarkan hasil ujian formatif dan sumatif Penelitian ini dilaksanakan selama tiga tahun.
pada tahun sebelumnya ditemukan bahwa mahasiswa Pada dua tahun awal adalah proses untuk
masih belum mampu mengembangkan kemampuan mengembangkan modul hingga menjadi prototipe
berpikir tingkat tinggi (Higher Order thinking produk yang siap digunakan. Sedangkan tahun ketiga
skills/HOTS). Berdasarkan taksonomi Bloom, adalah desiminasi pemanfaatan dari modul yang
mahasiswa dapat mempratekkan kemampuan pada dikembangkan, yang dalam hal ini mengukur
tingkat ingatan dan pemahaman, namun sedikit yang efektivitas penggunaan modul sesuai tujuan yang
bisa mengaplikasikan dan bahkan menerapkan pada diinginkan, yaitu meningkatkan HOTS. Efektivitas ini
tingkat yeng lebih tinggi: menganalisis, mengevaluasi diukur dan diuji peningkatan secara bertahap sesuai
dan melakukan sintesa/kreasi. dengan tahapan pembelajaran yang dilaksanakan.
Modul merupakan media yang dipilih untuk Analisis menggunakan uji-t. Adapun rancangan
mengatasi keragaman pada pelaksanaan perkuliahan. analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Modul memberikan kemudahan kepada pengajar dan
mahasiswa karena dapat menyajikan materi dengan
lebih terarah dan terstruktur. Pemanfaatan modul
dengan strategi yang tepat juga dapat meningkatkan
motivasi dan mendorong berpikir kritis[1].

31
b. Perkembangan kognitif
c. Perkembangan kepribadian
d. Perkembangan moral
Bagian 3, berisi tentang teori belajar, yang dibagi
menjadi beberapa sub bagian, yaitu:
a. Belajar (definisi, ciri, faktor yang mempengaruhi)
b. Teori belajar, yang dibedakan menjadi sub-sub
bagian, yaitu:
1) teori belajar behavior, mencakup teori belajar dari
Thorndike, Skinner dan Pavlov
2) teori belajar kognitif, mencakup teori belajar dari
Gestalt dan Piaget
Bagian 4, berisi tentang gejala-gejala kejiwaan
yang menimbulkan kesulitan belajar, terbagi menjadi
beberapa sub, yaitu:
a. inteligensi
Gambar 1. Alur Analisis Data
b. motivasi
Tiap bagian terdiri dari sub-bagian, di mana tiap
Tabel 1. Langkah Analisis Data
sub bagian terdiri dari :
Analisis Kegiatan
t-1 analisis perbedaan tingkat pengetahuan awal ke 1. deskripsi materi
pemahaman/C3 tiap deskripsi materi diakhiri dengan :
t-2 analisis perbedaan tingkat pemahaman/C3 ke a. rangkuman, yang terdiri dari beberapa kata
analisis/C4
t-3 analisis perbedaan tingkat analisis/C4 ke b. refleksi, sebagai kegiatan untuk
evaluasi/C5 menginterpretasikan materi dan mencari contoh sesuai
t-4 analisis perbedaan tingkat evaluasi/C5 ke dengan materi refleksi berfungsi sebagai scaffolding,
sintesis/C6 untuk memahami materi sesuai tujuan pembelajaran
t-5 analisis perbedaan tingkat pengetahuan awal
hingga akhir 2. kesimpulan, kesimpulan umum dari setiap sub
bagian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3. latihan
3.1 Deskripsi Modul Pembelajaran 4. daftar pustaka
Sesuai dengan prinsip modul[5], di mana 3.2 Efektivitaas Modul Pembelajaran Berbasis
1. self-instructional, mampu membelajarkan siswa Proyek
secara mandiri. Modul pembelajaran berbasis proyek
Oleh sebab itu, modul harus dilaksanakan pada empat kelas dengan mahasiswa
a. berisi tujuan yang jelas, sejumlah 123 orang. Pada setiap tahap pembelajaran
b. berisi materi yang dikemas dalam unit, dilakukan evaluasi formatif untuk mengetahui tingkat
c. berisi contoh dan ilustrasi, pencapaian hasil belajar. Evaluasi formatif dilakukan
d. berisi soal-soal latihan, setelah mahasiswa diberikan perlakuan sesuai dengan
e. materi disesuaikan dengan kondisi pengguna, tahapan kemampuan berpikir. Hasil pengujian
f. menggunakan bahasa yang sederhana dan terhadap peningkatan kemampuan berpikir pada setiap
komunikatif, tahap dapat dilihat dalam tabel 2.
g. berisi rangkuman, Tabel 2. Analisis uji beda
2. self-contained, seluruh materi pembelajaran dari Analisis Paired Samples Test
satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang t Sig. (2-tailed)
t-1 -10.064 .000
dipelajari terdapat dalam satu modul secara utuh. t-2 -12.343 .000
3. user friendly, instruksi dan paparan bersifat t-3 -5.106 .000
membantu pemakai, penggunaan bahasa yang t-4 6.989 .000
sederhana, mudah dimengerti dan menggunakan t-5 -17.293 .000
istilah yang user friendly Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi
Berdasarkan konsep-konsep modul di atas, maka peningkatan kemampuan berpikir mahasiswa dengan
modul pembelajaran berbasis proyek, terbagi menjadi penerapan modul pembelajaran berbasis proyek.Pada
4 bagian, yaitu: analisis t-1 adalah melakukan perbandingan dengan
Bagian 1, berisi tentang definisi psikologi, melihat kemampuan awal mahasiswa yang masih
pembelajaran dan psikologi pendidikan. berada pada level ingatan (C1) dan pemahaman (C2)
dapat ditingkatkan dengan menggunakan modul untuk
Bagian 2, berisi tentang perkembangan peserta mencapai kemampuan aplikatif (C3).
didik, yang di bagi menjadi beberapa sub bagian, yaitu:
Analisis t-2 yang membandingkan apakah terjadi
a. Perkembangan (definisi, ciri, prinsip, tugas peningkatan keterampilan berpikir dari aplikatif (C3)
perkembangan) menjadi keterampilan berpikir analitis (C4). Analisis

32
menunjukkan terjadi peningkatan dari perbandingan tingkat sistesis, dan juga analisis t-5 yang
hasil belajar setelah penerapan modul. membandingkan secara keseluruhan tahapan dengan
Demikian juga dengan analisis t-3, t-4 dan t-5, membandingkan hasil pre-test dan tugas akhir yang
bahwa perlakuan untuk bisa meningkatkan mengacu pada keterampilan sintesis/kreasi tidak
keterampilan berpikir untuk mencapai tingkatan yang sepenuhnya modul pembelajaran memiliki kontribusi.
lebih tinggi melalui tahapan-tahapan seperti dalam Keterampilan sistesis/kreasi (C6) sepenuhnya
modul secara signifikan dapat meningkatkan pola dipengaruhi oleh hal-hal lain di luar modul yang
berpikir dari tahap akhir keterampilan berpikir tingkat digunakan.
rendah, secara bertahap dapat menjadi keterampilan Dalam pembelajaran terdapat komponen
berpikir tingkat tinggi, yaitu dari aplikatif, analitis, pembelajaran yang saling terkait, yaitu tujuan
evaluatif, dan sintesis. pembelajaran, materi, strategi pembelajaran, media,
dosen, mahasiswa dan evaluasi. Modul pembelajaran
Tabel 3. Analisis Korelasi berbasis proyek, merupakan salah satu bentuk media
Paired Samples Correlations Treatment
pembelajaran yang di dalamnya memuat tujuan,
Analisis materi, strategi pembelajaran dan sekaligus evaluasi.
Corelation Sig. Contribution
t-1 .236 .008 5.56% Modul lebih bersifat sebagai media mandiri. Dalam
t-2 .316 .000 10% setiap tahapan pengembangan kemampuan berpikir
t-3 .517 .000 26.73%
memiliki tujuan, materi dan evaluasi yang berbeda.
t-4 .170 .060 -
t-5 .070 .444 - Meskipun komponen strategi masih memiliki
kesamaan, yaitu pembelajaran berbasis proyek yang
menjadi strategi utama dalam pengembangan modul.
Pada analisis terhadap korelasi (tabel 3) pada
kegiatan t-1 yaitu mencari korelasi antara hasil pre test Selain modul terdapat komponen pembelajaran
dengan bagian pendahuluan modul yang menekankan lainnya, yaitu dosen dan mahasiswa. Modul ini tidak
pada keterampilan berpikir tingkat aplikasi hanya digunakan oleh dosen yang sama, melainkan
menunjukkan bahwa modul memberikan kontribusi oleh beberapa dosen pengampu matakuliah psikologi
pada capaian kemampuan aplikasi sebesar 5.56%, pendidikan. Setiap dosen memiliki kebutuhan,
sedangkan 94,66% kemampuan berpikir aplikasi kemampuan dan motivasi yang berbeda. Demikian
dipengaruhi oleh hal lain selain modul yang juga mahasiswa. Mereka memiliki tingkat intelegensi,
dipergunakan. latar belakang pengetahuan dan juga memiliki
kecepatan belajar yang berbeda. Dalam penelitian ini
Pada analisis terhadap t-2 terdapat peningkatan
tidak semua komponen yang terlibat dalam proses
korelasi antara keterampilan berpikir aplikatif (C3)
pembelajaran menjadi variabel yang diamati. Hanya
sebelum penggunaan modul dengan ketermampilan
modul dengan strategi pembelajaran tertentu yang
berpikir analitis (C4) pada saat setelah penggunaan
diamati, sedangkan komponen lainnya tidak. Hal ini
modul. Peningkatan peran modul pembelajaran
yang menjadikan kontribusi modul tidak menjadi
berbasis proyek sebesar 10% dalam membentuk C4,
komponen yang dominan dalam meningkatkan HOTS
namun 90% ditentukan oleh hal lain di luar
mahasiswa.
penggunaan modul. Demikian juga pada analisis t-3,
di mana membandingkan peningkatan keterampilan 4. KESIMPULAN
berpikir dari analitis (C4) menjadi evaluatif (C5). Modul pembelajaran berbasis proyek dapat
Terjadi peningkatan kontribusi modul dalam meningkatkan HOTS mahasiswa. Namun modul tidak
pencapaian C5, yaitu menjadi sebesar 26.73%, secara dominan sebagai satu-satunya komponen yang
sedangkan 73.27% ditentukan oleh hal lain. berkontribusi terhadap peningkatan peningkatan
Pada tahapan t-1, t-2 dan t-3 terdapat peningkatan HOTS.
kontribusi modul terhadap peningkatan ketermpilan
berpikir tingkat tinggi yaitu pada keterampilan berpikir 5. DAFTAR PUSTAKA
analitis dan evaluatif. Peningkatan kontribusi modul [1]. Bartcher, K, Gould, B and Nutter, S. (1995). Increasing
ini karena terjadi adanya proses pembiasaan terhadap student motivation through project-based learning.
penggunaan modul pembelajaran berbasis proyek. Master’s Research Project, Saint Xavier andIRI
Skylight.
Dalam setiap tahapan terdapat proses refleksi untuk
menginterpretasikan materi dan pencarian contoh yang [2]. Belland, B.R., Ertmer, P.A, and Simons, K.D. (2006).
sesuai. Refleksi tersebut juga berfungsi sebagai Perceptions of the value of problem-based learning
scaffolding untuk memahami materi dan sebagai dasar among students with special needs and their
teacher. The Interdisplinary Journal of Problem-
untuk melanjutkan pada materi dengan tingkatan lebih
based Learning, 1(2), 1-18; Brush, T and Saye, J.
tinggi. (2008). The Effects of multimedia supported problem-
Namun demikian kontribusi modul tersebut tidak base inquiry on student engagement, emphaty, and
dominan. Terdapat faktor lain di luar modul yang lebih assumtions about history. The Interdisplinary Journal
dominan berperan dalam pembentukan keterampilan of Problem-based Learning, 2(1), 21-56
berpikir tingkat tinggi. Bahkan pada analisis t-4 yang [3]. Horan, C., Lavaroni, C., and Beldon, P. (1996).
melihat peningkatan keterampilan berpikir menuju Observation of Tinker Tech Program students for

33
Critical Thinking and social Participation
Behaviots. Novato, CA: Buck Institude for Education
[4]. Kasiran, Siti Ezainora, Johari Surif, Nor Hasniza
Ibrahim dan Mahani Mokhtar. (2012). Contruction of
Modul Celik Mol to Increase The Effectivenest of
the Process of Teaching and Learning Science,
Learning Science and Mathematic, Issue 7, November
2012, 12-21
[5]. Masek, Alias Bin. (2012). The Effects of Problem
Based Learning on Knowledge Acquistion, Critical
Thinking and Instrinsic Motivation of Electrical
Engineering Students. Faculty of Technical and
Vocational Education University Tun Hussein Onn
Malaysia. Diakses 23 Juni 2013:
http://eprints.uthm.edu.my/2912/1/ALIAS_BIN_MA
SEK_1.pdf
[6]. Smaldino, Sharon E., Lowther, Deborah l.,and Russell,
James D. (2012). Instructional Technology and
Media for Learning.10th Eds. Boston: Parson.

34
The Influence of Inquiry Based Learning on Students' Knowledge of
Control Systems
Diah Wulandari 1*), Muhamad Syariffuddien Zuhrie 2
1
Jurusan Teknik Mesin Unesa, Unesa, Surabaya. Email: diahwulandari@unesa.ac.id
2
Jurusan Teknik Elektro, Unesa, Surabaya. Email: zuhrie.syarif@gmail.com
*)Alamat korespondensi: Email: diahwulandari@unesa.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of the use of the inquiry learning using learning materials
with the help of software delphi. Development of learning in the form of learning modules and trainer on courses
Setting Techniques to increase the knowledge and ability of the student. Validity and effectiveness of quality
learning materials at the time used in the learning process can be measured with a data analysis of the results of
the observations the observer during the learning. Data pre test and post test were analyzed by t-test to find out
the capacity of students. The results showed that materials meet the criteria effectively. From this data are then
processed and analyzed so that it can be concluded that materials meet the criteria effectively. The results of the
application of learning modules on the subject of the value of formative tests with an average of successively 87.5
for subject 1, as well as 86.25 for subject 2. The difference between before and after the application of the module
can be seen from the magnitude of the difference between test results of t test value of pre-and post test-test subject
1 and 2 respectively, i.e. 19.85 9.63 and both of which stated that the use of modules to improve learning
achievements of the influential students. Based on the results obtained, it can be concluded that the materials being
developed to meet the criteria of valid, effective, and can increase the knowledge and skills of the students.
Observation on the activity of Professor overall is good. On student activities, Observation skills to formulate the
problem, hypothesis, gather data, formulate hypotheses, analyze test average is at a good level.
Key Words: Module, Trainer, inquiry, Delphi, Valid

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran inkuiri menggunakan
bahan ajar dengan bantuan software delphi. Pengembangan perangkat pembelajaran yang berupa modul ajar
dan trainer pada mata kuliah Teknik Pengaturan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa.
Kevalidan dan keefektifan kualitas bahan ajar pada saat digunakan dalam proses pembelajaran dapat terukur
dengan analisa dari data hasil hasil pengamatan observer selama pembelajaran. Data pre test dan post test
dianalisis dengan t-test untuk mengetahui peningkatan kemampuan mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahan ajar memenuhi kriteria efektif. Dari data tersebut kemudian diolah dan dianalisa sehingga dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar memenuhi kriteria efektif. Hasil penerapan modul pembelajaran pada pokok
bahasan nilai tes formatif dengan rata-rata berturut-turut 87,5 pada pokok bahasan 1, serta 86,25 pada pokok
bahasan 2. Perbedaan yang terjadi antara sebelum dan sesudah penerapan modul dapat dilihat dari besarnya
ttest hasil uji beda antara nilai pre-test dan post-test pada pokok bahasan 1 dan 2 secara berturut-turut yaitu
19,85 dan 9,63 yang keduanya menyatakan bahwa penggunaan modul berpengaruh untuk meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan
memenuhi kriteria valid, efektif, dan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Pada
pengamatan aktivitas dosen secara keseluruhan adalah baik. Pada Pengamatan aktivitas mahasiswa, untuk
ketrampilan merumuskan masalah, hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan analisa rata-
rata berada pada level baik.
Kata kunci: Modul, Trainer, Inkuiri, Delphi, Valid

1. Introduction the skills standard of qualification, attitudes and


The knowledge and ability of the student should behavior in accordance with the needs of industry or
be able to meet the needs of the world of work, that is workplace.
capable of running the industrial process properly. So
the increase in the competence of prospective 2. The Purpose And Benefits Of Research
graduates always done by agencies or institutions of Research Objectives
education/training. The purpose of this research is to develop a
This research developed modules of learning the Module Teaching Engineering settings that use the
basics of learning-based control system of inquiry by Delphi Software Engineering Courses in the settings.
using the delphi software-oriented industry. This research resulted in a product that is a teaching
Education of electrical engineering in the development module equipped with props to facilitate
of which UNESA is closely related to the industry will understanding of the given material. The module is
always be sued should be able to equip graduates with used to provide learning materials that comply with the

35
demands of the curriculum, taking into consideration 4. Representation of the curve shape of the shoulder
the needs of the learners. So learning material has a 5. Representation of the curve-S
conformity between industry needs and the approach
to the learners.

2.1 The Benefits Of Research


Learning materials and props in the form of
equipment "Engineering settings that use the Delphi
Software" would be very beneficial in an attempt of
delivery of material in a more effective and efficient so
as to enhance the skills of students in understanding
and ability in engineering in the Department of
electrical engineering settings UNESA. Props help
convey the concept with a new form. Props allow the Fig 1. Fuzzy Logic
abstract concepts that are presented in the form of
concrete. The material became more concrete so that
students at the lower levels will better understand and 4. Research Methods
understand what is being taught. Teaching with faster, 4.1 Flowchart
can address the problem of the limitations of time and To effect to compose of learning techniques module
place, maintaining the concentration of college settings then do activities as images.
students, adding to the sense of power as well as add
freshness in teaching so as to enlarge the interest and
attention of students. Because students get real
experience and independent attitudes can grow on each
student.

3. Review of the literature


Inquiry method is a method of learning that strives
to impart the basics of scientific thinking about the
students, so that in the process of learning is a lot more
students learn by themselves, develop creativity in
solving problems. According to[1], the syntax of
inquiry based learning cycle 5E: Engage, Explore,
Extension, Explanation, Evaluation.
Tabel 1.Inquiry Based Learning 5E
No Syntax Teacher Activity
Fig 2. Research flowchart
1. Engage Generate interest of students
by means of asking questions
with a phenomenon
4.2 The Subject Of Research
encountered
The subject of research in the development of
2. Explore Investigations by means of
learning the instrumentation and Control Module-
observation or observation of
based "Software With Delphi Inquiry Based Learning"
various natural phenomena
are curriculum development experts, learning module
3. Extension Collect the data relates to the developers and the students majoring in electrical
questions asked engineering UNESA.
4. Explanation Formulate conclusions based
on the data 4.3 Data collection and data analysis techniques
5. Evaluation Ask the alleged or possible The initial collection of data obtained from
answers observations in the field and discussions. So that the
The fuzzy logic controller is famous for its desired skills known by the industrialized world. It
reliability, easy and gives excellent control as also acquired a formula formulas topics module
compared to other techniques usually require effort materials engineering settings that follow the changing
and funds. times.
5. Results and Discussion
Application of the theory of this logic is able to create Based on data obtained stating that overall in the
a revolution in technology. preparation of the resulting module is good in terms of
Fuzzy logic contains: characteristics, content, language, illustrations, format
1. Membership Function and cover are valid. It is seen from the analysis of the
2. Representation of Curve Triangle average score given by the 3 validator before module
3. Representation of the curve Trapezoid is used for data retrieval research.

36
Based on the data obtained shows that the from the value that has been given the observatory was
application of the learning modules on each of these 67% (1 aspect) of value 3 (good) and 33% (2 aspects)
subjects is effective. This is evidenced by the average of value 4 (very good).
value of a student good post-test in succession is 87.5
for subject 1 and subject 2 at 86.25. 6. Conclusion
Based on the results of the analysis and discussion
5.1The difference between before and after the of research data about the development of the
application of the learning modules engineering module settings in the Electrical
The difference between before and after the Engineering Department of Unesa, then it can be
application of module teaching techniques of settings inferred:
in electrical engineering can be seen based on the 1. The form module settings in the Engineering
difference between the value of the test results of the Department of electrical engineering, along with
pre-test and post-test for 2 times meeting on the use of the resulting trainer Unesa are effective, practical
formative tests on modules 1 and 2. From the and interesting so that it can improve the learning
calculations showed that the magnitude of ttest= 19.85 achievements of students.
and count is greater than the critical value of the 2. The results of the application of learning modules
distribution of t = 1.7033. As such, then the use of the on the subject of the value of formative tests with
module can be expressed efficiently to improve the an average of 87,5 consecutive, on the subject of 1,
results of student learning. The second test shows that as well as 86,25 on the subject 2. This suggests that
the magnitude of ttest = 9.63. As such, then the use of learning to use the module is one of the effective
the module can be expressed effectively to improve the ways to improve learning achievements of
results of student learning. students.
The observations refers to the cycle of learning the The difference between before and after the
syntax inquiry 5E (Engage, Explore, Extension, application of the module can be seen from the
Explanation, Evaluation). According to Ibrahim magnitude of the difference between test results ttest the
(2010) which is divided into the stages are presented value of pre-and post test-test subject 1 and 2
in the form of a percentage of each score. Learning respectively, i.e. 19.85 and 9.63 and both of which
activities that have been implemented by the Lecturers stated that the use of the influential module to improve
seen from several aspects, namely implementation, student learning achievement.
management of time and observation of the
7. Bibliography
atmosphere of a class consisting of 16 aspects of the
meeting of 1st overall is good. It can be seen from the [1]. Ibrahim, Muslimin (2010), Pembelajaran inkuiri.
value that has been given the observatory was 50% (8 [2]. Adviso F, bernardo (1990). Development Of The
aspects) of value 3 (good) and 50% (8 aspects) of value National Training Council As The Coordinating
4 (very good). Body For Technical And Vocational Trainng,
Learning activities that have been implemented by Jakarta: Depdikbud
the Lecturers seen from several aspects, namely [3]. Blank,WE. (1982). Handbook For Developing
implementation, management of time and observation Competency Based Training Program. Englewood
of the atmosphere of a class consisting of 16 aspects of Cliffs; Prentice Hall.
the meeting-2nd overall is very good. It can be seen [4]. Bonk CJ, Cummings JA, Hara N, Fischler RB, Lee
from the value that has been given the observatory was SM. (2000)A ten level web integration continuum
29% (5 aspects) of value 3 (good) and 71% (11 for higher education: new resources, partners,
aspects) of value 4 (very good). courses, and markets. Abbey B, ed. Instructional and
Students ' affective domain observation results at cognitive impacts of web-based education. University
the meeting of 1st overall is good. It can be seen from of Indiana
the value that has been given the observatory was 17% [5]. Brown S. (1999) Reinventing the university. Assoc
(1 aspect) of value 2 (sufficient), 50% (3 aspects) of Learning Technol J; 6: 30-37. Fender B. The e-
value 3 (good) and 33% (2 aspects) of value 4 (very university project. London: Higher Education Funding
good). Psychomotor domain observations of students Council for England.
at a meeting of the 1st overall is very good. It can be [6]. Carr MM, Reznick RK, Brown DH. (1999)
seen from the value that has been given the observatory Comparison of computer-assisted instruction and
was 33% (1 aspect) of value 3 (good) and 67% (2 seminar instruction to acquire psychomotor and
aspects) of value h 4 (very good). cognitive knowledge of epistaxis management.
Students ' affective domain observations at a Otolaryngol Head Neck Surg; 121: 430-434.
meeting of the 2nd overall is good. It can be seen from [7]. Cochran, Rachel et al.(2007). The impact of Inqury-
the value that has been given the observatory was 17% Based Mathematics on Context Knowledge and
(1 aspect) of value 2 (sufficient), 50% (3 aspects) of Classroom Practice. Journal.
value 3 (good) and 33% (2 aspects) of value 4 (very Tersedia:http://www.rume.org/crume2007/papers/coc
hran-mayer-mullins.pdf
good). Psychomotor domain observations of students
at a meeting of the 2nd overall is good. It can be seen

37
38
Validitas dan Kepraktisan Video Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Berorientasi Project Based Learning
Endang Susantini1*), Tjipto Prastowo2, Abdul Kholiq3, Mukhayyarotin Niswati Rodliyatul
Jauhariyah4
1.
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: endangsusantini@unesa.ac.id
2.
Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: tjipto.pratowo@unesa.ac.id
3.
Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: abdulkholiq@unesa.ac.id
4.
Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: mukhayyarotin@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: endangsusantini@unesa.ac.id

ABSTRACT
This study developed a physics lesson video intended for prospective teachers how to teach physics Video
serve scientific approach oriented Project Based Learning (PPA) on Dynamic Electrical material. The purpose of
this study was to describe the validity and practicality of the video media to be applied in the lecture. The study
involved three validator and three observers. Validator provides an assessment of Physics learning videos include
aspects of physical appearance, presentation, content, and language. Observer observes keterlaksanaan lecture
implement video as modeling the physics teacher candidates in order to mimic the PPA in accordance with the
teaching of video watched. Data were analyzed qualitatively. The tests showed that the video meets the criteria
developed very feasible means, good quality, easy to understand, and in accordance with the context of the study.
Observations indicate that all learning step by applying a video that can be developed very successfully. The
implication of this research is giving an example of how to teach a particular learning models can take advantage
of self-developed video.
Keywords: validation, keterlaksanaan lectures, instructional videos Physics, scientific approach, PPA

ABSTRAK
Penelitian ini mengembangkan video pembelajaran Fisika yang ditujukan bagi calon guru Fisika.Video
menayangkan cara mengajar pendekatan saintifik berorientasi Project Based Learning (PjBL) pada materi Listrik
Dinamis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan validitas dan kepraktisan media video yang akan
diterapkan dalam perkuliahan. Penelitian ini melibatkan tiga validator dan tiga observer. Validator memberikan
penilaian video pembelajaran Fisika meliputi aspek tampilan fisik, penyajian, isi, dan bahasa. Observer
mengamati keterlaksanaan perkuliahan yang menerapkan video sebagai modeling bagi calon guru Fisika agar
dapat meniru cara mengajar PjBL sesuai dengan video yang ditonton. Data yang diperoleh dianalisis secara
kualitatif. Hasil validasi menunjukkan bahwa video yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat layak artinya,
berkualitas baik, mudah dipahami, dan sesuai dengan konteks kajian. Hasil observasi menunjukkan bahwa semua
langkah pembelajaran dengan menerapkan video yang dikembangkan dapat terlaksana dengan sangat baik.
Implikasi dari penelitian ini adalah pemberian contoh cara mengajarkan model pembelajaran tertentu dapat
memanfaatkan video yang dikembangkan sendiri.
Kata kunci: validasi, keterlaksanaan perkuliahan , video pembelajaran Fisika, pendekatan saintifik, PjBL

menerapkan pembelajaran pendekatan saintifik dan


1. PENDAHULUAN
melatih siswa menggunakan pendekatan saintifik pada
Pendekatan Saintifik telah banyak diterapkan pada proses pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan
proses pembelajaran dalam kurikulum 2013. Proses bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran pendekatan saintifik memerlukan pembelajaran adalah suatu kebutuhan bagi guru, akan
adanya kegiatan yang memuat tahapan-tahapan tetapi guru tidak mengetahui cara melatihkannya [2].
saintifik antara lain mengamati, menanya, Salah satu cara untuk melatihkan keterampilan
mengumpulkan data dan informasi, mengasosiasi, dan mengajar dengan pendekatan saintifik pada guru
mengkomunikasi. Bahkan dapat ditambahkan dengan maupun mahasiswa calon guru adalah menggunakan
kegiatan mencipta [1]. media video pembelajaran. Video pembelajaran dapat
Guru memiliki tanggungjawab untuk aktif dalam membantu guru maupun mahasiswa calon guru untuk
merencanakan pembelajaran dan mendesain memahami tahapan-tahapan atau fase-fase mengajar
pengalaman belajar yang aktif dan memuat tahapan- menggunakan pendekatan saintifik. Penggunaan video
tahapan saintifik. Guru diharapkan mampu pembelajaran dalam perkuliahan akan memberikan
memfasilitasi siswa dalam mengahasilkan, menguji, gambaran yang lebih konkret dan lebih menarik.
menerima atau menolak suatu pernyataan maupun Pernyataan tersebut sesuai dengan Agommuoh dan
teori ilmiah. Hal tersebut akan mendorong siswa Nzewi[3] yang menyatakan bahwa video adalah alat
secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. instruksional yang memiliki kapasitas untuk
Oleh karena itu guru harus mempersiapkan diri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, membangkitkan

39
minat dan pemikiran serta mengkonkretkan  Analisis mahasiswa (usia, motivasi
Analyze
pengetahuan. Selain itu, video dapat meningkatkan Learner
dalam belajar, pengetahuan prasyarat
dorongan untuk belajar, mengingat, dan melakukan yang sudah dimiliki)
keterampilan mengajar yang spesifik[4].
 Analisis kurikulum S1 Kependidikan
Mahasiswa calon guru dapat belajar dengan lebih Unesa, khususnya Kelompok Mata
banyak, lebih lama bertahan dalam ingatan, dan State
Kuliah Keahlian Berkarya
bahkan dapat mengembangkan keterampilan yang Objective (Pembelajaran Inovatif II)
diharapkan melalui penggunaan video sebagai media  Merumuskan Indikator/Tujuan
Pembelajaran untuk topik yang akan
belajar [5]. Keterampilan yang diharapkan meningkat dibuat video pembelajaran
adalah keterampilan mahasiswa calon guru mengajar
menggunakan pendekatan saintifik. Keterampilan
 Membuat perangkat pembelajaran
tersebut merupakan komponen penting yang harus Pendekatan Saintifik berorientasi
Select
dimiliki mahasiswa calon guru untuk melakukan Media and Project Based Learning prodi Fisika
pembelajaran di sekolah. Faktanya, video Materials  Membuat skenario video pembelajaran
pembelajaran jarang digunakan untuk  Memilih, dan membuat tampilan video
 Menelaahkan perangkat pembelajaran,
mengembangkan kemampuan mengajar yang skenario dan video ke ahli pembelajaran
berkaitan dengan tahapan-tahapan pendekatan MIPA dan teknologi pendidikan.
saintifik [1].
Pendekatan saintifik harus dimasukkan ke dalam Utilize
model pembelajaran yang spesifik dan mempunyai Media and  Uji coba terbatas video pembelajaran
Materials kepada mahasiswa Prodi Pendidikan
sintaks atau prosedur yang sistematis mengenai
Fisika Unesa
kegiatan guru dan siswa. Beberapa model
pembelajaran telah diajarkan kepada para guru
 Mengumpulkan data keterlaksanaan &
maupun mahasiswa calon guru, misalnya Project analisis video
Require
Based Learning, Problem Based Learning, Inquiry Learner  Mengamati aspek keterampilan
Discovery Learning, Contextual Learning, dan Performan mengajar mahasiswa setelah
Cooperative Learning[7-12]. Salah satu model ce mengamati video pembelajaran di kelas
pembelajaran yang inovatif mengajarkan berbagai  Mengumpulkan data berupa respon
mahasiswa
strategi kritis untuk sukses pada abad 21 adalah
Project Based Learning (PjBL). Model pembelajaran
ini mendorong siswa untuk membangun pengetahuan Evaluate
and Revise  Melakukan evaluasi pada aspek-aspek
siswa sendiri melalui inkuiri. Melalui model penting terkait pengembangan video
pembelajaran ini siswa dituntut bekerja secara pembelajaran
kolaboratif untuk menemukan dan menciptakan  Melakukan revisi dan penyempurnaan
sebuah proyek yang merefleksikan pengetahuan siswa. video pembelajaran berdasarkan
Siswa akan menemukan sesuatu yang baru, menjadi masukan ahli dan ujicoba
komunikator dan pemecah masalah yang handal [13].
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan Gambar 1. Bagan Skematis Prosedur Penelitian
penelitian pengembangan video pembelajaran
pendekatan saintifik berorientasi Project Based Deskripsi singkat video pembelajaran yang
Learning (PjBL) yang layak sekaligus dapat dikembangkan:
digunakan dalam perkuliahan bagi mahasiswa calon Video Pembelajaran Pendekatan Saintifik Berorientasi
guru. Topik yang dipilih dalam pengembangan video Project Based Learning (PjBL) pada materi Listrik
adalah Listrik Dinamis pada mata pelajaran Fisika. Dinamis berdurasi 31 menit 40 detik. Video
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan menayangkan seorang Guru Fisika dan 18 siswa SMA
kelayakan video ditinjau dari 1) validitas video, 2) dengan seting kegiatan belajar mengajar di kelas.
validitas perangkat pembelajaran, 3) keterlaksanaan Lokasi pengambilan gambar adalah di Fakultas MIPA
perkuliahan, dan 4) respon mahasiswa calon guru Unesa. Video menayangkan kegiatan pembelajaran
Fisika terhadap video yang dikembangkan. dengan Pendekatan Saintifik yaitu melatihkan
keterampilan saintifik antara lain mengamati,
2. METODE menanya, mencoba, mengasosiasi dan
Jenis penelitian ini merupakan penelitian mengomunikasi. Selain itu, di dalam video tersebut
pengembangan (Developmental Research) yang menayangkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan 6
mengembangkan video pembelajaran pendekatan fase pada Project Based Learning (PjBL) yaitu
saintifik berorientasi Project Based Learning (PjBL) menentukan pertanyaan mendasar, mendesain sebuah
pada materi Listrik Dinamis untuk meningkatkan perencanaan proyek, menyusun jadwal kegiatan,
keterampilan mengajar calon guru Fisika. Metode memonitor siswa dalam kemajuan proyek,
yang digunakan dalam pengembangan video adalah menilai/menguji hasil belajar dan mengevaluasi
ASSURE [14]. Secara skematis seperti gambar 1. pengalaman.

40
Materi Fisika yang dipilih adalah Listrik Dinamis. 1,5<SVP≤2,5 = Kurang layak dan dapat
Video menayangkan kegiatan Guru saat memberikan digunakan dengan banyak revisi
apersepsi mengenai materi rangkaian listrik, Hukum 2,5<SVP≤3,5 = Layak dan dapat digunakan
Ohm dan Hukum Kirchoff yang bertujuan untuk dengan sedikit revisi
mengingatkan kembali siswa pada materi sebelumnya 3,5<SVP≤ 4 = Sangat layak dan dapat
dan berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. digunakan tanpa revisi
Kemudian Guru memberikan demonstrasi dan 3. Sedikit revisi, jika sub komponen kelayakan
menampilkan video tentang lampu yang dapat perangkat pembelajaran yang harus direvisi paling
dinyalakan atau dimatikan dengan dua saklar, hal ini banyak 25% dari seluruh jumlah sub komponen
bertujuan untuk agar siswa dapat menentukan kelayakan perangkat pembelajaran
pertanyaan mendasar. Guru memberikan tugas proyek
4. Banyak revisi, jika sub komponen kelayakan
dan membagi siswa dalam kelompok, kemudian
perangkat pembelajaran yang harus direvisi lebih
menampilkan contoh proyek (maket rumah) pada slide
dari 25% dari seluruh jumlah sub komponen
power point. Siswa mendesain perencanaan tugas
kelayakan perangkat pembelajaran.
proyek yaitu gambar maket rumah dan jaringan listrik.
Selain itu, siswa menyusun jadwal pelaksanaan tugas Kepraktisan video pembelajaran yang
proyek. Setiap kelompok mempresentasikan rencana dikembangkan diperoleh dengan teknik observasi
proyek dan jadwal kegiatan selanjutnya mengerjakan terhadap keterlaksanaan perkuliahan yang menerapkan
tugas proyek di luar jam pelajaran Fisika. Guru video sebagai modeling bagi mahasiswa calon guru
memonitor kegiatan siswa di dalam kelas maupun Fisika. Observasi dilakukan menggunakan lembar
diluar kelas. Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan keterlakasanaan pengamatan video
maket rumah dan jaringan listrik sesuai perencanaan, pembelajaran Pendekatan Saintifik berorientasi PjBL
pada saat presentasi Guru melakukan penilaian. Guru pada topik Listrik Dinamis. Skor yang diperoleh
melakukan evaluasi terhadap pengalaman siswa dihitung menggunakan persamaan (3) yaitu:
selama melakukan tugas proyek. Jumlah Skor yang Diperoleh
SK  4 ... (3)
Validitas video pembelajaran yang dikembangkan Skor Maksimum
diperoleh dari penilaian tiga validator. Penilaian Keterangan:
tersebut meliputi tampilan fisik, aspek penyajian,
1. SK = Skor Keterlaksanaan
aspek isi, dan aspek bahasa. Skor validasi dihitung
menggunakan persamaan (1) yaitu: 2. Kriteria Skor Keterlaksanaan:
1,0<SK≤1,5 = Kurang Baik
Jumlah Skor yang Diperoleh 1,5<SK≤2,5 = Cukup Baik
SVV  4 ... (1)
Skor Maksimum 2,5<SK≤3,5 = Baik
Keterangan: 3,5<SK≤4 = Sangat Baik
1. SVV = Skor Validasi Video Selain itu, kepraktisan video pembelajaran yang
dikembangkan dapat dilihat dari hasil analisis
2. Kriteria Skor Validasi Video:
mahasiswa calon guru Fisika terhadap video
1,0<SVV≤1,5 = Tidak layak dan belum dapat pembelajaran Pendekatan Saintifik berorientasi PjBL
digunakan pada topik Listrik Dinamis.
1,5<SVV≤2,5 = Kurang layak dan dapat
digunakan dengan banyak revisi
3. HASIL
2,5<SVV≤3,5 = Layak dan dapat digunakan
dengan sedikit revisi 3.1 Validasi Video Pembelajaran
3,5<SVV≤ 4 = Sangat layak dan dapat Video Pembelajaran Pendekatan Saintifik
digunakan tanpa revisi berorientasi PjBL pada topik Listrik Dinamis yang
dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan
Selain validasi terhadap video, validasi dilakukan mengajar guru Fisika divalidasi oleh 3 validator. Hasil
terhadap perangkat pembelajaran Pendekatan Saintifik validasi video disajikan pada Tabel 1.
berorientasi Project Based Learning (PjBL) meliputi
RPP, LKS dan Skenario yang diterapkan dalam video Tabel 1. Hasil Validasi Video Pembelajaran Pendekatan
yang dikembangkan. Skor validasi perangkat dihitung Saintifik berorientasi PjBL pada topik Listrik Dinamis
menggunakan persamaan (2) yaitu: No. Aspek Skor Kategori
Jumlah Skor yang Diperoleh 1 Tampilan Fisik 3,83 Sangat Layak
SVP  4 ... (2) 2 Penyajian 3,39 Layak
Skor Maksimum 3 Isi 3,67 Sangat Layak
Keterangan: 4 Bahasa 3,25 Layak
NILAI VALIDASI SEMUA 3,53
1. SVP = Skor Validasi Perangkat ASPEK
Sangat Layak
2. Kriteria Skor Validasi Perangkat:
1,0<SVP≤1,5 = Tidak layak dan belum dapat Nilai validasi tertinggi diperoleh pada aspek
digunakan tampilan fisik yaitu 3,83 sedangkan nilai validasi
terendah diperoleh pada aspek bahasa yaitu 3,25.

41
Terdapat dua aspek pada video termasuk kategori No. Aspek Pengamatan Skor Kategori
sangat layak yaitu tampilan fisik dan isi, sedangkan 4. Membagi mahasiswa dalam 4 Sangat
kelompok (Fase 3 Mengorganisasi Baik
dua aspek lainnya termasuk kategori layak yaitu Siswa dalam Kelompok)
penyajian dan bahasa. Nilai validasi video pada 5. Membagi LKM kepada setiap 4 Sangat
keseluruhan aspek diperoleh nilai 3,53 dengan mahasiswa Baik
kategori sangat layak. 6. Menyajikan video Pembelajaran 4 Sangat
Pendekatan Saintifik Berbasis Baik
Project Based Learning/PjBL
3.2 Validasi Perangkat Pembelajaran pada topik Listrik Dinamis
7. Mahasiswa mengamati video yang 4 Sangat
Selain validasi terhadap video yang disajikan dan mencatat langkah Baik
dikembangkan, validasi dilakukan terhadap perangkat proses pembelajaran yang terdapat
pembelajaran yang diterapkan dalam video tersebut. dalam video
Data hasil validasi terhadap perangkat pembelajaran 8. Ketika memperhatikan video, 3.5 Sangat
mahasiswa diminta mengecek Baik
disajikan pada Tabel 2. keterlaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru pada
Tabel 2. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran tayangan video sesuai dengan
Pendekatan Saintifik berorientasi PjBL pada topik pertanyaan pada LKM
Listrik Dinamis (mengumpulkan data atau
No. Perangkat Skor Kategori informasi). (Fase 4 Membimbing
1 RPP 3,63 Sangat Layak Kerja Kelompok dan Belajar)
2 LKS 3,57 Sangat Layak 9. Setelah mengamati proses 3.5 Sangat
3 Skenario 3,78 Sangat Layak pembelajaran yang ada pada video, Baik
mahasiswa diminta berdiskusi dan
Nilai validasi terhadap perangkat pembelajaran mengerjakan LKM berdasarkan
menunjukkan bahwa seluruh perangkat termasuk hasil pengamatannya.
dalam kategori sangat layak. Nilai tertinggi adalah 10. Dosen memberi kesempatan 4 Sangat
skenario yaitu 3,78 dan nilai terendah adalah LKS memutar kembali video Baik
Pendekatan Saintifik Berbasis
yaitu 3,57. PjBL pada topik Listrik Dinamis
dengan menggunakan laptop
3.3 Kepraktisan Video kelompok.
Video dan perangkat pembelajaran yang 11. Memberikan kesempatan 4 Sangat
mahasiswa untuk bertanya terkait Baik
digunakan dalam video selanjutnya diujicobakan video yang telah diamati terutama
kepada mahasiswa calon guru Fisika untuk mengenai pendekatan saintifik dan
memperoleh data kepraktisan video. PjBL
3.3.1 Keterlaksanaan Perkuliahan 12. Meminta mahasiswa 4 Sangat
mengomunikasikan hasil Baik
Kepraktisan video dapat dilihat dari hasil pengamatan yang tertulis dalam
observasi terhadap keterlaksanaan perkuliahan yang LKM
menerapkan video. Observasi dilakukan oleh 2 13. Kelompok lain memberikan 4 Sangat
observer. Data hasil observasi keterlaksanaan komentar dan dosen memberikan Baik
penjelasan jika ada komentar yang
perkuliahan disajikan pada Tabel 3. keliru (Fase 5 Memberi Evaluasi)
Penutup
Tabel 3. Hasil Keterlaksanaan Pengamatan Video 14. Memberi penghargaan kepada 4 Sangat
Pembelajaran Pendekatan Saintifik Berorientasi PjBL kelompok mahasiswa yang terbaik Baik
pada Topik Listrik Dinamis dalam memberikan saran perbaikan
No. Aspek Pengamatan Skor Kategori video (Fase 6 Memberi
Pendahuluan Penghargaan)
1. Memberikan apersepsi dengan 4 Sangat 15. Mahasiswa bersama dosen 4 Sangat
mengingatkan kembali tentang Baik menyimpulkan hasil pembelajaran Baik
Project Based Learning/PjBL dan Rata-Rata 3.93 Sangat
pendekatan saintifik. Baik
2. Menjelaskan tujuan hasil belajar 4 Sangat Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
yang diharapkan dapat tercapai Baik kegiatan perkuliahan mahasiswa calon guru Fisika
antara lain mengidentifikasi fase
PjBL, langkah pendekatan saintifik,
dengan menerapkan video pembelajaran yang
pengembangan sikap dalam dikembangkan berlangsung dengan sangat baik dan
pembelajaran PjBL, kelebihan dan efektif.
kekurangan video yang dianalisis, 3.3.2 Analisis Video oleh Mahasiswa Calon Guru
serta memberi masukan perbaikan
pada proses pembelajaran yang
Mahasiswa calon guru Fisika dibagi menjadi tiga
diamati (Fase 1 Menyampaikan kelompok kooperatif. Kemudian mahasiswa
Tujuan ) mendapatkan LKM yang digunakan untuk
Kegiatan Inti menganalisis video. Setiap kelompok akan mengamati
3. Menjelaskan aturan perkuliahan 4 Sangat
modelling PjBL dengan Baik
dan menganalisis video pembelajaran yang
memanfaatkan video pembelajaran dikembangkan. Data hasil analisis mahasiswa calon
(Fase 2 Menyajikan Informasi) guru terhadap video pembelajaran disajikan pada
Tabel 4.

42
Tabel 4. Hasil Analisis Video Pembelajaran Saintifik menghilangkan beberapa penggunaan kata yang tidak
Berorientasi PjBL pada Topik Listrik Dinamis relevan.
Pertanyaan Hasil Diskusi Selain validasi terhadap video, pada penelitian ini
Bagian-bagian
pembelajaran PjBL dilakukan validasi terhadap perangkat pembelajaran
manakah yang merupakan yang akan digunakan dalam pembuatan video yang
fase: dikembangkan. Perangkat pembelajaran yang
a. Menentukan Siswa mengajukan pertanyaan divalidasi antara lain RPP dengan hasil SVP 3,63; LKS
pertanyaan mendasar berdasarkan video
b. Mendesain sebuah Guru membagi siswa dalam dengan hasil SVP 3,57; dan Skenario dengan hasil
perencanaan proyek kelompok kemudian menjelaskan SVP 3,78. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua
tugas proyek perangkat pembelajaran yang digunakan termasuk
c. Menyusun jadwal Guru menjelaskan sistematika dalam kategori sangat layak sehingga tidak
kegiatan proyek dan rambu-rambu desain,
Siswa membandingkan serta memerlukan adanya revisi. Akan tetapi berdasarkan
mendesain rumah dan jaringan saran ketiga validator diperlukan sedikit revisi untuk
listrik, Siswa mengambil bahan meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran dan
dan alat untuk membuat desain, video yang dikembangkan antara lain revisi terhadap
Siswa membuat desain
d. Memonitor siswa dan Guru memonitor pekerjaan siswa KI dan KD sesuai regulasi terbaru serta perubahan
kemajuan proyek ketika membuat maket alokasi waktu pembelajaran pada topik listrik dinamis.
e. Menilai/menguji hasil Siswa mempresentasikan hasil Selain memperoleh hasil validitas video dan
belajar desain rumah (maket) beserta perangkat pembelajaran yang dikembangkan, pada
jaringan rangkaian listrik, Guru
memberikan penghargaan penelitian ini didapatkan data kepraktisan video yang
f. Mengevaluasi Setelah siswa mempresentasikan ditinjau dari keterlaksanaan perkuliahan menggunakan
pengalaman hasil, guru menanyakan tentang media video pembelajaran yang dikembangkan dan
pelaksanaan tugas proyek dan hasil analisis mahasiswa calon guru Fisika terhadap
siswa menceritakan pengalaman
selama pengerjaan tugas proyek video tersebut. Berdasarkan observasi keterlaksanaan
tersebut perkuliahan yang dilakukan oleh dua observer dapat
g. Sikap apa yang Kreatif, Kritis, Rasa ingin tahu, diketahui bahwa seluruh kegiatan perkuliahan dapat
ditumbuhkembangkan Sikap ilmiah, Sikap sosia (kerja dilaksanakan dengan sangat baik. Hasil SK yang
dalam video tersebut? sama), Disiplin, Tanggung jawab,
Jujur diperoleh pada keseluruhan kegiatan adalah 3,93.
h. Pada kegiatan apa sikap pengerjaan proyek, mendesain Kepraktisan video pembelajaran yang
tersebut alat, presentasi, pembagian dikembangkan dapat diketahui dari hasil analisis
ditumbuhkembangkan? tugas, berkelompok
mahasiswa calon guru Fisika terhadap video tersebut.
Hasil analisis mahasiswa calon guru Fisika
Mahasiswa calon guru Fisika difasilitasi dengan LKM
terhadap video yang dikembangkan menunjukkan
untuk menganalisis video. LKM membantu
bahwa mahasiswa dapat mengidentifikasi fase PjBL
mahasiswa calon guru Fisika untuk mengintegrasikan
dengan baik. Mahasiswa calon guru Fisika mampu
antara tahapan-tahapan pendekatan saintifik dengan
menyebutkan kegiatan-kegiatan pembelajaran pada
setiap fase PjBL. Hal tersebut dapat terlihat dari
video sesuai fase PjBL.
jawaban atau hasil diskusi masing-masing kelompok
mahasiswa dalam menganalisis video yang
4. PEMBAHASAN ditayangkan pada saat perkuliahan. Masing-masing
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui
kelompok dapat mengidentifikasi keenam fase PjBL
bahwa video pembelajaran yang dikembangkan dalam
dalam kegiatan pembelajaran pada video yaitu
penelitian ini termasuk dalam kategori sangat layak
menentukan pertanyaan dasar, mendesain sebuah
ditinjau dari keseluruhan aspek yang meliputi tampilan
perencanaan proyek, menyusun jadwal kagiatan,
fisik, penyajian, isi, dan bahasa dengan hasil SVV
memonitor siswa dan kegiatan proyek,
3,53. Apabila ditinjau pada masing-masing aspek
menilai/menguji hasil belajar dan mengevaluasi
maka terdapat dua aspek yang termasuk dalam
pengalaman sekaligus menemukan tahapan saintifik
kategori sangat layak dan dua aspek yang termasuk
pada setiap fase PjBL. Kegiatan pembelajaran PjBL
dalam kategori layak. Pada kategori sangat layak
dari fase pertama sampai fase keenam memunculkan
adalah aspek tampilan fisik dengan hasil SVV 3,83 dan
beberapa tahapan saintifik yaitu mengamati, menanya,
aspek isi dengan hasil SVV 3,67. Hasil ini menunjukan
mengumpulkan data atau informasi, mengasosiasi dan
bahwa tampilan fisik dan isi videodapat digunakan
mengomunikasikan hasil. Bahkan berdasarkan hasil
tanpa revisi. Sedangkan pada aspek yang termasuk
analisis yang dilakukan mahasiswa terhadap video
dalam kategori layak yaitu aspek penyajian dengan
dapat diketahui bahwa pembelajaran yang terdapat di
hasil SVV 3,39 dan aspek bahasa dengan hasil SVV
dalam video telah memunculkan High Order Thinking
3,25. Hal ini menunjukkan bahwa video dapat
Skill yaitu mencipta.
digunakan dengan sedikit revisi pada aspek penyajian
dan bahasa. Beberapa revisi yang dapat dilakukan Hal tersebut mengindikasikan bahwa mahasiswa
terhadap video yang dikembangkan berdasarkan hasil calon guru Fisika dapat mempelajari dan memahami
validasi dan saran validator antara lain memperbaiki pembelajaran Pendekatan Saintifik berorientasi PjBL
kualitas tulisan pada video agar mudah dibaca dan melalui video pembelajaran yang telah dikembangkan.
memperbaiki kejelasan pengucapan dan Kegiatan mahasiswa calon guru dalam

43
mendeskripsikan dan menganalisis tindakan guru dan menentukan sikap positif yang dapat dikembangkan
siswa dalam tayangan video pada setiap fase PjBL dan pada diri siswa saat menerapkan pembelajaran
tahapan saintifik dapat mempermudah dalam aplikasi pendekatan saintifik berorientasi PjBL, antara lain
strategi yang sama dalam pembelajaran mereka. mengembangkakan sikap kreatif, kritis, rasa ingin
Mahasiswa dapat mempelajari bagaimana cara tahu, sikap ilmiah, sikap sosial (kerjasama),
mengajar sesuai dengan pemodelan pembelajaran pada tanggungjawab, dan jujur. Sikap positif tersebut dapat
video, hal ini sejalan dengan pernyataan Slavin[15] dilihat pada beberapa kegiatan pembelajaran, anatar
bahwa pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan lain pada saat berkelompok, pembagian tugas,
pengamatan. Pernyataan yang sama dikemukakan oleh mendesain alat, pengerjaan proyek, dan presentasi.
Kucuk[16] bahwa pandangan guru mengenai Selain itu, mahasiswa calon guru Fisika berpendapat
pendekatan saintifik pada pembelajaran dapat bahwa video pembelajaran yang dikembangkan dalam
ditingkatkan melalui video pembelajaran yang diikuti penelitian ini memiliki beberapa kelebihan anatar lain
dengan pelatihan mengajar. Selain itu, Wong dkk.[17] pembelajaran dapat membantu siswa menerapkan
menyatakan bahwa video pembelajaran memiliki pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-
beberapa kelebihan terkait peningkatan keterampilan hari, memberikan hasil belajar yang aplikatif,
mengajar guru yaitu dapat menstimulasi guru untuk menambah pengalaman belajar yang baru, dan
menyampaikan konsep terkait belajar dan mengajar, menumbuhkan High Thinking Order Skills (HOTS).
mendorong guru untuk mengembangkan ide-ide dalam Keseluruhan hasil pengematan keterlaksanaan
merespon kondisi belajar mengajar yang sama, perkuliahan dengan menerapkan video pembelajaran
menyediakan pembelajaran alternatif di luar yang dikembangkan serta hasil analisis mahasiswa
pengalaman guru, dan mendukung guru dalam calon guru Fisika terhadap video menunjukkan bahwa
mengembangkan ide-ide untuk mengatasi video yang dikembangkan adalah praktis.
kompleksitas pembelajaran di kelas.
Kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam video 5. KESIMPULAN
yang dikembangkan dapat digunakan untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa video
mempersiapkan dan melatih keterampilan mengajar pembelajaran Pendekatan Saintifik berorientasi
mahasiswa calon guru pada situasi yang spesifik yang Project Based Learning (PjBL) dinyatakan layak
berkaitan erat dengan target kinerja guru[18],[19]. Target digunakan dalam perkuliahan bagi mahasiswa calon
kinerja guru dalam penelitian ini adalah mengajar guru Fisika. Kelayakan video ditinjau dari validitas
dengan pendekatan saintifik berorientasi PjBL, video dan kepraktisan video. Kelayakan video
maksudnya adalah menggabungkan tahap-tahap diperoleh melalui validasi video dan perangkat
pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran yang digunakan dalam video. Hasil
yang berorientasi PjBL pada topik Listrik Dinamis. validasi terhadap video menunjukkan hasil SVV 3,53
Video pembelajaran yang dikembangkan dalam dengan kategori sangat layak dan hasil SVP termasuk
penelitian ini memberikan demonstrasi atau dalam kategori sangat layak dengan skor RPP yaitu
pemodelan untuk mengembangkan keterampilan 3,63; LKS yaitu 3,57; dan skenario 3,78. Kepraktisan
mengajar dengan pendekatan saintifik terutama ketika video ditinjau dari hasil keterlaksanaan pengamatan
kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam setting video yang menunjukkan hasil sangat baik dengan SK
PjBL. 3,93 serta hasil analisis terhadap video yang
Mempelajari cara mengajar dari video dapat menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru Fisika
membantu calon guru untuk memecahkan masalah dapat mengidentifikasi keenam fase PjBL dan tahapan
yang mungkin terjadi pada kelas yang pendekatan saintifik dalam video pembelajaran yang
sebenarnya[20],[21]. Hal ini didukung oleh pernyataan dikembangkan.
Chinna & Dada[22] bahwa video menyediakan
pembelajaran yang konkret melalui mekanisme 6. DAFTAR PUSTAKA
pemutaran atau penayangan yang dapat diputar ulang
(replay), dimajukan (fast-forward) maupun [1]. Susantini, E., Faizah, Ulfi., & Prastiwi, M.S. (2015).
Teaching Skills and Views of Pre-Service Biology
dimundurkan (rewind) pada adegan tertentu serta
Teachers on Response to the Instructional Video
memotivasi siswa untuk memiliki ketertarikan yang with Scientific Approach in Cooperative Learning.
besar terhadap apa yang akan dipelajari. Prosiding ICTTE FKIP UNS, Vol 1, No 1.
Kegiatan analisis terhadap video pembelajaran
[2]. Leden, L., Hanson, l., Redfors, A., & Ideland, M.
yang dikembangkan dapat mengembangkan (2013). Why, When, and How to Teach Nature
kemampuan calon guru agar dapat memperhatikan Science in Compulsory School: Teachers’ views.
interaksi atau kegiatan yang dianggap penting di dalam Paper presented at the 10th conference of the European
pembelajaran tersebut[23]. Kegiatan calon guru dalam Science Education research Association (ESERA),
menuliskan hasil obseravsi mereka terhadap kegiatan Nicosia, Cyprus.
pembelajaran dalam video menunjukkan kesadaran [3]. Agommuoh, P. C., & Nzewi, U. M., (2003). Effects of
mereka terhadap kegiatan pembelajaran di kelas[24]. Videotape Instruction on Secondary School students
Melalui kegiatan analisis terhadap video yang Achievement in Physics. Journal of STAN, 38(1&2),
dikembangkan mahasiswa calon guru Fisika dapat 88-93.

44
[4]. Gaudin, C. & Chalies, S. (2015). Video Viewing in [18]. Star, J. R., Strickland, S. K. (2008). Learning To
Teacher Education and Professional Development. Observe: Using Video To Improve Preservice
Educational Research Review, 16, 41-67. Mathematics Teachers’ Ability To Notice. Journal of
[5]. Adelakun, S. A., (2003). Issues in Science Education Mathematics Teacher Education, Vol. 11, No. 2: 107-
for the Visually Impaired. In W. O. Fatokun, O. A., 125.
Adebimpe, O. K. Omoniyi, & T. Ajoblene (Eds),
[19]. Yung, B.H.W., Wong, S.L., Cheng, M.W., Hui, C.S.,
Science and Technology in Special Education. Oyo:
Hodson, D. (2007). Tracking Pre-service Teachers’
Tobistic Printing and Publishing Ventures.
Changing Conceptions of Good Science Teaching:
[6]. Gana, E. N., (2006). The use of instructional
The Role pf Progressive Reflection with the Same
videotape in the learning of some geographical
Video. Research in Science Education, 37, 239-259.
concepts (Map Reading) in Senior Secondary
Schools in Minna. Unpublished M. Tech Education [20]. Kisa, M.K. (2013). Science teachers’ learning to
Thesis, Federal University of Technology, Minna. notice from video cases of the enactment of
[7]. Giere, R.N. (2001). A New Framework for Teaching cognitively demanding instructional class. Retrieved
Scientific Reasoning. Argumentation, 15, 21-33. from ProQuest Dissertation & Theses database. UMI
No. 3577155.
[8]. Heafner, L.A., Friedrichsen, P.M., & Zembal-Saul, C.
(2006). Teaching with Insects: An Applied Life [21]. Lin, P. J., 2005. Using research-based video-cases to
Science Course for Supporting Prospective help pre-service teachers conceptualize a
Elementary Teachers’ Scientific Inquiry. The contemporary view of mathematics teaching.
American Biology Teacher, Vol. 68, No.4, 206-212. International Journal of Science and Mathematics
Education, 3, 351–377.
[9]. Moseley, C., Ramsey, S.J, & Ruff, K. (2004). Science
Buddies: An Authentic Context for Developing [22]. Chinna, N.C. & Dada, M.G. (2013). Effects of
Preservice Teachers’ Understanding of Learning, Developed Electronic Instructional Medium on
Teaching, and Scientific inquiry. Joirnal of Students’ Achievement in Biology. Journal of
Elementary Science Education, Vol. 16, No. 2, 1-18. Education and Learning, Vol. 2, No. 2, 1-7
[10]. Wan, Z.H., Wong, s.l., & Zhan, Y. (2013). Teaching [23]. Alsawei, O.N., & Alghazo, I.M. (2010). The Effect of
Nature of Science to Preservice Science Teachers: A Video Based Approach on Prospective Teachers’
Phenomenographic Study of Chinese Teacher Ability to Analyze Mathematics Teaching. Journal of
Educators’ Conceptions. Science & Education, 22, Mathematics Teacher Education, 13, 223-241.
2593-2619.
[24]. Fadde, P. & Sullivan, P. (2013). Using Interactive
[11]. Welsh, S.M. (2002). Advice to a New Science Video to Develop Teachers’ Classroom Awareness.
Teacher: The Importance of Establishing a Theme Contemporary Issues in Tachnology and Teacher
in Teaching Scientific Explanations. Journal of Eduacation, Vol. 13, No. 2, 156-174.
Science Education and Technology, Vol. 11, No. 1, 93-
95.
[12]. Wilke, R.R & Straits, W.J. (2005). Practical Advice
for Teaching Inquiry-Based Science Process Skills in
the Biological Sciences. The American Biology
Teacher, Vol. 67, No. 9, 534-540.
[13]. Bell, S. (2010). Project Based Learning for the 21st
Century: Skills fi the Future. The Clearing House: A
Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas Vol.
83.
[14]. Heinich, R., Molenda, M., Russel, J.D., & Smaldino,
S.E. (2002). Instructional Media and Technologies
for Learning (7th ed). New Jersey: Merill Prentice
Hall.
[15]. Slavin, R. (2009). Educational Psychology: Theory
and Practice (9th ed). New Jersey: Pearson Education,
Inc.
[16]. Kucuk, M. (2008). Improving Preservice Elementary
Teachers’ Views of the Nature of Science Using
Explicit-Reflective Teaching in a Science,
Technology, and Society Course. Australian Journal
of Teacher Education, Vol. 33, No. 2, 16-40.
[17]. Wong, S. L., Yung, B. H. W., Cheng, M. W., Lam, K.
L., Hodson, D. (2007). Setting the Stage for
Developing Pre‐service Teachers’ Conceptions of
Good Science Teaching: The role of classroom
videos. International Journal of Science Education, Vol.
28, No. 1, 1-24.

45
46
Penggunaan Trainer Aksi Dasar Sistem Kontrol untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Mahasiswa Teknik Elektro Unesa pada Mata Kuliah
Dasar Sistem Pengaturan
Endryansyah1*), Puput Wanarti Rusimamto2, Mochammad Rameli3, Eko Setijadi4
1
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: syahryanend@yahoo.com
2
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: puputwanarti@unesa.ac.id
3
Fakultas Teknik Industri. Institut Teknik Sepuluh Nopember, Surabaya. Email: rameli@ee.its.ac.id
4
Fakultas Teknik Industri. Institut Teknik Sepuluh Nopember, Surabaya. Email: ekoset@ee.its.ac.id
*) Alamat Korespondensi: Email: syahryanend@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa dalam memahami unjuk kerja kontroller PID
pada mata kuliah Dasar Sistem Pengaturan menggunakan trainer aksi dasar sistem kontrol. Objek yang diteliti
adalah trainer aksi dasar sistem kontrol hasil rancangan yang telah tervalidasi. Responden penelitian terdiri dari
29 mahasiswa Teknik Elektro Unesa semester 5 angkatan 2014. Instrumen penelitian terdiri atas angket untuk
mahasiswa, soal posttest. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Untuk menguji hasil belajar
mahasiswa menggunakan trainer aksi dasar sistem kontrol digunakan uji normalitas dan uji signifikansi. Hasil
penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, Hasil belajar ranah kognitif mahasiswa (µ=72,83) lebih besar dari
66 atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar kogitif mahasiswa tuntas. Kedua, hasil belajar afektif mahasiswa
(µ=88,49) lebih besar dari 66 atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar afektif mahasiswa tuntas. Ketiga, hasil
belajar psikomotor mahasiswa (µ=84,37) lebih besar dari 66 atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar
psikomotor mahasiswa tuntas. Dengan demikian, trainer Aksi Dasar Sistem Kontrol efektif digunakan sebagai
sarana pembelajaran praktik dasar sistem pengaturan di laboratorium sistem kendali teknik elektro unesa.
Kata kunci: ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor, trainer aksi dasar sistem kontrol.

aplikasinya pada bidang Teknik Elektro. Hal ini dapat


1. PENDAHULUAN
menumbuhkan motivasi belajar mahasiswa dalam
Laboratorium Terpadu di Gedung A8 Fakultas mengikuti perkuliahan Teknik Pengaturan di Jurusan
Teknik Unesa dengan empat lantai sudah mulai Teknik Elektro Unesa, selain itu dosen pengajar
difungsikan pada semester gasal tahun ajaran 2013- maupun instruktur dapat menggali lebih dalam pada
2014. Laboratorium yang berada di Gedung A8 setiap topik yang diajarkan.
tersebut diisi Laboratorium dari semua jurusan di Penggunaan trainer aksi dasar sistem kontrol ini
Fakutas Teknik Unesa. Di antara lab yang bergabung membuat mahasiswa dengan latar belakang
tersebut adalah Lab Sistem Kendali yang terletak di kemampuan serta pemahaman yang bervariasi akan
lantai empat. Diantara mata kuliah yang praktikum di tetap dapat mengikuti dan memahami bahan ajar yang
lab sistem kendali adalah Teknik Pengaturan untuk ditentukan, selain itu mahasiswa yang memiliki
mahasiswa S1 prodi Pendidikan Teknik Elektro dan S1 kemampuan explorasi berlebih tetap akan dapat
prodi Teknik Elektro dan mata kuliah lain bidang terpenuhi kebutuhannya dan hasil belajar mahasiswa
keahlian teknik sistem pengaturan prodi S1 Teknik dapat ditingkatkan.
Elektro.
Mempelajari rencana jurusan Teknik Elektro
untuk pengembangan laboratorium, khususnya lab 2. KAJIAN LITERATUR
sistem kendali, maka tim pengajar teknik pengaturan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puput
juga mempersiapkan diri membuat rencana Wanarti dkk.[1], penilaian kelayakan terhadap Modul
pengembangan laboratorium tersebut dengan Ajar Mata Kuliah Fisika II untuk Model Pembelajaran
memperbanyak modul praktikum disertai dengan Kooperatif Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas
trainer atau kit. Hasil Pembelajaran di Jurusan Teknik Elektro FT
Untuk menjawab permasalahan tersebut salah Unesa adalah sebagai berikut: hasil analisa yang
satunya adalah melakukan penelitian dengan didapatkan dari validator adalah 85,1% untuk modul
melibatkan tim peneliti mitra yang sudah mempunyai dan 89% untuk trainer, dari respon mahasiswa adalah
lab yang berkualitas dan sudah banyak berkontribusi 83,9% untuk modul dan 84,8% untuk trainer. Sehingga
di bidang sistem pengaturan. Modul Ajar Mata Kuliah Fisika II untuk Model
Dengan adanya infrastruktur berupa bahan ajar Pembelajaran Kooperatif yang dikembangkan boleh
(modul) dan alat bantu berupa trainer akan sangat dan layak diterapkan pada perkuliahan mata kuliah
bermanfaat dalam upaya memberikan pengetahuan Fisika II.
dan melatih ketrampilan pada mahasiswa dalam Berdasarkan hasil penelitian tentang media
pemahaman di bidang teknik pengaturan beserta pembelajaran yang menggunakan modul dan trainer

47
hasilnya baik, maka diterapkan media pembelajaran proses validasi antara lain yaitu: ahli desain trainer,
berupa modul dan trainer untuk mata kuliah teknik ahli desain modul, ahli sistem kontrol, dan ahli
pengaturan. Dalam pelaksanaannya menggunakan substansi. Setelah melewati tahap validasi berikutnya
langkah–langkah penyusunan modul untuk membantu adalah Tes uraian dilakukan untuk mengetahui hasil
mahasiswa memahami materi yang diajarkan dengan belajar kognitif setelah dilakukan pembelajaran
harapan modul yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi menggunakan modul yang telah dikembangkan. Tes
mahasiswa, dosen, dan lembaga yang menggunakan, uraian disusun berdasarkan indikator hasil belajar
terlebih memberikan kontribusi yang luar biasa pada kognitif. Dari indikator tersebut dibuat kisi-kisi
laboratorium sistem kendali di jurusan Teknik Elektro instrument.
Unesa Agar suatu tes dapat mengukur sesuai dengan
. tujuannya maka tes tersebut harus valid. Untuk
Pembelajaran Kooperatif menghasilkan alat ukur yang valid maka dilakukan
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di valditas. Dalam hal ini validitas dilakukan melalui
dalam pelajaran yang mengguanakan pembelajaran validasi ahli dengan menggunakan lembar validasi.
kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru Penilaian dengan rating scale mengacu pada
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotiviasi kriteria yang ada pada rubrik. Sebagaimana yang
siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian dijelaskan oleh Basuki dan Haryanto[4] rubrik
informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada merupakan suatu skala pemberian nilai (skala
secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke penilaian) yang terdiri dari serangkaian kriteria
dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan prestasi dan paparan tentang tataran prestasi di dalam
guru pada saat siswa berkerja bersama untuk pengerjaan tugas-tugas tertentu. Rating scale
menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakir digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam
meliputi presentase hasil akhir kerja kelompok atau ranah afektif.
evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan Tes kinerja digunakan untuk mengukur hasil
memberi penghargaan terhadap usaha-usaha belajar siswa pada ranah psikomotor. Menurut Basuki
kelompok maupun individu. dan Hariyanto[4] pengukuran hasil belajar psikomotor
ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu membuat soal
Pengertian modul dan membuat perangkat instrumen untuk mengamati
Modul ialah unit program belajar-mengajar kinerja peserta didik. Soal untuk hasil belajar
terkecil yang secara terinci menggariskan: a) Tujuan psikomotor dapat berupa lembar kerja, lembar tugas,
instruksional umum, b) Tujuan intruksional khusus, c) perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen
Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan untuk mengamati kinerja peserta didik dapat berupa
diajarkan, d) Kedudukan fungsi satuan dalam kesatuan lembar observasi atau portofolio. Pada penelitian ini
program yang akan dipakai, e) Kegiatan belajar- bentuk soal hasil belajar psikomotor berupa lembar
mengajar, f) Lembaran kerja yang akan dikerjakan kerja. Sedangkan untuk pedoman pemberian skor
selama proses belajar berlangsung[2]. Selanjutnya menggunakan rating scale yang dilengkapi dengan
menurut Nasution[3] modul ialah suatu unit yang rubrik.
lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu
rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas. Hasil penelitian yang dilakukan meliputi hasil
validasi soal postes dan hasil uji coba terdiri dari hasil
belajar mahasiswa ranah kognitif, afektif, dan
3. METODE PENELITIAN psikomotor. Validasi dilakukan kepada beberapa ahli
Penelitian ini merupakan jenis penelitian sebagai validator yang terdiri dari 3 orang Dosen
pengembangan, karena peneliti ingin mengembangkan Jurusan Teknik Elektro.
modul praktikum sistem pengaturan. Metode
penelitian yang digunakan menggunakan metode 4.1 Hasil belajar mahasiswa ranah kognitif
penelitian Research and Development (R&D). Hasil belajar ranah kognitif diperoleh melalui
Menurut Sugiyono (2015: 28-30) metode Research pemberian post-test setelah seluruh proses
and Development diterjemahkan menjadi metode pembelajaran menggunakan modul selesai. Post-test
penelitian dan pengembangan. diberikan di akhir pertemuan dengan memberikan soal
Trainer Aksi Dasar Sistem Kontrol merupakan produk pilihan ganda sebanyak 25 butir. Adapun hasil
pengembangan media pembelajaran pada penelitian pengukuran posttest tersebut dapat ditunjukkan pada
ini. Dengan media ini, diharapkan mahasiswa dapat Tabel 1.
memahami materi sekaligus mampu
mengaplikasikannya. Jika digunakan sebagai media
pembelajaran trainer ini selanjutnya digunakan
sebagai tes praktik suatu saat nanti. Trainer Aksi Dasar
Sistem Kontrol ini telah divalidasi oleh beberapa
dosen ahli menurut bidangnya masing – masing untuk

48
Tabel 1. Hasil Belajar Mahasiswa Ranah Kognitif 4.2 Hasil Belajar Ranah Afektif
No NIM Nama Mahasiswa Nilai
Hasil belajar ranah afektif diperoleh melalui
1 14050874006 Eno May Leny 68 penilaian sikap selama kegiatan pembelajaran
2 14050874021 Rahmad Hidayat 72 berlangsung.Hasil belajar ranah afektif diukur
3 14050874016 Bagus Rio R 68 menggunakan lembar pengamatan afektif dengan 5
4 14050874025 Ahmad Sulthoni 80
5 14050874008 Agus Nurdiyanto 76 indikator. Indikator dalam penilaian afektif tersebut
6 14050874024 M. Nur Fatah M 84 yaitu: (1) jujur; (2) disiplin; (3) bertanggung jawab; (4)
7 14050874015 Dwi Ardianto 56 kerjasama; dan (5) saling menghargai. Perolehan
8 14050874011 Johan Firmansah 60 pengamatan sikap yang berlangsung selama 4 kali
9 15050874015 Armanda H 56
10 14050874003 Rangga Arif T.S. 76 pertemuan dapat ditunjukkan pada Tabel 2.
11 14050874005 Wiwit Sri Rahayu 64
12 14050874017 Rachmat Agus K 60 Tabel 2. Perolehan Hasil Belajar Ranah Afektif
13 14050874026 Sri Purwandani 68 Nilai pertemuan ke Rata
No Nama
14 14050874002 Suyanti 80 1 2 3 4 -rata
15 14050874010 Jordan Teja S 80 Eno May
1 85 90 95 88.75
16 14050874009 M. Fatkur Rozi 76 Leny 85
17 14050874022 Rizki Waloyo 88 Rahmad
2 90 95 95 95 93.75
Rezandy Jalasena 72 Hidayat
18 14050874028
3 Bagus Rio R 85 85 85 90 86.25
19 14050874014 M. Juhan Dwi S 60
Ahmad
20 14050874019 Satya Hadi S 80 4 85 90 95 95 91.25
Sulthoni
21 14050874007 Satria Bagaskara 72
Agus
22 14050874030 Bonfilio Wahyu 80 5 85 85 85 90 86.25
Nurdiyanto
23 14050874012 Rinda Yuni S 68 M. Nur
24 14050874013 Sahat M.P.P. 72 6 90 85 90 90 88.75
Fatah M
25 14050874020 Herlambang S.A 68 Dwi
26 14050874001 Agus Hermawan S 88 7 80 95 95 95 91.25
Ardianto
27 14050874023 Sugeng Dwi M 80 Johan
28 12050874245 Firman Nur H 76 8 80 85 85 90 85
Firmansah
29 14050874004 Didit Ardiyansah 84 9 Armanda H 85 85 85 90 86.25
Rangga Arif
2112 10 80 90 90 90 87.5
Jumlah T.S.
Wiwit Sri
Rata-rata 72,83 11 90 85 90 90 88.75
Rahayu
Rachmat
12 90 85 90 95 90
Berdasarkan Tabel 1dapat diketahui bahwa Agus K
Sri
nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa pada ranah 13
Purwandani
85 95 95 95 92.5
kognitif (post-test) adalah sebesar 72,83. Perolehan 14 Suyanti 85 90 90 95 90
post-test tersebut juga menunjukkan bahwa nilai 15
Jordan Teja
80 90 90 90 87.5
terendah yang diperoleh adalah 56 dan nilai tertinggi S
M. Fatkur
yang diperoleh adalah 88.Penyebaran data dari 16
Rozi
80 90 90 90 87.5
perolehan post-test tersebut dapat ditunjukkan pada Rizki
17 80 90 90 95 88.75
Gambar 1 di bawah ini. Waloyo
Rezandy
18 80 85 85 90 85
Jalasena
M. Juhan
19 80 90 90 95 88.75
Dwi S
20 Satya Hadi S 85 85 85 90 86.25
Satria
21 80 95 95 95 91.25
Bagaskara
Bofilio
22 85 90 90 90 88.75
Wahyu
23 RindaYuni S 90 85 90 90 88.75
24 Sahat M.P.P. 80 85 90 90 86.25
Herlambang
25 85 90 90 90 88.75
S.A
Agus
26 80 85 85 90 85
Hermawan S
Sugeng Dwi
27 80 90 90 90 87.5
M
Firman Nur
28 85 90 90 95 90
H
Didit
29 90 90 90 90 90
Ardiyansah
Rata-rata 83,96 88,44 89,65 91,89 88.49
Gambar 1. Histogram Hasil Belajar Ranah Kognitif
Berdasarkan perolehan nilai yang ditunjukkan
Tabel 2 di atas, maka dapat diketahui bahwa perolehan

49
nilai rata-rata hasil belajar ranah afektif adalah sebesar Kegiatan praktikum ke
Rata-
88,49. Perolehan tersebut menunjukkan bahwa untuk No. Nama rata
hasil belajar ranah afektif dengan nilai tertinggi adalah 1 2 3 4
93,75 dan nilai terendah adalah 85. Penyebaran data M. Fatkur
16 76.79 84.38 81.25 84.72 81.78
hasil belajar ranah afektif ditunjukkan pada Gambar Rozi
2. Rizki
17 82.14 84.38 87.50 86.11 85.03
Waloyo
Rezandy
18 83.93 87.50 87.50 90.28 87.30
Jalasena
M. Juhan
19 80.36 68.75 84.38 87.50 80.25
Dwi S
Satya Hadi
20 78.57 81.25 87.50 87.50 83.71
S
Satria
21 83.93 78.13 84.38 86.11 83.13
Bagaskara
Bonfilio
22 76.79 84.38 87.50 88.19 84.21
Wahyu
Rinda Yuni
23 76.79 84.38 84.38 85.42 82.74
S
Sahat
24 82.14 84.38 90.63 89.58 86.68
M.P.P.
Herlambang
25 83.93 84.38 87.50 84.72 85.13
S.A
Gambar 2. Histogram Hasil Belajar Ranah Afektif
Agus
26 Hermawan 80.36 87.50 84.38 86.81 84.76
Hasil Belajar Ranah Psikomotor S
Hasil belajar ranah psikomotor diperoleh melalui Sugeng
27 82.14 87.50 87.50 86.11 85.81
pengamatan keterampilan psikomotor selama Dwi M
praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa.Praktikum 28
Firman Nur
83.93 81.25 84.38 84.72 83.57
dilakukan setiap pertemuan sebanyak 4 kali H
pertemuan.Hasil Perolehan pengamatan psikomotor Didit
29 78.57 87.50 90.63 89.58 86.57
tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 3. Ardiyansah
Rata-rata 84.37
Tabel 3. Perolehan Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Rata- Berdasarkan perolehan nilai yang ditunjukkan
Kegiatan praktikum ke
No. Nama rata
Tabel. 3di atas, maka dapat diketahui bahwa
1 2 3 4
perolehan nilai rata-rata hasil belajar ranah psikomotor
Eno May adalah sebesar 84,37. Perolehan tersebut menunjukkan
1 78.57 78.13 87.50 89.58 83.44
Leny bahwa untuk hasil belajar ranah psikomotor dengan
Rahmad nilai tertinggi adalah 88,08 dan nilai terendah adalah
2 82.14 81.25 84.38 84.03 82.95
Hidayat
80,25. Penyebaran data hasil belajar ranah afektif
Bagus Rio
3 82.14 81.25 84.38 85.42 83.30 ditunjukkan pada Gambar 3.
R
Ahmad
4 80.36 81.25 90.63 90.28 85.63
Sulthoni
Agus
5 80.36 81.25 90.63 89.58 85.45
Nurdiyanto
M. Nur
6 83.93 87.50 84.38 86.11 85.48
Fatah M
Dwi
7 80.36 81.25 87.50 87.50 84.15
Ardianto
Johan
8 83.93 81.25 87.50 88.89 85.39
Firmansah
9 Armanda H 80.36 81.25 84.38 85.42 82.85
Rangga
10 82.14 84.38 87.50 86.81 85.21
Arif T.S.
Wiwit Sri
11 80.36 84.38 81.25 85.42 82.85
Rahayu
Rachmat
12 82.14 84.38 81.25 85.42 83.30
Agus K
Sri Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Ranah Psikomotor
13 76.79 84.38 84.38 84.72 82.56
Purwandani
14 Suyanti 83.93 87.50 90.63 90.28 88.08
Jordan Teja
15 80.36 84.38 87.50 89.58 85.45
S

50
5. KESIMPULAN 6. REFERENSI
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, [1]. Wanarti R., Puput dkk, (2013). Pengembangan
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1) Modul Ajar Mata Kuliah Fisika II untuk Model
Hasil belajar ranah kognitif. Berdasarkan hasil olah Pembelajaran Kooperatif sebagai Upaya
SPSS diperoleh nilai t=4,043 dan sig=0.000374. Meningkatkan Kualitas Hasil Pembelajaran di
Jurusan Teknik Elektro FT Unesa, Prosiding STE
Berdasarkan hal ini maka diterima H1. Sehingga dapat 2013, ISBN 978-979-028-051-9, Seminar Teknik
disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif Elektro dan Pendidikan Teknik Elektro 2013, Unesa.
mahasiswa (µ=72,83) lebih besar dari 66 atau dapat
dikatakan bahwa hasil belajar kogitif mahasiswa [2]. Wijaya, A., (1996). Pengembangan Media-Media
Pembelajaran, Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.
tuntas. 2) Hasil belajar ranah afektif. Berdasarkan hasil
olah SPSS diperoleh nilai t=53,820 dan sig=8,16x10 - [3]. Nasution, H., (1982). Pengembangan Perangkat
30
. Berdasarkan hal ini maka diterima H1. Sehingga Pembelajaran, Yogyakarta: Rineka Cipta
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar afektif [4]. Basuki, Ismet. (2004). Pengembangan Buku Ajar
mahasiswa (µ=88,49) lebih besar dari 66 atau dapat Berbasis Kompetensi. Surabaya: UNESA.
dikatakan bahwa hasil belajar afektif mahasiswa [5]. Arikunto, S., (1997). Prosedur penelitian,
tuntas. 3) Hasil belajar ranah psikomotor. Berdasarkan Yogyakarta: Rineka Cipta.
hasil olah SPSS diperoleh nilai t=56,862 dan
[6]. Buku Pedoman Unesa Kurikulum 2012 – 2013,
sig=1,77x10-30. Berdasarkan hal ini maka diterima H1.
Unipress Unesa, (2012).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil
belajar psikomotor mahasiswa (µ=84,37) lebih besar [7]. Ibrahim, Muslimin. (2005). Pembelajaran
dari 66 atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar Kooperatif, Unesa University press, Surabaya.
psikomotor mahasiswa tuntas. [8]. Mulyasa, (2004). Media Pembelajaran, Surabaya:
Sehingga Penggunaan Traener Aksi Dasar Sistem Universitas Negeri Surabaya.
Kontrol pada Mata Kuliah Teknik Pengaturan layak [9]. Purdiana, L., (2004). Pengembangan Perangkat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
menambah wawasan tentang sistem kontrol. Mata Diklat Pilpt Materi Ilmu Bahan Listrik,
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
[10]. Sugiyanto, (2010). Model-model Pembelajaran
Inovatif, Surakarta: Yuma Pustaka
[11]. Thiagarajan, Sivasailam.Gemmmel, Dorothy S. and
Semmel, Melviyn I., (1974). Instruction
Development For Training Teachers Of
Exceptional Children. Minnesota: Indiana
University.
[12]. Trianto, (2007). Model Pembelajaran Terpadu
dalam Teori dan Praktik, Prestasi Pustaka Publisher:
Jakarta.
[13]. Wanarti R., Puput, (2012). Pengembangan Modul
Ajar Teknik Pengaturan Menggunakan Perangkat
Lunak Matlab dengan Inquary Based Learning
Berorientasi Industri, JPTE, http://ejournal.unesa.
ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-teknik-elektro.

51
52
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web di SMK Kota
Surabaya
Hapsari Peni1*), Puput Wanarti2, Euis Ismayati3, Yuni Yamasari4
1
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: hapsaripeni@gmail.com
2
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: info@unesa.ac.id
3
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: euis.ismayati@gmail.com
4
Jurusan Teknik Informatika, Universitas Negeri Surabaya, Surbaya. Email: yamasari2000@yahoo.com
*) Alamat Korespondesi: Email: hapsaripeni@gmail.com

ABSTRACT
Based on preliminary studies on students SMK Kota Surabaya, facility to support the provision of e-learning
has indeed been developed, but the implementation is still not optimal. Learning is delivered still tend to use
conventional instructional media such as notes from the blackboard and media presentation software PowerPoint.
The utilization of information technology is still less effective and interactive because there are no moving images.
Especially in Physics, which basically requires understanding not only use the image but also simulation,
especially in magnetism. Simulation of magnets representing flux magnetic that can not be viewed in the real
human eye. Therefore, learning materials delivered so tend to be boring and less effective for students to
understand Physics.By implementing an instructional media-based on e-learning to the student. It was expected
to e-learning directly. The media can be easily accessed by students anywhere in the application form of
instructional media either on a PC or notebook. In addition, e-learning used responsive techniques so that e-
learning web can be accessed by mobile devices (such as smartphones) and ultimately to enhance students'
understanding of Subjects of Physics of magnetism.The research method to be used is the type of method research
and development (R & D). The population of this study was students of SMK Kota Surabaya. The sample was a
class XI student of SMK Negeri 5 Surabaya 2015-2016 school year.
Keywords: Instructional Media, E-learning, responsive web, mobile learning.

ABSTRAK
Berdasarkan pada studi pendahuluan pada siswa SMKN Kota Surabaya, fasilitas untuk mendukung
pengadaan e-learning memang telah dikembangkan, namun dalam implementasinya masih belum maksimal.
Pembelajaran yang disampaikan masih cenderung menggunakan media pembelajaran konvensional seperti
mencatat dari papan tulis dan media perangkat lunak presentasi Power Point, dalam pemanfaatan teknologi
informasi masih kurang efektif dan interaktif karena tidak ada gambar bergerak. Khususnya pada Mata Pelajaran
Fisika, yang pada dasarnya memerlukan pemahaman yang tidak hanya terpaku pada media pembelajaran yang
masih menggunakan gambar diam (non multimedia), karena pada dasarnya materi pelajaran Mata Pelajaran
Fisika tentang kemagnetan merupakan mata Pelajaran yang membutuhkan suatu simulasi alat atau magnet yang
dapat mewakili fluks pada magnet yang tidak dapat dilihat secara nyata oleh mata manusia. Oleh karena itu,
materi pembelajaran yang disampaikan jadi cenderung membosankan dan kurang efektif bagi siswa dalam
memahami materi pelajaran Mata Pelajaran Fisika tersebut. Dengan menerapkan media pembelajaran berbasis
e-learning kepada para siswa tersebut diharapkan e-learning ini secara langsung dapat diakses dengan mudah
oleh para siswa di mana saja dalam bentuk aplikasi media pembelajaran baik pada PC maupun notebook. Selain
itu, e-learning akan dibangun dengan teknik responsive web sehingga e-leaning akan bersifat mobile learning dan
bisa diakses oleh mobile device (seperti smartphone) dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa
pada Mata Pelajaran Fisika tentang kemagnetan. Metode penelitian yang akan digunakan adalah jenis metode
panelitian dan pengembangan (research and development (R & D)). Populasi penelitian pengembangan media
pembelajaran ini adalah siswa SMKN Kota Surabaya. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri
Kota Surabaya tahun pelajaran 2015-2016.
Kata Kunci : Media Pembelajaran, E-learning, responsive web, mobile learning.

1. PENDAHULUAN media pembelajaran akan tercapai informasi yang


Menurut Smaldino dan Russel[1], belajar adalah ditujukan kepada individu tersebut.
mengembangkan pengetahuan baru, keterampilan, dan Dengan adanya media pembelajaran, peserta didik
perilaku yang merupakan interaksi individu dengan dengan mudah memahami apa isi materi dari suatu
informasi dan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan definisi media
tidak hanya bersifat lunak, tetapi juga bersifat fisik, pembelajaran itu sendiri. Seperti yang dikemukakan
seperti jalan raya, televisi, komputer, dan lain oleh Briggs (dalam Arsyad[2]) bahwa media
sebagainya. Melihat pada definisi tersebut semakin pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan
jelas bahwa belajar tidak terlepas dari sebuah interaksi isi atau materi pembelajaran, seperti: buku, film, video
antara individu dengan lingkungannya, dengan sebuah dan sebagainya. Kemudian sarana komunikasi dalam

53
bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk 1.1 Media Pembelajaran
teknologi perangkat keras. Kata media berasal dari bahasa Latin dan
Dalam pelaksanaannya, Kemp & Dayton (dalam merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
Arsyad, 2013: 39) mengelompokkan media ke dalam secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medòê
delapan jenis, yaitu media cetakan, media pajang, adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
overhead transparancies, rekaman audiotape, seri penerima pesan. Terdapat sedikit perbedaan yang
slide dan film strips, penyajian multi-image, rekaman dikemukakan oleh beberapa pakar pendidikan.
video dan film hidup, serta komputer. Sedangkan Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
dalam aplikasi teknologi saat ini, bahwa media yang Pendidikan (Association of Education and
mencakup hampir semua jenis media tersebut adalah Communication Technology/AECT) (dalam
implementasi dari media pembelajaran e-learning. Arsyad[2]) membatasi media sebagai segala bentuk dan
Berdasarkan pada studi pendahuluan pada siswa saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
SMKN Kota Surabaya, fasilitas untuk mendukung pesan atau informasi. Sedangkan menurut Gagne’ dan
pengadaan e-learning memang telah dikembangkan, Briggs (dalam Arsyad[2]) secara implisit mengatakan
namun dalam implementasinya masih belum bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara
maksimal. Pembelajaran yang disampaikan masih fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
cenderung menggunakan media pembelajaran pelajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape
konvensional seperti mencatat dari papan tulis dan recorder, kaset, video kamera, video recorder, film,
media perangkat lunak presentasi Power Point, dalam slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
pemanfaatan teknologi informasi masih kurang efektif Media pembelajaran memiliki peran yang penting
dan interaktif karena tidak ada gambar bergerak. pada proses belajar dan mengajar itu sendiri,
Khususnya pada mata Pelajaran Fisika yang pada diantaranya ada beberapa macam kegunaan media
dasarnya memerlukan pemahaman yang tidak hanya pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang
terpaku pada media pembelajaran yang masih secara umum dijelaskan Arsyad[2] sebagai berikut: (a)
menggunakan gambar diam (non multimedia), karena memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
pada dasarnya materi pelajaran Fisika sebagian besar verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
merupakan mata Pelajaran yang membutuhkan suatu belaka), (b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
simulasi alat contohnya magnet yang dapat mewakili daya indera, (c) penggunaan media pembelajaran
fluks pada magnet yang tidak dapat dilihat secara nyata secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif
oleh mata manusia. Oleh karena itu, materi anak didik, (d) dengan sifat yang unik pada tiap siswa
pembelajaran yang disampaikan jadi cenderung ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman
membosankan dan kurang efektif bagi siswa dalam yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
memahami materi pelajaran mata Pelajaran Fisika pembelajaran ditentukan sama untuk setiap siswa,
tersebut. Dengan menerapkan media pembelajaran maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana
berbasis e-learning kepada para siswa tersebut semuanya itu harus diatasi sendiri.
diharapkan e-learning ini secara langsung dapat Musfiqon[4] menyatakan bahwa para pakar media
diakses dengan mudah oleh para siswa di mana saja pembelajaran telah merumuskan kriteria-kriteria
dalam bentuk aplikasi media pembelajaran pada PC pemilihan media pembelajaran seperti berikut ini: (a)
ataupun notebook. Selain itu, e-learning yang akan kesesuaian dengan tujuan, (b) ketepatgunaan, (c)
dibangun menggunakan teknik responsive web keadaan peserta didik, (d) ketersediaan, (e)
sehingga e-leaning akan bersifat mobile learning yang keterampilan guru dan (f) mutu teknis
juga bisa diakses oleh mobile device (seperti
smartphone) dan pada akhirnya dapat meningkatkan 1.2 Macro Media Flash
pemahaman siswa pada mata Pelajaran Fisika tentang Menurut[5], Macromedia Flash adalah perangkat
kemagnetan. Definisi e-learning sendiri menurut Jaya lunak aplikasi untuk animasi yang digunakan untuk
Kumar C. Koran (dalam Hasbullah[3]) adalah sebagai Web. Dengan Macromedia Flash, web site dapat
sembarang pengajaran dan pembelajaran yang dilengkapi dengan beberapa macam animasi, sound,
menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau intaraktif animasi dan lain-lain. Gambar hasil dari
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, Macromedia Flash dapat diubah ke dalam format lain
interaksi, atau bimbingan. Saat ini semakin banyak untuk digunakan pada pembuatan desain web yang
pemrogram komputer mengembangkan perangkat tidak langsung mengadaptasi Flash. Seperti pada
lunak penyedia pembuatan aplikasi e-learning ini. perangkat lunak Adobe Flash yang memiliki fungsi
Diantaranya adalah perangkat lunak visual seperti C# sebagai penyedia pembuatan animasi berupa klip film
maupun adobe Flash (CS6) yang mempunyai yang kemudian dapat disusun dengan baik sebagai
lingkungan untuk pengembangan animasi dan lain media pembelajaran interaktif dan menarik bagi siswa.
sebagainya. Dengan perangkat lunak tersebut pendidik Dengan fitur-fitur antarmuka yang menarik, akan
dapat menggunakannya secara maksimal dalam menghasilkan format file media pembelajaran yang
menyusun konteks pelajaran yang akan diajarkan pada bersifat interaktif, di mana pada penyampaian suatu
peserta didik. materi terdapat audio visual di dalamnya, sehingga
pesan informasi yang disampaikan dapat tampil secara

54
menarik dan mudah dipahami oleh siswa atau peserta semua fenomena ini disebut sebagai variable
didik tersebut. penelitian. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel
penelitian yang akan diukur dengan menggunakan
2. METODE instrumen penelitian tersebut, diantaranya: (a) kualitas
Metode penelitian yang digunakan adalah jenis media pembelajaran berbasis e-learning yang
metode panelitian dan pengembangan (research and diterapkan pada Mata Pelajaran Fisika Teknik, (b)
development (R & D)). Menurut Brog and Gall dalam efektifitas media pembelajaran berbasis e-learning
Sugiyono[6]) menyatakan bahwa penelitian dan yang diterapkan pada Mata Pelajaran Fisika Teknik
pengembangan, merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada peningkatan hasil belajar siswa, (c)
digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi respon siswa terhadap media pembelajaran berbasis e-
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan learning yang diterapkan pada Mata Pelajaran Fisika .
pembelajaran. Lebih lanjut menurut Seels & Richey
(dalam Mursid[7])menjelaskan bahwa penelitian
pengembangan merupakan studi yang sistematis
tentang perancangan, pengembangan pengevaluasian,
program pengajaran, proses dan produk yang harus
memenuhi kriterian konsistensi internal dan
keefektifan.
Tujuan dari panelitian dan pengembangan
menurut Ghufron[8] adalah menjembatani kesenjangan
antara sesuatu yang terjadi dalam penelitian
pendidikan dengan praktik pendidikan dan
menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan
untuk mengembangkan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara efektif. Sedangkan menurut Brog
and Gall[9] bahwa prosedur penelitian dan
pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan
utama, yaitu: pengembangan produk, menguji kualitas
dan efektifitas produk dalam mencapai tujuan. Dalam
penelitian ini akan meniliti tentang pengembangan
media pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar
efektifitas dan kelayakan media tersebut dalam proses
pembelajaran siswa SMKN Kota Surabaya penerapan
pada Mata Pelajaran Fisika tahun pelajaran 2015-
2016. Populasi penelitian pengembangan media
pembelajaran ini adalah siswa SMK Negeri Kota
Surabaya sebanyak 12 SMK Negeri. Sampel penelitian
ini adalah siswa SMK Negeri 5 Surabaya tahun
pelajaran 2015-2016.
Dengan menggunakan metode panelitian dan
pengembangan terdapat langkah-langkah yang Gambar 1. Blok Diagram Langkah-langkah Panelitian
membedakannya dengan pendekatan penelitian yang dan Pengembangan
lain. Menurut[9] terdapat 4 ciri utama panelitian dan Jadi terdapat tiga variabel penelitian sebagai dasar
pengembangan, yaitu: mempelajari hasil penelitian pembuatan metode dan instrumen yang digunakan
yang berhubungan dengan produk yang akan sebagai studi penelitian terhadap media pembelajaran
dikembangkan, mengembangkan produk hasil temuan, e-learning tersebut.
area pengujian dalam pengaturan yang di mana hal itu Menurut[10] ada dua macam kisi-kisi yang harus
akan digunakan nantinya, dan merevisinya untuk disusun oleh seorang peneliti sebelum menyusun
memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap instrumen, yaitu: kisi-kisi umum dan kisi-kisi khusus.
uji coba lapangan.dalam penelitian ini peneliti Kisi-kisi umum adalah kisi-kisi yang dibuat untuk
menringkas langkah-langkah tersebut menjadi lima menggambarkan semua variable yang diukur dan
langkah prosedur penelitian dan pengembangan media dilengkapi dengan semua sumber data, metode, dan
pembelajaran e-learning seperti pada gambar 1. instrumen yang mungkin dapat dipakai. Sedangkan
1. Metode dan instrumen penelitian merupakan kisi-kisi khusus merupakan kisi-kisi yang dibuat untuk
salah satu aspek terpenting dalam suatu penelitian menggambarkan rancangan butir-butir yang akan
R&D ini. Menurut[10], metode penelitian adalah cara disusun untuk suatu instrumen.
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan Berikut akan digambarkan kisi-kisi umum pada
data penelitiannya. Sedangkan instrumen menurut[6] penelitian pengembangan media pembelajaran e-
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena learning seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut ini.
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik

55
Tabel 1. Metode & Instrumen Penelitian Gambar 2 Tampilan Halaman Utama e-Learning
Tampilan halaman utama dismartphone
Sumber diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Hal ini
No. Variabel Metode Instrumen
Data
menunjukkan bahwa e-Leaning yang dibangun
1 Kualitas - Media Angket Lembar bersifat responsive.
media pembelaja validasi
pembelajara ran e- kualitas
n berbasis learning media e-
e-learning - Dosen learning
yang penilai tersebut
diterapkan media sebagai
pada Mata - Dosen media
PelajaranFis penilai pembelajara
ika Teknik materi n berupa
angket dan
skala
bertingkat
2 Efektifitas - Media -Angket Lembar
media pembelaja -Hasil angket
pembelajara ran e- Belajar efektifitas
n berbasis learning media
e-learning - Dosen pembelajara
yang penilai n e-
diterapkan media learning
pada Mata - Dosen Hasil
PelajaranFis penilai Evaluasi
Gambar 3 Tampilan Halaman Utama yang telah
ika materi Siswa mengadopsi resposive mobile learning
Teknikberd Menu pilihan pada e-Learning yang dibangun
asarkan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Pada tampilan
pada terlihat bahwa masing-masing tingkatan kelas
peningkatan
hasil belajar menempuh 2 semester dan setiap semester terdiri dari
siswa beberapa pelajaran. Untuk prodi listrik terdapat mata
3 Respon - Media Angket Lembar pelajaran fisika teknik dan akan membahas medan
siswa pembelaja angket magnet pada pertemuan ke IX. Tampilan diperlihatkan
terhadap ran e- respon
media learning siswa pada gambar dibawah ini.
pembelajara - Guru dan terhadap
n berbasis siswa penerapan
e-learning kelas XI media e-
yang SMKN learning
diterapkan Kota tersebut
pada Mata Surabaya sebagai
PelajaranFis media
ika 1 pembelajara
n berupa
angket dan
skala
bertingkat

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Terkait dengan materi dan media pembelajaran
yang telah dibangun, maka halaman utama e-Learning
SMKN Surabaya difokuskan terhadap beberapa
SMKN yang memiliki prodi Listrik.yaitu SMKN 5. Gambar 4 Menu Pilihan Pada website
Menu pilihan ketika e-Learning diakses pada
smartphone yang diperlihatkan pada gambar dibawah
ini. Hal ini menunjukkan bahwa e-Leaning yang
dibangun bersifat responsive.

56
Gambar 5. Menu pilihan pada smartphone

Tampilan dibawah ini akan muncul ketika link


Gambar 7 Tampilan Materi pada Smartphone
materi pada pertemuan IX mata pelajaran fisika teknik
ditekan oleh user.
Tampilan dibawah ini memperlihatkan bahwa ada
forum interaksi antara guru dan siswa, ketika siswa
ingin memperjelas materi yang disampaikan oleh guru
diluar jam tatap muka.

Gambar 6 Tampilan Materi pada Wessite

Tampilan materi ketika e-Learning diakses pada 8. Tampilan forum interaktif guru dan murid
smartphone yang diperlihatkan pada gambar dibawah
ini. Hal ini menunjukkan bahwa e-Leaning yang Tampilan forum ketika e-Learning diakses pada
dibangun bersifat responsive. smartphone yang diperlihatkan pada gambar dibawah
ini. Hal ini menunjukkan bahwa e-Leaning yang
dibangun bersifat responsive.

57
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan definisi media
pembelajaran menurut Munadi[11] yaitu bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar
yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan media pembelajaran e-learning
pembelajaran Fisika, materi medan magnet dan hukum
faraday mudah dipahami dan efektif untuk
pembelajaran mata pelajaran Fisika .
5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Smaldino, Sharon E. & James D. Russel, (2011).
Instructional Teknologi and Media for Learning.
Yogyakarta: Prenada Media Group.
Gambar 9 Tampilan Forum interaktif pada
smartphone [2] Arsyad, Azhar, (2013). Media Pembelajaran.
Berdasarkan validasi kelayakan dari masing- Jakarta: Rajawali Press, hlm. 3-4, 29,
masing aspek kualitas media pembelajaran oleh ahli [3] Hasbullah, (2006). Implementasi E-Learning Dalam
materi dan ahli media, secara keseluruhan diperoleh Pengembangan Pembelajaran di Perguruan Tinggi
rata-rata persentase kualitas media pembelajaran (Proceeding). SNPTE 2006. Yogyakarta:UNY, hlm.
sebesar 87,4 %. Hal ini berarti bahwa media 5.
pembelajaran e-learning berada pada kategori [4] Musfiqon, HM, (2012). Media dan Sumber
interpretasi skala penilaian kualitas sangat layak Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka, 118.
menurut penilaian pakar media. [5] Sutopo, Hadi, (2000). Macromedia Flash. [online].
Validasi media pada aspek isi materi media
mendapatkan persentase kriteria media yang sangat [6] Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
efektif. Kategori tersebut diperoleh berdasarkan tiga
Bandung: Alfabeta, hlm. 9.
belas butir pernyataan yang berkaitan tentang isi
materi media. Oleh karena itu, media yang [7] Mursid, R., (2013). “Pengembangan Model
dikembangkan termasuk dalam media yang sangat Pembelajaran Praktik Berbasis Kompetensi
efektif digunakan sebagai media pembelajaran. Berorientasi Produksi”. Dalam Cakrawala
Pendidikan. (Th.XXXII, No.1). Medan, hlm. 30.
Dari hasil penilaian validasi secara umum pada
variabel efektifitas media pembelajaran e-learning, [8] Ghufron, Anik, (2011). “Pendekatan Penelitian dan
dapat diketahui rata-rata presentase efektifitas media Pengembangan (R&D) di Bidang Pendidikan dan
adalah 86%. Hal ini menunjukkan bahwa media Pembelajaran”. Dalam http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/HAND%20OUT%20MODEL%20%20R
pembelajaran e-learning berada pada kategori
%20&%20D.pdf. 26 November.
interpretasi skala penilaian sangat efektif menurut
penilaian ahli materi. [9] Borg, W. R. & Gall, M. D., (1983). Education
Berikut merupakan penjelasan hasil respon siswa research: an instrucduction (4th ed). New York:
Longman Inc.
dengan penilaian terhadap setiap aspek yang termasuk
dalam kategori penggunaan media pembelajaran [10] Arikunto, S., (2010). Prosedur Penelitian: Suatu
berbasis e-learning pada mata pelajaran Fisika . Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 201,
Beberapa aspek tersebut diantaranya adalah format 203.
media, isi media, bahasa yang digunakan media, [11] Munadi, Yudhi, (2012). Media Pembelajaran.
kemudahan pengoperasian media, dan sikap siswa Jakarta: Gaung Persada Press.
terhadap penggunaan media pembelajaran e-learning. [12] Amri, Sofan, (2013). Pengembangan dan Model
Dari hasil penilaian validasi secara umum pada Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
variabel respon siswa terhadap media pembelajaran e- Prestasi Pustaka.
learning, dapat diketahui rata-rata presentase respon [13] Arikunto, S., (2010). Dasar-dasar Evaluasi
media adalah 84,13%. Hal ini bahwa media tersebut Pendidikan. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
memperoleh tanggapan yang sangat baik dari siswa.
Dalam tanggapan siswa yang sangat baik, media [14] Lee, Wei-Meng, (2011). Android™ 4 Application
Development Published by John Wiley & Sons, Inc.
pembelajaran e-learning tersebut dapat disimpulkan
bahwa 84,3% siswa senang terhadap penggunaan [15] Bates, A. W., (1995). Technology, Open Learning
media pembelajaran e-learning sebagai media and Distance Education. London: Routledge.

58
[16] Clark, Ruth Colvin dan Richard E. Mayer, (2008). E-
Learning and the Science of Instruction. Thrid
edition. United States: Pfeiffer.
[17] Darwanto, (2007). Televisi Sebagai Media
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[18] Hamalik, Oemar, (1994). Media Pendidikan.
(cetakan ke-7). Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti.
[19] Hendratman, Hendi, (2011). The Magic of
Macromedia Director. Bandung: Informatika.
[20] Holmes, Bryn & Gardner, J., (2006). E-Learning:
Concepts and Practice. United States : Pine Forge
Press
[21] Kamarga, Hanny, (2002). Belajar Sejarah melalui e-
learning; Alternatif Mengakses Sumber Informasi
Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.
[22] Koran, Jaya Kumar C., (2002). Aplikasi E-Learning
dalam Pengajaran dan pembelajaran di Sekolah
Malaysia. (8 November 2002).
[22] Kusanti, Jani. (2013). Modul Flash 8. [online].
(http://kusanti04.files.wordpress.com/2009/11/modul-
flash-8.pdf, diakses tanggal 25 Mei 2013).
[23] Nurtantio, Pulung, (2013). Kreasikan Animasi-mu
dengan Adobe Flash dalam Membuat Sistem
Multimedia Interaktif. Yogyakarta: Penerbit Andi.
[24] Prosser, Michael & Keith Trigwell, (1999).
Understanding Learning and Teaching.
Philadelphia: Open University.
[25] Republik Indonesia, (2003). Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas.
[26] Rokhim, Moch, (2010). Pengembangan Media
Pembelajaran Dengan Model Computer Assisted
Instruction (CAI) Pada Materi Fisika Optik Di
Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri
Surabaya. Skripsi yang tidak dipublikasikan:
Universitas Negeri Surabaya.
[27] Sadiman, Arief S, dkk. (2010). Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Rajawali Pers.
[27] Sadiman, Arief S. dkk., (1986). Seri Pustaka
Teknologi Pendidikan No.6 Media Pendidikan.
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta : CV Rajawali.
[28] Saputro, Febrianto D., (2012). Pengembangan Media
Pembelajaran Menggunakan Model Computer
Based Instruction (Cbi) Pada Materi Fisika
Gelombang. Skripsi yang tidak dipublikasikan:
Universitas Negeri Surabaya.
[29] Setiawan, Denny, (2011). Komputer dan Media
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
[30] Sudrajat, Akhmad, (2008). Media Pembelajaran.
[online]. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/
01/12/konsep-media-pembelajaran/, diakses tanggal 4
April 2013).
[31] (http://www.oocities.org/topaz_art/course_txt/flash/
chap01.pdf, diakses tanggal 25 Mei 2013).

59
60
IbM MGMP PPKn dan IPS dalam Mengembangkan Asesmen Otentik
di Kota Surabaya
Harmanto1*), I Made Suwanda2
1
Prodi PPKn, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya. Email: harmanto@unesa.ac.id
2
Prodi PPKn, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya. Email: madesuawnda@unesa.ac.id
*)Alamat Korespondensi: Email: harmanto@unesa.ac.id

ABSTRACT
Goals to be achieved in IbM (Knowledge-Technology-Art for Sociaty) Council Subject Teacher (MGMP)
Civic Education and Social Studdies in Developing Authentic Assessment in the city Surabaya is (1) Teachers can
perform analysis of KI and KD subjects PPKn and IPS SMP, to determine and make assessments authentic by
using (the technique of self-assessment, assessment peers, performance assessment, and assessment of products),
(2) the teacher can develop self-assessment, assessment peers, performance assessment, and assessment of
products on subjects PPKn and IPS SMP start from the conceptual stage to the application in the classroom.
Based on the analysis of the situation and problems faced by partners (MGMPs PPKn and IPS) general solution
offered is to hold a workshop continuously, in stages, and continuously followed by assistance in every step-step
activities that have been prepared on the difficulties faced PPKn and social studies teacher. The model used is IN
1, IN2, ON 1, IN3, and ON 2. That is, when IN conducted workshops, guidance, and practice of assembling
authentic assessment, while ON IN using the results to be applied in the field and in the classroom followed by
mentoring / school. Results IbM shows that 80% of participants who take the program IbM able to analyze KI and
KD in the curriculum in 2013 on subjects PPKn and IPS SMP particular emphasis on basic competencies which
must be measured with authentic assessment (using the technique of self-assessment, assessment friend peers,
performance assessment, and assessment of the product). 80% of participants in the program IbM able to construct
and develop Outentik Assessment.
Key Words: MGMP civic education, MGMP social studies, authentik assessment

ABSTRAK
Tujuan yang hendak dicapai dalam IbM Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PPKn dan IPS Dalam
Mengembangkan Authentic Assessment (asesmen otentik) di kota Surabaya adalah (1) Guru dapat melakukan
analisis KI dan KD mata pelajaran PPKn dan IPS jenjang SMP, untuk menentukan dan membuat asesmen otentik
dengan menggunakan teknik penilaian diri, penilaian teman sejawat, penilaian unjuk kerja, dan penilaian produk,
(2) guru dapat mengembangkan penilaian diri, penilaian teman sejawat, penilaian unjuk kerja, dan penilaian
produk pada mata pelajaran PPKn dan IPS jenjang SMP mulai dari tahap konseptual sampai dengan aplikasi di
kelas. Berdasarkan atas analisis situasi dan permasalahan yang dihadapi mitra (MGMP PPKn dan IPS) secara
umum solusi yang ditawarkan adalah mengadakan workshop secara kontinyu, berjenjang, dan
berkesinambungan, kemudian diikuti dengan pendampingan dalam setiap step-step kegiatan yang telah disusun
berdasarkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru PPKn dan IPS. Model yang digunakan adalah IN 1, IN2,
ON 1, IN 3, dan ON 2. Artinya, pada saat IN dilakukan workshop, bimbingan, dan praktik menyusun asesmen
otentik, sementara ON menggunakan hasil IN untuk diterapkan di lapangan dan diikuti dengan pendampingan di
kelas/sekolah. Hasil IbM ini menunjukkan bahwa 80% peserta yang mengikuti program IbM mampu menganalisis
KI dan KD dalam kurikulum 2013 pada mata pelajaran PPKn dan IPS jenjang SMP khususnya ditekankan pada
KD-KD mana saja yang harus diukur dengan asesmen otentik (menggunakan teknik penilaian diri, penilaian
teman sejawat, penilaian performance, dan penilaian produk). 80% peserta yang mengikuti program I bM mampu
menyusun dan mengembangkan otentik asesmen.
Kata Kunci: MGMP PPKn, MGMP IPS, authentik assessment

1. PENDAHULUAN berakhir sia-sia[2]. Salah satu upaya yang dapat


dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru
Salah satu faktor yang sangat penting dalam adalah penguatan pada bidang kompetensi pedagogik.
mempengaruhi kualitas pendidikan adalah tenaga Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pendidik. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman
penyelenggaraan dalam proses pembelajaran. Kualitas terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan sangat dipengaruhi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
faktor guru/tenaga pendidik [6]. Guru merupakan pengembangan peserta didik untuk
istrumental input dalam sistem pendidikan nasional. mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Tanpa denyut keterlibatan aktif korps guru, kebijakan Hal ini bukan berarti bahwa kompetensi kepribadian,
pembaruan pendidikan secanggih apa pun akan profesioanal, dan sosial tidak perlu dikembangkan,

61
namun untuk kegitan IbM ini lebih difokuskan pada dari jumlah 58 guru, hanya 15% yang mampu
kompetensi pegagogik khususnya dalam mengembangkan penilaian performance, dan produk,
peningkatan kemampuan guru PPKn dan IPS sementara penilaian diri dan penilaian teman sejawat
untuk mengembangkan authentic assessment belum pernah melakukan. Beberapa kesulitan yang
(asesmen otentik). dihadapi oleh guru PPKn dan IPS terletak pada
Beberapa alasan mendasar yang kemampuan mengembangkan aspek-aspek yang harus
melatarbelakangi kegiatan IbM bagi MGMP PPKn dan dinilai dalam rubrik penilaian diri, teman sejawat,
IPSdi kota Surabaya adalah sebagai berikut. performance, dan produk serta mengembangkan
Pertama, pemberlakukan Kurikulum 2013 derajat atau tingkatan dari aspek-aspek yang dinilai ke
yang memberikan penekanan yang aspek proses dalam kategori “baik”, “cukup”, dan “kurang”.
pembelajaran yang ditandai adanya Kompetensi Inti Ketiga, berdasarkan atas hasil pendampingan
(KI) 1 berkaitan dengan religius, KI2 sikap sosial, dan pelaksanaan kurikulum 2013 bagi guru PPKn dan IPS
KI4 keterampilan. Hal ini mengandung makna jenjang SMP di kota Surabaya, menunjukkan bahwa
filosofis bahwa asesmen otentik menjadi bagian yang beberapa kesulitan yang dihadapi antara lain:
tak terpisahkan dalam pembelajaran. Asesmen dapat a. Mengidentifikasi Kompetensi Dasar (KD) mana
didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses saja dalam kurikulum 2013 yang harus diukur
pengumpulan informasi tentang perkembangan dengan menggunakan penilaian diri, penilaian
pembelajaran dan pencapaian pembelajaran. Asesmen
teman sejawat, penilaian performance, dan
dilakukan sewaktu proses pembelajaran sedang
berlangsung dan setelah proses pembelajaran usai penilaian produk.
dilaksanakan. Asesmen yang dilakukan selama b. Pengintegrasian pendekatan saintifik jika
pembelajaran berlangsung disebut sebagai dielaborasikan dengan model pembelajaran yang
asesmenproses, sedangkan asesmen yang dilakukan lain seperti: kooperatif learning, pembelajaran
setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal berdasarkan masalah, inkuiri, portofolio, dan lain-
dengan istilah asesmen hasil/produk (Rusijono, dkk., lain, ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
2010). Authentic assessment is an evaluation process
c. Pengisian rapor yang menyertakan penilaian
that involves multiple forms of performance
measurement reflecting the student’s learning, kualitatif untuk baik pada aspek pengetahuan,
achievement, motivation, and attitudes on sikap, dan keterampilan.
instructionally-relevant activities. Examples of
authentic assessment techniques include performance 1.1 Permasalahan Prioritas untuk Diselesaikan
assessment, portfolios, self-assessment, peer Berdasarkan atas fakta empiris baik dari hasil
assessment, and attitute assessment (Newman, penelitian maupun studi pendahuluan menunjukkan
1993:20).Perbedaan antara asesmen otentik bahwa peningkatan kemampuan mengembangkan
dibandingkan dengan asesmen tradisional dapat dilihat asesmen otentik mendesak untuk dicarikan solusi
pada Tabel 1. pemecahan masalahnya. Pelatihan saja tidak cukup,
Tabel 1. Perbandingan asesmen tradisional dan hal ini didasarkan data hasil penelitian pendahuluan,
asesmen otentik [3] bahwa guru PKn dan IPS selama kurun waktu 10 tahun
terakhir semua sudah pernah mengikuti pelatihan dan
Traditional Assessment Authentic Assessment
workshop tentang penilaian pembelajaran. Namun,
Selecting a Response Performing a Task
hasilnya hampir tidak ada yang
Contrived Real-life
menindaklanjuti.Artinya, setelah pelatihan dan
Recall/Recognition Construction/Application
workshop guru tidak melakukan mengembangkan
Teacher-structured Student-structured
lebih lanjut hasil pelatihan untuk mempratikkan di
Indirect Evidence Direct Evidence
kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus
MPMP PPKn dan IPS di kota Surabaya, yang
Berdasarkan pengertian, karakteristik, dan tekniknya, diperlukan guru setelah mengikuti pelatihan dan
otentik asesmen sangat cocok untuk diterapkan dalam workshop adalah pendampingan secara kontinyu dan
mata pelajaran PKn dan IPS [1]. berkesinambungan dalam mempraktikkan sesuatu
Kedua,berdasarkan atas hasil wawancara, sehingga secara berlahan-lahan guru mampu
diskusi, observasi, dan dokumensi di sekolah yang melaksanakan tanpa perlu lagi didampingi.
dilakukan oleh tim PKM pada pertemuan MGMP Berbagai permasalahan yang dipaparkan di
PPKn dan IPS kota Surabaya menunjukkan bahwa dari atas, tim pelaksana kegiatan IbM melakukan diskusi
45 orang anggota aktif MGMP PPKn hanya 10% saja dengan pengurus dan beberapa anggota MGMP yang
yang mampu mengembangkan asesmen otentik dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2014. Hasil
(penilaian diri, penilaian teman sejawat, penilaian diskusi atas permasalahan tersebut dihasil kesepakatan
performance, dan penilaian produk). Itupun dalam tentang prioritas permasalahan yang akan
pengembangannya masih belum sempurna khususnya dilakukan pemecahaan dalam IbM adalah sebagai
ketepatan dalam mengembangkan rubrik-rubriknya. berikut.
Kondisi yang tidak jauh berbeda dialami MGMP IPS

62
a. Analisis KI dan KD mata pelajaran PPKn dan IPS Tahap Metode Aktivitas Hasil
otentik asesmen dalam MGMP
jenjang SMP khususnya ditekankan pada KD-KD secara PPKn dan IPS
mana saja yang harus diukur dengan asesmen konseptual memahami
otentik dengan menggunakan teknik: self b. Praktik secara
membuat konseptual dan
asesment, attitute asesment, peer assesment, otentik asesmen praktik
performance asessment, product asessment sesuai dengan pengembangan
kelas yang asesmen
(penilaian diri, penilaian sikap, penilaian teman diajar otentik
sejawat, penilaian unjuk kerja, dan penilaian c. Peserta IbM
diberi tugas
produk). untuk membuat
b. Mengembangkan penilaian diri, penilaian teman asesmenotentik
di luar jam
sejawat, penilaian performance, dan penilaian workshop
produk pada mata pelajaran PPKn dan IPS jenjang IN 2 Workshop a. Peserta Guru PPKn dan
SMP mulai dari tahap konseptual sampai dengan dibimbing IPS SMP
pengusul IbM mempunyai
aplikasi di kelas. (instruktur) instrumen
c. Cara yang dilakukan untuk meningkatkan mendiskusikan otentik
hasil pmbuatan asesmen yang
pemahaman tentang penilaian diri, penilaian teman instrumen akan
sejawat, penilaian performance, dan penilaian asesmen otentik diterapkan di
b. Persiapan sekolah/kelas
produk dilakukan melalui model IN-ON-IN-ON- implementasi masing-masing
IN. Artinya pada saat IN dilakukan workshop dan ON 1 Praktik di Peserta IbM Instrumen
bimbingan, sementara ON menggunakan hasil IN Sekolah mempraktikkan otentik
instrumen otentik asesmen yang
untuk diterapkan di lapangan. Pada saat ON di asesmen yang telah dibuat guru
lapangan/kelas tim pelaksana IbM akan melakukan disusun dalam ON 2 untuk
diterapkan di
pendampingan di kelas secara langsung. Hal ini sekolah
dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan IN 3 Workshop Peserta IbM Hasil analisis
menganalisis, praktik
kegiatan ON tahap kedua, begitu seterusnya refleksi, instrumen
sampai denhan IN yang ketiga. menyempurnakan
instrumen otentik
Kebaharuannya kegiatan ini adalah (1) dengan asesmen hasil
menggunakan model IN-ON-IN-ON-IN yang praktik di sekolah
memberikan peluang bagi guru agar mampu masing-masing
mengembangkan penilaian diri, penilaian teman ON 2 Praktik di Peserta IbM Instrumen
Sekolah mempraktikkan otentik
sejawat, penilaian performance, dan penilaian produk
instrumen otentik asesmen final
secara tuntas, (2) pendampingan secara intensif dan asesmen yang telah yang dibuat
berkesinambungan berdasarkan permasalahan disusun dalam IN 3 guru untuk
individu dan kelompok guru PPKn dan IPS, (3) diterapkan di
sekolah
menciptakan budaya akademik di lingkungan MGMP
yang dapat dijadikan sebagai sarana peningkatan
keprofesionalan guru PPKn dan IPS, (4) Model I bM Berdasarkan Tabel 2, jika disusun menjadi
(IN-ON-IN-ON-IN) yang dikembangkan diharapkan bagan metode dan prosedur kerja yang digunakan
dapat didesiminasikan di wilayah lain maupun pada dapat dilihat pada Gambar 1.
MGMP mata pelajaran lainnya. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. METODE PELAKSANAAN Berdasarkan solusi yang ditawarkan dan target
Berdasarkan atas analisis situasi dan luaran bagi guru yang aktif dalam MGMP PPKn dan
permasalahan yang dihadapi mitra (MGMP PPKn dan IPS kota Surabaya, dukungan pengurus dan anggota
IPS) secara umum solusi yang ditawarkan adalah dalam melaksanakan solusi yang ditawarkan untuk
mengadakan workshop secara kontinyu, berjenjang, mengatasi permasalahan yang ada mutlak diperlukan.
dan berkesinambungan yang kemudian diikuti dengan Dukungan awal telah dibuktikan dengan kesediaan
pendampingan dalam setiap step-step kegiatan yang memberikan data pada saat studi pendahuluan dan
telah disusun berdasarkan kesulitan-kesulitan yang kendala-kendala yang dihadapi selama ini. Dukungan
dihadapi guru PKn dan IPS. Metode/solusi yang berikutnya adalah kesediaan menandatangai nota
ditawarkan dapat dilihat pada Tabel 2. bekerjasama dengan tim pengusul untuk
melaksanakan dan mendukung kegiatan yang telah
Tabel 2. Metode/solusi yang Ditawarkan dalam dirancang dari awal sampai akhir.
IbM MGMP PPKn dan IPS Pada tahap implementasi di lapangan peran
Tahap Metode Aktivitas Hasil dan dukungan mitra sangat diperlukan agar kegiatan
IN 1 Workshop a. Peserta IbM Guru yang yang telah disusun dapat berjalan lancar sehingga
memahami tergabung tujuan dan target kuantitatif dan kualitatif dapat

63
tercapai. Untuk itu maka pengurus dan anggota No Indikator Keberhasilan Target Hasil
MGMP PPKn dan IPS harus aktif melakukan kegiatan 4 Asesmen otentik yang dilengkapi dengan 80% 100%
baik pada saat pelatihan secara klasikal maupun klinik rubrik yang dibuat guru PPKn dan IPS
5 Analisis KI dan KD dalam kurikulum 80% 100%
secara individual berdasarkan atas kesulitan masing- 2013 pada mata pelajaran PPKn dan IPS
masing guru. Keaktifan bukan saja datang setiap jenjang SMP
kegiatan akan tetapi lebih dari itu adalah 6 Menyusun dan mengembangkanOutentik 80% 100%
melaksanakan tugas sesuai dengan target yang telah Assesment(penilaian diri, penilaian
teman sejawat, penilaian performance,
disepakati bersama antara pelaksana IbM dan guru dan penilaian produk) pada mata
PPKn dan IPS. pelajaran PPKn dan IPS jenjang SMP
Berikut ini merupakan bentuk solusi yang 7 Memahami Outentik Assesment 80% 84%
ditawarkan yang disusun secara hirarkhis dari awal
sampai akhir kegiatan. Berdasarkan atas paparan tentang solusi yang
(a) Diawali dengan brainstorming tentang masalah ditawarkan maka target yang telah dicapai sebagai
yang dihadapi (sudah dilakukan tim dengan berikut.
MGMP PKn dan IPS pada bulan Desember 1. Bagi tim pengusul IbM:
2011-Februari 2015). Kegiatan ini dilakukan (a) Laporan hasil IbM, laporan telah disusun dan
agar mengetahui akar permasalahan yang diunggah dalam simlitabmas.
sebenarnya. (b) Artikel yang dimuat prosiding seminar
(b) IN 1, Menyusun dan mengembangkan penilaian nasional yang diselenggarakan oleh LPPM
diri, penilaian teman sejawat, penilaian Universitas Negeri Surabaya yang
performance, dan penilaian produk pada mata dilaksanakan pada tanggal 27 November 2016.
pelajaran PPKn dan IPS jenjang SMP mulai dari (c) Model pendampingan dalam meningkatkan
tahap konseptual sampai dengan aplikasi di kelas. kemampuan mengembangkan asesmen otentik
Pada tahap ini produk yang dihasilkan adalah khususnya bagi guru mata pelajaran PPKn dan
membuat Asesmen Autentik sebagai Tugas IPS, yakni IN-ON-IN-ON. Dengan
Mandiri. menggunakan model IN-ON-IN-ON, telah
(c) IN 2 adalah mendiskusikan tugas mandiri untuk berhasil mengembangkan asesmen otentik
sharing pengalaman sekaligus memperbaiki. bagi guru PPKn dan IPS.
(d) ON 1, Pemantauan dan pendampingan (d) Asesmen otentik yang dilengkapi dengan
implementasi penilaian otentik yang telah disusu rubrik yang dibuat guru PPKn dan IPS sudah
di sekolah masing-masing. dilakukan, seperti pada lampiran 8 yang
(e) IN 3, diskusi panel dan workshop hasil ujicoba terpisah dari laporan ini, tetapi, merupakan
lapangan 1. Pada IN 3 ini guru PPKn dan IPS satu kesatuan dari dokumen laporan IbM
mempresentasikan hasil uji coba tahap 1. secara keseluruhan.
(f) ON 2, secara mandiri guru-guru PPKn dan IPS 2. Bagi guru PPKn dan IPS dalam MGMP dengan
secara mandiri menggunakan asesmen otentik kegiatan IbM ini telah mampu:
dalam pembelajaran. (a) menganalisis KI dan KD dalam kurikulum
Program IbM yang digagas oleh Direktorat 2013 pada mata pelajaran PPKn dan IPS
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, jenjang SMP khususnya ditekankan pada
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,
KD-KD mana saja yang harus diukur dengan
Kemenrisetdikti memberikan dampak yang sangat
baik bagi aktivitas guru yang tergabung dalam MGMP asesmen otentik (menggunakan teknik
PPKn dan IPS jenjang SMP dalam mengembangkan penilaian diri, penilaian teman sejawat,
asesmen otentik. Keterlibatan MGMP PPKn dan IPS penilaian performance, dan penilaian
ditunjukkan sejak perencanaan, pelaksanaan, sampai produk). Tolok ukur keberhasilan adalah 80%
dengan evaluasi. peserta yang mengikuti program IbM mampu
Pada akhir IbM hasil yang telah dicapai dapat menganalisis KI dan KD dalam kurikulum
dilihat pada Tabel 2.
2013 pada mata pelajaran PPKn dan IPS
Tabel 2. Perbandingan Antara Target dan Hasil jenjang SMP khususnya ditekankan pada
pada Akhir Pelaksnaan IbM
KD-KD mana saja yang harus diukur dengan
No Indikator Keberhasilan Target Hasil
asesmen otentik (menggunakan teknik
1 Laporan hasil IbM 100% 95%
2 Artikel yang dimuat dalam prosiding 100% 90%
penilaian diri, penilaian teman sejawat,
seminar nasional penilaian performance, dan penilaian
3 Model pendampingan Ada Ada produk). Hasil yang dicapai adalah 100%,
Model Model

64
artinya seemua KD telah dibuat instrumen 5. DAFTAR PUSTAKA
asesmennya. [1]. Center For Indonesian Civic Education/ CICED.
(b) Mampu memahami Outentik Assesment, baik (2009). Democratic Citizens in A Civic Society:
secara konseptual maupun praktis. Untuk itu Workshop Report. Bandung: CICED.
maka perlu dilakukan pre-tes dan postes. Tolok [2]. Komalasari, K., Budimansyah, D. (2008).
ukur keberhasilan adalah 80% peserta yang Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam
mengikuti program IbM mampu menyusun dan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap
Kompetensi Kewargane-garaan Siswa SMP.
mengembangkan Outentik Assesment. Hasil
Acta Civicus Jurnal Pendidikan
yang dicapai adalah 84%. Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 1, Oktober 2008.
(c) Mampu menyusun dan
[3]. Mueller, J. (2004). What is Authentic
mengembangkanOutentik Assesment(penilaian
Assessment?. Tersedia di:
diri, penilaian teman sejawat, penilaian http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisi
performance, dan penilaian produk) pada mata t.htm. (Akses, 11 Maret 2014).
pelajaran PPKn dan IPS jenjang SMP. Hasil [4]. Newman, Delia. (1993). Alternative Assessment:
yang dicapai adalah 100%. Promises and Pitfalls. In School Library Media
(d) Tolok ukur keberhasilan adalah 80% peserta Annual. Volume Eleven. Edited by Carol Collier
yang mengikuti program IbM mampu Kuhlthau, 13-20. Englewood, CO: Libraries
menyusun dan mengembangkan Outentik Unlimited.
Assesment. Hasil yang dicapai adalah 100%. [5]. Rusijono, Susanto, Supriyono, Murtedjo, Hariadi,
E., Kusnanik, N. W., Kasrori, J. (2010). Asesmen
4. PENUTUP dan Penilaian. Surabaya: Unesa Press.
4.1 Simpulan
[6]. Winataputra, Udin. S. (2001). Jatidiri
Bahwa pada saat pre tes pemahaman
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
konseptual guru tentang asesmen otentik masih
Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi:
rendah. Hal ini karena rata-rata skor yang diperoleh
Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks
sebesar 58.18 untuk guru PPKn dan 59.78 untuk guru
Pendidikan IPS. Disertasi Doktor pada SPS UPI
IPS. Setelah IbM dilaksanakan diperoleh hasil tes
Bandung:Tidak Diterbitkan.
akhir, rata-ratanya untuk guru PPKn sebesar 82,90 dan
guru IPS sebesar 84,70. Model IN dan ON tepat
digunakan karena ada proses internalisasi dari materi
yang dilatihkan sehingga berdampak positif terhadap
peningkatan pemahaman guru PPKn SMP dalam
pengembangan bahan. Tanggapan dari peserta
terhadap kemampuan fasilitator dalam kategori baik.
Tanggapan dari peserta terhadap falilitas yang
diberikan dalam kategori baik. Terbitnya
Permendikbud No. 22, 23, dan 24 tahun 2016
menyebabkan pengembangan asesmen oleh guru perlu
dicermati ulang dan disesuikan dengan ketentuan yang
baru.
4.2 Saran
Model IN-ON-IN-ON ini bisa digunakan untuk
pelatihan lain yang dapat menunjang kinerja guru
dalam meningkatkan kompetensinya. Setiap pelatihan
hendaknya dilakukan survey meminta pendapat dari
peserta sehingga nanti hasilnya akan lebih efektif dan
berkesinambungan.

65
66
Pengembangan Perangkat pembelajaran berbasis peta konsep no
condition untuk memperkuat daya tahan (retensi) keterampilan
berpikir tingkat tinggi mahasiswa pendidikan kimia pada materi pokok
Keisomeran
Ismono1*), Tukiran2, Suyatno3
1
Jurusan kimia Fmipa Unesa,UNESA, SURABAYA. Email : ismono.sains@gmail.com
2
Jurusan kimia Fmipa Unesa,UNESA, SURABAYA. Email : btukiran@yahoo.com
3
Jurusan kimia Fmipa Unesa,UNESA, SURABAYA. Email : suyatno_kimunesa@yahoo.
*) Alamat Korespondesi: Email: ismono.sains@gmail.com

ABSTRACT
Learning and teaching organic chemistry requires the ability of understanding the concepts and the ability to
higher order thinking skill, because the teaching materials rich in organic chemistry are abstract concepts,
organized, and often a close relationship between concept to another concept. It is necessary for adequate learning
environment that challenges students and monitor the progress of each individual's level of understanding about
the understanding of important concepts such as learning devices. This research is the development of which is
the development of learning tools with research subjects include three experts who validate theoretical learning
devices and 24 students of chemical education class FMIPA UNESA 2015 taking organic chemistry course 1 in
the subject matter isomer for. The results showed that the concept mapping based learning: (1) to have the validity
of the theory in either category (2) can be used in practical learning, based on observations and student
questionnaires; (3) effectively able to maintain retention concept, even an average score of students post posttest
higher than posttest
Keywords: Device-based learning concept map no condition, high level thinking skills, retention

ABSTRAK
Belajar dan mengajar kimia organik memerlukan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi, karena pada materi ajar kimia organik kaya akan konsep-konsep bersifat abstrak, terorganisir, dan
seringkali terjadi hubungan yang erat antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Untuk itu diperlukan
lingkungan belajar yang memadai yang menantang peserta didik dan memantau kemajuan tingkat pemahaman tiap
individu tentang pemahaman konsep-konsep penting seperti perangkat pembelajaran. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yaitu pengembangan perangkat pembelajaran dengan subyek penelitian meliputi 3 pakar
yang menvalidasi teoritis perangkat pembelajaran dan 24 mahasiswa pendidikan kimia FMIPA UNESA angkatan
2015 yang mengambil matakuliah kimia organik 1 pada materi pokok isomer untuk. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perangkat pembelajaran berbasis peta konsep: (1) memiliki validitas teori dalam katagori baik (2) praktis
dapat digunakan dalam pembelajaran berdasar hasil pengamatan dan angket mahasiswa; (3) efektif mampu
mempertahankan retensi konsep, bahkan skor rata-rata peserta didik pasca postes lebih tinggi daripada postes
Kata Kunci: Perangkat Pembelajaran berbasis peta konsep no condition, keterampilan berpikir tingkat tinggi,
retensi
1. PENDAHULUAN dan (d) Sebagian besar guru SMA dalam menyusun
butir soal cenderung hanya mengukur kemampuan
Pendidikan di Indonesia saat ini dihadapkan
berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skills)
dengan beberapa isu yang sangat strategis antara lain:
yaitu mengukur keterampilan mengingat (recall)[3].
(a) pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara
Pemerintah Republik Indonesia dalam menghadapi
aktif dalam menemukan dan membangun pengetahuan
isu-isu tersebut menyusun beberapa langkah strategi
melalui inkuiri, penemuan, pemecahan masalah dan
dalam pendidikan dan pembelajaran, seperti: (a)
bekerja dan belajar secara kolaboratif (collaborative
melakukan perubahan dan penyempurnaan kurikulum,
learning); (b) peserta didik harus memiliki
mulai dari pendidikan dasar dan menengah dikenal
kemampuan berpikir tingkat tinggi, menalar,
dengan Kurikulum 2013[4] hingga di tingkat
menerapkan pengetahuan konseptual dan prosedural
pendidikan tinggi dikenal dengan Kerangka
untuk memecahkan masalah, dan menyajikan
Kurikulum Nasional Indonesia (KKNI), dan (b)
keterkaitan konsep materi pembelajaran yang
[1][2] menerbitkan panduan penyusunan soal higher order
dipelajari secara efektif dan kreatif , (c) hasil
thinking SMA[3]. Langkah tersebut merupakan langkah
evaluasi PISA, kemampuan keterampilan berpikir
nyata pemerintah Indonesia dalam upaya
tingkat tinggi (higher order thinking skills, HOTS)
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar
siswa Indonesia yang relative rendah, seperti literasi
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain, mulai
membaca buku teks, literasi sains (scientific literacy),
dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan

67
tinggi. Elemen-elemen penting dari perubahan tersebut atau non-prototipe konsep (e) mengidentifikasi dan
yaitu: (1) pada proses pembelajaran, (a) pendidik dan mengelompokkan konsep (utama, superordinat,
peserta didik harus memiliki kemampuan inkuiri dan ordinat, subordinat, sub-subordinat)[19]. Kardi (1997),
keterampilan berpikir tingkat tinggi serta mampu menyatakan peserta didik dianggap telah dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, (b) memahami konsep, bila peserta didik mampu
pembelajaran harus menggunakan pendekatan sains menempatkan obyek/konsep ke dalam kelompok
melalui kegiatan mengamati, menanya, (hirakhi) tertentu[17]. Pendapat tersebut didukung oleh
mengumpulkan informasi, mencoba, Ausubel[20]; Joyce Weil dan Showers[21]. Peta konsep
menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan, dan (disingkat PK) dikembangkan oleh Joseph D. Novak
mencipta (create), (c) pembelajaran harus mampu pada tahun 1972 yang didasari oleh teori belajar
melibatkan siswa secara aktif untuk mengkonstruksi bermakna dari Ausubel. Belajar bermakna merupakan
pengetahuannya sendiri melalui kegiatan bekerja dan upaya sadar manusia ketika pengetahuan baru akan
belajar secara kolaboratif, berdiskusi, curah pendapat dikaitkan dengan kerangka kerja yang ada
(brainstroming), mampu menumbuhkan budaya inkuri pengetahuan sebelumnya. Belajar bermakna sangat
dan keterampilan berpikir tingkat tinggi; dan (2) berbeda dengan belajar hafalan (atau menghafal),
evaluasi pembelajaran harus berbasis konstektual dan konsep-konsep baru ditambahkan ke kerangka kerja
mampu mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi pelajar dengan cara sewenang-wenang dan dihafal apa
peserta didik[5-10] . adanya (verbatim), sehingga menghasilkan struktur
Berdasarkan harapan di atas, maka dalam pengetahuan yang lemah dan tidak stabil yang cepat
mempelajari sains (kimia) pendidik atau calon terlupakan[20]. Selain itu belajar hafalan sedikit
pendidik kimia harus memiliki kemampuan inkuri dan berkonstribusi dalam membangun struktur
keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan dapat pengetahuan dan tidak dapat mempromosikan
melatihkan/membelajarkan kepada peserta didik. pengkonstruksian pengetahuan, berpikir tingkat tinggi,
Salah satu materi yang dapat melatihkan peserta didik berpikir reflektif atau pemecahan masalah. Namun
dalam berpikir tingkat tinggi dan inkuiri yaitu materi dalam pembelajaran bermakna kadangkala dibutuhkan
kimia organik, karena untuk mempelajari materi dalam juga kemampuan menghafal[21].
kimia organik dibutuhkan kemampuan pemahaman Peta konsep yaitu visualisasi hubungan antar
konsep dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Materi konsep-konsep dalam bentuk representasi grafis dua
ajar kimia organik (khususnya keisomeran) dimensi dan konsep-konsep direpresentasikan dalam
merupakan materi yang kaya akan konsep-konsep bentuk kotak atau lingkaran. Keterkaitan antara dua
yang bersifat abstrak, teroganisir, dan seringkali terjadi konsep atau lebih akan dihubungkan dengan dengan
hubungan antar konsep dengan konsep[11]. Berkaitan garis anak panah berlabel ( kata penghubung) yang
dengan hal tersebut maka diperlukan pembelajaran disebut dengan proposisi agar hubungan antar konsep
inovatif untuk menciptakan seperti lingkungan belajar memiliki makna[11, 22]. Peta konsep merupakan salah
di atas yaitu Perangkat Pembelajaran Berbasis Peta satu bentuk dari pengajaran bermakna pada konsep-
Konsep no condition. konsep yang bersifat “sulit atau abstrak” memiliki tiga
Perangkat pembelajaran Peta Konsep no condition prinsip yaitu: (a) kesiapan peserta didik yang meliputi
merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk pengetahuan yang peserta didik miliki saat ini dan
membelajarkan materi yang konseptual, konsep menerima pengetahuan/konsep yang baru dan
terorganisir secara hirarkhi, dan antar konsep memiliki mengkaitkannya dengan pengetahuan yang dimiliki
keterkaitan. Konsep merupakan suatu proses dan sebelumnya; (b) ) penggolongan konsep dimulai dari
fungsi mental yang digunakan sebagai alat untuk konsep yang paling umum ke yang paling spesifik
mengekspresikan ide-ide atau unit-unit pengetahuan, peserta didik dapat menvisualisasikan dan; (c)
mengembangkan pikiran, konstruksi simbolik paling menggolongkan konsep-konsep dalam struktur
dasar yang bertujuan untuk memperlancar komunikasi. kognitifnya[14, 20].
Konsep memiliki lima elemen penting yaitu: (a) nama Ausubel (1986), mengusulkan untuk
konsep, (b) definisi konsep, (c) atribut-atribut penentu menjembatani antara pengetahuan yang baru dengan
seperti atribut kritis dan atribut variabel, (d) nilai, dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelumnya
(e) contoh[12-15]. Proses penemuan konsep sering dapat digunakan pemandu awal (advanced organizer).
disebut asosiasi konsep atau pemerolehan konsep[16-18]. Advanced organizer sebagai suatu cara/strategi untuk
Thomas Alice & Glenda Thorne (2009), secara detail membantu atau mengingatkan peserta didik pada
berpendapat bahwa pembelajaran yang berbasis materi sebelumnya (yang dimiliki peserta didik) untuk
pemerolehan dan pemahaman konsep merupakan dihubungkan dengan konsep-konsep baru yang akan
proses yang multi-langkah di antaranya: (a) dipelajari[20]. Teori belajar lain yang mendasari
menentukan nama kritis (utama) fitur konsep; (b) pembelajaran peta konsep yaitu teori pemrosesan
menyebutkan beberapa fitur tambahan dari konsep informasi (information processing). Teori ini pada
(atribut kritis dan atribut variabel); (c) jenis konsep, (d) hakekatnya menjelaskan bahwa belajar merupakan
memberikan contoh atau non-contoh atau prototipe suatu aktivitas yang berkaitan pemrosesan informasi

68
dimana di dalam proses internal otak manusia terjadi
pengorganisasian informasi dan mempertahankan
pengetahuan/konsep-konsep untuk digunakan
kembali[23]. Model pemrosesan infomasi (MPI) terdiri
dari tiga komponen utama yaitu memori sensorik,
memori kerja, dan memori jangka panjang. Teori MPI
merupakan merupakan salah satu teori yang
mendukung pembelajaran berbasis peta konsep[24].
Proses untuk mengorganisir konsep dapat dengan
cara menggunakan pembelajaran peta konsep.
Pembelajaran peta konsep sesuai untuk digunakan
pada pengetahuan yang memiliki karakteristik
deklaratif (konseptual) dan prosedural. Pengetahuan
deklaratif yaitu pengetahuan yang memerlukan Gambar 1 Jenjang pemetaan konsep berdasarkan
penjelasan, sedangkan prosedural merupakan kemampuan peserta didik (adaptasi dan modifikasi dari
Strautmane, 2012).
pengetahuan yang terorganisir secara prosedur seperti
langkah-langkah menata konsep secara hirarki.
Langkah-langkah dalam menyusun peta konsep Berkaitan dengan latar belakang dan landasan
memerlukan kemampuan penyelidikan (inkuri), teori, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
penemuan konsep yang terdapat dalam bahan ajar, dan (1) validas perangkat pembelajaran yang
berpikir tingkat tinggi (Stanley D. Ivie. 1998) [25]. dikembangkan; (2) kepraktisan perangkat
Menurut Krathwohl, (2001), yaitu meliputi pembelajaran yang dikembangkan; dan (3) keefektifan
keterampilan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), perangkat pembelajaran yang dikembangkan berbasis
dan mensintesis/ mencipta (C6) [26]. peta konsep no condition.
Vygotsky (1978) menyatakan berdasarkan teori
2. METODE
konstruktivis dalam mengkonstruksi konsep ada lima
prinsip yang mendasarinya yaitu: (1) peserta didik Desain penelitian ini merupakan penelitian dan
secara aktif mengkonstruksi pengetahuan melalui pengembangan dengan melalui tahapan seperti pada
hubungan antara konsep-konsep/ide-ide dan Gambar 2[31]; dan (2) retensi pemahaman konsep untuk
pengalaman/pengetahuan yang dimiliki sebelumnya; mengetahui kefektifan model [30].
(2) peserta didik secara pribadi akan menciptakan Penelitian dan pengembangan ini mengabdopsi
makna melalui kegiatan menganalisis dan mensintesis dan mengadaptasikan model penelitian yang
konsep sehingga pemahaman baru tentang konsep dikembangkan Nieveen[32]. Pada tahap pengembangan
dapat dikonstruksi; (3) konstruktivis percaya bahwa desain dilakukan validasi teoritis oleh pakar yang
kegiatan belajar harus menumbuhkan integrasi meliputi validasi isi dan konstruksi. Berdasarkan hasil
pemikiran, perasaan dan aktivitas (aksi) yang validasi teoritis, kemudian dilakukan validasi empiris
membantu peserta didik dalam proses pengembangan yaitu diujicobakan kepada 24 orang mahasiswa
makna; (4) belajar merupakan kegiatan sosial yang pendidikan kimia, langkah validasi empiris digunakan
dapat ditingkatkan melalui belajar dan penyelidikan untuk melihat kepraktisan dan keefektifan perangkat
bersama; (5) antara peserta didik dengan peserta didik pembelajaran Peta Konsep no condition. Gambar
lainnya merupakan sebuah kelompok kerja yang desain model dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
kolaboratif, pendidik sebagai fasilitator yang berperan
membantu (scaffolding) peserta didik yang mengalami
kesulitan[27].
Pembelajaran peta konsep dengan strategi inkuri
secara garis besar dapat dilakukan dengan berbagai
tingkatan antara lain tingkat No Conditions, dimana
peserta didik harus menemukan konsep-konsep kunci
dapat dengan cara menggarisbawahi konsep-konsep
suatu bahan ajar, kemudian peserta didik menganalisis
dan mengelompokan konsep-konsep kunci dalam
kolom matrik konsep, selanjutnya menyusun (create)
peta konsep. Evaluasi pada tingkat ini digunakan cara Gambar 2. Desain penelitian dan pengembangan validasi
cara yang dikembangkan oleh Markham dkk, 1994[28] empiris (adopsi dan modifikasi Nieveen, 2007).
yang merupakan pengembangan rubrik dari Novak,
dimana temuan tiap konsep kunci diberi skor 1.
Tingkatan model pemetaan konsep dapat digambar Kepraktisan perangkat pembelajaran peta konsep
pada Gambar 1 [29]. no condition diamati keterlaksanaan pembelajaran,

69
aktivitas mahasiswa, dan respon. Keefektifan Aktivitas P1 P2 P3
b. Berbagi pengetahuan dengan teman 4 4 4
perangkat pembelajaran peta konsep no condition satu tim
dilihat dari hasil belajar mahasiswa yaitu kemampuan c. Menerima pendapat teman 3 4 4
daya tahan (retentsi) pemahaman konsep digunakan uji d. Bekerjasama mengevaluasi konsep 4 4 4
hipotesis (uji t). Dengan desain sebagai berikut. dan menyusun peta konsep
Simulasi
a. Menyampaikan hasil kinerja di depan 3 4 4
kelompoknya untuk persiapan
implementasi (presentasi di depan tim
lain)
b. Saling memberikan saran untuk 4 4 4
perbaikan peta konsep maupun untuk
Uji retensi pemahaman konsep yaitu dengan perbaikan presentasi di depan tim lain
membandingkan hasil tes akhir (TA) dengan pasca tes Implementasi
akhir (PTA), dengan menggunakan uji t dengan taraf a. Menyampaikan hasil kinerja tim di 4 3 4
depan tim lain
kepercayaan 95% dengan hipotesis <32>. b. Menggunakan bahasa yang santun 4 4 4
c. Terbuka menerima perta nyaan, saran
H0 : Tidak ada perbedaan antara TA dengan PTA. dan kritik perbaikan dari tim lain 4 4 3
Ho: µTA = µPTA
Keterangan P1, P2, P3 = pengamat 1, 2, dan 3
H1: µTA ≠ µPTA
3. HASIL Selesai pembelajaran dilakukan postes, dimana
Perangkat pembelajaran divalidasi teoritis postes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar
dilakukan oleh tiga orang pakar yang berkompeten dan mahasiswa setelah proses pembelajaran dengan
berpengalaman di bidangnya. Validasi ini digunakan menggunakan perangkat pembelajaran no condition
untuk mengevaluasi kelayakan perangkat yang dikembangkan. Setelah kurun waktu sekitar 1
pembelajaran secara teoritik meliputi kevalidan bulan dilakukan kembali tes hasil belajar pasca posttes
konsep, kerunutan konsep, tata bahasa/kalimat, dan (PTA), instrumen PTA “setara” dengan instrument TA
format (layout) perangkat. Berdasarkan hasil validasi dimana indikator hasil belajar dan indikator soal yang
ternyata masih perlu ada perbaikan beberapa konsep, ingin dicapai sama. Data PTA akan digunakan untuk
kesalahan tatakalimat, salah ketik dan format. Ke tiga mengetahui kemampuan retensi mahasiswa dalam
validator memberi skor rata-rata 3,5-5,7 dengan memahami konsep dan kemampuan berpikir tingkat
katagori baik. Rekomendasi dari ketiga validator yaitu tinggi.
perangkat pembelajaran dapat digunakan dengan Tabel 3. Skor perbandingan TA dengan PTA
sedikit perbaikan. Berdasarkan hasil masukan dari
validator internal, kemudian dilakukan revisi dan Komp C4 C5 C6
onen TA PT TA PT TA PTA
kemudian dilakukan validasi empiris dengan
A A
mengujicobakan ke 24 mahasiswa pendidikan kimia Mean 68,8 84,9 66,7 75,3 74,2 82.1
2015 FMIPA Unesa. Data yang diperoleh Sd 26,9 20,6 12,9 13,1 9.8 5,7
keterlaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut. N 24 24 24 24 24 24

Tabel 1. Keterlaksanaan pembelajaran


4. PEMBAHASAN
Keterlaksanaan P1 P2 P3 (%)
(%) (%) (%) Kelayakan Perangkat pembelajaran berbasis peta
Tatap muka 1 92,00 92,25 92,50 92,25 konsep no condition layak secara teoritis dengan skor
Tatap muka 2 93,25 93,50 93,00 93,25 3,5 – 3,7 dengan katagori baik (layak) meskipun masih
Tatap muka 3 92,50 93.20 92,50 93,40 harus ada sedikit perbaikan seperti tatatulis. Kelayakan
empiris model dan perangkat dilakukan dengan
Data aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran ujicoba terbatas pada 24 mahasiswa pendidikan kimia
adalah sebagai berikut. FMIPA Unesa selama 1 bulan (dengan 4 kali
Tabel 2. Aktivitas Mahasiswa
tatapmuka). Perangkat pembelajaran berbasis peta
konsep no condition memiliki kepraktisan yang layak
Aktivitas P1 P2 P3 yaitu keterlaksaaan proses pembelajaran selama tiga
Pelibatan
a. Mendengarkan penjelasan dosen 3 4 3 kali pertemuan (tabel 1) memperoleh skor rata-rata
b. Membaca buku ajar 4 4 4 tiap-tiap tatapmuka cukup tinggi yaitu >92,25%.
c. Menanyakan 3 3 3 Perangkat Pembelajaran berbasis peta konsep no
Asosiasi-akomodasi 4 4 4
a. mengidentifikasi konsep-konsep dari
condition juga mampu mengaktifkan mahasiswa mulai
bahan ajar dari mengamati bahan ajar, berdiskusi, berkolaborasi,
b. Berdiskusi dengan teman didekatnya 4 4 4 berkomunikasi baik melalui kegiatan simulasi maupun
c. Meminta penjelasan dari dosen 3 3 4
implementasi dengan rata-rata skor di sekitar 3 dan 4
Kolaborasi 3 4 4
a. Berdiskusi dengan tim (tabel 2) yaitu dalam katagori baik dan sangat baik.

70
Perangkat pembelajaran berbasis peta konsep no http://ylhnews.com/opini/kualitas-doktor-lulusan-
condition memiliki keefektifan berdasarkan uji t luar-negeri, akses Feb 2015.
dengan taraf signifikansi (5%) pada uji retensi [3] Harris Iskandar, (2015). Penyusunan Soal Higher
kemampuan C4, C5, dan C6 ternyata terdapat Order Thinking Sekolah Menengah. Direktorat
perbedaan signifikan thit>ttabel, sehingga hipotesis Ho Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Kemendikbud
ditolak. Kemampuan pengetahuan retensi mahasiswa [4] Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
dalam materi isomer dan isomer struktur dalam 103 Tahun 2014. tentang Pembelajaran pada
katagori baik dan bahkan cenderung mengalami Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
peningkatan yaitu skor rata-rata sebagai berikut: C4 Jakarta.
(15.83); C5 (8,54) dan C6 (7,9) (tabel 3). Hal ini [5] National Science Teachers Association, (NSTA),
disebabkan oleh semakin mudahnya mahasiswa (2003). Standards for Science Teacher Preparation,
mempelajari dan memahami materi isomer dengan USA.
menggunakan peta konsep berbasis inkuiri. Pernyataan [6] NRC, (2001). Inquiry and the National Science
ini didukung juga oleh data angket dan wawancara Education Standards. A Guide for Teaching and
kepada mahasiswa yaitu (a) 95% mahasiswa lebih Learning, National Academy Press, Washington, DC.
mudah mempelajari dan memahami materi isomer http://books.nap.edu/html/inquiry_addendum/ (2 of 2)
dengan menggunakan peta konsep, (b) 92,5% [9/10/2001 3:37:45 PM] akses juli 2015.
menyatakan memiliki kemampuan dalam [7] Anderson and Krathwohl, (2001). Bloom’s
menganalisis, mengevaluasi dan mengorganisasi Taxonomy Revised, Understanding the New
konsep, dan (c) 100% mahasiswa merasa terbantu Version of Bloom’s Taxonomy, A succinct
dalam merencanakan dan menyampaikan materi discussion of the revisions of Bloom’s classic
cognitive taxonomy and how to use them effectively.
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep. http://www4.uwsp.edu/education/lwilson/curric/newt
5. SIMPULAN DAN SARAN axonomy.htm (2001, 2005), revised 2013.
[8] Hammann, Lynne A., (2012). How To Promote
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian
Higher-Order Thinking In The Classroom:
tersebut yaitu Perangkat pembelajaran berbasis peta Reflecting And Writing, Not Reciting And Reacting
konsep no condition yang dikembangan memiliki: (1) (with Reflection Questions).
validitas teoritis dengan katagori baik skor rata-rata
[9] Sket Barbara, Sasa Aleksij Glazar and Janez Vogrinc,
skor 3,5 – 3,7 (rentang skor 1 – 4); (2) praktis dapat (2015). Concepr Maps as Tool for Teaching
digunakan dalam pembelajaran berdasar hasil Organic Chemical Reaction. Acta Chim, Slov, 2015,
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, dan Vol. 62, 462–472 DOI: 10.17344/acsi. 2014.1148
aktivitas mahasiswa; dan (3) efektif yang ditandai
[10] Novak, J. D., (2002). Meaningful learning: The
dengan para mahasiswa mampu mempertahankan essential factor for conceptual change in limited or
retensi berpikir tingkat tinggi dan bahkan skor rata-rata appropriate propositional hierarchies (liphs)
pasca postes mengalami peningkatan dibandingkan leading to empowerment of learners. J. Science
dengan postes. Dengan demikian perangkat Education, Vol. 86, No. 4, 548-571.
pembelajaran berbasis peta konsep mengacu dari [11] Solso Robert L, Otto H. Maclin, M. Kimberly Maclin,
Nieveen <11> (2007) dapat dikatakan valid baik dari (2008). Psiokologi Kognitif, Edisi ke delapan,
kevalidan teoritis maupun empiris. Erlangga, Jakarta.
Saran yang diusulkan untuk penyempurnaan [12] Wolfolk Anita, (2009). Education Psychology
implementasi perangkat pembelajaran berbasis peta (terjemahan), edisi ke 10, Jakarta, Pustaka Pelajar.
konsep no condition yaitu: (1) perlu adanya pelatihan [13] Safdar Muhammad, Azhar Hussain, Iqbal Shah,
awal bagi mahasiswa dalam mengidentifikasi, Qudsia Rifat, (2012). Concept Maps: An
menganalisis, mengevaluasi konsep-konsep penting Instructional Tool to Facilitate Meaningful
dalam bahan ajar, dan menyusun peta konsep; (2) perlu Learning European Journal of Educational, Vol. 1,
No. 1, 55-64.
tindaklanjut pengmbangan pembelajaran ini dengan
jumlah siswa dan kelas yang lebih banyak. [14] Kardi, Soeparman,(1997). Miskonsepsi Terhadap
Konsep-konsep Biologi Kemungkingan Penyebab
6. DAFTAR PUSTAKA Miskonsepsi dan Cara Penanggulangannya, Pidato
Pengkukuhan Guru Besar (tidak dipublikasikan).
[1]. Sudrajad Ahmad, (2013). Tantangan Guru Dalam
Dunia Pendidikan dan Gambaran Pendidikan [15] Herron, J Dudley, (1977). Problem associated with
dalam Abad 21, http://akhmadsudrajat. concept analysis. J S E , Vol. 61, No. 2, 185 – 199.
wordpress.com/2013/07/02/ paradigma-pendidikan-
indonesia-abad-ke-2. Akses Mei 2014 [16] Thomas, A., and Thorne, G., (2009). How To Increase
Higher Order Thinking. Metarie, LA: Center for
[2] Henuk Yusuf L, (2014). Paradigma Belajar Abad 21 Development and Learning. Retrieved Dec. 7, 2009,
dan Pendidikan Tinggi di Indonesia dalam Era from http://www.cdl.org/resource-library/articles
Globalisasi, ISBN: 978-602-8547-81-9. /HOT.php?type=subject&id=18

71
[17] Thomas Alice and Glenda Thorne, (2009). How to
Increase Higher Level Thinking,
http://www.cdl.org/articles/how-to-increase-high-
order-thinking/ Akses Feb 2015.
[18] Ausubel, D. P., (1968). Educational psychology: A
cognitive view. New York: Holt, Rinehart & Winston.
[19] Barbara Šketa and Saša Aleksij Glažarb., (2005).
Using Concept Maps in Teaching Organic
Chemical Reactions, Acta Chim. Slov. 2005, 52, 471–
477<24> Arends. R. I. 2012. Learning to teach, 9th Ed.
New York. Mc. Graw-Hill Companies, Inc
[20] Novak, J.D. & Cañas, A.J., (2006). The Theory
Underlying Concept Maps and Howto Construct
Them, http://cmap.ihmc.us/Publications/ Research
Papers/Theory Underlying ConceptMaps.pdf .
Retrieved on 8 September 2006.
[21] Arends. R. I., (2012). Learning to teach, 9th Ed. New
York. Mc. Graw-Hill Companies, Inc
[22] Flavell, J., Miller, P., & Miller, S. (2002). Cognitive
development (4 th ed.). Upper Saddle River, NJ:
Prentice-Hall.
[23] Stanley D. Ivie., (1998). Ausubel's Learning Theory:
An Approach To Teaching Higher Order Thinking
Skills. (educational psychologist David Paul
Ausubel). High School Journal 82.1 (Oct 1998):
p35(1).
[24] Krathwohl, David R., (2002). A Revision of Bloom's
Taxonomy: An Overview, Theory Into Practice,
Volume 41, Number 4, Autumn 2002 Copyright (C)
2002 College of Education, The Ohio State University.
http://www.unco.edu/cetl/sir/stating_
outcome/documents/Krathwohl.pdf. akses 2013
[25] Vygotsky, L.S., (1978). Mind in society (ed. by M.
Cole, V. John-Steiner, S. Scribner, and E.
Souberman), Cambridge, MA: Harvard University
Press.
[26] Markam, K. M., Mintzes, J. J., & Jones, M. G. (1994).
The concept map as a research and evaluation tool:
Further evidence of validity. Journal of Research in
Science Teaching, Vol. 31, No. 1, 91-101.
[27] Strautmane, M., (2012). Concept Map-Based
Knowledge Assessment Tasks and their Scoring
Criteria: An Overview. In A. J. Cañas, J. D. Novak
& J. Vanhear (Eds.), Concept Maps: Theory,
Methodology, Technology. Proceedings of the Fifth In
ternational Conference on Concept Mapping (Vol. 2).
Valletta, Malta: University of Malta.
[28] Ausubel., (2000). The Acquisition and Retention of
Knowledge: A Cognitive View, Springer, SBN 978-
0-7923-6505-1 .
[29] Nieveen, N., McKenney, S., Van D. Akker, (2007).
Education design research. New York. Rutledge
[30] Sugiyono, (2009). Metode Penelitian
Pendidikan :Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. Dan
R&D, Alfabeta: Bandung

72
Keterampilan Kepala Sekolah dalam Evaluasi Hasil Peningkatan
Keunggulan Pembelajaran
Karwanto1*)
1
Jurusan Manajemen Pendidikan, UNESA, Surabaya. Email: karwanto@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: karwanto@unesa.ac.id

ABSTRACT
The objective of this research to find out the principal’s skill in evaluating result of the improved learning
excellence. This research used a qualitative approach with the design of multi-case study. The data were collected
by using interviews, observation, and document. The examining of data credibility was done by triangulation
technique, membercheck, and peer discussion. The data collected from the three techniques were organised,
interpreted, and analyzed repeatedly, both inside-case analysis and across-case analysis in order to draft concepts
and the abstract of research findings. Results of the research show that the principal’s skills in evaluating result
of the improved learning excellence during his/her leadership in making good progress for his/her school, creating
conducive climate, making a progress in academic field and other prominent skills, such as monitoring the
implementation of learning policy, guiding, directing and empowering the teachers in evaluating as well as skill
in monitoring the student’s learning progress.
Key Words : managerial skill, the principal’s skill in evaluating, excellence of learning.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi hasil
peningkatan keunggulan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan
studi multi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengecekan
kredibilitas data dilakukan melalui teknik triangulasi, pengecekan anggota, dan diskusi teman sejawat. Data yang
terkumpul melalui ketiga teknik tersebut diorganisasi, ditafsir, dan dianalisis secara berulang-ulang, baik melalui
analisis dalam kasus maupun analisis lintas kasus guna menyusun konsep dan abstraksi temuan penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi hasil peningkatan keunggulan yaitu
kepala sekolah selama memimpin dan mengelola sekolah mampu menjadikan sekolah berprestasi, tidak
bermasalah, mampu menciptakan iklim yang kondusif serta ditentukan oleh keterampilan kepala sekolah yang
menonjol dalam: memonitor implementasi kebijakan pembelajaran, membina, mengarahkan dan memberdayakan
guru dengan baik dalam melakukan evaluasi serta keterampilan dalam memonitor kemajuan belajar siswa.
Kata kunci: keterampilan manajerial, keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi, keunggulan pembelajaran

pada hakikatnya adalah seorang perencana,


1. PENDAHULUAN
organisator, dan pengendali organisasi sekolah
Keberhasilan suatu sekolah sangat ditentukan (Bafadal, 2007:1), dia harus mampu bekerja bersama
oleh kepala sekolah dalam mengkoordinasikan, dengan dan melalui orang lain (Mantja, 2007:1), yang
menggerakkan, mengem-bangkan, memberdayakan tugas utamanya adalah meningkatkan kualitas
dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan. pembelajaran dan mengelola aktivitas pembelajaran
Karena itu, ia dituntut memiliki keterampilan- secara profesional (Ghaleei, 2006:170).
keterampilan yang memadai dalam meningkatkan Kendatipun demikian, setiap kepala sekolah
keunggulan pembelajaran. Kepala sekolah harus memiliki keterampilan yang bervariasi, unik dan
mampu mengelola, mengembangkan dan menarik dalam menata, meningkatkan serta
meningkatkan keunggulan pembelajaran. mengevaluasi hasil peningkatan keunggulan
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran. Berdasarkan hasil obersvasi di lapangan
keterampilan manajerial kepala sekolah dalam di tiga sekolah SMA dapat dijelaskan sebagai berikut.
mengelola (me-manage) sekolah benar-benar dituntut Di SMA pertama, kepala sekolah memiliki
dan membutuhkan seni dalam proses pengelolaannya. keterampilan konseptual yang memadai, mampu
Penelitian yang dilakukan Camp dkk [1] menyatakan menyelesaikan masalah dengan cerdas, terampil dalam
bahwa kegagalan para manajer disebabkan karena: (a) merespon setiap persoalan yang terjadi di sekolah dan
tidak efektifnya keterampilan komunikasi; (b) terampil dalam membina hubungan baik dengan
keterampilan manusiawi/ interpersonal lemah; (c) bawahannya sehingga tercipta iklim sekolah yang
kegagalan dalam menjelaskan harapan-harapan; (d) kondusif. Di SMA kedua, kepala sekolah terampil
pendelegasian wewenang lemah; (e) ketidakmampuan dalam mengelola pembelajaran, memiliki kemampuan
untuk mengembangkan kerjasama kelompok/tim teknis yang memadai, dan terampil dalam menerapkan
kerja; (f) ketidakmampuan memotivasi orang lain; (g) kedisiplinan dalam mengelola sekolah. Sedangkan di
kurangnya memberi kepercayaan[1]. Peran kepala SMA ketiga, kepala sekolah terampil dalam
sekolah secara manajerial terhadap kemajuan sekolah, memberdayakan sumber daya manusia, terampil

73
dalam mengelola bidang akademik, kurikulum dan adalah memperbaiki diri sendiri (self-evaluation).
pembelajaran, dan mempunyai keterampilan yang Kepala sekolah ingin mengetahui berapa banyak
menonjol dalam merancang keunggulan pembelajaran. kemajuan yang ia telah capai atau kegagalan-
Berbagai perbedaan karakteristik mengenai kegagalan yang dialami, bagaimana pergantiannya
keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi hasil dengan orang lain, dan cara-cara manakah yang
peningkatan keunggulan pembelajaran yang dirancang mengurangi kemajuannya. Hal ini, juga membutuhkan
dan dilaksanakan di tiga sekolah inilah yang sangat evaluasi diri berupa suatu daftar cek (chek-list)[7] dan
penting, unik dan menarik untuk diteliti dan diungkap ditingkatkan mutu perkembangannya dengan cara
lebih mendalam dalam penelitian. melatih diri (self-training) dan memperbaiki diri (self-
Untuk memahami konsep dasar keterampilan improvment) secara terus menerus [9].
manajerial kepala sekolah, berdasarkan kajian dan Berdasarkan pendapat di atas dapat
pendapat Nottingham dalam Maning 2004[5] dipahami, keterampilan dalam evaluasi yaitu
keterampilan manajerial dapat dibedakan menjadi tiga kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan,
yaitu keterampilan konseptual, keterampilan teknis membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan
dan keterampilan manusiawi. Keterampilan suatu program, pertanggung jawaban,
konseptual yaitu keterampilan dalam menentukan visi, seleksi,motivasi, menambah pengetahuan dan
menjelaskan tujuan, memahami sistem organisasi, dukungan dengan cara evaluasi diri, melatih diri dan
mempunyai pertimbangan yang baik, dan memahami memperbaiki diri secara terus menerus. Keterampilan
struktur kekuatan masyarakat. Keterampilan teknis dalam evaluasi dalam implementasinya membutuhkan
yaitu keterampilan yang dimiliki seseorang terutama keterampilan konseptual yang kecil, keterampilan
terkait dengan: keterampilan berbahasa, memahami teknis dan keterampilan manusiawi yang besar.
pengajaran dan menjadi guru, memiliki teori Terkait dengan pengertian keunggulan
pembelajaran terkini, familiar dengan berbagai macam pembelajaran, Degeng (1997:3), mendefinisikan
kurikulum, dan menjaga hubungan baik dengan dewan keunggulan pembelajaran yaitu pembelajaran yang
guru dan staf. Adapun keterampilan manusiawi adalah dapat dilihat dari ketepatan strategi yang dipilih untuk
meliputi keterampilan-keterampilan sebagai berikut: mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kondisi
(1) kemampuan melakukan negoisasi, (2) yang ada. Hal senada menurut Rosjidan (1997: 1),
kepemimpinan catalytic, yaitu kepemimpinan yang keunggulan pembelajaran terletak pada rancangan dan
mempercepat proses penerapan dan perubahan sekolah pelaksanaan pembelajaran yang menekankan kepada
menjadi efektif melalui perbaikan-perbaikan dan pemberian perlakuan dan kesempatan yang memadai
pelibatan semua unsur untuk mengatasi persoalan, (3) dengan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa
empati, (4) mempunyai harapan yang tinggi (5) loyal, yang mempunyai perbedaan perorangan dalam segi
(6) kedewasaan dan (7) memiliki rasa humor. kejiwaan tertentu. Sementara itu, Ardhana (1997:3),
Keterampilan kepala sekolah dalam pembelajaran unggul adalah kondisi proses belajar
evaluasi bermaksud untuk membantu kepala sekolah mengajar yang memungkinkan semua anak dapat
dan anggota staf dalam membuat dan mengambil mengembangkan dirinya sampai kepada batas
keputusan-keputusan yang bijaksana, yaitu keputusan kemampuannya yang maksimal. Tujuan penelitian ini
yang berdasarkan analisis dari bukti-bukti (data-data) adalah untuk menemukan keterampilan kepala sekolah
yang telah dikumpulkan dan tidak hanya berdasarkan dalam evaluasi hasil peningkatan keunggulan
dugaan-dugaan [6,7] evalusi mengandung keterampilan- pembelajaran.
keterampilan dalam: (a) menentukan tujuan-tujuan dan 2. METODE PENELITIAN
menetapkan norma-norma untuk mempertimbangkan
banyaknya perubahan; (b) mengumpulkan bukti-bukti Fokus penelitian ini adalah tentang
perubahan; (c) menggunakan kriteria atau ukuran, keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi hasil
patokan dan mempertimbangkan manfaat dari peningkatan keunggulan pembelajaran pada Tiga
perubahan itu; dan (d) merevisi rencana-rencana yang SMA di Kota Semarang. Untuk mengungkap fokus
berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan itu. penelitian tersebut diperlukan pengamatan yang
Kepala sekolah yang memiliki keterampilan dalam mendalam dan dengan latar yang alami. Penelitian ini
evaluasi dapat menolong guru-guru dalam aktivitas- menggunkan pendekatan kualitatif karena
aktivitas tersebut dalam meningkatkan mutu memerlukan pengamatan yang mendalam dengan latar
pembelajaran. yang alami, peneliti sebagai instrumen utama dalam
Wahab (2008:137-138), teknik dan penelitian dan wajib terjun ke lapangan secara
prosedur evaluasi diantaranya menentukan tujuan langsung untuk mengumpulkan data dan
penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan menganalisisnya. Latar penelitian ini adalah tiga
dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Semarang.
menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, Ketiga sekolah tersebut memiliki karakteristik yang
dan menyimpulkan hasil penilaian. Melalui evaluasi, berbeda-beda antara lain dapat dilihat dari: (1) visi; (2)
guru dan anggota staf lainnya dapat dibantu dalam budaya; (3) nilai-nilai; (4) sistem pengelolaan sekolah;
menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui kekurangan (5) wilayah; (6) tempat; (7) organisasi sekolah; dan (8)
dan kelebihannya. Kunci bagi proses evaluasi adalah sistem asrama (boarding school). Berdasarkan
perbedaan karakteristik subyek dan fokus penelitian,

74
maka penelitian ini dirancang dengan menggunakan penerapan prinsip keterbukaan, akuntabilitas dan
desain studi multi kasus. Teknik pengumpulan data evaluasi diri; (5) kepala sekolah mempunyai
yang digunakan untuk menghimpun data dan keterampilan memotivasi yang baik sehingga guru
informasi sangat tergantung pada macam studi yang tumbuh dan berkembang secara profesional.
dikembangkan dalam penelitian ini. Prosedur Hasil temuan penelitian tersebut mendukung
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi sumber pendapat yang dikemukakan Mazibuko (2007), yang
data dan lokasi dimana responden melaksanakan termasuk peran manajerial kepala sekolah meliputi
tugasnya.Secara khusus dapat dinyatakan bahwa instructional management and support, providing
dalam penelitian ini menggunakan teknik leadership, facilitating meaningful change,
pengumpulan data berupa: wawancara mendalam supervision, evaluation, building and maintaining a
(indepth interview), observasi partisipan (partisipant winning team, developing human resources, staf
observation) dan studi dokumentasi.Analisis data appraisal, monitoring the implementation of
dilakukan dengan cara mencari dan mengatur secara educational policies, monitoring of learner progress,
sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan managing curriculum and instruction, and promoting
bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. a positive school climate.
Kegiatan analsis dilakukan dengan menelaah data, Temuan penelitian berikutnya yaitu: kepala
menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat sekolah memiliki keterampilan dalam meningkatkan
dikelola, mensintesis, mencari pola, menemukan apa kualitas hubungan antara guru dan murid untuk
yang bermakna, dan apa yang diteliti dan dilaporkan meningkatkan keunggulan pembelajaran; kepala
secara sistematis. Teknik analisis data yang digunakan sekolah mempunyai emphaty (mampu mengerti
dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kondisi emosi orang lain) yang baik, mempunyai
kualitatif melalui tiga proses yaitu reduksi data, kelebihan dalam bersikap, memanusiakan manusia
penyajian data dan verifiksi atau penarikan serta mampu menyadari perbedaan individu dalam
kesimpulan.Pengecekan kredibilitas data dilakukan melakukan evaluasi; kepala sekolah memiliki
dengan teknik triangulasi, pengecekan anggota, dan keterampilan dalam memonitor kemajuan belajar
diskusi teman sejawat. Data yang terkumpul melalui siswa melalui: evaluasi terhadap kesiapan perangkat
ketiga teknik tersebut diorganisasi, ditafsir, dan proses belajar mengajar yang digunakan, metode
dianalisis secara berulang-ulang, baik melalui analisis pembelajaran, media pembelajaran, fasilitas/sarana-
dalam kasus maupun analisis lintas kasus guna prasarana, alat bantu yang dilibatkan dalam
menyusun konsep dan abstraksi temuan penelitian. pembelajaran, kinerja dari siswa serta kinerja dari hasil
belajar.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi
hasil peningkatan keunggulan pembelajaran yang
Dalam evaluasi, pertanyaan yang harus dijawab
ditemukan dalam penelitian ini tentunya berkaitan
adalah “How to evaluate changes we are making?”
dengan faktor manusia dalam mengevaluasi. Hal ini
(Motshana, 2004). Keterampilan kepala sekolah dalam
evaluasi hasil peningkatan keunggulan pembelajaran sesuai dengan pendapat Hersey & Blanchard (1972),
perlu dimiliki oleh kepala sekolah. Dalam mengenai keterampilan manusiawi yaitu kemampuan
bekerjasama dengan dan melalui orang lain yang
mengevaluasi unjuk kerja seorang guru/staf, kepala
mencakup pemahaman tentang motivasi dan
sekolah perlu memahami mereka, memotivasi mereka
penerapan kepemimpinan yang efektif, dan juga dapat
baik sebagai individu ataupun kelompok.
memutuskan konflik [17]; berhubungan dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dan hubungan antar pribadi
keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi hasil (communication and interpersonal)[18] pembangun
peningkatan keunggulan pembelajaran di antaranya: hubungan, terbuka, anggota tim, menilai seseorang,
(1) kepala sekolah mampu memonitor implementasi tim kepemimpinan, menyadari perbedaan,
kebijakan pembelajaran dengan memperhatikan: mengidentifikasi bakat, mentor, pengembang
kebersamaan yang tidak meninggalkan kompetisi, kepemimpinan, pelatih dan memahami masalah sosial
materi pembelajaran, pembuatan soal dan [19].
pengembangan kesadaran diri, mengelola tekanan
kesanggupan anak, serta pelaksanaan rencana strategis pribadi, pelatihan, konseling, memotivasi, mengelola
dan rencana operasional; (2) kepala sekolah mampu konflik secara efektif dan memberdayakan yang lain [1]
memonitor dan mengevaluasi unjuk kerja guru secara kemampuan negoisasi; kepemimpinan catalytic
efektif melalui: penekanan pada evaluasi proses (pada (mempercepat proses penerapan dan perubahan
saat proses pembelajaran), evaluasi hasil, tertib sekolah menjadi efektif melalui perbaikan-perbaikan
administrasi dalam melaksanakan kegiatan dan pelibatan semua unsur untuk mengatasai
pembelajaran, melalui teacher kits dan portofolio; (3) persoalan); empathy (mampu mengerti kondisi emosi
kepala sekolah mampu membina, mengarahkan, dan orang lain); harapan yang tinggi; loyalitas;
memberdayakan guru dengan baik dalam melakukan kedewasaan dan memiliki humor[5]; kemampuan
evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa dan memimpin (leading abilities) dan kemampuan
pengembangan pembelajaran; (4) kepala sekolah memotivasi (motivating abilities) Robert (t.t),
mampu mengevaluasi guru secara efektif melalui dalam(http://www.aeaaconference.org/repositori.

75
diakses tanggal 16 Mei 2007); mendengarkan Yang menjadi perbedaan mengenai
(listening), dinamika kelompok (group dynamics) dan keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi hasil
penyelesaian konflik (conflict resolution) [21]. peningkatan keunggulan pembelajaran adalah sebagai
Dalam penelitian ini ditemukan kepala sekolah berikut: (1) di SMA Pertama, kepala sekolah mampu
memiliki keterampilan spiritual dan kemampuan menerapkan kepemimpinan yang efektif dan dapat
berefleksi (evaluasi diri) yang baik. Temuan ini sejalan menciptakan iklim sekolah yang kondusif, dan selama
dengan pendapat Sin (2006), manajer yang efektif memimpin mampu menjadikan sekolah berprestasi;
pada abad 21 ini harus mempunyai 8 (delapan) (2) di SMA Kedua, kepala sekolah mampu memonitor
keterampilan penting yaitu: (1) keterampilan teknis; implementasi kebijakan pembelajaran, mempunyai
(2) keterampilan manusiawi; (3) keterampilan keterampilan komunikasi yang baik; keterampilan
konseptual; (4) keterampilan politis; (5) keterampilan spiritual dan kemampuan berefleksi; (3) di SMA
sosial; (6) keterampilan kreatif; (7) keterampilan Ketiga, kepala sekolah mampu memonitor dan
kekurangbaikan/kesengsaraan; dan (7) keterampilan mengevaluasi unjuk kerja guru secara efektif, mampu
spiritual. Diantara keterampilan-keterampilan tersebut memonitor kemajuan belajar siswa, mempunyai
yang paling sesuai dengan temuan penelitian adalah emphaty yang baik serta mempunyai keterampilan
keterampilan sosial dan keterampilan spiritual. politis, yaitu pandai mencari dukungan dan piawai
Keterampilan sosial memainkan peranan penting dalam menerapkan strategi.
dalam pekerjaan sekarang ini, seperti memfasilitasi, Persamaan-persamaan mengenai keterampilan
memudahkan, melatih, mempengaruhi dan kepala sekolah dalam evaluasi hasil peningkatan
mengkoordinir orang lain. Keterampilan ini meliputi keunggulan pembelajaran adalah (a) selama
kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, daya ego dan memimpin kepala sekolah mampu menjadikan sekolah
monitoring diri (self-monitoring) yaitu kemampuan berprestasi, tidak bermasalah, berprestasi di bidang
untuk memahami situasi sosial secara khusus akademis dan mampu menciptakan iklim sekolah yang
sedangkan keterampilan spiritual (spiritual skill) kondusif; (b) mampu membina, mengarahkan dan
berguna untuk menangani dan menyelesaikan masalah memberdayakan guru dengan baik dalam melakukan
yang kompleks dan merubah lingkungan dengan cepat. evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa.
Temuan penelitian lain menunjukkan kepala Menurut hemat penulis, berdasarkan temuan di
sekolah memiliki keterampilan komunikasi yang baik lapangan mengenai keterampilan kepala sekolah
dan efektif. Kepala sekolah dalam mengevaluasi hasil dalam evaluasi hasil peningkatan keunggulan
peningkatan keunggulan pembelajaran disampaikan pembelajaran, ada dua hal yang perlu dicermati dan
melalui komunikasi tertulis ataupun lisan, melalui dikembangkan kepala sekolah, yaitu (1) melakukan
teguran, sapaan, kritikan, dan juga disampaikan evaluasi pada semua program dan layanan pendidikan,
melalui pertemuan-pertemuan baik pertemuan formal memberikan jaminan dan melakukan program
di kantor ataupun pertemuan informal, yang dilakukan pengembangan ke arah yang lebih tepat (2)
di rumah ataupun di tempat-tempat yang sudah kemampuan untuk memimpin dan mempelopori
direncanakan sebelumnya. Temuan ini memperkuat perbaikan dan pelaksanaan kurikulum sekolah atau
pendapat Moore & Rudd (2004), keterampilan perbaikan pengajaran bersama dengan staf yang
komunkasi meliputi keterampilan mendengarkan, dipimpinnya.
keterampilan berbicara, merancang komunikasi,
keterampilan membaca, komunikasi elektronik,
interaksi media dan komunikasi tertulis. 4. PENUTUP
Hasil temuan penelitian lain menunjukkan 4.1 Simpulan
bahwa kepala sekolah mempunyai keterampilan Keterampilan kepala sekolah dalam evaluasi
politis, yaitu kepala sekolah pandai mencari dukungan hasil peningkatan keunggulan yaitu kepala sekolah
dan piawai dalam menerapkan strategi dalam selama memimpin dan mengelola sekolah mampu
mengevaluasi hasil peningkatan keunggulan menjadikan sekolah berprestasi, tidak bermasalah,
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Latif mampu menciptakan iklim yang kondusif serta
(2002), keterampilan politis (political skills), yaitu ditentukan oleh keterampilan kepala sekolah yang
kemampuan untuk meningkatkan posisi, membangun menonjol dalam: memonitor implementasi kebijakan
kekuatan dan membina hubungan yang baik, yang pembelajaran, membina, mengarahkan dan
meliputi keterampilan memperoleh kekuasaan dan memberdayakan guru dengan baik dalam melakukan
mempengaruhi. Hal senada menurut Ferris dalam Sin evaluasi serta keterampilan dalam memonitor
(2006), keterampilan politis melibatkan gaya antar kemajuan belajar siswa.
pribadi yang mengkombinasikan kesadaran sosial 4.2 Saran
dengan kemampuan berkomunikasi secara baik. Dari hasil penelitian, dapat disampaikan saran-
Keterampilan politis bukan suatu sifat, ciri, saran sebagai berikut. (1) bagi guru, untuk
karakteristik, atau keterampilan tetapi untuk meningkatkan keunggulan pembelajaran hendaknya
menggabungkan, menguatkan keterampilan dan guru yang sudah berpengalaman dan profesional
kemampuan untuk menciptakan dinamika sosial yang dalam mengajar memberikan informasi, dan sharing
sinergis. ide kepada guru yang belum berpengalaman;

76
melakukan pembelajaran inovatif dengan cara [12].Rosjidan., (1997). Pembelajaran Unggul
pemberdayaan MGMP, mengikuti workshop, MGMP Versi/Kajian Sekolah Laboratorium IKIP Malang.
tingkat kota, propinsi dan pusat; (2) bagi kepala Makalah Disampaikan pada Seminar Pelatihan Nasional
sekolah hendakanya: dapat mempertahankan dan Pembelajaran Unggul Menyongsong Abad XXI.
Program Studi Teknologi Pembelajaran Program
bahkan meningkatkan keterampilan dalam Pascasarjana IKIP Malang Bekerjasama dengan IPTPI
bekerjasama, membina hubungan baik dengan semua Cabang Malang. 24 Oktober.
orang dan dapat memperluas jaringan sosialnya
dengan sekolah-sekolah unggul yang lain; hendakanya [13].Ardhana, W., (1997). Pembelajaran Unggul:
Konsepsi dan Masalah Pelaksanaannya. Makalah
melakukan evaluasi pada semua program dan layanan
Disampaikan pada Seminar Pelatihan Nasional
pembelajaran, memberikan jaminan dan melakukan Pembelajaran Unggul Menyongsong Abad XXI.
program pengembangan pembelajaran dalam upaya Program Studi Teknologi Pembelajaran Program
memberikan pelayanan yang prima. Pascasarjana IKIP Malang Bekerjasama dengan IPTPI
Cabang Malang. 24 Oktober.

6. DAFTAR PUSTAKA [14].Motshana, S.S., (2004). The Principal As Leader:


Implications For School Effectiveness. Tesis. Faculty
[1]. Latif, D.A., (2002). Model for Teaching the of Education and Nursing: Rand Afrikaans University
Management Skills Component of Managerial
Effectiveness to Pharmacy Student. Bernard J.Dunn [15].Mazibuko, S.P., (2007). The Managerial Role of The
School of Pharmacy, Shenandoah University, 1460 Principal in Whole-School Evaluation In The Context
University Drive, Winchester VA 22601-5195. of Disadvantage Schools In Kwazulu-Natal. Doctor of
American Journal of Pharmaceutical Education Vol. Education in the subject Education Management at the
66 Winter. University of South Africa.
[2]. Bafadal, I., (2007). Sistem Seleksi Kepala Sekolah. [16].Hersey, P & Blanchard, K.H., (1972). Management of
Makalah disampaikan pada Acara Kunjungan Tim Organizational Behavior: Utilizing Human
Pengembang Yayasan Daru’l Hikam Cirebon: Resources. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-
Cirebon, 21 Mei. Hall, Inc.
[3]. Mantja, W., (2007). Profesionalisme Tenaga [17].Elsbree, W.S., McNally, H.J., & Wynn, R., (1967).
Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Elementary School Administration and Supervision.
Supervisi Pengajaran. Malang: Wineka Media. (3rd Edition) New York : American Book Company.
[4]. Ghaleei, A., (2006). The Principal’s Role in Teacher [18].Katz, R., (1974). Skills of an effective administrator,
Professional Learning. Disertasi. Faculty of dalam Harvard Business Review (online),
Education University of Wollongong. (http://telecollege.dcccd.edu, di akses tanggal 7 Januari
2006).
[5]. Manning, R.J., (2004). A Comparative Analysis of
Leadership Skills: Military, Corporate, and [19].Moore, L.L. & Rudd, R.D., (2004). Leadership Skills
Education as a Basis for Diagnostic Principal and Competencies for Extension Directors and
Assessment. Disertasi. Drexel University. Administrators. Journal of Agricultural Education.
Volume 45, Number 3. University of Florida.
[6]. Indrafachrudi, S., Dirawat., Lamberi, B., (1996).
Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. [20].Robert, K.J., (t.t). The Relationship Between
Malang: CV Ardi Manunggal Jaya Managerial Skills and Teacher
Effectiveness.(Online),
[7]. Sahertian, P.A., (1981). Dimensi-dimensi Administrasi (http://www.aeaaconference.org , diakses 16 Mei 2007).
Pendidikan Di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
[21].Sergiovanni, T.J., (1984). The Principalship: A
[8]. Wahab, A.A., (2008). Anatomi Organisasi dan Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn and
Kepemimpinan Pendidikan: Telaah terhadap Bacon, Inc.
Organisasi dan Pengelolaan Organisasi
Pendidikan. Bandung: Kerjasama Sekolah [22].Sin, C., Y., (2006). Managerial Skills For Today.
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Universitas Zhongshan, Guangzhou, Cina. (Online),
dengan CV. Alfabeta. (yschin@mailcity.com, diakses 16 Mei 2007).
[9].Ametembun, N.A., (1981a). Supervisi Pendidikan:
Penuntun Bagi Para Penilik, Pengawas, Kepala
Sekolah dan Guru-guru. Bandung: Suri.
[10].Ametembun, N.A., (1981b). Guru dalam
Administrasi Sekolah. Bandung: Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP Bandung.
[11].Degeng, I.N.S., (1997). Pembelajaran Unggul:
Masalah dan Pemecahannya dari Tinjauan-
Teknologi Pembelajaran.Makalah Disampaikan pada
Seminar Pelatihan Nasional Pembelajaran Unggul
Menyongsong Abad XXI. Program Studi Teknologi
Pembelajaran Program Pascasarjana IKIP Malang
Bekerjasama dengan IPTPI Cabang Malang. 24 Oktober.

77
78
Pengaruh Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Kognitif
Mahasiswa Melalui Blended Learning Berbasis Web
Kusumawati Dwiningsih1*), Sukarmin2, Muchlis3
1,
Jurusan Kimia, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.Email: kusumawatidwiningsih@unesa.ac.id
2.
Jurusan Kimia, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.Email: sukarmin67@gmail.com
3.
Jurusan Kimia, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: muhlis_kimia@yahoo.co.id
*) Alamat Korespondesi: E-mail: kusumawatidwiningsih@unesa.ac.id

ABSTRACT
The development of science and globalization results in the innovation of learning method. Blended learning
on web bases is a combination of e-learning and face-to face learning in classroom. In contrast, self-regulated
learning focuses on one’s importance to learn the discipline of organizing and controlling oneself, especially when
facing difficult problems. The interaction between blended learning on web-based method and self regulated
learning could enhance students’ cognitive learning outcome.
Key Words: blended learning on web bases, self regulated learning, learning outcome

ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan globalisasi yang begitu cepat menghasilkan metode
pembelajaran yang mutakhir. Blended learning berbasis web adalah metode pembelajaran yang menggabungkan
antara pembelajaran online dengan pembelajaran dalam kelas. Sebaliknya, self regulated learning menempatkan
pentingnya seseorang untuk belajar disiplin dalam mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila
menghadapi tugas-tugas yang sulit. Interaksi antara metode blended learning berbasis web dan self regulated
learning dapat mendukung hasil belajar kognitif mahasiswa.
Kata kunci: blended learning berbasis web, self regulated learning, hasil belajar

1. PENDAHULUAN komunikasi melalui email, dilengkapi dengan internet


Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan dan sumber online[2]. Blended-learning memerlukan
globalisasi yang begitu cepat menyebabkan terjadinya perencanaan dan penanganan matang untuk bisa
banyak perubahan. Perubahan ini harus diikuti dengan mencapai efektifitas dalam hasil belajar,
upaya peningkatan mutu pendidikan. Sebagai salah yaitu dengan melakukan pengelolaan materi
satu upaya peningkatan mutu pendidikan, Jurusan pembelajaran secara tepat[3]. Dengan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menerapkan metode blended learning ini,
secara terus-menerus melakukan perbaikan dengan memungkinkan pengguna sumber belajar online
berbagai cara. Perbaikan tersebut antara lain dalam terutama yang berbasis web tanpa meninggalkan
penyelenggaraan perkuliahan Kimia Anorganik 2 yang kegiatan tatap muka.
membahas tentang ekstraksi logam, pembuatan Kevin Kruse (dalam Muksin Wijaya, 2012)
senyawa, sifat-sifat dan kegunaan dari unsur-unsur mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis web
golongan utama dalam sistem periodik unsur. memiliki banyak manfaat pagi peserta didik. Bila
Karakteristik materi dalam perkuliahan kimia dirancang dengan baik dan tepat, maka pembelajaran
anorganik 2 ini tergolong banyak teori yang berbasis web bisa menjadi pembelajaran yang
memerlukan pemahaman menyenangkan, memiliki unsur interaktivitas yang
Salah satu upaya agar mahasiswa dapat memahami tinggi, menyebabkan peserta didik mengingat lebih
materi Kimia Anorganik 2 dengan baik adalah melalui banyak materi pelajaran, serta mengurangi biaya-biaya
pemilihan metode pembelajaran. Metode yang tepat operasional yang biasanya dikeluarkan oleh peserta
untuk diterapkan pada pembelajaran Kimia Anorganik didik untuk mengikuti pembelajaran.
2 adalah blended learning. Blended learning
merupakan kombinasi pembelajaran tatap muka dan Pemilihan metode pembelajaran yang tepat
pembelajaran online, dengan tujuan melengkapi diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.
pembelajaran satu sama lain. Metode ini akan Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan
mempengaruhi persepsi siswa tentang lingkungan mahasiswa atau tingkat keberhasilan mahasiswa
belajar dan, kemudian, studi pendekatan dan hasil terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Bloom
[5]
belajar mereka. Blended learning bermanfaat dalam mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah
memfasilitasi hasil belajar, akses fleksibilitas, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah
penggunaan sumber daya secara efektif[1]. Blended kognitif merupakan sumber sekaligus pengendali
learning diterapkan di perkuliahan dengan ranah lainnya yakni afektif dan psikomotorik.
memberikan buku ajar, kegiatan tatap muka, Menurut Love & Kruger (dalam Latipah, 2010)[6]
kemampuan kognitif yang amat penting kaitannya

79
dengan proses pembelajaran adalah strategi belajar Learning yang terdiri dari aspek metakognisi,
memahami isi materi pelajaran, strategi meyakini arti motivasi, dan perilaku.
penting isi materi pelajaran, dan aplikasinya serta Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti
menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam materi adalah teknik uji t untuk mengetahui apakah masing-
pelajaran tersebut. masing variabel (aspek SRL yaitu metakognisi,
Setiap mahasiswa mempunyai hasil belajar yang motivasi, dan perilaku) secara parsial berpengaruh
berbeda. Salah satu hal yang membedakan hasil belajar secara nyata atau tidak pada hasil belajar mahasiswa,
mereka adalah kemampuan untuk mengendalikan dan ANOVA (uji F) untuk mengetahui apakah
dirinya sendiri yang disebut Self Regulated Learning variabel-variabel independen (aspek SRL yaitu
(SRL). Menurut Kauffman (dalam Frances A. Rowe metakognisi, motivasi, dan perilaku) secara simultan
dan Jennifer A. Rafferty, 2013) [7] komponen kognitif berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
SRL mengacu strategi pembelajaran apa pun yang (hasil belajar).
digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan termasuk kegiatan yang mendukung manipulasi
Berikut adalah hasil dari analisis uji t dalam
aktif siswa dari konten akademik. Komponen
penelitian ini.
metakognitif SRL melibatkan pengetahuan dan
kesadaran diri siswa harus diri memantau pemahaman Tabel 1. Analisis Uji-t
dan kognitif proses mereka. Hampir semua model SRL Unstandard Standar
Coefficients d
menganggap bahwa motivasi merupakan faktor kunci
Coeffici
keberhasilan akademik [9]. Motivasi, atau kemauan Model ents t Sig.
untuk belajar, melibatkan keyakinan siswa dalam B Std Beta
mereka kemampuan untuk mengatur tugas dan Err
membuat penilaian dalam melaksanakan kursus yang or
diperlukan tindakan untuk mencapai jenis eksplisit (Constant) 5,108 1,98 2,579 ,020
hasil.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan Metakognisi ,067 ,034 ,451 1,999 ,063
pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana _B_X1
1
pengaruh Self Regulated Learning terhadap hasil Motivasi_B -,009 ,035 -,059 -,264 ,795
belajar kognitif mahasiswa melalui blended learning _X2
Perilaku_B_ ,009 ,032 ,062 ,275 ,787
berbasis web.
X3
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Self
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa
Regulated Learning terhadap hasil belajar kognitif
pada variabel X1 terdapat nilai sig 0,063. Nilai sig lebih
mahasiswa melalui blended learning berbasis web.
besar dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,063>0,05,
2. METODE maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel X1
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. mempunyai t hitung yaitu 1,999 dengan t tabel=2,12.
Penelitian ini menguji pengaruh Self Regulated Jadi t hitung<t tabel dapat disimpulkan bahwa variabel
Learning terhadap hasil belajar kognitif mahasiswa. X1 tidak memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai t yang
Sasaran penelitian ini adalah mahasiswa Kimia B positif menunjukkan bahwa X1 mempunyai hubungan
angkatan 2014 dengan jumlah 22 mahasiswa. searah dengan Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa X1
Rancangan penelitian ini menggunakan “one group tidak berpengaruh signifikan terhadap resiko beta.
pretest posttest design” yang dapat digambarkan Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa
sebagai berikut. pada variabel X2 terdapat nilai sig 0,795. Nilai sig lebih
O1 X O2 besar dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,795>0,05,
maka H2 ditolak dan Ho diterima. Variabel X2
mempunyai t hitung yaitu 0,059 dengan t tabel=2,12.
Keterangan: Jadi t hitung<t tabel dapat disimpulkan bahwa variabel
O1 : tes awal (pretest) sebelum diberikan X2 tidak memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai t yang
perlakuan negatif menunjukkan bahwa X2 mempunyai hubungan
X : perlakuan terhadap sasaran penelitian yaitu yang berlawanan arah dengan Y. Jadi dapat
menerapkan metode blended learning disimpulkan bahwa X2 tidak berpengaruh signifikan
O2 : tes akhir (postest) setelah diberikan terhadap resiko beta.
perlakuan Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa
Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah pada variabel X3 terdapat nilai sig 0,787. Nilai sig lebih
buku ajar, LKM, dan web. Instrumen yang digunakan besar dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,787>0,05,
dalam penelitian ini adalah soal tes kognitif untuk maka H3 ditolak dan Ho diterima. Variabel X3
pretest dan postest, dan lembar angket Self Regulated mempunyai t hitung yaitu 0,275 dengan t tabel=2,12.
Jadi t hitung<t tabel dapat disimpulkan bahwa variabel
X3 tidak memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai t yang

80
positif menunjukkan bahwa X3 mempunyai hubungan motivasi belajar mahasiswa dan peningkatan hasil
searah dengan Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa X3 belajarnya.
tidak berpengaruh signifikan terhadap resiko beta. Menurut Jeffrey, L. M., Milne, J., Suddaby. G., &
ANOVA dalam penelitian ini. Higgins, A. (2014) [13] menyatakan bahwa efektivitas
blended learning yaitu meningkatkan pengalaman
Tabel 1. Analisis ANOVA (Uji-F)
belajar baik online dan tatap muka. Melalui pemilihan
ANOVAa dan desain dari pembelajaran yang ditetapkan oleh
Model Sum of df Mean F Sig. dosen akan berpengaruh terhadap sifat dan kualitas
Squares Square belajar mahasiswa. Apa yang dipelajari mahasiswa
Regre ditentukan oleh kesempatan yang mereka miliki ketika
,797 3 ,266 1,432 ,270b
ssion terlibat dalam pengalaman dan kegiatan yang
1 Resid dirancang oleh dosen.
2,969 16 ,186
ual
Total 3,766 19
4. PENUTUP
Dari data di atas, diperoleh F hitung sebesar 1,432, 4.1 Kesimpulan
sedangkan F tabel 3,239. F hitung < F tabel maka Ho Berdasarkan data hasil penelitian dapat
diterima, sehingga dengan menggunakan taraf disimpulkan bahwa pengaruh Self Regulated Learning
signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terhadap hasil belajar adalah pengaruh tidak langsung,
deskripsi yang diberikan dari data tidak ada pengaruh dengan sumbangan pengaruh X1 (metakognisi), X2
signifikan antara X1 (metakognisi), X2 (motivasi), X3 (motivasi), X3 (perilaku) terhadap Y (hasil belajar)
(perilaku) terhadap Y (hasil belajar). sebesar 21,2%.
Berdasarkan hasil dan analisis pada uji t dan uji F
4.2 Saran
diketahui bahwa variabel X1 (metakognisi), X2
(motivasi), X3 (perilaku) tidak memiliki kontribusi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data
terhadap Y (hasil belajar). Pengaruh yang diberikan tidak ada pengaruh signifikan antara X1 (metakognisi),
terhadap hasil belajar yaitu pengaruh tidak langsung, X2 (motivasi), X3 (perilaku) terhadap Y (hasil
namun terdapat sumbangan pengaruh X1 belajar), maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
(metakognisi), X2 (motivasi), X3 (perilaku) terhadap mengenai pengaruh Self Regulated Learning terhadap
Y(hasil belajar) sebesar 21,2%. Hal ini menunjukkan hasil belajar, dan menambah variabel penelitian.
bahwa SRL secara tidak langsung mempengaruhi hasil
belajar walaupun tidak signifikan. Hasil penelitian ini 5. DAFTAR PUSTAKA
didukung oleh penelitian Barnard et al (2010) [8]
[1]. Ali, M., (2007). Analisis Dampak Implementasi
bahwa terdapat hubungan positif antara Self Regulated
Model Blended Learning (Kombinasi
Learning terhadap hasil belajar serta penelitian Eko Pembelajaran di Kelas dan E-Learning) pada Mata
Budi Susatyo, dkk (2009) yang menyatakan bahwa Kuliah Medan Elektromagnetik, Laporan
Self Regulated Learning berpengaruh terhadap Penelitian, dipublikasikan, Yogyakarta: Universitas
ketuntasan hasil belajar. Mahasiswa yang memiliki Negeri Yogyakarta.
SRL akan mengetahui kapan dan bagaimana [2]. Barnard, et al., (2010). Profiles in Self Regulated
mencegah diri mereka dari kebingungan yang dapat Learning in the Online Learning Environment,
menganggu proses belajar [10]. Review of Research in Open and Distance Learning,
Self Regulated Learning menempatkan pentingnya (Online), Vol.11, No. 1, 61-80,
seseorang untuk belajar disiplin mengatur dan (http://www.eric.ed.gov/pdfs/ej881578.pdf) diakses
mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tanggal 2 Desember 2016.
tugas-tugas yang sulit [11]. Pada lingkungan [3]. Bawaneh, Shamsi S, (2011). The Effects of Blended
pembelajaran online, siswa dituntut untuk Learning Approach on Students’ Computerized
mengembangkan keterampilan belajarnya mulai dari Accounting Course, International Journal of
perencanaan kegiatan belajar sampai dengan kegiatan Humanities and Social Science, Vol. 1, No. 6, 63-69.
evaluasi pembelajaran, pembangunan organisasi [4]. Hendrawati, Retno dan Asriana Issa Sofia, (2014).
dalam dunia internet yang aktif dilakukan oleh dosen Peningkatan Mutu Pembelajaran dengan Integrasi
dan mahasiswa. Jadi Self Regulated Learning sangat Sistem Blended Learning dan Sistem Manajemen
diperlukan dalam pembelajaran blended learning Pengetahuan, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
berbasis web. Hal ini didukung oleh penelitian Ratna Sains & Teknologi (SNAST), 349-356.
Novitayati (2013) yang menyatakan bahwa interaksi [5]. Jeffrey, L. M., Milne, J., Suddaby. G., & Higgins, A.,
antara metode blended learning dan self regulated (2014). Blended Learning: How Teachers Balance
learning dapat mendukung hasil belajar kognitif siswa. the Blend of Online and Classroom Components,
Penelitian ini didukung oleh penelitian Ali (2007)
yang menyatakan bahwa penerapan blended learning
memberikan manfaat yang signifikan terhadap

81
Journal of Information Technology Education:
Research, Vol. 13, 121-140.
[6]. Latipah, Eva, (2010). Strategi Self Regulated
Learning dan Prestasi Belajar: Kajian Meta
Analisis, Jurnal Psikologi, Vol. 37, No. 1, 110-129.
[7]. Novitayati, Ratna, (2013). Pengaruh Metode Blended
Learning dan Self Regulated Learning, Jurnal
Penelitian Kependidikan, Tahun 23, No. 1, 48-57.
[8]. Poon, Joanna, (2013). Blended Learning: An
Instutituonal Approach for Enhancing Students’
Learning Experiences, MERLOT Journal Online
Learning and Teaching, Vol. 9, No. 2, 271-289.
[9]. Rowe, Frances, dan Jennifer A. Rafferty, (2013).
Instructional Design Interventions for Supporting
Self-Regulated Learning: Enhancing Academic
Outcomes in Postsecondary E-learning
Environments. MERLOT Journal Online Learning
and Teaching, Vol. 9, No. 4, 590-601.
[10]. Sudjana, Nana, (2009). Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya.
[11]. Susatyo, Eko Budi, dkk, (2009). Penggunaan Model
Learning Start With a Question dan Self Regulated
Learning pada Pembelajaran Kimia, Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, Vol. 3, No. 1, 406-412.
[12]. Tjalla, Awaluddin dan Eva Sofiah, (2015). Effect of
Methods of Learning toward Outcomes of Learning
Social Studies, Journal of Education and Practice,
Vol. 6, No. 23, 16-20.
[13]. Wijaya, Muksin, (2012). Pengembangan Model
Pembelajaran E-Learning Berbasis Web dengan
Prinsip E-Pedagogy dalam Meningkatkan Hasil
Belajar, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 19, 20-31.

82
Pengembangan Strategi Pembinaan Minat, Bakat, dan Potensi
KarirMahasiswa Prodi Sastra Inggris 2014 dan 2015
Mamik TW1*), Pratiwi R2, M.Khoiri3
1
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, UNESA, Surabaya. Email: mamikwedawati@unesa.ac.id.
2
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, UNESA, Surabaya, E-mail: pratiwiretnaningdyah@unesa.ac.id 3 Jurusan
Bahasa dan Sastra Inggris, UNESA, Surabaya, E-mail: muchkoiri@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: mamikwedawati@unesa.ac.id.

ABSTRACT

English Department majoring lingusitics and literature have a big challenge in contributing students with
good skill which will be useful after they graduate from the Department and they will be able to compete sportive
and positively in the real world. There must be solution to support students’s interests, talents, career potential as
a strategy to fulfill students expectation on skills they could learn and have after they graduate from English
Department. Some students already have an idea of what they will be after graduation, most of them are still
making plans, many others do not have any plans after graduation. This is an issue that must be looked for
solutions so students can immediately optimize all skills they have and they can apply to their real occupation in
teh future. Research using qualitative techniques will process data as well as qualitative and quantitative
experiments. From both these data will have one group for treatment actions at a time will be given a very simple
observation to get a complete description of the processes. The basic concept of KKNI, students, and potential
careers and choices will give a basic understanding of the issues being studied. The research shows that 63
students tend to explore their talent in writing, 51 students want to develop their interest in writing, and 28 students
have a big passion in being focus as a writer. In accomodating student’s talent, interest, and potential career,
English Department held a workshop in writing delivered by the stakeholders which is also alumni of English
Department. This activity will always be continued in the next close future.

Key Words: interest, talent, career potential

ABSTRAK

Prodi Sastra Inggris Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UNESA memiliki tantangan yang besar perihal apa
yang bisa diberikan oleh prodi untuk membekali mahasiswa setelah mereka lulus untuk mamlam meraih pekerjaan
dan bersaing secara positif dalam dunia kerja Beberapa mahasiswa sudah memiliki gambaran akan menjadi apa
mereka setelah lulus, sebagian dari mereka masih membuat rencana, sebagian yang lain belum memiliki rencana
apapun setelah lulus. Hal tersebut menjadi masalah yang harus segera dicarikan solusi supaya para mahasiswa
dapat segera mengoptimalkan segala kemampuan yang mereka miliki dan dapat mereka usahakan. Tim berusaha
Penelitian ini akan menjawab pertanyaan: bagaimana minat, bakat, dan potensi karir mahasiswa Prodi Sastra
Inggris angkatan 2014 dan 2015 serta bagaimana pengembangan strategi pembinaan minat, bakat, dna potensi
karir. Penelitian yang menggunakan teknik kualitatif akan mengolah data secara kualitatif dan kuantitatif serta
eksperimen. Dari kedua data tersebut akan dipilih satu kelompok untuk diberi perlakuan tindakan sekaligus akan
diberikan observasi sangat sederhana untuk mendapatkan deskripsi secara lengkap tentang proses yang terjadi.
Konsep dasar tentang KKNI, mahasiswa, dan potensi karir serta pilihannya akan memberikan dasar pemahaman
akan masalah yang sedang dikaji. Penelitian ini memberikan hasil bahwa 63 mahasiswa memiliki bakat menulis,
51 mahasiswa memiliki minat menulis, dan 27 mahasiswa ingin fokus dengan pilihan karir sebagai penulis. Prodi
Sastra Inggris berusaha mengakomodasi apa yang menjadi keinginan mahasiswa dengan mengadakan workshop
menulis yang disampaikan oleh pihak pengguna lulusan yang juga merupakan alumni Prodi Sastra Inggris.
Kegiatan tersebut akan terus dilakukan dalam waktu dekat sebagai keberlanjutan pengembangan mahasiswa.

Keywords: bakat, minat, karir, eksperimen

1. PENDAHULUAN dimanapun mereka berada dan di bidang apapun yang


Fenomena baru yang muncul banyak generasi mereka geluti sehari-hari selama kurang lebih 4 tahun.
muda berusia 20-24 patut dijadikan perhatian yang Beberapa dari mereka yang telah aktif di organisasi
besar terutama jika hal tersebut menyangkut dunia kemahasiswaan baik intra ataupun ekstra dan bahkan
pendidikan. Mereka bertanya-tanya pada diri mereka tidak sedikit yang juga telah bekerja disela atau diluar
tentang karir apa yang akan mereka tekuni atau jalani jam kuliah masih merasa ragu dengan potensi atau
nantinya setelah mereka lulus dari bangku perkuliahan kemampuan (skill) yang mereka miliki untuk dapat

83
meraih suatu jenis pekerjaan dan karir apa yang sesuai 1998-2008. Telah banyak dari para lulusan Prodi
dengan kepakaran dari bidang yang telah mereka Sastra Inggris yang menekuni karir di berbagai bidang,
tekuni. diantaranya jurnalisme, bisnis-kewirausahaan,
Sesungguhnya apa yang para calon lulusan pendidikan, perhotelan-restoran, manajemen,
Perguruan Tinggi cari adalah akumulasi dari apa yang perbanakan, televisi, penulis, pewarta berita, dan
telah mereka dapatkan, pelajari, alami, lakukan dan hiburan. Pilihan karir yang beragam menjadi tantangan
pikirkan sejak pertama mereka terlibat dalam para mahasiswa baru untuk dapat mengikuti apa yang
pendidikan dasar 9 tahun. Pendidikan dasar 9 tahun telah dicapai mahasiswa sebelumnya dan bahkan lebih
merupakan program pemerintah Republik Indonesia baik.
yang tidak bisa ditawar lagi oleh siapapun dan ini Dengan dasar latar belakang diatas, tim peneliti
wajib hukumnya bagi seluruh warga negara Indonesia. menentukan permasalahan yang akan dibahas panjang
Penambahan 3 tahun untuk mematangkan dan lebih dalam penelitian, yaitu: .
mempersiapkan generasi muda untuk siap bertarung a. Bagaimanakah bakat mahasiswa Prodi Sastra
dengan calon pekerja dari wilayah dan negara lain, Inggris angkatan 2014 dan 2015?
kebijaksanaan pemerintahpun masih belum bias b. Bagaimanakah minat mahasiswa Prodi Sastra
dirasakan masyarakat ndonesia secara luas. Namun di Inggris angkatan 2014 dan 2015?
tahun 2016 ini sudah banyak yang merasakan c. Bagaimanakah potensi karir mahasiswa Prodi Sastra
pentingnya seotrang anak mendapatkan pendidikan Inggris angkatan 2014 dan 2015?
lebih tinggi diantara permasalahan lain yang muncul. d. Bagaimanakah pengembangan strategi pembinaan
Disana masih terdapat rasa optimis yang besar. bakat, minat, dan potensi karir mahasiswa Prodi
Menginjak tahun 2016, seluruh perguruan tinggi Sastra Inggris angkatan 2014 dan 2015?
di Indonesia sedang mempersiapkan diri bahkan telah Penelitian ini, tim telah menyebarkan angket
melakukan banyak mengembangan dalam penyusunan pada angkatan 2014 sejumlah 90 mahasiswa dan 2015
kurikulum baru. Mereka memberi nama KKNI; sejumlah 85 mahasiswa. Dari anglet yang disebar, tim
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. KKNI peneliti selanjutnya mendapatkan petunjuk untuk
(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) Prodi menentukan rencana selanjutnya berkaitan dengan
Sastra Inggris memiliki visi Unggul di bidang ilmu pertanayaan ke-4. Dengan perencanaan yang baik
Kebahasaan dan Kesastraan Inggris dan Profesional maka kegiatan yang akan dikembangkan untuk
dalam Persaingan Global. Dalam rangka mewujudkan membina bakat, minat, dan potensi karir mahasiswa
visi salah satu rumusan misinya adalah menghasilkan dapat secara bertahap dan reguler diselenggarakan.
lulusan Sastra Inggris yang unggul dan profesional
melalui proses belajar mengajar yang berkualitas dan 2. KAJIAN PUSTAKA
menjunjung sikap nilai-nilai kejujuran, kemandirian,
2.1 KKNI Prodi Sastra Inggris
dan etika akademik serta bersikap kreatif dan kritis.
Misi tersebut diperjelas kembali dengan butir tujuan Dalam buku draft KKNI (2015), disampaikan
dari disusunnya KKNI untuk Prodi Sastra Inggris ialah bahwa visi Prodi Sastra Inggris adalah Unggul di
menghasilkan sarjana sastra yang (a) menguasai dan bidang ilmu Kebahasaan dan Kesastraan Inggris dan
mampu menerapkan ilmu bahasa dan sastra Inggris Profesional dalam Persaingan Global. Dari visi
yang berwawasan multikultural pada bidang yang tersebut di jabarkan lebih jauh lagi dalam tiga butir
ditekuni; (b) memiliki perilaku mandiri, kreatif dan misi, yaitu
berpikir kritis dan berakhlaq mulia dalam persaingan a. Menghasilkan lulusan Sastra Inggris yang unggul
global; (c) mempunyai sikap, nilai, kebiasaan, dan dan profesional melalui Proses Belajar Mengajar
kepribadian yang menunjang pelaksanaan tugas yang berkualitas dan menjunjung sikap nilai-nilai
keprofesionalan. kejujuran, kemandirian, dan etika akademik serta
Secara matang kurikulum Prodi Sastra Inggris bersikap kreatif dan kritis;
disusun dengan baik dan sungguh-sungguh. Dengan b. Mengembangkan budaya akademis yang kondusif
niat dan pemikiran yang baik, para dosen sangat ingin dan melaksanakan manajemen prodi yang
membekali anak didik; para mahasiswa dengan ilmu akuntabel untuk meningkatkan profesionalisme
dan kemampuan yang dapat mereka gunakan dan dosen dalam melaksanakan tridharma perguruan
manfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat tinggi;
memberikan mereka keberhasilan. Dalam rangka c. Mengembangkan pusat kegiatan literasi sebagai
mendapatkan informasi untuk melengkapi data yang wahana yang unggul dalam aktualisasi keilmuan
dibutuhkan prodi sehingga rencana dan konsep dapat mahasiswa dan dosen pada kegiatan pelayanan
terwujud. Tim ini bermaksud melaksanakan penelitian kepada masyarakat;
menelusuri minat, bakat, dan potensi karir mahasiswa Dengan tiga rumusan misi Prodi Sastra Inggris,
Prodi Sastra Inggris angkatan 2014-2015. mahasiswa dan prodi ingin mewujudkan prodi yang
Prodi Sastra Inggris menerima tidak kurang menghasilkan Sarjana Sastra yang (a) menguasai dan
80 mahasiswa baru setiap tahunnya. Prodi yang berdiri mampu menerapkan ilmu bahasa dan sastra Inggris
sejak tahun 1998 telah berhasil meluluskan mahasiswa yang berwawasan multikultural pada bidang yang
kurang lebih 750 mahasiswa dengan kurun rentang ditekuni; (b) memiliki perilaku mandiri, kreatif dan
berpikir kritis dan berakhlaq mulia dalam persaingan

84
global; (c) mempunyai sikap, nilai, kebiasaan, dan Pengertian definisi mahasiswa dalam
kepribadian yang menunjang pelaksanaan tugas Peraturan Pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah
keprofesionalan. peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan
Dalam rumusan KKNI juga memiliki deskripsi tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono
lulusan yang ingin dicapai, yaitu mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi
Lulusan S1 Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Seni terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi
Univeristas Negeri Surabaya, adalah dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa
a. Pengulas karya sastra dan non sastra, Penyunting merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
Karya Sastra dan Non Sastra,Copy Editor, memperoleh statusnya karena ikatan dengan
pewarta media cetak dan Elektronik), , Copywriter, perguruan tinggi.
Penulis karya sastra, Penerjemah Mahasiswa merupakan suatu kelompok
(Translator/Intepreter/Subtitler/Transkripsionist), dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena
yang menguasai konsep ilmu bahasa dan sastra ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga
(Inggris) serta mampu mengaplikasikanprinsip- merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda
prinsip kebahasaan dan kesastraan dengan dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat
menggunakan ketrampilan bernalar (critical dengan berbagai predikat. Pengertian Mahasiswa
thinking)secara profesional untuk menghasilkan adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang
(mengambil keputusan) karya kreatif, inovatif, dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang
original dan berwawasan multikultural serta makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan
mampu mengkomunikasikannya dengan penuh diharapkan menjadi calon-calon intelektual. Menurut
tanggung jawabmelalui bentuk lisan maupun tulis UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI
dengan menjunjung nilai moral. bagian ke empat pasal 19 bahwasanya ‚ mahasiswa ‛
b. Penelitidan instruktur Bahasa Inggris yang itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa/
menguasaiilmu bahasa dan sastra mampu murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan
memecahkan (mengaplikasikan & mengambil tertentu dalam masa pembelajarannya.
keputusan) masalah ilmu bahasa dan sastra Inggris Dalam proses pemilihan pekerjaan apa yang
dengan menggunakan ketrampilan bernalar sesuai atau diinginkan, setiap individu akan selalu
(critical thinking) danberbagai metode penelitian mempertimbangkan segala minat, bakat, potensi,
bahasa dan sastra, yang dipertanggungjawabkan kecerdasakn maupun harapan yang akan dicapai. Jenis
secara moral dan akademik secara tulis dan lisan pekerjaan yang akan ditekuni nantinya pun merupakan
dalam lingkungan akademis dan sosial suatu proses atau aktivitas individu dalam usaha
kemasyarakatan. mempersiapkan diri untuk memasuki karir yang
Kedalaman dan keluasan lulusan S1 sastra inggris berhubungan dengan pekerjaan melalui suatu
yang merupakan kualifikais tingkat 6 yaitu rangkaian proses kegiatan yang terarah dan sistematis,
a. Pengulas dan Penyunting Karya Sastra dan Non sehingga mampu memilih karis sesuai dengan yang
Sastra, diinginkan atau yang dapat dilakukan.
b. Pewarta media cetak dan Elektronik, Dalam diri setiap mahasiswa memiliki apa
c. Copy Editor, yang disebut minat, bakat, dan potensi karir. Ketiga hal
d. Copywriter, tersebut berbeda antara satu individu dengan yang
e. Penulis Cerita, lainnya. Ketiga hal tersebut merupakan kondisi
f. Penulis Naskah (Scriptwriter), psikologis dari mahasiswa yang merupakan subyek
g. Penerjemah penelitian ini.
(Translator/Intepreter/Subtitler/Transkripsionist), Kondisi Psikologi. Beberapa faktor
h. Peneliti, akademisi /instruktur bahasa Inggris psikologis yang utama, yang dapat mempengaruhi
i. di bidang media (cetak maupun elektronik), proses dan hasil belajar yaitu:
kehumasan, periklanan, perbankan, pariwisata, dan a. Menurut J.P. Chaplin dalam (Slameto, 2003:56 (1))
ilmu pengetahuan/pendidikan intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari
Para lulusan ini merupakan tujuan yang Program kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan
Sastra Inggris ingin wujudkan, adalah mencetak diri kedalam situasi yang baru dengan cepat dan
Sarjana Sastra merupakan praktisi bahasa dan sastra efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-
Inggris, pencipta karya seni tulis bahasa dan Sastra konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui
Inggris, creativepreneur, dan peneliti/akademisi relasi dan mempelajarinya dengan cepat. M.
/instruktur bahasa Inggris yang menguasai dan Dalyono dalam (Djamarah, 2000:160 (2))
mengaplikasikan prinsip-prinsip kebahasaan dan mengatakan bahwa seseorang yang memiliki
kesastraan Inggris dengan menggunakan ketrampilan intelegensi yang tinggi umumnya mudah belajar
bernalar (critical thinking) di bidang media (cetak dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang
maupun elektronik), penerjemahan, periklanan, yang intelegensinya rendah cenderung mengalami
kehumasan, perbankan, pariwisata, dan ilmu kesukaran-kesukaran dalam belajar, lambat
pengetahuan. berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah.
2.2. Mahasiswa. Namun walaupun demikian, siswa yang memiliki

85
tingkat intelegensiyang tinggi belum tentu berhasil Purwanto (1995: 61 (4)) mengatakan bahwa
dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena banyak bakat siswa yang tidak berkembang
belajar merupakan suatu proses yang kompleks karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat.
dengan banyak faktor yang mempengaruhinya dan Jika seseorang mendapatkan motivasi yang tepat,
intelegendi merupakan salah satu faktor di antara maka akan tercapai hasil belajar yang diinginkan.
faktor yang ada. Faktor-faktor tersebut saling Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor
mempengaruhi satu sama lainnya. Jika salah satu antara lain:
faktor berpengaruh negatif dalam belajar maka a. Cita-cita atau aspirasi Cita-cita atau aspirasi
siswa akan gagal dalam belajar. Siswa yang adalah suatu target yang ingin dicapai oleh
memiliki intelegensi yang tinggi namun tidak seseorang. Menurut W.S Winkel, cita-cita
mempunyai motivasi belajar yang tinggi maka adalah tujuan yang ditetapkan dalam suatu
hasil belajarnya pun akan cenderung rendah. kegiatan yang mengandung makna bagi.
b. Bakat sering diakui sebagai kemampuan bawaan Siswa yang memiliki cita-cita yang tinggi
yang merupakan potensi yang masih perlu akan memiliki motivasi yang tinggi untuk
dikembangkan atau dilatih (Sunarto & Hartono, meraihnya.
1999:119 (3)). Menurut Hilgard, bakat adalah b. Kemampuan Dalam belajar dibutuhkan
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru beberapa kemampuan. Kemampuan ini
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat
sesudah belajar atau berlatih. Jadi bakat dalam diri siswa, misalnya pengamatan,
merupakan faktor yang besar pengaruhnya perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi.
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. c. Kondisi Siswa Kondisi siswa meliputi
Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa kondisi jasmani dan rohani yang akan
belajar pada bidang yang sesuai dengn bakat akan mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi
memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-
tersebut. Akan tetapi, banyak hal-hal yang marah akan mengganggu konsentrasi belajar.
menghalangi untuk terciptanya kondisi yang d. Kondisi Lingkungan Siswa Lingkungan
sangat diinginkan oleh setiap orang. Dalam siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan
perguruan tinggi misalnya, tidak selalu perguruan tempat tinggal, pergaulan teman sebaya, dan
tinggi tempat orang belajar menjanjikan studi kehidupan masyarakat. Sebagai anggota
yang benar-benar sesuai dengan bakat orang masyarakat , siswa dapat terpengaruh oleh
tersebut. Hal lain yang menjadi penghambat lingkungan sekitar.
adalah faktor orang tua yang memaksakan e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar. Unsur-
kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-
jurusan atau keahlian tertentu tanpa mengetahui unsur yang keberadaannya dalam proses
bakat yang dimiliki anaknya itu. belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat,
c. Minat Menurut Slameto (2003:180) minat adalah kadang-kadang lemah, dan bahkan hilang
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. sifatnya kondisional. Misalnya keadaan
Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam
modal yang besar untuk memperoleh benda atau keluarga dll.
tujuan yang diamati itu. Timbulnya minat belajar f. Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa
dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain Upaya yang dimaksud disini adalah
karena keinginan yang kuat untuk menaikkan bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
martabat atau 20 memperoleh pekerjaan yang baik membelajarkan siswa, mulai dari penguasaan
serta ingin hidup senang dan bahagia. Menurut materi, cara menyampaikan, menarik
Dalyono dalam (Djamarah, 2000:157) minat perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar
belajar yang besar cenderung menghasilkan siswa. Bila upaya tersebut dilaksanakan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar dengan berorientasi pada kepentingan siswa
yang kurang akan menghasilkan prestasi yang maka diharapkan upaya tersebut dapat
rendah. menimbulkan motivasi belajar siswa.
d. Motivasi menurut Noehi Nasution dalam ( Dimyati & Mudjiono, 2002 : 97-100 (5))
(Djamarah, 2000:166) motivasi adalah kondisi e. Emosi Menurut CP. Chaplin, emosi dapat
psikologis yang mendorong seseorang untuk dirumuskan sebagai suatu keadaan terangsang
melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah dari individu, mencakup perubahan-perubahan
kondisi psikologis yang mendorong seseorang yang disadari, yang mendalam sifatnya dan
untuk belajar. Dalam kenyataannya motivasi perubahan perilaku. (CP. Chaplin, 1989: 163
belajar ini tidak selalu timbul dalam diri siswa. (6)). Keadaan emosi yang labil seperti mudah
Sebagian siswa memiliki motivasi belajar yang marah, tersinggung, merasa tertekan, merasa
tinggi tetapi sebagian lagi motivasi belajarnya tidak aman dapat mengganggu keberhasilan anak
rendah bahkan tidak ada sama sekali. Ngalim dalam belajar. Perasaan aman, gembira, bebas,

86
merupakan aspek yang mendukung dalam data berupa angka dan keterangan. Data kuantitatif
kegiatan belajar. dalam penelitian ini yaitu data persentase minat dan
bakat baik akademik ataupun non-akademik, pilihan
2.3 Karir, Potensi, dan Pilihannya. karier mahasiswa, faktor penyebab dan relevansi
Potensi karir adalah kemampuan yang jurusan dengan arah pilih karier yang dipilih, data ini
dimiliki dalam diri seseorang yang akan mendukung diperoleh melalui penyebaran angket. Sedangkan data
apa yang dilakukan berdasarkan jenis atau tipe kualitatif merupakan hasil wawancara dengan
pekerjaan. Dalam potensi karir terdapat pilihan karir. mahasiswa yang memiliki ketertarikan yang beragam
Manusia adalah makhluk yang senantiasa tumbuh dan antar satu mahasiswa dengan lainnya, memiliki
berkembang. Perkembangan individu juga mencakup alternatif pilihan karier yang sama, untuk memperoleh
perkembangan cita-cita atau pilihan tentang karirnya. informasi yang lebih dalam mengenai alternatif karier
Seseorang dalam hidupnya tidak jarang merasa ada yang dipilih tersebut data ini mencakup persiapan yang
bagian dalam dirinya yang ingin dikembangkan guna telah dilakukan mahasiswa dalam memilih karier
mencari kepuasan dan juga untuk memenuhi lanjutan, maupun faktor pendukung dan
kebutuhannya di masa depan. Pengertian pilihan karir penghambatnya. Data ini diperoleh melalui
Menurut Winkel (1991:512 (7)) pilihan karir wawancara.
merupakan suatu proses pemilihan jabatan yang Pada penelitian awal untuk mengambil data
dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, sosiologis, tentang minat, bakat dan potensi karir yang dipilih
kultural geografis, pendidikan, fisik ekonomis, dan mahasiswa angkatan 2014 dan 2015 akan dilakukan
kesempatan yang terbuka yang bersama-sama dengan menyebarkan angket pilihan karier untuk
membentuk jabatan seseorang, di mana seseorang tadi mahasiswa dan dan sumber data kualitatif (subyek
memperoleh sejumlah keyakinan, nilai kebutuhan, penelitian) yang akan diwawancarai untuk
kemampuan, keterampilan minat, sifat kepribadian, memperoleh informasi yang lebih dalam tentang
pemahaman, dan pengetahuan yang semuanya pilihan kariernya. Sampel dalam penelitian ini adalah
berkaitan dengan jabatan yang dipangkunya. mahasiswa Prodi Sastra Inggris angkatan 2014 dan
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam 2015, FBS, UNESA. Sesuai dengan data siakad
pilihan karir meliputi 2 faktor, internal dan eksternal. Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UNESA, terdapat
Menurut Sukardi (1987:44-45 (8)): 1. Faktor internal: 746 mahasiswa yang terdaftar aktif sebagai mahasiswa
kemampuan intelegensi, bakat, minat, sikap, Prodi Sastra Inggris dengan detil jumlah 90 mahasiswa
kepribadian, nilai, hobi, prestasi, keterampilan, angkatan 2014 dan 85mahasiswa angkatan 2015.
penggunaan waktu senggang, aspirasi dan pendidikan Sehingga penelitian tersebut tidak menggunakan
sekolah, pengalaman kerja, pengetahuan dunia kera, rumus atau formula tertentu. Setelah sumber data
kemampuan dan keterbatasan fisik, masalah dan utama didapatkan, penelitian akan melakukan
keterbatasan pribadi 2. Faktor eksternal: kelompok eksperimen
primer dan kelompok sekunder Perencanaan Pilihan 3.2. Lokasi Penelitian
Karir Menurut Sukardi dan Sumiati (1993:23 (9)), Penelitian tersebut akan dilaksanakan di jurusan
merencanakan karir terdiri dari beberapa bagian yaitu: bahasa dan sastra inggris UNESA. Lebih tepatnya, di
1. Penilaian diri 2. Menelaah dan eksplorasi jabatan 3. Unesa kampus lidah wetan gedung T4 dan T8.
3.3. Data dan Sumber Data
Menyusun jadwal kegiatan 4. mengantisipasi masalah
Penelitian Penelusuran Minat, Bakat dan
yang timbul 5. Meninjau rencana dan kemampuan diri.
Potensi Karir Mahasiswa Prodi Sastra Inggris
Ragam dan jenis pilihan karir terdapat beberapa
UNESA menggunakan data primer hasil dari kuesioner
pilihan yang dipilih untuk kelanjutan karir setelah
yang disebarka mahasiswa Prodi Sastra Inggris
lulus dari perguruan tinggi, diantaranya adalah
angkatan 2014 da 2015. Data primer lainnya yaitu data
melanjutkan ke jenjang pasca sarjana/pendidikan
yang diambil dari wawancara dengan mahasiswa.
magister (S2), pendidikan profesi, dan bekerja.
Selain data primer, data sekunder berupa data prestasi
Klasifikasi pekerjaan menurut Winkel dan Hastuti
mahasiswa jurusan Bahasa inggris tahun 2013-2015
(1991:749 (10)), pengelompokan macam-macam
juga akan membantu dalam memberikan informasi
pekerjaan menurut bidangnya dapat dibagi menjadi ,
pendahuluan tentang kondisi mahasiswa Prodi Sastra
antara lain: 1. teknik dan industry, 2. niaga, 3.
Inggris. Data tersebut diambil dari data awal
perkantoran, 4. pelayanan masyarakat/jasa, dan 5.
penyusunan boring akreditasi jurusan Bahasa dan
pekerjaan lapangan.
sastra inggris UNESA.
3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3. METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data yang digunakan
3.1. Desain Penelitian dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup
Dengan judul “Penelusuran Minat, Bakat dan (responden harus memilih jawaban yang paling sesuai)
Potensi Karir Mahasiswa Prodi Sastra Inggris dan terbuka (responden dapat memformulasikan
UNESA”, penelitian ini akan melakukan penelitian sendiri jawabannya). Data dikumpulkan dengan
deskriptif dengan menggunakan desain kuantitatif dan menggunakan teknik kuesioner yang rencana akan
kualitatif (kuantilatif). Data yang dikumpulkan berupa

87
disebar pada 90 mahasiswa Prodi Sastra Inggris
angkatan 2014 dan 85 mahasiswa angkatan 2015. 4.1 Bakat mahasiswa Prodi Sastra Inggris 2014 dan 2015
3.5. Teknik Pengolahan Data Bakat sering diakui sebagai kemampuan
Teknik pengolahan data yang digunakan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dalam penelitian tersebut adalah dengan cara: dikembangkan atau dilatih (sunarto & hartono,
a. Penyusunan data. 1999:119). Hasil pertama yang didapatkan dari angket
b. Klasifikasi data. adalah petanyaan tentang bakat yang dimiliki oleh
c. Pengolahan data. masing-masing mahasiswa yang diberi angket.
Tabel 1. Bakat mahasiswa Prodi Sastra Inggris 2014 dan
d. Interpretasi hasil pengolahan data. 2015
Pada penelitian ini akan menggunakan 2 jenis data, No Bakat Jumlah
data kualitatif dan data kuantitatif. Pengolahan data 1 Menulis 63
kualitatif dalam penelitian akan melalui tiga kegiatan 2 Seni 56
analisis yakni sebagai berikut. 3 Kemampuan bicara 44
4 Tidak menjawab 12
a) Reduksi data.
b) Penyajian data.
c) Menarik kesimpulan/verifikasi. Dari 90 mahasiswa angkatan 2014 dan 85
Pengolahan Data Kuantitatif meliputi: angkatan 2015, semua angket kembali pada tim
a) Mengelompokkan data. peneliti dengan data yang lengkap guna membahas 4
b) Mengelompokkan Data. Agar data dapat pertanyaan diatas (tabel 1). Data pertama adalah
dikelompokkan secara baik, perlu dilakukan perihal bakat yang dimiki mahasiswa. Angket yang
kegiatan awal sebagai berikut. kembali pada peneliti 175 dengan rincian 63 memiliki
(a) Editing, (b) Coding, (c) Tabulating, bakat menulis, 56 bakat seni, 44 berbakat dalam
kemampuan bicara, dan 12 menyatakan tidak memiliki
4. ANALISA jawaban.
Penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui 63 mahasiswa yang memiliki bakat menulis
secara tepat dan benar akan apa yang sedang dihadapi menyatakan secara detil bahwa bakat mereka
mahasiswa dalam menyambut persiapan mereka diantaranya menulis cerita, puisi, drama, teks, essai,
menuju duani kerja setelah selama 4 tahun menempuh dan lirik lagu. Jumlah tertinggi kedua, 56 mahasiswa
pendidikan tinggi di jurusan bahasa dan sastra inggris menyatakan bahwa bakat mereka adalah di dunia seni,
unesa. Pengambilan data sengaja dilakukan pada diantaranya seni suara, tari, gambar, desain, menghias,
mahasiswa tahun angkatan 2014 dan 2015 dengan beladiri, busana, merangkai, memasak, dan fotografi.
alasan tim peneliti dapat memberikan usulan sekaligus Pada tingkat ketiga, 44mahasiswa cenderung
membatu menyelenggarakan kegiatan yang menyukai aktifitas yang berhubungan dengan
merupakan bagian dari solusi yang ditawarkan untuk kemampuan berbicara. Pada tingkat keempat 12
diberikan pada mahasiswa.sasaran utama penelitian mahasiswa masih menyatakan bingung, ragu, dan
tersebut adalah mahasiswa. Berangkat dari cerita, bahkan tidak tahu meski dalam angket telah diberikan
keluh, kesah, peran, saran beberapa mahasiswa selama gamabaran sederhana tentang apa yang dimaksud
beberapa periode bahwa mahasiswa merasakan ada dengan bakat dan minat. Keterangan tersebut
yang kurang yang belum mereka dapatkan di kelas dan bertujuan supaya mahasiswa tidak perlu bingung akan
dapat menunjang kemampuan akademik mereka. pengertian dari masing-masing kata kunci yang
Mereka yang berpandapat tersebut adalah mahasiswa dipakai, bakat,minat, dan potensi karir.
yang diantaranya telah menempuh ujian sidang skripsi Pada pertanyaan kedua, yang merupakan rasa
dan menunggu waktu wisuda, mahasiswa yang sedang ketertarikan mahasiswa. Minat menurut slameto
menempuh masa penyusunan skripsi, dan mahasiswa (2003:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
yang telah lulus namun masih sering bermain ke ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
jurusan bahasa dan sastra inggris,unesa. adayang menyuruh. Hasil angket kedua adalah
Dari semua apa yang telah disampaikan secara pernyataan maahasiswa perihal minat yang mahasiswa
lisan pada tim peneliti memberikan ide untuk miliki.
menyusun penelitian guna mencari tahu lebih banyak
dan dalam permasalahan yang dihadapi mahasiswa.
Dari penelitian awal ini kami menyusun 4 pertanyaan
penelitian, yaitu berfokus pada bakat, minat, potensi
apa yang dimiliki mahasiswa, dan jenis kegiatan yang
merupakan strategi yang dapat dilaksanakan jurusan
untuk membekali mahasiswa sebelum terjun ke dunia
kerja.
Data penelitian berkaitan dengan perntanyaan
yang telah disusun didapatkan dengan menyebarkan
angket pada mahasiswa prodi sastra inggris angkatan
2014 dan 2015.

88
l. Pelatihan bidang periklanan
4.2 Minat mahasiswa Prodi Sastra Inggris 2014 dan 2015 m. Pelatihan editing
n. Pelatihan bidang public speaking/public relation
Tabel 2. Minat mahasiswa Prodi Sastra Inggris 2015 dan o. Pelatihan kewirausahaan, bisnis
2016 p. Pelatihan bidang kepariwisataan
No Minat Jumlah
1 Menulis 51
q. Pelatihan bidang agama
2 Seni 27 r. Pelatihan bahasa
3 Budaya 27 s. Pelatihan penerjemahan
4 Public speaking 26 t. Pelatihan desain gambar, ruang, busana
5 Penerjemahan 20
u. Pelatihan wawancara kerja, psikolog, karakter.
6 Teknologi informasi 7
7 Pengajaran 1
8 Tidak tahu minat yang disukai 27 Dari sekian banyaknya jenis pelatihan yang diinginkan
total 175 mahasiswa, pelatihan menulis menjadi jenis yang
paling diminati mahasiswa selain pelatihan tersebut
Sejumlah 51 menyenangi menulis; 27 merupakan bidang yang ingin dikembangkan oleh
menyenangi bidang seni, fotografi, masak; 27 senang jurusan bahasa dan sastra inggris.
bidang budaya, pariwisata, periklanan; 26 senang pada Dengan teridentifikasinya bakat, minat, ragam
bidang public speaking; 20 senang bidang pelatihan yang dikehendaki mahasiswa, penelitian ini
penerjemahan; 7 senang bidang teknilogi informasi, akan melengkapi data dari mahasiswa dengan jenis
gaming; 1 senang pada pengajaran; dan 27 lainnya profesi atau pekerjaan yang ingin digelui oleh
tidak tahu apa yang mereka senangi sekaligus bingung. mahasiswa sampai pada pilihan ketiga. Angket yang
Ragam jawaban pada pertanyaan kedua tersebut disebar pada 175 mahasiswa memberikan hasil pilihan
berjumlah lebih banyak karena selera yang diminati selera mahasiswa, yaitu:
mahasiswa lebih bervariasi. Hal lainnya adalah Tabel 3. Profesi yang diminati mahasiswa Prodi Sastra
mahasiswa juga cederung ingin mengambangkan Inggris 2014 dan 2015.
ketertarikan mereka pada lebih dari 1 bidang. Banyak N Profesi Jumla
diantara mereka yang tertarik pada 2-4 bidang. Namun o h
1 Pengulas dan penyunting karya sastra dan non 9
yang dijadikan pedoman pada penelitian ini adalah sastra,
pada pilihan pertama atau jawaban pertama akan tetapi 2 Pewarta media cetak dan elektronik, 23
tetap mempertimbangkan kesesuaian dengan bakat 3 Copy editor 14
yang mahasiswa miliki. 4 Copywriter, 17
5 Penulis cerita, 28
6 Penulis naskah (scriptwriter), 14
4.3 Potensi karir mahasiswa Prodi Sastra Inggris 2014 dan 7 Penerjemah 24
2015 (Translator/Intepreter/Subtitler/transkrips
Pada pertanyaan ketiga, tim peneliti berusaha ionist),
menjaring pendapat dari mahasiswa perihal jenis 8 Peneliti, akademisi /instruktur bahasa inggris 19
9 Di bidang media (cetak maupun elektronik), 27
pelatihan apa yang mereka butuhkan untuk menunjang kehumasan, periklanan, perbankan,
kemampuan akademik. Potensi karir atau pilihan karir pariwisata, dan ilmu pengetahuan/pendidikan,
pilihan karir menurut winkel (1991:512) pilihan karir 10 lain-lain (pendakwah, penceramah). 5
merupakan suatu proses pemilihan jabatan yang total 175
dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, sosiologis,
kultural geografis, pendidikan, fisik ekonomis, dan Dari 175 mahasiswa yang memberikan
kesempatan yang terbuka yang bersama-sama respon balik didapat jumlah terbanyak jenis pekerjaan
membentuk jabatan seseorang, di mana seseorang tadi yang ingin ditekuni mahasiswa Prodi Sastra Inggris
memperoleh sejumlah keyakinan, nilai kebutuhan, dari jumlah tertinggi sampai terendah adalah penulis
kemampuan, keterampilan minat, sifat kepribadian, cerita, di bidang media, penerjemah, pewarta media
pemahaman, dan pengetahuan yang semuanya cetak dan elektronik, peneliti akademisi, copywriter,
berkaitan dengan jabatan yang dipangkunya. Tim copyeditor, penulis naskah, pengulas dan penyunting
berhasil menghimpun ragam pelatihan yang karya sastra dan non sastra, dan lain-lain.
dikehendaki mahasiswa, diantaranya:
a. Pelatihan dasar menulis 4.4 Pengembangan strategi pembinaan bakat, minat, dan
b. Pelatihan menulis kreatif potensi karir mahasiswa prodi sastra inggris angkatan
2014 dan 2015
c. Pelatihan jurnalistik
Dari keseluruhan data yang diperoleh, dapat
d. Pelatihan untuk menjadi guru
disampaikan bahwa 63 mahasiswa memiliki bakat
e. Pelatihan akuntansi, perbankan
menulis, mencapai nilai paling tinggi. Memiliki
f. Pelatihan dasar/pengenalan menjadi pramugari/a
jumlah mahasiswa yang minat menulis juga dipilih
g. Pelatihan membaca al-quran
oleh 51 orang. Jenis pelatihan yang diminati
h. Pelatihan enterpreneur
mahasiswa dan jenis profesi yang ingin ditekuni
i. Pelatihan keorganisasian
mahasiswa setelah lulus adalah menulis, meraih
j. Pelatihan teknologi informasi
jumlah mahasiswa paling tinggi. Hal tersebut
k. Pelatihan ilmu komunikasi

89
menunjukkan bahwa kedepannya prodi dapat 5. DAFTAR PUSTAKA
memberikan perhatian lebih pada program atau
kegatan yang menunjang aktivitas menulis. Kegiatan [1]. Slameto, (2003). Belajar dan Faktor-Faktor
menulis tersebut dapat divariasi diantaranya menulis yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
cerita, naskah, essai, berita, makalah, artikel, laporan, [2]. Djamarah, S.B, (2000). Guru dan Anak Didik
dan blog. Frekuensi penyelenggaraan pelatihan dapat dalam Interaksi Edukatif. Jakarta. Rineka Cipta
dilakukan minimal 1 kali dalam 1 semester dengan [3].Sunarto H. dan Hartono, B.Agung, (1999).
nama pelatihan yang berbeda. Frekuensi pelatihan juga Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
dapat disesuaikan jumlahnya dengan kegiatan Rineka Cipta.
peningkatan kemampuan non-akademik mahasiswa [4]. Purwanto, Ngalim, (1995). Psikologi Pendidikan,
yang juga akan diselenggarakan untuk mahasiswa, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
diantaranya kewirausaan dan basar, workshop dasar [5]. Dimyati & Mudjiono, (2002). Belajar dan
menulis untuk mahasiswa baru, dan pelatihan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
keorganisasian dasar-menengah-lanjutan. Jenis [6]. Chaplin, C.P, (1989). Kamus Lengkap Psikologi.
pelatihan lainnya yaitu pelatihan public speaking, (diterjemahkan Kartini Kartono). Jakarta: Rajawali
perbankan, perhotelan, enterpeneurship, periklanan, Press.
komputer, teknologi informasi, seni (desain, gambar, [7]. Winkel W.S, (1991). Bimbingan dan Konseling
fotografi, dekorasi, busaha, gerak), dan sebagainya. di Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Grasindo.
Namun begitu beberapa kegiatan pengembangan [8]. Sukardi, Dewa Ketut, (1987). Bimbingan Karir
potensi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di Sekolah. Jakarta: Ghalia.
sudah dapat terakomodasi oleh kegiatan yang [9]. Sukardi, Dewa Ketut dan Sumiati, Desat Mede,
diselenggarakan oleh HMJ (Himpunan Mahasiswa (1991). Panduan Perencanaan Karir. Surabaya:
Jurusan) melalui beberapa divisi kegiatan, yaitu bola Usaha Nasional.
basket, futsal, sepakbola, musik, drama, iro-iro [10]. Winkel, W.S; Hastuti, Sri, (2007). Bimbingan
(gambar animasi), media, SKI, dance, dan fotografi. dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Dalam satu tahun masing-masing divisi memiliki Yogyakarta : Media Abadi.
kegiatan rutin dan insidentil (lomba atau penampilan).
Penelitian ini juga merencanakan diadakannya
pelatihan sederhana tentang menulis yang diisi oleh
alumni mahasiswa Prodi Sastra Inggris. Agung Putu
Iskandar adalah alumni Prodi Sastra Inggris yang
menekuni bidang jurnalisme. Agung pernah menjadi
wartawan harian pagi Jawa Pos dan sekarang menjadi
tetap menjadi penulis lepas beberapa media cetak
surabaya dan jakarta. Pelatihan menulis yang dihadiri
oleh 30 mahasiswa, diselenggarakan gratis selama 4
jam dengan memakai format workshop dengan target
beberapa tulisan mahasiswa dapat dimasukkan sebagai
bahan tulisan majalah jurusan edisi 2. Kegiatan ini
berhasil dilaksanakan pada hari Rabu, 9 November
2016 memakai ruang kelas T8.01.02 mulai pukul 9.00-
13.00. Selanjutnya akan dijadwalkan pelatihan
menulis oleh alumni mahasiswa Prodi Sastra Inggris
Kuntari dengan tema pelatihan menulis kreatif.
Kuntari adalah penulis cerita dan beberapa kali
berhasil membuat tulisan scriptwriter di beberapa
perusahaan televisi swasta di Jakarta. Saat ini Kuntari
juga menekuni dunia tulisan melalui dunia maya.

90
Pengembangan Model Pendidikan Guru Bidang Sains dan Teknologi
di Era Digital
Muchlas Samani1*), Mochamad Cholik2, I.G.P. Asto Buditjahjanto3.
1.
Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Surabaya. Email: muchlass@yahoo.com
2.
Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negeri Surabaya Email: m.cholik @unesa.ac.id
3.
Teknik Elektro. Universitas Negeri Surabaya. Email: asto.buditjahjanto3@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: muchlass@yahoo.com

ABSTRACT
In fact, technology is changing patterns of human life. Digital technology has changed the patterns of life and work.
Various studies have found digital era requires competence different working with industrial era. Competence or the 21st-
century digital era leads to multi-tasking, cross-culture collaboration, and creativity. Far different from the competence of the
industrial era that relies on manual skills are specialized and dominated by direct instruction (DI). Seen through the lens of
education, graduated from Vocational High School greatly affected the above changes, because changes in the pattern of
employment in the industry have consequences for the changing patterns of teaching in schools. The subjects productive in
SMK which has a core of learning technology, it is inevitable to be in contact automation, the pattern of learning is different
from the direct instruction (DI), Project based learning (PBL), or a problem-based learning. in connection with the learning
of the digital age that leads to multi-tasking, cross-culture collaboration, and creativity, it needs to be thought appropriate
learning conditions in the 21st century. Project based learning (PBL) and problem-based learning have the potential to foster
creativity, but the practice learning SMK technology has the risk of equipment damage and accidents, it is not easy to apply
the pattern of learning for learning in vocational school in the 21st century requires a touch of automation. With respect to the
necessary learning patterns above, it is necessary depth study and collaborates on appropriate learning patterns that are likely
to be applied in Vocational Education.
Keywords: collaboration learning patterns,

ABSTRAK
Secara fakta teknologi mengubah pola kehidupan manusia. Teknologi digital telah mengubah pola hidup dan pola kerja.
Berbagai studi menemukan era digital memerlukan kompetensi kerja yang berbeda dengan era industri. Kompetensi era digital
atau abad 21 mengarah ke multi tasking, cross culture collaboration dan kreativitas. Jauh berbeda dengan kompetensi era
industri yang bertumpu pada keterampilan manual yang terspesialisasi dan didominasi oleh direct instruction (DI). Dilihat
dari kacamata pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan sangat terpengaruh perubahan di atas, karena perubahan
pola kerja di industri membawa konsekwensi perubahan pola pembelajaran di sekolah. Mata pelajaran produktif di SMK yang
memiliki inti pembelajaran teknologi, tidak dapat dihindarkan akan bersentuhan otomasi, yang pola pembelajarannya tentu
berbeda dengan direct instruction (DI), Project based learning (PBL), atau pembelajaran berbasis masalah. Berkaitan dengan
pembelajaran era digital yang mengarah ke multi tasking, cross culture collaboration dan kreativitas, maka perlu pemikiran
pembelajaran yang sesuai kondisi di abad 21 ini. Project based learning (PBL) dan pembelajaran berbasis masalah punya
potensi untuk menumbuhkembangkan kreativitas, tetapi pembelajaran praktik SMK Bidang Teknologi yang memiliki resiko
kerusakan alat dan kecelakaan, tidak mudah menerapkan pola pembelajaran tersebut untuk pembelajaran di SMK yang pada
abad 21 ini memerlukan sentuhan otomasi. Sehubungan dengan pola pembelajaran yang diperlukan di atas, maka perlu kajian
yang mendalam dan berkolaborasi terhadap pola pembelajaran yang sekiranya tepat untuk diterapkan di Sekolah Menengah
Kejuruan.
Kata kunci: kalaborasi pola pembelajaran,

1. PENDAHULUAN menggunakan teknologi terbaru. Sementara


universitas penghasil guru tentu sangat berat untuk
Universitas penghasil guru (Lembaga Pendidikan
mengikuti persaingan itu.
Tenaga Kependidikan/LPTK) yang menghasilkan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya
guru Sekolah Menengah Bidang Sains dan Teknologi
Bidang Teknologi paling banyak terimbas
telah menyiasati dengan cara menghadirkan
perkembangan tersebut, karena lulusannya diharapkan
matakuliah Praktek Industri dengan tujuan agar
segera terjun bekerja di industri yang mengalami
mahasiswa calon guru belajar perkembangan
perubahan cepat. Oleh karena itu banyak riset untuk
teknologi di dunia industri yang dalam kenyataannya
menemukan model Pendidikan Teknologi dan
lebih cepat beradaptasi dengan perkembangan
Kejuruan (PTK) yang di dalamnya tercakup SMK. Jika
teknologi. Beberapa Sekolah Menengah Bidang Sains
model pembelajaran berubah karena dampak
dan Teknologi yang maju juga menyiasati dengan
teknologi, tentunya peran guru juga akan berubah dan
mengirim guru untuk “magang” di industri. Namun
pada akhirnya kemampuan guru yang diperlukan juga
siasat tersebut belum sepenuhnya mampu menutup gap
akan berubah. Sampai saat ini pendidikan guru masih
antara kemajuan teknologi yang digunakan di industri
menggunakan model pendidikan untuk melayani
dengan yang ada di sekolah/univesitas penghasil guru.
pembelajaran yang dirancang untuk era industri.
Pada hal kemajuan teknologi semakin cepat dan dunia
Ketika pola pembelajaran berubah akibat era informasi
industri juga terus berpacu satu dengan lainnya untuk

91
yang dipacu teknologi digital, tentu diperlukan Perkembangan teknologi sedemikian cepatnya,
perubahan kompetensi gurunya. Pada hal saat inipun cetak berwarna sejelas gambar yang dicontoh sulit
dari sekolah bidang teknologi sudah sering dibedakan mana yang tiruan dan yang asli, di Jepan
mengeluhkan pendidikan calon guru yang dianggap dikembangkan alat pengirim bau (aroma). Jelasnya
kurang dapat mengikuti perkembangan. Apa yang apakah resep bumbu rendang yang dimasak oleh orang
dipelajari di sekolah tertinggal dengan perkembangan Padang sama aromanya dengan yang dimasak oleh
teknologi di industri, sehingga ketika mengajar, apa orang Jepang di Tokyo yang pada waktu yang sama
yang dijelaskan sudah tertinggal dengan mereka memasak di tempat yang berbeda. Kedua
perkembangan teknologi di industri. orang yang dimaksud dapat bertukar aroma
Project based learning (PBL) dan pembelajaran masakannya. Ini adalah perkembangan teknologi yang
berbasis masalah punya potensi untuk luar biasa.
menumbuhkembangkan kreativitas, tetapi Dengan kemajuan teknologi tersebut, akan
pembelajaran praktik SMK Bidang Teknologi yang banyak pekerjaan yang semula dianggap tidak
memiliki resiko kerusakan alat dan kecelakaan, tidak mungkin sekarang dapat terwujud, yang semula
mudah menerapkan pola pembelajaran tersebut untuk ditangani manusia akan diambil alih oleh “alat”, yang
pembelajaran di SMK yang pada abad 21 ini lebih cermat, lebih cepat dan lebih tidak berisiko. Akan
memerlukan sentuhan otomasi. terjadi pembagian pekerjaan apa yang sebaiknya
Mata pelajaran produktif di SMK yang memiliki dikerjakan oleh manusia dan apa yang dikerjakan oleh
inti pembelajaran teknologi, tidak dapat dihindarkan alat. Schmidt dan Cohen (2014: 254-255)
akan bersentuhan otomasi, yang pola pembelajarannya menggambarkan:
tentu berbeda dengan direct instruction (DI), Project “In the future, computers and humans will
based learning (PBL), atau pembelajaran berbasis increasingly split duties according to what each
masalah. Berkaitan dengan pembelajaran era digital does well. We will use human intellegence for
yang mengarah ke multi tasking, cross culture judgment, intuition, nuance and uniquely human
collaboration dan kreativitas, maka perlu pemikiran interaction; we will use computing power for
pembelajaran yang sesuai kondisi di abad 21 ini. infinite memory, infinitely fast processing and
Pembelajaran yang banyak melibatkan tentang actions limited by human biology. We will use
otomasi berkaitan dengan perkembangan teknologi computers to run how they are interrogated and
mutakhir yang membahas tentang diagram elektrik handled thereafter will remain the purview of
yang digunakan di industri dan menjadi dasar dalam human and their lawa. Robots in combat will
perancangan sebuah sistem produksi yang terotomasi, prevent death through greater precision and
berbagai peralatan yang digunakan untuk menyusun situational awareness, but human judgments will
sebuah sistem otomasi, sistem komunikasi data, dasar determine the context in which they are used and
sistem pengendalian peralatan di industri, perancangan what actions they can take.”
part dan perencanaan proses dengan memperhatikan Apa yang diungkapkan oleh Schmidt dan Cohen
sistem produksi yang terotomasi, teknologi dan tersebut sudah dapat kita saksikan indikatornya.
pemrograman CNC, industrial logic control systems, Mahasiswa Teknik Perkapalan sudah tidak perlu susah
Programmable Logic Controllers (PLC), dan sistem menghitung perencanaan bangunan kapal yang sangat
otomasi terintegrasi (CAD/CAM). ribet. Perhitungan dapat dilakukan oleh software,
Saat ini sudah mulai muncul riset dan sehingga tugas mahasiswa adalah memikirkan desain
pengembangan pola pembelajaran yang dianggap dengan segala pertimbangannya. Membuat peta daerah
cocok dengan era informasi. Trillling dan Fadel (2009) dengan pesawat tak berawak yang dapat menjelejah
menjelaskan bagaimana inovasi yang dilakukan di The tempat-tempat yang sulit dengan resiko yang kecil.
Napa New Tech High School di Nothern California. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan mana
Cepat munculnya temuan baru membuat dinamika pekerjaan yang lebih baik dilakukan oleh alat dan
perkembangan pendidikan juga cepat berubah. Jika mana pekerjaan yang harus ditangani oleh manusia,
tidak apa yang dipelajari di sekolah (universitas) akan karena tidak dapat dilakukan oleh mesin.
usang ketika siswa/mahasiswa lulus dan terjun ke Dengan fenomena itu terjadi pergeseran
lapangan kerja. Itulah yang dikeluhkan oleh Wagner kemampuan atau kompetensi yang diperlukan untuk
(2008) dalam buku The Global Achievement Gap: Why bekerja di masa depan yang ternyata berbeda dengan
Even Our Best Schools Don’t Teach the New Survival masa lalu. Wagner (2008) menyebutnya dengan the
Skills Our Children Need and What We Can Do About survival skills, sebagai berikut:
It. Wagner menggambarkan lapangan berkembang 1. critical thinking and problem solving,
sangat cepat sebagai dampak teknologi, sementara 2. collaboration across network and leading by
sekolah belum banyak berubah. Uraian di atas infulence,
memberi gambaran seperti apa model pembelajaran
3. agility and adaptibility,
untuk SMK di era digital.
4. initiative and entrepreneurialism,
2. KAJIAN TEORI 5. effective oral dan written communication,
2.1 Pokok-Pokok Kompetensi di Era Digital 6. accesing and analyzing information, dan

92
7. curiosity and imagination. yaitu “pola pembelajaran seperti apa yang tepat untuk
Serupa dengan hal itu, Trilling dan Fadel (2009) menumbuhkembangkan kompetensi tersebut”.
menyampaikan apa yang dia sebut kompetensi abad 21
(21st Century Skills), sebagai berikut: 2.2 Model Pembelajaran pada Sekolah Menengah
1. learning and innovation yang mencakup critical Kejuruan di Era Digital
thinking and problem solving, communication 2.2.1 Model Pembelajaran dalam Kurikulum K13
and collaboration, creativity and innovation; Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model
information, pembelajaran utama (Permendikbud No. 103 Tahun
2014) yang diharapkan dapat membentuk perilaku
2. media and technology skills yang mencakup:
saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa
information literacy, media literacy and ICT keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah: model
literacy, dan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
3. life and carrer skills yang mencakup flexibility Learning), model Pembelajaran Berbasis Projek
and adaptability, initiative and self direction, (Project Based Learning), dan model Pembelajaran
social and cross-cultural interaction, Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry
productivity and accountability and leadership Learning). Disamping model pembelajaran di atas
dapat juga dikembangkan model pembelajaran
and responsibility.
Production Based Education (PBE) sesuai dengan
Kalau di cermati, apa yang dikatakan oleh Wagner karakteristik pendidikan menengah kejuruan. Tidak
(2008) dan Trilling dan Fadel (2009) itu merupakan semua model pembelajaran tepat digunakan untuk
konsekwensi dari pola kerja di era digital. Studi semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran
Samani (2014) menemukan urutan bekerja di era tertentu hanya tepat digunakan untuk materi
digital sebagai berikut: pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi
1. Mencari informasi. Dalam bekerja orang akan pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal
selalu menghadapi masalah untuk dipecahkan jika menggunakan model pembelajaran tertentu. Oleh
dan atau mencari sesuatu untuk dikembangkan. karenanya guru harus menganalisis rumusan
Untuk itu langkah awal adalah mencari informasi pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada
yang relevan. Di era digital, maka melek pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry
informasi dan melek ICT menjadi modal penting. Learning) atau pada pembelajaran hasil karya
(Problem Based Learning dan Project Based
Rasa ingin tahu (curiosity) sangat penting untuk
Learning)
mendorong mencari informasi.
2. Jika informasi sudah diperoleh, tahap berikutnya 2.2.2 Model Pembelajaran Tingkat Tinggi
akan menganalisnya secara kritis dan Berpikir merupakan bagian dari ranah kognitif,
menggunakan hasil analisis itu untuk hirarki Bloom yang terdiri atas tingkatan-tingkatan.
memecahkan masalah yang dihadapi. Pemecahan Bloom mengkalisifikan ranah kognitif ke dalam enam
tingkatan: (1) pengetahuan (knowledge); (2)
masalah harus dilakukan secara arif dan kreatif.
pemahaman (comprehension); (3) penerapan
Arif artinya tidak boleh menabrak norma (application); (4) mengalisis (analysis); (5)
kehidupan, kreatif artinya melalui cara-cara yang mensintesakan (synthesis); dan (6) menilai
baru. Disinilah pentingnya daya imaginasi. (evaluation). Keenam tingkatan ini merupakan
3. Dalam bekerja, kemampuan fleksibilitas, rangkaian tingkatan berpikir. Berdasarkan tingkatan
adaptasi, komuniasi dan kerjasama sangat itu, maka dapat diketahui bahwa berpikir untuk
penting, karena hampir tidak ada pekerjaan yang mengetahui (knowledge) merupakan tingkatan
berpikir yang paling bawah (lower) sedangkan
tidak dikerjakan dalam tim. Smart team
tingkatan berpikir paling tertinggi (higher) adalah
seringkali lebih penting dari individu yang menilai (evaluation).
pandai. Separuh dari hirarki Bloom ini adalah berpikir
Tentu harus dicatat bahwa apa yang tingkat bawah yang terdiri atas: (1) pengetahuan
dikemukakan oleh Wagner, Trilling dan Fadel serta (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3)
Samani tersebut terkait dengan bidang keahlian yang penerapan (application). Sedangkan separuh hirarki
ditangani. Dalam istilah lain, soft skills tersebut harus Bloom yang lain adalah berpikir tingkat atas yang
dipadukan dengan hard skills (bidang keahlian), terdiri atas: (4) mengalisis (analysis); (5)
sehingga menjadi utuh menjadi apa yang disebut mensintesakan (synthesis); dan (6) menilai
dengan life skills. (evaluation).
Uraian diatas menunjukkan bahwa kompetensi Dalam Wikipedia Indonesia, berpikir tingkat
esensial di era di era digital sangat berbeda dengan tinggi adalaha concept of Education reform based on
kompetensi esensial di era industri. Dari kacamata learning taxonomies such as Bloom’s Taxonomy. The
pendidikan yang bertugas menyiapkan anak didik idea is that some types of learning require more
memasuki era tersebut, muncul pertanyaan penting cognitive processing than others, but also have more

93
generalized benefits. In Bloom’s taxonomy, for sekolah (SMK) dan yang dapat dilaksanakan di
example, skills involving analysis, evaluation and Institusi Pasangan (DU/DI) sesuai dengan
synthesis (creation of new knowledge) are thought to sumberdaya yang tersedia di masing-masing pihak.
be of a higher order, requiring different learning and
teaching methods, than the learning of facts and 3. Memberikan pengalaman kerja langsung kepada
concepts. Higher order thinking involves the learning peserta didik di DU/DIdalam rangka menanamkan
of complex judgmental skills such as critical thinking iklim kerja positif yang berorientasi pada peduli
and problem solving. Higher order thinking is more mutu proses dan hasil kerja.
difficult to learn or teach but also more valuable 4. Memberikan bekal etos kerja, sikap kerja, disiplin
because such skills are more likely to be usable in
kerja yang tinggi bagi peserta didik untuk
novel situations (i.e., situations other than those in
which the skill was learned). Dari definisi itu maka memasuki dunia kerja dalam menghadapi tuntutan
dapat dikatakan berpikir tingkat tinggi membutuhkan pasar kerja global.
berbagai tahapan pembelajaran dan pengajaran yang (https://haedarrauf.wordpress.com)
berbeda, tidak hanya mempelajari fakta dan konsep
Uraian di atas memberi gambaran jelas bahwa
semata. Dalam berpikir tingkat tinggi meliputi
dengan adanya prakerin memberi kesempatan kepada
aktivitas pembelajaran terhadap keterampilan dalam
dunia usaha dan industri untuk ikut berpartisipasi dan
mengambil sikap yang bersifat kompleks. Berpikir
bertanggungjawab dalam melaksanakan pendidikan
tingkat tinggi adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi
SMK. Prakerin ini memberi bekal kepada siswa SMK
daripada sekedar menghafalkan fakta. Berpikir tingkat
tentang kerja nyata di industri. Kerja nyata ini sangat
tinggi secara singkat dapat dikatakan sebagai
erat dengan teknologi yang berkembang saat ini.
pencapaian berpikir terhadap pemikiran tingkat tinggi
Sehingga melalui prakerin ini siswa dapat segera
dari sekedar pengulangan fakta-fakta. Berpikir tingkat
mengetahui dan memiliki pengalaman tentang
tinggi mengharuskan melakukan sesuatu atas fakta-
perkembangan teknologi yang berkembang dewasa
fakta, dengan harus memahamnya, menghubungkan,
ini.
memanipulasi, menyandingkan, menggabungkan
dengan yang serupa untuk menjadikan sesuatu yang
2.4 Hasil Kajian Literatur dan Studi Banding di
baru dengan cara dan metode yang lain. dan
Jerman
menerapkannya dalam mencari terobosan baru
Model pembelajaran akan sangat menentukan
terhadap persoalan-persoalan yang perlu dicarikan
kompetensi yang dihasilkan, sehingga harus dirancang
jawaban.
sebaik-baiknya. Trailling dan Fadel memberikan
Berkaitan dengan model pembelajaran tingkat contoh bagaimana menggabung kan tiga ranah
tinggi di SMK kiranya perlu memperhatikan hal-hal kompetensi, kognitif, afektif dan psikomotor dalam
yang berkaiatan dengan apa yang berdapat dalam satu kesatuan utuh melalui Learning Bicycle model,
berpikir tingkat tinggi sebagaimana tertulis diatas. seperti Gambar 1. Model pembelajaran harus punya
keseimbangan antara guided instruction dengan
collaborative insruction. Guided instruction
2.3 Pembelajaran dalam Dunia Usaha dan Industri diperlukan pada tahap awal belajar untuk menghindari
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam Kurikulum kekeliruan kerja yang sangat mungkin berisiko.
2013 atau yang sering lebih dikenal sebagai Praktek Namun pola itu harus diakhiri, ketika siswa sudah
Kerja Industri (PRAKERIN) merupakan Program cukup terampil dan saatnya diberikan kesempatan
pembelajaran yang dilaksanakan secara khusus dengan belajar mandiri secara kelompok (collaborative
mengambil alokasi waktu tertentu dan melibatkan construction). Dan pada akhir tahapan, siswa perlu
pihak lain diluar sistem sekolah. Tempat pelaksanaan mendapatkan kesempatan memecahkan masalah
prakerin bisa jadi Dunia Industri atau Dunia Usaha. dengan mendapatkan trouble shooting lewat project
PKL pada kurikulum 2013 disusun bersama antara based learning (PjBL) atau paling tidak problem based
sekolah dan masyarakat (Institusi Pasangan/Industri) learning (PBL).
dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik,
sekaligus merupakan wahana berkontribusi bagi dunia
kerja (DU/DI) terhadap upaya pengembangan
pendidikan di SMK. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) antara lain sebagai berikut:
1. Memadukan secara sistematis dan sistemik
program pendidikan di sekolah (SMK) dan
program latihan penguasaan keahlian di dunia
kerja (DU/DI).
2. Membagi topik-topik pembelajaran dari
Kompetensi Dasar yang dapat dilaksanakan di

94
pendukung LA, misalnya Matematika, Fisika, Kimia
dan sebagainya dipelajari saat itu. Tahapan ini penting
agar siswa memahami kemengapaannya. Misalnya
Konsep siswa belajar LA tentang sistem roda, tentu
konsep Fisika mekanika, kinematika dan dinamika
terapan sederhana perlu dipelajari agar dapat mengerti
mengepa roba balans atau tidak, mengapa posisi roda
depan mobil distel seperti itu, mengapa ketika
mengganti ban mobil ban yang baru selalu dipasang di
roda depan dan sebagainya.
Konsep itu dipelajari secara terpadu dengan LA
sistem roda dan diajarkan oleh guru bidang TVET dan
bukan guru MIPA. Ternyata cara itu lebih efektif
karena antara LA dengan konsep mendukung menjadi
Gambar 1. 21st Century Project Learning Bicycle satu kesatuan, sehingga peserta langsung memahami.
Model Dari aspek waktu juga efisien, karena siswa hanya
(Sumber: Trilling & Fadel, 2009) memperlajari konsep pendukung yang benar-benar
diperlukan dalam bekerja. Namun guru harus memiliki
Menurut riset Trilling dan Fadel, model pembelajaran
bekal cukup tentang konsep pendukung agar mampu
harus memberikan tantangan agar merangsang
menjelaskan dengan baik.
munculnya keinginan siswa untuk mecapai itu. Namun
Ketika selama 6 minggu di DUDI, siswa langsung
tantangan itu tidak boleh terlalu tinggi, sehingga
belajar mempraktekkan apa yang sudah dipelajari di
membuat siswa takut mencobanya. Lingkungan
sekolah. Namun karena apa yang dipelajari di sekolah
sekolah termasuk guru harus memberikan keyakinan
dan dipelajari di DUDI sudah dirancang, maka
siswa mampu menguasai LA yang dipelajari, karena
perpindahan belajar dari sekolah ke DUDI tidak
dukungan seperti itu ibarat angin yang mendorong
menjadi masalah. Itulah salah satu kelebihan gual
siswa dari belakang.
system di Jerman.
Bagaimana lingkungan itu diciptakan? Gambar 2 Mengapa DUDI bersedia ketempatan belajar
menunjukkan bagaimana guru yang tidak mengajar, siswa TVET? Ternyata DUDI mendapat manfaat dari
tetapi siap untuk memberikan pencerahan, memandu keberadaan siswa yang sedang praktek karena
dan memotivasi siswa ketika memecahkan masalah. dianggap dan diperlakukan sebagai orang yang
Siswa bekerja secara kelompok dan guru siap di magang dengan tanpa membayar. Mengapa hal itu
sekitarnya tanpa memberitahu apa-apa, kecuali siswa dapat terjadi? Pengaturan jumlah siswa yang sesuai
yang meminta atau ada hal yang membayakan. Ketika dengan daya tampaung DUDI, pemberian bekal yang
siswa bertanya guru tidak memberikan jawaban baik sehingga siswa dapat langsung berkerja sebagai
langsung, tetapi justru memandu agar siswa orang magang, serta pengaturan jadwal belajar yang
menemukan sendiri jawabannya. Misalnya dengan baik yang menguntungkan DUDI.
mengajukan guided question atau probling question.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan
kompetensi lulusan Sekolah Menengah Bidang Sains
dan Teknologi di era digital, model pembelajaran yang
tepat untuk menghasilkan lulusan tersebut, kompetensi
guru yang mampu mengelola pembelajaran tersebut
dan model pendidikan guru yang mampu
menghasilkan guru itu. Penelitian menggunakan
metode kualitatif yang memiliki karakter eksploratori,
sehingga dapat mengungkap apa dibalik yang tampak
(Flick, 2009: 28). Eksplorasi informasi dilakukan
dengan sungguh-sungguh, dengan melacak ke
Gambar 2. Learning Enviroment to Support dokumen, observasi di Sekolah Menengah Bidang
Students’ Learning Sains dan Teknologi maupun lembaga pelatihan yang
(Sumber: Trilling & Fadel, 2009) setingkat dengan itu, wawancara dengan guru,
instruktur serta focus group discussion (FGD) dengan
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa setiap para guru, sehingga ditemukan rangkaian informasi
semester siswa TVET di Jerman mempelajari 2 LA. yang komprehensif.
Setiap LA dipelajari selama 3 minggu di sekolah dan Walaupun menggunakan metode penelitian
6 minggu (2x3 minggu) di DUDI. Pembelajaran di kualitatif bukan berarti tidak menggunakan data
sekolah difokuskan pemahaman konsep sampai kuantitatif. Data kuantitatif tetap diperlukan, misalnya
dengan logika teoritiknya. Untuk itulah konsep/teori mencari frekwensi mana kompetensi yang penting dan

95
yang kurang. Namun pemaknaannya tidak diarahkan
untuk generalisasi, melainkan mendeskkripkan suatu
fenomena secara kasuistik dan untuk itu selalu
dikonformasikan melalui wawancara mendalam.
3.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan: (1) studi
literatur dan dokumen, (2) observasi terhadap
fenomena yang relevan, (3) wawancara semi
terstruktur yang diikuti dengan wawancara mendalam
(indepth interview), dan (4) focus group discussion
(FGD) studi banding ke Jerman sebagai negara maju
dan memiliki tradisi pendidikan menengah bidang
sains dan teknologi sangat baik. Kelima metode
pengumpulan data diterapkan secara simultan dan
saling melengkapi.
Studi literantur dan dokumen difokuskan Gambar 3. Metode Stratejik Instruksional
untuk mendapatkan konsep dan teori serta kajian-
kajian masa depan, serta berbagai informasi di negara Pada tahun kedua, yaiu tahap pengembangan
maju. Artikel dalam jornal IJRVET (International model pendidikan guru Sekolah Menengah Bidang
Journal on Research for Vocational Education and Sains dan Teknologiakan digunakan metode
Research) dikaji secara mendalam, karena banyak systematic-aestetic dari Eisner. Metode ini dipilih
yang memuat inovasi pembelajaran yang relevan. karena sangat komprehensif dan tidak hanya melihat
Hasil riset Roland Burger Strategis Consutants (2011) kurikulum tetapi juga struktur lembaga
yang dimuat dalam Compadium 2013 dikaji sekolah/universitas. Yang dimaksud dengan struktur
mendalam, khususnya bagian T5 tentang dynamic sekolah tidak hanya struktur organisasi di dalam
technoogy and innovation yang memberi gambaran sekolah, tetapi juga hubungannya dengan lembaga lain
perkembangan inovasi teknologi yang akan masuk ke khususnya pihak pengguna lulusan.
bidang pendidikan. Hasil riset majalah The Econimist Pada gambar 4 tampak bahwa lima kom-
(2015) yang dimuat dalam Driving Skills Agenda: ponen model (konsep dasar kurikulum, pengendalian
Preparing Students for the Future juga dikaji secara mutu pembelajaran, model evaluasi hasil belajar,
mendalam karena memberi gambaran kompetensi evaluasi program sekolah secara komprehensif dan
yang sangat diperlukan di era digital. struktur kelembagaan) saling terhubung dengan anah
Observasi dilaksanakan secara cermat untuk panah restropektif, sehingga menunjukkan adanya
mengetahui pola pembelajaran yang saat ini terjadi, saling mempengaruhi. Dengan demikian penyelarasan
baik yang konvensional maupun yang inovatif, baik di harus dilakukan secara komprehensif untuk semua
Sekolah Menengah Bidang Sains, baik di ruang kelas komponen.
maupun workshop. Sesudah observasi disambung
dengan wawancara mendalam (indepth interview)
dengan guru untuk mengetahui mengapa pembelajaran
dilaksanakan seperti itu. Wawancara sekaligus untuk
mengetahui kompetensi guru, baik dalam isi materi
yang diajakarkan maupun pedagogik sebagai bekal
mengajar.
3.2 Pengembangan Model
Pengembangan model pembelajaran meng-
gunakan metode stratejik instruktional (instructional
strategies model) dari Taba (Luneburg, 2011:3-4)
yang merupakan model induktif. Model ini dipilih
karena bertumpu pada faktor eksternal, yaitu
perubahan teknologi yang sangat berpengaruh pada
program pendidikan. Di samping itu model ini Gambar 4. Model Systematic-Aestetic
mempunyai argumentasi teoritik yang sangat kokoh, Mengingat tujuan ini mengembangkan model
walapun relatif lebih kompleks, Model selengkapnya pendidikan guru Sekolah Menengah Bidang Sains dan
tampak pada Gambar 3. Teknologi di era digital yang sangat mungkin masih
asing bagi kalangan LPTK, maka perbandingan
dengan model pendidikan guru di negara maju akan
menjadi salah satu data penting. Berdasarkan data
tersebut akan dikembangkan draft model untuk
Indonesia dengan metode systematic-aestetic. Draft

96
tersebut selanjutnya akan divalidasi dengan expert Separuh dari hirarki Bloom ini adalah tingkat
review dan teknik Delphi. berpikir bawah yang terdiri atas: (1) pengetahuan
3.3 Analisis Data (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3)
Data dianalisis dengan analisis isi (content penerapan (application). Sedangkan separuh hirarki
analysis) karena dapat memaknai data-data naratif Bloom yang lain adalah tingkat berpikir atas yang
hasil wawancara, data deskriptif hasil observasi dan terdiri atas: (4) mengalisis (analysis); (5)
FGD maupun data dokumen dan literatur [13]. mensintesakan (synthesis); dan (6) menilai
Pemaknaan berbagai jenis data yang berbeda bentuk (evaluation). Untuk pengajaran di SMK perlu model
sangat penting agar dapat disambungkan untuk pengajaran yang menggunakan berpikir tingkat atas.
membangun sebuah proposisi. Salah satu tujuan prakerin adalah memadukan
Sebelum dilakukan analisis, validasi data secara sistematis dan sistemik program pendidikan di
dilakukan secara silang (cross validity) dan triangulasi, sekolah (SMK) dan program latihan penguasaan
sesuai dengan jenis datanya. Validasi silang diterapkan keahlian di dunia kerja (DU/DI). Hal ini dimaksudkan
untuk menguji validitas informasi yang data yang agar kemajuan-kemajuan yang ada di dunia industri
diperoleh dari sumbe yang berbeda, yaitu dokumen, dan dunia usaha dapat diserap oleh siswa SMK.
wawancara, FGD maupun studi literature[3]. Dengan adanya prakerin ini siswa SMK dapat
merasakan tentang iklim kerja di DU/DI, membentuk
4. PEMBAHASAN kedislipinan diri, melatih menjadi tim kerja yang solid.
Perkembangan teknologi dewasa ini demikian Hal penting dalam prakerin ini adalah memberi
cepat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), pengalaman kerja di DU/DI, yang pengalaman itu
khususnya Bidang Teknologi paling banyak terimbas tidak di dapat di Sekolah. Berkaitan dengan prakerin
perkembangan itu, karena lulusannya diharapkan ini siswa SMK harus dekat dan akrap dengan DU/DI
segera terjun bekerja di industri yang mengalami agar kekurangan-kekurangan siswa di SMK dapat
perubahan cepat. Oleh karena itu banyak riset untuk dilengkapi di DU/DI.
menemukan model Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan (PTK) yang di dalamnya tercakup SMK. Jika 5. SIMPULAN
model pembelajaran berubah karena dampak Model pembelajaran untuk SMK di era digital
teknologi, tentunya peran guru juga akan berubah dan dari jabaran diatas kiranya dapat disimpulkan
pada akhirnya kemampuan guru yang diperlukan juga sebagai berikut: Model pengajaran harus
akan berubah. Sampai saat ini pendidikan guru masih memperhatikan kompetensi yang perorientasi kepada
menggunakan model pendidikan untuk melayani industri, dan siswa SMK harus akrap dengan dunia
pembelajaran yang dirancang untuk era industri. industri dan dunia usaha.
Ketika pola pembelajaran berubah akibat era informasi Kompetensi harus merupakan integrasi antara
yang dipacu teknologi digital, tentu diperlukan kerampilan dalam bidang kerja yang dipelajari dengan
perubahan kompetensi gurunya dan perubahan kemampuan berpikir tinggi, kemampuan bekerjasama
pelayanan pembelajaran terhadap siswa. Pada hal saat dan kemauan berlajar tentang teknologi baru.
inipun dari sekolah bidang teknologi sudah sering Berpikir analisis yang diterapkan pada bidang
mengeluhkan pendidikan calon guru yang dianggap keahlian menjadi kompetensi sangat penting, karena
kurang dapat mengikuti perkembangan. Apa yang sebagian besar peralatan kerja menggunakan micro
dipelajari di sekolah tertinggal dengan perkembangan computer based.
teknologi di industri, sehingga ketika mengajar, apa Kompetensi komunikasi dan kerjasama sangat
yang dijelaskan sudah tertinggal dengan penting, karena sebagai pekerjaan dikerjakan dalam
perkembangan teknologi di industri. Hal ini juga team work.
membawa dapak model pembelajaran yang diberikan Work based learning tidak dapat digantikan
kepada siswa. dengan belajar di sekolah, karena di lingkungan kerja
Fenomena pergeseran kemampuan atau siswa tidak hanya belajar keterampilan tetapi juga
kompetensi yang diperlukan untuk bekerja di masa sikap dan budaya kerja. Oleh karena itu dual system
depan yang ternyata berbeda dengan masa lalu. sangat ideal.
Wagner (2008) menyebutnya dengan the survival Dalam setiap komptensi model pembelajaran
skills, yaitu: 1) critical thinking and problem solving, guided instruction sampai collaborative project based
2) collaboration across network and leading by learning harus diterapkan. Guided instructi-on
infulence, 3) agility and adaptibility, 4) initiative and diterapkan di awal ketika siswa berlatih keterampial
entrepreneurialism, 5) effective oral dan written dan menghindari kecelakaan kerja, collaborative
communication, 6) accesing and analyzing project based diterapkan ketika siswa belajar trouble
information, dan 7) curiosity and imagination. shooting.
Fenomena ini tentu akan mengubah model pengajaran
guru dan model pengajaran di SMK. Fenomena ini 6. SARAN
juga disebabkan oleh perkembangan industri yang
Perlu segera dilakukan job apa yang disasar
demikian pesat di segala sector.
untuk ditempati oleh lulusan SM Bidang Sains dan
Teknologi. Berdasarkan job tersebut dilakukan

97
identifikasi apa saja yang menjadi tugas dan tanggung Indigenization. Paper presented at Biennial
jawabnya (job analysis). Conference - St Augustine Campus: April 23 –
Untuk setiap tugas dianalisis kompetensi apa saja 25, 2013
yang diperlukan untuk melaksanakan-nya. Rangkaian
[12]. Mourshed, M., Chijioke, C., & Barber, M.
kompetensi inilah yang menjadi inti kurikulum SM
(2010). How the world's most improved school
Bidang Sains dan Teknologi.
systems keep getting better. New York, NY:
Agar dual system dalam berjalan baik, setiap McKinsey & Company.
sekolah sebaiknya memiliki partner dudi yang jelas.
Kompetensi apa yang dipelajari di sekolah dan di dudi [13]. Neuendorf, Kimberly A., (2002). The Content
disepakati bersama. Analysis Guidbook. London: Sage Publication
Dudi ikut bertanggung jawab terhadap Inc.
kompetensi yang dicapai siswa, sehingga proses [14]. Pirto, Jane, (2011). Creativity for 21st Century
belajar di dudi berjalan efektif. Skills: How to Embed Creativity into the
Curriculum. Boston: Sense Publishers.
7. DAFTAR PUSTAKA
[1]. ALPTKI, (2009). Rancangan Revitalisasi LPTK
dalam Penyelenggaraan Pendidikan Profesi
Pendidik. Bandung: ALPTKI.
[2]. Arends, Richard I., (1997). Classroom
Instrucation and Management. New York: Mc
Graw Hill Humanities/SocialSciences.
[3]. Cohen, Louis; Lawrence Manion & Keith
Morrison. (2011). Research Methods in
Education. 7th Edition. London: Routledge.
[4]. Dit. Belmawa. (2013). Panduan Pengembangan
Kurikulum LPTK (Program Akademik dan
Program Profesi Guru). Jakarta: Dit Belmawa
Ditjen Dikti.
[5]. Friedman, Thomas L., (2006). The World is Flat:
The Globalized World in the Twenty-First
Century. London: Penguin Group.
[6]. Friedman, Thomas L., (2013). “The Shanghasi
Secret” dimuat di The New York Times. Edisi 22
Oktober 2013.
[7]. Goldin, Claudia and Lawrence F. Katz., (2009).
The Race between Education and Technology.
Boston: Harvard University Press.
[8]. Handy, Charles, (1997). The Sense in
Uncertainty di dalam Rowan Gibson (ed).
Rethinking the Future: Business, Principles,
Competation, Control Leadership, Market and
the World. London: Nicholas Brealey Publishing.
[9]. Kurnia, Dadang, (2013). Post-Study Pre-Service
Practical Training Programme for TVET
Teacher Students. Shanghai: Regional
Cooperation Platform for Vocational Teacher
Education in Asia (RCP)
[10]. Loose, Gert& Georg Spöttl, (2015). Securing
quality in TVET - A compendium of “best
practices”: fourteen main principles for the
improvement of Technical and Vocational
Education and Training” (www.tvet-online.asia.
Diunduh tanggal 4 Februari 2015 pukul 06:25).
[11]. Morris, Halden A. 2013. Advancing Education
through a Culture of Inquiry, Innovation and

98
Pengembangan Model Pembelajaran Seni Budaya Berbasis Kurikulum
2013 untuk Membantu Mengatasi Kesulitan
Guru-Guru SMP di Surabaya
Muhajir1*), Nunuk Giari2, Marsudi3
1.
Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Unesa, Surabaya. Email: muhajir_fbs@yahoo.co.id
2.
Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Unesa, Surabaya. Email: nunuk.giari@unesa.ac.id
3.
Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Unesa, Surabaya. Email: marsudi@unesa.ac.id
*)Alamat korespondensi: Email: muhajir_fbs@yahoo.co.id

ABSTRACT
This paper is based on research carried out in two years with the aim of (1) Generate a learning model Arts
and Culture-Based Curriculum 2013 for SMP consisting of RPP, Media, and instructional videos (2) Describe
the learning model development Arts and Culture began the initial stage until Dissemination to targets teachers,
subject teachers ie SMP Cultural Art in the city of Surabaya. RPP, Media, and instructional videos are developed
based on three basic competence (KD) that is KD: Drawing the composition of flora and fauna as well as the
geometric into decorative (Class VII), Drawing Illustration with manual techniques and Digital (class VIII),
Designing and Conducting exhibit (class IX). Video learning model that was developed just choosing one that is
considered the most complex KD Designing and Organizing the exhibition (class IX). The first year produces
RPP and instructional media of the three KD above, from product design to validation expert and revision. In the
second year is focused on the production of video learning model, validation, and testing by a group of teachers
to all the products produced, namely lesson plans, instructional media, and video learning model, which ended
with Dissemination results to teachers of Art and Culture in the city of Surabaya ,
Keywords: model of learning, art and culture, curriculum 2013

ABSTRAK
Tulisan ini didasarkan pada penelitian yang dilaksanakan dalam dua tahun dengan tujuan (1) Menghasilkan
model pembelajaran Seni Budaya Berbasis Kurikulum 2013 untuk SMP yang terdiri atas RPP, Media, dan video
pembelajaran (2) Mendeskripsikan pengembangan model pembelajaran Seni Budaya mulai tahap awal hingga
deseminasi kepada para guru sasaran, yakni guru mata pelajaran Seni Budaya SMP di wilayah kota Surabaya.
RPP, Media, dan video pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada tiga kompetensi dasar (KD) yakni KD:
Menggambar gubahan flora dan fauna serta geometrik menjadi ragam hias (Kelas VII), Menggambar Ilustrasi
dengan teknik manual dan Digital (kelas VIII), Merancang dan Menyelenggarakan pameran (kelas IX). Video
model pembelajaran yang dikembangkan hanya memilih satu KD yang dinilai paling kompleks yakni Merancang
dan Menyelenggarakan pameran (kelas IX). Penelitian tahun pertama menghasilkan RPP dan media
pembelajaran dari tiga KD di atas, dari tahap perancangan produk hingga validasi ahli dan revisi. Pada tahun
kedua difokuskan pada produksi video model pembelajaran, validasi, dan uji coba oleh kelompok guru terhadap
semua produk yang dihasilkan, yaitu RPP, Media pembelajaran, dan video model pembelajaran, yang diakhiri
dengan deseminasi hasil kepada guru-guru Seni Budaya di wilayah kota Surabaya.
Kata kunci: model pembelajaran, seni budaya, kurikulum 2013

1. PENDAHULUAN SMP di wilayah kota Surabaya.


Makalah ini disarikan dari hasil penelitian Secara konkret model pembelajaran ini terkemas
yang dilaksanakan dalam dua tahun dengan judul dalam video model pembelajaran yang
“Pengembangan Model Pembelajaran Seni Budaya menggambarkan sosok utuh pembelajaran yang di
Berbasis Kurikulum 2013 Untuk Membantu dalamnya terjadi interaksi antara guru, siswa dan
Mengatasi Kesulitan Guru-guru SMP di Surabaya.” materi pembelajaran yang mencakup pula pendekatan,
Tujuan penelitian dimaksud ialah (1) Menghasilkan dan metode pembelajaran. Model pembelajaran ini
model pembelajaran Seni Budaya Berbasis juga disertai dengan RPP dan Media pembelajaran
Kurikulum 2013 untuk SMP (dengan produk berupa yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para guru
RPP, Media pembelajaran, dan video model Seni Budaya di wilayah kota Surabaya.
pembelajaran) yang dicapai melalui tahap Dengan alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan
penyusunan desain, validasi pakar dan uji coba oleh biaya, pengembangan model pembelajaran difokuskan
sekelompok guru (2) Mendeskripsikan proses pada bidang seni rupa, tidak mencakup bidang seni
pengembangan model pembelajaran Seni Budaya yang lain yakni seni musik, seni tari, dan seni teater.
mulai tahap awal hingga deseminasi kepada para Selanjutnya untuk tiap-tiap kelas dipilih satu butir
guru sasaran, yakni guru mata pelajaran Seni Budaya Kompetensi Dasar (KD). Untuk tiap-tiap KD

99
dikembangkan perangkat pembelajaran yang terdiri diharapkan mampu mengembangkan kompetensi
atas RPP dan Media Pembelajaran. Sementara untuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal
rekaman video model pembelajaran tidak dibuat melalui tiap-tiap mata pelajaran, termasuk mata
seluruhnya (tiga KD/tiga pembelajaran) akan tetapi pelajaran Seni Budaya. Sementara itu untuk mengukur
dipilih salah satu KD yang dipandang paling penting kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui
berdasarkan harapan guru sasaran, yakni KD: pembelajaran dengan pendekatan scientific tersebut,
Merancang dan menyelenggarakan pameran. Para menggunakan penilaian autentik, yakni penilaian yang
guru merasa perlu mendapatkan gambaran tentang diyakini dapat mengukur/menggambarkan kompetensi
pelaksanaan pembelajaran Merancang dan peserta didik yang sebenarnya, yang tidak semu.
menyelenggarakan pameran, karena kegiatan ini Beberapa jenis penilaian autentik yang dianjurkan
sangat kompleks, tidak sederhana seperti materi ialah penilaian sikap, penilaian kinerja, penilaian
pelajaran yang lain semisal Menggambar flora fauna tertulis, penilaian projek, dan penilaian portofolio.
dan benda alam, Menggambar Model, Menggambar Dalam struktur kurikulum 2013 SMP, tercantum
Ilustrasi dan semisalnya. 10 mata pelajaran, di mana mata pelajaran Seni
Sasaran pengguna model pembelajaran Seni Budaya tertera pada urutan ke delapan, dengan alokasi
Budaya ini adalah para guru SMP di wilayah kota waktu tiga jam pelajaran perminggu selama 40 menit
Surabaya. Namun dalam penelitian ini, dengan setiap satu jam pelajaran. Berbeda dengan kurikulum
berbagai pertimbangan, khususnya aspek biaya, 2006 (KTSP) yang standar kompetensinya terpetakan
deseminasi di lakukan terhadap 40 guru Seni Budaya menjadi dua, yakni apresiasi dan ekspresi, kompetensi
(30% jumlah SMP di Surabaya), dengan cara inti (KI) kurikulum 2013 tidak mengenal pemetaan
membagikan/mengirimkan CD berisi Rekaman Video seperti itu, tetapi kompetensi intinya terpetakan
Model Pembelajaran, disertai soft file RPP dan Media menjadi kompetensi sikap spiritual, sikap sosial,
Pembelajaran. pengetahuan, dan keterampilan yang berlaku untuk
semua mata pelajaran. Sebagai konsekuensi dari
2. KAJIAN TEORI pemetaan “apresiasi dan ekspresi” versi kurikulum
Implementasi kurikulum 2013 dimaksudkan untuk 2006, maka dalam praktik pembelajaran Seni Budaya,
menyempurnakan kurikulum tahun 2006 yang dikenal kompetensi apresiasi (yang berkonotasi teori)
dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilaksanakan secara terpisah dengan kompetensi
(KTSP). Penyempurnaan tersebut dilakukan sebagai ekspresi (yang berkonotasi praktik berkesenian).
upaya menyesuaikan perkembangan dan tuntutan Pembelajaran yang terkotak-kotak, yakni apresiasi dan
jaman serta kebutuhan masyarakat yang senantiasa ekspresi seperti ini tidak terjadi dalam kurikulum
berubah dan berkembang. Berkenaan dengan 2013. Dengan kata lain dalam kurikulum 2013
kurikulum setidaknya terdapat tiga perspektif, yakni kompetensi teori (apresiasi) dan kompetensi praktik
kurikulumipandang dari segi konseptual, kurikulum berkesenian (ekspresi) lebur menjadi satu dalam
dilihat dari segi pedagogis, dan kurikulum ditinjau dari sebuah pembelajaran.
segi yuridis. Pelatihan Penerapan Kurikulum 2013 di wilayah
Tiga aspek penting pembaharuan yang ditemukan provinsi Jawa Timur sudah mulai dilaksanakan
dalam kurikulum 2013 ialah (1) pemetaan (penetapan) menjelang tahun ajaran baru 2013/2014. Harapannya
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar/KI-KD (2) pada tahun ajaran baru 2013/2014 hasil pelatihan
pendekatan pembelajaran (3) penilaian. Terdapat tersebut sudah dapat diterapkan dalam pembelajaran di
empat Kompetensi Inti dalam setiap mata pelajaran, sekolah. Pemerintah Provinsi Jawa Timur merespon
yakni Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap kebijakan pemerintah pusat ini dengan penuh antusias,
Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi meskipun kritikan banyak bermunculan. Sampai
Keterampilan. Kompetensi sikap spiritual dengan Desember 2013 Dinas Pendidikan Provinsi
menggambarkan tentang hubungan (vertical) peserta Jawa Timur telah melatih 5.600 guru, meliputi guru
didik dengan Tuhan, kompetensi sikap sosial tentang SD, SMP, dan SMK. Pada tahun 2014 lagi-lagi Dinas
hubungan (horizontal) dengan Pendidikan Provinsi Jawa Timur menggelar pelatihan
masyarakat/lingkungan, kompetensi pengetahuan implementasi kurikulum 2013 kepada 6.200. Selain
menggambarkan aspek kognitif dengan berbagai itu, Kantor Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur
tingkatannya, kompetensi keterampilan juga sudah melatih 1500 guru madrasah, khususnya di
menggambarkan tentang keterampilan penerapan para Surabaya. Di sisi lain Lembaga Penjaminan Mutu
pesereta didik baik penerapan dalam aspek mental- Pendidikan (LPMP) Jawa Timur akan menangani
intelektual maupun dalam aspek kinestetik/psikomotor 66.600 guru di Jawa Timur.
(Lampiran Permendikbud No.68 tahun 2013 tentang Model pembelajaran adalah pola interaksi antara
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/M.Ts). mahasiswa, dosen, dan materi pembelajaran yang
Pendekatan pembelajaran yang sangat dianjurkan mencakup strategi, pendekatan, metode, dan teknik
dalam kurikulum 2013 ialah pendekatan pembelajaran pembelajaran [1]. Dengan demikian model
scientific, yakni mengamati, menanya, mengasosiasi, pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
mengeksplorasi, dan mengkomunikasikan. Dengan daripada suatu strategi, pendekatan, metode, atau
pendekatan “lima me” tersebut peserta didik prosedur. Lebih rinci Komara dalam endang komara’s

100
blog, 24 Oktober 2013 menyatakan bahwa model
pembelajaran merupakan contoh pola atau struktur
pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan, dan
dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan. Suatu contoh bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas. Dalam model
pembelajaran terdapat sintaks, strategi pencapaian
kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, &
teknik pembelajaran.
Model Pembelajaran Seni Budaya Berbasis
Kurikulum 2013 untuk SMP yang dikembangkan ini
dimaksudkan sebagai suatu contoh bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir,
disajikan oleh guru di kelas, yang didalamnya
mencakup strategi pencapaian kompetensi siswa
dengan pendekatan, metode, & teknik pembelajaran
yang sesuai. Model pembelajaran ini diharapkan dapat
membantu mengatasi kesulitan guru-guru SMP di
Surabaya dalam menerapkan pembelajaran
berdasarkan kurikulum “baru” 2013. Sebagai contoh
yang utuh model pembelajaran ini selain tergambar
dalam rekaman video pembelajaran juga dilengkapi Gambar 1 Kerangka Berpikir
dengan perangkat pembelajaran yakni RPP dan media Pada tahun I telah dilakukan penelitian yang
pembelajaran. difokuskan pada: (1) pengkajian tentang kesulitan guru
dalam mengimplementasikan pembelajaran
Kerangka Berpikir berdasarkan K-13, (2) menyusun draft model RPP dan
Dasar pemikiran dan analzisis permasalahan Media Pembelajaran, (3) validasi draft model RPP dan
penelitian ini adalah pengkajian terhadap kebijakan Media Pembelajaran. Sedangkan luaran yang telah
kurikulum 2013 dan implementasinya pada mata dihasilkan oleh penelitian tahun I adalah; (1) laporan
pelajaran Seni Budaya di SMP. Pengkajian tersebut penelitian, (2) artikel ilmiah, (3) draft model RPP dan
meliputi 1) pengkajian Permendikbud No.68 Tahun Media Pembelajaran. Kegiatan penelitian pada tahun I
2013 tentang Kerangka Dasar & Struktur Kurikulum diakhiri dengan seminar, revisi Laporan Penelitian,
SMP/MTs; 2) Peraturan Menteri Pendidikan dan dan pemuatan artikel pada prosiding dalam Seminar
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun Nasional Hasil Peneltian dan Pengabdian kepada
2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Masyarakat Universitas Negeri Surabaya pada tanggal
Pendidikan Menengah; 3) pengkajian mata pelajaran 31 Oktober 2015.
Seni Budaya Berdasar Kurikulum 2013; 4) pengkajian Pada tahun II, penelitian difokuskan untuk
tentang pelaksanaan Pelatihan Implementasi pembuatan video model pembelajaran yang
Kurikulum 2013 di Jawa Timur; 5) pengkajian tentang dikembangkan dari salah satu RPP produk tahun I
Model-model Pembelajaran; 6) pengkajian penelitian- yakni “Merancang dan Menyelenggarakan Pameran.”
penelitian terdahulu yang relevan. Pengembangan video model pembelajaran meliputi (1)
Berdasarkan kajian aspek-aspek di atas dapat tahap pembuatan skenario rekaman video model
diuraikan beberapa permasalahan, antara lain; (1) pembelajaran, (2) rekaman/produksi video, (3) editing,
Kebijakan pemerintah menerapkan kurikulum 2013 (4) validasi video model pembelajaran oleh pakar (5)
menghadapi berbagai kendala, termasuk pelaksanaan revisi, (6) uji coba oleh sekelompok guru calon
pelatihan bagi para guru, (2) Kuantitas peserta pengguna. Pada tahap uji coba ini juga mencakup RPP
pelatihan implementasi kurikulum 2013 belum diiringi dan media pembelajaran yang telah dihasilkan pada
oleh kualitas proses dan hasil, yang ditandai oleh tahun I. Uji coba oleh sekelompok guru calon
kebingungan sejumlah guru peserta pelatihan, (3) pengguna dipandang perlu, karena dapat memberikan
Belum seluruh guru mata pelajaran seni budaya masukan atau koreksi berdasarkan keterlaksanaannya
mendapatkan pelatihan penerapan kurikulum 2013, (4) di lapangan, (7) revisi (8) deseminasi model
Guru-guru yang pernah mengikuti pelatihan penerapan pembelajaran. Dengan demikian luaran atau output
kurikulum 2013 belum memperoleh gambaran yang penelitian pada tahun II adalah;(1) Laporan hasil
lengkap, karena pelatihan terbatas pada penyusunan penelitian, (2) artikel, (3) Model Pembelajaran Seni
RPP, (5) Belum tersedia model pembelajaran yang Budaya SMP yang terkemas dalam video model
utuh terkemas dalam video yang dapat memberikan pembelajaran dengan dilengkapi RPP dan Media
gambaran praktis tentang pembelajaran seni budaya pembelajaran.
(Seni Rupa) di jenjang pendidikan SMP.
3. METODE PENELITIAN

101
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian 1. Membuat draft/desain RPP yang dikembangkan
pengembangan. Yakni pengembangan model dari tiga KD, yakni KD 4.2 kelas VII, KD 4.2
pembelajaran seni budaya (bidang seni rupa) kelas VIII dan KD 4.4 kelas IX.
berdasarkan kurikulum 2013. Prosedur penelitian dan 2. Membuat draft/desain Media Pembelajaran
pengembangan ini mengacu Borg & Gall, yang powerpoint dengan mengacu pada RPP yang
tergambar pada skema di bawah, namun kemudian telah dibuat, dengan demikian menghasilkan
diadaptasi sebagaimana penjelasan berikutnya. tiga media pembelajaran masing-masing untuk
kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX.
3. Validasi Desain RPP dan Media Pembelajaran
mencakup aspek konten dan aspek desain.
Validasi dilakukan oleh empat orang ahli,
masing-masing dua orang validator RPP dan dua
orang sebagai validator media pembelajaran.
4. Revisi desain RPP dan Media Pembelajaran yang
dilakukan berdasarkan koreksi para validator
baik dari sisi format, konten, maupun
keterbacaan.

Tahun II
1. Pembuatan desain dan produksi video model
pembelajaran yang dipilih dari salah satu RPP
Gambar 2. Penelitian dan Pengembangan produk tahun I, ialah KD 4.4 Kelas IX:
Merancang dan Menyelenggarakan Pameran.
Tahap I: Studi Pendahuluan Pertimbangan yang diberikan ialah karena materi
Penelitian dan pengumpulan informasi awal pembelajaran dalam KD tersebut cukup
dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif kompleks, tidak se-sederhana seperti KD
yang diawali mengkaji literatur yang relevan, yakni Menggambar Gubahan flora, Fauna dan benda
kurikulum dan pembelajaran (khususnya kurikulum alam atau pun KD Menggambar Ilustrasi. Untuk
2013 dan pembelajaran seni budaya), respon melaksanakan pembelajaran dengan materi
pemerintah daerah Jawa Timur terhadap penerapan Menggambar Gubahan flora, Fauna dan benda
kurikulum 2013 dalam bentuk penyelenggaraan alam atau pun Menggambar Ilustrasi para guru
pelatihan bagi para guru, efektivitas pelatihan relative tidak mengalami kesulitan. Di samping
kurikulum 2013 khusunya bagi guru seni budaya SMP itu untuk memperoleh video model pembelajaran
di Surabaya. praktik “Menggambar” juga relative mudah,
sementara tidak gampang mendapatkan video
Tahap II: Pengembangan Model model pembelajaran Merancang dan
Pengembangan model pembelajaran Seni Budaya Menyelenggarakan Pameran.
ini mempertimbangkan berbagai ketentuan dan aspek 2. Validasi video model pembelajaran oleh dua
yang tercantum dalam kurikulum 2013, sebagai orang validator, masing-masing seorang pakar
berikut. pembelajaran yang memfokuskan diri pada aspek
materi dan metode pembelajaran, serta seorang
Tahun 1 pakar yang menekankan pada aspek skenario dan
Menyusun draft/desain RPP yang dikembangkan audiovisual.
dari Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan 3. Revisi video model pembelajaran yang dilakukan
Kebudayaan Nomor 68 tahun 2013 tentang Kerangka berdasarkan koreksi/masukan validator.
Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs, terutama 4. Uji coba video model pembelajaran oleh
pada bagian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi sekelompok guru calon pengguna, untuk
Dasar (KD) mata pelajaran Seni Budaya (Bidang Seni memberikan penilaian atas kelayakan
Rupa). Disamping itu juga memperhatikan Peraturan penggunaannya di lapangan. Dalam uji coba ini
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik sekaligus di lakukan terhadap RPP dan media
Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran yang telah dihasilkan sebelumnya.
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan 5. Revisi produk dilakukan berdasarkan koreksi
Menengah. RPP dipilih dari salah satu kompetensi atau masukan sekelompok guru untuk
dasar (KD) Kelas VII, kelas VIII, kelas IX. KD terpilih meningkatkan kualitas produk sesuai tujuan.
yang dimaksud ialah Kelas VII KD 4.2: Menggambar
Gubahan flora, Fauna dan benda alam; kelas VIII-KD
4.2: Menggambar Ilustrasi dengan teknik manual dan
digital; kelas IX-KD 4.4: Merancang dan
Menyelenggarakan pameran Seni Rupa. Secara
konkret langkah-langkah yang dilakukan ialah sebagai
berikut.

102
Tahap III: Desiminasi wawancara dengan seniman, yang satunya tugas
Deseminasi ialah tahap menyebarluaskan atau melihat pameran, atau wawancara dengan panitia
menyampaikan hasil pengembangan (model final) pameran.
kepada para pengguna, yakni para guru mata pelajaran  Untuk kepentingan efisiensi waktu, pertemuan
Seni Budaya SMP di wilayah kota Surabaya. kedua sebaiknya tidak perlu adegan do’a dan
Desiminasi ditempuh dengan cara menyebarluaskan mengabsen siswa, tetapi langsung ke
hasil, yakni mengirimkan produk Video model pembelajaran
pembelajaran yang dilengkapi dengan RPP dan media  Pertanyaan yang disampaikan oleh siswa, dan
pembelajaran dalam bentuk CD kepada 40 guru seni juga jawaban yang diberikan siswa tampak ragu-
budaya di wilayah kota Surabaya. ragu, kurang jelas dan kurang tegas
 Saat rekaman/shooting nanti siswa dianjurkan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN membawa alat tulis dan buku pelajaran yang
Hasil dan pembahasan difokuskan pada aktivitas sesuai.
tahun II yakni (1) pengembangan video model  Guru sebaiknya menggantikan kata “jobdisk”
pembelajaran berdasar pada salah satu RPP yang telah dengan kata “uraian tugas”
dibuat pada tahun pertama, (2) validasi video model  Perlu dibuatkan nama-nama anggota kelompok,
pembelajaran, (3) revisi, (4) uji coba, (5) revisi, (6) untuk memudahkan guru menghafal.
deseminasi hasil. Tahap 4, 5, dan 6 mencakup pula
produk yang dihasilkan pada tahun pertama, yakni Rekaman Video Model Pembelajaran
RPP dan media pembelajaran. Rekaman video model pembelajaran yang
menggunakan format AVI dengan durasi 30 menit ini
4.1 Pembuatan Video Model Pembelajaran terdiri atas 20 adegan sesuai scenario. Aktivitas
Pembuatan video model pembelajaran Pameran rekaman dilaksanakan dalam dua hari, yakni tanggal
Karya Seni Rupa siswa SMP dilakukan melalui 24 dan 25 Agustus 2016. Rekaman pada hari pertama
beberapa tahapan sebagai berikut (1) Pembuatan menampilkan pembelajaran pertemuan 1 dan 2, sedang
skenario (2) Simulasi pembelajaran (3) rekaman (4) rekaman pada hari ke dua mengkover adegan-adegan
editing. pertemuan ke 3.
Pembuatan Skenario Rekaman Model Pembelajaran
Secara garis besar scenario rekaman model Hari pertama
pembelajaran Pameran Karya Seni Rupa siswa SMP Pertemuan ke 1:
berisi sejumlah adegan dalam beberapa setting suasana Menampilkan pembelajaran di dalam ruang kelas
sebagai berikut (1) Suasana pembelajaran di dalam yang diawali dengan apersepsi dan penyampaian
kelas (2) Diskusi perencanaan pameran (3) Persiapan tujuan pembelajaran oleh guru. Materi pelajaran
Pameran (4) Pelaksanaan Pameran (4) berkisar pada pengertian pameran, tujuan dan manfaat
Refleksi/Evaluasi. pameran, jenis pameran, prosedur pelaksanaan
Simulasi Rekaman Model Pembelajaran pameran. Aktivitas siswa yang menonjol pada tahap
Simulasi pembelajaran dengan topik ini adalah mengamati dan menanya.
Penyelenggaraan Pameran Seni Rupa dilakukan Siswa dibagi menjadi lima kelompok, tiap-tiap
dengan maksud mengkondisikan agar saat rekaman kelompok diberi tugas untuk mengumpulkan
video pembelajaran berjalan lancar. Simulasi informasi terkait pameran, dengan sumber informasi
dilakukan tiga kali. Pertama dilakukan di kampus, yang berbeda-beda. Satu kelompok mencari informasi
dalam hal ini di jurusan seni rupa, Fakultas bahasa dan lewat katalog, kelompok yang lain masing-masing ke
seni Universitas Negeri Surabaya, di mana tim peneliti perpustakaan, ke tempat pameran, ke seniman, dan
berasal. Adapun yang berperan sebagai guru adalah Bu melalui internet.
Anggun, guru muda alumni program studi S-1
Pendidikan Seni Rupa dan S-2 Pendidikan Seni Pertemuan ke 2
Budaya, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Siswa tiap-tiap kelompok diberi kesempatan untuk
Surabaya. Kedua, dilakukan di SMPN 19 Surabaya, mempresentasikan (tahap mengkomunikasikan)
dengan menggunakan siswa yang sebenarnya hasil kerja kelompoknya masing-masing, yakni
sebanyak 25 siswa. Demikian pula simulasi ketiga penggalian informasi terkait pameran seni rupa sesuai
juga dilakukan di SMPN 19 Surabaya, sesaat sebelum dengan tugas masing-masing.
rekaman/shooting video dilaksanakan. Beberapa Guru memimpin diskusi siswa dalam pembentukan
catatan penting terkait simulasi pembelajaran ialah panitia pameran, yang ditindaklanjuti dengan
sebagai berikut. penentuan tema pameran, membuat proposal pameran
 Setting tempat duduk siswa diubah secara sekolah, membuat katalog, membuat media publikasi,
berkelompok, ada lima kelompok, masing- menyiapkan karya untuk dipilih/diseleksi, dan
masing lima siswa mendisplay (memajang) karya.
 Lima jenis tugas siswa untuk mencari informasi
kepada nara sumber yang dua tugas sama. Agar
tidak sama, sebaiknya yang satu tugas

103
Hari kedua 2. Proses belajar mengajar tidak perlu ditampilkan
Pertemuan ke 3 menyeluruh, munculkan saja peradegan yang
Panitia pameran dengan dibimbing oleh guru Seni penting.
Budaya mempersiapkan acara pembukaan/peresmian 3. Lokasi setting masih noise, perlu dihilangkan
pameran. Salah seorang siswa putri berperan sebagai 4. Perlu ditambahkan teks tahap-tahap
MC membuka acara. Salah seorang siswa yang pembelajaran
berperan sebagai ketua panitia menyampaikan laporan, 5. Masih ada beberapa gambar tayangan yang tidak
lalu ditindaklanjuti dengan sambutan kepala sekolah sesuai dengan suara guru.
sekaligus membuka/meresmikan pameran. 6. Beberapa slide perlu dihilangkan karena
Guru bersama siswa merefleksi dan mengevaluasi ditayangkan secara berulang-ulang.
seluruh kegiatan pembelajaran tentang 7. Pada time note 02:42 muncul suara sutradara :
penyelenggaraan pameran seni rupa, mulai tahap “Action,” yang sangat mengganggu
perencanaan hingga tahap pelaksanaan. Guru juga dan harus dihilangkan.
mengkaitkan manfaat yang dapat dipetik oleh para 8. Pada time note 07:28 ada pandangan yang
siswa yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- mengganggu dan sebaiknya dihilangkan, yaitu di
hari. bagian belakang nampak juru kamera dan
seorang yang sedang duduk di kursi.
4.2 Validasi Video Model Pembelajaran 9. Pada time note 10:06 –10:44 muncul suara/vocal
Validasi video model pembelajaran dilakukan oleh guru yang tumpang tindih dan sangat
dua orang pakar, yakni Wayan Setiadarma, M.Pd mengganggu. Maka harus dijernihkan atau, kalau
(validator 1) seorang pakar media dan audiovisual dan sulit, lebih baik dihilangkan.
Dr. Trisakti, M.Si (validator 2 ), yang memiliki 10. Setelah NARASI 3 selesai dibacakan perlu
kepakaran dalam bidang pembelajaran Seni Budaya. diberikan musik pengisi suasana, agar tidak
Dengan demikian validator 1, menguasai aspek teknis terasa beku.
audiovisual, sedang validator 2 menguasai aspek 11. Adegan mengisi daftar hadir pada time note
materi dan strategi/pendekatan pembelajaran. 04:18 - 05:25 terlalu lama, terutama kepala
Validasi video model pembelajaran dilakukan sekolah dan Wakil Kepala sekolah. Sebaiknya
dengan mengacu instrument yang telah dipersiapkan dipersingkat.
tim peneliti. Secara garis besar Instrumen yang 12. Adegan Kepala Sekolah yang tengah berbisik-
dimaksud mencakup tiga komponen, yaitu (1) bisik dengan guru Seni Budaya pada time note
Petunjuk pengisian instrument, (2) aspek 04:54-05:08 , nampak kurang etis dan mubazir,
penilaian/aspek yang divalidasi, (3) komentar/saran karena itu perlu dihilangkan.
perbaikan. Sementara aspek penilaian meliputi aspek
format, aspek isi, dan aspek bahasa. Sebagaimana telah dipaparkan di depan, produksi
Aspek penilaian format meliputi (1) Kejelasan Video model pembelajaran hanya memilih satu KD,
petunjuk penggunaan, (2) Keserasian dan pemakaian yakni “Merancang dan Menyelenggarakan Pameran
warna secara umum dalam mendukung tampilan video, Seni Rupa.” Dengan menggunakan instrument yang
(3) Kesesuaian pemilihan huruf dan warna teks dengan telah dipersiapkan, kedua validator memberikan
topik materi, terbaca dan jelas, (4) Kesesuaian setting penilaian 85,93 dan 93,75 atau rata-rata 89,84. Dengan
gambar dan animasi pada tampilan video, (5) mengikuti kriteria penilaian yang ditetapkan, berarti
Kesesuaian musik pengiring dan narasi pada tampilan Video model pembelajaran tersebut sangat baik
video, (6) Kejelasan audio pada musik pengiring dan digunakan.
narator, (7) Kemudahan menggunakan video, (8)
Kesesuain durasi waktu, (9) Progam video dapat 4.3 Uji Coba Perangkat Pembelajaran
berfungsi dengan baik. Selanjutnya penilaian aspek isi Uji coba melibatkan 15 orang guru SMP di wilayah
terdiri (1) Kesesuaian urutan penyajian materi dengan kota Surabaya. Peserta uji coba dikelompokkan
vieo, sehingga mudah dipahami, (2) Kejelasan konsep menjadi tiga, yaitu kelompok uji coba RPP, kelompok
yang disampaikan melalui video sesuai topik materi, uji coba media pembelajaran dan kelompok uji coba
(3) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran. video model pembelajaran. Bentuk konkret dari uji
Sementara itu penilaian aspek bahasa meliputi (1) coba yang dimaksudkan di sini ialah kelompok uji
Kebakuan bahasa yang digunakan, (2) Keefektifan coba memberikan penilaian terhadap RPP, media
kalimat yang digunakan, (3) Kejelasan dan pembelajaran dan video model pembelajaran dengan
kelengkapan informasi dalam video yang disampaikan menggunakan instrument penilaian yang telah
dengan bahasa atau kalimat, (4) Kemudahan disiapkan yang dilengkapi dengan ruang
memahami bahasa yang digunakan. komentar/saran perbaikan. Selanjutnya peserta uji
Komentar, saran, dan koreksi perbaikan diberikan coba RPP dikelompokkan menjadi tiga kelompok
oleh validator sebagai berikut. masing-masing terdiri atas tiga orang yang menguji
1. Durasi terlalu panjang, akan membosankan. coba instrument kelas VII, VIII, dan IX, sedang
Perlu dikurangi dengan tidak menghilangkan kelompok uji coba media pembelajaran dan kelompok
bagian yang penting.

104
uji coba video model pembelajaran masing-masing  Proses saintifik boleh tidak dituliskan secara rinci
tiga orang. dan tidak harus runtut karena diharapkan sudah
otomatis melekat pada sintaks sesuai model
Hasil Uji Coba RPP pembelajaran yang dipilih.
Hasil uji coba terhadap tiga RPP memperoleh  Penulisan materi boleh tidak dicantumkan pada
angka penilaian sebagai berikut (1) RPP kelas VII: RPP, tetapi dibuat tersendiri pada lampiran,
87,50; 87,50; 87,50 (rata-rata 87,50); RPP kelas VIII: begitu juga penilaian.
92,50; 92,50; 92,50 (rata-rata 92,50); RPP kelas IX:
100; 87,50; 95 (rata-rata 94,0). Dengan mengikuti 4.5 Uji coba Media Pembelajaran
kriteria penilaian yang ditetapkan, maka RPP tersebut
tergolong sangat baik digunakan. Namun demikian, Uji coba media pembelajaran power point
secara kualitatif kelompok uji coba memberikan dilakukan oleh tiga orang guru, tiap-tiap guru menguji
komentar/saran perbaikan, sebagai berikut. coba tiga media powerpoint, yakni media kelas VII,
kelas VIII, dan kelas IX. Aspek yang dinilai
RPP kelas VII, KD: Menggambar gubahan flora Kesesuaian dengan Indikator Pencapaian Kompetensi,
dan fauna serta geometric menjadi ragam hias. Kesesuaian dengan Topik/Materi Pembelajaran,
 Seharusnya KI 1-4 ditulis pada kompetensi dasar Pemilihan font dan penataan, Gambar/ilustrasi,
dan indikator pencapaian kompetensi Keterbacaan. Hasil uji coba terhadap tiga Media
 Penulisan KD dan Indikator sebaiknya dibuat pembelajaran memperoleh angka penilaian sebagai
matrik agar mudah pembacaannya berikut (1) Media kelas VII: 82,22; 86,66; 88,88 (rata-
 Pada IPK 3.2.4; 3.2.5 dan 4.2.1; 4.2.2 terdapat rata 85,92); Media kelas VIII: 80; 82,22; 86,66 (rata-
kata “berbagai.” Kata berbagai tersebut bukan rata 82,96); Media kelas IX: 91,11; 84,44; 80 (rata-rata
merupakan kata operasional. 85,18). Dengan menggunakan kriteria penilaian yang
 Pada pembelajaran Remidial pokok bahasan (a) ditetapkan, maka Media pembelajaran tersebut
Review materi pembelajaran regular harus tertuju tergolong sangat baik digunakan.
pada kompetensi yang belum tercapai, sedangkan
pada kelompok (b) Tugas menggambar hanya 4.4 Uji coba Video Model Pembelajaran
diberikan pada satu materi saja.
Instrumen Uji coba Video model Pembelajaran
RPP kelas VIII, KD: Menggambar Ilustrasi dengan secara garis besar terdiri atas tiga bagian: (1) Petunjuk
teknik manual dan digital uji coba, (2) Aspek penilaian, (3) komentar dan saran
 Pada contoh gambar ilustrasi objek manusia untuk perbaikan. Hasil uji coba terhadap Video model
dibutuhkan perbandingan proporsi anggota pembelajaran oleh tiga orang guru mendapatkan angka
tubuh. Misalnya badan, kepala, kaki, dan penilaian 98; 96; 100, atau rata-rata 98. Dengan
sebagainya. menggunakan kriteria penilaian yang ditetapkan, maka
 Alokasi waktu pembelajaran tidak cukup kalau Video model pembelajaran tersebut tergolong sangat
hanya satu kali pertemuan, setidaknya tiga kali baik digunakan. Tetapi, meskipun hasil penilaian
pertemuan. “sangat baik,” mereka menuliskan saran untuk
 Untuk contoh gambar ilustrasi teknik digital perbaikan seperti yang diminta.
perlu dbuat lebih bervariasi.
 Sumber belajar sangat beragam, mulai buku teks, Komentar dan saran yang diberikan sebagai
literature di perpustakaan, hingga sumber berikut.
internet. Karena itu bisa mencari mana yang  Adegan siswa bersalaman dengan guru bagus
secara teknik paling mudah dipelajari siswa. dalam rangka membangun karakter siswa
 Indikator pengamatan pada instrumen penilaian  Intonasi guru dalam pembelajaran terlalu cepat,
sikap spiritual dan social terlalu banyak. Cukup sehingga agak menyulitkan pemahaman siswa.
dengan indicator no.1, 2 , 3, 4, 8, karena 5, 6, 7  Adegan menggali informasi melalui literature di
sudah tercakup di dalamnya. perpustakaan, internent dan wawancara kepada
nara sumber sangat menarik/bagus.
RPP kelas IX, KD: Merancang dan  Presentasi siswa sebaiknya diikuti dengan tanya
Menyelenggarakan Pameran jawab agar lebih menarik
 Perlu diberikan keterangan Materi Reguler,  Pelaksanaan pameran di sekolah tidak mudah
remedial, dan pengayaan dilakukan karena adanya berbagai kendala,
 Pembelajaran remedial dan pengayaan dapat terutama sarana ruang. Karena itu pameran di
dimasukkan dalam materi pembelajaraan dengan sekolah sebaiknya dilakukan sebagai pameran
urutan (1) materi regular, (2) materi remedial (3) sekolah bukan pameran kelas.
materi pengayaan, meskipun materi remedial dan  Durasi video pembelajaran terlalu panjang,
pengayaan baru akan diberikan setelah penilaian. sehingga bisa membuat orang merasa jenuh.
 Dalam penilaian aspek pengetahuan perlu  Untuk memudahkan pemahaman para pemirsa,
disertakan kisi-kisi soal dan kunci jawaban soal. sebaiknya perlu dituliskan dalam tagline :

105
“Pertemuan 1, Pertemuan 2, Pertemuan 3,” berbasis kurikulum 2013 ini berhasil. Keberhasilan
dan seterusnya. yang dimaksud mencakup dua hal. Pertama, prosedur
 Video ini sangat menarik dan bisa membantu pengembangan relative berjalan lancar, meskipun
guru seni budaya untuk mengembangkannya dengan jadwal yang agak mundur. Produk yang
sendiri sesuai dengan keadaan di sekolah masing- dihasilkan dinilai “sangat baik” oleh calon pengguna,
masing. yakni para guru Seni Budaya. Kedua, penelitian ini
mampu mencapai target luaran yakni (1) produk
4.6 Deseminasi pengembangan: RPP, Media, dan Video pembelajaran
Deseminasi, yaitu kegiatan penyebarluasan hasil (2) Laporan penelitian (3) Artikel ilmiah sesuai dengan
penelitian, yakni RPP, Media Pembelajaran, dan waktu yang disediakan.
Video Model Pembelajaran Seni Budaya/Seni Rupa
dalam bentuk CD dilakukan setelah produk final. 5.2 Saran
Penyebar luasan dilakukan dalam minggu pertama dan  Berdasarkan respon positif para guru terhadap
kedua bulan Oktober 2016, dengan menggunakan jasa produk pengembangan, terutama video model
kurir/pengiriman kepada 40 SMP di wilayah kota pembelajaran, maka kegiatan-kegiatan pelatihan
Surabaya, untuk para guru Seni Budaya. tentang pembelajaran hendaknya disertai video
model pembelajaran, agar peserta lebih mudah
5. SIMPULAN DAN SARAN menyerap, memahami dan mempraktikkan dalam
5.1 Simpulan pembelajaran di kelas.
Kegiatan pengembangan model pembelajaran  Lebih lanjut kegiatan serupa ini akan bermanfaat
Seni Budaya berjalan sesuai dengan rencana. membantu guru apabila produksi video model
Pertama, prosedur pengembangan diawali dengan pembelajaran juga dikembangkan untuk
merancang draft RPP dan media pembelajaran dengan kompetensi dasar (KD) yang lain dan juga mata
KD yang telah dipilih, yaitu KD 4.2: Menggambar pelajaran lain. Jika tidak memungkinkan untuk
Gubahan Flora dan fauna serta geometric menjadi seluruh KD, sekurang-kurangnya dapat diwakili
ragam hias, KD 4.2: Menggambar Ilustrasi dengan satu KD untuk setiap mata pelajaran dan tingkat
teknik manual dan digital, dan KD 4.4: Merancang dan kelas.
Menyelenggarakan pameran, masing-masing untuk
kelas VII, VIII, dan IX. Kedua, draft tersebut 6. DAFTARPUSTAKA
kemudian divalidasi oleh dua orang validator sebagai [1]. Arends, R.I., (2007). Learning to Teach. New York:
bahan perbaikan. Ketiga, memproduksi video model McGraw Hill Companies
pembelajaran dengan memilih salah satu RPP, yakni [2]. Hasyim, Budihardjo Achmadi, dkk., (2011).
Merancang dan Menyelenggarakan Pameran. Draft Pengembangan Model Pembelajaran Muatan
video model pembelajaran tersebut kemudian Lokal Sebagai Implementasi KTSP Pada Sekolah
divalidasi oleh dua pakar sebagaimana dilakukan pada Menengah Kejuruan (Laporan Penelitian).
RPP dan media pembelajaran pada tahap sebelumnya. [3]. Ratyaningrum, Fera, dkk., (2013). Pengembangan
Keempat, tiga macam produk tersebut, yaitu RPP, Model Perangkat Pembelajaran Kriya Tekstil
Tentang Motif Batik Jawa Timur dan Pewarnaan
media, dan video model pembelajaran diujicobakan
Alam Sebagai Upaya MeningkatkanKualitas
kepada sekelompok guru sebagai calon pengguna Pembelajaran Seni Budaya di Jawa Timur.
untuk bahan perbaikan. Keempat, diseminasi, yaitu (Laporan Penelitian).
penyebarluasan produk yang telah dikemas dalam [4]. Setyosari, Punaji, (2013). Metode Penelitian
Compac dish (CD) kepada 40 SMP di kota Surabaya. Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
Hambatan yang dialami oleh penelitian Prenada Media.
pengembangan model pembelajaran ini ialah ketidak [5]. Tim Peneliti Ekspresi Estetika, (2007).
sesuaian antara skedul yang telah dirancang dengan Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi
pelaksanaannya, terutama pada saat shooting video Estetika Inovatif Untuk Pendidikan
Dasar,.Departemen Pendidikan Nasional: Badan
model pembelajaran, yang melibatkan pihak sekolah. Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Laporan
Konkritnya, begitu dana penelitian cair tidak lama Penelitian).
kemudian memasuki bulan Ramadan, di mana sekolah [6]. Trisakti, dkk., (2009). Pengembangan model
“libur” selama sebulan. Dengan demikian jadwal Pembelajaran Berbasis Life Skill Untuk
shooting mengalami kemunduran hingga minggu MemperbaikiKualitas Pembelajaran Seni Budaya
keempat bulan Agustus 2016. Sementara itu, masih di SMPN Surabaya. (Laporan Penelitian).
ada beberapa tahapan proses pasca rekaman video, [7]. Yuwana, Setya, dkk., (2010). Pengembangan Model
yakni editing untuk menghasilkan video draft 1, Pembelajaran Bahasa Jawa SMP/MTs di Jawa
validasi ahli, uji coba, dan diseminasi hasil. Karena itu Timur Berbasis Budaya Lokal.” (Laporan
Penelitian).
solusinya adalah mendisiplinkan diri, dalam arti [8]. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
memperketat jadwal untuk menyelesaikan tahapan Kebudayaan Nomor 68 tahun 2013 tentang Kerangka
proses berikutnya. Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Namun secara umum pelaksanaan penelitian Pertama/Madrasah Tsanawiyah..
pengembangan model pembelajaran Seni Budaya

106
[9]. Dokumen Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2012.
[10]. Jawa Pos-Metropolis, 26 November 2013.
[11]. Jawa Pos-Metropolis, 29 November 2013.
[12]. Jawa Pos-Metropolis, 9 Desember 2013.

107
108
Bimbingan dan Konseling Komprehensif bagi Konselor untuk
Meningkatkan Kompetensi Sosial
Najlatun Naqiyah1*)
1
Jurusan Bimbingan dan Konseling, UNESA, Surabaya. Email : najlatunnaqiyah@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi:Email: najlatunnaqiyah@unesa.ac.id

ABSTRACT
The training conducted for the purpose for writing this paper is to train skills of counselors in Kraksaan,
Probolinggo (East Java, Indonesia) in implementing a comprehensive guidance and counseling, especially for
improving the social potential of children. The training was attended by 22 teachers. They come from kindergarten
and elementary school (SD). They are trained in roles and responsibilities as being teachers and counselors at
their school. Materials provided in the training include a comprehensive understanding, the philosophical
foundation and rational, comprehensive guidance and counselling, areas of personal-social, learning and career,
indicators and social competence for children in ages of 0-12, duties and social emotional development of children
and models of social skills play therapy. The results of the training show an increase in the skills of teachers in a
comprehensive guidance and counseling. The results of test initial capability prior to take part in the training,
teachers earned an average grade of 55. After training with the model approach of Andragogy, discussion,
question and answer, as well as project tasks, it shows an increase in the average grade on 83. The expected
implication of the training is for the teachers to be able to explore the potential of social students with creative
and innovative methods of game. Teachers encourage children to behave in accordance to religious values, rules
of school, and norms and ethics in society. Teachers hopefully create media of creativity and innovation through
project tasks that scheduled in every Saturday. It is recommended that the schools provide rewards for the teachers
whom active and creative in so doing. Thus, in turn, they optimally seek to develop children's potential.
Key Words: guidance and counselling, comprehensive counselling, children

ABSTRAK
Tujuan pelatihan bimbingan dan konseling komprehensif bagi konselor dalam rangka penulisan artikel ini
adalah untuk meningkatkan potensi sosial. Pelatihan ini diikuti oleh 22 guru-guru di Kraksaan, Probolinggo
(Jawa Timur) Para Guru mengajar Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) Namira. Peran dan
tanggung jawab guru dan pembimbing serta konselor di sekolah membantu siswa memecahkan masalah. Para
guru sebagai penolong anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalahnya sendiri. Materi pelatihan
meliputi pengertian BK komprehensif, landasan filosofis dan rasional BK Komprehensif, bidang-bidang pribadi-
sosial, belajar dan karier, indikator dan kompetensi bidang sosial bagi anak usia 0-12 tahun, tugas perkembangan
emosi dan sosial anak dan model-model terapi permainan keterampilan sosial. Hasil pelatihan menunjukkan
adanya peningkatan keterampilan guru di yayasan sekolah Namira dalam bimbingan dan konseling komprehensif.
Hasil tes kemampuan awal para guru sebelum diberikan pelatihan memperoleh rata-rata kelas 55. Setelah
mengikuti pelatihan dengan model pendekatan andragogi, diskusi dan tanya jawab serta proyek tugas, maka
terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas 83. Implikasinya, guru sekolah Namira perlu menggali potensi sosial
siswa dengan metode permainan kreatif dan inovasi. Guru mampu mendorong anak melakukan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai relegius, aturan sekolah, norma dan etika di masyarakat. Guru menciptakan media
kreativitas dan inovatif melalui tugas proyek yang terjadwal setiap sabtu. Yayasan Namira memberi reward pada
para guru yang aktif dan kreatif menciptakan media pembelajaran sehingga pada gilirannya dapat
mengembangkan potensi sosial anak secara optimal.
Kata kunci: bimbingan konseling, konseling komprehensif, anak

1. PENDAHULUAN memahami bimbingan dan konseling[1]. Fungsi guru


adalah menolong anak menghadapi situasi krisis[2].
Pencegahan terhadap kekerasan anak lebih baik
Keterampilan guru bisa ditingkatkan dengan
daripada mengobati. Maraknya kekerasan anak di
mengikuti pendidikan dan pelatihan. Pelatihan
sekolah seperti pemukulan dan kekerasan verbal serta
bimbingan dan konseling komprehensif bisa
saling curiga memerlukan bantuan guru pembimbing.
diterapkan disekolah. Bimbingan dan konseling
Kemahiran guru pembimbing dalam menolong anak
bersifat integral dengan program pendidikan. Guru-
mencegah, menghadapi kekerasan yang muncul perlu
guru di yayasan Namira membutuhkan keterampilan
memperoleh perhatian. Guru pembimbing
sosial. Guru menjalankan fungsi dan perannya sebagai
membutuhkan keterampilan dan kecakapan sosial.
pembimbing anak. Karakteristik sekolah namira
Guru pembimbing membantu anak mengembangkan
adalah memiliki keunggulan dalam kurikulum tahfidz
diri dan potensi sosial. Guru pembimbing perlu

109
dan bahas Inggris serta kegiatan ekstra kurikuler bimbingan dan konseling mengacu pada definisi
robotik, public speaking dan komputer serta sains dan bimbingan dan konseling. Dalam pelatihan BK
matematika. komprehensif ada empat bidang yaitu pribadi, sosial,
Lembaga Namira perlu memenuhi harapan sosial. belajar dan karier. Dalam pelatihan ini memfokuskan
Harapan sosial orang tua perlu diperhatikan oleh pata bidang sosial. Tujuannya agar konselor memiliki
lembaga Namira. Orang tua menginginkan anak-anak pemahaman dan melaksanakan bimbingan sosial pada
mereka memiliki kesadaran dalam mengerjakan solat anak sehingga pada akhirnya anak dapat mengetahui
lima waktu, memiliki pengetahuan bahasa inggris dan cara-cara pencegahan pada kekerasan.
matematika. Harapan sosial ke lembaga namira Bimbingan dan konseling dalam bentuk layanan
diperoleh dari komunikasi dengan orang tua. Harapan dasar berfungsi sebagai preventif, terutama berbasis
sosial juga diperoleh dari perwakilan orang tua di pada keluarga[6]. Fungsi pencegahan yang perlu
komite sekolah. Mereka menginginkan keselamatan dilakukan pada konselor ialah memberikan materi-
anak selama berangkat sampai pulang kerja. materi bimbingan sosial pada peserta didik. Potensi
Keselamatan fisik dan psikologis anak menjadi hal sosial dapat ditumbuhkan dengan cara-cara pemberian
utama. Perhatian dan pengembangan program informasi, latihan langsung dan diskusi. Bimbingan
keselamatan bagi anak bisa dijalankan melalui dan konseling Bimbingan yang bersifat preventif.
kecakapan social meskipun pada dasarnya perbedaan Pencegahan dapat diartikan upaya untuk
gender berpengaruh pada aktivitas fisik, seperti mempengaruhi individu dengan cara positif sehingga
kemampuan mengontrol obyek lebih dominan pada individu selamat dari ancaman dan kesulitan yang
anak laki-laki dan kemampuan lokomotor didominasi akan dihadapi serta mengetahui resiko yang akan
anak perempuan[3]. Kesadaran untuk berinteraksi yang terjadi apabila dilakukan. Bimbingan dapat
sehat dan memilih pergaulan positif. Anak memiliki mengantisipasi dan berusaha mengantisipasi
peran sosial yang bisa dilalui dengan bimbingan yang terjadinya kekerasan pada waktu yang akan datang
mengedepankan komunikasi yang efektif, sikap budi dengan menempuh beberapa langkah, seperti:
pekerti luhur dan kebiasaan berinteraksi yang positif. membekali keterampilan pemecahan masalah bagi
Membiasakan anak mengucapkan terima kasih. Selalu individu yang membutuhkan, mengadakan perubahan
bersyukur pada Allah SWT atas nikmat yang telah lingkungan yang dapat mencegah timbulnya kekerasan
diterima dan bersyukur pada orang tua. pada waktu yang akan dating serta screening [7].
Keselamatan anak adalah bagian dari kompetensi Kecakapan konseling individu adalah kemampuan
dan indikator dari kecakapan pribadi sosial. individu untuk memahami, menilai dan melakukan
Kecakapan pribadi sosial pada anak-anak sebelum serta mengembangkan kecakapan hidup yang sesuai
sekolah meliputi pengenalan lingkungan rumah dan dengan perkembangan individu[8]. Tugas
keluarga serta teman-teman sekitar. Mengidentifikasi perkembangan pribadi sosial untuk anak-anak sebelum
peran individu dalam keluarga dan beradaptasi dengan sekolah ialah mampu mengidentifikasi perasaan-
lingkungan keluarga karena model transaksional perasaan dan dapat mengekspresikan perasaan yang
sesuai dengan relasi antara problem prilaku anak tepat. Bimbingan sosial adalah kecakapan siswa dalam
dengan pengasuhan[4]. Belajar bersosialisasi dengan melakukan interaksi dengan orang lain. Anak mampu
teman-teman sebaya serta memiliki pengetahuan menyadari dan berinteraksi dengan orang lain[9].
tentang peran gender. Upaya konselor dalam langkah preventif bisa
Rencana materi yang akan diberikan dalam dilakukan dengan cara sebagai berikut, (1) mendorong
pelatihan adalah pengertian, tujuan dan manfaat perbaikan lingkungan yang apabila dibiarkan akan
bimbingan dan konseling komprehensif. BK berdampak negatif terhadap perkembangan individu
komprehensif adalah upaya membantu anak didik yang bersangkutan, (2) mendorong perbaikan kondisi
untuk mengembangkan diri dalam bidang pribadi, individu, (3) meningkatkan kemampuan individu
sosial, dan belajar serta karier. Kurikulum Bimbingan untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat
dan konseling bisa dilakukan secara perorangan dan mempengaruhi perkembangan individu, (4)
kelompok, serta klasikal. Bimbingan memberikan mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu
bantuan agar peserta didik mengetahui kebutuhan, yang dapat memberikan resiko besar, (5) melakukan
bakat, minat, dan nilai-nilai yang dianut berdasarkan sesuatu yang memberi manfaat dan menggalang
pengalaman hidup. Layanan bimbingan memberikan dukungan kelompok terhadap sesuatu yang
arah individu menemukan cara belajar yang efektif. bersangkutan.
Anak mampu mengembangkan keterampilan sesuai Pelatihan ini bermanfaat untuk meningkatkan
dengan bakat dan kemampuan[5]. Bimbingan bisa pengetahuan dan pemahaman para orang tua, guru dan
memberikan pemahaman individu untuk mengetahui konselor dalam meningkatkan potensi sosial anak.
perencanaan dan pengembangan karier masa depan. Dengan adanya pengabdian kepada masyarakat
Kegiatan bimbingan dan konseling akan berjalan diharapkan mampu melatih orang tua, guru dan
dengan baik apabila dirangkai dalam suatu program konselor dan diharapkan dapat menerapkan kepada
bimbingan. Untuk mewujudkan suatu program anak dan siswa. Pelatihan bimbingan dan konseling
bimbingan dan konseling didasarkan pada prinsip- komprehensif dapat membantu orang
prinsip dan bidang layanan. Bidang layanan

110
tua/guru/konselor memberikan layanan bimbingan dan Lembaga Namira adalah lembaga yang membantu
konseling yang lebih luas di lingkungan sekitarnya. siswa mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
Adapun strategi yang dipilih adalah dengan optimal. Untuk itu perlu melatih guru-guru dengan
pendekatan andragogi (dewasa) dimana peserta pelatihan bimbingan dan konseling komprehensif bagi
pelatihan diperlakukan sebagai orang dewasa yang guru bimbingan dan konseling. Bentuk pelatihan
bisa memecahkan masalah dan berpikir kritis. Pelatih dengan menggunakan metode klasikal. Latihan
menjadi fasilitator bagi konselor dalam melakukan kepembimbingan bagi guru di lembaga namira school
pelatihan BK komprehensif. dengan prosedur sebagai berikut;
Perguran tinggi Universitas Negeri Surabaya Jenis layanan : Layanan dasar
sangat layak untuk melakukan pengabdian Materi: Pengertian Bimbingan dan Konseling
perlindungan anak dengan pemberian pelatihan Komprehensif untuk Meningkatkan potensi sosial
bimbingan dan konseling komphrehensif bagi Tujuan: Guru memahami dan membuat program
konselor. Hal ini disebabkan oleh visi Universitas bimbingan dan konseling komprehensif di lembaga
Negeri Surabaya untuk menumbuhkan karakter yang namira sesuai dengan kebutuhan peserta didik di
kuat sebagai pribadi yang akan menjadi pemimpin dan Tk dan SD.
guru masa depan. Dengan visi tersebut Unesa sebagai Pelaksanaan: Hari Minggu, tanggal 12 Oktober
perguruan tinggi yang memiliki fakultas ilmu 2016
pendidikan dan jurusan bimbingan dan konseling
Tempat: Aula TK Namira
memiliki kelayakan dalam menyediakan tenaga
fasilitator yang akan melatih para konselor untuk Peserta: 22 Guru TK dan SD
terampil mengaplikasikan BK komprehensif. Tujuan: Memahami Bimbingan dan Konseling
Jurusan bimbingan dan konseling memiliki Komprehensif
laboratorium BK yang bisa dijadikan sebagai ruang Materi: Definisi bimbingan dan konseling
riset selama pelaksanaan pengabdian ini untuk komprehensif, program BK komprehensif,
mendiskusikan dan melakukan refleksi dalam komptensi sosial anak usia bayi dan anak-anak.
pembuatan analisa dari hasil pengabdian. Unesa Peran dan tanggung jawab guru pembimbing di
sebagai perguruan tinggi yang mencetak ribuan guru sekolah.
di sekolah memiliki sarana sumber daya manusia yang Media: Power point, vidio, dan lcd
memadai dan layak untuk memberikan pelatihan. Metode: Ceramah, tanya jawab dan latihan
Terlebih pada jurusan bimbingan dan konseling, yang Hasil: dalam pertemuan tersebut konselor, Dr.
memiliki dosen dengan keahlian bidang bimbingan Najlatun Naqiyah memberikan ceramah dengan
dan konseling. SDM Unesa terdiri dari dosen yang menggunakan media PPT tentang BK
memiliki kemampuan dalam bidang bimbingan dan komprehensif.
konseling, psikologi dan evaluasi pembelajaran dapat
Secara rasional BK komprehensif memiliki
melatih konselor dalam meningkatkan komptensi
landasan filosofis dan rasional. Rasional ini keyakinan
sosial.
yang perlu dipegang teguh oleh guru bahwa :
2. HASIL PELAKSANAAN a. Setiap anak pasti memiliki kebaikan dan
Pola Kekerasan yang dialami oleh anak disekolah kelebihan. Anak-anak lahir telah dilengakapi
Yayasan Namira School disebabkan belum dengan kecerdasan masing-masing. anak-anak
tercapainya tugas perkembangan sosial siswa. Dimana mampu mengembangkan kebaikan dalam diri
pada usia sekolah dasar anak sangat aktif dalam sendiri dengan proses pendidikan dan
kegiatan motorik. Anak-anak seringkali mengganggu pertolongan dari guru dan orang tua. Kelebihan
teman untuk mengekspresikan diri dengan yang dimiliki adalah bawaan masing-masing
menendang, memukul, meninju, dan berlari. Anak- individu. Mereka nampak senang jika
anak yang aktif tidak bisa duduk tenang selama membantu orang lain, saling berbagi makanan
pelajaran berlangsung. Mereka sering ijin keluar kelas, dan minuman dengan teman, saling bercerita
berlarian dikelas, jalan-jalan keliling kelas dan dan melakukan kerjasama dalam bermain dan
mengganggu peralatan dan mencari perhatian guru. mengerjakan tugas-tugas kelompok di kelas.
Ada juga anak-anak yang sering naik turun tangga dan Anak-anak pada dasarnya baik. Mereka ingin
berlari-lari di sekitar sekolah. memperoleh perhatian dari guru untuk
Kekerasan juga muncul dipicu oleh iklim dan mengeksplorasikan kebaikan diri. Mereka akan
cuaca panas. Suasana kelas siswa gaduh dan panas mudah menangkap arahan dan contoh
setelah jam 09.00. butuh AC secepatnya, solusi, kelas perlakuan yang guru berikan dalam kelas dan
sementara dipindah ke musolla atau di rolling setiap luar kelas. Anak-anak senang mengenal satu
hari bergantian. Setiap hari ada kekerasan berupa dengan lainnya. Kemampuan bekerjasama
Pemukulan, pengeroyokan diantara siswa, solusi akan nampak dalam area permainan yang digelar
mengadakan sosialisasi tentang sanksi tindak oleh anak-anak. Misalnya, permainan ayunan,
kekerasan dengan berkunjung ke polres bagian anak-anak sukarela saling mendorong ayunan
perlindungan anak. sementara yang lainnya duduk diatas ayunan.

111
Mereka sukarela bergantian turun dan sekolah serta transportasi. Anak perlu
bergantian menggunakan alat-alat bermain memperoleh kenyaman dalam belajar dan
dengan senang hati. mengembangkan diri.
b. Anak itu unik. Setiap anak memiliki kekhasan Untuk menolong siswa, guru perlu memiliki
masing-masing. anak satu dengan lainnya tidak pengetahuan tentang bimbingan atau konseling.
sama persis. Mereka punya sikap dan Bimbingan dan konseling adalah bantuan yang
kemampuan dalam merespon sesuatu peristiwa dilakukan oleh beberapa ahli untuk membantu siswa
dengan cara mereka sendiri. Bahkan dalam memecahkan suatu masalah, dikatakan ahli
menggunakan bahasa dan berkomunikasi apabila sudah bisa melakukan sesuatu yang sesuai
dengan gaya-gaya masing-masing yang unik dengan prosedurnya. Berbeda dengan nasehat karena
dan lucu. Anak-anak usia 4 (empat) tahun bimbingan atau konseling siswa sendiri yang
memproduksi bahasa dan berlatih melafalkan memecahkan masalah. Tugas konselor ialah :
bahasa dengan kreatifitas masing-masing anak. a. Pembimbing
Orang tua berperan untuk melatih anak dengan b. Konsultan
bahasa ibu dan bahasa daerah setempat pada
c. Pelaksana program
usia peka (3-5 tahun). Cara ibu menuntun anak
menggunakan bahasa dalam kemampuan d. Fasilitator
verbal anak membuat anak berkembang dengan e. Penolong
kecepatan masing-masing. anak-anak belajar Dalam menjalankan perannya, konselor perlu
merespon ucapan dengan bahasa dan gaya yang memahami jika ada anak yang hiperaktif , maka
unik setiap anak. Keunikan anak nampak dari konselor memberikan siswa tugas, agar bisa
bahasa, bentuk tubuh, gaya hidup, dan emosi mengalihkan keaktifan pada tugas yang di berikan
yang diekspresikan dari masing anak dalam oleh konselor. Model bimbingan konseling
meresposn peristiwa belajar akan berbeda. komperhensif : a. Layanan dasar adalah layanan
c. Setiap anak berhak untuk berhasil. Anak klasikal atau kelompok yang dilakukan oleh
berhasil mengerjakan tugas sekolah dengan konselor di kelas. Konselor berinteraksi langsung
cara-cara tertentu. Anak belajar dengan gaya dengan siswa untuk membimbing siswa dalam
auditori, visual dan kinestetik memiliki pengembangan diri. Materi layanan dasar
kelebihan masing-masing. dalam pembelajaran diharapkan dapat membentuk siswa efektif dalam
anak-anak di TK melakukan latihan untuk menjalani kehidupan. Melatih keterampilan hidup
memeprsiapkan lomba bagi anak-anak. Anak- dan akhirnya berkembang secara optimal. Strategi
anak memeprsiapkan diri dengan potensi yag dalam pemberian layanan dasar dapat berupa
dimiliki, diantaranya bersaing melalui informasi, orientasi, bimbingan kelompok,
olimpiade atau lomba-lomba. Keberhasilan konselor berkolaborasi dengan guru kelas dan
anak dalam lomba akan menunbuhkan rasa melakukan pengumpulan data.
bangga dan percaya diri akan kemampuan yang b. Perencanaan individual bantuan yang diberikan
dimiliki. pada siswa agar mampu memiliki perencanaan
d. Setiap anak memerlukan dukungan dari orang- hidup. Perencanaan masa depan dalam bidang
orang terdekat baik dari keluarga , guru, pendidikan dan pekerjaan. Perencanaan jangka
maupun seorang teman. Rasa kepedulian orang pendek dan jangka panjang siswa dapat
dewasa pada anak akan membantu anak membantu membuat target dan capaian yang akan
mencapai perkembangan hidup. Kepedulian dilakukan. Dengan memiliki perencanaan yang
orang tua atau guru mendorong anak untuk detail akan kehidupannya, siswa dapat
mengeksplorasi potensi dalam hidupnya. Anak beraktivitas secara efektif dan terus
membutuhkan perhatian untuk menceritakan mengembangkan diri.
pengalaman hidup yang telah dialami, c. Layanan responsif ialah adalah layanan yang
kemudian orang tua mendengarkan anak untuk bersifat segera dan cepat untuk menolong konseli
merencanakan harapan agar bisa dilakukan. dalam keselamatan diri dan hidupnya. Layanan
Anak perlu motivasi dari internal dan eksternal responsif sangat bergantung pada kebutuhan
guna menguatkan diri dalam disiplin, konseli. Konseling individu adalah salah satu
ketekunan serta kesungguhan dalam belajar. layanan responsif untuk mengatasi kondisi krisis
e. Setiap anak perlu bantuan dari berbagai pihak. yang dialami konseli. Layanan responsif meliputi
Kesiapan anak dalam sekolah perlu bantuan konseling, referal, kunjungan rumah dan
keluarga. Keluarga menyiapkan anak konferensi kasus.
mengerjakan tugas-tugas rumah, menyiapkan d. Dukungan sistem adalah kegiatan manajemen
pelajaran di rumah, sehingga ketika berangkat untuk mengembangkan sumber daya manusia dan
sekolah anak memiliki kesiapan belajar. Atribut sarana prasarana guna mendukung
sekolah seperti seragam, alat tulis dan uang terselenggaranya program bimbingan dan
saku perlu dibantu oleh orang tua. Bantuan konseling. Dukungan pada pengembangan staf
bekal makanan selama berangkat dan pulang BK, biaya kegiatan serta kebijakan yang

112
dilakukan secara sistemik. Pengembangan membangun kerjasama antar lembaga sekolah dan
jaringan seluruh guru, pengawai tata usaha dan dinas pendidikan dan rumah sakit. Mengirimkan
kepala sekolah serta dinas pendidikan serta delegasi guru pada program magang dan mengikuti
komunitas di lingkungan sekitar. pelatihan serta seminar.
Bimbingan konseling ada 3[10] yaitu : Belajar Hasil dari peserta yang mengikuti pelatihan BK
untuk hidup meliputi pemahaman diri, identitas komprehensif untuk meningkatkan kompetensi sosial
diri dan pemahaman sosial dan keterampilan memperoleh hasil sebagai berikut;
sosial. Belajar untuk belajar meliputi kemampuan 1.1. Tabel Hasil Pretes dan Postes
intelektual dan pemahaman dunia sekolah. Belajar No Nama Pretes Postes Peningkatan
untuk bekerja meliputi keterampilan tugas-tugas, 1 NIF 72 88 16
dunia kewirausahaan, pemahaman ekonomi, 2 NQM 60 80 20
3 AMD 57 87 30
pemahaman dunia kerja serta penggunaan waktu 4 ALN 77 100 23
luang. 5 NLA 60 97 37
Standar kompetensi dan indikator kompetensi 6 HNK 49 97 48
7 SSH 61 94 33
sosial : 8 KKH 67 87 20
 Keterampilan menghargai diri dan orang lain 9 MRN 49 80 31
10 ISS 74 97 23
 Menghormati orang lain 11 KMA 37 57 20
 Mengembangkan rasa kekeluargaan 12 ASK 72 92 20
13 AAR 57 77 20
 Keterampilan komunikasi interpersonal 14 NRA 60 97 37
 Sikap prososial 15 SDY 54 91 37
16 NLH 35 87 52
 Mengembangkan keterampilan mendengarkan 17 SLA 46 84 38
yang efektif 18 RHM 80 90 10
19 NFH 35 86 51
Terapi untuk membantu anak menggunakan 20 IRA 35 87 52
pendekatan kognitif, humanistik, dan behavior. 21 EMH 51 71 20
Pendekatan tersebut berkembang dengan pendekatan 22 KMM 20 83 63
eklektik, disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Pendekatan kognitif menekankan pada pola pikir Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pretes yang
terhadap peristiwa yang terjadi, kepercayan dan diperoleh oleh 22 guru di Namira mencapai rata-rata
keyakinan yang irrasional dirubah menjadi rasional. 55. Dan setelah mengikuti pelatihan bimbingan dan
Model humanistik ialah sikap guru pembimbing atau konseling komprehensif untuk meningkatkan
konselor yang menjadi pusat perubahan siswa. Untuk kompetensi sosial mengalami peningkatan rata-rata
itu sikap guru perlu introspeksi diri atau dirubah dan nilai mencapai 83.
perbaiki kapasitas guru terlebih dahulu baru kemudian
murid. 3. KESIMPULAN
Sikap konselor : 1) Pelatihan BK komprehensif oleh guru
a. Empati pembimbing atau konselor dilembaga Namira
b. Tulus school diikuti oleh 22 orang. Materi pelatihan
c. Menerima tanpa syarat meliputi pengertian BK komprehensif,
d. Jujur landasan filosofis dan rasional BK
Model behavior mengutamakan modifikasi Komprehensif, bidang-bidang pribadi-sosial,
lingkungan. Guru pembimbing memberikan atau belajar dan karier, indikator dan kompetensi
menciptakan stimulus, respon, dan konsekuensi. bidang sosial bagi anak usia 0-12 tahun, tugas
Belajar untuk bekerja yaitu pengenalan dunia kerja perkembangan emosi dan sosial anak dan
pada murid dan siswa mampu menunjukkan sifat model-model terapi permainan keterampilan
positif terhadap orang lain. Layanan responsif yaitu sosial.
layanan yang bersifat segera. Seperti layanan 2) Kecakapan sosial anak usia 0-12 tahun yang
konseling individu atau kelompok, konsultasi, dan perlu dikembangkan oleh guru pembimbing
konseling krisis. meliputi keterampilan menghargai diri dan
Sedangkan dukungan sistem adalah layanan orang lain, menghormati orang lain,
pendukung yang diperlukan agar program bimbingan mengembangkan rasa kekeluargaan,
dan konseling dapat dilaksanakan dengan keterampilan komunikasi interpersonal, sikap
menggunakan kapasitas pendukung di lembaga prososial, mengembangkan keterampilan
pendidikan. Program manajeman dan pengembangan mendengarkan yang efektif, empati dan
sumber daya manusia terutama guru pembimbing atau kemampuan mengelola konflik.
konselor menjadi fokus dalam pengembangan staf. 3) Hasil tes kemampuan awal para guru sebelum
Pengembangan staf yang dilakukan di Namira school diberikan pelatihan memperoleh rata-rata kelas
antara lain, memberikan beasiswa pada guru untuk 55. Setelah mengikuti pelatihan dengan model
mengambil studi lanjut pada jenjang sarjana S1, pendekatan andragogi, diskusi dan tanya jawab

113
serta proyek tugas, maka terjadi peningkatan 5. DAFTAR PUSTAKA
nilai rata-rata kelas 83. Dengan demikian, [1] Ray, Dee C. (2016). A Therapist’s Guide to Child
pelatihan BK komprehensif dapat Development: The Extraordinarily Normal Years.
meningkatkan kompetensi sosial guru dan New York: Routledge.
konselor, sehingga diharapkan para guru [2] DeDiego, Amanda C., Wheat, Laura S. & Flecher,
mampu membantu anak mengembangkan Terese B. (2016). Overcoming Obstacles: Exploring
kecakapan sosial. the Use of Adventure Based Counseling in Youth
Grief Camps, Journal of Creativity in Mental Health,
Vol. 11.
[3] Cliff, D. P., Okely, A.D, Smith, L. & Mckeen, K. (2009).
Relationships between fundamental Movement Skill
and Objectively Measured Physical Activity in Pre-
school Children. Pediatric Exercise Science, 21 (4),
436-439.
[4] Baker, B.L., Mclntyre, L. L, J. Blacher, K. Crnic, C.
Edelbrock & C. Low (2003). Pre-school Children With
and Without Developmental Delay: Behaviour
Problems and Parenting Stress over Time. Journal of
Intellectual Disability Research, Vol. 47, No 4/5, 217-
230.
[5] Carness-Holt K., Bratton, S. C. (2014) The Efficacy of
Child Parent Relationship Therapy for Adopted
Children With Attachment Disruptions.. Journal of
Counseling & Development, Vol. 92, No. 3, 328-337.
[6] Hogue, A., Liddle, H.A., Becker, D., Johnson-Leckrone,
Jodi. (2002). Family-Based Prevention Counseling for
High-Risk Young Adolescents: Immediate Outcomes.
Journal of Community Psychology, Vol. 30, No. 1, 1-22.
[7] Amar, A., Laughon, A., Sharps, P., Campbell, J., et al.
(2013). Screening and Counseling for Violence
against Women in Primary Care Setting. American
Academy of Nusing on Policy.
[8] Swan, Karrie L., Schottelkorb, April A. & Lancaster
Sarah, (2015) Relationship Conditions and
Multicultural Competence for Conselors of Children
and Adolescents, Journal of Counseling &
Development, Vol. 93, Issue 4 (October 2015).
[9] Pachucki, M. C., Ozer, E. J., Barrat A., Cattuto, C (2014).
Mental Health and Social Networks in Early
Adolescence: A Dynamic Study of Objectively-
Measured Social Interaction Behaviors. Social
Science & Medicine, Vol. 125, 40-50.
[10] Rex, J. (2008). The South Carolina Comprehensive
Developmental Guidance and Counseling Program
Model. Columbia.

114
Peningkatan Profesionalisme Guru – Guru SD di Daerah Tertinggal
Melalui Pengembangan Peraga Matematika Berbasis Bahan Lokal di
Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur
Ninik Wahju Hidajati1*)
1
Jurusan T Sipil, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya. Email : ninik_statmat@yahoo.com
*) Alamat Korespondesi: Email : ninik_statmat@yahoo.com

ABSTRACT
Study more detailed characteristics of the elementary schools in disadvantaged areas which include the
condition of the building classrooms, teacher profiles, profiles of students using direct observation, documentation
and interview. This information is used as a material consideration flourescent mathematics and drafting
Handbook manufacture and use of such aids in mathematics corresponding to SD lagging especially in Bangkalan
East Java Province. Increasing professionalism of elementary school teachers in disadvantaged areas through the
development of teaching math test based on local ingredients in improving the quality of learning in mathematics.
Information about math materials that are considered difficult in the delivery of learning in the classroom during
the time in Bangkalan are: (1) the Commission and the FPB, (2) Multiplication and division, (3) Problem Stories
and (4) Root rank. This information is used as reference in making props mathematical prototype design adapted
to the potential of the natural surroundings. Results of research on the mathematics test props showed that teachers
carry out the study seemed enthusiastic and interested in the material given. The conclusion of this study show
that: first, by applying mathematical understanding props teachers can be increased. Second, by using props
mathematics Elementary school teachers are more skilled in presenting in the class.
Keyword:. Elementary Mathematics Viewer tool, understanding teachers, teacher skills

ABSTRAK
Studi karakteristik yang lebih rinci tentang SD di daerah tertinggal yang meliputi kondisi bangunan ruang
belajar, profil guru, profil siswa dengan menggunakan pengamatan langsung, dokumentasi dan wawancara.
Informasi ini dipakai sebagai bahan pertimbangan pembuatan alat peraga matematika dan penyusunan Buku
Panduan pembuatan dan penggunaan peraga tersebut dalam pembelajaran matematika yang sesuai untuk SD
tertinggal khususnya di Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur. Peningkatkan profesionalisme guru SD di
daerah tertinggal melalui uji coba pengembangan peraga matematika berbasis bahan lokal dalam usaha
peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Informasi tentang materi matematika yang dianggap sulit dalam
penyampaian pembelajaran di kelas selama ini di Kabupaten Bangkalan adalah : (1) KPK dan FPB, (2) Perkalian
dan Pembagian, (3) Soal Cerita dan (4) Akar Pangkat. Informasi ini dipakai sebagai acuan dalam pembuatan
prototype alat peraga matematika yang desainnya disesuaikan dengan potensi alam sekitar. Hasil penelitian pada
uji coba alat peraga matematika menunjukkan bahwa guru-guru yang melaksanakan pembelajaran tersebut
nampak antusias dan tertarik dengan materi yang diberikan. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa:
pertama, dengan menerapkan alat peraga matematika pemahaman guru-guru dapat meningkat. Kedua, dengan
menggunakan alat peraga matematika guru-guru SD lebih terampil dalam menyampaikan materi di kelas
Kata kunci : Alat Peraga Matematika SD, pemahaman guru, ketrampilan guru

bahwa matematika ilmu yang membosankan dan


1. PENDAHULUAN
menakutkan. Dalam hal ini perlu strategi dalam
1.1. Latar Belakang upaya peningkatan pemahaman terhadap mata
Pada dasarnya, pendidikan itu merupakan pelajaran matematika. Pendekatan yang akan
usaha sistematik untuk mencapai masyarakat yang dilakukan adalah dengan menerapkan pendidikan
maju, cerdas, dan mandiri. Tantangan umum matematika secara realistik, yaitu guru dalam
pembangunan bidang pendidikan adalah bagaimana proses pembelajaran dengan menghadirkan
membangun sistem pendidikan agar semakin masalah-masalah kontekstual dan realistik
mampu membentuk manusia dan masyarakat yang menggunakan bantuan alat peraga matematika dari
maju dan mandiri serta tanggap menghadapi bahan-bahan yang mudah didapatkan di lingkungan
perubahan zaman, perkembangan Iptek dan sekitar . Diharapkan pembelajaran matematika akan
tuntutan pembangunan. Namun, kenyataan lebih bermakna dan menarik bagi siswa, terlebih
menunjukkan bahwa kualitas produk pendidikan ditujukan pada SD tertinggal, khususnya yang
dan daya serapnya masih perlu ditingkatkan. terletak di Kabupaten yang tergolong daerah
Khususnya untuk mata pelajaran matematika yang tertinggal. Penetapan kriteria daerah tertinggal
ilmunya sangat abstrak sehingga banyak anggapan memperhitungkan enam kriteria dasar, yaitu

115
perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, aksesibilitas, dan karakteristik daerah.
prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan “Kementerian PDT berusaha untuk
(celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah, mengembangkan ekonomi lokal daerah tertinggal
serta berdasarkan keberadaannya di daerah sehingga mampu mendongkrak pendapatan asli
perbatasan antarnegara dan gugusan pulau kecil, daerah (PAD) kabupaten setempat,” kata menteri
daerah rawan bencana, dan daerah rawan konflik. yang kementraiannya pernah dipimpin oleh
Dikatakan oleh mentri Negara Pembangunan Syaifullah Yusuf yang saat ini menjabat sebagai
Daerah Tertinggal, Helmi Faizal Zaini (2013), WakiL Gubenur Jawa Timur ini.
umumnya daerah tertinggal memiliki kualitas Kementerian PDT berupaya mengurangi daerah
sumberdaya manusia yang rendah, yang dicirikan tertinggal agar sama daerah lain dengan
oleh indeks pembangunan manusia (IPM), yaitu berkoordinasi dan memfasilitasi kementerian atau
rendahnya rata-rata lama sekolah (RLS), angka lembaga lainnya melalui program peningkatan
melek huruf (AMH), dan angka harapan hidup infrastruktur perdesaan, pengembangan ekonomi
(AHH). Daerah tertinggal umumnya juga memiliki lokal, peningkatan pelayanan kesehatan yang
keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, berkualitas, terjangkau, dan peningkatan pelayanan
transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan di daerah tertinggal.
pendidikan dan pelayanan lainnya. "Sehingga Sekolah dasar di wilayah terpencil ini sangat sulit
mereka kesulitan melakukan aktivitas ekonomi dan untuk berkomunikasi dengan sekolah dasar lain
sosial," jelasnya. maupun sumber-sumber belajar yang lain. Kondisi
yang demikian menyebabkan SD yang berlokasi di
1.2. Masalah Penelitian wilayah tersebut mengalami ketinggalan
Dalam rangka meningkatkan kecerdasan dibandingkan di SD lain, terutama sarana dan
kehidupan bangsa, setiap warga negara berhak prasarana belajar yang memadai. Di SD tertinggal
mendapatkan layanan pendidikan. Sebagai terdapat sedikit alat bantu belajar, termasuk alat bantu
konsekuensi dari komitmen tersebut, setiap warga berupa peraga untuk belajar matematika.
negara tanpa mengenal latar belakang, baik yang Kemampuan para guru dalam menjalankan tugasnya
normal maupun yang berkelainan, yang juga sangat rendah. Apabila kondisi ini tidak segera
berkemampuan cerdas maupun rendah, berstatus ditangani, maka mustahil bagi SD Tertinggal untuk
sosial ekonomi tinggi, menengah maupun rendah, menghasilkan lulusan dengan kompetensi seperti
memiliki hak yang sama untuk mendapatkan yang diharapkan. Mengingat jumlah SD tertinggal di
pendidikan yang bermutu dan fungsional setidak- Jawa Timur yang tidak sedikit khususnya di wilayah
tidaknya selama 9 Tahun. Berkaitan dengan hal kabupaten Bondowoso, Situbondo, Bangkalan,
tersebut, penyelenggaraan pendidikan dapat Sampang, dan Pamekasan.
dilakukan melalui pendidikan di sekolah dan di luar Dalam artikel ini disampaikan untuk wilayah Kab
sekolah. Adapun kendala-kendala yang terjadi pada Bangkalan. Oleh sebab itu penelitian untuk
pendidikan tingkat sekolah dasar di Daerah mengembangkan alat bantu belajar khususnya mata
Tertinggal , antara lain : (1) sarana dan prasarana pelajaran matematika serta Buku Panduanyang
pendidikan belum memadai, (2) kekurangan guru di berupa panduan penggunaannya yang sesuai untuk
daerah terpencil, sehingga aspek pemerataannya SD tertinggal perlu dilaksanakan. Pengembangan alat
menimbulkan permasalahan, (3) kualitas guru SD peraga disertai dengan Buku Panduan penggunaan
masih banyak yang belum memenuhi standar yang alat peraga matematika tersebut diharapkan akan
diharapkan, (4) kesejahteraan guru di daerah dapat meningkatkan profesionalisme kemampuan
terpencil masih dirasakan rendah. para guru dalam menyelenggarakan KBM khususnya
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal guru untuk mata pelajaran matematika. Apabila
(PDT) Helmy Faisal Zaini (2012), menyatakan penelitian seperti ini berhasil maka merupakan
ada 5 kabupaten di wilayah Jawa Timur yang bantuan yang berharga bagi SD tertinggal untuk
tergolong sebagai daerah tertinggal. Yakni, menyelenggarakan KBM yang sesuai pada kurikulum
Bondowoso, Situbondo, Bangkalan, Sampang, 2013. Dengan demikian dapat menghasilkan lulusan
dan Pamekasan. Menteri PDT menambahkan yang memiliki kompetensi yang diharapkan..
bahwa jumlah daerah tertinggal di seluruh Penelitian ini bekerja sama dengan Dinas Pendidikan
Indonesia sebanyak 183 kabupaten/kota, lima di tingkat Kabupaten Bangkalan sebagai sumber
antaranya berada di Jawa Timur. Kementerian informasi tentang SD tertinggal yang mendesak untuk
PDT menargetkan daerah kategori miskin akan ditangani. Keberhasilan dari penelitian ini diharapkan
berkurang sebanyak 50 kabupaten dari total 183 dapat diterapkan di sekolah-sekolah lain yang
kabupaten yang ada saat ini hingga akhir 2014. kondisinya hampir sama dengan SD tertinggal.
Penentuan 183 kabupaten tertinggal tersebut
didasarkan enam kriteria utama, yakni 2. METODE PENELITIAN
perekonomian masyarakat, sumber daya manusia Penelitian ini merupakan penelitian
(SDM), infrastruktur berupa prasarana, deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dan
kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), kuantitatif.

116
2.1. Tahapan Penelitian pengalaman penataran/pelatihan yang sesuai
Adapun tahapan pelaksanaannya adalah sebagai dengan tugasnya, komitmen terhadap tugas,
berikut : motivasi, profil siswa meliputi jumlah, keadaan
a. Koordinasi Internal sosial ekonomi, kemampuan akademik,
motivasi belajar, dan hal-hal lain yang dirasa
Koordinasi internal dilakukan oleh tim peneliti
perlu. Data tersebut akan digunakan sebagai
untuk mendiskusikan garis besar pelaksanaan
bahan pertimbangan pembuatan prototipe alat
kegiatan, surat menyurat untuk keperluan
peraga matematika dan penyusunan Buku
penelitian, pembagian tugas dan
Panduan penggunaan alat peraga yang sesuai
tanggungjawab, batas waktu penyelesaian
untuk SD di daerah tertinggal.
pekerjaan, target luaran yang harus diperoleh
f. Analisis Data
serta strategi pengumpulan data di lapangan
agar dapat berlangsung secara efektif dan Analisis data yang dilakukan setiap tahunnya
efsien. berbeda, pada tahun ke – 1 dilakukan analisa
deskriptif terkait karakteristik SD di daerah
b. Penyusunan Instrumen Penelitian
tertinggal . Informasi tentang potensi alam
Penelitian ini menggunakan pengamatan sekitar SD tersebut dan macam materi
langsung , kuesioner, wawancara, dan khususnya materi mata pelajaran matematika di
observasi untuk mengumpulkan data di tingkat SD kelas 4 – 5 yang siswa dirasa sulit
lapangan. Penyusunan instrumen berupa memahami, akan dipakai sebagai dasar
kuesioner, panduan wawancara, dan lembar pembuatan prototipe alat peraga guna sebagai
observasi dilakukan oleh tim peneliti sarana selama proses pembelajaran untuk
digunakan untuk mengungkap karakteristik SD meningkatkan hasil belajar siswa.
tertinggal . Karakteristik tersebut meliputi
Analisa data tahun ke-2, berupa hasil instrumen
kondisi bangunan, keadaan dan jumlah ruang
yang diberikan pada guru-guru setelah
belajar serta sarana dan prasarana yang terdapat
diberikan sosialisasi tentang pembuatan dan
di dalamnya, profil guru yang meliputi jumlah,
cara pemakaian peraga matematika tersebut.
pendidikan terakhir, pengalaman
penataran/pelatihan yang sesuai dengan g. Penyusunan laporan
tugasnya, komitmen terhadap tugas, motivasi, Susunan laporan mengacu pada sistematika
profil siswa meliputi jumlah, keadaan sosial panduan penelitian edisi X yang merupakan
ekonomi, kemampuan akademik, motivasi uraian lebih lanjut dari bab I-III pada proposal
belajar, dan hal-hal lain yang dirasa perlu. ditambah dengan hasil penelitian berikut
Data-data tersebut dianalisis menggunakan pembahasannya, serta kesimpulan dan saran.
analisis deskriptif kualitatif.
c. Koordinasi eksternal 2.2. Teknik Pengumpulan Data
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
Koordinasi eksternal dilakukan oleh tim
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
peneliti untuk menyampaikan ijin penelitian
kualitas dan karakteristik tertentu yang
serta tujuannya kepada Diknas Kabupaten di
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
daerah tertinggal Provinsi Jawa Timur, yaitu
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
Diknas Kabupaten Bangkalan. Koordinasi
2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
eksternal dilakukan dengan membawa surat
Kabupaten yang masih merupakan daerah
pelaksanaan penelitian beserta kelengkapan
tertinggal di Propvinsi Jawa Timur, yaitu
instrumen yang telah divalidasi.
Kabupaten Bangkalan.
d. Pengumpulan data dan kompilasi data
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
Pengumpulan data menggunakan kuesioner,
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
lembar observasi dan panduan wawancara.
. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
Pengumpulan data dilakukan oleh tim peneliti
ini mengunakan probability sampling dengan
dengan dibantu dari pihak diknas. Data yang
metode yang digunakan adalah simple random
dikumpulkan meliputi data primer dan data
sampling, yaitu pengambilan anggota sampel
sekunder.
yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
e. Pengolahan data
strata (Sugiyono, 2012). Sampel pada penelitian
Data primer dan sekunder yang telah diperoleh
ini diambil lima SD dan penentuan SD
selanjutnya dikompilasi dan dinarasikan sesuai
berdasarkan informasi dan pemilihan dari pihak
tujuan penelitian pada setiap Kabupaten. Pada
Diknas Pendidikan Kabupaten Bangkalan.
tahun ke-1 menghasilkan informasi
Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian
karakteristik sekolah dasar (SD) di daerah
ini, yaitu variabel dependen (variabel terikat)
tertimeliputi kondisi bangunan, kondisi dan
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
jumlah ruang belajar serta sarana dan prasarana
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
yang terdapat di dalamnya, profil guru yang
Sugiyono (2012). Keberhasilan proses KBM
meliputi jumlah, pendidikan terakhir,
khususnya untuk mata pelajaran matematika

117
terkait dengan hasil belajar siswa sebagai a.. KPK dan FPB
variabel dependen. Sedangkan variabel
independen (variabel bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) Sugiyono (2012). Faktor perekonomian
siswa, faktor fasilitas di SD, faktor guru, faktor
kelasdan faktor sarana dan prasarana merupakan
variabel independen dalam penelitian ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Profile Kabupaten Bangkalan
Kabupaten Bangkalan , merupakan daerah
hutan disuatu perdesaan yang terpencil serta
jaraknya jauh yaitu rata-rata 17,7 km dari ibukota
kecamatan. Untuk keperluan utama selama proses Gambar 1. Peraga materi KPK dan FPB
pembelajaran rata-rata sudah bisa terpenuhi, yaitu
ruang kelas, kamar mandi dan ruang guru b. Akar Pangkat
meskipun dengan kondisi apa adanya. Rata-rata Dalam kehidupan sehari-hari muncul
semuanya guru kelas (100%) bukan guru bidang berbagai macam masalah. Masalah-
studi dan sudah Sarjana (100%). Tingkat sosial masalah tersebut dapat diselesaikan
ekonomi siswa rata-rata tingkat sedang (60 %) dan dengan menggunakan bermacam-
mata pencaharian orang tua terbanyak adalah macam cara. Mencari akar pangkat,
petani (100%). Potensi alam wilayah sekitar khususnya pada akar pangkat tiga, untuk
sekolah adalah padi dan ketela pohon. mendapatkan hasilnya tergolong ‘semi-
konkret’, siswa tidak menggunakan
3.2. Prototype Alat Peraga Matematika SD peraga tetapi dengan sedikit berlogika.
Prototipe alat peraga matematika yang Untuk menentukan hasil penarikan akar
didesain dan dibuat sesuai tingkat kebutuhan pangkat tiga dengan menggunakan
guru-guru di SD daerah tertinggal , bantuan Tabel Bilangan Kubik.
khususnya di daerah Kabupaten Bangkalan. c. Perkalian dan Pembagian
Berdasarkan hasil responden, materi yang
sulit dipahami siswa di SDN di daerah
Kabupaten Bangkalan secara berurut adalah
:
a. KPK dan FPB
b. Akar pangkat
c. Soal cerita
d. Perkalian dan pembagian
e. Skala
f. Perbandingan
Profesionalime Guru di Kabupaten
Bangkalan perlu ditingkatkan dalam rangka Gambar 2. Peraga materi Perkalian dan
peningkatan sumberdaya manusia . Uji Coba Pembagian
alat peraga dalam rangka pengembangan alat
peraga matematika dalam rangka peningkatan
d. Perbandingan atau Skala
pemahaman khususnya mata pelajaran
matematika. Peraga yang akan dipakai
diusahakan dibuat dari bahan yang gampang
didapatkan berdasarkan potensi alam
disekitarnya dengan mempertimbangkan
profil guru dan siswanya.
Prototype alat peraga yang dibuat untuk
menungkatkan pemahaman materi Gambar 3. Peraga materi Pembagian atau Skala
matematika tersebut adalah :
3.3.Uji Coba Alat Peraga Matematika di
Kabupaten Bangkalan
Uji coba pembelajaran Matematika bagi
Guru-guru Sekolah Dasar di daerah terpencil
tersebut, merupakan penerapan dan pemanfaatan

118
alat peraga sebagai sarana menanamkan konsep dari peserta dalam memperagakan dari setiap
matematika kepada para guru yang nantinya bisa materi yang mereka dapatkan. Hal ini bisa dilihat
disampaikan kepada para siswa selama proses berdasarkan bukti dokumentasi sebagai berikut,
belajar mengajar. Dengan pemahaman konsep oleh
para guru diaharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme Guru-guru Sekolah Dasar,
terutama yang terletak didaerah tertinggal.
Penggunakan alat peraga selama proses
pembelajaran diharapkan dapat menciptakan
suasana pembelajaran matematika menjadi lebih
menarik dan menyenangkan sehingga dapat
menghilangkan kesan pelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang membosankan dan
momok bagi siswa. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa pada umumnya para guru Gambar 5. Semangat Peserta dalam mengikuti
dalam menerangkan matematika hanya teori saja, serangkaian acara uji coba
tetapi kurang dalam mengkaitkan dalam realita
kehidupan sehari-hari. Dengan bantuan alat peraga Acara Uji coba sebelum berakhir, para peserta
matematika ini diharapkan matematika bisa dievaluasi Pembelajaran Matematika dengan
menjadikan pelajaran yang menarik dan menggunakan Alat Peraga Bagi Guru SD.
menyenangkan , sehingga dapat membantu dalam Adapun hasil evaluasi akhir Pemahaman Uji
proses pemahaman konsep, khususnya bagi siswa Coba di Kabupaten Bangkalan adalah sebagai
yang mempunyai sumberdaya manusianya berikut,
dibawah rata-rata. Tabel 1. Hasil Evaluasi Akhir Pemahaman Uji
Uji coba Penggunaan Media Coba Alat Peraga
Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar berbasis
Rata-
bahan lokal di Kabupaten Bangkalan , diadakan SD Peserta Nilai Rata
selama 2 hari yaitu pada tgl 18 – 19 Juli 2016. Acara Nilai
dimulai dengan Pembukaan oleh Kabid Bidang Guru 1 88.9
TK/SD/SDLB Dinas Pendidikan Kab. Bangkalan , 88.9
SDN BANDANG Guru 2 88.9
yaitu Bapak Drs. Fauzi, M.Pd. Peserta Uji coba Guru 3 80.0
90.0
sebanyak sepuluh guru dari lima Sekolah Dasar SDN GEGER 3 Guru 4 100.0
Guru 5 95.6
yang diambil secara sampling sesuai Sekolah Dasar SDN DURJAN 3 Guru 6 86.7
91.1
terpilih di tahun pertama kemaren. Setiap Sekolah Guru 7 100.0
94.4
Dasar diikuti masing-masing dua guru yang SDN LERPAK 1 Guru 8 88.9
mengajar kelas 4 dan kelas 5, yaitu : Guru 9 91.1
92.2
SDN GENTENG 4 Guru 10 93.3
a. SDN Genteng 4
b. SDN Lerpak 1 Kategori :
c. SDN Beber 3 < 75 : kurang
d. SDN Durjan 3 Kokop 75 – 85 : cukup
e. SDN Bandang Laok 1 Kec. Kokop 86 – 95 : baik
Berikut serangkaian acara Uji coba > 95 : baik sekali
Penggunaan Media Pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar berbasis bahan lokal di Kabupaten Berdasarkan Tabel 1. diatas disimpulkan bahwa hasil
Bangkalan, dimulai dari Pembukaan evaluasi pemahaman uji coba oleh Guru-guru di
Kabupaten Bangkalan mendapatkan nilai rata-rata
antara (86 – 95), artinya tingkat kepahaman Guru-
guru terhadap materi selama uji coba berkategori
baik

Gambar 4. Uji coba Alat Peraga

Peserta Uji coba kelihatan sangat


antusias sekali dalam memperhatikan materi yang
disampaikan, hal ini kelihatan dengan semangat

119
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] . Blum, W. and Niss, M., (1989),
Mathematical Problem Solving,
Modelling, Applications, and Links to
Other Subjects – State, Trends and Issues
in Mathematics Instruction. In: W. Blum,
M. Niss, and I. Huntley (Eds.), Modelling,
Applications and Applied Problem Solving:
teaching mathematics in a real contexts,
Chichester: Ellis Horwoord
[2] . De Lange, J. ,(1995), Assessment: No change
Gambar 6. Grafik Evaluasi Akhir Pemahaman Uji without problem. In: T. Romberg (ed.)
Coba Peraga Matematika di Kabupaten Bangkalan Reform in school mathematics and
authentic assessment. Albany NY: State
Acara uji coba diakhiri dengan pemberian satu Univeristy of New York Press.
paket media peraga matematika kepada ke-5 SD
terpencil di daerah tertinggal Kab. Bangkalan [3]. Fauzan, Ahmad. (2001). “ Pendidikan
tersebut serta berfoto bersama. Matematika Realistik: Suatu Tantangan
dan Harapan.” , disajikan pada Seminar
Nasional Pendidikan Matematika Realistik di
4. SIMPULAN DAN SARAN Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
4.1 Simpulan tanggal 14- 15 November 2001.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan pada [4]. Gravemeijer, K.P.E. (1994). Developing
laporan akhir pada penelitian ini adalah sebagai realistic mathematics education. Utrecht:
berikut : CD- Press, the Netherlands.
Prototipe alat peraga matematika yang
didesain dan dibuat sesuai tingkat kebutuhan [5]. Hadi, Sutarto. (2001). ‘PMRI : Beberapa
guru-guru di SD daerah tertinggal adalah alat Catatan Sebelum Melangkah Lebih
peraga untuk materi pecahan dan perbandingan, Jauh.”, disajikan pada Seminar Nasional
materi perkalian dan pembagian, materi bangun Pendidikan Matematika Realistik di
ruang, materi FPB dan KPK , materi operasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat , tanggal 14 – 15 November 2001.
materi akar dan pangkat , materi hitung jam serta [6]. Marpaung, Y. 2001. Pendekatan Realistik
sebagai pengayaan ditambahkan peraga untuk dan Sani dalam Pembelajaran
menjelaskan konsep luas lingkaran dan rumah Matematika, disajikan pada Seminar
perkalian untuk meningkatkan ketrampilan Nasional Pendidikan Matematika Realistik di
perkalian, pembagian dan faktorisasi bagi siswa. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Hasil evaluasi Guru-guru pada saat uji coba tanggal 14 – 15 November 2001.
alat peraga di Kabupaten Bangkalan menunjukan
[7]. Ninik, W.H. 2007. PMRI Suatu Inovasi
pemahaman guru-guru terhadap hubungan antara
Pendekatan Pembelajaran Matematika,
materi dan penggunaan alat peraga matematika
disajikan pada seminar di Jurusan Teknik
dapat meningkat dengan baik . Rata-rata dari ke-
Mesin FT UNESA, tgl 19 Juli 2007
5 SDN yang dijadikan sampel menyatakan setuju
dengan dibantu alat peraga selama proses [8]. Ratini, dkk. 2001. Pengalaman dalam
pembelajaran matematika di kelas. Melaksanakan Uji Coba Pembelajaran
Matematika secara Realistik di MIN
4.2 Saran Yogyakarta II, disajikan pada Seminar
Untuk membuktikan ketermanfaatan Nasional Pendidikan Matematika Realistik di
alat peraga matematika tersebut , perlu dilakukan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
try out terhadap siswa-siswa SDN , disesuaikan tanggal 14 – 15 November 2001.
antara materi dan alat peraga dari jenjang kelas [9]. Sri Wardhani. (2005). Pembelajaran
yang terkait. Matematika Kontekstual. Bahan Ajar
Keberhasilan penelitian ini memungkinkan Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta:
digunakannya prototipe alat peraga untuk belajar PPPG Matematika
matematika dan Buku Panduan pedoman
panduan alat peraga matematika yang [10]. Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa
dikembangkan untuk diterapkan di sekolah- Teknik, Model dan Strategi Dalam
sekolah lain yang kondisinya mirip dengan Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar
sekolah-sekolah tertinggal Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta:
PPPG Matematika.

120
[11].KENDAL,KOMPAS.Com, Rabu, 13
Februari 2013. 183 Kabupaten Berstatus
Daerah Tertinggal
[12]. Depdiknas, (2004), Kurikulum 2004:
Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah Jakarta: Depdiknas Yogyakarta:
PPPG Matematika.

121
122
Media Trainer Praktikum Untuk Penunjang Mata Kuliah
Dasar Sistem Telekomunikasi Mahasiswa Teknik Elektro FT-UNESA
Nurhayati1*), Eppy Yundra2
1
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail: nurhayati@unesa.ac.id
2
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail:eppy_yra@yahoo.com
*)
Alamat Korespondensi: Email: nurhayati@unesa.ac.id

ABSTRACT
The meaning of learning is activity that can improve new knowledge, skills, and behaviors. It can happened if
there are collaborate from individual with information and environment. To support the course of basic
telecommunications system, trainers is created as media to enhance learning process. This study aims to know
validation of trainer for basic telecommunications system courses and to know the response of students to the
trainer that supporting basic telecommunications system experiment courses. This research used pre experiment
design and it is named as one-shot case study. In this designed there were a group that is given a treatment and
observations. The sample is students of Electrical Engineering whom taken basic telecommunications system
courses. The product from this research is trainer. It can include with oscillator, filter, modulator and amplifier
that is integrated in one trainer box. The modulator includes of amplitude modulation (AM), frequency modulation
(FM), pulse amplitude modulation (PAM), amplitude shift keying (ASK), frequency shift keying (FSK). From the
validation results showed that the average results of the validation as 83%. From validation, it denoted that
construction and material can support learning process. But the value of trainer construction less than material
of the trainer. Based on the recapitulation of the student response, it gets 85% with good ratings. From that
resulted, it can be concluded that trainer can improve electrical engineering student’s competency.
Key Words: media, learning, trainer, modulation, validation

ABSTRAK
Pengertian belajar adalah kegiatan mengembangkan pengetahuan baru, keterampilan, dan perilaku. Hali
ini dapat terjadi jika terjadi interaksi individu dengan informasi dan lingkungan. Untuk mendukung mata kuliah
praktikum dasar sistem telekomunikasi, maka dibutuhkan trainer sebagai sarana pendukung media
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk membuat trainer pendukung yang layak untuk mata kuliah
praktikum dasar sistem telekomunikasi serta mengetahui respon mahasiswa terhadap trainer pendukung mata
kuliah praktikum dasar sistem telekomunikasi. Desain penelitian yang digunakan adalah jenis pre experiment
design dengan bentuk one-shot case study. Dalam desain ini terdapat suatu kelompok dan diberi
treatment/perlakuan dan dilakukan observasi. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa prodi S1 Teknik Elektro
yang mengambil mata kuliah praktikum dasar sistem telekomunikasi. Produk yang dihasilkan dalam penelitian
ini adalah terbentuknya trainer pendukung dengan materi Oscilator, Filter, penguat dan modulator meliputi
amplitude modulation (AM), frequency modulation (FM), pulse amplitude modulation (PAM), amplitude shift
keying (ASK), frequency shift keying (FSK) yang terintegrasi dalam satu box trainer. Dari hasil validasi
didapatkan bahwa rata-rata hasil validasi sebesar 83%. Rata-rata validasi didapatkan dari penilaian format
tampilanmendapatkan hasil rating yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil rating materi trainer.
Berdasarkan rekapitulasi hasil respon mahasiswa sebesar 85% dengan penilaian baik. Dari hasil yang
didapatkan dapat disimpulkan bahwa trainer dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa
teknik elektro.
Kata kunci: Media, pembelajaran, trainer, modulasi, validasi.

media pembelajaran baik akan tercapai informasi yang


1. PENDAHULUAN
ditujukan kepada individu tersebut.
Menurut Smaldino[1] belajar adalah Praktikum dasar sistim telekomunikasi
mengembangkan pengetahuan baru, keterampilan, merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil oleh
dan perilaku yang merupakan interaksi individu mahasiswa program studi S1 Teknik Elektro. Mata
dengan informasi dan lingkungan. Lingkungan dalam kuliah tersebut memiliki topik seperti oscillator,
hal ini tidak hanya bersifat lunak, tetapi juga bersifat amplitude modulation (AM), frequency modulation
fisik, seperti jalan raya, televisi, komputer, dan lain (FM), pulse amplitude modulation (PAM), amplitude
sebagainya. Melihat pada definisi tersebut semakin shift keying (ASK), frequency shift keying (FSK),
jelas bahwa belajar tidak terlepas dari sebuah interaksi filter dan amplifier. Untuk mendukung mata kuliah
antara individu dengan lingkungannya, dengan sebuah tersebut dibutuhkan trainer sebagai sarana pendukung
praktikum bagi mahasiswa. Namun kondisi dilapangan

123
trainer yang dimiliki oleh Laboratorium Trainer yang dibuat pada penelitian ini terdapat
Telekomunikasi sangat terbatas, hanya beberapa rangkaian percobaan yaitu rangkaian
menggunakan simulasi computer dan proses belajar osilator, penguat, filter, modulator. Osilator
mengajar menjadi kurang optimal. Sehingga sangat (oscillator) adalah suatu rangkaian elektronika yang
dibutuhkan trainer pendukung untuk praktikum mata menghasilkan sejumlah getaran atau sinyal listrik
kuliah tersebut. secara periodik dengan amplitudo yang konstan.
Trainer merupakan suatu set peralatan di Gelombang sinyal yang dihasilkan ada yang berbentuk
laboratorium yang digunakan sebagai media gelombang sinus (sinusoide wave), gelombang kotak
pendidikan. Trainer praktikum dasar sistim (square wave) dan gelombang gigi gergaji (saw tooth
telekomunikasi ini dibuat karena terbatasnya jumlah wave). Pada dasarnya sinyal arus searah atau DC dari
media pembelajaran pada mata kuliah tersebut. pencatu daya (power supply) dikonversikan oleh
Trainer merupakan media yang dapat dilihat dan rangkaian osilator menjadi sinyal arus bolak-balik atau
digunakan sebagai pengalaman nyata bagi mahasiswa AC sehingga menghasilkan sinyal listrik yang periodik
dan dapat menarik perhatian dalam upaya dengan amplitudo konstan.
meningkatkan komptensi mahasiswa prodi S1 Teknik Rangkaian modulator ada yang berupa modulator
Elektro FT-Unesa analog dan digital. Perbedaan modulasi analog dan
Keutamaan dari penelitian ini adalah penerapan digital dapat dilihat dari bentuk sinyal informasi yang
dari pendukung trainer lebih terintegrasi dan tidak diinputkan. AM, FM merupakan contoh modulasi
parsial sehingga mahasiswa lebih mudah memahami analog sedangkan ASK, FSK merupakan contoh
materi perkulihan praktikum tersebut yang merupakan sistem modulasi digital.
kompetensi dasar bagi seluruh mahasiwa prodi S1
Teknik Elektro FT-Unesa. Penelitian bertujuan
menghasilkan trainer pendukung yang layak untuk
mata kuliah praktikum dasar sistim telekomunikasi dan
mengetahui respon mahasiswa terhadap trainer
pendukung untuk mata kuliah praktikum dasar sistem
telekomunikasi.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Media Pembelajaran Trainer
Trainer merupakan suatu set peralatan yang
digunakan sebagai media pendidikan. Trainer Gambar 1. Rangkaian Osilator
praktikum dasar sistim telekomunikasi ini dibuat
karena terbatasnya jumlah media pembelajaran pada
mata kuliah tersebut. Trainer merupakan media yang
dapat dilihat dan digunakan sebagai pengalaman nyata
bagi mahasiswa dan dapat menarik perhatian dalam
upaya meningkatkan komptensi mahasiswa prodi S1
Teknik Elektro FT-Unesa. Agar bisa memenuhi fungsi
tersebut maka media pembelajaran yang akan
dikembangkan harus memiliki kualitas baik. Indikator
media pembelajaran yang baik dapat diketahui
berdasarkan kelayakan dari media pembelajaran
tersebut. Kelayakan ini terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu Gambar 2. Rangkaian Filter
validitas, kepraktisan, dan keefektifan[2]. Menurut
Sugiyono[3], validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi bahan ajar dengan materi
pelajaran yang diajarkan. Sedangkan validitas
konstruk dilihat berdasarkan penyelidikan terhadap
konstruk psikologis. Stimulus respon terdiri dari tiga
komponen yaitu komponen kognisi (pengetahuan),
komponen afeksi (sikap), dan komponen psikomotor
(tindakan). Pengetahuan berhubungan dengan
bagaimana seseorang memperoleh pemahaman
tentang dirinya dan lingkungannya serta bagaimana
dengan kesadaran itu bereaksi terhadap
lingkungannya.
Gambar 3. Modulator AM
Materi Praktikum

124
Gambar 7. Rangkaian penguat

Gambar 4. Modulator PAM


3. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah jenis
metode panelitian kualitatif jenis pre experiment
design dengan bentuk one-shot case study. Dalam
desain ini terdapat suatu kelompok dan diberi
treatment/perlakuan dan selanjutnya dilakukan
observasi hasilnya [3]. Tujuan panelitian menurut
Ghufron[4] adalah menjembatani kesenjangan antara
sesuatu yang terjadi dalam penelitian pendidikan
dengan praktik pendidikan dan menghasilkan produk
penelitian yang dapat digunakan untuk
mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran
secara efektif. Menurut Brog and Gall[5] bahwa
Gambar 5. Rangkaian ASK prosedur penelitian dan pengembangan pada dasarnya
terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: pengembangan
produk, menguji kualitas dan efektifitas produk dalam
mencapai tujuan.
Penelitian pembuatan trainer pendukung ini
dilaksanakan di Jurusan Teknik Elektro Fakuktas
Teknik Universitas Negeri Surabaya dan waktu
pelaksanaan penelitian selama 8 bulan. Populasi
penelitian pembuatan trainer pendukung adalah
mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Surabaya. Sampel penelitian ini
adalah mahasiswa prodi S1 Teknik Elektro yang
mengambil matakuliah praktikum dasar sistem
telekomunikasi.

Gambar 6. Rangkaian FSK Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian ini menggunakan
rancangan one-shot case study design[6] dengan pola
sebagai berikut:

Gambar 8. One-shot case study design

Keterangan:
X = mahasiswa dibelajarkan dengan menggunakan
trainer pendukung pada mata kuliah praktikum
dasar sistem telekomunikasi

125
O = Pengambilan data peserta didik berupa respon Tabel 1. Hasil Validasi
mahasiswa No Jenis Intrumen Hasil Keterangan
Perwajahan dan
1 77% Valid
konstruksi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Materi 89% Sangat valid
Hasil Rata-Rata 83% Sangat valid
Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya
produk Trainer yang mendukung mata kuliah Dasar
Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 1
Sistem Telekomunikasi yang dapat mendukung
didapatkan rata-rata penilaian hasil validasi
perkuliahan mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro
perwajahan dan konstruksi trainer sebesar 77% dengan
maupun mahasiswa Teknik Elektro. Trainer yang
kategori valid dan rata-rata hasil validasi materi
terbentuk kemuadian divalidasi berupa deskripsi data
sebesar 89% dengan kategori sangat valid. Sesuai
hasil validasi dan angket respon mahasiswa. Hasil
dengan skala Likert[7] bahwa instrument penelitian
penelitian ini divalidasi oleh 3 validator yang terdiri
dinyatakan valid apabila mempunyai angka 63% -
dari 3 orang Dosen Teknik Elektro Universitas Negeri
81% dan dinyatakan sangat valid jika berada pada
Surabaya. Dari hasil validasi yang telah dinilai oleh
skala 82-100%. Rata-rata keseluruhan dari hasil
para ahli, kemudian hasil validasi tersebut akan
validasi trainer oleh 3 validator sebesar 83% dengan
dihitung rating dari tiap-tiap indikator yang kemudian
kategori sangat valid. Validasi perwajahan dan tata
hasil rating tersebut dikategorikan menurut kriteria
letak hanya mendapatkan 77% hal ini disebabkan
skala penilaian.
perwajahan dan konstruksi trainer masih banyak
kekurangan baik dari segi penampilan, keterbacaan
penunjuk pada trainer maupun dalam pengoperasian
trainer.
Dari hasil validator ada yang memberi saran agar
ada tata letak rangkaian diperbaiki dimana peletakan
rangkaian mempertimbangkan urutan sinyal sistem
pemancar agar pemahaman mahasiswa semakin baik.
Pembuatan trainer ini masih belum sempurna terutama
dalam tata letak rangkaian. Selain itu penataan kabel
untuk menghubungkan ke sumber input dan output dan
juga penamaan sumber input dan output kurang jelas.
Tetapi dengan adanya trainer pendukung praktikum
maka mahasiswa lebih terbantu dalam proses
pembelajaran dimana mereka lebih paham mengenai
sinyal input dan output dari rangkaian osilator,
penguat, proses modulasi dan mereka bisa
membedakan beberapa sinyal output dari beberapa
sistem modulasi. Dari hasil validasi dapat disimpulkan
Gambar 8. Tampilan Trainer tampak atas bahwa traner sangat valid digunakan untuk
mendukung mata kuliah Dasar Sistem Telekomunikasi
Pada pembuatan trainer terdapat 3 jenis trainer
dengan hasil rating sebesar 83%.
dengan menggunakan PCB dan terdapat beberpa
kegiatan praktikum yang dilengkapi gambar rangkaian
percobaan tiap percobaan. Pada trainer terdapat
rangkaian osilator, penguat, filter, modulasi AM, FM, Hasil Validasi
PAM, modulasi ASK dan FSK. Mahasiswa dapat
menghubungkan sinyal input untuk sinyal informasi
90%
maupun sinyal pembawa menggunakan Audio
Function Generator dan melihat input dan output 80% 89%
gelombang menggunakan osiloskop. 77%
70%
Perwajahan Materi
Pembahasan dan
1. Hasil Validasi Instrument Konstruksi
Hasil rating validasi trainer, oleh 3 orang dosen
jurusan Teknik Elektro, yang terdiri dari: (a) Gambar 9. grafik hasil validasi
Perwajahan dan konstruksi dan (b) Materi, yang
didapatkan rata-rata hasil validasi tingkat kelayakan Dari kedua hasil rating tersebut dapat dibuat rata-rata
pada trainer tersebut. Hasil dari validasi yang telah hasil validasi trainer sebesar 83%. Pada akhirnya,
dilakukan adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 1 dapat disimpulkan trainer dapat digunakan untuk
berikut.

126
mendukung kegiatan pembelajaran praktik untuk mata membantu dalam pemahaman materi bila disbanding
kuliah dasar sistem telekomunikasi. hanya diterangkan tanpa menggunakan media. Dengan
menggunakan trainer mereka bisa mengetahui secara
2. Hasil Respon langsung rangkaian osilator, penguat, filter, modulator
Berdasarkan hasil respon angket, yang terdiri dari AM, FM, PAM, ASK dan FSK. Mahasiswa dapat
(a) Desain media, (b) Trainer dapat menunjang mengetahui bentuk sinyal input dan perbedaan sinyal
perkuliahan, (c) Trainer dapat mempermudah output yang dihasilkan dari beberapa jenis rangkaian
pemahaman materi, dan (d) trainer dapat menambah modulator. Mahasiswa menjadi paham cara
motivasi dan minat belajar, yang diperoleh dari mengoperasikan alat ukur seperti Audio signal
mahasiswa jurusan Teknik Elektro didapatkan hasil generator, catu daya dan penggunaan osiloskop dalam
respon yang berbeda. Namun secara keseluruhan membaca sinyal. Hanya terdapat kendala jumlah audio
dapatterlihat mereka senang dengan adanya kegiatan signal generator yang ada di laboratorium
pembelajaran menggunakan trainer dibandingkan telekomunikasi terbatas. Dari ketiga trainer yang
dengan hanya menggunakan simulasi computer. Hasil dihasilkan juga keterangan input dan output, tata letak
dari angket respon mahasiswa yang telah dilakukan penataan komponen ada yang kurang baik sehingga
adalah sebagai berikut sebagaimana terlihat pada data yang diambil juga menjadi kurang optimal.
Tabel 2. Namun mahasiswa sangat senang dengan adanya
Tabel 2. Hasil Respon Mahasiswa trainer karena mereka bisa melihat rangkaian secara
langsung dan melihat gelombang input dan output dari
No Jenis Intrumen Hasil Keterangan
beberapa rangkaian pada satu trainer/box. Dengan
1 Desain media 76% Baik adanya trainer kegiatan psikomotorik dan kognitif
Trainer data menunjang Sangat dapat terlaksana secara real jika dibandingkan dengan
2 89%
perkuliahan Baik menggunakan simulasi menggunakan program
Trainer mempermudah Sangat simulasi seperti multisim ataupun proteus. Mereka
3 89%
pemahaman materi Baik juga bisa membandingkan hasil keluaran gelombang
Trainer dapat Sangat
4 85% dari hasil simulasi dan pengukuran secara langsung.
menambah motivasi Baik
Sangat
Rata-Rata 85%
Baik

Berdasarkan rekapitulasi hasil angket terlihat


bahwa rata-rata hasil respon mahasiswa sebesar 85%
dengan penilaian kualitatif sangat baik. Jika
digambarkan dengan grafik terlihat seperti Gambar 10
dibawah ini.

HASIL RESPON Gambar 11. Proses pengujian trainer 1


90%
85%
80%
89% 89%
75% 85%
70% 76%
65%

Gambar 10. Hasil respon mahasiswa

Hasil penilaian format desain media trainer 78%,


respon mengenai trainer dapat menunjang perkuliahan Gambar 12. Proses pengujian trainer 2
dan dapat mempermudah pemahaman materi
diperoleh hasil rating sebesar 89%, sedangkan trainer
dapat menambah motivasi didapatkan hasil rating
sebesar 86%. Sebagian mahasiswa merasa senang
dengan pembelajaran yang bervariasi, dan mereka
mempunyai pengalaman belajar yang lebih, serta lebih
memahami konsep materi yang berhubungan sistem
modulasi dan terdapat trainer pendukung yang

127
5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Smaldino, Sharon E. & James D. Russel, (2011).
Instructional Technology and Media for Learning,
Yogyakarta: Prenada Media Group.
[2]. Nieveen, N., (1999). Design Approaches and Tools in
Education and Training, J. Akker et al (Eds):
Formative evaluation in educational design research.
Netherlands: Kluwer Academic Publisher.
[3]. Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Gambar 13. Trainer 3
[4]. Ghufron, Anik, (2011). Pendekatan Penelitian dan
Pengembangan (R&D) di Bidang Pendidikan dan
4. SIMPULAN DAN SARAN Pembelajaran.
Simpulan [5]. Borg R. Walter and Gall Meredith, D., (1989).
Educational Research: An Introduction, Fifth
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Edition, London: Longman, Inc.
yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai [6]. Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H.H., (2012).
berikut: How To Design And Evaluate Research In
1) Trainer pendukung praktikum dapat digunakan Education (8th ed.), New York: McGraw-Hill.
untuk mendukung mata kuliah dasar sistem [7]. Riduwan, (2012). Skala Pengukuran Variabel-
telekomunikasi untuk mahasiswa Teknik Elektro. Variabel Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi rata-rata hasil
validasi sebesar 83% dengan kategori sangat valid.
Rata-rata validasi didapatkan dari rata-rata
penilaian format perwajahan dan konstruksi
sebesar 77%, dan validasi isi materi yang dapat
tersampaikan dari trainer sebesar 89%. Sesuai
dengan skala Likert bahwa instrument penelitian
dinyatakan sangat valid apabila mempunyai angka
81% - 100%. Hal ini menunjukkan bahwa trainer
dapat digunakan untuk mendukung perkuliahan
praktikum dasar sistem telekomunikasi.
2) Berdasarkan rekapitulasi hasil angket didapatkan
bahwa rata-rata hasil respon mahasiswa sebesar 85
% dengan penilaian kualitatif sangat baik yang
didapatkan dari rata-rata hasil penilaian desain
media trainer 76%, respon trainer dapat menunjang
perkuliahan sebesar 89%, hasil rating trainer dapat
mempermudah pemahaman perkuliahan sebesar
89%, dan trainer dapat menambah motivasi dan
minat belajar sebesar 85%. Dalam melakukan
kegiatan pembelajaran menggunakan trainer maka
mahasiswa akan mempunyai pengalaman belajar
yang lebih karena adanya visualisasi secara real
mengenai rangkaian, komponen pendukung,
gelombang input dan output, cara pengambilan
data, sehingga lebih memahami konsep materi dan
dapat membandingkan dengan hasil simulasi.

Saran
1) Perlu adanya penyempurnaan bentuk tampilan
trainer dari penataan letak rangkaian, kejelasan
tulisan, serta kemudahan dalam menghubungkan
dengan input output rangkaian. Trainer juga perlu
diperbanyak sehingga dapat dgunakan untuk
banyak kelompok.
2) Dalam melakukan praktikum sebaiknya peralatan
laboratorium harus mencukupi sehingga
mahasiswa tidak saling bergantian menggunakan
peralatan input dan output.

128
Profil Mahasiswa Dalam Kegiatan Perkuliahan Model Sorogan-
Bandongan Materi Mekanisme Reaksi Kimia Organik
Rinaningsih1*), Suyatno2, Ismono3
1
Jurusan Kimia, UNESA, Surabaya. E-mail: rina_kimunesa@yahoo.com
2
Jurusan Kimia, UNESA, Surabaya. E-mail: suyatno_kimunesa@yahoo.com
3
Jurusan Kimia, UNESA, Surabaya. E-mail: ismono.sains@gmail.com
*) Alamat Korespondensi: Email: rina_kimunesa@yahoo.com

ABSTRACT
Model lectures Sorogan-Bandonga are models a combination of the two methods that is methods sorogan
and methods Bandongan. Sorogan method is a method to individual learning where the student must submit the
results (Sorog) concept has been understood to lecturers. Bandongan method is a method lecture where students
get learning in groups and given an opportunity to discuss the material to be taught. In a preliminary study tested
a model Sorogan-Bandongan using descriptive qualitative method with the syntax: Student reading and writing
tasks on teaching materials; The diagnostic test; Explanation of material; Student worksheets student (sorogan);
Classroom discussion reinforcement material (Bandongan) and final tests as the closing lecture. Results obtained
test students' understanding of the concept of the reaction mechanism after reading the explanation before
lecturers teaching materials, two students 25% , 50% 13 students, 10 students 75%, and no student is 100%
understand the teaching materials before the discussion of the lecturer. The diagnostic results obtained learning
difficulties 32% Question 1; 40% Question 2; 18% Question 3; 83% about the number 4. There is a learning
outcome at 11.07. Recommended that the model Sorogan-Bandongan effective as a model lecture Organic
Chemistry.
Key Words: Model Sorogan-Bandongan, Reaction Mechanism Organic Chemistry

ABSTRAK
Model perkuliahan Sorogan-Bandongan merupakan model gabungan dari dua metode yakni metode Sorogan
dan metode Bandongan. Metode Sorogan adalah metode pembelajaran individual dimana mahasiswa harus
menyerahkan hasil (sorog) konsep yang telah dipahaminya kepada dosen. Metode Bandongan adalah suatu
metode perkuliahan dimana mahasiswa mendapat pembelajaran secara kelompok dan diberikan kesempatan
untuk berdiskusi tentang materi yang akan diajarkan. Pada penelitian pendahuluan diujicobakan model Sorogan-
Bandongan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan sintak: Mahasiswa membaca dan
mengerjakan tugas pada bahan ajar; Tes diagnostik; Penjelasan materi; Mahasiswa mengerjakan lembar kerja
mahasiswa (Sorogan); Diskusi kelas penguatan materi (Bandongan) dan tes akhir sebagai penutup perkuliahan.
Hasil ujicoba didapatkan pemahaman mahasiswa konsep mekanisme reaksi setelah membaca bahan ajar sebelum
penjelasan dosen, 2 mahasiswa 25%, 13 mahasiswa 50%, 10 mahasiswa 75% serta tidak ada mahasiswa yang
100% memahami bahan ajar sebelum pembahasan dosen. Hasil diagnostik kesulitan belajar didapatkan 32% soal
nomor 1; 40% soal nomor 2; 18% soal nomor 3; 83% soal nomor 4. Terdapat peningkatan hasil belajar sebesar
11,07. Direkomendasikan bahwa model Sorogan-Bandongan efektif sebagai model perkuliahan Kimia Organik.
Kata kunci: Model Sorogan-Bandongan, Mekanisme reaksi Kimia Organik.

1. PENDAHULUAN kesempatan untuk berdiskusi tentang materi yang


diajarkan [4, 7].
Model Sorogan-Bandongan merupakan model
Indikator keberhasilan implementasi metode
pembelajaran gabungan dari metode Sorogan dan
Sorogan dan metode Bandongan di Pesantren adalah
metode Bandongan yang diterapkan di Pondok
seberapa besar penerimaan masyarakat terhadap
pesantren. Metode Sorogan adalah metode
keberadaan pesantren. Semakin Termasyur suatu
pembelajaran individual dimana santri harus
pesantren Kyai semakin karismatik, wibawa dan
menyerahkan hasil (sorog) materi konsep yang telah
terampil dalam menerapkan Sorogan-Bandongan [5, 8].
dipahaminya kepada Kyai (guru) [1, 2, 3, 4]. Kyai (guru)
Semakin mahir Kyai dalam menerapkan Sorogan-
sebagai penerima hasil perkembangan belajar
Bandongan semakin banyak muncul teknik, gaya serta
individual santrinya harus memberikan suatu umpan
strategi yang muncul dalam menyampaikan konsep
balik baik penguatan ataupun pembenaran apabila
(materi) pelajarannya[6, 4].
terjadi kesalahan dari santri, dalam hal ini Kyai (guru)
Implementasi Sorogan-Bandongan di Pondok
adalah sumber ilmu [5, 6]. Metode Bandongan adalah
Pesantren mutlak dilakukan baik di pesantren
suatu metode pembelajaran dimana siswa mendapat
tradisional, modern maupun komprehensif, karena ruh
pembelajaran secara kelompok dan diberikan
metode tersebut sudah ada pada para pengajar baik

129
Kyai maupun ustadz (asisten Kyai). Salah satu syarat Hasil penelitian yang dibahas meliputi proses
yang tidak tertulis dalam dunia pesantren untuk jadi perkembangan hasil belajar mahasiswa, sebagaimana
seorang kyai atau ustadz apabila sudah pernah tertera pada Gambar 1 di bawah ini:
menyelesaikan (katam) kitab Ta’lim Muta’alim [9, 10].
Implementasi beberapa metode dalam
perkuliahan mekanisme reaksi dapat meningkatkan
perhatian [11], perkuliahan lebih efektif, melibatkan
mahasiswa, kreatif, berpusat pada mahasiswa,
[12]
meningkatkan penggunaan teknologi ,
meningkatkan semangat belajar [13], meningkatkan
kemampuan kinerja [14], Percaya diri [15] dan lebih
efisien. Hal ini bisa dilakukan dengan ujian lisan,
pemberian tugas rumah (PR), penataan ruang kelas,
pengembangan silabus, soal kuis, ppt menggunakan IT
[16]
dan perkuliahan terpadu [17], sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar serta meningkatkan
kesadaran dalam merancang dan mensintesis kimia
organik alami, dengan pendekatan eksperimen kimia Gambar 1. Perkembangan Hasil Belajar Mahasiswa
hijau yang dapat merubah sikap dan tingkah laku Dalam menentukan efektifitas model sorogan –
ramah lingkungan [18]. bandongan pada penelitian ini dapat dilakukan dengan
Kesulitan dalam mempelajari mekanisme reaksi melihat perkembangan hasil belajar mahasiswa.
diantaranya pada penentu reaksi, prinsip Le Potensi perkembangan individu dilakukan dengan
Chatelier’s, sulit menuliskan mekanisme reaksi dari membandingan antara pengetahuan awal siswa dan
kurva energi potensial, serta tidak dapat membedakan hasil belajarnya. membandingkan antara hasil
antara komplek aktivasi dan reaksi intermediet diagnostik kesulitan belajar awal merupakan pre-test
menggunakan besarnya energi dari unsur-unsur yang dengan kesulitan materi pada tes akhir menunjukkan
terdapat pada grafik [19]. Kesulitan - kesulitan ini dapat bahwa terjadi penurunan kesulitan yang sangat drastis
diatasi dengan menggunakan instrumen kimia, hasil dari 32% pada pre-test menjadi 3% pada tes akhir
analisis instrumen kimia membantu mengerti kejadian untuk pengertian reaksi substitusi. Begitu juga pada
pada level molekuler mekanisme reaksi secara nyata kesulitan dalam mempelajari SN1 pada pre-test sebesar
[20]
sehingga mekanisme reaksi dapat diuji [21]. Tujuh 83% pada tes akhir hanya 4,5%. dan SN2 pada pre-test
ide dalam sintesis kimia organik: mencerminkan sebesar 48% sedang pada tes akhir sebesar 20% (soal
praktek kimia organik, menyediakan informasi nomor 4, item 1 dan 3). Konsep prasyarat pada pre-test
kontekstual, menyediakan referensi literatur, membuat terbaca untuk asam basa Lewis sebesar 90%,
masalah terbuka, mencakup permasalahan unsur yang konfigurasi elektron sebesar 23%, pengisian orbital
familiar, membuat permasalahan yang semestinya 13%, hibridisasi 23%. Struktur Lewis 55%,
penuh dengan tantangan, menyediakan akses referensi elektronegatifitas 65%. Bila dirata – rata konsep
bahan ketika mahasiswa akan menyelesaikan masalah prasyarat pada pre-test sebesar 44% hasil tersebut
[22]
. hampir setara pada tes akhir sebesar 46%. Kesetaraan
Perkuliahan mekanisme reaksi seharusnya menunjukkan bahwa konsep prasyarat memerlukan
dirancang dengan memberikan kesempatan berdiskusi, waktu tersendiri dalam perkuliahan karena
berlogika dan menentukan prioritas sintesis dalam keterbatasan waktu dalam tatap muka pada
industri. Penentuan mekanisme reaksi yang paling perkuliahan.
tepat bermanfaat untuk menentukan cara sintesis Sejalan dengan pemikiran Cui[24] Pre-test sebagai
dalam industri. Hasil kinerja mahasiswa merupakan alat pengukur pengetahuan awal mahasiswa sebagai
modifikasi praktis dan peningkatan mendasar untuk diagnosa terhadap tahapan belajar siswa, menentukan
tantangan dan rekayasa kimia [23]. langkah pembelajaran individual bagi masing-masing
mahasiswa. Langkah pembelajaran dari hasil
diagnostik tersebut merupakan kunci dari
2. PROSEDUR PENELITIAN
pembelajaran individual. Pembelajaran individual
Pada ujicoba penelitian pendahuluan yang dilakukan dibantu oleh LKM yang telah
menggunakan model perkuliahan Sorogan-Bandongan dikembangkan berdasarkan langkah-langkah
dengan metode deskriptif kualitatif. Langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan ketentuan peta diagnostik.
pembelajaran yang dilakukan yakni mahasiswa Hasil rata-rata pre-test sebesar 47,90 sedangkan
membaca dan mengerjakan tugas pada bahan ajar, tes post test sebesar 58,97 ada peningkatan sebesar 11,07
diagnostik, penjelasan materi, mahasiswa yang menunjukkan strategi dan metode Sorogan dan
mengerjakan LKM (Sorogan), Diskusi kelas Bandongan yang diimplementasikan efektif
penguatan materi (Bandongan) dan tes akhir sebagai dipergunakan dalam perkuliahan Kimia Organik.
penutup perkuliahan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

130
5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Tan, C., (2014). Educative Traditional and Islamic
schools in Indonesia; Journal of Arabicand Islamic
Studies; Vol. 14: 47-62.
[2]. Zuchairiny, A., (2013). Penguatan Islam Tradisional:
studi Kasus Model Pembelajaran Kitab Kuning di
Pesantren Alkhairaat Madinatul Ilmi Dolo
Sulawesi Tengah: ISTIQRA’, Jurnal Penelitian
Ilmiah; Vol.1, No. 2, 273-282.
[3]. Sulistyo, L., Priyo., (2014). Implementasi
Pembelajaran Matematika dengan Model Sorogan
Berbantuan CD Pembelajaran; Jurnal
DISPROTEK; Volume 5, No.2, 28-43.
[4]. Kuswandono, P., Gandana, I., Rohani, S., Zulfikar, T.,
(2011). Revisiting Local Wisdom: Efforts to
Gambar 2. Tes diagnostik pada konsep-konsep yang Improve Education Quality in Indonesia;
prasyarat SN1 dan SN2 Conference Proceedings
[5]. Rifa’i, F., A., (2013), Analisis dan Implementasi
Pada Gambar 2 terlihat bahwa konsep prasyarat Aplikasi Penerjemah dan Penambah Harakat
yang dikuasai mahasiswa yaitu asam basa Lewis. Kitab Klasik/Kitab Kuning; Journal Kaunia; Vol.
IX, No. 2, 85-95.
Kemampuan mahasiswa pada konsep asam basa Lewis
[6]. Astuti, A., S., (2014). Pesantren dan Globalisasi;
belum cukup dipergunakan dalam membangun konsep Jurnal Tarbawiyah, Vol. 11 No. 1, 16-35.
mekanisme reaksi SN1 dan SN2, sehingga perlu konsep [7]. Al hamdani, D., M., H., (2013). Introduction
prasyarat lain nukleofilisitas, konfigurasi elektron, Curriculum Multiculturalism Boarding School;
pengisian orbital, hibridisasi, penentuan struktur, Journal of Education and Practice; Vol. 4, No.23, 57-
elektronegatifitas serta pemahaman terhadap reaksi 62.
substitusi. [8]. Fadhil, M. (2011). Inovasi Pesantren dalam
Pengembangan Keilmuan; Innovatio, Vol. X, No.1,
59-81.
[9]. Syukur, F., (2012). Pesantren - Based Madrasah
Management; AL ALBAB- Borneo Journal of
Religious Studies (BJRS); Vol. 1 No. 1, 109 – 129.
[10]. Azhari. (2014). Eksistensi Sistem Pesantren Salafi
Dalam Menghadapi Era Modern; Islamic Studies
Journal; Vol. 2, No. 1, 51-65.
[11]. Dicks, P., A., et al. (2012). Undergraduate Oral
Examinations in a University Organic Chemistry
Curriculum. Journal of Chemical Education.
Published: October 18, 1506-1510.
[12]. Franz, K., A. (2011). Organic Chemistry You Tube
Gambar 3. Profil Pekerjaan Rumah Mahasiswa Writing Assignment for Large Lecture Classes.
Journal of Chemical Education. Published: November
29, 497-501.
Pada Gambar 3 di atas merupakan profil [13]. Parker, L.,L. & Loudon, M.,G. (2012) Case Study
mahasiswa dalam mengerjakan handout. Terdapat Using Online Homework in Undergraduate
grafik berwarna merah pada mahasiswa ke 8 yang Organic Chemistry: Result and Student Attitudes.
mana mahasiswa tersebut mendapatkan nilai tugas Journal of Chemical Education. Published: November
rumah sebesar 30, pada grafik tampak bahwa 12, 37-44.
mahasiswa tersebut tidak mendapatkan nilai terendah, [14]. Muthyala, S., R. & Wei, W. (2012). Does Space
yang sebenarnya mahasiswa tersebut terlihat tidak Matter? Impact of Classroom Space on Student
sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas. Learning in an Organic-First Curriculum. Journal
of Chemical Education. Published: November 26, 45-
Sebenarnya, nilai tugas mahasiswa tersebut bias 50.
mencapai 100 seperti mahasiswa 1. Handout pada [15]. Collison, G.,C., et al. (2012) An SN1-SN2 Lesson in an
penelitian ini merupakan adopsi dari kitab kuning yang Organic Chemistry Lab Using a Studio-Based
harus ada dalam implementasi model Sorogan- Approach. Journal of Chemical Education.
Bandongan. Published: March 21, Vol. 89, 750-754.
4. KESIMPULAN [16]. Aldahmash, H.,A., et al. (2009). Kinetic Versus Static
Berdasarkan hasil ujicoba terbatas penelitian dapat Visual for Facilitating College Students
Understanding of Organic Reaction Mechanism
disimpulkan bahwa Model Sorogan-Bandongan
in Chemistry.Journal of Chemical Education.
efektif dipergunakan dalam kurikulum perkuliahan Published: December Vol. 86, No. 12, 1442-1446.
kimia organik materi mekanisme reaksi SN1 dan SN2. [17]. Giinersel, B.,A. & Fleming, A.,S., (2013). Qualitative
Assessment of a 3D Simulation Program: Faculty,
Students, and Bio-Organic Reaction. Journal of
Chemical Education. Published: June 25, 988-994.

131
[18]. Karpudewan, M., Ismail, Z., Roth, M., W. (2012).
Promoting pro-environmental attitudes and
reported behaviors of Malaysian pre-service
teachers using green chemistry experiments.
Journal of Environmental Education Research.
Published: 03 Nov 2011, Vol. 18, No. 3, 375-389.
[19]. Tastan, O., Yalcinkaya, E. & Boz Y. (2010). Pre-
Service Chemistry Teachers’ Ideas about
Reaction Mechanisme. Journal of Turkish Science
Education, Vol. 7, Issue 1, March 2010.
[20]. Kenzie, M.N. et al. (2012) Synthesizing Novel
Anthraquinone Natural Product-Like
Compounds to Investigate Protein-Ligand
Interaction in Both an in Vitro and in Vivo Assay:
an Integrated Research-Based Third- Year
Chemical Biology Laboratory Course. Journal of
Chemical Education. Published: April 6, 743-749.
[21]. Ahiakwo & Macson, J. (2012). Organic Reaction
Mechanism Controversy: Pedagogical
Implication for Chemical Education. AJCE, Vol.2,
No. 2, 51-65.
[22]. Raker, R., J. & Towns, H., M. (2012). Designing
Undergraduate-level Organic Chemistry
Instructional Problem: Seven Ideas from a
Problem-Solving Study of Practicing Synthetic
Organic Chemists. Journal of Chemistry Education
Research and Practice. Vol.13 277-285.
[23]. Mercer, M.,S., et al. (2011) Choosing the Greenest
Synthesis: A Multivariate Metric Green Chemistry
Exercise. Journal of Chemical Education. Published:
December 5, 215-220.
[24]. Cui, Y., Gierl, J., M. (2012). Estimating
Classification Consistency and Accuracy for
Cognitive Diagnostic Assessment. Journal of
Educational Measurement Spring. Vol. 49, No. 1, 19-
38.

132
Pendampingan Penyusunan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Bagi
Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bojonegoro
Rini Setianingsih1*), Manuharawati2, Abdul Haris Rosyidi3
1
Jurusan Matematika, Universitas Negeri Surabaya. Email: rinisetianingsih@unesa.ac.id
2
Jurusan Matematika, Universitas Negeri Surabaya. Email: manuharawati@unesa.ac.id
3
Jurusan Matematika, Universitas Negeri Surabay. Email: abdulharisrosyidi@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondensi: Email: rinisetianingsih@unesa.ac.id

ABSTRACT
The objectives of this Community Services (PKM) is to improve the ability of elementary school teachers in
Bojonegoro in creating an assessment instrument that measures Higher Order Thinking Skills (HOTS), and in
accordance with curriculum 2013. The undertaken activities were in the form of training and workshop. After
presentation of workshop material by the speakers, then the participants were given individual tasks to make the
assessment instrument which measures HOTS.in any subject he/she teaches at school. Thus, the products of this
project are in the form of assessment instruments which are ready to be implemented in real class. The results of
these activities are as follows: (1) Of the 50 assessment instruments produced by the participants, 10 instruments
(20%) included in the category of Very Good, and 40 assessment instruments (80%) included in the Good category.
In general, participants responded positively to the implementation of this project. Some of the instances cited
participants with regard to positivity of this projects are that a total of 40 respondents (100%) stated that the
training activities and workshops "Useful" or "Very Useful." In addition, it adds insight and improve the skills of
teachers in preparing instruments that measure HOTS and in accordance with the curriculum 2013.
Keywords: Preparation of instruments, Assessment of Learning Outcomes, HOTS, Primary School Teachers.

ABSTRAK
Tujuan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah melakukan pendampingan kepada
guru-guru SD di Kabupaten Bojonegoro dalam menyusun instrumen penilaian hasil belajar yang mengukur
Higher Order Thinking Skills (HOTS). Metode kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan dan pendampingan/
workshop. Setelah pemaparan materi oleh narasumber, para peserta diberi tugas individu membuat instrumen
penilaian beserta rubriknya, yang mengukur Higher Order Thinking Skills (HOTS) sesuai dengan mata pelajaran
yang dibina. Sehingga, salah satu produk dari kegiatan ini adalah instrumen penilaian dan rubriknya yang siap
diimplementasikan di kelas sesungguhnya. Adapun hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut: (1) Dari 50
instrumen penilaian yang dihasilkan peserta, 10 instrumen (20%) termasuk dalam kategori Baik Sekali; 40
instrumen penilaian (80%) termasuk dalam kategori Baik. Secara umum, peserta merespon positif terhadap
pelaksanaan kegiatan PKM ini. Beberapa hal yang dikemukakan peserta berkenaan dengan “positifnya” kegiatan
ini adalah sebagai berikut. Sebanyak 40 responden (100%) menyatakan bahwa kegiatan pelatihan dan workshop
ini “Bermanfaat” atau ‘Sangat Bermanfaat.” Selain itu, dapat menambah wawasan dan meningkatkan
keterampilan guru dalam menyusun instrument hasil belajar yang mengukur HOTS dan yang sesuai dengan
kurikulum 2013.
Kata kunci: Penyusunan instrumen, Penilaian Hasil Belajar, HOTS, Guru Sekolah Dasar.

1. PENDAHULUAN diharapkan secara berkesinam-bungan. Penilaian juga


dapat memberikan umpan balik kepada guru agar
Untuk memperoleh informasi tentang baik atau
dapat menyempurnakan perencanaan dan proses
buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran,
pembelajaran.
seorang guru harus melakukan penilaian. Di sisi lain,
penilaian merupakan salah satu komponen sistem Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
pembelajaran. Hal ini berarti, penilaian merupakan 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional membawa
kegiatan yang tak terelakkan dalam setiap kegiatan implikasi terhadap model dan teknik penilaian yang
pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan penilaian dilaksanakan di kelas. Dalam peraturan pemerintah
merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari tersebut dinyatakan bahwa penilaian terdiri atas
kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar penilaian eksternal dan penilaian internal. Penilaian
menekankan kepada diperolehnya informasi tentang eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh
seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pihak lain yang tidak melaksanakan proses
pengajaran yang ditetapkan. Penilaian hasil belajar pembelajaran. Sedangkan penilaian internal adalah
dilakukan oleh guru untuk memantau proses, penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh guru
kemajuan, perkembangan belajar siswa sesuai dengan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian
potensi yang dimiliki dan kemampuan yang kelas merupakan bagian dari penilaian internal

133
(internal assessment) untuk mengetahui hasil belajar kemampuan guru dalam menyusun instrumen
siswa terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan penilaian yang sesuai Permendikbud nomor 22 dan 23
oleh guru. Tujuannya adalah untuk menilai tingkat tahun 2016, serta Kurikulum 2013, khususnya di
pencapaian kompetensi siswa yang dilaksanakan pada Kabupaten Bojonegoro.
saat pembelajaran berlangsung dan di akhir
2. METODE PELAKSANAAN
pembelajaran.
Pada Permendikbud RI No. 23 tahun 2016 Kegiatan PKM ini dilaksanakan pada tanggal 27-
dinyatakan bahwa, “Penilaian adalah proses 28 Agustus 2016 bertempat di Kampus UT, Jalan
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk Mangga, Kelurahan Mulyoagung, Kecamatan Kota
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.” Bojonegoro. Sebagai khalayak sasaran antara yang
Lebih lanjut, dalam Permendikbud nomor 22 tahun strategis pada kegiatan ini adalah Kepala Bidang
2016 dijelaskan bahwa penilaian proses pembelajaran Pendidikan TK/SD pada Dinas Pendidikan Kota
menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic Bojonegoro. Sedangkan khalayak sasarannya adalah
assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, para Ketua dan Sekretaris KKG dari 28 Kecamatan
proses, dan hasil belajar secara utuh. “Penilaian yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Keterlibatan
autentik adalah pendekatan, prosedur, dan instrumen Kepala Bidang Pendidikan TK/SD pada Dinas
penilaian proses dan capaian pembelajaran siswa Pendidikan Kabupaten Bojonegoro diharapkan dapat
dalam penerapan sikap spiritual dan sikap sosial, mengawal keberlanjutan penerapan materi yang
penguasaan pengetahuan, dan penguasaan diperoleh pada kegiatan ini. Secara umum, kerangka
keterampilan yang diperolehnya dalam bentuk pemecahan masalah dalam pelaksanaan kegiatan PKM
pelaksanaan tugas perilaku nyata atau perilaku dengan ini dapat digambarkan dalam bagan alir sebagai
tingkat kemiripan dengan dunia nyata, atau berikut.
kemandirian belajar.” Dengan demikian, penilaian
yang dilakukan di sekolah harus meliputi penilaian
untuk aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek
keterampilan.
Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut
akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan
belajar siswa yang mampu menghasilkan dampak
instruksional (instructional effect) pada aspek
pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect)
pada aspek sikap. Hasil penilaian otentik digunakan
guru untuk merencanakan program perbaikan
(remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment),
atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian
otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian
Pendidikan.
Selain itu, evaluasi proses pembelajaran yang
dilakukan saat proses pembelajaran, dilakukan dengan
menggunakan instrumen berupa: lembar pengamatan, Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah
angket sebaya, rekaman, catatan anekdot, dan refleksi. Langkah awal yang dilakukan dalam program
Sedangkan evaluasi hasil pembelajaran yang PKM ini adalah koordinasi awal dengan Kepala
dilakukan pada saat proses pembelajaran dan di akhir Bidang Pendidikan TK/SD pada Dinas Pendidikan
satuan pelajaran, dilaksanakan dengan menggunakan Kabupaten Bojonegoro. Hasilnya adalah adanya
metode dan instrumen: tes lisan/perbuatan, dan tes kesediaan dari Dinas Pendidikan untuk menjadi mitra
tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan dalam pelaksanaan PKM. Kepala Dinas Pendidikan
evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran. mengundang Ketua dan Sekretaris KKG dari 28
Berdasarkan hasil wawancara Ketua Tim Kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro
Pelaksana PKM ini dengan Kepala Bidang TK dan SD sebagai peserta. Selain itu, Dinas Pendidikan juga akan
pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro pada mengundang calon peserta workshop/ pendampingan
tanggal 27 Februari 2016, diperoleh informasi bahwa serta menyediakan tempat untuk pelaksanaan kegiatan
para guru SD di Bojonegoro masih mengalami PKM ini.
kesulitan dalam menyusun instrumen penilaian hasil Selanjutnya tim pelaksana melakukan
belajar, baik guru-guru di SD yang “maju” maupun SD penyusunan materi pelatihan. Tim pelaksana berbagi
yang “belum maju.” Kondisi seperti ini juga tercermin tugas dalam menyusun materi pelatihan yang terdiri
dalam saran-saran yang ditulis oleh guru-guru peserta dari (a) Prinsip-prinsip Umum Penilaian Hasil Belajar;
kegiatan PKM yang kami lakukan di Surabaya pada (b) Penilaian Hasil Belajar untuk Model/Pendekatan
tahun 2014 dan 2015. Oleh karena itu, diperlukan Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa dan yang
kegiatan pendampingan yang dapat meningkatkan

134
Mengukur Higher Order Thinking Skills (HOTS); (c) kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dalam (khalayak sasaran), yang dilakukan pada bulan Juli
Kurikulum 2013 (Perencanaan, Penyusunan 2016 dalam bentuk silaturahmi dengan Kepala Bidang
Instrumen, dan Pelaksanaan Penilaian; (d) Lembar TK/SD Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro,
kerja peserta pelatihan dan workshop; (e) Angket yaitu Dr. Sukarni, S.Pd., M.M. Kegiatan silaturahmi
respon peserta pelatihan dan workshop. ini juga merupakan tindak lanjut dari pertemuan awal
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang dilakukan pada bulan Februari 2016, dan
kegiatan ini adalah dengan mengadakan kegiatan pembicaraan via telepon yang sudah dilakukan
pendampingan dan workshop tentang penyusunan beberapa kali. Kegiatan lain yang dilakukan pada
instrumen penilaian hasil belajar. Kegiatan ini dibagi tahap perencanaan adalah penyusunan program
menjadi dua tahap, yaitu: (1) Pemaparan (a) Prinsip- pendampingan. Program ini disusun berdasarkan hasil
prinsip Umum Penilaian Hasil Belajar; (b) Penilaian identifikasi masalah, hasil analisis permasalahan yang
Hasil Belajar untuk Model/Pendekatan Pembelajaran ada, dan hasil analisis kebutuhan.
yang Berpusat pada Siswa dan yang Mengukur Higher Tahap kedua kegiatan PKM ini merupakan tahap
Order Thinking Skills (HOTS); (c) Penilaian Hasil pelaksanaan pendampingan penyusunan instrumen
Belajar oleh Pendidik dalam Kurikulum 2013 penilaian hasil belajar. Kegiatan ini dilaksanakan
(Perencanaan, Penyusunan Instrumen, dan selama dua hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 27
Pelaksanaan Penilaian); dan (2) Workshop tentang dan 28 Agustus 2016. Adapun kegiatan utama yang
penyusunan instrumen penilaian hasil belajar beserta dilakukan terdiri atas: (1) Paparan tentang: (a) Prinsip-
rubrik penilaiannya. prinsip umum penilaian hasil belajar; (b) Penilaian
Pada saat berlangsung kegiatan workshop/ hasil belajar untuk model/pendekatan pembelajaran
pendampingan penyusunan instrumen penilaian hasil yang berpusat pada siswa dan yang mengukur Higher
belajar. para peserta pelatihan diberi tugas individu Order Thinking Skills (HOTS); (c) Penilaian Hasil
membuat rancangan penilaian beserta kunci jawaban, Belajar oleh Pendidik dalam Kurikulum 2013
serta rubrik penilaiannya sesuai dengan kelas yang (Perencanaan, Penyusunan Instrumen, dan
dibina. Pada hari kedua pelatihan, ada beberapa Pelaksanaan Penilaian).
peserta yang diminta untuk mempresentasikan Setelah pemaparan materi selesai, dilanjutkan
hasilnya di depan seluruh peserta pelatihan guna dengan workshop/ pendampingan penyusunan
memperoleh masukan terhadap instrumen yang sudah instrumen penilaian hasil belajar. Para peserta
dibuat. Kegiatan ini diakhiri dengan merevisi workshop diberi tugas individu membuat instrumen
instrumen penilaian tersebut berdasarkan masukan penilaian hasil belajar beserta kunci jawaban dan
saat presentasi. Oleh karena itu, salah satu produk dari rubrik penilaiannya sesuai dengan kelas yang dibina.
kegiatan ini adalah instrumen penilaian, beserta kunci Pada hari kedua pelatihan, ada beberapa peserta yang
jawaban dan rubrik penilaiannya yang siap diminta untuk mempresentasikan hasilnya di depan
diimplementasikan di kelas sesungguhnya. seluruh peserta pelatihan guna memperoleh masukan.
Kegiatan ini diakhiri dengan merevisi instrumen
3. HASIL YANG DICAPAI penilaian berdasarkan masukan saat presentasi, baik
Sebelum menguraikan tentang hasil yang dicapai dari sesama peserta maupun dari narasumber. Foto-
dalam kegiatan PKM ini, akan dijelaskan terlebih dulu foto berikut ini menunjukkan aktivitas narasumber
tentang rancangan evaluasi terhadap keberhasilan maupun para peserta workshop.
kegiatan ini. Evaluasi dalam kegiatan pendampingan
ini dilakukan dengan cara: (a) Melakukan penilaian
terhadap tugas individu peserta dalam menyusun
instrumen penilaian hasil belajar; (b) Memberi angket
kepada peserta setelah pelaksanaan workshop
menyusun instrumen penilaian hasil belajar.
Kegiatan PKM ini dikatakan berhasil jika
memenuhi kriteria berikut: (a) Hasil kerja peserta
dalam menyusun instrumen penilaian hasil belajar
minimal termasuk dalam kategori “Baik”; (b) Peserta
memberikan respon positif terhadap pelaksanaan
keseluruhan kegiatan PKM yang meliputi pemaparan
konsep dan workshop tentang penyusunan instrumen
penilaian hasil belajar beserta rubrik penilaiannya.
Hasil yang dicapai melalui kegiatan PKM ini
dapat dituangkan dalam bentuk hasil kegiatan pada
ketiga tahap pelaksanaan, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan workshop/ pendampingan, dan
tahap evaluasi. Adapun kegiatan yang dilakukan pada
tahap perencanaan meliputi sosialisasi kegiatan PKM

135
hasilnya sangat menggembirakan, karena seluruh
instrumen yang dihasilkan peserta (100%) termasuk
dalam kategori “Baik atau Baik Sekali”. Ini berarti,
salah satu indikator keberhasilan kegiatan PKM
terpenuhi, yaitu bahwa hasil kerja peserta minimal
termasuk dalam kategori “Baik.” Berikut ini contoh
tugas individu peserta workshop.

Gambar 4. Contoh kisi-kisi penulisan soal


yang dihasilkan peserta workshop.

Gambar 2. Pemaparan materi oleh Anggota


Tim Pelaksana (Abdul Haris Rosyidi, M.Pd.)

Gambar 3. Sesi tanya jawab yang


dimanfaatkan dengan baik oleh peserta. Ini
menunjukkan antusiasme yang tinggi dari
para peserta kegiatan.
Gambar 5. Soal ulangan harian yang
Tahap ketiga dari rangkaian kegiatan PKM ini dikembangkan dari kisi-kisi penulisan soal
adalah tahap evaluasi. Produk yang dihasilkan dalam pada Gambar 4.
kegiatan ini adalah 50 (lima puluh) instrumen
penilaian hasil belajar beserta kunci jawaban dan Dalam hal respon peserta terhadap pelaksanaan
rubriknya untuk siswa Sekolah Dasar. Peserta memilih workshop/ pendampingan, secara umum peserta
sendiri kompetensi dasar dalam kurikulum, kemudian merespon positip terhadap pelaksanaan kegiatan
menuliskan indikator pencapaian kompe-tensinya. pemantapan kemampuan guru dalam menyusun
Selanjutnya, para peserta menyusun kisi-kisi instrumen penilaian hasil belajar ini. Beberapa hal
penilaian, kemudian menyusun instrumen penilaian yang dikemukakan peserta berkenaan dengan
dan pedoman penskorannya. Pada kegiatan “positifnya” kegiatan ini tercermin dalam jawaban
pendampingan hari kedua, para peserta diminta maju peserta terhadap angket yang dibagikan di akhir
ke depan untuk menyajikan hasil kerjanya. Pada saat kegiatan. Sebanyak 40 (empat puluh) responden
itulah para peserta lain dan narasumber memberi mengembalikan angket yang telah diisinya. Untuk
masukan, khususnya ketika penyaji melakukan pertanyaan pertama, “Apakah kegiatan ini bermanfaat
analisis kualitas instrumen penilaian hasil belajar yang untuk memperluas wawasan/ pengetahuan guru
disusunnya. Selain itu, pada tahap ini tim pelaksana tentang penyusunan instrumen penilaian hasil belajar
melakukan evaluasi terhadap seluruh instrumen yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi
penilaian yang dihasilkan peserta, dengan (HOTS) siswa?” Sebanyak 35 responden (87,5%)
menggunakan instrumen yang dirancang oleh tim menyatakan bahwa kegiatan pemantapan ini ‘Sangat
pelaksana. Bermanfaat” dan 5 responden (12,5%) menyatakan
bahwa kegiatan ini “Bermanfaat.” Dengan kata lain,
seluruh responden (40 orang) (100%) menyatakan
4. PEMBAHASAN
bahwa kegiatan pendampingan/ workshop ini
Pelaksanaan workshop pendampingan “Bermanfaat” atau “Sangat Bermanfaat” memperluas
penyusunan instrument hasil belajar ini dievaluasi wawasan/ pengetahuan guru tentang penyusunan
berdasarkan 2 (dua) hal, yaitu instrumen penilaian instrumen penilaian hasil belajar, khususnya yang
hasil belajar yang disusun oleh para peserta, dan mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
respon peserta terhadap pelaksanaan seluruh rangkaian siswa.
kegiatan workshop. Berdasarkan hasil evaluasi,

136
Untuk pertanyaan kedua, “Apakah kegiatan penilaian (100%) yang disusun peserta workshop
pendampingan ini bermanfaat dalam upaya termasuk dalam kategori “Baik” atau “Baik
meningkatkan kemampuan guru menyusun instrumen Sekali.” Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
penilaian hasil belajar sesuai kurikulum 2013 dan yang
PKM ini berhasil meningkatkan kemampuan guru-
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi?”
Dalam menjawab pertanyaan ini, 13 responden guru SD di Kabupaten Bojonegoro dalam
(32,5%) menyatakan bahwa kegiatan pendampingan menyusun instrumen penilaian yang mengukur
ini “Bermanfaat”, sedangkan 27 responden (67,5%) HOTS dan yang sesuai dengan kurikulum 2013.
menyatakan “Sangat Bermanfaat.” Dengan kata lain, 2. Secara umum, para peserta memberi respons
seluruh responden (100%) menyatakan bahwa positif terhadap pelaksanaan kegiatan PKM ini.
kegiatan pendampingan ini “Bermanfaat” atau “Sangat Seluruh responden (40 orang) (100%) menyatakan
Bermanfaat” dalam meningkatan kemampuan guru
bahwa kegiatan pendampingan/ workshop ini
menyusun instrumen penelitian hasil belajar.
Pertanyaan ketiga dalam angket ingin mengetahui “Bermanfaat” atau “Sangat Bermanfaat”
hal positif apa yang dapat diambil dari kegiatan memperluas wawasan/ pengetahuan guru tentang
workshop ini. Terdapat 4 (empat) jawaban dominan, penyusunan instrumen penilaian hasil belajar,
yaitu (1) Untuk menambah pengetahuan dan khususnya yang mengukur keterampilan berpikir
memperluas wawasan (29,63%), (2) Memperoleh tingkat tinggi (HOTS) siswa. Seluruh responden
pengetahuan tentang HOTS (Higher Order Thinking (100%) juga menyatakan bahwa kegiatan
Skills) (31,48%), (3) Mengetahui cara mengajar yang
pendampingan ini “Bermanfaat” atau “Sangat
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, (4)
Memperoleh kesempatan untuk praktik menyusun Bermanfaat” dalam meningkatan kemampuan guru
instrumen penilaian yang mengukur HOTS dan sesuai menyusun instrumen penelitian hasil belajar.
dengan K-13 (9,26%). Sisanya, yaitu 18,32% Karena kedua indikator pencapaian keberhasilan
responden memberikan jawaban yang bervariasi. dipenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
Ada hal yang perlu dicatat oleh tim pelaksana pendampingan/ workshop penyusunan instrumen hasil
sebagai bentuk apresiasi dari peserta. Pada pertanyaan belajar ini telah berhasil mencapai tujuan.
angket berikutnya, yang menanyakan apa yang 5.2. Saran
membedakan kegiatan workshop ini dengan kegiatan
Secara umum, dalam rangka peningkatan
workshop yang pernah diikuti sebelumnya, responden
profesionalitas guru, dan secara khusus dalam rangka
memberi jawaban sebagai berikut. (a) Narasumber
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
menguasai materi dan menyajikan materi dengan
instrumen penilaian, pada masa mendatang, kegiatan
menyenangkan sehingga situasi menjadi cair, (b)
semacam ini hendaknya dapat mengakomodasi
Workshop ini lebih sederhana dan praktis karena
harapan peserta, yang antara lain sebagai berikut, (1)
langsung pada contoh dan penugasan dan diskusi, serta
Perlu adanya tindak lanjut dan kegiatan yang
lebih terfokus pada materi, (c) Adanya interaksi yang
berkesinambungan, (2) Perlu kegiatan pelatihan/
baik antara narasumber dengan peserta workshop, (d)
pendampingan tentang penyusunan instrumen yang
Melibatkan aktif peserta workshop, (e) Workshop ini
mengukur HOTS sampai tuntas, (3) Perlu pelatihan
mampu menumbuhkan wawasan berpikir yang kreatif
bedah kompetensi dasar (KD), menyusun indikator
dan inovatif, (f) Workshop ini amat menarik muatan
pencapaian kompetensi sampai tuntas, (4) perlu
materinya dan benar-benar sangat dibutuhkan guru,
workshop tentang model-model pembelajaran
dan (g) Disajikan secara interaktif.
inovatif, (5) Perlunya kegiatan ini dilakukan di tingkat
Jawaban-jawaban responden untuk seluruh
kecamatan, (6) Hendaknya sering dilakukan pelatihan
pertanyaan dalam angket menunjukkan bahwa
semacam ini dengan waktu yang cukup lama agar guru
indikator kedua yang mencerminkan keberhasilan
semakin terampil menyusun instrumen penilaian.
pelaksanaan PKM telah terpenuhi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan
PKM ini, Tim Pelaksana menyampaikan beberapa
5. SIMPULAN DAN SARAN
saran sebagai berikut:
5.1. Simpulan
1. Para Ketua dan Sekretaris KKG sebagai peserta
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
kegiatan PKM ini agar melakukan deseminasi
disajikan pada sub-bab sebelumnya, Tim Pelaksana
kegiatan PKM ini dapat menarik simpulan sebagai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh,
berikut: khususnya dalam menyusun instrumen penilaian
1. Pada kegiatan PKM ini dihasilkan 50 instrumen sesuai kurikulum 2013dan yang mengukur Higher
penilaian hasil belajar yang mengukur ketermpilan Order Thinking Skills (HOTS).
berpikir tingkat tinggi dan yang sesuai dengan 2. Para guru agar menggunakan instrumen penilaian
Kurikulum 2013 untuk berbagai mata pelajaran. yang dihasilkan dalam workshop pada kelas yang
Hasil penilaian terhadap instrumen penilaian sesungguhnya, dan diharapkan pula agar
tersebut menunjukkan bahwa seluruh instrumen menyusun instrumen penilaian untuk materi yang

137
lain. Hal ini merupakan salah satu indikator agar
seorang guru layak disebut sebagai guru yang
profesional.

6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
[2] Asmawi. (2004). Tes dan Asesmen di SD.
Cetakan ketiga. Jakarta: Universitas Terbuka.
[3] Chico, G.J. & Horne, C.R. (2007). Teacher's
Guide to Preparing Classroom Assessments.
Illinois State Board of Education. Illinois State
Board of Education. www.isbe.net
[4] Danielson, C. (1997). A Collection of
Performance Task and Rubrics: Middle
School Mathematics. Larchmont, NY: Eye on
Education, Inc.
[5] Grounlund, N.E. (1982). Constructing
Achievement Test. Third Edition. Englewood
Cliff: Prentice Hall.
[6] Gregory, K. (2001). Authentic Assessment for
Mathematical Achievement. Student Edition.
ACE Papers.
[7] Herliyani, E. dkk. (2009). Penilaian Hasil
Belajar untuk Guru SD. Pusat Pengembangan
dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam
(PPPPTK IPA) untuk Program BERMUTU.
[8] Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
[9] Peraturan Mendikbud RI nomor 21 tahun 2016
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah.
[10] Peraturan Mendikbud RI nomor 22 tahun 2016
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah
[11] Peraturan Mendikbud RI nomor 22 tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan.
[12] Ott, J. (1994). Alternative Assessment (in the
Mathematics Classroom). New York: McGraw-
Hill Companies, Inc.
[13] Sinaga, B. (2008). Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dan Asesmen Autentik. Jurusan
Matematika Universitas Negeri Medan.
[14] Suurtamm, C.A. (2004) "Developing Authentic
Assessment: Case Studies of Secondary School
Mathematics Teacher's Experiences."
Canadian Journal of Science, Mathematics &
Technology Education. 4.4, pp. 497-513.
[15] Suwandi, S. (2010). Model Asesmen dalam
Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
[16] Widoyoko, S.E.P. (2012). Evaluasi Program
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

138
Modul Sebagai Alat Bantu Siswa Sekolah Dasar dalam
Menyelesaikan Soal Olimpiade Matematika Berbahasa Inggris
Slamet Setiawan1*), Ahmad Munir2, Budi Priyo Prawoto3, Dian Rivia Himawati4
1
Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail: slametsetiawan@unesa.ac.id
2
Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail: ahmadmunir@unesa.ac.id
3
Jurusan Matematika, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail: budiprawoto@unesa.ac.id
4
Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail: dianrivia@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: slametsetiawan@unesa.ac.id

ABSTRACT
Mathematical Olympiad in the last decade has been followed by various countries including Indonesia as a
way to get a prestige, ranging from primary school level to higher education. However, the results of Indonesian
children have not been satisfactory. In fact, elementary students are constrained by their English skills. Researcher
have developed a strategy for effective learning to teach mathematics olympiad in English at primary school level.
This paper is a continuation of the development of the strategy, namely the development of modules mathematics
olympiad elementary level corresponding to the learning strategies that have been developed previously. A module
that consists of 12 chapters, of which each chapter is composed of learning objectives, mathematics materials,
mathematical terms in English, examples of problems in which there are transformations of language and
settlement measures, exercises, and a glossary, has been developed. From the try out results, all students stated
that they gain knowledge of how to resolve an issue in terms of understanding the English language. Moreover,
90% of students feel that the vocabulary and grammar exercises in each chapter can be used to overcome their
language problems eventhough 10% of them said the opposite.
Key Words: Mathematics Olympiad, Module, Development

ABSTRAK
Olimpiade Matematika Internasional pada dekade terakhir ini marak diikuti oleh berbagai negara termasuk
Indonesia sebagai ajang pemerolehan label prestise, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga pendidikan tinggi.
Namun, hasil anak-anak Indonesia belum memuaskan. Faktanya, siswa SD terkendala oleh kemampuan bahasa
Inggrisnya. Peneliti telah mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif guna membelajarkan soal
olimpiade matematika berbahasa inggris pada tingkat sekolah dasar. Makalah ini merupakan kelanjutan
pengembangan strategi tersebut yaitu pengembangan modul olimpiade matematika tingkat sekolah dasar yang
bersesuaian dengan strategi pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya. Dengan menggunakan model
pengembangan Plomp, disusun suatu modul yang terdiri dari 12 bab yang masing-masing bab tersusun atas judul
unit, tujuan pembelajaran, materi matematika, istilah matematika dalam bahasa inggris, contoh soal berbahasa
inggris yang didalamnya terdapat transformasi bahasa dan langkah-langkah penyelesaian, latihan soal, dan
glosarium. Dari hasil uji coba, semua siswa menyatakan bahwa mereka mendapatkan pengetahuan bagaimana
mengatasi masalah pemahaman bahasa inggris dalam soal. Ada 10% siswa yang merasa latihan tentang
vocabulary dan grammar di masing-masing bab masih kurang dalam mengatasi masalah kebahasaan.
Kata Kunci: Olimpiade Matematika, Modul, Pengembangan

1. PENDAHULUAN tingkat kata, frasa dan kalimat bisa dipastikan mereka


Keberhasilan soal olimpiade matematika pasti akan gagal memahami soal matematika tersebut.
berbahasa Inggris tidak terlepas dari dua faktor, yaitu Selain bahasa ternyata ada faktor lain yang
kemampuan siswa memahami unsur-unsur bahasa dan mempengaruhi keberhasilan siswa mengerjakan soal
pemahaman soal matematika secara menyeluruh. matematika, yaitu faktor memahami soal matematika
Penelitian terdahulu yang dilakukan pada sebuah secara keseluruhan. Pada kasus ini adalah (1)
Klinik Pendidikan MIPA yang berkonsentrasi pada pemahaman siswa terhadap operasional matematika
pembelajaran Olimpiade MIPA mengenai pemahaman atau bahasa teknis matematika, dan (2) transformasi
terhadap unsur-unsur kebahasaan/linguistics elements bahasa verbal menjadi bahasa operasional matematika.
menunjukkan kebanyakan siswa tidak memiliki Istilah teknis ini mutlak dipahami untuk mendapatkan
pemahaman kebahasaan yang cukup untuk jawaban yang benar.
menyelesaikan soal matematika berbahasa Inggris Faktor ketiga penentu keberhasilan siswa
(Setiawan :2015). Pemahaman kebahasaan yang menyelesaikan soal matematika berbahasa Inggris
dimaksud adalah pemahaman terhadap unsur-unsur adalah kepiawiaaan siswa mengubah bahasa verbal ke
kebahasaan di tingkat kata, frasa, dan kalimat. Ketika dalam bahasa operasional matematika.
siswa gagal memahami unsur-unsur kebahasaan pada Setiawan dkk., (2015) telah mengembangkan
strategi pembelajaran yang efektif guna

139
membelajarkan soal olimpiade matematika berbahasa berbahasa inggris untul level sekolah dasar,
inggris pada tingkat sekolah dasar. Strategi yang serta mencari referensi yang relevan.
dikembangkan adalah strategi pre atau whilst working. - Merancang garis besar isi modul olimpiade
Guna mendukung strategi tersebut, maka perlu matematika berbahasa inggris untuk level
dikembangkannya modul pembelajaran untuk sekolah dasar yang bersesuaian dengan strategi
mengatasi permasalahan kebahasaan maupun pre atau whilst working.
pemahaman soal cerita matematika berbahasa Inggris 3. Relisasi
bagi siswa SD di Indonesia. Pada tahap ini disusun secara rinci modul
olimpiade matematika berbahasa inggris untuk
2. METODE PENELITIAN level sekolah dasar yang terdiri dari 12 unit yang
Langkah-langkah yang peneliti lakukan mengikuti masing-masing unit memuat judul unit, tujuan
tahapan pengembangan sebagai hasil modifikasi pembelajaran, materi matematika, istilah
model pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp matematika dalam bahasa inggris, contoh soal
(1997), yang disebut model umum pemecahan berbahasa inggris yang didalamnya terdapat
masalah pendidikan (The general model of educational transformasi bahasa dan langkah-langkah
problem solving). Model ini terdiri dari lima tahap, penyelesaian, latihan soal, dan glosarium.
yakni: Investigasi Awal (Preliminary Investigation), Dihasilkan prototype 1 modul olimpiade
Desain (Design), Realisasi/Konstruksi matematika berbahasa inggris untuk level sekolah
(Realization/Construction), Pengujian, Evaluasi, dan dasar.
Revisi (Test, Evaluation, and Revision), Implementasi 4. Uji coba, evaluasi, dan revisi
(Inplementation). Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh
Kelima tahap tersebut digambarkan oleh Plomp prototype final modul olimpiade matematika
(1997: 5) sebagai berikut. berbahasa inggris untuk level sekolah dasar yang
memiliki kualitas baik dan dapat digunakan secara
umum. Kegiatan uji coba dilakukan pada subjek
Preliminary Investigation penelitian yaitu siswa kelas 5 berbakat dan
instruktur di KPM Surabaya. Uji coba modul
dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2016 pada
Design
kelas berbakat A KPM di SMP Baitussalam
Implementation

Surabaya.
Realization/Constructing
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dikembangkan modul olimiade mateamtika
Test, Evaluation, and Revision berbahasa inggris untuk level sekolah dasar yang
terdiri dari 12 unit. Ke-12 unit tersebut masing-masing
adalah sebagai berikut.
Implementation Unit 1. bilangan bulat, bilangan rasional dan
representasinya (pecahan, desimal dan
Gambar 1. Model Umum Pemecahan Masalah persentase)
Pendidikan (Sumber: Plomp, 1997: 5) Unit 2. pengurutan bilangan, perpangkatan bilangan
Unit 3. pemfaktoran bilangan, FPB, KPK
Peneliti hanya melakukan empat tahap Unit 4. rasio dan perbandingan
pengembangan yaitu sampai pada tahap uji coba, Unit 5. segi tiga (luas, keliling, kesebangunan dan
evaluasi dan revisi. berikut adalah uraian tiah tahapan kekongruenan, garis-garis pada segitiga,
yang dilakukan. sudut pada segitiga)
1. Investigasi awal Unit 6. segi empat: persegi, persegi panjang, jajaran
Pada tahap ini, peneliti melakukan investigasi genjang, trapesium, layang-layang, belah
tentang segala hal yang berkaitan dengan modul ketupat (luas, keliling)
olimpiade matematika, dan lingkungan subjek Unit 7. Lingkaran (luas, keliling, juring, tembereng,
penelitian yaitu siswa dan instruktur (guru) KPM sudut pusat dan sudut keliling)
(Klinik Pendidikan Matematika) di Surabaya, Unit 8. sudut dan ukurannya (garis tranversal)
menganalisis siswa, menganalisis kurikulum yang Unit 9. Bangun ruang: kubus, balok, tabung, prisma
berlaku, dan melakukan refleksi terhadap realitas dan limas (luas dan volum)
yang ada di sekolah dasar. Unit 10. Rata-rata, rata-rata gabungan
2. Desain Unit 11. Waktu, operasi hitung satuan waktu
Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa Unit 12. Jarak dan kecepatan
kegiatan, yaitu:
- Menetapkan teori-teori yang melandasi isi dan Pada uji coba diperoleh bahwa 100% siswa
konstruksi modul olimpiade matematika menyatakan bahwa mereka mendapatkan pengetahuan
tentang bagaimana mengatasi masalah pemahaman

140
bahasa Inggris dalam soal olimpiade matematika Pernyataan Kriteria
berbahasa Inggris dengan skor 3,6 dari skor maksimal Latihan tentang 20% 60% 20%
pemahaman soal bahasa
4. Sedangkan guru memberikan skor 3,2 pada hal yang Inggris masing-masing
sama. Skor 3,5 diberikan oleh siswa untuk pernyataan bab Anda memahami
bahwa mereka mendapatkan pengetahuan tentang soal lain dalam olimpiade
bagaimana mengatasi masalah kebahasaan dalam soal matematika
Penugasan di modul 30% 50% 20%
olimpiade matematika berbahasa Inggris, sedangkan mendorong Anda untuk
guru memberikan skor 3. mengaitkan isinya
Pada pernyataan “Secara umum “Language tasks” dengan soal-soal
di setiap bab membantu Anda belajar bahasa Inggris olimpiade yang lain
Secara umum “Language 90% 10%
melalui soal olimpiade matematika”, siswa tasks” di setiap bab
memberikan skor 3,1. Sedangkan guru, pada membantu Anda belajar
pernyataan yang sama, memberikan skor 3. bahasa Inggris melalui
Berikut adalah table hasil angket yang diberikan soal olimpiade
matematika
kepada siswa dan guru. Ada sebanyak 10 siswa dan 5 Bahasa 1 2 3 4
guru yang mengisi angket tentang modul yang telah Penggunaan bahasa 20% 30% 50%
disusun. Inggris mudah dipahami
Susunan kalimat sesuai 10% 40% 50%
dengan kaidah bahasa
Tabel 1. Hasil Angket Siswa dan kosakata sesuai
Pernyataan Kriteria dengan tata bahasa
Karakteristik 1 2 3 4 Bahasa Inggris yang baik
Anda dapat mempelajari 20% 80% dan benar
modul ini secara mandiri Petunjuk dan perintah 20% 40% 40%
tanpa guru. dalam modul mudah
Anda dapat 20% 40% 40% untuk dipahami
menyelesaikan semua Ilustrasi 1 2 3 4
materi dalam modul ini Ilustrasi (gambar, tabel, 10% 30% 6%
dalam waktu yang dan denah) dalam modul
ditetapkan oleh KPM jelas dan teratur
Anda mendapatkan 80% 20% Ilustrasi dan materi saling 10% 20% 70%
pengetahuan tentang terkait
bagaimana mengatasi Ilustrasi dalam modul 100%
masalah kebahasaan tidak bias dengan SARA
dalam soal olimpiade Format 1 2 3 4
matematika berbahasa Modul ini menggunakan 20% 30% 50%
Inggris jenis dan ukuran huruf
Anda mendapatkan 100% yang sesuai
pengetahuan tentang Format batas (margin) 10% 10% 50% 30%
bagaimana mengatasi dalam modul ini sudah
masalah pemahaman sesuai
bahasa Inggris dalam soal Alinea dan spasi ditata 20% 20% 60%
olimpiade matematika rapi dan konsisten
berbahasa Inggris Sistem penomoran dalam 10% 30% 60%
Anda termotivasi untuk 20% 40% 40% modul ini jelas dan
mengatasi sendiri teratur
masalah kebahasaan Penggunaan tanda- 30% 70%
setelah membaca modul tanda/icon yang berupa
ini gambar, cetak tebal, cetak
Anda termotivasi untuk 20% 40% 40% miring, garis bawah
mengatasi masalah sudah sesuai
sendiri masalah Perwajahan atau cover 1 2 3 4
pemahaman soal bahasa Sampul (cover) memiliki 40% 40% 20%
Inggris setelah membaca daya tarik dan
modul ini menimbulkan keinginan
Isi 1 2 3 4 untuk dibaca
Setiap bab mempunyai 50% 50% Ilustrasi pada sampul 30% 60% 10%
tujuan pembelajaran yang memberikan gambaran
jelas tentang isi modul
Materi modul sesuai isi 40% 60%
pelatihan olimpiade
matematika di KPM Tabel 2. Hasil Angket Instruktur
Materi antar bab 30% 70% Pernyataan Kriteria
mempunyai keterkaitan Karakteristik 1 2 3 4
yang jelas Anda dapat mempelajari 50% 20% 30%
Latihan tentang 10% 80% 10% modul ini secara mandiri
vocabulary dan grammar tanpa guru.
di masing-masing bab Anda dapat 20% 30% 40% 10%
membantu Anda menyelesaikan semua
mengatasi masalah materi dalam modul ini
kebahasaan Anda dalam waktu yang
ditetapkan oleh KPM

141
Pernyataan Kriteria Pernyataan Kriteria
Anda mendapatkan 50% 50% Ilustrasi dan materi saling 40% 60%
pengetahuan tentang terkait
bagaimana mengatasi Ilustrasi dalam modul 20% 40% 40%
masalah kebahasaan tidak bias dengan SARA
dalam soal olimpiade Format 1 2 3 4
matematika berbahasa Modul ini menggunakan 60% 40%
Inggris jenis dan ukuran huruf
Anda mendapatkan 40% 60% yang sesuai
pengetahuan tentang Format batas (margin) 40% 40% 20%
bagaimana mengatasi dalam modul ini sudah
masalah pemahaman sesuai
bahasa Inggris dalam soal Alinea dan spasi ditata 40% 60%
olimpiade matematika rapi dan konsisten
berbahasa Inggris Sistem penomoran dalam 20% 60% 20%
Anda termotivasi untuk 30% 40% 30% modul ini jelas dan
mengatasi sendiri teratur
masalah kebahasaan Penggunaan tanda- 40% 60%
setelah membaca modul tanda/icon yang berupa
ini gambar, cetak tebal, cetak
Anda termotivasi untuk 40% 40% 20% miring, garis bawah
mengatasi masalah sudah sesuai
sendiri masalah Perwajahan atau cover 1 2 3 4
pemahaman soal bahasa Sampul (cover) memiliki 40% 40% 20%
Inggris setelah membaca daya tarik dan
modul ini menimbulkan keinginan
Isi 1 2 3 4 untuk dibaca
Setiap bab mempunyai 80% 20% Ilustrasi pada sampul 20% 60% 20%
tujuan pembelajaran yang memberikan gambaran
jelas tentang isi modul
Materi modul sesuai isi 40% 40% 20%
pelatihan olimpiade
matematika di KPM
4. SIMPULAN
Materi antar bab 20% 80% Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah
mempunyai keterkaitan modul olimpiade matematika berbahasa inggris untuk
yang jelas
Latihan tentang 40% 40% 20%
level sekolah dasar yang bersesuaian dengan strategi
vocabulary dan grammar pembelajaran pre atau whilst working yang terdiri dari
di masing-masing bab 12 unit dengan susunan pada masing-masing unit
membantu Anda adalah judul unit, tujuan pembelajaran, materi
mengatasi masalah
kebahasaan Anda
matematika, istilah matematika dalam bahasa inggris,
Latihan tentang 20% 60% 20% contoh soal berbahasa inggris yang didalamnya
pemahaman soal bahasa terdapat transformasi bahasa dan langkah-langkah
Inggris masing-masing penyelesaian, latihan soal, dan glosarium.
bab Anda memahami
soal lain dalam olimpiade
matematika 5. DAFTAR PUSTAKA
Penugasan di modul 80% 20% [1]. Setiawan, Slamet dkk., (2015). Strategi Pembelajaran
mendorong Anda untuk
Untuk Masalah Kebahasaaan Matematika Dalam
mengaitkan isinya
dengan soal-soal Membelajarkan Soal Olimpiade Matematika
olimpiade yang lain Berbahasa Inggris. Seminar Nasional PPM Unesa.
Secara umum “Language 20% 60% 20% [2]. Setiawan, Slamet dkk., (2015). Winning International
tasks” di setiap bab Mathematic Olympiad Through Creative English
membantu Anda belajar Teachers: Applied Linguistic Perspective. ICELT
bahasa Inggris melalui 2015 University Putera Malaysia.
soal olimpiade [3]. Plomp, Tjeerd, (1997). Educational and Training
matematika
System Design. Enschede. The Netherlands: University
Bahasa 1 2 3 4
Penggunaan bahasa 20% 60% 20%
of Twente.
Inggris mudah dipahami [4]. Abedi, Jamal, and Lord, Carol, (2001). The language
Susunan kalimat sesuai 100% factor in mathematics tests. Applied Measurement in
dengan kaidah bahasa Education Vol. 14, No. 3, 219-234.
dan kosakata sesuai [5]. Astawa, I Wayan Puja, (2007). Model Pembinaan
dengan tata bahasa Olimpiade Matematika Sekolah Dasar Di Propinsi
Bahasa Inggris yang baik Bali. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA
dan benar
Vol. 40, No. 2, 270-287.
Petunjuk dan perintah 60% 40%
dalam modul mudah
[6]. Dick, Walter & Carey, Lou, (2001). The Systematic
untuk dipahami Design of Instruction. South Florida: Harper Collins.
Ilustrasi 1 2 3 4 [7]. Hasan Saputra, R. (2003, April 23). Klinik Pendidikan
Ilustrasi (gambar, tabel, 40% 60% Matematika. Retrieved April 10, 2014, from Klinik
dan denah) dalam modul Pendidikan Matematika web site: kpmseikhlasnya.com
jelas dan teratur

142
[8]. Neville-Barton, Pip, and Barton, Bill. (2005). The
Relationship between English Language and
Mathematics Learning for Non-native Speakers.
Wellington, New Zealand: Teaching and Learning
Research Initiative.

143
144
Maket Multimedia Interaktif untuk Menanamkan Penguasaan Konsep
Lingkungan Sekolah Siswa Tunanetra
Sri Joeda
Jurusan Pendidikan Luar Biasa, FIP, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: sriandajani@unesa.ac.id
Alamat Korespondensi: Email: sriandajani@unesa.ac.id

ABSTRACT
Based on field studies, shows that blind students with visual barriers often have limited movement in its
environment. Vision capabilities are less influential on the activities of their daily lives. Development of interactive
multimedia mockups based orientation and mobility to instill the concept of mastery of the school environment to
seek help overcome the problems of blind students can study with a comfortable, safe and happy, courageous self-
sustainable and sustained hopes to be private successfully undergo daily activities. This development specifically
aims to produce prototype mockups interactive multimedia-based orientation and mobility to instill the concept of
mastery of the school environment on SLB blind students. The research design of this development model of
Educational Research and Development (R & D). As for the manufacture of mock interactive multimedia using
the model ASSURE and produce prototype mockups based interactive multimedia orientation and mobility to instill
mastery of the concept of neighborhood schools on blind students SLB provides the realization of product design,
yaitu1) guide to access the building and the road leading to various places the school environment with the concept
audio programs and writing braille, 2) form of mock multimedia contained directions, 3) the operation of pressing
the button corresponding to a desired destination and is available in a mock building school environment, and 4)
an assessment tool for the mastery of the concept of the environment with an authentic assessment as a success in
orientation and mobility. Then the mockup prototype products based interactive multimedia orientation and
mobility to instill the concept of environmental mastery school blind students produced can be used as an attempt
to introduce social learning environment with an easy, convenient, and fun.
Keywords: mockups interactive multimedia, environment concept mastery.

ABSTRAK
Berdasarkan studi lapangan, menunjukkan bahwa siswa tunanetra penyandang hambatan penglihatan
seringkali mengalami keterbatasan gerakan di dalam lingkungannya. Kemampuan penglihatan yang kurang
berpengaruh terhadap aktivitas kehidupannya sehari-hari. Pengembangan maket multimedia interaktif berbasis
orientasi dan mobilitas untuk menanamkan penguasaan konsep lingkungan sekolah mengupayakan membantu
mengatasi permasalahan siswa tunanetra dapat belajar dengan nyaman, aman dan senang, berani berjalan
mandiri dan harapan berkelanjutan menjadi pribadi sukses menjalani aktivitas sehari-hari. Pengembangan ini
secara khusus bertujuan menghasilkan produk prototipe maket multimedia interaktif berbasis orientasi dan
mobilitas untuk menanamkan penguasaan konsep lingkungan sekolah pada siswa tunanetra SLB. Penelitian
pengembangan ini menggunakan desain model Educational Research Development (R&D). Sedangkan untuk
pembuatan maket multimedia interaktif menggunakan model ASSURE dan menghasilkan produk prototipe maket
multimedia interaktif berbasis orientasi dan mobilitas untuk menanamkan penguasaan konsep lingkungan sekolah
pada siswa tunanetra SLB berisi realisasi rancangan produk, yaitu1) panduan akses bangunan dan jalan menuju
ke berbagai tempat lingkungan sekolah dengan konsep program audio dan tulisan braille, 2) bentuk maket
multimedia yang terdapat petunjuk arah, 3) pengoperasian cara menekan tombol sesuai dengan tempat tujuan
yang dikehendaki dan tersedia dalam maket bangunan lingkungan sekolah, dan 4) alat penilaian untuk
penguasaan konsep lingkungan dengan penilaian autentik sebagai keberhasilan dalam orientasi dan mobilitas.
Kemudian produk prototipe maket multimedia interaktif berbasis orientasi dan mobilitas untuk menanamkan
penguasaan konsep lingkungan sekolah pada siswa tunanetra yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai upaya
mengenalkan lingkungan sosial belajar dengan mudah, nyaman, dan menyenangkan.
Kata kunci: maket multimedia interaktif, penguasaan konsep lingkungan.

1. PENDAHULUAN Lowenfeld dalam Lydy Reidmiller, Lauri (2003),


menyatakan bahwa ketunanetraan pada seseorang
Sebagai akibat ketunanetraan yang disandang
dapat mengakibatkan tiga bentuk keterbatasan, yaitu
bagi siswa, maka pengenalan konsep lingkungan
(1) keterbatasan konsep dan keanekaragaman
terhadap dunia luar tidak diperoleh secara utuh.
pengalaman, (2) keterbatasan dalam berinteraksi
Individu tunanetra dalam struktur fisiologisnya, dan
dengan lingkungan, (3) keterbatasan dalam orientasi
pengganti fungsi indera penglihatan dengan indera-
dan mobilitas. Dengan demikian siswa penyandang
indera lain untuk mempersepsi lingkungannya.
tunanetra seringkali mengalami keterbatasan gerak di

145
dalam lingkungannya. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran orientasi dan mobilitas. Dalam
siswa tunanetra tidak memiliki penguasaan konsep pembelajaran orientasi dan mobilitas, siswa banyak
yang baik terhadap lingkungan sekitar. dilatih melakukan orientasi terhadap suatu objek atau
Keterkaitan dengan siswa tunanetra pada konsep benda, dan itu dapat dilakukannya pada lingkungan
lingkungan yang minim, maka berdampak terhadap luar kelas. Melakukan kegiatan belajar mengajar di
kemampuan orientasi dan mobilitas yang dimiliki, dan luar kelas dapat membentuk siswa lebih mandiri untuk
hal tersebut berpengaruh negatif terhadap pengenalan beraktivitas. Pelatihan mobilitas juga sangat baik bila
lingkungan di sekitarnya. Bila siswa mengalami dilakukan di luar kelas. Di lingkungan outdoor siswa
hambatan dalam penguasaan konsep lingkungan, maka tunanetra dilatih untuk menemukan landmark/ciri
secara otomatis orientasi dan mobilitasnya juga akan medan dan clue atau tanda-tanda yang dapat dijadikan
terganggu. Kecenderungan yang terjadi pada siswa arahan dalam berjalan.
tunanetra menjadi pasif dalam bergerak karena Temuan lapangan tersebut, didukung dari hasil
khawatir akan tersesat atau celaka ketika berjalan di wawancara bulan Januari 2015 dengan beberapa siswa
lingkungan sekitar. Keterbatasan tersebut dialami oleh tunanetra mengenai penguasaan konsep terhadap
setiap individu yang menyandang tunanetra. Di tempat lingkungan sekolah, menunjukkan bahwa siswa
yang terlalu luas, seperti di lingkungan sekolah, tunanetra masih bingung ketika berjalan di lingkungan
tunanetra terkadang merasa kebingungan bila berjalan sekolah yang jarang mereka datangi. Siswa tunanetra
di lokasi yang jarang diaksesnya. Walaupun yang lebih mengenal pada lingkungan di sekitar ruangan
bersangkutan mempunyai kemampuan orientasi dan kelasnya. Kelemahan lain pada siswa tunanetra kurang
mobilitas yang dimiliki lumayan baik. Hal ini memahami kondisi semua posisi bangunan dan akses
ditunjukkan dengan banyaknya aktivitas yang jalan yang ada di lingkungan sekolah.
dilakukan tunanetra di masyarakat secara mandiri. Kompleksitas permasalahan siswa tunanetra
Namun demikian, ketidakjelasan mengenali konsep dalam penguasaan konsep lingkungan yang rendah
suatu tempat juga dapat membuat kemampuan dalam orientasi dan mobilitas mengenai lingkungan
orientasi dan mobilitas yang dimiliki oleh tunanetra sekolah yang terlalu luas sehingga menyulitkan untuk
tidak banyak membantu. memahami kondisi sekolah. Di samping itu informasi
Orientasi dan mobilitas yang dikenal oleh siswa yang diperoleh siswa mengenai lingkungan sekolah
tunanetra salah satunya lingkungan sekolah. Sekolah hanya bersifat verbalistis berupa perkataan dari guru
untuk siswa tunanetra sebagai bagian lingkungan atau teman lainnya. Informasi yang didapat tersebut
terdekat kedua selain rumah di samping keluarga. bisa jadi dipahami salah oleh siswa tunanetra yang
Selama 8 jam dalam sehari atau bila dipresentasi lebih bersangkutan. Dasar fakta yang ditemukan tersebut
kurang 33 % waktu siswa tunanetra dihabiskan pada siswa tunanetra mengalami permasalahan dalam
lingkungan sekolah. Bahkan bagi siswa tunanetra yang memahami suatu objek yang terlalu luas seperti
tinggal di asrama, sekolah justru dianggap sebagai lingkungan sekolah.
lingkungan paling utama bagi dirinya dalam Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua
melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Di samping cara yang harus dilakukan seorang guru. Langkah
itu dalam kegiatan belajar mengajar guru tidak hanya pertama yaitu dengan memberikan bekal keterampilan
memanfaatkan satu ruangan belaka untuk belajar. orientasi dan mobilitas kepada siswa tunanetra.
Guru sering berpindah kelas atau ruangan saat proses Dengan keterampilan orientasi dan mobilitas dapat
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajarannya. dijadikan pegangan bagi siswa tunanetra untuk
Bila siswa tunanetra tidak menguasai konsep melakukan berbagai aktivitas di dalam lingkungan
lingkungan sekolah dengan baik, maka tunanetra akan sekolah. Sedangkan langkah kedua yaitu dengan
selalu tertinggal dari temannya atau bahkan mengembangkan sebuah media pembelajaran yang
kebingungan saat berjalan menuju tempat yang dapat memberikan gambaran tentang lingkungan
dimaksudkan. Oleh karena itu, pengenalan terhadap sekolah kepada siswa tunanetra. Pengembangan maket
lingkungan sekolah merupakan hal yang penting bagi multimedia yang dikemas berbasis teknologi
siswa tunanetra. Hal tersebut sesuai pengembangan pembelajaran. Teknologi pembelajaran (instructional
kurikulum pelajaran Orientasi dan Mobilitas yang technology) dalam desain, pengembangan,
salah satu kompetensi dasarnya menyebutkan bahwa pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi tentang
siswa tunanetra mampu berjalan mandiri di ruangan proses dan sumber untuk belajar [27]. Teknologi
outdoor maupun indoor. pembelajaran berupaya untuk merancang,
Dalam mengenalkan lingkungan sekolah kepada mengembangkan, dan memanfaatkan aneka sumber
siswa tunanetra guru dapat menggunakan belajar sehingga memudahkan atau memfasilitasi
pembelajaran berbasis lingkungan (environment seseorang untuk belajar di mana saja, kapan saja, oleh
learning). Dengan memanfaatkan lingkungan sekolah, siapa saja, dan dengan cara sumber belajar apa saja
siswa diajak secara langsung memperoleh pemahaman yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
konsep dan pengalaman yang penting akan benda atau Untuk memilih sebuah media yang tepat bagi
objek di luar dirinya. Pembelajaran dengan siswa tunanetra, maka terlebih dahulu perlu
memanfaatkan lingkungan di luar ruangan kelas memperhatikan karakteristik siswa didik. Tunanetra
(outdoor) dirasa sesuai bila diterapkan dalam merupakan individu yang lebih banyak menggunakan

146
rabaan dan pendengarannya dalam melakukan Pengorientasian maket multimedia interaktif
pengamatan. Jadi media yang dihadirkan juga harus melalui rabaan siswa tunanetra dapat membayangkan
mampu dioptimalkan tunanetra melalui rabaan dan posisi dari masing-masing tempat bangunan tiruan
pendengarannya. Selain itu media yang dipilih juga yang ada di sekolah, sehingga maket tersebut yang
harus bisa dikontrol oleh siswa secara langsung serta telah diraba sebagai sebuah pemahaman konsep.
mampu menciptakan interaksi antara tunanetra dengan Dampak potensi siswa tunanetra setelah memahami
objek dan pebelajar lainnya. Oleh karena itu media konsep lingkungan sekolah melalui produk maket
yang tepat dihadirkan untuk siswa tunanetra guna multimedia interaktif berbasis orientasi dan mobilitas,
menanamkan penguasaan konsep lingkungan sekolah maka mereka dapat performance secara nyata di
yaitu berupa multimedia interaktif. Multimedia lingkungan sekolahnya. Maket multimedia interaktif
interaktif telah banyak digunakan oleh pendidik untuk ini sebagai alternatif menanamkan konsep lingkungan
meningkatkan prestasi belajar siswa, dan hasilnya sekolah yang dapat dirancang pada lingkungan
sangat positif. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (outdoor) yang lebih luas, sehingga siswa tunanetra
Nandi (2012)[20] tentang penggunaan multimedia dapat dengan mudah memahami kondisi lingkungan
interaktif dalam pembelajaran geografi di sosialnya. Penegasan Ungar, Blades, dan Spencer,
persekolahan. Hasil yang diperoleh siswa lebih (1999)[28], menunjukkan bahwa untuk memberikan
termotivasi untuk belajar Geografi sehingga hasil penguasaan konsep bagi tunanetra di antaranya
prestasi belajarnya juga meningkat. penggunaan peta timbul dan maket dalam
Menurut Heinich, Molenda, Russell dan menginformasikan pemahaman belajar akan lebih baik
Smaldino (1999: 229)[12] mengatakan multimedia hasilnya dengan setting lingkungan (outdor) yang
merujuk kepada berbagai kombinasi dari dua atau relatif asing bagi tunanetra.
lebih format media yang terintegrasi ke dalam bentuk Berdasarkan kondisi tersebut menunjukkan
informasi atau program instruksi. Multimedia bahwa, siswa tunanetra mengalami kesulitan dalam
interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi penguasaan konsep lingkungan sekolah, sehingga
dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh berdampak terhadap lemahnya kemampuan orientasi
pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dan mobilitasnya. Lingkungan sekolah yang terlalu
dikehendaki untuk proses selanjutnya. Karakteristik besar dan luas sangat susah diorientasi oleh siswa
terpenting dari multimedia interaktif adalah siswa tunanetra secara keseluruhan. Kompleksitas akses
tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, jalan dan posisi bangunan orientasi dipersepsikan
melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama salah oleh siswa tunanetra, sehingga ketika
mengikuti pembelajaran. bermobilitas sering terhambat bahkan salah dalam
Berdasarkan uraian di atas, mengembangkan menuju tempat yang dikehendaki.
maket multimedia interaktif berbasis orientasi dan Permasalahan tersebut muncul karena siswa
mobilitas untuk menanamkan penguasaan konsep tunanetra kurang memiliki gambaran/pemetaan yang
lingkungan sekolah pada siswa tunanetra. Amran, sempurna terhadap lingkungan sekolah. Oleh karena
(1997: 106), menyebutkan bahwa maket adalah bentuk itu pengembangan maket multimedia interaktif dapat
tiruan tentang sesuatu dalam ukuran kecil. Media mewakili keberadaan lingkungan sekolah yang dapat
maket memberikan impresi tiga dimensi dari obyek diamati melalui perabaan siswa tunanetra. Selanjutnya
nyata baik yang hidup maupun tidak. Media maket maket multimedia interaktif berbasis orientasi dan
atau model sangat membantu mengkomunikasikan mobilitas sebagai alternatif yang dapat menanamkan
hakikat dari berbagai benda, baik yang terlalu besar, penguasaan konsep mengenai lingkungan sekolah
terlalu luas, terlalu jauh, dan lain-lain. pada siswa tunanetra. Penggunaan media maket di
Keterkaitan maket multimedia interaktif ini Indonesia telah banyak digunakan sebagai media
dirancang dengan program audio untuk memberikan pembelajaran dengan hasil sangat memuaskan.
panduan kepada siswa tunanetra menuju ke berbagai Perwujudan hasil menggunakan media maket ini
tempat yang ada di lingkungan sekolah. Selanjutnya, tidak hanya mengkongkritkan gambaran suatu bentuk
desain maket multimedia interaktif ini dilengkapi atau lingkungan yang terlalu besar dan luas, akan
tulisan huruf Braille untuk setiap bangunannya, tetapi berpotensi memotivasi dan menyenangkan
sehingga memudahkan siswa tunanetra mengenali semangat belajar bagi siswa. Oleh karena itu media
setiap bangunan yang akan dituju pada tempat sekolah maket yang sudah ada sekarang ini memerlukan
luar biasa. Kelengkapan program audio yang didengar pengembangan menjadi sebuah multimedia interaktif
siswa tunanetra ini sebagai panduan menuju ke yang lebih menarik dan memudahkan belajar
berbagai tempat yang tersedia pada lingkungan memahami konsep bagi siswa tunanetra. Pengupayaan
sekolah, dan akan terekam serta diingat dalam otak ini dengan mewujudkan pengembangan sebuah
siswa untuk dijadikan pengetahuan. Pemahaman produk maket multimedia interaktif berbasis orientasi
pengetahuan tersebut akan dikonfirmasi oleh siswa dan mobilitas untuk menanamkan penguasaan konsep
tunanetra melalui rabaan, salah satunya menggunakan lingkungan sekolah pada siswa tunanetra. Berdasarkan
maket multimedia interaktif yang dilengkapi dengan uraian tersebut, maka permasalahan dalam penelitian
tulisan huruf braille. ini dapat dirumuskan bagaimanakah pengembangan
hasil produk prototipe maket multimedia interaktif

147
berbasis orientasi dan mobilitas untuk menanamkan penguasaan konsep lingkungan sekolah siswa
penguasaan konsep lingkungan sekolah pada siswa tunanetra sekolah luar biasa.
tunanetra SLB? Jenis data pada pengembangan ini berupa data
1.1 Tujuan Penelitian deskriptif kualitatif. Data kualitatif berupa (1)
Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah informasi lapangan mengenai program pembelajaran
menghasilkan produk prototipe maket multimedia orientasi dan mobilitas yang diperoleh melalui
interaktif berbasis orientasi dan mobilitas untuk wawancara dengan guru SLB-A dan Kepala Sekolah,
menanamkan penguasaan konsep lingkungan sekolah (2) informasi mengenai program pembelajaran
pada siswa tunanetra SLB. orientasi dan mobilitas yang diperoleh melalui
wawancara dengan pihak peserta didik tunanetra, (3)
kajian referensi dari artikel dan buku tentang
2. METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN pengembangan maket multimedia interaktif berbasis
2.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian orientasi dan mobilitas. Teknik pengumpulan data
Jenis penelitian pengembangan dengan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi
pendekatan research and development (R&D) dan performance hasil pembuatan produk prototipe.
menggunakan model dari Borg and Gall
(1983)[29]. Dalam penelitian ini menghasilkan
produk prototipe maket multimedia interaktif 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
berbasis orientasi dan mobilitas untuk 3.1 Hasil Pengembangan
menanamkan penguasaan konsep lingkungan 3.1.1 Hasil Pengembangan Maket Multimedia
sekolah pada siswa tunanetra SLB. Dalam Interaktif Berbasis Orientasi Dan Mobilitas
pengembangan maket multimedia interaktif Untuk Menanamkan Penguasaan Konsep
berbasis orientasi dan mobilitas untuk Lingkungan Sekolah Bagi Tunanetra
menanamkan penguasaan konsep lingkungan Dalam analisis Kebutuhan pembelajaran Orientasi
sekolah pada yang menjadi subyek penelitian dan Mobilitas untuk menanamkan penguasaan konsep
adalah siswa tunanetra SLB. lingkungan sekolah bagi tunanetra ini difokuskan pada
2.2 Model Penelitian Dan Pengembangan pengembangan kurikulum pembelajaran Orientasi dan
Pengembangan maket multimedia Mobilitas. Salah satu kompetensi dasar dalam
interaktif ini menggunakan desain model ASSURE pembelajaran Orientasi dan Mobilitas menyebutkan
yang dikembangkan oleh Smaldino, Sharon E & bahwa siswa tunanetra mampu berjalan mandiri di
Russell, James D (2005)[26], menegaskan bahwa ruangan outdoor maupun indoor. Dalam mengenalkan
produk pengembangan tidak saja berupa media lingkungan sekolah kepada siswa tunanetra guru dapat
pembelajaran, tetapi dapat berupa prosedur, menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan
instrumen dan proses pembelajaran. Kemudian (environment learning). Dengan memanfaatkan
model ASSURE sebagai tahapan awal dalam lingkungan sekolah, siswa diajak secara langsung
penelitian menghasilkan produk berupa maket memperoleh pemahaman konsep dan pengalaman
multimedia interaktif berbasis orientasi dan yang penting akan benda atau objek di luar dirinya.
mobilitas untuk menanamkan penguasaan konsep Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan di
lingkungan sekolah pada siswa tunanetra. luar ruangan kelas (outdoor) dirasa sesuai bila
Pengembangan maket multimedia interaktif diterapkan dalam pembelajaran orientasi dan
berbasis orientasi dan mobilitas untuk mobilitas. Dalam pembelajaran orientasi dan
menanamkan penguasaan konsep lingkungan mobilitas, siswa banyak dilatih melakukan orientasi
sekolah pada siswa tunanetra SLB ini terhadap suatu objek atau benda, dan itu dapat
menggunakan model pengembangan Borg and dilakukannya pada lingkungan luar kelas. Melakukan
Gall (1983)[29]. Penyebaran dan implementasi ini kegiatan belajar mengajar di luar kelas dapat
dilakukan apabila produk yang dikembangkan membentuk siswa lebih mandiri untuk beraktivitas.
telah memenuhi standar kelayakan dan produk Pelatihan mobilitas juga sangat baik bila dilakukan di
akhir yang memiliki hasil baik selama pengujian. luar kelas. Di lingkungan outdoor siswa tunanetra
Secara prosedur penelitian dengan model Borg dilatih untuk menemukan landmark/ciri medan dan
and Gall (1983)[29]. clue atau tanda-tanda yang dapat dijadikan arahan
dalam berjalan.
Untuk mencapai tujuan dari pengembangan maket
Berdasarkan gambar di atas bawah maket
multimedia interaktif berbasis orientasi dan mobilitas
multimedia interaktif berbasis orientasi mobilitas
untuk menanamkan penguasaan konsep lingkungan
untuk menanamkan penguasaan konsep lingkungan
sekolah bagi tunanetra diperlukan langkah-langkah
sekolah pada siswa tunanetra yang dikembangkan
sebagai berikut.
dalam penelitian ini pada tiga tahapan pembuatan
produk prototipe. Artinya melalui tiga tahapan 1. Asesmen
penelitian pengembangan ini telah menghasilkan Dalam pengembangan orientasi dan mobilitas
produk akhir prototipe maket multimedia interaktif asesmen adalah metode yang sistimatis untuk
berbasis orientasi mobilitas untuk menanamkan mengetahui tentang:

148
a. Apa yang sudah dikuasai
b. Apa yang belum dikuasai
c. Apa yang dibutuhkan
Materi pengembangan yang sudah diketahui dan
materi yang belum diketahui, tapi tidak dibutuhkan
maka materi tersebut tidak perlu diprogramkan dan
materi yang belum dikuasai dan dibutuhkan itu saja
yang perlu diprogramkan untuk dilatihkan pada
tunanetra.
2. Menetapkan prioritas materi latihan
Berdasarkan hasil asesmen, materi yang belum
diketahui mungkin lebih dari satu maka guru harus
memilih materi yang mana yang perlu lebih dulu untuk
dilatihkan. Gambar 1. Landscape Maket Lingkungan Sekolah
3. Menetapkan tujuan latihan
Setelah ditetapkannya materi yang dilatihkan,
maka guru menyusun dan menetapkan tujuan yang
akan dicapai. Tujuan harus memiliki unsur:
A= Audiens maksudnya siapa yang akan mencapai
tujuan
B= Behavior adalah perilaku yang harus ditunjukkan
C= Condition pada saat kondisi apa perilaku itu
ditampilkan/ditunjukkan oleh (audiens)
D=Degree (Derajat) sebagai kriteria bahwa tingkah
laku yang ditampilkan (performance behavior)
menerangkan telah berhasil menguasai pengetahuan
dan keterampilan dan diajarkan.

Berdasarkan tujuan di atas dalam mengembangkan


produk maket multimedia berbasis orientasi dan
mobilitas wacananya pada area lingkungan sekolah
dengan kondisi berwujud bangunan dan ruangan yang
digunakan sebagai aktivitas pembelajaran. Berikut ini
gambaran ruangan-ruangan dan area yang dijadikan Gambar 2. Perangkat Program Audio Dalam Tempat
aktivitas lingkungan sekolah sebagai rancangan arah Bangunan Maket
orientasi dan mobilitas untuk pembuatan maket
multimedia interaktif. Dalam mengoperasikan perangkat program audio
a. Ruang kelas dalam maket multimedia interaktif ini tunanetra
b.Ruang Guru menekan tombol yang telah disediakan dalam tempat
c. Ruang Kepala sekolah bangunan. Di samping itu maket multimedia interaktif
dilengkapi dengan teks braille yang dapat
d.Ruang Kesenian.
mempermudah dan membantu penyandang tunanetra
e. Laboratorium Komputer. mengenali setiap gedung yang akan dituju.
f. Ruang Perpustakaan.
Di bawah ini gambaran akhir produk prototipe
g. Mushola.
maket multimedia interaktif untuk menanamkan
h. Gedung Serba Guna.
konsep lingkungan sekolah bagi siswa tunanetra
i. Area Lapangan untuk pembelajaran olahraga.
sekolah luar biasa.
j. Asrama putri
k. Asrama putra
l. Kamar Kecil atau toilet
m. Halaman sekolah
n. Gudang
o. Rumah penjaga sekolah

Pengembangan maket multimedia interaktif yang


digunakan untuk membimbing penyandang tunanetra
dalam berorientasi dan mobilitas sebagai upaya
menanamkan konsep lingkungan sekolah melalui
tahapan berikut ini (Borg and Gall, 1983)[29].

149
benda tersebut langsung ke dalam kelas. Dengan
demikian, nuansa asli dari benda tersebut masih bisa
dirasakan oleh peserta didik tanpa mengurangi struktur
aslinya, sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna.Konsep maket ini sebagai benda tiruan tiga
dimensi yang dibuat guna mewakili kehadiran benda
asli yang terlalu besar, terlalu kecil, terlalu jauh, dan
terlalu luas, sehingga dapat diamati secara langsung
oleh siswa tunanetra melalui rabaannya.
Sedangkan multimedia dipertegas oleh Niken
dan Dany (2010;11)[4] mengutip definisi multimedia
dalam Turban, dkk (2002), multimedia adalah
Gambar. 3. Maket Multimedia Interaktif Berbasis kombinasi dari paling sedikit dua media input atau
Orientasi dan Mobilitas output. Media ini dapat berupa audio (suara, musik),
animasi, video, teks, grafik dan gambar. Selanjutnya
pengertian lain yang dikemukakan oleh Zeembry
Produk yang dihasilkan dari penelitian
(2008)[31],menjelaskan bahwa Multimedia (sebagai
pengembangan ini adalah produk prototipe maket
kata sifat) adalah media elektronik untuk menyimpan
multimedia interaktif berbasis orientasi dan mobilitas
dan menampilkan data-data multimedia. Berdasarkan
sebagai upaya menanamkan penguasaan konsep
definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan
lingkungan sekolah pada siswa tunanetra SLB. Maket
bahwa multimedia adalah perpaduan dari dua media
multimedia interaktif berbasis orientasi dan mobilitas
yang dapat berupa audio (suara, musik), animasi,
ini dikembangkan untuk memberikan kebermanfaatan
video, teks, grafik ataupun gambar yang dimanfaatkan
bagi siswa tunanetra untuk mengenalkan lingkungan
sebagai penyampai pesan kepada publik.
sekolah luar biasa. Maket multimedia interaktif ini
dikonsep dengan program audio yang berisi panduan Multimedia interaktif sebagai suatu
akses jalan ke berbagai tempat yang ada di lingkungan multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol
sekolah. Dalam memahami masing-masing bangunan yang dapat dioperasikan oleh tunanetra, dengan cara
pada maket diberikan dengan menggunakan memilih apa yang dikehendaki untuk proses mobilitas
keterangan yang berwujud tulisan huruf braille ini selanjutnya. Multimedia interaktif menggabungkan
berfungsi sebagai perantara untuk memberikan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari: a)
gambaran tentang lingkungan sekolah. teks; b) grafik; c) audio; dan d) interaktivitas (Bonk,
Curtis J and Graham, Charles R. 2006)[6]. Pemanfaatan
Adapun produk maket multimedia interaktif
teknologi multimedia pembelajaran interaktif yaitu
berbasis orientasi dan mobilitas untuk menanamkan
sebagai salah satu sarana pembelajaran bagi siswa
penguasaan konsep lingkungan sekolah pada siswa
tunanetra, mempunyai beberapa kekuatan dasar, yang
tunanetra, sebagai berikut:
dikemukakan oleh Phillips dalam (Bonk, Curtis J and
1. Panduan akses bangunan dan jalan menuju Graham, Charles R. 2006)[6], yaitu.
keberbagai tempat lingkungan sekolah dengan
a. Mixed media
konsep program audio dan tulisan braille.
Dengan menggunakan teknologi
2. Bentuk maket multimedia yang terdapat petunjuk
multimedia, berbagai media konvensional yang
arah.
ada dapat diintegrasikan ke dalam satu jenis media
3. Pengoperasian dengan cara menekan tuts sesuai
interaktif, seperti media teks (papan tulis), audio,
dengan tempat tujuan yang dikehendaki dan
video, yang jika dipisahkan dapat membutuhkan
tersedia pada maket bangunan lingkungan
lebih banyak media.
sekolah.
b. User control
4. Alat penilaian untuk penguasaan konsep
Teknologi multimedia memungkinkan
lingkungan dengan penilaian autentik sebagai
pengguna untuk menelusuri materi ajar, sesuai
keberhasilan dalam orientasi dan mobilitas
dengan kemampuan dan latar belakang
pengetahuan yang dimilikinya.
3.2 Pembahasan c. Simulasi dan visualisasi
Sudjana dan Rifai (2005)[30] mengemukakan Simulasi dan visualisasi merupakan fungsi
bahwa maket atau model adalah tiruan tiga dimensi khusus yang dimiliki oleh multimedia interaktif,
dari beberapa benda nyata yang terlalu besar, terlalu sehingga dengan teknologi animasi, simulasi dan
jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau visualisasi komputer, pengguna akan
terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan mendapatkan infromasi yang lebih nyata dari
dipelajari peserta didik dalam wujud aslinya. Dari informasi yang bersifat abstrak. Dalam beberapa
pandangan tersebut dapat dipahami bahwa model kurikulum dibutuhkan pemahaman yang
(maket) sebagai bahan ajar tiga dimensi adalah tiruan kompleks, abstrak, proses dinamis dan
benda nyata untuk menjembatani berbagai kesulitan mikroskopis, sehingga dengan simulasi dan
yang bisa ditemui, apabila menghadirkan objek atau visualisasi peserta didik akan dapat

150
mengembangkan mental model dalam aspek orang-orang yang memiliki hambatan penglihatan
kognitifnya. Tapi bagi siswa tunanetra fungsi dapat bepergian lebih mudah di lingkungannya. Dalam
simulasi lebih ditekankan karena siswa dapat orientasi dan mobilitas, konsep arah dan jarak
mencoba secara langsung dalam pemanfaatan merupakan dua hal penting yang harus dimengerti oleh
media. siswa tunanetra. Karena dengan memahami konsep
d. Gaya belajar yang berbeda arah dan jarak, maka siswa tunanetra akan dapat
Multimedia interaktif mempunyai potensi bermobilitas secara tepat dan efektif. Tepat dalam arti
untuk mengakomodasi pengguna dengan gaya siswa dapat mencapai tempat tujuan sesuai dengan
belajar yang berbeda-beda. Nandi (2012)[20], yang dikehendakinya. Sedangkan efektif artinya siswa
mengemukan enam kriteria untuk menilai dapat sampai ke tempat tujuan yang diinginkan dengan
multimedia interaktif, yaitu: (1) kemudahan selamat serta dengan waktu yang singkat.
navigasi, (2) kandungan kognisi, (3) presentasi Pemahaman konsep mengenai arah mata
informasi, (4) integrasi media, (5) artistik dan angin sangat berguna untuk membangun kemandirian
estetika, dan (6) mempunyai fungsi secara siswa tunanetra dalam melakukan orientasi dan
keseluruhan. mobilitas di lingkungan sekolah. Konsep ini
Kompleksitas permasalahan siswa tunanetra memberikan dan menanamkan pemahaman kepada
dalam penguasaan konsep lingkungan yang rendah siswa tentang delapan penjuru arah mata angin dan
dalam orientasi dan mobilitas mengenai lingkungan cara menentukan sudut yang dibentuk oleh arah mata
sekolah yang terlalu luas sehingga menyulitkan untuk angin tertentu. Arah mata angin bagi tunanetra dirasa
memahami kondisi sekolah. Di samping itu informasi sangat penting untuk diketahui dan dipahami melalui
yang diperoleh siswa mengenai lingkungan sekolah praktik langsung. Namun untuk siswa tunanetra yang
hanya bersifat verbalistis berupa perkataan dari guru masih tergolong anak-anak, konsep kiri, kanan, depan,
atau teman lainnya. Informasi yang didapat tersebut dan belakang merupakan konsep arah yang perlu
bisa jadi dipahami salah oleh siswa tunanetra yang dikenalkan terlebih dahulu.
bersangkutan. Dasar fakta yang ditemukan tersebut Konsep jarak juga harus dipahami dengan
siswa tunanetra mengalami permasalahan dalam baik oleh siswa tunanetra. Konsep jarak ini penting
memahami suatu objek yang terlalu luas seperti dipahami agar siswa mampu memperkirakan jarak
lingkungan sekolah. yang akan dia tempuh untuk menuju ke suatu tempat
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada yang dikehendakinya. Dalam berorientasi dan
dua cara yang harus dilakukan seorang guru. Langkah mobilitas ukuran jarak pada umumnya
pertama yaitu dengan memberikan bekal keterampilan mempergunakan yaitu meter, depa, dan langkah kaki.
orientasi dan mobilitas kepada siswa tunanetra. Akan tetapi, untuk memudahkan siswa tunanetra
Dengan keterampilan orientasi dan mobilitas dapat terhadap konsep jarak, maka cukup menggunakan
dijadikan pegangan bagi siswa tunanetra untuk patokan langkah kaki.
melakukan berbagai aktivitas di dalam lingkungan Namun, di samping konsep arah dan jarak,
sekolah. Sedangkan langkah kedua yaitu dengan ada satu hal penting lagi yang harus dipahami oleh
mengembangkan sebuah media pembelajaran yang siswa tunanetra ketika ingin mengenal lingkungan
dapat memberikan gambaran tentang lingkungan sekolah dengan baik. Hal itu adalah penguasaan
sekolah kepada siswa tunanetra. Pengembangan maket konsep mengenai lingkungan sekolah yang terbayang
multimedia yang dikemas berbasis teknologi dalam pemikiran siswa tunanetra. Untuk menanamkan
pembelajaran. Teknologi pembelajaran (instructional penguasaan konsep dalam pemikiran siswa tunanetra
technology) dalam desain, pengembangan, tidaklah mudah. Bagi siswa yang mengalami
pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi tentang ketunanetraan sejak lahir, mereka miskin akan konsep
proses dan sumber untuk belajar [27]. Teknologi sehingga sulit untuk menggambarkan suatu objek.
pembelajaran berupaya untuk merancang, Apalagi bila objek yang digambarkan tersebut hanya
mengembangkan, dan memanfaatkan aneka sumber diinformasikan melalui bahasa verbal. Begitu pula
belajar sehingga memudahkan atau memfasilitasi pada siswa yang mengalami ketunanetraan pasca
seseorang untuk belajar di mana saja, kapan saja, oleh melihat, konsep yang mereka miliki belum dapat
siapa saja, dan dengan cara sumber belajar apa saja mendukung penciptaan pemetaan kognisi mereka
yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. terhadap obyek lingkungan yang terlalu luas. Oleh
Lahav, O and Mioduser, D. (2002)[17], karena itu perlu adanya sebuah media yang berbentuk
menyebutkan orientasi adalah kemampuan untuk konkret untuk penggambaran lingkungan sekolah yang
memahami hubungan antara satu objek dengan objek dapat diamati secara langsung oleh siswa tunanetra
yang lain; penciptaan dari suatu pola mental dari melalui pendengaran dan rabaannya.
lingkungan. Sedangkan mobilitas yang dimaksud
adalah mencakup perolehan keterampilan dan teknik
yang menjadikan orang-orang yang memiliki 4. SIMPULAN
hambatan penglihatan dapat bepergian lebih mudah di Di bawah ini kesimpulan yang menunjukkan
lingkungannya. Pelatihan mobilitas mencakup pengembangan maket multimedia interaktif berbasis
perolehan keterampilan dan teknik yang menjadikan orientasi dan mobilitas untuk menanamkan

151
penguasaan konsep lingkungan sekolah pada siswa Menyenangkan, Inovatif dan Menantang. Penerbit
tunanetra, yaitu menghasilkan produk prototipe maket Prestasi Pustakaraya, Jakarta Indonesia.
multimedia interaktif berbasis orientasi dan mobilitas [16]. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014).
untuk menanamkan penguasaan konsep lingkungan Program Pengembangan Kekhususan Pedoman
Pengembangan Orientasi Mobilitas, Sosial dan
sekolah pada siswa tunanetra yang terdiri dari. a) KOmunikasi Untuk Peserta didik Tunanetra.
panduan akses bangunan dan jalan menuju keberbagai Dirjen Pendidikan Dasar : Jakarta.
tempat lingkungan sekolah dengan konsep program [17]. Lahav, O and Mioduser, D. (2002). Multisensory
audio dan tulisan braille, b) bentuk maket multimedia virtual environment for supporting blind persons’
yang terdapat petunjuk arah, c) pengoperasian dengan acquisition of spatial cognitive mapping,
cara menekan tuts sesuai dengan tempat tujuan yang orientation, and mobility skills. Hungary: Intl Conf.
dikehendaki dan tersedia pada maket bangunan Disability, Virtual Reality & Assoc. Tech., Veszprém.
lingkungan sekolah, dan d) alat penilaian untuk [18]. Mercer, Cecil D & Mercer Ann R. (1993). Teaching
penguasaan konsep lingkungan dengan penilaian Student with Learning Problems. Ohio: Published
by Merrill Publishing Company,A Bell & Howell
autentik sebagai keberhasilan dalam orientasi dan Information Company.
mobilitas [19]. Mukhtar, dan Iskandar. (2012). Desain Pembelajaran
Berbasis TIK. Jakarta : Penerbit Referensi.
[20]. Nandi (2012). Penggunaan Multimedia Interaktif
5. REFERENSI
Dalam Pembelajaran Geografi Di Persekolahan.
[1]. Adri, Muhammad. (2007). Strategi Pengembangan
Jurnal. Diakses tanggal 18 Oktober 2014
Multimedia Instructional Design. http:// ilmu
[21]. Nurjannah (2006). Pengertian Konsep Menurut
komputer.com. diakses pada tanggal 16 oktober 2014.
Para Ahli. http://Satria2008.diakses pada tanggal 19
[2]. Aldridge, J; Goldman, R. (2002). Current Issues and
oktober 2014
Trends in Education. Boston : A. Pearson Education
[22]. Pranata, Moeljadi. 2010. Teori Multimedia
Company.
Instruksional. Malang : Universitas Negeri Malang.
[3]. Anderson, Ronald. (1994). Pemilihan dan
[23]. Rogow. (2005). A Developmental Model Of Disabilities. .
Pengembangan Media untuk Pembelajaran.
Journal of Counseling and Development Vol 20 - No. 2.
Diterjemahkan oleh Yusuf Hadi Miarso, dkk dari buku
[24]. Schwiebert, L Valerie; Karen A. Sealander and Jean L.
aslinya: Selecting And Developing Media for
Dennison. (2002). Strategies for Counselors
Instruction. Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada.
Working With High School Students With High
[4]. Ariyani, Niken, dkk. (2010). Pembelajaran
School Students With Attention-
Multimedia di Sekolah: Pedoman Pembelajaran
Deficit/Hyperactivity Disorder. Journal of
Inspiratif. Konstruktif dan Prospektif. Jakarta:
Counseling and Development Volume 80 Number 1
Prestasi Pustaka.
Winter: 3-10.
[5]. Bahri (2008). Pengertian Konsep Menurut Para
[25]. Schalfer, Charles. (2000). Bagaimana Membimbing,
Ahli. http://Satria 2008,diakses pada tanggal 15
Mendidik dan Mendisiplinkan Anak Secara
oktober 2014.
Efektif, (terjemahan R. Tarman Sirait). Jakarta:Radar
[6]. Bonk, Curtis J and Graham, Charles R. (2006). The
Jaya Ofset.
Handbook Of Blended Learning. San Fransisco:
[26]. Smaldino, Sharon E & Russell, James D. (2005).
Published by Pfeiffer, by John Wiley & Sons, Inc.
Instructional Technology and Media for Learning.
[7]. Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Educational
Ohio, Columbus: by Pearson Education, Inc.
Research: An Introduction. London: Longman, Inc.
[27]. Barbara B. Seels, Rita . Richey. (1994).
[8]. Cole, P.& Lorna, Chan. 1990. Methods and
Instructiuonal Technology: The Definition and
Strategies for Special Education. Sydney : Prentice
Domains of The Field. AECT Washington DC
Hall Ltd.
[28]. Blades, M., Ungar, S., & Spencer, C. (1999). Map
[9]. Effendi (2009). “Definisi Pemahaman Konsep”.
using by adults with visual impair- ments.
http://www.usershare.net.diakses tanggal 18 Oktober
Professional Geographer, 51, 539–553
2014
[29]. Borg, W. R. & Gall, M. D. (1983). Educational
[10]. Hadi, Purwaka. (2005). Kemandirian Tunanetra.
research: An introduction (4ed.). New York:
Jakarta: Depdiknas.
Longman.
[11]. Heinich. Molenda. Russel. (1982). Instuctional
[30]. Sudjana, Nana., dan Rivai, Ahmad., (2005). Media
Media And The New Technologies Of
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Instruction. Printed I the United State Of America.
[31]. Zeembry. (2005). 123 Tip & Trik. Jakarta: PT Elex
[12]. Heinich, Molenda, Russell dan Smaldino. (1999).
Media Komputindo.
Instructional Technology and Media for Learning.
Ohio, Columbus: by Pearson Education, Inc.
[13]. Asrulbakri. (2010). Langkah-langkah Pembelajaran
Multimedia Interaktif. MEDTEK Jurnal. Diakses
tanggal 18 Oktober 2014
[14]. Husamah, (2014). Pembelajaran Bauran (Blended
Learning). Terampil Memadukan Keunggulan
Pembelajaran Face To Face, E-Learning Offline-
Online dan Mobile Learning. Penerbit Prestasi
Pustakaraya, Jakarta Indonesia.
[15]. Husamah, (2013). Pembelajaran Luar Kelas
(Outdoor Learning) Ancangan Strategis
Mengembangkan Metode Pembelajaran Yang

152
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Ketuntasan Belajar Materi Listrik Siswa Kelas VI SD-
SMP Satu Atap Singosari Malang
Titin Sunarti1*), Endang Susantini2, Beni Setiawan3
1
Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail: titinsunarti@unesa.ac.id
2
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail: endangsusantini@unesa.ac.id
3
Jurusan IPA, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail: benisetiawan@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: titinsunarti@unesa.ac.id.

ABSTRACT
The purpose of this study is to improve student learning outcomes Primary and Junior Secondary One Roof
Singosari Malang and describe the students' response to the implementation of inquiry learning model. Object of
this research is 31 students of class VI in Electrical matter. This type of research is pre-experimental, by applying
One Group Pre-test and Post-test design. Questionnaire method used to obtain the student response data includes
the aspect of assurance, relevance, interest, assessment, and satisfication. Test results for the Electrical matter
were obtained that learning outcomes and student responses were analyzed by quantitative analysis techniques
descriptive. Student learning outcomes on average experienced a modest increase (gain score of 0.65). The
thoroughness of the average student learning outcomes increased by 87.10%. Student responses on assurance
aspects: 72.58, relevance: 89.74, interest: 85.54, assessment: 90.32, and satisfication: 96.06. The average student
responses on all aspects of the show 86.85% of students satisfied with the implementation of inquiry learning
model.
Key Words: SD-SMP One Roof, Inquiry Model

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD-SMP Satu Atap Singosari Malang
dan mendeskripsikan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri. Penelitian penerapan ini
dilaksanakan mengikuti One Group Pretest and Posttest Design. Obyek penelitian ini adalah 31 siswa kelas VI
pada materi Listrik. Metode angket digunakan untuk mendapatkan data respon siswa yang ditinjau dari aspek
assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfication. Data hasil belajar dan respon siswa dianalisis
dengan teknik analisis deskripstif kuantitatif. Hasil belajar siswa rata-rata mengalami peningkatan sedang (gain
skor 0,65). Ketuntasan hasil belajar rerata siswa meningkat sebesar 87,10%. Respon siswa pada aspek assurance:
72,58, relevance: 89,74, interest: 85,54, assessment: 90,32, dan satisfication: 96,06. Rata-rata respon siswa pada
semua aspek menunjukkan 86,85% siswa puas terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri.
Kata kunci: SD-SMP Satu Atap, Model inkuiri

1. PENDAHULUAN ilmiah dan pemahaman tentang bagaimana ilmuan


Karakteristik Kurikulum 2013 adalah bekerja[3].
penggunaan pendekatan saintifik (scientific approach) Inkuiri membantu siswa mengembangkan
dalam proses pembelajaran di sekolah[1]. Tujuan intelektual dan proses keterampilan ilmiah[4]. Inkuiri
penggunaan pendekatan saintifik yang dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa pada kelas fisika,
pembelajaran adalah agar siswa dapat lebih aktif berbeda dengan hasil pengamatan kelas fisika yang
dalam menemukan konsep sehingga mendapatkan tidak berbasis inkuiri[5]. Pembelajaran inkuiri memberi
pemahaman yang lebih baik daripada memperoleh kesempatan siswa untuk mengembangkan keahlian
konsep dengan cara diberitahu secara langsung oleh sesuai yang dibutuhkan di kehidupan, melakukan
guru. Keterlibatan siswa menemukan konsep dapat aktivitas untuk mendapatkan pemahaman lebih jelas,
mengembangkan keterampilan dan sikap untuk dan mencari solusi sekarang dan akan datang[6].
membangun pemahaman yang bermakna dan logis[2]. Pembelajaran menggunakan inkuiri dapat mengurangi
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menuntut kejenuhan siswa dan membuat siswa lebih menikmati
siswa untuk terlibat aktif dalam memperoleh konsep- proses pembelajaran karena siswa lebih leluasa
konsep materi dan menyelesaikan permasalahan yang memutuskan melakukan sesuatu saat terlibat dalam
ditemukan. Pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran[7].
memfasilitasi siswa terlibat aktif menemukan konsep Hasil studi di sekolah dasar menunjukkan bahwa
materi secara ilmiah salah satunya ialah pembelajaran pembelajaran IPA berbasis inkuiri mendapat
berbasis inkuiri. Inkuiri adalah suatu pendekatan peningkatan respon baik sebesar 33,4%[8]. Hasil studi
inovatif dalam pembelajaran yang menekankan lainnya melaporkan bahwa penerapan model
kegiatan siswa untuk mengembangkan pengetahuan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi

153
belajar siswa dengan nilai gain yang dinormalisasi Tabel 2. Skor dan Kriteria N-Gain Siswa
sebesar 0,75[9]. Penerapan model pembelajaran inkuiri No. Absen N-Gain Kriteria
dapat meningkatakan hasil belajar dan ketuntasan 1 0,45 sedang
belajar siswa pada mata pelajaran IPA Sekolah 2 0,55 sedang
Dasar[10]. 3 0,69 sedang
4 0,63 sedang
SD-SMP Satu Atap Singosari, Malang 5 0,62 sedang
merupakan sekolah yang menerapkan Kurikulum 6 0,69 sedang
2013. Penerapan model pembelajaran inkuiri di SD- 7 0,64 sedang
SMP Satu Atap Singosari diharapkan dapat 8 0,64 sedang
meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini 9 0,64 sedang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa 10 0,69 sedang
kelas VI SD pada materi listrik dan mendeskripsikan 11 0,75 tinggi
respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran 12 0,69 sedang
inkuiri. 13 0,20 rendah
14 0,53 sedang
15 0,67 sedang
2. METODE 16 0,60 sedang
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen 17 0,69 sedang
yang mengikuti desain pre-eksperimen yang 18 0,73 tinggi
menggunakan desain kelompok tunggal dangan pretes 19 0,62 sedang
- postes. Objek penelitian adalah 31 siswa kelas VI SD 20 0,64 sedang
Satu Atap Singosari, Malang. 21 0,75 tinggi
Hasil Pretest-post test di analisis secara kuantitatif 22 0,80 sedang
kemudian dihitung skor normalized gain dengan 23 0,64 sedang
24 0,69 sedang
rumus: 25 0,62 sedang
Spost  Spre ............ (1)
 g  26 0,54 sedang
S max  Spre 27 0,62 sedang
28 0,63 sedang
Keterangan:
29 0,60 sedang
1. Spost = Nilai postes 30 0,79 sedang
2. Spre = Nilai pretes 31 0,75 sedang
3. Smax = Nilai Maksimal Rata-rata 0,65 sedang

Tabel 1. Kriteria Normalized Gain Rata-rata skor N-Gain dari 31 siswa adalah 0,65
Skor N-Gain Kriteria N-Gain tergolong sedang dengan rincian 10 siswa
0,70 < N-Gain Tinggi mendapatkan kriteria N-Gain rendah, 18 siswa
0,30 < N-Gain Sedang
mendapatkan kriteria N-Gain sedang, dan 3 siswa
N-Gain < 0,30 Rendah
mendapatkan kriteria N-Gain tinggi. Data di atas
menunjukan bahwa model pembelajaran inkuiri
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa
membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya pada
ditentukan dengan rumus:
bab Listrik. Fakta adanya peningkatan hasil belajar
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑙𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡 siswa setelah menggunakan model pembelajaran
× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 inkuiri yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian
dari Khasanah[9]; dan Damayanti [10], yakni model
Hasil respon siswa dianalisis secara kuantitatif pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
berdasarkan aspek assurance, relevance, interest, siswa.
assessment, dan satisfication. Terdapat 3 siswa mendapatkan N-Gain tinggi, 1
siswa N-Gain rendah, dan 27 siswa N-Gain sedang.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN siswa yang mendapatkan N-Gain rendah adalah siswa
Skor N-Gain diperoleh dari hasil analisis nilai pre No. absen 13 dengan N-Gain 0,20. Siswa No. absen 13
test dan post test siswa. Skor dan Kriteria N-Gain mendapatkan skor pretes 75 dan skor postes 85.
siswa disajikan pada Tabel 2. Meskipun memiliki N-Gain rendah, namun siswa
tersebut dinyatakan tuntas pada pretes dan postes.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada pretes dan
postes disajikan pada Gambar 1.

154
sesuai untuk siswa kelas VI SD Satu Atap Singosari
31 pada bab Listrik. Siswa tidak hanya mendapatkan
30 konsep listrik dari guru, namun siswa membangun
29
pemahamannya dengan menjadikan diri mereka
28
27 seperti seorang peneliti yang mencari tau tentang
26 konsep Listrik. Siswa mendapatkan pemahaman yang
25 lebih jelas tentang materi Listrik, sesuai dengan
24 pernyataan Alberta [6] bahwa inkuiri dapat membantu
23 siswa melakukan aktivitas untuk mendapatkan
22
21 pemahaman yang lebih jelas.
20 Model pembelajaran inkuiri juga memberi
Nomor Absen Siswa

19 kesempatan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran


18 yang dapat membangun pemahaman logis siswa [2],
17 yang selanjutnya memberi andil dalam peningkatan
16
15
ketuntasan hasil belajar siswa. Peningkatan ketuntasan
14 juga sesuai dengan hasil penelitian Damayanti [10],
13 yakni pembelajaran dengan inkuiri mampu
12 meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa mata
11 pelajaran IPA Sekolah Dasar.
10
9
Data hasil analisis angket respon diketahui
8 bahwa 84,33% siswa puas terhadap kegiatan belajar
7 mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
6 inkuiri. Pembelajaran dengan inkuiri membuat siswa
5 percaya diri dengan nilai assurance: 72,14.
4
Pembelajaran dengan inkuiri juga dianggap siswa
3
2 relevan pada materi listrik dengan nilai relevance:
1 87,92. Siswa yang aktif belajar merasa tertarik,
dibuktikan dengan nilai interest: 81,18. Hal ini sesuai
0 50 100 dengan pernyataan Luke [7] bahwa inkuiri dapat
Skor mengurangi kejenuhan siswa. Siswa lebih tertarik
belajar dengan inkuiri yang belajar seperti cara para
Postes Pretes
ilmuan bekerja. Siswa merasa penilaian yang
diterapkan bersifat adil dan holistik dengan nilai
assessment: 87,14. Nilai satisfication sebesar 93,24
Gambar 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pretes menunjukkan bahwa siswa puas dengan model
dan Postes pembelajaran inkuiri.

Data Jumlah Siswa Tuntas Pretes dan Postes 4. KESIMPULAN


disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa setelah pembelajaran menggunakan inkuiri
35 hasil belajar siswa rata-rata mengalami peningkatan,
29 demikian halnya dengan jumlah siswa yang tuntas juga
30 mengalami peningkatan. Selain itu, 86,85% siswa
25 memberikan resposns positif terhadap pembelajaran
yang dilakukan. Rata-rata respon siswa pada semua
20 aspek menunjukkan 86,85% siswa puas terhadap
penerapan model pembelajaran inkuiri.
15
10 5. DAFTAR PUSTAKA
5 2 [1].Anonim, (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tentang
0 Pretes Postes Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kemendikbud: Jakarta.
Gambar 2. Jumlah Siswa Tuntas Pretes dan Postes [2]. Barrow, H.L. (2006). A brief history of inquiry: From
Dewey to Standards. Journal of Science Teacher
Jumlah siswa tuntas pada pretes sebanyak 2 Education, Vol. 17, 265-278.
orang, sedangkan pada postes sebanyak 29 orang. [3]. National Research Council. (1996). National Science
Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat 87,10%. Education Standards. Washington, DC: National
Peningkatan hasil belajar sebesar 87,10% Academy Press.
menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri [4].Wenning, C.J. (2005a). Levels of inquiry: Hierarchies
of pedagogical practices and inquiry processes.

155
Journal of Physics Teacher Education Online, Vol. 2,
No. 3, 3-11.
[5]. Arion, D., Crosby, K., & Murphy, E. (2000). Casestudy
experiments in the introductory physics curriculum.
The Physics Teacher, Vol. 38, No. 6, 373-376.
[6]. Alberta, (2004). Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide
to Implementing Inquiry-based Learning. Canada:
Alberta Learning.
[7]. Luke, L., (2010). Self-monitoring to Minimize Student
Resistance to Inquiry, Journal of Physics Teacher
Education Online, Vol. 5, No. 3, 11-23.
[8]. Yeo, S. & Zadnik, M. (2001). Introductory thermal
concept evaluation: Assessing students’
understanding. Physics Teacher, Vol. 39, 496-504.
[9]. Khasanah, K., (2013). Perbandingan Penerapan
Model Pembelajaran Guided Inquiry dengan
Interactive Demonstration dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA. Universitas
Pendidikan Indonesia: repository.upi.edu.
[10]. Damayanti, I., (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar. JPGSD.
Vol. 2, No. 3.

156
Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Menggunakan
Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Membuat
Busana Anak Siswa Kelas X SMKN 3 Pamekasan
Tri Mutmainnah1*), Fadlilah Indira Sari2
1
S2 Pend. Teknologi Kejuruan, Universitas Negeri Surabaya, E-mail: tri_imut15@rocketmail.com
2
S2 Pend. Teknologi Kejuruan, Universitas Negeri Surabaya. E-mail: sarie.muslimah19@gmail.com
*) Alamat Korespondesi: Email: tri_imut15@rocketmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to 1) determine how the activities of teachers, 2) determine how the student
activity, 3) determine student learning outcomes, and 4) evaluate the response of the students after participating
in learning activities using direct learning model using audio-visual media. This type of research is the Classroom
Action Research (CAR), which is composed of two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation,
and reflection. Data collection methods include observation, testing, and student questionnaire responses.
Analysis of the data used the average of learning outcomes and student response used in form of percentages. The
results were obtained: 1) Activities of teachers during the learning process outlines two cycles increased. In the
first cycle for the learning of students are not familiar with the direct learning model, but for the second cycle
there is an improvement with the use of audio-visual media that attract students. 2) Activity student learning
process two cycles in general have increased. This was demonstrated their power to attract students in
participating in learning. 3) The results of students in the first cycle there were 10 students who did not complete
from a total of 30 students, but all students in the second cycle has been completed. 4) The response of students to
the direct learning model by using audio-visual media in the sub competence to make clothes children receive
positively.
Key Words: The direct model of teaching-learning process, audio-visual media, students’ score of making
childern clothes.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk 1)mengetahui bagaimana aktifitas guru, 2) mengetahui bagaimana
aktifitas siswa, 3) mengetahui hasil belajar siswa, dan 4) mengetahui respon siswa setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar menggunakan model pembelajaran langsung menggunakan media audio visual. Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahap
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Metode pengumpulan data mencakup observasi, tes, dan angket
respon siswa. Analisis data menggunakan rata-rata hasil belajar dan respon siswa menggunakan prosentase.
Hasil penelitian diperoleh: 1) Aktivitas guru selama proses pembelajaran dua siklus secara garis besar mengalami
peningkatan. Pada siklus I selama pembelajaran berlangsung siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran
langsung, namun untuk siklus II ada perbaikan dengan penggunaan media audio visual yang menarik minat siswa.
2) Aktivitas siswa proses pembelajaran dua siklus secara umum mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan
adanya daya menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. 3) Hasil belajar siswa pada siklus I terdapat
10 siswa yang tidak tuntas dari total 30 siswa, namun pada siklus II seluruh siswa telah tuntas. 4) Respon siswa
terhadap model pembelajaran langsung dengan menggunakan media audio visual pada sub kompetensi membuat
busana anak memperoleh hal positif.
Kata kunci: Model pembelajaran langsung, media audio visual, hasil belajar membuat busana anak

1. PENDAHULUAN instrumen atau perangkat pembelajaran. Akan tetapi,


Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. menekankan pada keterlibatan secara penuh dari
Belajar dapat dipandang sebagai proses yang peserta didik serta guru sehingga akan tercipta kondisi
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui dimana semua saling berproses untuk mencapai
berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses kualitas yang di inginkan[1].
melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sebagai Ketercapaian standar kompetensi memerlukan
sebuah proses, aktivitas belajar mengajar tentunya adanya pengolaan proses pembelajaran yang baik,
telah banyak metode, model dan media pembelajaran salah satunya dengan menggunakan media audio
yang diterapkan guna mencapai hasil maksimal dan visual dengan model pembelajaran yang dapat
berkualitas. Mulai dari pemilihan kurikulum, memberikan hasil belajar yang optimal yaitu Model
penentuan metode belajar mengajar, media Pembelajaran langsung. Dari hasil observasi di
pembelajaran yang digunakan hingga pada pemenuhan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) rata-rata guru

157
masih mengunakan metode pengajaran yang demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan
konvensional, yaitu berupa ceramah dan pengajaran pelatihan lanjut (mandiri) (Nur, 2000:7).
klasik sebagai metode yang dipandang baik dari segi Pengembangan model pengajaran langsung
efisiensi waktu. dilandasi oleh latar belakang teoritik dan empirik
Model Pembelajaran Langsung dengan media tertentu. Di antaranya adalah ide-ide dari bidang
audio visual diterapkan pada standar kompetensi sistem analisis, teori pemodelan sosial dan prilaku,
membuat busana anak dengan tujuan untuk serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik, di SMKN 3 melaksanakan fungsinya. Secara historis, beberapa
Pamekasan memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal aspek dari model pengajaran langsung berasal dari
(KKM) ≥ 75, untuk nilai hasil belajar tahun pelajaran prosedur pelatihan dalam industri. Pengajaran
2012-2013 ketuntasan belajar peserta didik sebesar 70 langsung paling cocok diterapkan untuk mata
% dari jumlah 30 peserta didik. Ketuntasan belajar pelajaran yang berorientasi pada keterampilan (Nur,
tersebut menunjukkan bahwa ada 20 peserta didik 2000:9).
yang mendapatkan nilai diatas 75 dan ada 10 peserta
didik yang mendapatkan nilai kurang dari 75, sehingga 2.3 Kompetensi Membuat Busana anak
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik Kompetensi membuat busana anak diberikan
masih belum tuntas dalam standar kompetensi pada kelas X semester 2 dengan alokasi waktu
membuat busana anak. sebanyak 72 jam dalam 1 semester. Dalam standar
Pentingnya diterapkan Model Pembelajaran kompetensi membuat busana anak terdapat beberapa
langsung dengan media audio visual pada standar kompetensi dasar, yaitu: Mengelompokkan macam-
kompetensi membuat busana anak kompetensi dasar macam busana anak ; Membuat pola dan memeotong
menjahit busana anak, karena model pembelajaran bahan ; Menjahit busana anak ; Menyelesaikan busan
langsung mengharuskan guru untuk merumuskan dengan menggunakan jahitan tangan; Menghitung
pertanyaan-pertanyaan penting, dimana pertanyaan ini harga jual ;Melakukan pengepresan
mendorong peserta didik untuk berpikir secara
mendalam dan membangun karakter peserta didik, 2.4 Aktifitas Guru
sedangkan media audio visual yang digunakan dapat Guru adalah pendidik atau tenaga pengajar
membantu untuk memahami langkah-langkah yang mengendalikan, memimpin dan mengarahkan
menjahit busana anak sesuai dengan tertib kerja, dan events pengajaran. Guru disebut sebagai obyek
dapat mengembangkan pemahaman mereka terhadap pengajaran, sedangkan peserta didik sebagai yang
ide-ide besar akan perkembangan busana anak. Model terlibat langsung, sehingga ia dituntut keaktifannya
pembelajaran ini menantang peserta didik untuk dalam proses pengajaran, peserta didik disebut obyek
memahami ide-ide baru dan kembali mengeksplorasi pengajaran kedua, karena pengajaran itu tercipta
pengetahuan yang sudah mereka peroleh sebelunmya. setelah ada beberapa arahan dan masukan dari obyek
Sehingga pada membuat busana anak, peserta didik pertama (guru) selain kesediaan dan kesiapan peserta
diharapkan mampu menyusun dan mengeksplorasi didik (Uno, 2011.:14).
materi yang diberikan. Mulai dari mengelompokkan
macam-macam busana anak, memotong bahan, 2.5 Aktifitas Siswa
menjahit busana anak, menyelesaikan busana hingga Aktivitas peserta didik merupakan sikap suka
melakukan pengepresan. atau tidak suka pada suatu objek, aktivitas peserta
didik dapat dilihat dari semangat atau tidaknya peserta
2. KAJIAN PUSTAKA didik dalam proses belajar. Sikap belajar merupakan
2.1 Media Pembelajaran Audio Visual salah satu faktor penting dalam belajar. Sebagian hasil
Bovee (dalam Zain, 2010:125 ) menyatakan belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang
Media pembelajaran audio visual merujuk kepada dilakukan oleh peserta didik dalam belajar. Sebagian
media pembelajaran yang padanya mengandung sikap dan kebiasaan peserta didik dapat diketahui
komponen (unsur) berupa visual (pemandangan/ melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas
gambar/ dilihat) dan audio (suara/didengar). Jadi (Uno, 2011.:19).
media pembelajaran audio visual adalah perantara
atau penyampai pesan pembelajaran yang 2.6 Hasil Belajar
mengandung komponen visual dan suara. Karena Menurut Benjamin S. Bloom (dalam Arikunto,
menggunakan lebih dari satu indera dalam 2012) tiga ranah hasil belajar, yaitu kognitif, afektif
pemanfaatannya, maka media audiovisual seringkali dan psikomotorik. Menurut A.J. Tomizowski (dalam
juga dimasukkan ke dalam kelompok multimedia Arikunto, 2012). Hasil belajar merupakan keluaran
(output) dari suatu system pemrosesan masukan
2.2 Model Pembelajaran Langsung (input). Masukan tersebut berupa bermacam- macam
Pembelajaran langsung adalah model inforrnasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan
pembelajaran yang berpusat pada guru, yang atau kinerja (Hamalik, 2004).
mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu: Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
menyiapkan peserta didik menerima pelajaran, merupakan kemampuan yang diperoleh dari proses

158
belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu 3.4 Teknik Analisis Data
mencakup afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk Teknik pemgumpulan data yang dilakukan
memperoleh hasil belajar, dilaksanakan evaluasi atau menggunakan metode sebagai berikut :
penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara 3.4.a Metode Observasi
untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik. Metode observasi dilakukan melalui pengamatan dan
Kemajuan prestasi tidak hanya diukur dari tingkat pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan muncul. Pengamatan dilakukan peneliti untuk
keterampilan. Pencapaian tujuan pembelajaran yang mengamati aktivitas peserta didik secara langsung saat
telah dirumuskan memuat kemampuan kognitif, proses belajar mengajar, dan pengamatan terhadap
afektit; dan psikomotorik. Seperti yang dikutip pengelolaan pembelajaran oleh guru (peneliti) yang
Arikunto (2012: 127), dilakukan oleh guru mata pelajaran membuat busana
anak dan dilakukan saat kegiatan pembelajaran sedang
2.7 Respon Peserta Didik berlangsung. Lembar observasi ini diisi oleh observer
Menurut Berio yang dikutip Sanjaya (2010), dari kalangan guru.
Merumuskan respon sebagai sesuatu yang dikerjakan 3.4.b Test
oleh seseorang sebagai hasil atau akibat menerima Teknik tes digunakan untuk mengukur pengetahuan
stimulus. Stimulus tersebut merupakan sesuatu yang dan kemampuan peserta didik baik secara kognitif
dapat diterima oleh seseorang melalui salah satu maupun kinerja terhadap kompetensi dasar yang
penginderanya. diajarkan. Tes dibuat oleh guru yang telah disesuaikan
Dan menurut Oemar Hamalik (2010:46) dengan tujuan instruksional pembelajaran standar
Peserta didik memberikan respon terhadap suatu kompetensi membuat busana anak dan kemudian
stimulus dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan dikerjakan oleh peserta didik.
dari rencana proses pembelajaran. Kekuatan ini
sebagaian berasal dari kondisi jasmani peserta didik, 3.4.c Angket
sebagian lagi dari pengamatan dan motivasi. Selain itu Angket ini digunakan untuk mengetahui respon
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien juga peserta didik akan media audio visual yang digunakan.
dapat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Angket yang dibuat akan diisi oleh peserta didik
Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan setelah kegiatan belajar mengajar selesai.
bahwa respon peserta didik adalah orang yang
menanggapi setelah diberikannya suatu rangsangan 4. HASIL PENELITIAN
atau stimulus yang mempengaruhi hasil akhir dari 4.1 Siklus I
proses belajar. 4.1.a Aktifitas Guru
Dari data hasil pengamatan aktifitas guru pada
pembelajaran langsung membuat busana anak siklus I
3. METODE diatas dapat dibuat diagram sebagai berikut:
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan
penelitian ini, maka rancangan penelitiian yang 4
dipergunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas 3
(PTK) atau sering disebut Classroom Action Reseacrh
2
(CAR). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering
disebut Classroom Action Reseacrh (CAR) adalah 1
suatu penelitian yang dilakukan dikelas untuk untuk 0
mengetahui akibat tindakan yang diterpkan dengan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
tujuan memperbaiki / meningkatkan mutu praktik Awal Inti Penutup
pembelajaran. ( Trianto, 2011 : 13 ).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Gambar 1. Hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus
Tempat penelitian di SMK Negeri 3 I
Pamekasan, Jl. Kabupaten No. 103, Pamekasan (0324
– 322576 ). Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Berdasarkan Diagram 4.1 dapat di
Mei 2016. deskripsikan bahwa aktifitas guru saat proses
pembelajaran berlangsung pada siklus I, pengamatan
3.3 Subyek dan Obyek Penelitian diamati oleh dua orang pengamat, pada kegiatan awal
Subyek penelitian ini adalah peneliti bertindak di dapatkan skor rata-rata 3,5 dengan kriteria baik;
sebagai guru dan peserta didik kelas X Busana di kegiatan inti mendapatkan skor dengan rata-rata 3
SMKN 3 Pamekasan. Obyek penelitian ini adalah dengan kriteria cukup; dan kegiatan penutup dengan
keterlaksanaan proses pembelajaran langsung pada skor rata-rata 3 kriteria cukup.
standar Kompetensi membuat busana anak, hasil
belajar siswa, dan respon siswa.

159
4.1.b Aktifitas Siswa
Dari data hasil pengamatan aktifitas siswa pada
4
pembelajaran langsung membuat busana anak siklus I
diatas dapat dibuat diagram sebagai berikut: 3
2
1
4 0
Kegiatan Kegiatan Kegiatan
3 Awal Inti Penutup
2 Gambar 4. Hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus
1 II
Berdasarkan Diagram 4.4 dapat di
0 deskripsikan bahwa aktifitas guru saat proses
Kegiatan Kegiatan Kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus II, pengamatan
Awal Inti Penutup diamati oleh dua orang pengamat, pada kegiatan awal
di dapatkan skor rata-rata 4 dengan kriteria sangat
Gambar 2. Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus baik; kegiatan inti mendapatkan skor dengan rata-rata
I 4 dengan kriteria sangat baik; dan kegiatan penutup
Berdasarkan Diagram 4.2 dapat di dengan skor rata-rata 4 kriteria sangat baik.
deskripsikan bahwa aktifitas siswa saat proses
pembelajaran berlangsung pada siklus I, pengamatan 4.2.b Aktifitas Siswa
diamati oleh dua orang pengamat, pada kegiatan awal Data hasil pengamatan aktifitas siswa pada
di dapatkan skor rata-rata 3,5 dengan kriteria baik; pembelajaran langsung membuat busana anak siklus
kegiatan inti mendapatkan skor dengan rata-rata 3 II dengan menggunakan media audio visual adalah
dengan kriteria cukup; dan kegiatan penutup dengan sebagai berikut:
skor rata-rata 3 kriteria cukup.

4.1.c Hasil Belajar


Pada siklus I terdapat sepuluh orang siswa 4
yang mendapatkan nilai dibawah SKM yang berarti 3
siswa tersebut tidak tuntas. Secara garis besar pada 2
siklus ini dari 30 orang siswa 10 mendapat nilai ≤ 75, 1
20 siswa mendapat nilai antara 75-89 dan tidak ada 0
siswa yang mendapat nilai antara 90-100. Nilai rata- Kegiatan Kegiatan Kegiatan
rata kelas pada siklus I adalah 74,63. Awal Inti Penutup
Gambar 5. Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus
hasil belajar tuntas II

Hasil belajar tidak tuntas Berdasarkan Diagram 4.5 dapat di


deskripsikan bahwa aktifitas siswa saat proses
33% pembelajaran berlangsung pada siklus II, pengamatan
diamati oleh dua orang pengamat, pada kegiatan awal
di dapatkan skor rata-rata 4 dengan kriteria sangat
67% baik; kegiatan inti mendapatkan skor dengan rata-rata
4 dengan kriteria sangat baik; dan kegiatan penutup
Gambar 3. Hasil belajar pada siklus I dengan skor rata-rata 4 kriteria sangat baik.
4.2 Siklus II 4.2.c Hasil Belajar
4.2.a Aktifitas Guru Pada siklus II tidak ada siswa yang
Dari data hasil pengamatan aktifitas guru pada mendapatkan nilai dibawah SKM. Dari 30 orang siswa
pembelajaran langsung membuat busana anak siklus 7 mendapat nilai 75-79, 13 siswa mendapat nilai
II dengan menggunakan media audio visual dapat antara 80-89 dan 10 siswa yang mendapat nilai antara
dibuat diagram sebagai berikut: 90-100. Nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah
84,46.

160
karena siswa sudah mulai tertarik pada media
hasil belajar tuntas pembelajaran yang digunakan sehingga siswa menjadi
Hasil belajar tidak tuntas aktif. Untuk keterlaksanaan pembelajaran pada siklus
ini diperoleh penilaian baik dari observer karena guru
telah melaksanakan kelima fase model pembelajaran
langsung seperti yang dikemukakan Trianto (2007:31)
100% dengan baik dan optimal. Penilaian pada siklus
meningkat dikarenakan analisis refleksi pada tiap
siklus baik dan perbaikan pada siklus selanjutnya juga
Gambar 6. Hasil belajar siswa pada siklus II baik.

4.3 Respon Siswa 4.4.b Aktifitas Siswa


Angket respon siswa digunakan untuk Pada siklus I Aktifitas siswa pada kegiatan
mengetahui tanggapan siswa terhadap model awal mendapatkan kriteria cukup, hal ini kurang
pembelajaran langsung pada sub kompetensi maksimal karena awal pertemuan, siswa kurang
membuat busana anak dengan menggunakan media percaya diri. Ini berkaitan dengan fase 1 kurangnya
audio visual. Siswa kelas X Busana Butik 1 SMKN 3 keaktifan guru saat menyampaikan tujuan dan
Pamekasan yang telah mengikuti pembelajaran mempersiapkan siswa. Dalam kegiatan inti mencakup
sejumlah 30 siswa dengan 13 aspek pertanyaan yang fase 2 mengenai demonstrasi pengetahuan dan
mengacu pada jawaban “ya” dan “tidak”. Berikut ini keterampilan, fase 3 mengeanai bimbingan pelatihan,
hasil prosentase dari respon siswa : dan fase 4 tentang mengecek pemahaman dan
memberi umpan balik pada siswa mendapatkan skor
100% dengan rata-rata 3 dengan kriteria cukup. Hal ini
80% karena materi yang disajikan kurang menarik
sehingga membuat siswa tidak terlalu memperhatikan.
60% Untuk fase 5 mengenai pelatihan lanjutan dan
penerapan pada kegiatan penutup mendapatkan
40% kriteria cukup, karena siswa kurang paham akan
materi yang disampaikan dan malu untuk bertanya.
20%
Pada siklus II terjadi peningkatan sintaks
0% dengan didapat penilaian dengan kriteria sangat baik.
Peningkatan ini terjadi karena perbaikan dari siklus I
P9
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8

P10
P11
P12
P13

yakni memperbaiki strategi dengan teknik


Gambar 7. Hasil respon siswa terhadap model menjelaskan materi menggunakan media audio visual.
pembelajaran langsung pada sub kompetensi membuat Sehingga siswa tertarik untuk memperhatikan
busana anak dengan menggunakan media audio visual penjelasan guru dan menjadi paham akan materi yang
disampaikan. Kepahaman secara klasikal ini
4.4 PEMBAHASAN berdampak pada berkurangnya siswa yang meminta
4.4.a Aktifitas Guru penjelasan ulang secara individu.
Pada siklus I Aktifitas guru pada kegiatan awal Peningkatan perolehan nilai dari observer dikarenakan
mendapatkan kriteria cukup, hal ini kurang maksimal guru telah melaksanakan pembelajaran langsung
karena awal pertemuan, siswa masih merasa asing ini dengan antusias dan menarik sehingga siswa aktif
berkaitan dengan fase 1 mengenai penyampaian untuk belajar membuat busana anak sesuai dengan
tujuan dan mempersiapkan siswa. Dalam kegiatan inti pendapat Trianto (2007:41)
mencakup fase 2 mengenai demonstrasi pengetahuan
dan keterampilan, fase 3 mengenai bimbingan 4.4.c Hasil belajar siswa
pelatihan, dan fase 4 tentang mengecek pemahaman Analisis ketuntasan hasil belajar sub kompetensi
dan memberi umpan balik pada siswa mendapatkan menjahit busana anak. Pada siklus I ketuntasan siswa
skor dengan rata-rata 3 dengan kriteria cukup. Hal ini diperoleh hanya sebagian dikarenakan belum semua
karena materi yang disajikan kurang menarik siswa bisa langsung beradaptasi dengan model
membuat siswa tidak terlalu memperhatikan. Untuk pembelajaran langsung. Materi yang disajikan kurang
fase 5 mengenai pelatihan lanjutan dan penerapan menarik minat siswa untuk memperhatikan, sehingga
pada kegiatan penutup mendapatkan kriteria cukup, siswa tidak memperhatikan, dan beberapa siswa malu
karena siswa kurang paham akan materi yang untuk bertanya. Semua kendala ini membuat hasil
disampaikan sehingga saat merangkum dan belajar siswa tidak maksimal.
melakukan tes ada beberapa siswa yang kurang Namun demikian hal ini sudah mengalami
paham. peningkatan yang signifikan pada siklus kedua. Pada
Setelah dilakukan perubahan dan perbaikan siklus II ketuntasan hasil belajar siswa secara total.
pada siklus II ternyata ada peningkatan yang Hal ini berarti penyerapan materi oleh siswa berjalan
signifikan. Pada kelima fase diperoleh nilai maksimal dengan baik. Berdasarkan analisis data ketuntasan

161
siswa selama dua siklus diperoleh hasil akhir rata-rata Dengan demikian aktifitas guru pada siklus I
proses pembelajaran sub kompetensi membuat busana saat kegiatan pendahuluan, inti sampai penutup
anak pada siklus II dinyatakan lulus secara dikatakan kurang berhasil dalam menarik minat siswa.
keseluruhan. Berdasarkan situasi yang demikian guru melakukan
Peningkatan yang dialami dari siklus I dan perbaikan mengenai model pembelajaran langsung,
siklus II dikarenakan pembelajaran langsung dengan dengan menggunakan media audio visual pada siklus
menggunakan media audio visual membuat busana II. Setelah dilakukan perubahan pada siklus II,
anak telah diserap dengan baik oleh siswa. Hasil ternyata ada peningkatan yang signifikan sebesar 0,5
belajar tercermin dari pengetahuan, keterampilan point. Hal ini dibuktikan dengan ketertarikan dan
maupun sikap siswa. keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung pada siklus II.
4.4.d Respon Siswa Sedangkan aktifitas siswa pada siklus I juga
Respon biasanya muncul setelah diberikan meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Saat
suatu rangsangan. Pada penelitian ini ransangan kegiatan awal siswa merasa kurang percaya diri
berupa tindakan pembelajaran menggunakan model terhadap adanya guru baru sehingga membuat siswa
pembelajaran langsung dengan menggunakan media kurang memperhatikan guru. Dalam penyampaian
audio visual. Dari diagram prosentase respon siswa materi pada kegiatan inti siswa belum terbiasa dengan
terhadap model pembelajaran langsung dengan model pembelajaran langsung sehingga membuat
menggunakan media audio visual menunjukkan siswa kurang memperhatikan materi yang
bahwa respon siswa sangat baik terhadap model disampaikan oleh guru. Hal tersebut berpengaruh
pembelajaran ini. Hal tersebut berarti model terhadap kegiatan penutup yang meliputi penilaian
pembelajaran langsung dengan menggunakan media dan evaluasi, karena banyak siswa yang belum paham
audio visual merupakan hal baru dan baik untuk dan malu untuk bertanya membuat hasil belajar siswa
pembelajaran membuat busana anak (romper). kurang maksimal.
Namun tidak semua memperoleh respon “ya” Setelah guru mengadakan perbaikan mengenai
secara keseluruhan. Saat menggunakan audio visual media yang digunakan pada siklus II yaitu dengan
ada beberapa siswa yang merasa kurang menarik menggunakan media audio visual membuat busana
diandingkan belajar biasa. Selain itu untuk musik anak dapat menarik perhatian dan minat siswa.
pengiring saat media audio visual diputar ada yang Sehingga terjadi interaksi yang aktif anatara siswa dan
tidak dapat berkonsentrasi pada materi. Kemudian ada guru dengan peningkatan 1 point pada setiap kegiatan
beberapa siswa pula yang merasa media audio visual pembelajaran dari siklus I ke Siklus II.
tidak mempermudah dalam mengerjakan praktek Untuk hasil belajar siswa dalam sub
menjahit busana anak. kompetensi membuat busana anak menggunakan
Merujuk pendapat dari Nur (2011:24) bahwa model pembelajaran langsung dengan menggunakan
model pembelajaran langsung membuat busana anak media audio visual pada siklus I terdapat 10 siswa
dengan menggunakan media audio visual mendapat yang tidak tuntas dari jumlah keseluruhan 30 siswa
respon yang positif dari siswa. Respon positif dari dengan nilai rata-rata kelas 74,63.
siswa tersebut dibuktikan dengan adanya ketertarikan Peningkatan terjadi pada siklus II yang mana
antara keterlaksanaan proses pembelajaran dengan tidak ada siswa yang tidak tuntas. Dengan kata lain
hasil belajar siswa yang meningkat dibandingkan pada siklus II secara keseluruhan siswa mendapat
dengan sebelumnya. Semakin baik keterlaksanaan predikat tuntas dengan nilai rata-rata kelas 84,46.
proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil Berdasarkan predikat ketuntasan siswa diatas,
belajar siswa. menggambarkan respon positif siswa terhadap model
pembelajaran langsung dengan menggunakan media
5. PENUTUP audio visual pada sub kompetensi membuat busana
5.1 Simpulan anak. Meskipun demikian bukan berarti seluruh siswa
Pada siklus I aktifitas guru meliputi kegiatan tertarik akan penggunaan media audio visual, ada
pendahuluan, inti dan penutup, saat kegiatan beberapa siswa yang merasa kurang menarik
pendahuluan belum maksimal karena guru belum diandingkan belajar biasa.
mengenal siswa sehingga tidak terjadi interaksi Namun dari diagaram respon siswa diperoleh
dengan baik. Saat kegiatan inti penggunaan model rata-rata jumlah prosentase 90 %. Sehingga model
pembelajaran langsung dengan metode ceramah pembelajaran langsung dengan menggunakan media
membuat siswa bosan dan tidak tertarik akan materi audio visual dapat meningkatkan aktifitas dan hasil
yang disampaikan, selain itu siswa juga merasa asing belajar siswa.
terhadap model pembelajaran langsung. Sehingga hal
tersebut berpengaruh terhadap kegiatan penutup yang 5.2 Saran
meliputi penilaian dan evaluasi siswa dengan hasil Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang
kurang maksimal pula. Hal ini ditandai dengan diperoleh dapat diajukan beberapa saran antara lain :
minimnya partisipasi siswa seperti bertanya atau 1. Sub kompetensi membuat busana anak merupakan
meminta penjelasan ulang kepada guru. pelajaran praktik, hendaknya proses pembelajaran

162
dengan pendekatan pembelajaran langsung karena DAFTAR PUSTAKA
terdapat pengetahuan deklaratif dan prosedural. Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian
2. Standart kompetensi membuat busana anak Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka
hendaknya menggunakan pembelajaran langsung Publisher.
dengan pengemabangan media yang digunakan untuk A.M., Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar
menarik minat dan hasil belajar siswa. Mengajar. Jakarta: rajawali Press.
3. Tugas untuk perbaikan nilai sebaiknya dilaksanakan Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
disekolah sebab guru dapat memantau hasil belajar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
siswa secara langsung. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Gafur, Abd. 1989. Disain Instruksional. Solo: Tiga
Serangkai.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar & Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo
Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Nur, Muhammad. 2011. Model Pengajaran Langsung.
Surabaya: UNESA Press
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Press.
Sadiman, Arief S. dkk. 2010. Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.
Sanjaya, Wina. 2012. Perencanaan dan Desain system
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sudaryono. dkk. 2013. Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Trianto, 2007. Model Pembelajaran dalam Teori dan
Praktek. Jakarta: Prestasi pustaka Publisher
[1]. Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher
Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran:
Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi
Aksara

163
164
Pengembangan Terapi Holistik dalam Menangani Gangguan Sosial
Emosional Siswa Sekolah Dasar
Wiwik Widajati1*), Siti Mahmudah2
1
PLB FIP, Universitas Negeri Surabaya, Kampus Lidah Wetan Surabaya. Email: widajati.wiwik@yahoo.com
2
PLB FIP, Universitas Negeri Surabaya, Kampus Lidah Wetan Surabaya. Email: mahmudah-plb@yahoo.com
*) Alamat Korespondesi: Email: widajati.wiwik@yahoo.com

ABSTRACT
Problems experienced by students, including emotional social problems that students are less able to
socialize and control emotions, social intelligence emotional decreased or less than optimal, avoiding learn, too
late, or do not want to do chores, lack of concentration, motivation to learn less, frustrating, annoying friends, etc.
It is very annoying when left in the learning process and can lead to learning difficulties study results trend to
decrease or lower. The long term goal of this research is to improve the ability of teachers in intervention the
emotional social problems of students. Results of the research are 1) handling or intervention emotional social
problems students is important to do given the number of students who have learning disability because of
emotional social problems is increasing, 2) Elementary School largely unaware of emotional social problems
management program students. In addition, teachers also lack an understanding of the emotional social problems
that students in dealing with the thing is not optimal, and 3) this research also produced programs, books for
teacher and assessment for the treatment of emotional social disorder with holistic therapies include plays, music,
religion, relaxation, and modeling.

Key Words: holistic therapy, emotional social disorder, elementary school student

ABSTRAK
Masalah yang dialami siswa, diantaranya masalah sosial emosional yaitu siswa kurang mampu
bersosialisasi dan mengendalikan emosi, kecerdasan sosial emosional menurun atau kurang optimal, menghindari
belajar, terlambat atau tidak mau mengerjakan tugas, kurang konsentrasi, motivasi belajar kurang, frustasi,
mengganggu teman, dan sebagainya. Hal ini bila dibiarkan sangat mengganggu siswa dalam proses pembelajaran
dan bisa menyebabkan kesulitan belajar sehingga hasil belajar cenderung menurun atau rendah. Tujuan jangka
panjang penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan guru dalam menangani masalah sosial emosional siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dan hasil penelitian adalah 1. penanganan masalah sosial
emosional siswa di sekolah dasar penting untuk dilakukan mengingat jumlah siswa yang mengalami kesulitan
belajar atau ketidakmampuan belajar karena masalah sosial emosional semakin meningkat, 2. Sekolah Dasar
sebagian besar belum memiliki program penanganan masalah sosial emosional siswa. Selain itu guru juga kurang
memahami gangguan sosial emosional siswa sehingga dalam menangani hal tersebut kurang optimal, 3.
penelitian ini juga menghasilkan program, buku guru dan asesmen untuk penanganan gangguan sosial emosional
dengan terapi holistik meliputi bermain, musik, religi, relaksasi, modeling.

Kata Kunci: terapi holistik, gangguan sosial emosional, siswa sekolah dasar

bersosialisasi, kecerdasan social (social intelligence)


1. PENDAHULUAN
menurun atau kurang, tidak mampu mengadakan
Masalah siswa sering muncul bersamaan dengan adaptasi atau menanggulangi stressor psikososial, sok
kompleksitas permasalahan dan tuntutan kuasa, jarang tersenyum atau bercanda, suka mencuri
perkembangan maupun perubahan di masyarakat. benda-benda, sering tenggelam dalam lamunan, sering
Masalah siswa diantaranya masalah sosial emosional bertengkar, tidak mampu mengubah perilaku yang
sangat mengganggu siswa dalam proses pembelajaran salah, suka berbohong, sering merusak, agresif,
di sekolah dan menimbulkan kesulitan belajar atau egosentris, suka menggertak[1, 2]. Sedangkan masalah
ketidakmampuan belajar serta hasil belajar rendah atau emosional adalah masalah yang dialami
cenderung menurun. Kenyataan juga menunjukkan individu/siswa dengan ciri kurang/tidak mampu
sekarang ini siswa yang mengalami masalalah sosial mengendalikan emosi, kecerdasan emosi (emotional
emosional semakin meningkat. Masalah sosial intelligence) menurun atau kurang, cepat marah, sering
emosional adalah masalah dalam perkembangan sosial merasa cemas dan menarik diri, merasa gelisah, malu,
emosional berupa perilaku yang berbeda/tidak wajar rendah diri, ketakutan, sangat sensitif atau perasa,
untuk anak seusianya dan dapat berdampak pada emosi tidak stabil[2, 3]. Untuk itu perlu penanganan
kualitas hubungan yang buruk dengan orang lain. intensif, diantaranya melalui terapi holistik, meliputi
Masalah sosial merupakan masalah yang dialami bermain, musik, religi, relaksasi, modeling. Hal ini
individu/siswa dengan ciri kurang/tidak mampu

165
dapat menyebabkan berbagai kesulitan hidup yaitu kognitif, sosial dalam rangka meningkatkan
kesulitan belajar atau ketidakmampuan belajar, pertumbuhan dan perkembangan individu seoptimal
kesulitan berperilaku, kesulitan sosial dan kesulitan- mungkin[6]. Anak yang pasif, tidak mau bersosialisasi
kesulitan lain yang saling kait-mengkait. Berkaitan dapat diarahkan untuk beraktivitas dan bersosialisasi
dengan hal ini guru diharapkan mampu membantu dengan menggunakan musik sebagai media belajar
mengatasi, memecahkan, mengurangi masalah siswa anak tersebut[7]. Musik juga dapat menimbulkan rasa
tersebut sehingga siswa bisa belajar dan mencapai persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan, rasa
tujuan belajar serta hasil belajar dengan lebih baik, keagamaan, rasa kagum, rasa gembira, memberi
diantaranya penanganan dengan terapi holistik pengaruh yang kuat terhadap perkembangan emosi,
meliputi bermain, musik, religi, relaksasi, dan pikiran, kekuatan dalam jiwa, membentuk watak[2].
modeling. Religi adalah agama atau spiritual merupakan
Terapi/penanganan holistik perlu dilakukan fitrah manusia, kebutuhan dasar manusia,
untuk menangani anak/siswa yang mengalami masalah mengandung nilai moral, etika, aturan dalam
sosial emosional. Terapi holistik adalah usaha untuk melaksanakan ibadah dan beriman kepada Allah Yang
mengurangi, menghilangkan menyembuhkan masalah Maha Kuasa. Sedangkan doa adalah peraturan dan
yang berkaitan dengan psikis, fisik, dan sosial, perintah Allah Yang Maha Kuasa, permohonan
sekaligus untuk meningkatkan, mengoptimalkan bantuan kepada Allah Yang Maha Kuasa[1]. Relaksasi
perkembangan individu secara holistik atau adalah cara atau teknik untuk mengurangi ketegangan
menyeluruh, terpadu meliputi agama, organobiologik, batin, perasaan cemas, stres dengan melatih
psiko-edukatif dan sosial budaya[1, 2]. Dengan kesanggupan mengendorkan otot secara relaks, santai,
terapi/penanganan holistik ini diharapkan anak/siswa senang dan nyaman[8]. Meditasi merupakan cara atau
lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat dan teknik menenangkan diri baik fisik maupun psikis
situasi pembelajaran serta mampu mengendalikan dengan melatih pernapasan yaitu menghirup dan
emosi. menghembuskan napas serta memfokuskan pikiran,
Bermain merupakan kegiatan anak/siswa yang perasaan pada hal-hal yang menyenangkan, menarik,
menyenangkan dan menimbulkan motivasi diri serta indah, positif, optimis, membahagiakan[2].
memberi peluang kepada anak/siswa untuk tumbuh Modeling merupakan cara atau teknik
dan berkembang juga bersosialisasi dengan baik. mengurangi masalah fisik, psikis, sosial dengan
Bermain dapat mengurangi atau menghilangkan mengamati, mempelajari dan meniru sikap, perilaku,
gangguan atau penyimpangan perilaku, fisik, psikis, pikiran model atau orang teladan untuk membentuk
emosi, sosial, sensorik dan komunikasi serta sikap, perilaku, pikiran baru, baik, benar, positif dalam
mengambangkan kemampuan yang dimiliki secara diri individu [8] [2]. Dalam modeling perilaku tidak
optimal[4]. Bermain juga merupakan sarana sekedar akibat dari stimulus dan atau penguatnya,
menghilangkan sikap pemarah, agresif, pasif, menarik tetapi sebenarnya dalam diri individu ada proses
diri, hiperaktif, memunculkan harga diri, mental internal. Proses mental ini akan menentukan
mengembangkan sosialisasi, bermain bersama, apakah perilaku tersebut akan diimitasi untuk
meningkatkan hubungan yang sehat dalam kelompok diinternalisasi atau tidak. Dalam pelaksanaan
(berteman). Dengan hal tersebut diharapkan gangguan modeling (observarvation learning, imitation, atau
sosial emosional siswa di Sekolah Dasar (SD/SD social learning), ada empat fase dalam membentuk
Inklusif/SDLB/SLB) bisa berkurang. perilaku yaitu fase perhatian (attentional phase), fase
Musik, merupakan hal yang tidak asing lagi retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduction
sebab hampir semua aspek kehidupan manusia phase), dan fase motivasi (motivational phase). Secara
berkaitan dengan musik. Musik bukanlah merupakan fase tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
bagian yang kecil dari hidup manusia sebagaimana Guru diharapkan memiliki kemampuan atau
anggapan dahulu. Saat ini tidaklah demikian yakni kecakapan untuk menyampaikan materi belajar,
musik tidak hanya merupakan hiburan belaka akan melatih, membimbing, membina dan mendidik. Hal ini
tetapi merupakan pengembang atau pembentuk aspek menyangkut pula kemampuan menyelesaikan masalah
mental (inteligensi), fisik, emosi, psikis dan sosial siswa, konflik dan ketegangan batin siswa, memberi
terutama yang melakukan sesuatu yang berkaitan kasih sayang, menciptakan suasana belajar yang
dengan musik maupun pendengar musik. Setiap menyenangkan, menolong pribadi siswa secara
individu memiliki multiple inteligency (kecerdasan individual, dan sebagainya. Guru sebaiknya memiliki
ganda) salah satunya adalah kecerdasan musik[5]. kemampuan mengajar, melatih, membimbing,
Musik dapat digunakan sebagai media membina, mendidik, juga sebagai psikoterapis dan
penyembuhan atau terapi juga media mendidik untuk konselor.
mengembangkan dan meningkatkan perkembangan Kemampuan guru ini diharapkan bisa menunjang
fisik, psikis, sosial individu/anak/siswa. Musik adalah lancarnya belajar siswa sehingga mencapai tujuan
bagian dari kehidupan dan perkembangan manusia, pendidikan secara efektif dan efisien. Selain itu salah
dapat digunakan untuk membantu atau menolong, satu prinsip pelaksanaan proses pendidikan adalah
mencegah, memperbaiki, mengurangi, mengatasi menyangkut perkembangan dan belajar anak yang
suatu kekurangan atau gangguan psikis, emosi, fisik, baik, dapat terjadi pada lingkungan masyarakat yang

166
secara psikologis dapat memberikan rasa aman, pengajar, pelatih, pembimbing, pembina, pendidik
penghargaan dan kebutuhan fisik, psikis, sosial juga sebagai psikoterapist dan konselor.
terpenuhi. Sikap guru yang mendukung prinsip Kenyataan menunjukkan selama ini guru di
tersebut dapat mengembangkan sikap, perilaku, emosi, sekolah tingkat pendidikan dasar (SD, SD Inklusif,
kecerdasan, sosial, fisik untuk menyesuaikan diri SLB) dan orang tua kurang memahami berbagai
dengan lingkungan. program untuk menangani kesulitan belajar akibat
Masalah sosial emosional merupakan salah satu masalah sosial emosional siswa, yang ada sekarang
faktor yang bisa mengakibatkan kesulitan belajar atau baru program remedial yaitu upaya guru yang bersifat
ketidakmampuan belajar yaitu suatu keadaan anak menyembuhkan, membetulkan, membuat menjadi
didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya lebih baik pembelajaran dan hasil belajar siswa agar
karena berbagai sebab, diantaranya masalah sosial tercapai tujuan pembelajaran yang optimal[12], dan
emosional sehingga hasil belajar rendah atau biasanya lebih berkaitan dengan mata pelajaran. Untuk
cenderung menurun. Kesulitan belajar menunjuk pada program-program lain yang bisa meningkatkan
berbagai kesulitan yang dimanifestasikan dalam pertumbuhan dan perkembangan, rileks fisik dan
bentuk tulisan yang nyata dalam penggunaan psikis serta sosial kurang dipahami diantaranya terapi
kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, holistik meliputi bermain, musik, religi, relaksasi,
membaca, menulis, menalar, matematika, dan lain- modeling. Kenyataan juga menunjukkan masih ada
lain[9]. Ketidakmampuan belajar adalah siswa yang guru yang kurang mendalami masalah siswa termasuk
menunjukkan kinerja yang secara signifikan di bawah masalah sosial emosional yang mengakibatkan
tingkat yang diharapkan, mengingat kemampuan yang kesulitan belajar secara mendalam sehingga intervensi
lainnya normal[10]. Ketidakmampuan belajar adalah pada anak didik secara keseluruhan baik fisik, psikis
gangguan yang merintangi kemajuan akademik maupun sosial kurang optimal. Disamping itu
individu yang tidak mengalami keterbelakangan kemungkinan setiap sekolah memiliki psikoterapis dan
mental. Kesulitan belajar atau learning disabilty adalah konselor belum bisa dipastikan. Untuk itu perlu
kesulitan yang dialami individu atau siswa untuk sosialisasi dan penelitian tentang program untuk
melakukan kegiatan belajar secara efektif, kesulitan menangani masalah siswa khususnya masalah sosial
dalam menguasai keterampilan belajar dan emosional sebagai upaya mengoptimalkan
melaksanakan tugas-tugas spesifik yang dibutuhkan kemampuan guru-guru di Sekolah Dasar (SD, SD
dalam belajar[11]. Adapun faktor penyebab kesulitan Inklusif, SDLB/SLB) melalui terapi holistik meliputi
atau ketidakmampuan belajar atau masalah belajar bermain, musik, religi, relaksasi, modeling.
adalah faktor fisik, psikis, sosial, non-sosial, meliputi Paradigma baru pendidikan di era otonomi
faktor intern (dari dalam diri manusia/individu itu daerah juga menuntut adanya kemandirian dan
sendiri: kognitif, sensori, gangguan emosi, dan kreatifitas guru dalam menangani masalah siswa agar
sebagainya) dan faktor ekstern (faktor dari luar bisa mencapai hasil belajar dan tujuan pendidikan
manusia/individu: kesempatan belajar kurang, sosial dengan lebih efektif dan efisien. Berbagai hal tersebut
budaya ekonomi kurang menguntungkan, sistem mendorong perlu segera diupayakan mengoptimalkan
pembelajaran tidak tepat, dan sebagainya). kemampuan guru dalam menangani masalah sosial
Realita sekarang ini menunjukkan anak-anak emosional, diantaranya melalui pemahaman dan
yang mengalami masalah sosial emosional semakin pembuatan program terapi holistik meliputi bermain,
banyak dan dikhawatirkan akan meningkat dari tahun musik, religi, relaksasi, modeling.
demi tahun akibat berbagai faktor dan bila tidak Berdasarkan latar belakang tersebut di atas,
diupayakan penanganan yang lebih baik di sekolah penulisan dan pembahasan ini difokuskan pada
maupun di luar sekolah (hasil wawancara peneliti pengoptimalan kemampuan guru dalam penanganan
dengan guru dan orangtua). Guru memiliki peranan masalah sosial emosional siswa, diharapkan penelitian
yang penting dalam proses pembelajaran siswa karena ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan
gurulah yang menyampaikan materi belajar, melatih, dan memperluas wawasan guru dalam meningkatkan
membimbing, membina dan mendidik. Diantara tugas- kemampuan sehingga dapat memberikan penanganan
tugas guru, salah satu diantaranya adalah guru masalah sosial emosional siswa dengan lebih baik
diharapkan mampu menyelesaikan masalah sosial sehingga siswa tidak mengalami kesulitan belajar atau
emosional siswa, konflik sosial dan ketegangan batin ketidakmampuan belajar akibat masalah sosial
siswa, memberi terapi, mengurangi rasa takut, emosional. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
memberi kasih sayang, menciptakan suasana belajar program penanganan masalah siswa diantaranya
yang menyenangkan, menolong pribadi siswa secara masalah masalah sosial emosional yang bisa
individual, dan sebagainya yang kesemuanya bisa mengakibatkan kesulitan belajar telah dilakukan juga
menunjang lancarnya belajar siswa sehingga mencapai oleh beberapa pakar dari berbagai bidang ilmu karena
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dengan masalah ini termasuk masalah yang melibatkan
peran guru tersebut diharapkan masalah sosial berbagai disiplin ilmu. Penelitian yang telah dilakukan
emosional yang mengakibatkan kesulitan belajar siswa terdahulu, secara konsisten menunjukkan bahwa siswa
bisa berkurang. Peranan guru disamping sebagai dengan gangguan emosi dan perilaku beresiko untuk
prestasi akademik. Selain itu hasil Penelitian juga

167
menunjukkan bahwa musik dapat mengurangi stress, Pelaksanaan tindakan dan observasi: peneliti dan guru
ketegangan dan kecemasan. membuat program penanganan masalah sosial
emosional. Peneliti berperan serta dalam diskusi dan
2. METODE mengobservasi kegiatan pembuatan program
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan penanganan masalah sosial emosional, mengadakan
(research & development), penelitian untuk pertemuan dan rapat dengan guru, memberikan
mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan masukan berkaitan penanganan masalah sosial
dalam penelitian yang telah dilakukan. Secara garis emosional atau pembelajaran siswa, melakukan
besar pelaksanaan penelitian ini adalah pada tahun pengamatan atau observasi terhadap pembuatan
pertama dilakukan identifikasi dengan jalan program penanganan masalah sosial emosional siswa
melakukan wawancara dan diskusi dengan guru untuk oleh guru, mengikuti pertemuan dan observasi pada
mengkaji kebutuhan dan kendala dalam masalah sosial saat pembelajaran bagi siswa yang mengalami masalah
emosional, kemudian dilanjutkan dengan aksi atau sosial emosional. Disamping peneliti, kepala sekolah
pelaksanaan yaitu pengembangan prototype buku guru dan guru lain juga mengadakan observasi terhadap
yang berisi materi, instrumen asesmen, program terapi program penanganan masalah sosial emosional dalam
holistik meliputi bermain, musik, religi, relaksasi, rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Kehadiran
modeling untuk menangani masalah sosial emosional peneliti dan guru merupakan modal dasar untuk
siswa disertai petunjuk implementasinya. Observasi mewujudkan tujuan penelitian, dan 3) Refleksi: upaya
untuk mengamati situasi pembelajaran siswa di untuk mengkaji/menilai apa yang telah terjadi dan apa
Sekolah Dasar (SD, SD Inklusif, SDLB/SLB), selain yang menjadi keluaran sekaligus apa kelebihannya.
itu juga menerima masukan (feedback) dari berbagai Dengan istilah lain refleksi adalah mengkaji apa yang
pihak mengenai kelebihan dan kekurangan dari telah dihasilkan atau belum dapat dituntaskan dalam
prototype paket penanganan masalah sosial emosional penelitian kemudian melakukan revisi atau
berupa materi, instrumen asesmen, program penyempurnaan program dan panduan penanganan
penanganan masalah sosial emosional juga telah masalah sosial emosional siswa di Sekolah Dasar.
dilakukan oleh beberapa pakar dari berbagai bidang Sedangkan secara lebih terperinci pelaksanaan
ilmu karena masalah ini termasuk masalah yang penelitian ini adalah: 1) penelusuran dan pengumpulan
melibatkan berbagai disiplin ilmu. informasi: studi pustaka, kegiatan ini untuk
Berbagai uraian tersebut di atas menunjukkan mendapatkan acuan tentang masalah sosial emosional
bahwa: 1) diperlukan program-program untuk dan terapi holistik untuk menangani masalah sosial
menangani masalah sosial emosional dan kesulitan emosional siswa, studi lapangan, kegiatan ini
belajar akibat masalah sosial emosional siswa di dilaksanakan dengan wawancara, observasi dan
sekolah, 2) belum adanya panduan penanganan mengkaji dokumentasi untuk mendapatkan informasi
gangguan sosial emosional, khususnya bagi guru di kondisi objektif di lapangan. Kegiatan studi pustaka
Sekolah Dasar, 3) guru belum memperoleh dan studi lapangan ini sebagai dasar untuk
pembekalan dalam menangani gangguan sosial melaksanakan tahap berikutnya, 2) perencanaan: untuk
emosional siswa, dan 4) perlu adanya pembekalan dan mendapatkan gambaran program penanganan masalah
panduan untuk guru tentang asesmen siswa yang sosial emosional siswa di Sekolah Dasar, 3)
mengalami masalah/gangguan sosial emosional dan pengembangan format produk awal: berupa
kesulitan belajar akibat hal tersebut, termasuk penyusunan prototype program materi, instrumen dan
didalamnya mengembangkan tujuan-tujuan terapi panduan penanganan masalah sosial emosional siswa
holistik. di Sekolah Dasar, 4) revisi prototype produk: kegiatan
Fase terakhir dari keseluruhan kegiatan ini adalah ini dilakukan untuk mendapatkan masukan dari
melakukan refleksi dengan cara evaluasi dan diskusi berbagai pihak sebagai dasar untuk melaksanakan
untuk menjaring data dari para guru sebagai terapis, perbaikan prototype, dan 5) penyusunan prototype
pakar pendidikan. Kegiatan ini untuk mengetahui produk: kegiatan ini diupayakan untuk mendapatkan
kendala yang dihadapi selama uji coba, monitoring, hasil prototype produk yang mampu untuk menangani
dan evaluasi kegiatan intervensi atau pembuatan masalah sosial emosional siswa di Sekolah Dasar.
program dan panduan penanganan masalah sosial
emosional. Hasil refleksi ini ditindaklanjuti dengan 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
melakukan diagnosis lanjutan sebagai upaya Pelaksanaan penelitian ini sebagai awal dari
memperoleh instrumen, program dan panduan yang pengembangan program penanganan masalah sosial
benar-benar relevan dan sesuai. Tahapan penelitian ini emosional siswa melalui cara pengumpulan data
adalah: 1) Perencanaan: penelitian melakukan diskusi berupa wawancara, observasi dan dokumentasi
dengan pihak sekolah (guru dan kepala sekolah) sebagai dasar untuk melakukan analisis data dalam
tentang situasi pembelajaran dan penanganan masalah pembuatan prototype produk yang akan
sosial emosional di tempat penelitian, diskusi ini untuk dikembangkan. Selain iru perolehan hasil
mengetahui kondisi dan kendala dalam penanganan pengumpulan data dari studi lapangan dan studi
masalah siswa yaitu gangguan/masalah sosial pustaka dikembangkan serta dijadikan tcilak ukur
emosional, selanjutnya membuat perencanaan, 2) sebagai sumber data yang representatif untuk

168
pembuatan prototype pengembangan program emosional kurang atau belum memadai, 7. Tidak
penanganan masalah sosial emosional siswa (SD, SD membeda-bedakan siswa yang mengalami
Inklusif, SDLB/SLB) maupun buku panduan guru gangguan/masalah sosial emosional dengan siswa
untuk hal tersebut. lainnya, 8. menginginkan adanya seminar atau
Kondisi tersebut di atas sebagai manifestasi workshop tentang gangguan/masalah sosial emosional
permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian dan penanganan siswa gangguan/masalah sosial
ini dan dijadikan sumber data dalam pembuatan emosional, dan 9. perlu adanya instrumen asesmen,
prototype pengembangan program dan buku panduan program dan panduan guru untuk menangani siswa
penanganan masalah sosial emosional siswa di yang mengalami gangguan/masalah sosial emosional,
Sekolah Dasar. Pada tahun pertama penelitian ini diantaranya program bermain, musik, religi, relaksasi,
mempersiapkan suatu prototype penanganan masalah modeling.
sosial emosional siswa di Sekolah Dasar yaitu Berdasarkan informasi di atas, perolehan data
instrumen asesmen, program dan buku panduan guru sebagai manifestasi dari kondisi di Sekolah Dasar,
untuk penanganan masalah sosial emosional siswa dijadikan sumber data penelitian dalam melaksanakan
tersebut, meliputi instrumen asesmen, program program penanganan gangguan/masalah sosial
bermain, musik, religi, relaksasi, modeling beserta emosional siswa sesuai kebutuhan siswa dan kondisi
buku panduan guru yang berkaitan dengan penanganan sekolah sehingga tercapai daya guna untuk masa depan
masalah sosial emosional tersebut. Pada saat dan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran,
pengumpulan data dalam penelitian ini tim peneliti kehidupan serta tercapainya tujuan pendidikan.
mengobservasi proses pembelajaran siswa yang Meskipun berbagai sekolah tingkat dasar masing-
mengalami masalah sosial emosional di Sekolah masing memiliki situasi, kondisi, sarana prasarana
Dasar. Hal ini untuk mengetahui bahwa ada sebagian proses pembelajaran yang agak berbeda, namun semua
siswa di Sekolah Dasar yang mengalami berkeinginan untuk menangani masalah/gangguan
gangguan/masalah sosial emosional dan ini bisa sosial emosional yang bisa mengakibatkan kesulitan
dijadikan sumber data untuk pengembangan program belajar siswa.
penanganan gangguan/masalah sosial emosional serta Adapun hasil penelitian ini adalah: 1)
pembuatan program dan buku panduan guru untuk penanganan siswa yang mengalami gangguan/masalah
menangani gangguan/masalah sosial emosional yang sosial emosional di Sekolah Dasar penting untuk
bisa mengakibatkan kesulitan belajar. dilakukan mengingat jumlah siswa yang mengalami
Tim peneliti juga melakukan pengamatan dan kesulitan belajar semakin meningkat karena berbagai
wawancara di lapangan untuk mencari informasi yang faktor penyebab termasuk gangguan/masalah sosial
akan dijadikan pendukung data awal sebelum emosional yang menyebabkan siswa mengalami
pembuatan program dan buku panduan penanganan kesulitan belajar. Hal ini perlu segera mendapatkan
gangguan/masalah sosial emosional siswa. Sumber penanganan yang tepat dan efektif, 2) Sekolah Dasar
data pendukung lain yang diwawancarai di Sekolah sebagian belum memiliki program penanganan
Dasar adalah kepala sekolah, wali kelas, dan guru gangguan/masalah sosial emosional siswa (program
bidang studi, dengan hasil wawancara: 1) bermain, musik, religi, relaksasi, modeling), yang ada
menginginkan adanya buku panduan penanganan baru program remedial. Selain itu guru juga kurang
gangguan/masalah sosial emosional bagi siswa yang memahami siswa yang mengalami gangguan/masalah
mengalami hal tersebut di Sekolah Dasar sehingga sosial emosional sehingga dalam menangani hal
siswa bisa belajar sesuai potensi yang dimiliki, dan 2) tersebut belum optimal. Sekolah sebagian besar tidak
banyak faktor yang menyebabkan terjadi memiliki konselor atau psikoterapis, mengingat
gangguan/masalah sosial emosional pada siswa di jumlah Sekolah Dasar yang banyak sementara jumlah
Sekolah Dasar, antara lain: sikap masa bodoh orang konselor dan psikoterapis relatif masih kurang. Hal ini
tua, orang tua sibuk kerja atau tidak bekerja, mengharuskan guru bisa menangani masalah siswa
pendidikan orang tua yang rendah sehingga kesadaran termasuk masalah gangguan/masalah sosial
akan pentingnya pendidikan anak tidak ada, keluarga emosional, dan 3) Penelitian ini juga menghasilkan
tidak harmonis, perceraian orang tua, makanan kurang program dan materi, buku panduan guru, instrumen
seimbang, sering sakit, sekolah sambil bekerja asesmen yang berkaitan dengan terapi holistik untuk
membantu orang tua, tempat tinggal jauh, lingkungan penanganan gangguan atau masalah sosial emosional
rumah dan sosial kurang mendukung, sarana dan siswa di Sekolah Dasar meliputi bermain, musik,
prasarana belum memadai dan sebagainya, 3. sebagian religi, relaksasi, modeling (pada tahun pertama berupa
siswa di Sekolah Dasar (SD, SD Inklusif, SDLB/SLB) draft prototype paket penanganan).
mengalami masalah atau gangguan sosial emosional, Program penanganan gangguan/masalah sosial
4. Sebagian besar guru kurang memahami dan kurang emosional siswa dalam penelitian ini adalah: a.
bisa menangani siswa yang mengalami program terapi bermain yaitu usaha untuk
gangguan/masalah sosial emosional, 5. Sebagian besar menghilangkan, mengurangi, mengatasi gangguan
sekolah belum memiliki psikoterapis atau konselor atau penyimpangan fisik, psikis, sosial dan
atau petugas bimbingan konseling, 6. Sarana prasarana meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa
untuk menangani siswa gangguan/masalah sosial melalui media bermain, b. program terapi musik yaitu

169
program untuk mencegah, mengurangi, mengatasi, sosial emosional, 6) Menjabarkan materi program
memperbaiki, menyembuhkan gangguan atau penanganan gangguan/masalah sosial emosional
kekurangan fisik, psikis, sosial siswa sehingga siswa, 7) Menjabarkan materi buku panduan guru
pertumbuhan dan perkembangannya meningkat untuk menangani gangguan/masalah sosial emosional
seoptimal mungkin melalui music, c. Program religi siswa di Sekolah Dasar (SD, SD Inklusif, SLB), 8)
adalah program untuk mengurangi masalah sosial Review materi program penanganan
emosional melalui agama atau spiritual, melaksanakan gangguan/masalah sosial emosional siswa di Sekolah
ibadah dan beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa Dasar, 9) Review materi buku panduan guru untuk
serta permohonan bantuan kepada Allah Yang Maha penanganan gangguan/masalah sosial emosional siswa
Kuasa, d. program relaksasi yaitu program untuk di Sekolah Dasar, 10) Membuat prototype program
mengurangi ketegangan batin, perasaan cemas, stres penanganan gangguan/masalah sosial emosional siswa
dengan melatih kesanggupan mengendorkan otot di Sekolah Dasar, dan 11) Membuat prototype buku
secara relaks, santai, senang dan nyaman sehingga panduan guru untuk menangani gangguan/masalah
dalam beraktivitas menjadi lebih baik, termasuk sosial emosional siswa di Sekolah Dasar.
aktivitas yang berkaitan dengan sosial emosional juga Meskipun demikian untuk menentukan program
menjadi lebih baik, e. program modeling adalah dan buku panduan guru untuk menangani gangguan
program untuk mengurangi masalah fisik, psikis, sosial emosional siswa bukan semata-mata pekerjaan
sosial dengan mengamati, mempelajari dan meniru tim pelaksana penelitian tetapi hasil kerja kolaboratif
sikap, perilaku, pikiran model atau orang teladan untuk antara kelompok peneliti dan pihak sekolah serta
membentuk sikap, perilaku, pikiran yang baru, baik, melihat kondisi lapangan dari siswa yang mengalami
benar, positif dalam diri individu yang berkaitan gangguan/masalah sosial emosional. Akhimya
dengan sosial emosional individu, 4. hasil penelitian langkah tersebut dapat direalisasikan dalam
juga menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran pembuatan program dan buku panduan penanganan
di Sekolah Dasar (SD, SD Inklusif, SLB) menyiratkan gangguan/masalah sosial emosional sesuai dengan
bahwa ada sebagian siswa di Sekolah Dasar yang hasil diskusi dan disesuaikan dengan kebutuhan
mengalami gangguan atau masalah sosial emosional, sekolah dan siswa yang mengalami gangguan/masalah
5. pada setiap Sekolah Dasar (SD, SD Inklusif, SLB) sosial emosional dengan penanganan melalui terapi
masing-masing memiliki berbagai faktor yang holistik, meliputi terapi bermain, musik, religi,
menyebabkan penanganan pada siswa yang relaksasi, modeling.
mengalami gangguan atau masalah sosial emosional Program terapi holistik, meliputi terapi bermain,
menjadi berbeda, diantaranya: a. lokasi tempat sekolah musik, religi, relaksasi, dan modeling merupakan pro-
dan jarak sekolah dari rumah siswa, b. sumber daya gram yang dirancang untuk menangani gangguan
manusia (SDM) dari masing-masing sekolah; sosial emosional siswa di sekolah tingkat dasar
kemampuan guru di sekolah dalam memahami dan (SD/SD Inklusif/ SLB). Selain itu dengan adanya
menangani masalah siswa diantaranya gangguan sosial emosional siswa di sekolah tingkat
gangguan/masalah sosial emosional siswa; dasar, perlu segera dibuat program penanganan beserta
ketersediaan tenaga yang berkaitan dengan panduan untuk menangani gangguan sosial emosional
penanganan gangguan/masalah sosial emosional siswa tersebut sehingga siswa bisa belajar
(misal: psikoterapis, konselor, psikolog, dan sebagaimana mestinya, tidak mengalami kesulitan
sebagainya) bila hal itu tidak memungkinkan maka belajar dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
guru yang sebaiknya berusaha mengatasi Selain hal-hal di atas di sekolah tingkat dasar
gangguan/masalah sosial emosional agar tidak banyak kendala yang dihadapi terutama pada kesiapan
menimbulkan kesulitan belajar siswa, c. sarana sumber daya manusia, diantaranya guru belum atau
prasarana sekolah, d. situasi dan kondisi sekolah, dan kurang memahami gangguan atau masalah sosial
e. ketersediaan dana yang diburuhkan dalam emosional siswa. Oleh karena itu perlu diadakan
penanganan gangguan/masalah sosial emosional pelatihan agar guru dapat memahami dan menangani
siswa. gangguan atau masalah sosial emosional siswa di
Pembuatan program dan buku panduan guru sekolah tingkat dasar. Realisasi kepedulian lembaga
untuk menangani gangguan/masalah sosial emosional pendidikan atas pcrmasalahan sosial emosional siswa
siswa dalam pelaksanaannya melalui prosedur yaitu: di sekolah tingkat dasar adalah melalui diadakannya
1) Mengacu pada kebutuhan, karakteristik, penelitian tentang program penanganan gangguan atau
permasalahan siswa yang mengalami masalah sosial masalah sosial emosional dan tertuang dalam fokus
emosional berdasar hasil asesmen, 2) Mengacu pada dari tujuan penelitian ini dan target yang ingin dicapai
tujuan penanganan gangguan/masalah sosial yaitu mengupayakan pengembangan program
emosional siswa di Sekolah Dasar, 3) Menyiapkan penanganan gangguan atau masalah sosial emosional
format ukuran program dan buku panduan guru, 4) siswa untuk mengoptimalkan dan membekali guru
Melakukan analisis isi program penanganan dalam menangani gangguan atau masalah sosial
gangguan/masalah sosial emosional siswa di sekolah emosional siswa yang menjadi tanggung jawabnya dan
tingkat dasar, 5) Melakukan analisisisi materi buku berpotensi memahami dan mendalami karakteristik,
panduan guru untuk menangani gangguan/masalah kebutuhan, permasalahan, dari siswa yang mengalami

170
gangguan atau masalah sosial emosional baik dari 5. DAFTAR PUSTAKA
aspek fisik, psikis maupun sosial. [1]. Hawari, D., (1995). Religi Dalam Praktek Psikiatri
dan Psikologi. Jakarta: FKUI.
4. SIMPULAN DAN SARAN [2]. Nugraha, A., dkk, (2008). Metode Pengembangan
4.1 Simpulan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.
[3]. Somantri Sutjihati, S., (2006). Psikologi ALB. Bandung:
Berdasarkan hasil penelitian tentang PT. Refika Aditama.
pengembangan terapi holistik dalam menangani [4]. Chalidah, E. S, (2005). Terapi Permainan Bagi Anak
gangguan sosial emosional siswa, melalui Yang Memerlukan Layanan Pendidikan Khusus.
pengumpulan data lapangan dengan observasi, Jakarta: Depdiknas.
wawancara, dan dokumentasi, dapat disimpulkan [5]. Gardner, (2006). Multiple Intelligences. New York:
sebagai berikut: 1) telah tersusun program penanganan Basic Books.
gangguan/masalah sosial emosional siswa di sekolah [6]. Djohan, (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi.
tingkat dasar dengan terapi holistik (terapi bermain, Yogyakarta: Galang Press.
musik, religi, relaksasi, modeling), pada tahun pertama [7]. Astati, (1995). Terapi Okupasi, Bermain dan Musik
Untuk Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen
berupa draft, 2) tersusun buku panduan guru untuk Pendidikan dan Kebudayaan.
menangani gangguan/masalah sosial emosional siswa [8]. Purwanta, E, (2005), Modifikasi Perilaku. Jakarta:
yaitu buku panduan guru tentang terapi holistik Ditjend Dikti Depdiknas.
(bermain, musik, religi, relaksasi, modeling), pada [9]. Louise, M, (2004). Kecerdasan Musik. Terj. Oleh :
tahun pertama berupa draft protoptype, 3) selama Sindoro, L. Batam: Lucky Publishers.
penelitian tahun pertama keinginan guru untuk [10]. Woolfolk, Anita, (2008). Educational Psychology.
menangani gangguan/masalah sosial emosional siswa Boston: Pearson Education, Inc. 142-150.
telah ada dengan disusunnya buku panduan guru (pada [11]. Slavin, Robert, E, (2009). Educational Psychology
tahun pertama berupa draft prototype), 4) sesuai data Theory and Practice. New Jersey: Pearson Education,
Inc. 162-167.
yang diperoleh secara empirik, minat dan kebutuhan [12]. Fakihuddin, L, (2007). Pengajaran Remedial dan
guru untuk bisa menangani gangguan atau masalah Pengayaan. Malang: Bayumedia Publisher.
sosial emosional siswa cukup besar, apalagi guru-guru
di kelas rendah sekolah tingkat dasar, dan 5) program
penanganan gangguan atau masalah sosial emosional
yang telah dikembangkan, masih diperlukan
pengembangannya lebih lanjut pada penelitian tahun
kedua.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah: 1) Guru di
sekolah tingkat dasar sebaiknya tetap berusaha
memahami dan menangani siswa yang mengalami
gangguan atau masalah sosial emosional agar siswa
tidak mengalami kesulitan belajar sehingga hasil
belajar menjadi lebih baik, 2) Sekolah sebaiknya
menyediakan sarana prasarana yang memadai
berkaitan dengan penanganan gangguan/masalah
sosial emosional siswa, 3) Pengembangan program
penanganan gangguan/masalah sosial emosional siswa
ini agar mcndapatkan prioritas untuk dilanjutkan pada
penelitian tahun-tahun berikutnya, karena memang
dibutuhkan oleh siswa yang mengalami
gangguan/masalah sosial emosional dan untuk
mengoptimalkan kemampuan guru-guru di sekolah
tingkat dasar dalam hal penanganan
gangguan/masalah sosial emosional siswa, dan 4)
Perlu adanya pelatihan untuk guru-guru di sekolah
tingkat dasar tentang pembuatan program penanganan
gangguan/masalah sosial emosional siswa, agar hasil
yang telah diperoleh bisa dikembangkan lebih lanjut
dan diterapkan untuk menangani gangguan atau
masalah sosial emosional yang dialami siswa di
sekolah tingkat dasar.

171
172
Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa SDN Jono I, Kecamatan
Temayang, Kabupaten Bojonegoro Melalui Kegiatan Pembiasaan
Membaca Berjenjang
Moh. Zamzuri
Guru SDN Jono I, Kab. Bojonegoro, E-mail: sdnjonosatu@yahoo.co.id
*) Alamat korespondensi: Email: elzambrods@gmail.com.

ABSTRACT
The purpose of this study are: (1) describe the implementation of habituation reading school student Jono I,
District Temayang, Bojonegoro (2) describe the students' reading ability of SDN Jono I, District Temayang,
Bojonegoro, and (3) describe the students' response to the activities of habituation reading SDN Jono I, District
Temayang, Bojonegoro. This research method is classroom action research (classroom action research). The
approach used is qualitative descriptive approach. The instrument used in this study is the observation sheet of
activities of teachers and students, students' reading ability rubric that is focused on the ability to predict,
understand the vocabulary and punctuation, to understand the content of reading and summarizing and student
questionnaire responses. The results of this study were: (1) the activities carried out by the three-tiered reading
strategies, namely: reading together, guided reading and independent reading; (2) The ability to read students
has increased in the first cycle of 75% and the second cycle by 82%; and (3) The response of students to the
reading tiered very positive.

Key Words: the ability to read, habituation, read tiered

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan pembiasaan membaca siswa
SDN Jono I, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro (2) mendeskripsikan kemampauan membaca siswa
SDN Jono I, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, dan (3) mendeskripsikan respon siswa terhadap
kegiatan pembiasaan membaca di SDN Jono I, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro. Metode penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas guru dan
siswa, rubrik kemampuan membaca siswa yang difokuskan pada kemampuan memprediksi, memahami kosa kata
dan tanda baca, memahami isi bacaan, dan merangkum dan angket respon siswa. Hasil penelitian ini adalah (1)
kegiatan membaca berjenjang dilaksanakan dengan tiga strategi yaitu: membaca bersama, membaca terbimbing
dan membaca mandiri; (2) Kemampuan membaca siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 75% dan
siklus II sebesar 82%; (3) Respon siswa terhadap kegiatan membaca berjenjang sangat positif.
Kata kunci: kemampuan membaca, pembiasaan, membaca berjenjang

1. PENDAHULUAN selain buku mata pelajaran[1]. Menurut Faizah dkk.


Membaca memilik peran penting dalam belajar, (2016:2), dalam jangka panjang kegiatan pembiasaan
hal ini dikarenakan pengetahuan diperoleh melalui membaca akan menumbuhkan budaya literasi dan
membaca. Jika siswa memiliki kemampuan membaca menjadikan peserta didik menjadi pembelajar
yang baik maka semakin baik pula pencapaian sepanjang hayat[2].
akademiknya. Sebaliknya jika siswa tidak memiliki Berdasarkan hasil investigasi awal berupa
kemampuan membaca yang baik dapat dipastikan akan wawancara antara peneliti dengan guru kelas III SDN
mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai Jono I yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 4
mata pelajaran. Oleh karena itu, kemampuan membaca Oktober 2016 menunjukkan bahwa kemampuan
harus dikuasi oleh siswa dan perlu dibiasakan sejak membaca siswa kelas III tergolong rendah. Siswa
dini agar menjadi kegemaran dan menjadi kebutuhan kesulitan memahami kosa kata dan tanda baca serta
siswa. memahami isi bacaan. Hal ini didukung dengan data
Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan Peraturan observasi kegiatan pembiasaan membaca, masih
Menteri Pendikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun banyak ditemukan kesalahan dalam membaca dengan
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, yaitu untuk intonasi yang tepat, kesalahan tanda baca, kurang
menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membentuk memahami isi bacaan. Sehingga ketuntasan kelas dari
generasi berkarakter positif. Salah satunya adalah KKM yang ditentukan sebesar 75, hanya 57% yang
melalui pembiasaan menggunakan lima belas menit memperoleh nilai sama atau di atas 75. Sebagian besar
sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku

173
siswa tidak fokus membaca dan cenderung kurang untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan, (3)
tertarik dengan kegiatan membaca. Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang
Upaya yang telah dilakukan oleh guru sehubungan tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata
dengan kegiatan pembiasaan membaca adalah dengan tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
menugaskan siswa untuk memilih buku yang digemari yang telah dipunyai, (4) Suatu proses berpikir yang
untuk dibaca sebelum pembelajaran dimulai. terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami
Kemudian guru menanyakan isi bacaan sesuai dengan informasi serta memberikan makna terhadap bacaan,
yang dibaca. Namun kenyataannya banyak siswa yang (5) Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan
tidak dapat menyebutkan isi bacaan yang telah dibaca. menggunakan informasi dalam bacaan dan
Artinya pemahaman siswa terhadap isi bacaan masih pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai
tergolong rendah. Upaya lain yang dilakukan guru agar sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut,
siswa lancar membaca adalah memberikan bimbingan (6) Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya
khusus bagi siswa yang kurang lancar membaca. sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, dan (7)
Hasilnya siswa sudah lancar membaca namun dalam Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-
pelafalan dan intonasi serta tanda baca masih banyak baris dalam tulisan. Kegiatan membaca bukan hanya
terjadi kesalahan. Salah satu faktor penyebab kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan
rendahnya kemampuan membaca siswa ini adalah menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata
pemilihan strategi yang kurang tepat serta pengelolaan yang membawa makna[7].
kelas yang kurang tepat pula, sehingga berakibat siswa Menurut Anderson dalam Akhadiah[8] ada lima
kurang termotivasi dan kemampuan membacanya ciri membaca, yaitu: (1) membaca adalah konstruktif;
rendah. (2) membaca harus lancar; (3) membaca harus
Membaca adalah proses yang dilakukan dan dilakukan dengan strategi yang tepat; (4) membaca
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan memerlukan motivasi; dan (5) membaca merupakan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media keterampilan yang harus dikembangkan secara
tulis[3]. Sementara itu, untuk memahami isi bacaan berkesinambungan.
diperlukan daya nalar, seperti yang diketengahkan Senada dengan pendapat tersebut, dalam modul
oleh Tampubolon[4] bahwa membaca adalah suatu pembelajaran membaca di kelas awal dikatakan bahwa
kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan membaca berjenjang adalah kegiatan membaca yang
daya nalar. Jika demikian, membaca merupakan suatu disesuaikan dengan kebutuhan siswa yaitu
aktifitas yang rumit dan kompleks karena bergantung menerapkan beragam strategi pembelajaran dan
pada tingkat penalaran pembaca dan keterampilan pemilihan bacaan sesuai dengan kebutuhan.
berbahasanya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan
Pada dasarnya kegiatan membaca melibatkan dua dan minat siswa membaca. Strategi yang digunakan
hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya dalam membaca berjenjang, antara lain: membaca
pemahaman dan (2) teks yang berimplikasi adanya bersama, membaca terbimbing, dan membaca
penulis[5]. Dalam hubungan ini, membaca adalah mandiri[9].
kegiatan memperoleh pemahaman dari teks. Makna Membaca bersama, kegiatannya melibatkan
teks dapat diperoleh dari interaksi timbal balik antara semua siswa satu kelas. Bahan bacaan yang digunakan
pengetahuan dasar pembaca dengan teks. buku besar. Guru memodelkan berbagai keterampilan
Sebagaimana yang diungkapkan Nurhadi[6] bahwa dan melibatkan siswa selama proses membaca
kekayaan akan kata-kata akan menjamin kelancaran dilakukan. Keterampilan yang dilatihkan adalah
mencerna setiap kata yang dibaca seseorang. Jadi memprediksi, memahami kosakata dan tanda baca,
makna dapat berubah bergantung pengalaman yang memahami isi bacaan, dan merangkum. Sementara,
dimiliki pembaca yang berbeda-beda. membaca terbimbing, dengan cara mengelompokkan
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan siswa yang memiliki kemampuan yang setara
bahwa membaca adalah proses yang dilakukan (homogen) untuk diberikan bimbingan dalam
pembaca dalam mengupayakan daya nalar untuk kelompok dengan bahan bacaan yang sama, sedangkan
memperoleh pemahaman terhadap teks yang dibaca. siswa yang tidak termasuk bimbingan kelompok
Sehubungan dengan itu, untuk memahami makna diberikan tugas tertentu. Keterampilan yang dilatihkan
bacaan tiap orang dapat berbeda-beda bergantung pada adalah memprediksi, memahami kosakata dan tanda
pengetahuan dasar masing-masing pembaca. baca, memahami isi bacaan, dan merangkum.
Selanjutnya Syafi’ie[7] menyebutkan hakikat Kemudian membaca mandiri, kegiatannya
membaca adalah: (1) Pengembangan keterampilan, dilakukan dengan cara siswa secara individu atau
mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat- berpasangan memilih sendiri buku yang akan dibaca
kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai sesuai dengan minat dan kemampuan siswa. Ketika
dengan memahami secara kritis dan evaluatif siswa memilih buku guru memberikan pendampingan
keseluruhan isi bacaan, (2) Kegiatan visual, berupa pada siswa. Salah satu teknik yang digunakan agar
serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris buku yang dibaca siswa sesuai dengan kemampuannya
tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan adalah teknik lima jari. Guru meminta membaca satu
kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata halaman. Jika dalam membaca mengalami lebih dari

174
lima kesalahan atau kesulitan, maka buku tersebut Waktu penelitian pada minggu ke-2 sampai dengan
tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Selain itu buku minggu ke-4 bulan Oktober tahun 20016. Subjek
bacaan yang dibaca hendaknya mengandung informasi penelitian dan sumber data utama adalah siswa Kelas
yang sederhana atau kejadian sehari-hari, isi cerita III SDN Jono I, Kecamatan Temayang, Kabupaten
mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan Bojonegoro yang berjumlah 28 anak.
mengembangkan imajinasi, buku dapat bergenre Berdasarkan pada rancangan penelitian dan data
fantasi dengan tokoh binatang (fabel), buku yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka
mengandung pesan nilai-nilai sesuai dengan tahapan prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1)
tumbuh kembang peserta didik dalam berbagai aspek, Tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan pada tahap
antara lain moral, sosial, kognitif, pesan moral cerita persiapan adalah membuat perangkat kegiatan
disampaikan dengan tidak menggurui. Dengan membaca dan intrumen-intrumen penelitian, (2) Tahap
membaca berjenjang kegiatan membaca sesuai dengan pelaksanaan, pelaksanaan kegiatan membaca
kebutuhan siswa, membuat siswa nyaman, dan akan berjenjang pada kegiatan membaca dengan
memotivasi siswa untuk senang membaca. menerapkan tiga strategi yaitu: membaca bersama,
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari membaca terbimbing dan membaca mandiri, dan (3)
penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan pelaksanaan Tahap pengumpulan dan analisis data, data tentang
kegiatan pembiasaan membaca siswa SDN Jono I, pelaksanaan kegiatan membaca diperoleh melalui
Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro (2) pengamatan/observasi dikumpulkan dengan instrumen
mendeskripsikan kemampauan membaca siswa SDN observasi berupa skala penilaian (rating scale). Untuk
Jono I, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, mengumpulkan data tentang kemampuan membaca
dan (3) mendeskripsikan respon siswa terhadap siswa diperoleh melalui rubrik penilaian unjuk kerja.
kegiatan pembiasaan membaca di SDN Jono I, Kemudian data tentang respon siswa diperoleh melalui
Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro. angket.
Manfaat dari penelitian ini antara lain: (1) bagi Instrumen penelitian yang digunakan adalah: (1)
siswa meningkatkan kemampuan membaca; (2) bagi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa; (2)
peneliti menambah wawasan dan masukan mengenai lembar pengamatan unjuk kerja siswa dalam kegiatan
pembiasaan membaca; (3) bagi guru menambah membaca; dan (3) angket respon siswa. Data yang
wawasan menggunakan salah satu strategi kegiatan dianalisis adalah hasil observasi aktivitas guru dan
pembiasaan membaca; dan (4) bagi sekolah sebagai siswa selama proses kegiatan membaca berjenjang
referensi dalam mengambil kebijakan dalam kegiatan berlangsung, kemampuan membaca siswa dan respon
pembiasaan membaca. siswa. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis sebagai berikut:
2. METODE PENELITIAN
2.1 Data hasil observasi
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian Untuk menganalisis data hasil observasi yang
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan
tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau siswa, digunakan rumus Persentase Skor Hasil
dapat meningkatkan praktik pembelajaran secara Observasi (PSHO) sebagai berikut:
profesional[10]. Menurut Frankel and Wallen (2006)
dan Kemmis (1986) dalam Supriatna[10] daur 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
PSHO = ∑ 𝑥100%
penelitian tindakan dan refleksi berbentuk spiral 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

seperti Gambar 1 berikut. Dengan kriteria keterlaksanaan aktivitas guru dan


siswa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan
Siswa
Interval Presentasi Kategori
80% ≤ PSHO 100% Sangat baik
70% ≤ PSHO < 80% Baik
55% ≤ PSHO < 70% Cukup baik
PSHO < 55% Sangat kurang
(Sumber: diadopsi dari Arikunto dengan modifikasi [11]
Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan
membaca berjenjang dapat dilihat dari hasil observasi
aktivitas guru dan siswa dengan minimal
keberhasilannya masuk dalam kategori baik.
2.2 Data kemampuan membaca siswa
Gambar 1. Daur Penelitian Tindakan
Menganalisis hasil rubrik unjuk kerja siswa
dengan menjumlahkan skor yang diperoleh kemudian
Penelitian dilaksanakan di SDN Jono I, yang dibagi skor maksimum.
beralamat di Jalan Raya Jono-Temayang Km 23,
Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro.

175
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ untuk meyakinkan bahwa peserta didik memahami
NS = 𝑥100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 jalannya cerita. Guru meminta peserta didik untuk
menanggapi isi bacaan. Guru dapat mengajak peserta
Selanjutnya untuk menentukan persentase didik untuk membuat daftar kosakata baru dan
ketuntasan kelas dengan membagi banyaknya siswa menuliskannya pada flip chart. Guru dapat menjadikan
yang tuntas dengan jumlah siswa seluruhnya. Kriteria kegiatan membaca bersama sebagai hadiah atas
ketuntas kelas yang ditetapkan adalah 75. pencapaian peserta didik
Pertemuan ke-2
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
Presentase Ketuntasan = 𝑥100 Membaca terbimbing, guru mengucapkan salam
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
dan menyapa siswa. Kemudian guru mengelompokkan
siswa menjadi dua kelompok, satu kelompok
Kesimpulan analisis disesuaikan dengan bimbingan 7 siswa dan sisanya kelompok tidak
presentase ketuntasan kelas yang ditetapkan sehingga terbimbing. Membuat kesepakatan Menunjukkan
dapat diketahui kemampuan membaca siswa. sampul buku bacaan Bertanya jawab judul bacaan
Peningkatan kemampuan membaca siswa pada Menggali pengetahuan latar dan pengalaman peserta
kegiatan pembiasaan membaca berjenjang ini didik. Memperhatikan ilustrasi dan memprediksi alur
ditunjukkan oleh jika banyaknya siswa yang tuntas cerita. Guru memeragakan membaca kalimat atau
atau memperoleh nilai 75% -100% dibanding dengan paragraf dan meminta peserta didik untuk menirukan
banyak seluruh siswa sama dengan 75% atau lebih. atau meneruskan membaca secara bergiliran. Guru
2.3 Data respon siswa meminta peserta didik untuk mencatat kosakata baru,
Data angket respon siswa yang digunakan untuk kalimat yang menarik, tokoh utama atau tokoh lain
mengetahui data respon siswa terhadap pelaksanaan yang menarik. Meminta peserta didik untuk
kegiatan pembiasaan membaca berjenjang, misalnya: menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-katanya
setuju atau tidak terhadap pembiasaan membaca sendiri. meminta peserta didik untuk membuat daftar
berjenjang. kata-kata sulit. Meminta peserta didik untuk membuat
peta cerita.
Untuk menganalisis data respon siswa diperoleh
dari angket respon siswa, dengan menggunakan rumus Pertemuan ke-3
Angket Respon Siswa (ARS) sebagai berikut: Membaca mandiri, guru mendampingi dan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 mengetahui bacaan yang dipilih peserta didik. agar:
ARS = ∑ 𝑥100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 Bacaan sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
didik atau sedikit di atasnya. Konten bacaan sesuai
Kesimpulan analisis disesuaikan dengan dengan usia peserta didik atau mendukung tema atau
persentase setiap pertanyaan yang menunjukkan sub tema materi ajar. Guru melakukan pra-baca untuk
pernyataan setuju tidak setuju. mengetahui ringkasan buku yang akan dibaca peserta
Penelitian ini menggunakan desain penelitian didik. Dapat menjawab peserta didik apabila mereka
bertanya. Mengembangkan diskusi dengan topik yang
tindakan kelas yang diadopsi dari Khemmis dan
relevan. Meminta peserta didik untuk membaca secara
Taggart dalam Riyanto[12] dengan dua rancangan
siklus, setiap siklus terdiri dari tahapan: perencanaan, mandiri. Mengingatkan peserta didik untuk
pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi[12]. menerapkan strategi membaca, misalnya: Membaca
judul dan mempelajari ilustrasi sampul muka untuk
Siklus I dapat menebak isi bacaan. Menebak kata-kata sulit
Perencanaan I, yang meliputi tiga pertemuan, dengan mempelajari ilustrasi atau konteks kalimat.
yaitu: Membuat daftar pertanyaan terkait bacaan. Guru
Pertemuan ke-1 meminta peserta didik untuk: mencari informasi lebih
Membaca bersama, guru mengatur posisi duduk lanjut tentang bacaan atau pengarang maupun
peserta didik agar semuanya dapat melihat buku yang ilustrator buku. membuat daftar kosakata baru.
dibacakan. Menjelaskan apa yang harus dilakukan membuat peta cerita atau peta konsep isi bacaan.
peserta didik (misalnya, apakah mereka dapat meringkas isi bacaan dengan kata-kata sendiri, baik
langsung membaca bersama atau menunggu kalimat- secara lisan, gambar, atau tertulis. melakukan kegiatan
kalimat dibacakan). Menyebutkan judul, pengarang lanjutan untuk menanggapi isi bacaan.
dan ilustrator atau menyebutkan sumber bahan bacaan. Pelaksanaan Tindakan I, guru melaksanakan
Dengan menunjuk sampul depan, minta peserta didik tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
untuk menebak isi bacaan. Guru dan peserta didik oleh peneliti dalam proses pembiasaan membaca.
membaca materi bacaan (paragraf/kalimat) yang sama. Observasi I, observasi dilakukan selama kegiatan
Guru dan peserta didik membaca ulang alinea atau pembiasaan membaca berlangsung dengan mengisi
paragraf yang dianggap penting. Guru berhenti lembar observasi guru dan siswa.
membaca sejenak dan memberi kesempatan kepada Refleksi I, dilaksanakan untuk mengetahui
peserta didik untuk menebak alur cerita selanjutnya. kekurangan dan kelemahan pada saat pelaksanaan
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait
konten buku, kosakata, tatabahasa atau tanda baca

176
siklus I, dan digunakan sebagai bahan acuan tindakan Tabel 4 menunjukkan ada peningkatan persentase
berikutnya. kemampuan membaca siswa dengan diterapkan
Siklus II pembiasaan membaca berjenjang.
Melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti siklus I, 4. Hasil Respon Siswa
namun terjadi pemantapan bila siklus I berjalan baik Berikut adalah hasil angket respon siswa terhadap
atau dengan perbaikan bila ada kekurangan dalam proses pembiasaan membaca berjenjang, seperti
siklus I. diperlihatkan pada Tabel 5 berikut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 5. Angket Respon Siswa
3.1 Hasil Penelitian Tidak Tidak
Siklus Pertanyaan Setuju
Setuju Menjawab
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari I Apakah 75% 18% 7%
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pembiasaan
observasi, dan refleksi. Pada siklus I terdiri dari tiga membaca
II berjenjang 100% 0% 0%
pertemuan dan siklus 2 terdiri dari tiga pertemuan
menyenangkan?
dengan masing-masing pertemuan dilaksanakan dalam Apakah
I 75% 18% 7%
1 x 15 menit. Penelitian ini dimulai pada tanggal pembiasaan
tanggal 4 Oktober 2016 dan selesai pada tanggal 22 membaca
berjenjang
Oktober 2016. Selama proses penelitian berlangsung, II 93% 7% 0%
memudahkan
ada beberapa hasil yang diperoleh seperti yang penulis siswa belajar
paparkan berikut. membaca?
1. Hasil Observasi Aktivitas Guru I Apakah 82% 0% 18%
pembiasaan
Tabel 2. Taraf keberhasilan aktivitas guru membaca
Siklus Pertemuan Persentase Taraf berjenjang
II meningkatkan 100% 0% 0%
Keberhasilan Keberhasilan
I 1, 2, dan 3 91, 29 Sangat baik kemampuan
II 1, 2, dan 3 93, 72 Sangat baik membaca?

Tabel 2 menunjukkan ada peningkatan persentase


keberhasilan guru dalam menerapkan kegiatan Tabel 5 menunjukkan ada peningkatan persentase
membaca berjenjang dari siklus 1 ke siklus 2 dan respon positif siswa dengan diterapkan pembiasaan
berada pada taraf keberhasilan sangat baik. membaca berjenjang.

2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa 3.2 Pembahasan


Tabel 3. Taraf keberhasilan aktivitas siswa Berdasarkan hasil penelitian pada kegiatan
Siklus Pertemuan Persentase Taraf pembiasaan membaca berjenjang. Pelaksanaan
Keberhasilan Keberhasilan
I 1, 2, dan 3 89, 50 Sangat baik
pembiasaan membaca berjenjang meliputi membaca
II 1, 2, dan 3 92, 25 Sangat baik bersama, membaca terbimbing dan membaca mandiri.
Pada saat kegiatan membaca bersama buku yang
digunakan guru adalah buku besar. Siswa diajak duduk
Tabel 3 menunjukkan ada peningkatan persentase
lesehan di atas karpet. Kemudian guru mengenalkan
keberhasilan siswa dengan diterapkan kegiatan
sampul buku dengan menggali pertanyaan dan
membaca berjenjang dari siklus 1 ke siklus 2 dan
meminta siswa memprediksi judul dan isi bacaan.
berada pada taraf keberhasilan sangat baik.
Selanjutnya guru memberi contoh membaca kalimat,
3. Hasil Kemampuan Membaca Siswa dilanjutkan guru dan siswa membaca ulang kalimat
yang dianggap penting. Guru berhenti membaca
Berikut adalah hasil kemampuan membaca siswa sejenak dan memberi kesempatan kepada peserta didik
yang mencakup empat (4) keterampilan, seperti untuk menebak alur cerita selanjutnya.
disajikan pada pada Tabel 4 berikut. Kemudian pada kegiatan membaca terbimbing,
Tabel 4. Kemampuan Membaca Siswa buku yang digunakan adalah buku bacaan berjenjang
Keterampilan Siklus I Siklus II Keterangan dengan judul yang sama. Guru mengelompokkan
Memprediksi 75% 77% Meningkat 2% siswa menjadi dua kelompok, satu kelompok
Kosa Kata dan bimbingan ada tujuh siswa dan sisanya kelompok tidak
79% 80% Meningkat 1%
Tanda Baca
Memahami isi
terbimbing. Guru memberikan lembar kerja bagi siswa
82% 83% Meningkat 1% yang tidak terbimbing. Kemudian guru memulai
bacaan
Merangkum
79% 80% Meningkat 1%
kegiatan pada kelompok terbimbing guru dan siswa
bacaan membuat kesepakatan. Selanjutnya meminta siswa
Rata-rata 79% 80% Meningkat 1%
Ketuntasan siswa 75% 82% Meningkat 7%
memperhatikan sampul buku bacaan. Guru bertanya
jawab judul bacaan. Kemudian menggali pengetahuan
latar dan pengalaman peserta didik. Selanjutnya siswa
memperhatikan ilustrasi dan memprediksi alur cerita.

177
Guru membaca kalimat dalam paragraf dan meminta dapat meningkatkan motivasi dalam kegiatan
peserta didik untuk meneruskan membaca secara pembiasaan membaca siswa.
bergiliran. Guru meminta peserta didik untuk mencatat
4. KESIMPULAN
kosakata baru, kalimat yang menarik, tokoh utama
atau tokoh lain yang menarik. Dari hasil penelitian tindakan kelas di SDN Jono I
Selanjutnya pada kegiatan membaca mandiri guru dapat disimpulkan bahwa: (1) pelaksanaan kegiatan
berperan sebagai pendamping, guru meminta siswa pembiasaan membaca berjenjang melalui tiga strategi
menunjukkan bacaan yang dipilih. Guru meminta yaitu: membaca bersama, membaca terbimbing, dan
siswa membaca satu halaman dan menanyakan tingkat membaca mandiri. Keterampilan yang dilatihkan
kesulitan memahami yang dibaca. Kemudian guru fokus pada memprediksi, kosa kata dan tanda baca,
meminta siswa untuk membaca secara mandiri, sambil memahami isi bacaan, dan merangkum, (2)
mengingatkan peserta didik untuk membaca judul dan kemampuan membaca siswa meningkat melalui
mempelajari ilustrasi sampul muka untuk dapat kegiatan pembiasaan membaca berjenjang. Hal ini
menebak isi bacaan. Pada kegiatan akhir guru meminta dapat ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam
siswa untuk membuat daftar kosakata baru, meringkas memprediksi judul bacaan, isi bacaan, kosa kata dalam
isi bacaan dengan kata-kata sendiri. bacaan, memahami tanda baca dan melafalkannya,
memahami isi bacaan, dan merangkum isi bacaan;
Setelah peneliti melaksanakan refleksi terhadap
Ketuntasan kelas pada siklus I sebesar 75% dan siklus
pelaksanaan membaca berjenjang selama siklus I,
II menjadi 82%, dan (3) Respon siswa terhadap
ketika membaca bersama guru tidak membuat
kegiatan pembiasaan membaca berjenjang sangat
kesepakatan sehingga siswa masih sering ramai. Pada
positif, hal ini menunjukkan kegiatan membaca
siklus II untuk membaca bersama pelaksanaan berjenjang dapat memotivasi siswa untuk
kegiatan berjalan dengan baik dan guru telah membuat
melaksanakan kegiatan pembiasaan membaca.
kesepakatan awal.
Selanjutnya pada kegiatan membaca terbimbing 5. DAFTAR PUSTAKA
siswa yang tidak memperoleh bimbingan ramai [1] Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang
menanyakan lembar kerja yang diberikan. Kemudian Penumbuhan Budi Pekerti, Jakarta.
pada siklus II untuk membaca terbimbing guru [2] Faizah, Dewi Utama, Susanti Sufyadi, Lanny Anggraini,
memberikan petunjuk pada lembar kerja dengan jelas. Waluyo, Sofie Dewayani, Wien Muldian, dan Dwi
Sementara, pada kegiatan membaca mandiri sudah Renya Roosaria, (2016). Panduan Gerakan Literasi
berjalan dengan baik. Pada siklus II kegiatan membaca Sekolah Di Sekolah Dasar, Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal
mandiri berjalan lebih baik.
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Berdasarkan hasil rubrik unjuk kerja siswa pada Pendidikan dan Kebudayaan.
siklus I dapat diketahui kemampuan membaca siswa [3] Tarigan, Henry Guntur, (1990). Membaca sebagai
dari keterampilan memprediksi 75%, keterampilan Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa.
kosa kata dan tanda baca 79%, keterampilan [4] Tampubolon, (1987). Kemampuan Membaca, Teknik
memahami isi bacaan 82%, dan keterampilan Membaca Efektif dan Efesien, Bandung: Angkasa.
merangkum bacaan 79%. Rata-rata dari keempat [5] Kridalaksana, H., (1982). Tata Bahasa Deskriptif
keterampilan tersebut adalah 79%. Dari hasil tersebut Bahasa Indonesia Sintaksis, Jakarta: Pusat Pembinaan
sebanyak 21 anak memperoleh nilai sama atau dan Pengembangan Bahasa.
melebihi 75 dan 7 anak memperoleh kurang dari 75 [6] Nurhadi, (1989). Membaca Cepat dan Efektif,
sehingga diketahui 75% tuntas. Bandung: Sinar Baru.
Kemampuan membaca siswa ini mengalami [7] Syafi’ie, Imam. (1994). Pengajaran Membaca
peningkatan pada siklus II dari hasil rubrik unjuk kerja Terpadu. Bahan Kursus Pendalaman Materi Guru
siswa dapat diketahui keterampilan memprediksi 77%, Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia, Malang: IKIP.
keterampilan kosa kata dan tanda baca 80%, [8] Akhadiah, Sabari M.K., (1992). Bahasa Indonesia I,
keterampilan memahami isi bacaan 83%, dan Jakarta: Depdikbud.
keterampilan merangkum bacaan 80%. Rata-rata dari [9] Anonim, (2006). Pembelajaran Membaca di Kelas
Rendah, Jakarta: Usaid Prioritas.
keempat keterampilan tersebut adalah 81%. Dari hasil
tersebut sebanyak 23 anak memperoleh nilai sama atau [10] Supriatna, Endang K, Supardi, Abdul Aziz (2009).
Penelitian Guru Bahasa, Bandung: Adhi Aksara Abadi
melebihi 75 dan 4 anak memperoleh kurang dari 75
Nusantara.
sehingga diketahui 82% tuntas.
[11] Arikunto, S. (2009). Evaluasi Program Pendidikan,
Dari keempat keterampilan yang menjadi fokus Jakarta: Rineka Cipta.
untuk ditingkatkan maka dengan kegiatan membaca [12] Riyanto, Yatim, (2012). Metodologi Penelitian
berjenjang mengalami peningkatan yang cukup Pendidikan, Surabaya: SIC.
signifikan.
Selanjutnya respon siswa berdasarkan hasil angket
siswa pada setiap siklus menunjukkan respon positif.
Hal ini menunjukkan kegiatan membaca berjenjang

178
Pengembangan Media Pembelajaran Teknik Pemesinan Berbantuan
Komputer Yang Efektif Di SMK
Yunus1*), Iskandar2

1
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT-Unesa. E-mail: brilian818@yahoo.co.id
2
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. E-mail: kanday@quictrikc.biz
*) Alamat koresponden: E-mail: brilian818@yahoo.co.id

ABSTRACT
This study aims to develop learning media machining techniques are effective in SMK. The research method
is based on the design of research and development (research and development). This research has produced a
learning tool in the form of draft learning tool machining techniques in SMK validated and revised based on
suggestions and feedback from the validator. The products of this research consisted of: (a) a draft KI-KD
technique of machining, (b) a draft syllabus engineering machining, (c) a draft RPP technique Machining, (d) a
draft module engineering machining, (e) a draft job-sheet technique of machining, (f) draft assessment guidelines
machining techniques, and (g) media PBK-TP that has been validated with a mean score of 3.60 that fall into the
category of very valid. The trial results showed, bahws there is a difference in student learning outcomes on
cognitive and psychomotor aspects on the subjects of Mechanical Machining between the model PBK-TP with
conventional learning models, where the average value of the cognitive aspects of the experimental class of 81.5
higher than the control class is 77.08, and the average value of the results of the experimental class practices of
81.92 higher than the control class at 78.14. The trial results showed media device PBK-TP generated feasible
and effective for use in teaching subjects in vocational Lathe Machining Techniques.
Key Words: Media development PBK-TP, Decent, Effective

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model media pembelajaran teknik pemesinan yang efektif di
SMK. Metode penelitian didasarkan atas rancangan penelitian dan pengembangan (research and development).
Penelitian ini telah menghasilkan produk perangkat pembelajaran dalam bentuk draf perangkat pembelajaran
teknik pemesinan di SMK yang telah divalidasi dan direvisi berdasarkan saran dan masukan dari validator.
Produk penelitian ini terdiri dari: (a) draf KI-KD teknik pemesinan, (b) draf silabus teknik pemesinan, (c) draf
RPP teknik Pemesinan, (d) draf modul teknik pemesinan, (e) draf job-sheet teknik pemesinan, (f) draf panduan
penilaian teknik pemesinan, dan (g) media PBK-TP yang telah divalidasi dengan rerata skore 3,60 yang masuk
dalam kategori sangat valid. Hasil uji coba menunjukan, bahws terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada
aspek kognitif dan aspek psikomotor pada mata pelajaran Teknik Pemesinan antara yang menggunakan model
PBK-TP dengan model pembelajaran konvensional, dimana nilai rata-rata aspek kognitif kelas eksperimen
sebesar 81,5 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol sebesar 77,08, dan nilai rata-rata hasil praktik kelas
eksperimen sebesar 81,92 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control sebesar 78,14. Hasil uji coba
menunjukkan perangkat media PBK-TP yang dihasilkan layak dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran
mata pelajaran Teknik Pemesinan Bubut di SMK.
Kata Kunci: Pengembangan media PBK-TP, layak, Efektif

1. PENDAHULUAN kerja, dan penyiapan untuk mendapatkan pekerjaan.


Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan Pendidikan kejuruan tidak hanya terkait dengan
menengah yang bertugas mempersiapkan siswa untuk pengembangan keterampilan, tetapi juga
bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan pengembangan seluruh kompetensi yang dimiliki
memiliki peran strategis dalam menyiapkan tenaga siswa untuk mengekspresikan dirinya dalam bekerja.
kerja, fokus kegiatannya adalah memberikan bekal Sedangkan dari hasil pengamatan empirik yang
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada dilakukan sebagai studi pendahuluan terhadap
siswa agar dapat diaplikasikan dalam dunia kerja, baik pelaksanaan pembelajaran teknik pemesinan yang
dalam dunia usaha maupun dunia industri. terjadi di SMKN 3 Buduran Sidoarjo menunjukan
Finch & Crunkilton (1979:111) menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran teknik, khususnya
bahwa pendidikan kejuruan menekankan pada teknik pemesinan belum dirancang dengan baik, yang
pengembangan ketarampilan, kemampuan dan sikap secara umum masih menekankan pada aspek

179
keterampilan dan pengetahuan kurang memperhatikan menekankan pada aspek keterampilan dan
aspek sikap kerja siswa (prosesnya), pada hal pengetahuan dan kurang memperhatikan aspek sikap
kompetensi mencakup ketiga hal tersebut. Hal ini bisa kerja siswa (prosesnya), pada hal kompetensi
mencakup ketiga hal tersebut. Hal ini bisa dilihat dari
dilihat dari aspek penilaian yang hanya difokuskan
aspek penilaian yang hanya difokuskan pada hasil
pada hasil akhir pembelajaran teknik (benda kerja akhir benda kerja yang dihasilkan saja, sedangkan
yang dihasilkan) saja, sedangkan penilaian terhadap penilaian terhadap prosesnya kurang diperhatikan.
prosesnya kurang diperhatikan. Dengan kata lain bila Dengan kata lain bila penilaian dilakukan pada hasil
penilaian dilakukan pada hasil akhir kerja teknik saja, akhir kerja teknik saja, maka hasil belajar yang
maka hasil belajar yang diperoleh siswa belum diperoleh siswa belum mencerminkan kompetensi
mencerminkan kompetensi siswa yang sesungguhnya. siswa yang sesungguhnya. Kompetensi yang
sesungguhnya selain mencerminkan dari pengetahuan
Kompetensi yang sesungguhnya selain mencerminkan
dan keterampilan kerja, tetapi juga sikap kerja. Dengan
dari pengetahuan dan keterampilan kerja, tetapi juga
demikian sistem penilaian yang terjadi di sekolah
sikap kerja. Dengan demikian sistem penilaian yang masih belum dapat menjamin kompetensi lulusan
terjadi di sekolah masih belum dapat menjamin secara utuh.
kompetensi lulusan secara utuh. Penilaian hendaknya mencerminkan pemahaman
Penilaian hendaknya mencerminkan pemahaman tentang pembelajaran yang terintegrasi yang
tentang pembelajaran yang terintegrasi. Penilaian mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
terhadap kompetensi kejuruan dapat dilakukan lebih kerja. Dengan demikian gambaran tentang kualitas
kompetensi siswa dapat diperoleh secara
akurat bila dilihat dari aspek pengetahuan,
komprehensip. Selain itu penilaian juga dilihat dari
keterampilan dan sikap kerja. Selain itu penilaian juga berbagai faktor penentu yang berkaitan langsung
dilihat dari berbagai faktor penentu yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi, misalnya model
langsung dengan pencapaian kompetensi, misalnya pembelajarannya. Untuk itu diperlukan suatu solusi
model pembelajarannya. Dengan demikian gambaran yang dapat menjembatani tercapainya kompetensi
tentang kualitas siswa dapat diperoleh secara siswa, khususnya kompetensi teknik permesinan
komprehensip. perkakas melalui pengembangan model pembelajaran
Berdasarkan fenomena dan fakta di atas, teknik pemesinan yang efektif di SMK. Dari uaraian
tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah:
penilaian kompetensi siswa yang tepat bukan saja
“Bagaimanakah mengembangkan model pembela-
berguna untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa jaran teknik pemesinan yang efektif di SMK ?”
yang sesungguhnya, tetapi juga berguna untuk
pengembangan lembaga pendidikan. Kompetensi 2. METODE PENELITIAN
kejuruan yang dimaksud difokuKIan pada kompetensi
Subyek penelitian yang terlibat dalam kegiatan
pemesinan perkakas. penelitian Pengembangan Model Pembelajran Teknik
Permasalahan yang dihadapi pendidikan Pemesinan yang efektif di SMK ini yakni praktisi
nasional saat ini berkisar pada kompetensi lulusan pengelola pendidikan kejuruan, yakni kepala dan
yang belum relevan dengan kebutuhan dunia usaha wakil kepala SMK, guru/instruktur, siswa SMK, serta
dan dunia industri, kualitasnya masih rendah dan dunia usaha dan industri yang menjadi mitra kerjasama
belum mampu memenuhi kompetensi siswa (Zahrial SMK. Pengelola SMK yang menjadi partisipan
Fakri, 2007:3). Lembaga pendidikan belum bisa penelitian mencakup kepala sekolah, wakil kepala
menghasilkan lulusan siap pakai yang sesuai dengan sekolah bidang kurikulum, dan guru SMK yang
kebutuhan dan tuntutan perkembangan dunia industri. menjadi obyek penelitian ini, khususnya yang
Hal ini didukung hasil kesimpulan pengamatan mengajar mapel Teknik Pemesinan. Lembaga
empirik yang dilakukan Depdiknas (2004:1) pendidikan (SMK) yang dipilih menjadi obyek
menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan SMK di penelitian yakni SMKN 3 Sidoarjo.
Indonesia bukan saja kurang mampu memyesuaikan
diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi juga kurang mampu mengembangkan
diri dan kariernya di dunia kerja. Fakta tersebut
menunjukkan betapa belum efektifnya pendidikan
kejuruan di Indonesia. Lulusan SMK belum memiliki
kesiapan kerja yang baik.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas dan
hasil studi pendahuluan terhadap pelaksanaan
pembelajaran teknik pemesinan yang terjadi di SMKN
yang menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran
teknik, khususnya teknik pemesinan belum dirancang
secara komprehensip, yang secara umum masih

180
Analisis muka- dan penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan
belakang pre-posttest group only. Pengembangan model
pembelajaran teknik pemesinan yang efektif pada
Analisis siswa
SMK ini dilaksaanakan selama dua tahun dengan

Difine
menggunakan four-D models yang dikembangkan oleh
Thiagarajan, Semmel and sammel (1974), yakni difine,
design, develop, and disseminate. Kegiatan penelitian
Analisis konsep Analisis tugas
setiap tahunnya dapat dilihat pada Gambar 2. Secara
ringkas model pengembangan four-D sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 2, dijelaskan sebagai
Analisis tujuan
berikut.
Tahap define pada dasarnya merupakan tahap
Penyusunan tes awal untuk menentukan format dan substansi atau isi
dari perangkat pembelajaran yang disusun. Pada tahap

Disign
Pemilihan format dan media penetapan ini, dilakukan melalui lima sub tahap, yaitu
(Perangkat Pembelajaran) analisis ujung-depan (front-end analysis), analisis
siswa (leaner analysis), analisis konsep (concept
Desain awal Perangkat analysis), analisis tugas dan analisis tujuan
Pembelajaran pembelajaran.
Analisis muka-belakang merupakan studi
Validasi pustaka dan survai lapangan. Studi pustaka dilakukan
dengan mencermati KI-KD teknik pemesinan dalam
struktur kurikulum mata pelajaran teknik pemesinan
Analisis dan Revisi I
yang sudah ada dan jenis jenis kompetensi yang
dibutuhkan di industrti pemesinan. Berdasarkan hasil
Uji Coba I analisis studi pustaka dan surve lapangan, disusunlah
instrument penilaian kebutuhan (need assessment)
Analisis dan Revisi II jenis-jenis kompetensi di industri pemesinan dan
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Develop

Uji Coba II teknik pemesinan. Jenis-jenis kompetensi yang


dibutuhkan oleh industri pemesinan hasil dari need
Analisis dan Revisi III assessment disinkronkonkan dengan Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) teknik pemesinan,
Uji Coba III
yang selanjutnya dapat disusun konsep silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) teknik
pemesinan (Job-Sheet) serta modul pembelajaran
Analisis dan Revisi
teknik pemesinan, dan panduan penilaian teknik
(Perangkat Pembelajaran Final
yang berkualitas dan valid) pemesinan. Selain melihat dari referensi kurikulum
yang telah dikeluarkan secara nasional juga dilakukan
penyusunan format perangkat yang akan digunakan
Dessiminate survai lapangan merupakan need assessment yang
dilakukan dengan wawancara terbuka dan diskusi
Gambar 2. Bagan alir penelitian four-D model kelompok terfokus para pengelola pendidikan
menengah, kalangan ahli pendidikan dan teknologi
Terdapat delapan target yang ingin dicapai dalam pembelajaran dan pakar kurikulum untuk menggali
penelitian ini, yakni dihasilkannya: (1) Instrumen pendapat tentang konsep atau format mata pelajaran
Need Assessment bidang pemesinan, (2) Kompetensi teknik pemesinan (termasuk KI, KD silabus dan RPP)
Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) Teknik yang dikembangkan. Setelah perangkat pembelajaran
Pemesinan; (3) Silabus Teknik Pemesinan, (4) RPP teknik pemesinan seleseai, untuk materi tertentu yang
Teknik Pemesinan, (5) Modul Teknik Pemesinan, (6) sulit dijelaskan kepada siswa secara langsung, akan
Job-sheet Teknik Pemesinan, (7) Panduan Penilaian digunakan media pembelajaran berbantuan komputer
Teknik Pemesinan, dan (8) Media PBK Teknik dalam bentuk video dan power point yang dapat
Pemsinan Penelitian ini didasarkan atas rancangan dipelajari secara mandiri.
penelitian pengembangan dengan prosedur Analisis siswa digunakan untuk mengkaji tingkat
pelaksanaan dikelompokkan menjadi dua tahap. perkembangan kognitif mereka, sehingga nantinya
Rancangan penelitian tersebut adalah: (1) tahap dapat digunakan sebagai pijakan menelaah buram
pertama dikembangkan rancangan survai dan pokok bahasan KI dan KD dan indikator siswa SMK.
rancangan pengembangan melalui teknik workshop, Analisis dilakukan dengan mengkaji berbagai hasil
brainstorming, validasi dan diskusi fokus grup; (2) riset yang terkait dengan tingkat perkembangan
tahap kedua, dikembangkan penelitian pengembangan

181
kognitif siswa, baik di Indonesia dan di negara Tahap reviu pakar dimaksudkan untuk
berkembang lainnya melalui referensi yang diperoleh. memperoleh masukan tentang kebenaran substansi
Analisis konsep diterapkan untuk menganalisis yang dikembangkan oleh penulis berdasarkan
pokok bahasan hasil kajian teknik pemesinan yang kerangka substansi yang ada. Di samping itu, langkah
akan diterapkan di SMK. Analisis konsep ini dimaksudkan untuk memperoleh validasi tentang :
menggunakan kriteria bahwa KI dan KD memuat sub- (a) kebenaran konsep, (b) tujuan pembelajaran, (c)
sub kompetensi penting, belum dikuasai siswa, dan kebenaran tata-tulis, (d) kualitas gambar dan ilustrasi
sulit dipelajari dari sumber lain serta memiliki peran lainnya, (e) relevansi pertanyaan/tugas terhadap tujuan
penting untuk membekali kompetensi kepada siswa. pembelajaran, dan (f) kualitas layout. Sesuai dengan
KI dan KD inilah yang selanjutnya akan dituangkan indikator yang digunakan dalam reviu maka pakar
dalam Silabus mata pelajaran teknik pemesinan, RPP, yang dilibatkan dalam kegiatan ini mencakup: praktisi
Job-Sheet, dan pada modul teknik pemesinan. industri, teknologi pendidikan, pakar kurikulum
Analisis tugas dilakukan untuk menentukan atau pendidikan dasar dan menengah, bahasa Indonesia,
membuat tugas-tugas yang bisa dijadikan sarana untuk dan disain grafis. Selanjutnya, naskah draf produk
penguatan pemahaman siswa terhadap materi pada penelitian direvisi berdasarkan masukan dan hasil
perangkat pembelajaran, terutama yang dibuat dalam validasi.
bentuk modul dan media pembelajaran berbantuan Pada tahap ketiga dilakukan ujicoba empirik
komputer dalam bentuk video dan power point yang naskah draf produk penelitian yang telah disusun.
dapat dipelajari secara mandiri. Melalui tugas ini siswa Naskah draf produk penelitian sebenarnya sudah
dapat menguatkan pemahaman materi yang disajikan mendekati final. Meskipun demikian, untuk
dalam modul dan media pembelajaran berbantuan memperoleh bukti empiris bahwa produk penelitian
komputer dalam bentuk video dan power point dengan telah layak pakai maka produk penelitian tersebut
mengerjakannya di rumah. Dalam pembuatan tugas dilakukan uji coba secara empiris pada kalangan
harus mengacu pada tujuan pembelajaran. Sehingga terbatas. Uji coba dilaksanakan pada siswa di SMK
tugas yang diberikan dapat bermanfaat dan membantu yang telah dipilih sebagai tempat penelitian. Hasil uji
siswa untuk memahami materi dalam perangkat coba terbatas digunakan sebagai bahan perumusan
pembelajaran. rekomendasi pemakaian produk penelitian (tahap
Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk disseminate).
menentukan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai Pelaksanaan ujicoba empirik dilakukan dengan
oleh siswa guna mencapai penguasaan kompetensi di rancangan kelas kontrol dan kelas eksperimen pada
bidang teknik pemesinan yang relevan dengan SMK yang dipilih sebagai sample ujicoba.
kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Pelaksanaan ujicoba akan disesuaikan dengan jadual
modul yang dibuat. Dengan telah ditentukannya tujuan kalender akademik yang ada di SMK. Ujicoba ini
pembelajaran yang harus diuasai oleh siswa, maka dimaksudkan untuk mengetahui apakah perangkat
dapat disusun perangkat pembelajaran dengan isi atau pembelajaran teknik pemesinan yang telah
materi yang relevan dengan kompetensi yang ingin dikembangkan efektif dalam meningkatkan hasil
dicapai. belajar siswa. Di samping itu ingin diketahui
Untuk menjamin content dan face validity dan bagaimana keterbacaan perangkat pembelajaran yang
pokok-pokok KI dan KD tersebut direviu dalam telah dikembangkan tersebut.
diskusi kelompok terfokus (focus group discussion)
dan diteruskan dengan penilaian oleh pakar (expert 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
judgment). Pakar yang dilibatkan dalam diskusi 3.1 Deskripsi Data Hasil Validasi
kelompok terfokus dan expert judgment adalah pakar Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
bidang pendidikan dasar dan menengah, kurikulum, model pembelajaran teknik pemesinan di SMK agar
teknologi pendidikan, manajemen pendidikan, pihak proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan
DUDI dan bahasa Indonesia. Dengan demikian pada efisien guna meningkatkan ketercapaian penguasaan
tahap define akan dihasilkan kerangka dasar produk kompetensi bidang pemesinan lulusan SMK.
penelitian yang telah melalui tahap pembahasan, Berdasarkan pada tujuan umum penelitian ini, maka
mencakup format need assessment, Kompetensi Inti tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran adalah dihasilkannya perangkat pembelajaran teknik
teknik pemesinan, Silabus mata pelajaran teknik pemesinan yang memberikan kemudahan bagi siswa
pemesinan, Job-Sheet teknik pemesinan, Modul dalam memahami materi dipelajarinya.
pembelajaran mata pelajaran teknik pemesinan,
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dalam
panduan penilaian dan penduan pelaksanaan teknik
pelaksanaan penelitian tahun pertama ini telah
pemesinan.
dihasilkan instrumen need assessment dan naskah draf
Berdasarkan kerangka dasar tersebut kemudian
diteruskan pada tahap develop, yakni penulisan draf perangkat pembelajaran yang telah valid, yakni: (1)
dokumen produk penelitian dan reviu pakar. Naskah draf KI-KD teknik pemesinan berdasarkan hasil need
assessment, (2) draf silabus teknik pemesinan, (3) draf
produk penelitian tersebut ditulis oleh peneliti bersama
RPP teknik Pemesinan, (4) draf modul teknik
pakar dan praktisi yang relevan.

182
pemesinan, (5) draf job-sheet teknik pemesinan, (6) No
Nama Penilaian
Frek Frek Simpulan
draf panduan penilaian teknik pemesinan, dan (7) Instrumen Validator
5 Lembar
media PBK-TP dalam bentuk video dan power point. Penilaian Job A A 2 - TR
Selanjutnya produk penelitian yang sudah Sheet
divalidasi dan direvisi ini akan dilakukan diuji coba, 6 Lembar
FGD dan direvisi untuk menghasilkan produk Penilaian
Panduan
perangkat pembelajaran yang lebih terjamin Penilaian
A A 2 - TR
kualitasnya, lebih valid dan layak untuk Teknik
didesiminasikan. Pemesinan
Untuk mendapatkan model perangkat 7 Lembar
Penilaian
pembelajaran yang teruji validitasnya, maka sebelum media PBK-
B A 1 1 SR
melakukan kegiatan uji coba, terhadap perangkat TP
pembelajaran dan instrumen-instrumen pendu-
kungnya, terlebih dahulu dilakukan validasi secara Keterangan: A = Dapat digunakan tanpa revisi
konseptual. Saran-saran dari validator dikaji untuk B = Dapat digunakan, sedikit revisi
menjadi bahan acuan dalam merevisi instrumen, TR= Tanpa revisi
sedangkan hasil penilaian validator dalam bentuk SR= Sedikit revisi
lembar penilaian dianalisis menggunakan statistik
deskriptif. Penilaian hasil validasi dengan skore Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat disimpulkan
penilaian satu (1), dua (2), tiga (3) dan empat (4), bahwa ada tiga instrumen yang tidak perlu direvisi
diinterpretasikan kedalam kriteria penilaian setiap yaitu: lembar penilaian RPP, lembar penilaian Job
aspek yang dinilai, dengan penetapan kriteria kualitas Sheet, dan lembar penilaian Panduan Penilaian Teknik
perangkat instrumen mengacu pada Saifuddin Anwar Pemesinan. Sedangkan instrumen yang perlu sedikit
(2010: 109) sebagai berikut: perbaikan ada 4 yaitu: instrument need assessment,
lembar penilaian silbus, lembar penilaian modul, dan
3,51 ≤ M ≤ 4,0 kategori sangat valid lembar penilaian media PBK-TP dalam bentuk video
3,51 ≤ M ≤ 3,5 kategori valid dan power point.
2,51 ≤ M ≤ 3,5 kategori kurang valid
1,00 ≤ M ≤ 2,5 kategori tidak valid Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Validasi Instrumen dari
M = rerata skor untuk setiap aspek yang dinilai Validator
Skor
No Nama Instrumen Keterangan
Hasil analisis validasi instrumen-instrumen Rerata
perangkat pembelajaran direkapitulasi dan dikalkulasi 1 Lembar Penilaian 3.44 Valid
instrument NA
sehingga mendapatkan nilai rerata setiap aspek dan 2 Lembar Penilaian 3.45 Valid
ditabulasikan kedalam tabel-tabel rekapitulasi data. Silabus
Hasil validasi kelayakan instrumen secara keseluruhan 3 Lembar Penilaian RPP 3.68 Sangat Valid
yang dikategorikan menjadi empat yaitu: (a) dapat 4 Lembar Penilaian 3.55 Sangat Valid
digunakan tanpa revisi (A), (b) dapat digunakan modul
5 Lembar Penilaian Job 3.69 Sangat Valid
dengan sedikit revisi (B), (c) dapat digunakan dengan Sheet
banyak revisi (C), (d) belum dapat digunakan (D). Dari 6 Lembar Penilaian 3.75 Sangat Valid
keempat kategori tersebut, penilaian validator berada Panduan Penilaian
pada kategori A yaitu instrumen dapat digunakan Teknik Pemesinan
7 Lembar Penilaian 3.75 Sangat Valid
tanpa revisi, dan kategori B yaitu instrumen dapat media PBK-TP
digunakan dengan sedikit revisi. Kelayakan instrumen
Total Rerata 3.62 Sangat Valid
yang telah divalidasi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penilaian Kelayakan Instrumen Penelitian Untuk melengkapi kelayakan instrumen, berikut
Nama Penilaian divisualisasikan rekapitulasi hasil validasi kedua
No Frek Frek Simpulan
Instrumen Validator validator pada Tabel 4. Berdasarkan Perhitungan pada
1 2 A B Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
1 Lembar instrumen pengembangan model pembelajaran teknik
Penilaian pemesinan yang efektif di SMK sangat valid yang
instrument berarti dapat digunakan.
NA B A 1 1 SR
2 Lembar
Adapun validasi masing-masing perangkat
Penilaian B B - 2 SR pembelajaran dengan instrumen yang telah divailidasi
Silabus oleh dua orang guru pengajar, dalam pengembangan
3 Lembar model pembelajaran teknik pemesinan yang efektif di
Penilaian A A 2 - TR
RPP
SMK ini, hasilnya dirangkum dalam Tabel 5.
4 Lembar Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Validasi Perangkat
Penilaian A B 1 1 SR Pembelajaran
modul

183
Skor pembelajaran teknik pemesinan yang efektif dan siap
Nama Perangkat Rerata diaplikasikan dilapangan dan digunakan secara luas.
No Keterangan
Pembelajaran Hasil
Validasi Untuk mengetahui efektifitas media PBK-TP
1 Silabus 3.60 Sangat Valid dalam pembelajaran teknik pemesinan di SMK,
2 RPP 3.57 Sangat Valid dilakukan uji coba. Pengumpulan data hasil uji coba
3 Modul 3.56 Sangat Valid
4 Job-sheet 3.71 Sangat Valid
dilakukan dengan menggunakan instrument berupa tes
Video Teknik obyektif dan tes ketrampilan, yakni nilai dari hasil pre-
5 3.58 Sangat Valid
Pemesinan Bubut test, post-test dan tes ketrampilan praktik membubut
Rerata 3.60 Sangat Valid sesuai dengan jobsheet. Berikut akan disajikan data
hasil belajar pada kelas eksperimen yang proses
pembelajarannya menggunakan media PBK-TP dan
Berdasarkan hasil validasi instrumen penelitian kelas kontrol yang pembelajarannya masih
dan perangkat pembelajaran oleh para ahli dan praktisi menggunakan model pembelajaran konven-sional,
pendidikan, selanjutnya dari hasil validasi direvisi yakni model pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sesuai saran dan penilaian validator sehingga selama ini yang masih monoton, metode mengajar
menghasilkan instrumen dan perangkat pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang memberi
yang siap untuk diujicobakan. Perangkat pembelajaran kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara
teknik pemesinan yang telah divalidasi dan direvisi ini kreatif. Data yang diperoleh dari hasil uji coba
akan dilakukan uji coba dalam pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut.
tahun kedua. Uji coba dilakukan sebanyak dua kali, 3.2 .1 Data hasil pre test
yaitu uji coba terbatas (kelompok kecil) dilaksanakan Data nilai hasil pre test peserta didik pada kelas
tiga kali tatap muka (jadwal disesuaikan dengan eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
kalender akademiki sekolah). Siswa yang menjadi lampiran 8. Berikut grafik frekuensi dari data statistik
subjek coba adalah siswa SMK kelas XI program hasil pre test kelas ekperimen dan kelas control.
keahlian Teknik Pemesinan. Setelah uji kelompok 20
kecil dilakukan FGD dengan guru pengajar, siswa, dan
pengamat, untuk memperoleh berbagai masukan yang 15
belum terekam dalam instrumen penelitian. Hasil uji
kelompok kecil yang telah direvisi, menjadi bahan 10 Jumlah Siswa
untuk pelaksanaan uji coba kelompok besar.
Setelah merevisi berbagai instrumen uji kelompok 5
kecil, kemudian diujicobakan lagi pada kelompok
yang lebih luas (uji kelompok besar), dilaksanakan dua 0
60-70 71-80 81-90 91-100
kali tatap muka, dengan subjek coba siswa SMK kelas
XI program keahlian Teknik Pemesinan, yang Grafik 3. Nilai Pre Test Kelas Eksperimen
dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik
Berdasarkan analisis grafik data di atas, sebelum
sekolah. Guru pengajar yang menjadi subjek coba pada
menggunakan model pembelajaran PBK-TP pada
pembelajaran kelompok kecil dan besar sama. Setelah
kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi yaitu 84,
selesai uji kelompok besar juga dilaksanakan FGD
nilai terendah peserta didik adalah 60, dengan rata-rata
dengan guru pengajar, lima orang perwakilan siswa,
72,2. Nilai di atas median sebanyak 58,3% dan dibwah
dan pengamat, untuk memperoleh berbagai masukan.
median sebanyak 41,7%. Sedangkan hasil analisis data
Setelah uji coba kelompok besar dilakukan, dan
untuk kelas kontrol dapat dilihat pada grafik nilai
diadakan sedikit perbaikan maka diperoleh model
berikut ini:
pembelajaran teknik pemesinan yang efektif dan siap
diaplikasikan secara luas di SMK
3.2 Deskripsi Data Hasil Uji Coba
Setelah hasil validasi direvisi sesuai saran dan
penilaian validator sehingga menghasilkan perangkat
pembelajaran dan instrumen yang valid, langkah
selanjutnya adalah melakukan ujicoba. Uji coba
dilaksanakan empat kali tatap muka, dengan subjek
coba siswa SMK kelas XI program keahlian Teknik
Pemesinan, yang dilaksanakan sesuai dengan kalender
akademik sekolah. Uji coba dilakukan terhadap dua
kelas XI program keahlian Teknik Pemesinan, yakni Grafik 4. Nilai Pre Test Kelas Kontrol
kelas XI TPM-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas
XI TPM-2 sebagai kelas kontrol. Setelah uji coba Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari Pre
kelompok besar dilakukan, dan diadakan sedikit Test, nilai tertinggi kelas kontrol adalah 84, nilai
perbaikan maka diperoleh perangkat model terendah 60, rata-rata 73,7, nilai di atas median

184
sebanyak 58,3% dan di bawah median sebanyak eksperimen berbeda dibandingkan dengan nilai rata-
41,7%. rata kelas control dengan nilai kelas eksperimen lebih
Dari gambar grafik nilai kedua kelas di atas, tinggi, yakni nilai rata-rata kelas eksperimen 81,5 dan
dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukan nilai rata-rata kelas control 77,08.
perlakuan, kelas kontrol memperoleh rata-rata nilai
kelas sedikit lebih tinggi dibandingkan kelas
84
eksperimen, yakni 73,7 untuk nilai kelas kontrol dan
82
72,2 untuk kelas eksperimen. Namun jumlah nilai di 80
atas median untuk kedua kelas di atas sama besar, 78 Konvensional
yakni 58,3% dan nilai di bawah median kedua kelas 76
tersebut sebesar 41,7%. 74 Kontekstual
72
3.2.1 Data hasil post test 70
3.2.2.1 Data hasil post test aspek kognitif 68
66
Data hasil post test aspek kognitif berupa nilai Sebelum Setelah
yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen dan kelas Pembelajaran Pembelajaran
kontrol setelah kedua kelas tersebut diberikan
pembelajaran mata pelajaran teknik pemesinan dengan Gambar 7. Grafik Hasil Belajar Aspek kognitif Kelas
materi yang sama, dimana pada kelas eksperimen Eksperimen dan Kelas Kontrol
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media
PBK-TP dan pada kelas kontrol dilakukan 3.2.2.2 Data hasil post test aspek psikomotor
pembelajaran konvensional. Data nilai post Data hasil praktik membubut, diperoleh dari nilai
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
25
kedua kelas tersebut diberikan pembelajaran mata
20 pelajaran teknik pemesinan dengan materi yang sama,
dimana pada kelas eksperimen dilakukan
15
pembelajaran dengan menggunakan media PBK-TP
Jumlah Siswa dan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran
10
konvensional.
5
Berdasarkan analisis data setelah
0 pembelajaran dengan menggunakan model media
60-70 71-80 81-90 91-100 PBK-TP pada kelas eksperimen, diperoleh nilai
Gambar 5. Grafik Nilai Post Test Kelas Kontrol praktik tertinggi 91, nilai terendah peserta didik adalah
73, dengan rata-rata 81,94, sedangkan pada kelas
test aspek kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol kontrol, diperoleh nilai praktik tertinggi 91, nilai
dapat pada grafik frekuensi nilai post test kelas terendah peserta didik adalah 65, dengan rata-rata
ekperimen dan kelas kontrol. 78,14. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa hasil
Dari hasil analisis data pada Garfik 5 nilai rata-rata kelas kelas eksperimen berbeda
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas control
diperoleh nilai tertinggi kelas pada kontrol dengan nilai kelas eksperimen lebih tinggi, yakni nilai
setelah pembelajaran adalah 91, nilai rata-rata kelas eksperimen 81,94 dan nilai rata-rata
terendah peserta didik adalah 65, dengan rata- kelas control 78,14.
rata 77,08, nilai di atas median (78) sebanyak
41,6% dan di bawah median sebanyak 58,4%.
85
80
25 KELAS
75
KONTRO
20 70 L/
15 65 KONVEN
Jumlah Siswa SIONAL
10

0
60-70 71-80 81-90 91-100 Grafik 7. Grafik Hasil Belajar Aspek kognitif Kelas
Gambar 6. GrafikNilai Post Test Kelas Eksperimen Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dari analisis data kelas eksperimen dan kelas 3.3 Pembahasan Hasil Penelitian
kontrol seperti yang ditunjukkan pada gambar grafik Pembahasan hasil dilakukan beberapa tahapan
di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai rata-rata kelas yaitu sebelum pembelajaran, saat proses pembelajaran,

185
dan setelah pembelajaran. Melalui ketiga langkah kelas kontrol sebesar 77,08 dan lebih tingginya nilai
tersebut diperoleh data hasil penelitian, hasil belajar rata-rata aspek psikomotor kelas eksperimen yakni
peserta didik dapat diperoleh dari proses belajar sebesar 81,92 dibandingkan dengan kelas kontrol
mengajar yang diukur melalui tes. Kegiatan tes sebesar 78,14.
dilakukan dua kali yaitu tes sebelum pembelajaran dan
tes setelah pembelajaran. Pengalaman belajar peserta
5. DAFTAR PUSTAKA
didik sebelum proses belajar mengajar dapat diukur
dengan pre test. Nilai tersebut menunjukan tingkat [1].Finch, C. R., and Crunkilton, J. R., (1979). Curiculum
pemahaman awal peserta didik terhadap materi Development in Vocational and Technical
Education: Planning, Content, and Implementation.
pembelajaran. Dari hasil tes ini dapat diketahui Boston, Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.
besarnya penguasaan dan pegetahuan awal terhadap [2]. Zahrial Fakhri, (2007). Reposisi pendidikan kejuruan
materi pembelajaran yang akan di sampaikan, menjelang 2020. Jurnal elektronik. Sumber:
sehingga seorang pengajar dapat menselaraskan antara http://www.aceh forum.or.id/ pendidikan-kejuruan-di-
pegetahuan yang di kuasai peserta didik saat ini t9553.html.03-08.
dengan materi yang harus diberikan kemudian. [3].Depdiknas, (2006). Penyelenggaraan Sekolah
Dari nilai pre test, kelas kontrol memiliki rata Menengah kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan
nilai kelas sebesar 73,7, sedangkan kelas eksperimen Sekolah Menengah Kejuruan.
[4]. Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. (1974).
memiliki rata-rata nilai kelas sebesar 72,2. Namun
Instructional Development for Training Teachers of
perbedaan yang signifikan tergambar pada hasil nilai, Expectional Children. Minneapolis, Minnesota:
setelah perlakuan. Pada skala nilai (0-100), nilai rata- Leadership Training Institute/Special Education,
rata kelas kontrol setelah perlakuan untuk aspek University of Minnesota.
kognitif adalah 77,08, sedangakan nilai rata-rata untuk [5].Azwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian.
kelas eksperimen adalah 81,5. Sedangkan nilai rata- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
rata kelas kontrol setelah perlakuan untuk aspek
psikomotor adalah 78,14 sedangakan nilai rata-rata
untuk kelas eksperimen adalah 81,92.
Berdasarkan perbedaan rata-rata hasil belajar
pada mata pelajaran Teknik Pemesinan dapat
disimpulkan, bahwa kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran PBK-TP
memperoleh hasil belajar lebih baik dari pada peserta
didik yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. Hasil ini mrnunjukkan
bahwa Model Pembelajaran PBK-TP yanag
dikembangkan terbukti efektif.

4 KESIMPULAN
Pelaksanaan penelitian ini talah menghasilkan
produk penelitian perangkat pembelajaran teknik
pemesinan di SMK yang terdiri dari rumusan: (a) KI-
KD teknik pemesinan berdasarkan hasil need
assessment, (b) silabus teknik pemesinan, (c) RPP
teknik Pemesinan, (d) modul teknik pemesinan, (e)
draf job-sheet teknik pemesinan, (f) panduan penilaian
teknik pemesinan, dan (g) media PBK-TP.
Hasil uji coba perangkat pembelajaran model
PBK-TP yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
perangkat pembelajaran model PBK-TP teruji efektif
untuk pembelajaran mata pelajaran Teknik Pemesinan
di SMK. Hal ini dapat dilihat dari tes tulis untuk aspek
pengetahuan (kognitif) dan tes praktik membubut
untuk aspek keterampilan (psikomotor). Hasil uji coba
menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar aspek
kognitif dan aspek psikomotorik peserta didik pada
mata pelajaran Teknik Pemesinan antara yang
menggunakan model PBK-TP dibandingkan dengan
yang menggunakan model pembelajaran
konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan lebih
tingginya nilai rata-rata aspek kognitif kelas
eksperimen yakni sebesar 81,5 dibandingkan dengan

186
Respon Pembaca Pada Majalah Emerald
Mahasiswa Jurusan Bahasan dan Sastra Inggris
Diana B.D.1, Mamik Tri Wedawati2*), Adama Damanhuri3
1
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, E-mail:
2
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. E-mail:
mamikwedawati@unesa.ac.id.
3
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, E-mail:

ABSTRACT
The following is a research that will gain responds from students as readers which will be the suggestion for
the next edition of Emerald magazine written by students of English Department. Emerald magazine has been
published again in 2015 after being vacum since 1986. In the era, Emerald became the icon of English Department
and the students including the alumny. Nowadays, Emerald wants to find its new form. The responds from readers
are really meaningful for Emerald next edition. Furthermore, Emerald which will be distributed to all students,
getting good responds from students. This requires an analysis of academic to sustain it. As the initial focus of the
analysis this research focused on the layout and the type of writing. The data shows that most responses give good
value that will drive it in developing the quality and quantity of the magazine
Key Words: Emerald, magazine, reader respond

ABSTRAK
Majalah Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris telah diterbitkan kembali tahun 2015 sejak awal terbitannya di
tahun1986. Dimasanya majalah yang bernama Emerald telah menjadi ikon dan dokumen penting bagi jurusan
dan alumninya. Karena alasan tertentu, majalah ini vakum dan tidak diterbitkan lagi selama lebih dari 20 tahun.
Untuk alasan itu perlu dipahami respon dari pembacanya sehingga dapat melanjutkan keberlangsungannya.
Terbitan terakhir dengan bahasa pengantar Inggris memiliki wajah yang baru. Lebih lanjut, setelah majalah
dikontribusikan ke tiap angkatan, animo pembaca terlihat respon yang baik. Hal ini memerlukan analisis yang
akademis tntuk mempertahankan keberadaannya. Sebagai awal analisis fokus dititikberatkan pada layout dan
jenis tulisan dan data enunjukkan bahwa sebagian besar respon memberi pilihan nilai baik sehingga dapat
mengembangkan kualitas dan kuantitas majalah.
Kata Kunci: Emerald, majalah, respon mahasiswa

1. PENDAHULUAN ada di jurusan bahasa dan sastra inggris UNESA, akan


Pada tahun 2016, Indonesia mencanangkan memberi nuansa baru dalam kehidupan akademik dan
revolusi mental yang bisa diartikan sebagai kritisi dan non-akademik khususnya pada mahasiswa baik dari
inovasi dalam melakukan pengembangan. Terutama pendidikan dan non-kependidikan. Para mahasiswa
selingkung dengan ruang pendidik dan pendidikan. dapat menikmati karya yang ditulis, diatur, diproduksi
Untuk menjadi kritis dan inovatif memerlukan oleh mahasiswa yang berasal dari angkatan yang
pengetahuan dan tindakan yang konkrit. Dua hal beragam, yaitu 2012, 2013, dan 2014.
tersebut dapat diimplikasikan dalam bentuk karya dan Terbit dengan nama yang sama dengan periode
resepsi pembaca. Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris sebelumnya, Emerald; pada tahun 2015, mahasiswa
melahirkan kembali majalah yang dahulu pernah menyusun materi dengan format yang lain. Majalah
meramaikan suasana akademik dan non-akademik yang disusun untuk pembaca dewasa usia antara 17-
Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Diberi nama yang 45 tahun berisi 36 halaman, isinya terdiri atas: cover
sama, Emerald, majalah mahasiswa tersebut baru story, feature, event, short story, poems, book review,
mulai dirintis kembali tahun 2015. Pada tahun 2016 hobbies, dan game. Mahasiswa merencanakan untuk
telah terbit edisi pertama. memiliki tema yang berbeda untuk setiap edisinya.
Salah satu hasil karya mahasiwa Jurusan Bahasa Tema-tema yang dipilih yaitu tema yang kekinian dan
dan Sastra Inggris yang bermanfaat sebagai proses kekal. Keberagaman isi majalah menjadikannya
pembelajaran dan pengalaman hidup adalah majalah sebuah karya sastra. Majalah telah menjadi bagian
mahasiswa. Majalah seperti ini sudah pernah terbit terdekat dari karya sastra seperti cerita pendek, puisi,
perdana di tahun 1980an. Setelah beberapa kali drama, esei baik berupa teks asli ataupun terjemahan[1].
penerbitan, keberadaanya sulit dipertahankan dan Secara rutin majalah memberikan ruang yang luas
bahkan baru bisa terbit lagi di tahun 2015. pada teks karya sastra.
Dengan terbitnya majalah yang secara sengaja Terbitnya majalah Emerald tidaklah terbit tanpa
diberi nama yang sama dengan majalah yang pernah peran serta pihak lain. Para alumni yang sekaligus

187
merupakan praktisi di bidang media dan dosen pembaca. Pembaca menentukan makna dan nilai dari
pengajar juga kami libatkan secara aktif. Dimulai karya sastra, sehingga karya sastra mempunyai nilai
dengan pelatihan dan workshop sampai pada tahap karena ada pembaca yang memberikan nilai.
praktek dan konsultasi, semua pihak tetap saling Resepsi yang bersifat positif akan membuat
berkoordinasi dengan baik. Dosen pengajar jurusan pembaca senang, tertawa, dan segera mereaksi dengan
membimbing dalam menentukan topik, membentuk perasaannya. Hal ini sejalan dengan pemikiran
redaktur, proses penyusunan, editing, dan cetak untuk Mukarovsky (dalam Endraswara[5]) yang
memperlancar kegiatannya. Pada proses editing, menyebutkan bahwa peranan pembaca sangat penting,
perbaikan tulisan yang diterbitkan lebih menekankan yaitu sebagai pemberi makna teks sastra.
pada perbaikan kebahasaan karena masih berkaitan Pengalaman pembaca sebagai pembaca memiliki
dengan salah satu matakuliah yaitu menulis kreatif. makna yang besar. Pengalaman membaca yang banyak
Disisi lain, pemahaman terhadap teks memperlihatkan dan lama dapat mempengaruhi pemahaman pembaca
kesulitan antar fiksi dan non fiksi. yang beragam dalam menerima efek teks yang
Pendapat ini sebagian besar terserap melalui dibacanya. Pembacaan yang beragam dalam periode
diskusi antara redaktur dan pengajar. Pengajar sebagai waktu yang berbeda akan menunjukkan efek yang
pembaca menemukan banyak kelemahan pada kedua berbeda pula. Pengalaman pembaca dapat memberikan
jenis teks. Artikel yang berbentuk report dan bercerita nilai yang besar terutama jika menggabungkan
masih banyak kesalahan struktur bahasa dan tanggapan lama dan baru pembacanya terhadap teks
kekeliruan dalam pengungkapan konteks. Pemahaman yang membawanya hadir dalam aktivitas pembacaan
menjadi tidak jelas sehingga harus berkali-kali pembacanya. Dalam hal ini, kesejarahan sastra tidak
diperbaiki. Perbaikan tulisan yang diterbitkan lebih bergantung pada nilai-nilai sastra tetapi dibangun oleh
menekankan pada perbaikan kebahasaan karena masih pengalaman kesastraan yang dimiliki pembaca atas
berkaitan dengan salah satu matakuliah yaitu menulis pengalaman sebelumnya.
kreatif. Disisi lain, pemahaman terhadap teks Pradopo[1] mengemukakan bahwa penelitian
memperlihatkan kesulitan antar fiksi dan non fiksi dan resepsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
ini perlu disosialisasikan pada masyarakat. sinkronis dan diakronis. Penelitian sinkronis
merupakan penelitian resepsi terhadap sebuah teks
2. READER RESPOND sastra dalam masa satu periode. Penelitian ini
Reader responds atau resepsi pembaca berasal menggunakan pembaca yang berada dalam satu
dari bahasa Latin, recipere yang artinya penerimaan periode. Sedangkan penelitian diakronis merupakan
atau penyambutan pembaca[2]. Resepsi pembaca penelitian resepsi terhadap sebuah teks sastra yang
adalah teori yang menghubungkan antara penulis, teks menggunakan tanggapan-tanggapan pembaca pada
dan pembaca. Teks dapat diinterpretasikan melalui setiap periode.
pemaknaan dari sudut pandang penulis dan pembaca. Menurut Ratna[6], resepsi sinkronis merupakan
Pemaknaan teks dari sudut pandang pembaca penelitian resepsi sastra yang berhubungan dengan
merupakan pendekatan yang sering digunakan pada pembaca sezaman. Dalam hal ini, sekelompok
penelitian mutakhir karena berusaha menjawab pembaca dalam satu kurun waktu yang sama,
pertanyaan yang lebih bervariatif dalam memaknai memberikan tanggapan terhadap suatu karya sastra
teks seperti melalui keterkaitan teks dengan secara psikologis maupun sosiologis. Resepsi
pembacanya[3]. Dalam menikmati suatu bentuk karya diakronis merupakan bentuk penelitian resepsi yang
sastra, pembaca juga dapat memberikan tanggapan melibatkan pembaca sepanjang zaman. Penelitian
atau sambutan. Tanggapan dari seorang pembaca akan resepsi diakronis ini membutuhkan data dokumenter
dipengaruhi uang, wkatu, dan golongan social[4]. yang sangat relevan dan memadai.
Lebih jauh lagi Davis dan Womack menjelaskan Pada penelitian resepsi sinkronis, umumnya
bahwa teks merepresentaikan nilai budaya, struktur terdapat norma-norma yang sama dalam memahami
bahasa dan ide penulisnya. Ketiga hal ini membantu karya sastra. Tetapi dengan adanya perbedaan horizon
pembaca untuk memahami teks berdasarkan harapan pada setiap pembaca, maka pembaca akan
pengetahuannya sehingga perbedaan yang muncul menanggapi sebuah karya sastra dengan cara yang
merupakan data yang kemudian dapat diolah kembali. berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan karena latar
Bentuk yang konkrit adalah interpretasi yang berbeda belakang pendidikan, pengalaman, bahkan ideologi
pada tiap pembacanya dan bahkan pada penulisnya. dari pembaca itu sendiri.
Menurut Pradopo yang dimaksud resepsi adalah Penelitian resepsi sinkronis ini menggunakan
ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan- tanggapan-tanggapan pembaca yang berada dalam
tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Teeuw satu kurun waktu. Penelitian ini dapat menggunakan
(dalam Pradopo[1]) menegaskan bahwa resepsi tanggapan pembaca yang berupa artikel, penelitian,
termasuk dalam orientasi pragmatik. Karya sastra ataupun dengan mengedarkan angket-angket
sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena penelitian pada pembaca. Resepsi diakronis umumnya
karya sastra dibuat untuk dinikmati oleh pembaca menggunakan pembaca ahli sebagai wakil dari
sedangkan penulis akan memperoleh kemanfaatan dari pembaca pada tiap periode. Pada penelitian diakronis
tulisannya jika tulisannya mendapatkan tanggapan dari ini mempunyai kelebihan dalam menunjukkan nilai

188
senia sebuah karya sastra, sepanjang waktu yang telah benar-benar otentik. Adapun data yang diambil
dialuinya[1]. melalui wawancara harus dipisahkan antara
Menurut Endraswara[5] proses kerja penelitian pendapat responden dan pendapat interviwer.
resepsi sastra secara sinkronis atau penelitian secara 2. Klasifikasi data. Klasifikasi data merupakan
eksperimental, minimal menempuh dua langkah usaha menggolongkan, mengelompokkan, dan
sebagai berikut: memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu
1. Setiap pembaca perorangan maupun kelompok yang telah dibuat dan ditentukan oleh peneliti.
yang telah ditentukan, disajikan sebuah karya Keuntungan klasifikasi data ini adalah untuk
sastra. Pembaca tersebut lalu diberi pertanyaan memudahkan pengujian hipotesis.
baik lisan maupun tertulis. Jawaban yang diperoleh 3. Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan
dari pembaca tersebut kemudian dianalisis menurut untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
bentuk pertanyaan yang diberikan. Jika Hipotesis yang akan diuji harus berkaitan dan
menggunakan angket, data penelitian secara berhubungan dengan permasalahan yang akan
tertulis dapat dibulasikan. Sedangkan data hasil diajukan. Semua jenis penelitian tidak harus
penelitian, jika menggukan metode wawancara, berhipotesis akan tetapi semua jenis penelitian
dapat dianalisis secara kualitatif. wajib merumuskan masalahnya, sedangkan
2. Setelah memberikan pertanyaan kepada pembaca, penelitian yang menggunakan hipotesis adalah
kemudian pembaca tersebut diminta untuk metode eksperimen. Jenis data akan menentukan
menginterpretasikan karya sastra yang dibacanya. apakah peneliti akan menggunakan teknik
Hasil interpretasi pembaca ini dianalisis kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif diolah
menggunakan metode kualitatif. dengan menggunakan teknik statistika baik
Dalam penelitian diakronis, untuk melihat statistika non parametrik maupun statistika
penerimaan sejarah resepsi, digunakan strategi parametrik. Statistika non parametrik tidak
dokumenter melalui kepuasan media massa. Hasil menguji parameter populasi akan tetapi yang diuji
kupasan tersebut yang nantinya akan dikaji oleh adalah distribusi yang menggunakan asumsi bahwa
peneliti[5]. data yang akan dianalisis tidak terikat dengan
Menurut Abdullah (dalam Jabrohim[6]), adanya distribusi normal atau tidak harus
penelitian resepsi secara sinkronis dan diakronis, berdistribusi normal dan data yang banyak
dimasukan ke dalam kelompok penelitian resepsi digunakan untuk statistika non parametrik adalah
menggunakan kritik teks sastra. Dalam penelitian data nominal atau data ordinal.
resepsi sastra, Abdullah membagi tiga pendekatan, 4. Interpretasi hasil pengolahan data. Tahap ini
yaitu: (1) penelitian resepsi sastra secara menerangkan setelah peneliti menyelesaikan
eksperimental, (2) penelitian resepsi lewat kritik analisis datanya dengan cermat. Kemudian langkah
sastra, dan (3) penelitian resepsi intertekstualitas. selanjutnya peneliti menginterpretasikan hasil
Secara umum, dari tiga pendekatan ini dapat analisis akhirnya peneliti menarik suatu
dimasukkan ke dalam penelitian sinkronis dan kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh
diakronis, tidak hanya pada penelitian melalui kritik rangkaian kegiatan penelitian dan membuat
sastra saja. rekomendasinya. Menginterpretasikan hasil
Penelitian eksperimental dapat dimasukan ke analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain:
dalam peneitian sinkronis, karena dalam penelitian interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis,
eksperimental ini mengunakan subjek penelitian yang interpretasi harus masih dalam batas kerangka
berada dalam satu kurun waktu. Sedangkan penelitian penelitian, dan secara etis peneliti rela
dengan pendekatan yang ketiga, yaitu melalui mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan
intertekstualitas, dapat dimasukkan ke dalam sewaktu dalam penelitian.
penelitian diakronis. Karena dapat diteliti hasil Pada penelitian ini akan menggunakan 2 jenis
konkretisasi melalui teks-teks sastra yang muncul pada data, data kualitatif dan data kuantitatif. Pengolahan
setiap periodenya. Tetapi penelitian ini dapat data kualitatif dalam penelitian akan melalui tiga
digunakan pada teks sastra yang memiliki hubungan kegiatan analisis yakni sebagai berikut.
intertekstual dengan teks sastra yang menjadi acuan 1. Reduksi Data. Reduksi data dapat diartikan
penelitian. sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan data,
3. METODE PENELITIAN pengabstrakan data, dan transformasi data kasar
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
penelitian tersebut adalah dengan cara: lapangan. Dalam kegiatan reduksi data dilakukan
1. Penyusunan data. Data yang sudah ada perlu pemilahan-pemilahan tentang: bagian data yang
dikumpulkan semua agar mudah untuk mengecek perlu diberi kode, bagian data yang harus dibuang,
apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekap dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Jadi
semua. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji dalam kegiatan reduksi data dilakukan: penajaman
hipotesis penelitian. Penyusunan data harus dipilih data, penggolongan data, pengarahan data,
data yang ada hubungannya dengan penelitian, dan pembuangan data yang tidak perlu,

189
pengorganisasian data untuk bahan menarik
kesimpulan. Kegiatan reduksi data ini dapat 4. ANALISIS
dilakukan melalui: seleksi data yang ketat, Hasil respon terhadap majalah Emerald
pembuatan ringkasan, dan menggolongkan data mengandung dua unsur yaitu unsur kelemahan dan
menjadi suatu pola yang lebih luas dan mudah kelebihan majalah secara umum. Kedua hal tersebut
dipahami. disimpulkan berdasar rubrik yang disebar ke
2. Penyajian Data. Penyajian data dapat dijadikan mahasiswa. Alasan mengapa hanya mahasiswa saja
sebagai kumpulan informasi yang tersusun karena memerlukan masukan dari pembaca terdekat
sehingga memberikan kemungkinan adanya dan menentukan awal permasalahan. Dengan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. teridentifakasi informasi ini, dibuatlah rubrik untuk
Penyajian yang sering digunakan adalah dalam menangalisis lebih lanjut temuannya. Dalam penelitian
bentuk naratif, bentuk matriks, grafik, dan bagan. ini akan dibahs lebih jauh analisis rancangan, rubrik
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi. Sejak langkah artikel, dan rubrik isi.
awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah 4.1. Analisis Rancangan
mulai mencari arti tentang segala hal yang telah Ada dua rubrik yang dibuat untuk menganalisis
dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi permasalahan yaitu yang berkaitan dengan rancangan
4. tertentu. Pengolahan data kualitatif tidak akan dan artikel majalah. Pemilihan jenis rubrik ini
menarik kesimpulan secara tergesa-gesa, tetapi berdasarkan permasalahan teknis. Permasalahan ini
secara bertahap dengan tetap memperhatikan bersifat praktis tetapi detail. Uraian pertanyaan dapat
perkembangan perolehan data. dilihat pada Tabel 1.
Pengolahan Data Kuantitatif meliputi:
Tabel 1. Rubrik reader respond terhadap Emerald
1. Mengelompokkan Data. Ada dua jenis data, yaitu No Keterangan 1 2 3 4
data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif Bagaimanakah menurut
tidak memerlukan perhitungan matematis. 1 anda lay out dan design
EMERALD?
Sebaliknya, data kuantitatif memerlukan adanya Bagaimanakah menurut
perhitungan secara matematis. Oleh sebab itu, data 2 anda material dan kualitas
kuantitatif perlu diolah dan dianalisis antara lain cetakan EMERALD?
dengan statistik. Untuk mengolah dan Bagaimanakah menurut
3 anda format ukuran kertas
menganalisis data, ada dua macam statistik, yaitu EMERALD?
statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik Bagaimanakah menurut
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan 4 anda ukuran ketebalan
variabel penelitian melalui pengukuran. Statistik kertas EMERALD?
inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan
membuat generalisasi.
Rincian pertanyaan yang diutarakan adalah yang
2. Kegiatan Awal dalam Mengelompokkan Data berkaitan dengan rancangan/layout. Peneliti
Agar data dapat dikelompokkan secara baik, perlu menyebutkan detailnya seperti layout dan desain,
dilakukan kegiatan awal sebagai berikut. material dan kualitas kertas, serta ketebalan kertas.
a. Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah Majalah Emerald yang baru terbit pertama kali setelah
terkumpul, meliputi kelengkapan isian, lama tidak cetak memberikan suatu suasana baru
keterbacaan tulisan, kejelasan jawaban, dalam mewujudkan ide dan kreatifitas mahasiswa
relevansi jawaban, keseragaman satuan data berkaitan dengan jurnalisme. Terbit dengan
yang digunakan, dan sebagainya. penampilan yang sangat bagus memberi dasar untuk
b. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada menarik pendapat para pembaca terdekat; mahasiswa
setiap data yang terkumpul di setiap instrumen tentang hal teknis majalah Emerald. Alasan teknis
penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk menjadi data awal adalah sebelum diadakan penelitian
memudahkan dalam penganalisisan dan ini, Emerald sudah diterbitkan kembali dan sepintas
penafsiran data. memiliki daya tarik tersendiri. Oleh sebab itu
c. Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah pertanyaan-pertanyaan diatas dimasukkan dalam
dikelompokkan ke dalam tabel-tabel agar materi kuesioner. Dengan diperolehnya data dari para
mudah dipahami. pembaca, yaitu mahasiswa, majalah Emerald berusaha
3. Pengolahan Statistik Sederhana. Pengolahan mencari bentuknya yang baru dan paling sesuai
statistik adalah cara mengolah data kuantitatif dengan selera yang ada. Selanjutnya data yang
sehingga data mempunyai arti. Biasanya diperoleh dari pembaca akan membantu proses cetak
pengolahan data dilakukan dengan beberapa majalah Emerald edisi kedua.
macam teknik, misalnya distribusi frekuensi Daftar pertanyaan yang diberikan pada pembaca
(sebaran frekuensi) dan ukuran memusat (mean, Emerald tidak bersifat mendikte tetapi memberi
median, modus). kesempatan mahasiswa untuk menelaah pertanyaan
dengan baik kemudian memilih nomor yang sesuai.
Langkah seperti ini memberi penilaian yang akurat dan

190
praktis dan mempercepat pengumpulan data. Dari No Keterangan 1 2 3 4
penyajian pertanyaan diatas didapatkan 50 mahasiswa Bagaimanakah menurut
11 anda isi dari rubrik Jokes
menyatakan majalah emerald memiliki lay out dan and Riddles (p. 31-32)?
design yang sangat baik, 30 mahasiswa menyatakan
baik dan sisanya 20 mahasiswa menyatakan cukup
baik. Tanggapan perihal materi dan kualitas cetakan, Disebutkan jenis sub judul seperti cover story,
60 mahasiswa menyatakan sangat baik, 30 mahasiswa feature, short story dan lain-lain untuk mempermudah
menyatakan baik, dan 10 mahasiswa menyatakan responded membedakan artikel. Penggunaan bahasa
cukup baik. 65 mahasiswa memberikan respons baik kedua telah mempersulit pemaknaan pada pertanyaan
pada format ukuran kertas majalah emerald, 35 sehingga beberapa pertanyaan diajukan ke peneliti
mahasiswa menyatakan baik. Sedangkan pada untuk memastikan arti pertanyaan.
tanggapan ukuran ketebalan kertas mahasiswa Pada rubrik isi ini mahasiswa memiliki penilaian
menyatakan sangat baik (65 mahasiswa), baik (30 yang lebih tinggi. Mahasiswa menilai bahwa isi dari
mahasiswa), dan cukup baik (5 mahasiswa). Dari data rubrik pada majalah emerald sangat baik dengan
diatas dapat disampaikan bahwa secara keseluruhan adanya tanggapan dari 50 mahasiswa, 35 mahasiswa
pembaca (mahasiswa) menyenangi majalah emerald menyampaikan baik dan 15 mahasiswa menyatakan
cetakan pertama dengan hasil kuesioner diatas 50 cukup. Isi dari rubrik cover story Reasons why you
mahasiswa menyatakan sangat baik. Hal tersebut should abroad ditanggapi sangat baik oleh 55
menunjukkan bahwa pembaca memberikan tanggapan mahasiswa, dinilai baik oleh 45 mahasiswa dan dinilai
yang baik kepada rancangan majalah emerald yang cukup oleh 5 mahasiswa. Isi rubrik cover story Tips
baru. Tanggapan yang baik ini dapat dijadikan rujukan dan Tricks dinilai sangat baik oleh 40 mahasiswa,
untuk cetakan majalah emerald selanjutnya. dinilai baik oleh 40 mahamasiswa, dinilai cukup oleh
10 mahasiswa dan dinilai kurang baik oleh 10
4.2. Rubrik Artikel mahasiswa. Isi rubrik feature Mr. Santiko dinilai
Bahasa pengantar dalam majalah adalah bahasa sangat baik oleh 45 mahasiswa, dinilai baik oleh 40
Inggris. Sebaran rubrik tidak menganalisis tentang mahasiswa, dan dinilai cukup oleh 5 mahasiswa. Isi
struktur kebahasaan atau kreatifitas tetapi lebih pada rubrik ED News ESC Students Poll Result dinilai
pendapat umum tentang jenis-jenis artikel seperti di secara berurutan sangat baik, baik, cukup, dan kurang
Tabel 2 berikut. dengan jumlah 25, 60, 13, dan 2 mahasiswa. Isi rubrik
Tabel 2. Rubrik reader respond terhadap Emerald dari short story dan poems dinilai berurutan dengan
No Keterangan 1 2 3 4 jumlah 20, 45, 30, dan 5 mahasiswa. Isi rubrik book
Bagaimanakah menurut review Percy Jackson’s Greek Gods dan Eleonor dan
1 anda isi dari rubrik ED Park dinilai berurutan dengan jumlah sangat baik,
News (p.10-11)?
baik, cukup, dan kurang dengan jumlah 40, 30, 30, dan
Bagaimanakah menurut
anda isi dari rubrik cover 0; sedangkan review Eleonor Gods pada jumlah 30,
2
story Reasons why you 20, 45, 5. Mahasiswa menilai isi rubrik Hobbies sangat
should abroad (p.12)? baik, baik, cukup dan kurang dengan jumlah 35, 35,
Bagaimanakah menurut
25, dan 0; sedangkan pada rubrik Jokes dan Riddles
anda isi dari rubrik cover
3 dinilai 30, 40, 20, dan 10 mahasiswa.
story Tips and Tricks (p.
13)? Pada umumnya pilihan jawaban berkisar pada 3
Bagaimanakah menurut dan 4. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat
anda isi dari rubrik
4 pengisian rubrik memberi kontribusi pada penelitian
feature Mr. Santiko Budi
(p.14-15)? tentang pengetahuan responden terhadap istilah-istilah
Bagaimanakah menurut jurnalis sehingga jawaban lebih didasarkan pada
anda isi dari rubrik ED rancangannya. Hal ini memberikan interpretasi yang
5
News ESC Students Poll
berbeda dalam proses pembacaan data. Data belum
Result (p. 16-17)?
Bagaimanakah menurut bisa memberikan analisa lebih jauh berkaitan dengan
6 anda isi dari rubrik short pengetahun pembaca. Hasil yang baik pada sub bagian
story (p.18-21)? memiliki pemaknaan yang ganda. Pengetahuan dan
Bagaimanakah menurut
penyusunan pertanyaan perlu diperhatikan pada
7 anda isi dari rubrik
Poems (p. 22-23)? penelitian lanjutan sehingga muncul komunikasi
Bagaimanakah menurut searah antara responden dan peneliti.
anda isi dari rubrik book
8
review Percy Jackson’s
Greek Gods (p.24-25)?
4.3. Rubrik Isi
Bagaimanakah menurut Tujuan pengisian rubrik isi adalah menekankan
anda isi dari rubrik book pada kepentingan informasi yang terkandung dalam
9
review Eleonor and Park artikel-artikel yang dimuat. Sebagai majalah terbitan
(p. 26-27)?
terakhir setelah tahun 1988, pemutakhirannya perlu
Bagaimanakah menurut
10 anda isi dari rubrik diperhatikan untuk mempersiapkan terbitan
Hobbies (p. 28-30)?

191
berikutnya. Bentuk rubrik dapat dilihat di bagan sekaligus meningkatkan kualitas kreativitas dan
dibawah ini: pribadi mereka secara bertahap dan harapannya
majalah emerald ini terus ada dengan regenerasi yang
baik.
Penelitian pada majalah emerald tersebut akan
dilanjutkan dengan berangkat dari hasil temuan yang
diperoleh saat ini. Temuan ini muncul karena
jawabannya belum bisa mewakili opini mereka. Dari
hasil ini dapat dijadikan evaluasi sekaligus berlanjut
pada upaya perbaikan kualitas dan mutu isi yang baik.
Hasil penilaian dari data rubrik terakhir juga berkisar
antara 3 dan 4 yang berarti sajian yang ada dalam
majalah emerald dinilai baik dan sangat baik.

5. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Pradopo, Rachmat Djoko. (2007). Beberapa Teori
Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 211.
[2]. Rahmawati, Dini Eka. (2008). Resepsi Cerita Rakyat
Bledhug Kuwu. Skripsi. Semarang: Fakultas Bahasa
dan Seni, Universitas Negeri Semarang, 22.
[3]. Connel, Jeanne. (1996). Assessing The Influence of
Dewey’s Epistemology on Rosenblatt’s Reader
Response Theory. Ilinois: University of Ilinois.
[4]. Sastriyani, Siti Hariti. 2001. Karya Sastra Perancis
Abad ke-19 Madame Bovary dan Resepsinya di
Indonesia. Jurnal Humaniora, Vol.13, No. 3, 253.
[5]. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo, 127.
[6]. Ratna, Nyoman Kutha, (2009). Teori, Metode, Dan
Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
[7].Jabrohim, (2001). Metodologi Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. 2001. H.162-163

Data rubrik isi perihal bahasa yang digunakan


100 mahasiswa menyatakan mudah memahami.
Rubrik pesan yang disampaikan dalam materi majalah
dinyatakan mudah dipahami oleh 80 mahasiswa dan
20 mahasiswa sangat mudah memahami. Rubrik
keterkaitan antara gambar dan tulisan dalam majalah
emerald dinilai terkait,dengan jumlah 90 mahasiswa
dan 10 mahasiswa menyatakan sangat terkait. 95
mahasiswa menyatakan setuju jika majalah emerald
terbit sekali dalam satu semester. Tanggapan perihal
ide konten majalah yang berhubungan dengan
peristiwa yang terjadi di jurusan bahasa Inggris 75
mahasiswa menyatakan tertarik, 15 menyatakan sangat
tertarik dan 10 tidak tertarik.
Isi berkaitan erat dengan latar belakang
responden yaitu Program Studi Sastra Inggris. Dengan
bahasa pengantar bahasa inggris dalam mayoritas
semua perkuliahan, dalam proses kreatif dengan target
luaran tertentu mahasiswa seharusnya juga harus bisa
mempraktekkan kemampuan bahasa inggris dengan
baik dan benar. Selain majalah yang diterbitkan, buku,
makalah, penelitian dan fiksi dihasilkan oleh prodi
sehingga responden kritis terhadap jawabannya.
Majalah emerald merupakan suatu bentuk kreativitas
dan apresiasi mahasiswa terhadap lingkungan mereka
menggunakan bahasa inggris. Dengan majalah
emerald juga, mahasiswa juga dapat mengembangkan

192
Pengembangan Instrumen Pengukuran Kadar Keguruan (Tingkat
Kompetensi) Mahasiswa Calon Guru dan Guru PJOK Indonesia
Suroto1*)
1
Jurusan Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya
*) Alamat Korespondesi: Email: suroto@unesa.ac.id.

ABSTRACT
Teacher’s competency became the main determinant of the quality of the process and learning outcomes.
Efforts on improving quality of teacher requires competency measurement tools and competence building
activities. Although the government has made an UKG (teacher competency test) as formally and yearly
instrument, but on the other hand it could not be used as a daily instrumen by prospective and physical education
(PE) teachers. In addition it measure pedagogic and professional competence only. Therefore, it needs a valid and
practical measurement for measuring competencies that cover four competencies (pedagogical, professional,
personal, and social) for the daily needs of teachers and prospective teachers as well as for research purposes.
This instrument is intended to measure the level of competence of prospective teachers and PE teachers that
developed based on 24 sub competence of Indonesian subject matter teachers (Permendiknas 16, 2007).
Prospective teachers or PE teachers can determine their level of competence and describes himself after
answering the physical evidence of their appropriate answer. Reality physical evidence and correspondence
between the physical evidence with response categories determine the validity of the answer. This instrument can
also be filled by the data collector after conducting interviews with prospective teacher or PE teachers. The
maximum score for a prospective teacher is 62 while the maximum score for PE teacher is 100. These instruments
have been declared valid by 3 validators that can be used according to the charging procedure.
Key Words: measurement instruments, competence, prospective teacher, physical education teacher

ABSTRAK
Kompetensi guru menjadi penentu utama kualitas proses dan hasil pembelajaran. Upaya pembinaan
keprofesian berkelanjutan membutuhkan alat ukur kompetensi dan kegiatan peningkatan kompetensi. Meskipun
pemerintah telah membuat instrumen UKG secara formal dan berkala, namun selain tidak bisa digunakan sehari-
hari oleh mahasiswa dan guru, jangkauannyapun hanya mengukur kompetensi pedagogik dan profesional saja.
Oleh karena itu dibutuhkan alat ukur kompetensi yang valid dan praktis yang menjangkau 4 kompetensi
(pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial) untuk keperluan sehari-hari guru maupun calon guru serta
untuk keperluan penelitian. Instrumen ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kompetensi mahasiswa calon guru
maupun guru PJOK yang dikembangkan berdasarkan 24 sub kompetensi guru mata pelajaran pada Permendiknas
16 tahun 2007. Mahasiswa atau guru dapat mengetahui tingkat kompetensi dirinya setelah menjawab dan
mendeskripsikan bukti fisik dari jawabannya secara tepat. Realitas bukti fisik dan kesesuaian antara bukti fisik
dengan kategori jawaban menentukan validitas jawabannya. Instrumen ini juga dapat diisi oleh pengumpul data
setelah melakukan wawancara dengan mahasiswa atau guru yang hendak diukur tingkat kompetensinya. Skor
maksimal untuk mahasiswa adalah 62 sedangkan skor maksimal untuk guru adalah 100. Instrumen ini telah
dinyatakan valid oleh 3 validator sehingga dapat digunakan sesuai prosedur pengisian.
Kata Kunci: instrumen pengukuran, kompetensi, calon guru, guru PJOK

1. PENDAHULUAN Saat ini, Indonesia tidak lagi kekurangan guru,


secara kuantitas guru di Indonesia sudah lebih dari
Masalah pendidikan menjadi tidak pernah ada
cukup. Jumlah guru di Indonesia sebanyak 3 juta
habisnya dibahas mengingat masih banyak hal yang
orang, tercatat sejak tahun 1999/2000 ada peningkatan
perlu diperbaiki. Guru menjadi satu variabel krusial
guru sebanyak 823 persen, akan tetapi peningkatan
yang menjadi pokok bahasan dalam dunia pendidikan.
jumlah peserta didik hanya 17 persen[2]. Selanjutnya,
Sedikitnya ada empat permasalahan dalam pendidikan
menurut Bank Dunia rasio guru dan siswa di Indonesia
yang menyangkut keberadaaan guru yaitu: pendidikan
pada tahun 2010 mencapai 19.012, pada tahun 2011
guru yang masih belum memadai secara nasional,
angka tersebut menjadi 18.980, pada 2012 terjadi
kesejahteraan para guru, pembinaan karir yang tidak
penurunan lagi menjadi 18.592, sampai pada tahun
berjalan sesuai tujuan, masalah sistem rekrutmen atau
2013 rasio guru-siswa di Indonesia berada pada posisi
pengangkatan dan distribusi guru yang tidak merata[1].
16.094[1]. Angka-angka tersebut membuktikan bahwa
Selesainya masalah pada guru ini akan memberikan
Indonesia benar-benar tidak lagi kekurangan jumlah
peluang besar bagi majunya dunia pendidikan di
guru.
Indonesia.

193
Idealnya semakin sedikit siswa yang diawasi oleh Guru sebagai pemegang profesi seharusnya dapat
guru, maka semakin intensif guru tersebut tampil sebagai sosok yang benar-benar ahli dalam
membelajarkan siswa. Sehingga guru semakin mudah bidangnya. Khususnya guru PJOK, mereka harus
memonitor perkembangan siswa dan memberikan mampu meyakinkan orang lain bahwa tidak ada guru
layanan yang optimal sesuai dengan kebutuhan belajar lain yang layak mengajar mata pelajaran PJOK selain
siswa. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut mereka. Tentunya guru PJOK yang profesional
masih belum terwujud, kondisi pendidikan di minimal memiliki latar belakang pendidikan yang
Indonesia masih saja terpuruk. Hasil survei TIMS and sesuai dengan bidangnya[11]. Mereka telah
Pirls menepatkan Indonesia di posisi 40 dari 42 negara. mendapatkan pendidikan khusus ilmu keguruan
Sedangkan World Education Forum di bawah naungan tentang keolahragaan. Namun nampaknya, mata
PBB menempatkan Indonesia di posisi 69 dari 76 pelajaran PJOK masih belum mendapatkan haknya
negara. World Literacy merangking kita di urutan 60 secara penuh terkait tenaga pengajar. Banyak guru dari
dari 61 negara[3]. Keadaan tersebut membuktikan berbagai latar belakang pendidikan keguruan yang
bahwa hasil pendidikan di Indonesia masih belum mendapatkan tempat untuk tampil sebagai guru
optimal dibandingkan dengan negara-negara di Dunia. PJOK[12]. Pandangan yang beragam dari masyarakat
Data tersebut membuktikan bahwa banyaknya dan pemangku kebijakan menjadikan profesi guru
guru saja tidak cukup untuk mempertinggi hasil PJOK dapat dipegang oleh berbagai latar belakang
pendidikan, perlu peningkatan kualitas guru dalam pendidikan, bahkan dari mereka yang berlatar
membimbing siswa melalui pembelajaran. Kualitas belakang non-keguruan.
guru seakan tidak bisa ditinggalkan dalam setiap Hal logis yang menjadikan guru-guru tidak sesuai
pembahasan tentang pendidikan. Kualitas guru kualifikasi tersebut dapat tampil sebagai guru PJOK
menjadi kunci untuk mempertinggi hasil adalah sistem rekrutmen tenaga pengajar di sekolah[1].
pembelajaran[4, 5]. Pada tahun 2012 dan 2013 Ada sekolah yang masih tidak mementingkan latar
dilaksanakan pemetaan kualitas guru Indonesia secara belakang calon guru untuk menjadi tenaga pengajar.
nasional oleh pemerintah melalui Uji Kompetensi Kejadian ini sering melanda sekolah-sekolah yang
Guru (UKG). Hasil dari UKG tersebut menunjukkan memiliki memang kesulitan dalam mendapatkan
bahwa rata-rata nasional kompetensi profesional dan tenaga pendidik. Undang-Undang Republik Indonesia
pedagogik guru adalah 43,82 pada tahun 2012 dan Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
47,84 di tahun 2013[6]. Berdasarkan hasil UKG inilah menyatakan bahwa guru wajib memiliki empat
pemerintah merasa penting untuk memberikan kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian,
pengembangan kualitas guru agar semakin meningkat. sosial, dan profesional[11].
Guru sering disebut sebagai garda terdepan dalam Sayangnya, kompetensi guru PJOK semakin lama
proses pembangunan manusia Indonesia melalui bekerja tidak menunjukkan semkain ahli mereka
pendidikan. Penyiapan tenaga guru harus benar-benar membelajarkan siswa. Semakin lama mereka mengajar
dilakukan secara serius oleh lembaga-lembaga tidak diikuti oleh semakin tingginya kompetensi yang
penghasil guru. Seharusnya, guru telah mendapatkan dimiliki[5]. Bahkan terjadi krisis identitas PJOK di
pengenalan ilmu keguruan dan pengalaman tentang sekolah yang disinyalir kurang berkualitasnya proses
pengajaran mulai sejak mereka mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru[13].
pendidikan calon guru[7]. Mutu guru menjadi satu Seharusnya guru senantiasa mengoreksi diri dalam
bahasan penting dalam dunia pendidikan sehingga setiap proses pembelajaran. Guru senantiasa
pemerintah mengupayakan berbagai program yang melakukan kegiatan refleksi terhadap kualitas kinerja
mampu memberikan pelayanan kepada guru agar diri mereka. Dengan begitu program-program dalam
memiliki profesionalitas yang tinggi. pengembangan diri guru dapat dilakukan sesuai
Sedikitnya terdapat empat program pemerintah dengan kebutuhan. Tanpa mengetahui kebutuhan
yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas guru yaitu pengambangan diri guru, program-program
program sertifikasi guru, uji kompetensi guru, pengembangan kompetensi guru tidak akan berjalan
tunjangan profesi pendidik, dan guru pembelajar [8]. dengan efektif.
Program-program sertifikasi merupakan program- UKG sebetulnya adalah satu dari empat program
program pemerintah yang memberikan peluang pemerintah yang ditujukan untuk mengetahui
kepada guru untuk dapat mempertinggi kebutuhan belajar guru untuk mengembangkan
profesionalitas[9]. Uji kompetensi guru dilakukan kompetensi guru. Akan tetapi, pelaksanaan UKG
untuk pemetaan kualitas guru secara nasional yang hanya terbatas pada kompetensi pedagogik dan
dapat digunakan untuk merumusakn program profesional, dua kompetensi lainnya yaitu sosial dan
perbaikan kualitas guru. Tunjangan profesi digunakan kepribadian masih belum terukur dalam kegiatan
untuk menjamin kesejahteraan guru. Guru pembelajar tersebut. Selain itu, penggunaan pengukuran ini masih
merupakan program pemerintah untuk mendorong belum mampu memberikan gambaran kepada guru
guru selalu belajar untuk mengembangkan diri demi terkait kelemahan dan kelebihan guru pada kompetensi
mengoptimalkan layanan pembelajaran pada peserta yang diukur.
didik[10].

194
Untuk itu, perlu instrumen yang dapat digunakan melakukan tindakan reflektif, dan (5) Memanfaatkan
oleh guru setiap hari dan mencakup empat kompetensi TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.
guru.
2. TUNTUTAN PEMERINTAH TERHADAP 3. PENGEMBANGAN INSTRUMEN
KOMPETENSI GURU 3.1. Model pengukuran kompetensi
Pemerintah telah menetapkan bahwa guru harus Instrumen penelitian yang dimaksud adalah
memiliki empat kompetensi, yaitu: (1) kompetensi instrumen pengukuran kadar keguruan (tingkat
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional[11]. kompetensi) mahasiswa calon guru dan guru PJOK
Aturan ini juga dapat digunakan sebagai tolok ukur indonesia (KKMCG-GPJOKI) yang dikembangkan
kualitas prospective PE teacher. Selanjutnya, untuk berdasarkan 24 sub kompetensi guru mata pelajaran
memperjelas isi dari empat kompetensi tersebut pada permendiknas 16 tahun 2007.
pemerintah memecah empat kompetensi tersebut ke Model pengukuran kompetensi calon guru dan
menjadi 24 kompetensi inti[14]. guru PJOK yang digunakan adalah self-assessment,
Kompetensi pedagogik. Kompetensi inti dalam dengan harapan para calon guru dan guru PJOK dapat
bagian pedagogik terdiri atas sepuluh hal yaitu: (1) secara berkala menilai kompetensi mereka sendiri
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sesuai dengan keinginan guru. Penilaian diri dapat
moral, sosial, cultural, emosional, dan intelektual, (2) memberi keuntungan berupa auto-feedback untuk
Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang pengembangan kompetensi diri selama mengikuti
mendidik, (3) Mengembangkan kurikulum yang program pendidikan di perguruan tinggi dan selama
terkait mata pelajaran yang diampu, (4) menjadi guru PJOK.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (5) Mahasiswa atau calon guru dan guru PJOK dapat
Memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran, mengetahui tingkat kompetensi dirinya setelah
(6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, menjawab dan mendeskripsikan bukti fisik dari
(7) Berkomunikasi efektif, empatik, dan santun ke jawabannya secara tepat. Realitas bukti fisik dan
peserta didik, (8) Menyelenggarakan penilaian kesesuaian antara bukti fisik dengan kategori jawaban
evaluasi proses dan hasil belajar, (9) Memanfaatkan menentukan validitas jawabannya. Instrumen ini juga
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan dapat diisi oleh pengumpul data setelah melakukan
pembelajaran, dan (10) Melakukan tindakan reflektif wawancara dengan mahasiswa atau guru yang hendak
untuk peningkatan kualitas pembelajaran. diukur tingkat kompetensinya.
Kompetensi Kepribadian. Kompetensi inti dalam 3.2. Validasi instrumen
bagian kepribadian terdiri atas lima hal yaitu: (1)
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial Instrumen ini telah divalidasi dan direvisi
dan budaya bangsa, (2) Penampilan yang jujur, berdasarkan masukan dari 3 validator (Prof. Dr. Adang
berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik dan Suherman, MA - Guru besar UPI, Prof. Dr. Hari
masyarakat, (3) Menampilkan diri sebagai pribadi Amirullah, M.Pd. - Guru besar UNY, dan Prof. Dr.
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, (4) M.E. Winarno, M.Pd. - Guru besar UM) sehingga
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dapat digunakan sesuai prosedur dalam deskripsi.
rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan Ketiga validator menyatakan 100% item dalam
(5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. instrumen valid dan dapat digunakan untuk mengukur
kompetensi calon guru dan guru PJOK. Selain
Kompetensi Sosial. Kompetensi inti dalam bagian
menyatakan valid, para validator juga memberikan
sosial terdiri atas empat hal yaitu: (1) Bersikap
masukan berupa:
inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif
1. Prof. Dr. Adang Suherman, M.A. menyatakan
karena pertimbangan jenis kelamin, agama,
bahwa pola pertanyaannya konsisten dari mulai no
raskondisifisik, latar belakang keluarga, dan status
1 sd no 24, dan pemakaian skala nilai setiap item
sosial keluarga, (2) Berkomunikasi secara efektif,
perlu lebih diperjelas agar pemakai mudah
empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
mengerti.
kependidikan, orang tua dan masyarakat, (3)
2. Prof. Dr. Hari Amirullah, M.Pd. menyatakan
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI
bahwa kata “Keprofesionalan” diganti
yang memiliki keragaman sosial budaya, dan (4)
“keprofesian” sesuai Permenpan 16/2009.
Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.
3. Prof. Dr. M.E. Winarno, M.Pd. menyatakan bahwa
Kompetensi Profesional. Kompetensi inti dalam sebaiknya pernyataan awal instrumen dibuat
bagian profesional terdiri atas lima hal yaitu: (1) bervariasi misal: Saudara sebagai guru PJOK.
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Berdasarkan tiga masukan tersebut dapat
keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu, (2) disumpulkan bahwa tidak ada revisi yang membuat
Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar instrumen berubah secara signifikan. Untuk itu,
mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, instrumen dapat direvisi sesuai dengan masukan dan
(3) Mengembangkan materi pembelajaran yang langsung dapat disosialisasikan kepada subjek
dimampu secara kreatif, (4) Mengembangkan penelitian. Selanjutnya dapat digunakan untuk
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan mengukur kompetensi calon guru dan guru PJOK.

195
nilai maksimal untuk guru adalah 100. Perincian nilai
3.3. Aturan penilaian kompetensi
maksimal untuk setiap item pada pengukuran
Jumlah pertanyaan dalam instrumen ini sebanyak
kompetensi calon guru dan guru PJOK dapat dilihat
24 item. Setiap item memiliki jumlah kategori masing-
pada tabel 1.
masing. Rentang nilai yang digunakan dalam
Untuk menentukan kategori kompetensi guru, nilai
instrumen mulai 0-5. Nilai ini menunjukkan tingkat
hasil penjumlahan dibagi dengan nilai maksimal. Hasil
kompetensi yang dimiliki oleh guru. Nilai dari setiap
dari pembagian tersebut dijadikan persen yang
item dijumlah untuk menjadi nilai kompetensi guru.
dikategorikan menggunakan aturan pengkategorian
Nilai maksimal untuk mahasiswa adalah 62 sedangkan
sebagai berikut:
Tabel 1. Pengaturan Nilai Maksimal pada Setiap Kompetensi Inti Guru
Nilai Maksimal
No. Kompetensi Inti Guru
Guru Calon Guru
Kompetensi Pedagogik
1 Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, 5 2
dan intelektual.
2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 5 3
3 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 5 3
4 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 3 1
5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 4 2
6 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang 4 2
dimiliki.
7 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 4 1
8 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 5 3
9 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 4 2
10 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 4 2
Kompetensi Kepribadian
11 Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 4 2
12 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan 4 2
masyarakat.
13 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 4 2
14 Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya 4 2
diri.
15 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 4 2
Kompetensi Sosial
16 Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, 4 4
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
17 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, 4 4
orang tua, dan masyarakat.
18 Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman 4 4
sosial budaya.
19 Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk 4 2
lain.
Kompetensi Profesional
20 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang 4 4
diampu.
21 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 4 4
22 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 5 5
23 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 4 2
24 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 4 2
Jumlah Total 100 62
Kategori 1 = 0.0% ≤ buruk ≤ 20.0%
Kategori 2 = 20.0% < kurang ≤ 40.0%
Kategori 3 = 40.0% < biasa ≤ 60.0%
Kategori 4 = 60.0% < baik ≤ 80.0%
Kategori 5 = 80.0% < hebat ≤ 100.0%

4. BUKTI KETERANDALAN INSTRUMEN kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan


level mahasiswa yang lebih rendah.
Instrumen ini telah digunakan oleh Suroto dkk
dalam mengukur kompetensi calon guru PJOK di Diasumsikan bahwa setiap level memiliki
Program Studi S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan pengalaman belajar yang berbeda dan pembekalan
Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas ilmu yang berbeda dari kegiatan perkuliahan. Semakin
Negeri Surabaya. Pengukuran dilakukan kepada tinggi level maka semakin banyak bidang ilmu yang
mahasiswa tahun pertama sampai dengan tahun dikaji. Semakin banyak bidang ilmu yang dikaji
keempat. Selanjutnya tingkatan tahun tersebut diharapkan semakin tinggi tingkat kompetensi
digunakan sebagai dasar pembeda kompetensi calon mahasiswa calon guru PJOK. Untuk itu, perlu diuji
guru. Idealnya, calon guru pada tingkat yang lebih perbedaan kompetensi mahasiswa calon guru PJOK
tinggi mendapatkan peluang untuk menguasai berdasarkan level mereka (lihat Gambar 1).

196
50 7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Ganefri, (2016). Kolaborasi Strategi Pemberdayaan
40 Lintas Institusi dan Participatory Management
30 Menuju Sistem Rekrutmen dan Distribusi Guru yang
Proporsional-Efektif di Indonesia, in Konvensi
20 Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun
10 2016, 35–40.
[2] Anonim, (2016). Kualitas Guru Indonesia Masih
0 Terendah, Jawa Pos Online, 1–2, 27-Apr-2016.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
[3] Anomin, (2016). SEDIH! Ini Peringkat Pendidikan
Kompetensi Calon Guru PJOK Indonesia versi 5 Lembaga Survei Internasional,”
Jawa Pos National Network, No. April, Jakarta, 26-Apr-
Gambar 1. Perbandingan Kompetensi Calon Guru 2016.
PJOK Berdasarkan Tahun Mengikuti Pendidikan di [4] S. R. Mas, (2008). Profesionalitas Guru dalam
Lembaga Pendidikan Guru Peningkatan Kualitas Pembelajaran, INOVASI, Vol.
5, No. 2, 1–10.
5. SIMPULAN [5] A. Maksum, (2010). Kualitas Guru Pendidikan
Berdasarkan kepentingan guru untuk melakukan Jasmani di Sekolah : Antara Harapan dan
Kenyataan, No. 3, 1–32.
refleksi diri untuk mengembangkan kompetensi diri,
[6] Kemendikbud, (2014). Paparan Menteri Pendidikan
maka perlu disusun instrumen yang memberikan
dan Kebudayaan RI: Pengembangan Kurikulum
peluang kepada guru untuk mengetahui kebutuhan 2013, Press Workshop: Implementasi Kurikulum 2013.
pengembangan diri. Berdasarkan Peraturan Menteri 27–28.
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 [7] K. A. R. Richards, K. L. Gaudreault, and T. J. Templin,
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik (2014). Understanding the Realities of Teaching: A
dan Kompetensi Guru maka dapat dikembangkan Seminar Series Focused on Induction, J. Phys. Educ.
instrumen KKMCG-GPJOKI. Hasil validasi oleh tiga Recreat. Danc., Vol. 85, No. 9, 28–35.
ahli, instrumen KKMCG-GPJOKI sudah dinyatakan [8] Suroto, (2016). Peran Sekolah dan Perguruan Tinggi
valid. Hasil pengukuran yang dilakukan pada calon dalam Mewujudkan Guru PJOK Profesional yang
guru PJOK menunjukkan bahwa pemanfaatan Pembelajar, in Konvensi Nasional Pendidikan
instrumen KKMCG-GPJOKI telah mampu Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016, 1425–1430.
membedakan kompetensi calon guru PJOK [9] S. Surapranata et al., (2016). Sertifikasi Guru Dalam
berdasarkan level. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Jabatan Tahun 2016.
instrumen KKMCG-GPJOKI dapat digunakan dalam [10] Syamsu, (2016). Pengertian dan Program Guru
mengukur kompetensi calon guru dan guru PJOK. Pembelajar, Guru Pembelajar Online, 2016. [Online].
Available:
6. IMPLIKASI http://www.gurupembelajaronline.com/2016/06/pengert
ian-dan-program-guru-pembelajar-2016.html.
Model pengukuran kompetensi calon guru dan
[11] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
guru PJOK menggunakan self-assessment tergantung 2005 tentang Guru dan Dosen. 2005.
pada tingkat objektivitas pengisi. Hanya calon guru
[12] B. B. Prakoso and S. C. Y. Hartati, (2013). Latar
dan guru PJOK yang memiliki tingkat objektivitas Belakang Guru Pemula, Efektivitas Pembelajaran,
yang tinggi yang dapat memanfaatkan hasil Pendidik. Olahraga dan Kesehat., Vol. 1, No. 1, 240–
pengukuran secara optimal. Jika tuntutan objektivitas 246.
tidak terpenuhi maka dapat mengurangi keberfungsian [13] B. B. Prakoso, (2014). Upaya Peningkatan Kualitas
dari hasil pengukuran kompetensi menggunakan Proses Belajar Mengajar PJOK melalui Evaluasi Diri
instrumen ini. Guru, in Optimalisasi Hasil-Hasil Penelitian dalam
Menunjang Pembangunan Berkelanjutan, No. 64, 510–
523.
[14] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 2007, 1–
31.

197
INSTRUMEN PENGUKURAN KADAR KEGURUAN GURU PJOK

IDENTITAS:
Nama Guru : ..................................................... NIP : ................................................
Hari & Tanggal Pengisian : ..................................................... Level : ................................................
Masa Kerja (tahun) : ..................................................... Proporsi : ................................................
Satuan Pendidikan : ..................................................... Kategori : ................................................

PETUNJUK PENGISIAN:
Jawablah pertanyaan berikut dengan cara menyilang angka 0, 1, 2, 3, 4 atau 5 yang sesuai dengan kondisi riil
saudara pada semester ini. Kemudian deskripsikan secara singkat CONTOH NYATA dokumen/ kegiatan yang
menjadi bukti fisik yang mendukung pilihan jawaban saudara.
Kompetensi Inti Nilai Deskripsi Bukti
No. Pertanyaan Kategori Fisik
Guru
1 Menguasai Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengukur
karakteristik peserta saudara mestinya selalu 1 Saya pernah mengukur sebagian aspek
didik dari aspek fisik, memanfaatkan seluruh data fisik,
2 Saya pernah mengukur seluruh aspek
moral, spiritual, moral, spiritual, sosial, kultural,
sosial, kultural, emosional dan intelektual peserta 3 Saya pernah memanfaatkan seluruh/
emosional, dan didik dalam mempersiapkan dan sebagian aspek
intelektual. melaksanakan pembelajaran 4 Saya selalu memanfaatkan sebagian
PJOK. Seperti apakah kondisi aspek
saudara saat ini? (Opsi jawaban 5 Saya selalu memanfaatkan seluruh aspek
tersedia 0-5)
2 Menguasai teori Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengetahui teori
belajar dan prinsip- saudara mestinya selalu belajar
prinsip pembelajaran menerapkan teori belajar yang 1 Saya pernah mengetahui teori belajar
yang mendidik. mendasari pembentukan sikap, 2 Saya mengetahui sebagian besar teori
penguatan pemahaman, belajar belajar
gerak, dan peningkatan derajad 3 Saya pernah melaksanakan pembelajaran
kebugaran jasmani peserta didik, berbasis teori
dalam tahap mempersiapkan dan 4 Saya sering melaksanakan pembelajaran
melaksanakan pembelajaran
berbasis teori
PJOK. Seperti apakah penguasaan
5 Saya selalu melaksanakan pembelajaran
teori saudara semester ini? (Opsi
berbasis teori
jawaban tersedia 0-5)
3 Mengembangkan Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengetahui standar
kurikulum yang saudara mestinya selalu mengacu nasional pendidikan
terkait dengan mata standar isi, standar proses, standar 1 Saya pernah mengetahui 4 standar yang
pelajaran yang kompetensi (KI, KD, dan menjadi dasar kurikulum
diampu. Lulusan), dan standar penilaian 2 Saya memahami 4 standar yang menjadi
dalam tahap mempersiapkan dan dasar kurikulum
melaksanakan pembelajaran 3 Saya pernah mengembangkan kurikulum
PJOK. Seperti apakah tingkat PJOK berdasarkan 4 standar
kemampuan saudara dalam 4 Saya sering mengembangkan kurikulum
mengembangkan kurikulum PJOK PJOK berdasarkan 4 standar
pada semester ini? (Opsi jawaban 5 Saya selalu mengembangkan kurikulum
tersedia 0-5) PJOK berdasarkan 4 standar
4 Menyelenggarakan Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah melaksanakan
pembelajaran yang saudara mestinya selalu pembelajaran
mendidik. melaksanakan pembelajaran PJOK 1 Saya pernah menyelenggarakan
dengan tujuan yang jelas sesuai pembelajaran PJOK yang mendidik
dengan standar kompetensi yang 2 Saya sering menyelenggarakan
belaku dan mengarahkan semua pembelajaran PJOK yang mendidik
aktivitas dalam pembelajaran 3 Saya selalu menyelenggarakan
untuk mencapai tujuan yang telah pembelajaran PJOK yang mendidik
direncanakan. Seperti apakah
tingkat penyelenggaraan PJOK
saudara pada semester ini? (Opsi
jawaban tersedia 0-3)
5 Memanfaatkan Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum menggunakan ICT
teknologi informasi saudara mestinya selalu 1 Saya menggunakan ICT tetapi belum
dan komunikasi memanfaatkan teknologi informasi pernah digunakan untuk pembelajaran
untuk kepentingan dan komunikasi untuk kepentingan PJOK
pembelajaran. pembelajaran. Seperti apakah 2 Saya pernah memanfaatkan dalam
tingkat pemanfaatan saudara pada pembelajaran PJOK
ICT (internet, sms, media sosial, 3 Saya sering memanfaatkan dalam
telepon) untuk kepentingan pembelajaran PJOK
pembelajaran PJOK pada semester
4 Saya selalu memanfaatkan dalam
ini? (Opsi jawaban tersedia 0-4)
pembelajaran PJOK

198
Kompetensi Inti Nilai Deskripsi Bukti
No. Pertanyaan Kategori Fisik
Guru
6 Memfasilitasi Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengecek bakat
pengembangan saudara mestinya selalu peserta didik
potensi peserta didik mengembangkan segala potensi 1 Saya pernah menyeleksi peserta didik
untuk keolahragaan peserta didik dengan berdasarkan bakat/ prestasi/ potensi
mengaktualisasikan cara memilih, melatih, dan olahraganya
berbagai potensi yang mengikutsertakan peserta didik 2 Saya pernah mengikutsertakan peserta
dimiliki. yang berbakat olahraga dalam didik yang berbakat dalam kejuaraan/
perlombaan/ kejuaraan. Seperti perlombaan olahraga
apakah tingkat kemampuan 3 Saya sering mengikutsertakan peserta
saudara dalam pengembangan didik yang berbakat dalam kejuaraan/
bakat olahraga peserta didik pada perlombaan olahraga
semester ini? (Opsi jawaban 4 Saya selalu mengikutsertakan peserta
tersedia 0-4) didik yang berbakat dalam kejuaraan/
perlombaan olahraga
7 Berkomunikasi Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah berkomunikasi
secara efektif, saudara mestinya selalu dengan peserta didik dalam konteks
empatik, dan santun berkomunikasi secara efektif, pembelajaran PJOK
dengan peserta didik. empatik, dan santun dengan 1 Saya pernah berkomunikasi dengan
peserta didik saudara (mencatat peserta didik dalam pembelajaran PJOK
pendapat, saran, pertanyaan, guru lain
permintaan yang disampaikan 2 Saya memiliki peserta ddik sendiri tetapi
peserta didik). Seperti apakah belum pernah mencatat informasi dari
tingkat kemampuan saudara dalam mereka
berkomunikasi dengan peserta 3 Saya sering berkomunikasi secara efektif
didik pada semester ini? (Opsi (tercatat) dengan peserta didik
jawaban tersedia 0-4) 4 Saya selalu berkomunikasi secara efektif
(tercatat) dengan peserta didik saya
8 Menyelenggarakan Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah menilai dan
penilaian dan saudara mestinya selalu membuat mengevaluasi peserta didik PJOK
evaluasi proses dan catatan kemajuan belajar/ skor 1 Saya pernah membantu guru PJOK lain
hasil belajar. peserta didik (menilai) dan dalam menilai/ mengevaluasi hasil
membandingkan dengan target/ belajar PJOK
tujuan yang telah dicanangkan 2 Saya memiliki hasil penilaian dan
sampai dengan hari itu evaluasi tetapi belum pernah
(mengevaluasi) dan hasilnya dilegitimasi/ diakui benar oleh orang lain
dinyatakan benar oleh kepala 3 Saya pernah menilai dan mengevaluasi
sekolah/ pengawas. Seperti apakah hasil belajar PJOK dan diakui
tingkat kemampuan saudara dalam kebenarannya oleh kepala sekolah/
menilai dan mengevaluasi hasil pengawas/ ahli
belajar peserta didik pada semester 4 Saya sering menilai dan mengevaluasi
ini? (Opsi jawaban tersedia 0-5) hasil belajar PJOK dan diakui
kebenarannya oleh kepala sekolah/
pengawas
5 Saya selalu menilai dan mengevaluasi
hasil belajar PJOK dan diakui
kebenarannya oleh kepala sekolah/
pengawas
9 Memanfaatkan hasil Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah memiliki nilai dan
penilaian dan saudara mestinya selalu hasil evaluasi peserta didik PJOK
evaluasi untuk memanfaatkan catatan kemajuan 1 Saya pernah memiliki nilai dan hasil
kepentingan belajar/ skor peserta didik (nilai) evaluasi peserta didik PJOK tetapi belum
pembelajaran. dan hasil evaluasi untuk pernah memanfaatkannya
kepentingan perbaikan 2 Saya pernah memanfaatkan hasil
pembelajaran. Seperti apakah penilaian dan evaluasi untuk
tingkat kemampuan saudara dalam memperbaiki RPP
memanfaatkan nilai dan hasil 3 Saya sering memanfaatkan hasil
evaluasi peserta didik untuk penilaian dan evaluasi untuk
perbaikan pembelajaran PJOK memperbaiki RPP
pada semester ini? (Opsi jawaban 4 Saya selalu memanfaatkan hasil
tersedia 0-4) penilaian dan evaluasi untuk
memperbaiki RPP
10 Melakukan tindakan Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengetahui cara
reflektif untuk saudara mestinya selalu mampu merefleksi pembelajaran PJOK
peningkatan kualitas merefleksi (menemukan kelebihan 1 Saya pernah mengetahui cara merefleksi
pembelajaran. dan kelemahan) dari pembelajaran pembelajaran PJOK
PJOK nya sendiri dan berusaha 2 Saya pernah praktik cara merefleksi
mengurangi/ menghilangkan pembelajaran PJOK
kelemahan yang ada di 3 Saya sering merefleksi pembelajaran
pembelajaran berikutnya. Seperti PJOK nya sendiri
apakah tingkat kemampuan 4 Saya selalu merefleksi pembelajaran
saudara dalam merefleksi PJOK nya sendiri
pembelajaran PJOK untuk

199
Kompetensi Inti Nilai Deskripsi Bukti
No. Pertanyaan Kategori Fisik
Guru
peningkatan kualitas pada
semester ini? (Opsi jawaban
tersedia 0-4)
11 Bertindak sesuai Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengindentifikasi
dengan norma agama, saudara mestinya selalu bertindak norma dan budaya yang seharusnya
hukum, sosial, dan sesuai dengan norma agama, dipatuhi guru PJOK
kebudayaan nasional norma hukum, norma sosial, dan 1 Saya pernah mengindentifikasi norma
Indonesia. budaya Indonesia. Seperti apakah dan budaya yang seharusnya dipatuhi
tingkat kepatuhan saudara guru PJOK
terhadap seluruh norma dan 2 Saya pernah praktik penerapan norma
budaya Indonesia pada semester dan budaya yang seharusnya dipatuhi
ini? (Opsi jawaban tersedia 0-4) guru PJOK
3 Saya sering menerapkan norma dan
budaya yang seharusnya dipatuhi guru
PJOK
4 Saya selalu menerapkan norma dan
budaya yang seharusnya dipatuhi guru
PJOK
12 Menampilkan diri Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengidentifikasi ciri-
sebagai pribadi yang saudara mestinya selalu tampil ciri jujur dan akhlak mulia
jujur, berakhlak sebagai pribadi yang jujur, 1 Saya pernah mengidentifikasi ciri-ciri
mulia, dan teladan berakhlak mulia, dan teladan bagi jujur dan akhlak mulia
bagi peserta didik dan peserta didik dan masyarakat. 2 Saya pernah praktik penerapan sikap
masyarakat. Seperti apakah tingkat keteladanan jujur dan akhlak mulia
dalam kejujuran dan akhlal mulia 3 Saya sering menampilkan sikap jujur dan
pada semester ini? (Opsi jawaban akhlak mulia
tersedia 0-4) 4 Saya selalu menampilkan sikap jujur dan
akhlak mulia
13 Menampilkan diri Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengindentifikasi
sebagai pribadi yang saudara mestinya selalu tampil ciri-ciri dewasa, arif, dan berwibawa
mantap, stabil, sebagai pribadi yang dewasa, arif, 1 Saya pernah mengindentifikasi ciri-ciri
dewasa, arif, dan dan berwibawa. Seperti apakah dewasa, arif, dan berwibawa
berwibawa. tingkat penampilan pribadi 2 Saya pernah praktik penerapan sikap
saudara pada semester ini? (Opsi dewasa, arif, dan berwibawa
jawaban tersedia 0-4) 3 Saya sering menampilkan sikap dewasa,
arif, dan berwibawa
4 Saya selalu menampilkan sikap dewasa,
arif, dan berwibawa
14 Menunjukkan etos Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengindentifikasi
kerja, tanggung saudara mestinya selalu ciri-ciri selalu menunjukkan etos kerja,
jawab yang tinggi, menunjukkan etos kerja, tanggung tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
rasa bangga menjadi jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri
guru, dan rasa menjadi guru, dan rasa percaya 1 Saya pernah mengindentifikasi ciri-ciri
percaya diri. diri. Seperti apakah tingkat etos selalu menunjukkan etos kerja, tanggung
kerja, tanggung jawab, jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
kebanggaan, dan kepercayaan diri guru, dan rasa percaya diri
saudara pada semester ini? (Opsi 2 Saya pernah praktik kerja dengan etos,
jawaban tersedia 0-4) tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri
3 Saya sering menampilkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri
4 Saya selalu menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri
15 Menjunjung tinggi Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengetahui kode etik
kode etik profesi saudara mestinya selalu guru Indonesia
guru. menjunjung tinggi kode etik 1 Saya pernah mengetahui kode etik guru
profesi guru. Seperti apakah Indonesia
tingkat kepatuhan saudara 2 Saya pernah praktik menerapkan kode
terhadap kode etik profesi guru etik guru Indonesia
Indonesia pada semester ini? (Opsi 3 Saya sering menampilkan sikap sesuai
jawaban tersedia 0-4) mengetahui kode etik guru Indonesia
4 Saya selalu menampilkan sikap sesuai
mengetahui kode etik guru Indonesia
16 Bersikap inklusif, Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya tidak pernah ingin mengetahui
bertindak objektif, saudara mestinya dalam bergaul urusan orang lain
serta tidak dengan orang lain selalu bersikap 1 Saya pernah melibatkan diri dalam
diskriminatif karena inklusif, bertindak objektif, serta urusan orang lain
pertimbangan jenis tidak diskriminatif karena 2 Dalam berurusan dengan orang lain, saya
kelamin, agama, ras, pertimbangan jenis kelamin, jarang tanpa diskriminatif dan bersikap
kondisi fisik, latar agama, ras, kondisi fisik, latar objektif

200
Kompetensi Inti Nilai Deskripsi Bukti
No. Pertanyaan Kategori Fisik
Guru
belakang keluarga, belakang keluarga, dan status 3 Dalam berurusan dengan orang lain, saya
dan status sosial sosial ekonomi. Seperti apakah sering tanpa diskriminatif dan bersikap
ekonomi. tingkat objektivitas dan objektif
keterbukaan saudara pada 4 Dalam berurusan dengan orang lain, saya
semester ini? (Opsi jawaban selalu tanpa diskriminatif dan bersikap
tersedia 0-4) objektif
17 Berkomunikasi Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mendapat
secara efektif, saudara mestinya selalu kesempatan berkomunikasi selaku
empatik, dan santun berkomunikasi secara efektif, pendidik
dengan sesama empatik, dan santun dengan 1 Saya pernah berkomunikasi dengan
pendidik, tenaga sesama pendidik, tenaga sesama pendidik, tenaga kependidikan,
kependidikan, orang kependidikan, orang tua, dan orang tua, dan masyarakat akan tetapi
tua, dan masyarakat. masyarakat. Seperti apakah tingkat belum terasa efektif, empatik, dan santun
keefektifan dan kesantunan 2 Saya pernah berkomunikasi dengan
komunikasi saudara pada semester sesama pendidik, tenaga kependidikan,
ini? (Opsi jawaban tersedia 0-4) orang tua, dan masyarakat secara efektif,
empatik, dan santun
3 Saya sering berkomunikasi dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua, dan masyarakat secara efektif,
empatik, dan santun
4 Saya selalu berkomunikasi dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua, dan masyarakat secara efektif,
empatik, dan santun
18 Beradaptasi di tempat Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya ingin bertugas sebagai guru PJOK
bertugas di seluruh saudara mestinya selalu mampu di dalam wilayah kabupaten saya sendiri
wilayah Republik beradaptasi di tempat bertugas di 1 Saya ingin bertugas sebagai guru PJOK
Indonesia yang seluruh wilayah Republik di dalam wilayah propinsi saya sendiri
memiliki keragaman Indonesia yang memiliki 2 Saya ingin bertugas sebagai guru PJOK
sosial budaya. keragaman sosial budaya. Seperti di mana saja asal banyak penduduk yang
apakah kesiapan dalam berasal dari kabupaten saya sendiri
beradaptasi dengan lingkungan 3 Saya siap bertugas sebagai guru PJOK di
baru saudara pada semester ini? seluruh Indonesia kecuali di beberapa
(Opsi jawaban tersedia 0-4) suku
4 Saya selalu siap bertugas sebagai guru
PJOK di seluruh Indonesia dan bergaul
dengan masyarakat yang berbeda sosial
dan budaya
19 Berkomunikasi Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum mengenal organisasi profesi
dengan komunitas saudara mestinya selalu untuk guru PJOK
profesi sendiri dan berkomunikasi dengan komunitas 1 Saya mengetahui adanya KKG/ MGMP
profesi lain secara profesi sendiri dan profesi orang. Mapel PJOK tetapi tidak pernah hadir
lisan dan tulisan atau Seperti apakah kedekatan dalam kegiatan
bentuk lain. hubungan dengan organisasi 2 Saya mengetahui adanya KKG/ MGMP
profesi saudara pada semester ini? Mapel PJOK tetapi jarang hadir dalam
(Opsi jawaban tersedia 0-4) kegiatan
3 Saya mengetahui adanya KKG/ MGMP
Mapel PJOKdan sering hadir dalam
kegiatan
4 Saya mengetahui adanya KKG/ MGMP
Mapel PJOK dan selalu hadir dalam
kegiatan
20 Menguasai materi, Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum mengenal ilmu PJOK sama
struktur, konsep, dan saudara mestinya selalu menguasai sekali
pola pikir keilmuan materi, struktur, konsep, dan pola 1 Saya pernah mengenal ilmu PJOK
yang mendukung pikir keilmuan yang mendukung 2 Saya menguasai sebagian kecil ilmu
mata pelajaran yang mata pelajaran PJOK. Seperti PJOK
diampu. apakah penguasaan bidang PJOK 3 Saya menguasai sebagian besar ilmu
saudara pada semester ini? (Opsi PJOK
jawaban tersedia 0-4) 4 Saya menguasai seluruh ilmu PJOK
21 Menguasai standar Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengenal KI KD
kompetensi dan saudara mestinya selalu menguasai mapel PJOK
kompetensi dasar kompetensi inti dan kompetensi 1 Saya pernah membaca KI KD mapel
mata pelajaran yang dasar mata pelajaran PJOK. PJOK
diampu. Seperti apakah penguasaan KI KD 2 Saya menguasai sebagian kecil KI KD
PJOK saudara pada semester ini? mapel PJOK
(Opsi jawaban tersedia 0-4) 3 Saya menguasai sebagian besar KI KD
mapel PJOK
4 Saya menguasai seluruh KI KD mapel
PJOK

201
Kompetensi Inti Nilai Deskripsi Bukti
No. Pertanyaan Kategori Fisik
Guru
22 Mengembangkan Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengenal materi
materi pembelajaran saudara mestinya selalu mapel PJOK
yang diampu secara mengembangkan materi 1 Saya pernah membaca materi mapel
kreatif. pembelajaran PJOK secara kreatif. PJOK
Seperti apakah pengembangan 2 Saya mengembangkan materi mapel
materi pembelajaran PJOK PJOK
saudara pada semester ini? (Opsi 3 Saya sudah mengembangkan sebagian
jawaban tersedia 0-5) kecil materi mapel PJOK
4 Saya sudah mengembangkan sebagian
besar materi mapel PJOK
5 Saya sudah mengembangkan seluruh
materi mapel PJOK
23 Mengembangkan Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum pernah mengenal
keprofesionalan saudara mestinya selalu pengembangan profesi guru PJOK
secara berkelanjutan mengembangkan keprofesionalan 1 Saya ingin menjadi guru mapel PJOK
dengan secara berkelanjutan dengan yang sukses
melakukan tindakan melakukan tindakan reflektif. 2 Saya mulai merasa menjadi guru mapel
reflektif. Seperti apakah pengembangan PJOK yang profesional setelah
keprofesionalan saudara pada melakukan refleksi diri
semester ini? (Opsi jawaban 3 Saya merasa hampir menjadi guru mapel
tersedia 0-4) PJOK yang profesional karena terus
memperbaiki diri
4 Saya merasa sudah menjadi guru mapel
PJOK yang profesional yang selalu
tampil sukses
24 Memanfaatkan Sebagai guru PJOK yang hebat, 0 Saya belum menggunakan ICT
teknologi informasi saudara mestinya selalu 1 Saya menggunakan ICT tetapi belum
dan komunikasi memanfaatkan teknologi informasi pernah digunakan untuk pengembangan
untuk dan komunikasi untuk diri
mengembangkan diri. mengembangkan diri. Seperti 2 Saya pernah memanfaatkan dalam
apakah kemampuan pengembangan diri
memanfaatkan teknologi informasi 3 Saya sering memanfaatkan dalam
dan komunikasi saudara pada pengembangan diri
semester ini? (Opsi jawaban
4 Saya selalu memanfaatkan dalam
tersedia 0-4) pengembangan diri

202
Implementasi Model Index Card Match pada Mata Pelajaran
Akuntansi
Rochmawati1*), Agung Listiadi2, Suci Rohayati3
1
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, rochmawati@unesa.ac.id
2
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,agunglistiadi@unesa.ac.id
3
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,sucirohayati@unesa.ac.id
*) Alamat Korespondesi: Email: rochmawati@unesa.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this research is to develop a learning model that is able to regenerate the stimulation of
interest, contextual nature, able to increase motivation and learning habits and capable of overcoming the
difficulties of learning subjects in accounting. This type of research is developmental research by using a
developmental model according to Thiagarajan i.e. 4 D Model (four D method) that consists of a definition phase
(define), stage the restyling (design), stage of development (develop), and the deployment stage (disseminate). The
results showed that at definition phase (define) materials that are available in the support application of
inadequate scientific approach to Curriculum implementation in 2013. Overall the students have a good study
motivation against the material to be learned in the classroom. At this stage of design produces draft index card
match the integrated worksheet are printed. This stage of disseminate in 2 of the city is Surabaya and Sidoarjo.

Key Words: model of learning, index card match, accounting subjects

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran yang mampu menumbuhkan stimulation
of interest, bersifat kontekstual, mampu meningkatkan motivasi dan kebiasaan belajar serta mampu mengatasi
kesulitan belajar mata pelajaran akuntansi. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan
menggunakan model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan menurut Thiagarajan yaitu
model pengembangan 4D (four D method) yang terdiri dari tahap pendefinisian (define), tahap pendesainan
(design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada tahap pendefinisian (define) bahan ajar yang tersedia kurang memadai dalam menunjang penerapan
pendekatan saintifik dalam pengimplementasian Kurikulum 2013. Secara keseluruhan siswa memiliki motivasi
belajar yang baik terhadap materi yang dipelajari di dalam kelas. Pada tahap design menghasilkan draft index
card match yang terintegrasi worksheet secara tercetak. Tahap disseminasi dilakukan di 2 kota yaitu Surabaya
dan Sidoarjo.
Kata Kunci: model pembelajaran, index card match, mata pelajaran akuntansi

1. PENDAHULUAN Model pembelajaran active learning merupakan


Pembelajaran aktif merupakan model salah satu model dalam belajar mengajar yang
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta bertujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas
didik dalam mengakses berbagai informasi dan pendidikan dengan memberdayakan peserta didik
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan aktif (active learning) adalah suatu proses
berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan
kompetensinya[1]. Selain itu, belajar aktif juga peserta didik agar belajar dengan menggunakan
memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan berbagai cara atau strategi secara aktif[3].
kemampuan analisis dan sintesis serta mampu Hasil riset dari Abraham[4] terhadap siswa senior
merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari hasil High school di Australia menyatakan bahwa dalam
analisis mereka sendiri. pembelajaran akuntansi, teaching style (gaya mengajar
Secara harfiah active learning maknanya adalah guru) mempengaruhi proses pembelajaran siswa, hasil
belajar aktif. Kebanyakan praktisi dan pengamat penelitian juga menunjukkan bahwa stimulation of
menyebutnya sebagai model learning by doing. interest (rangsangan yang menarik) antara lain:
Pendekatannya, memandang belajar sebagai proses penjelasan yang mudah dimengerti,empati dengan
membangun pemahaman lewat pengalaman dan kebutuhan siswa, tujuan yang jelas, dan umpan balik
informasi[2]. Dengan pendekatan ini, persepsi yang sesuai, adalah menunjukkan hubungan yang
pengetahuan dan perasaan peserta didik yang unik ikut positif signifikan antara gaya mengajar guru dengan
mempengaruhi proses pembelajaran. nilai pengajaran yang baik (good teaching). Menurut
Abraham[5] mahasiswa mengalami disinterested

203
terhadap akuntansi dikarenakan subject matter deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang
akuntansi tidak relevan/ kontekstual dengan kehidupan harus diikuti untuk menghasilkan produk. Penerapan
dunia nyata. Adapun menurut hasil penelitian Khafid[6] dari model pengembangan ini adalah produk berupa
terhadap siswa SMA/MA di Jawa Tengah Indexs Card Match yang kontekstual dan terintegrasi
menunjukkan masih banyak anak yang masih kesulitan dalam worksheet. Model pengembangan yang
dalam mata pelajaran akuntansi. Hal ini dapat dilihat digunakan yaitu model pengembangan menurut
dari hasil ujian tengah semester dengan nilai rata-rata Thiagarajan dalam Trianto[7, 8], yaitu model
4,49, padahal standar ketuntasan belajar yang pengembangan 4D (four D method), yang terdiri dari
diharapkan adalah 7,00. Hasil tersebut menunjukkan tahap pendefinisian (Define), tahap perancangan
bahwa prestasi yang dicapai masih jauh di bawah nilai (Design), tahap pengembangan (Develop), dan tahap
yang diharapkan. Faktor intern yang meliputi kondisi penyebaran (Disseminate).
kesehatan, minat belajar, motivasi belajar dan
kebiasaan belajar berpengaruh negatif terhadap 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kesulitan belajar akuntansi pada siswa SMA/MA Pembahasan ini memaparkan keseluruhan hasil
sebesar 28,73%. Semakin tinggi kualitas faktor intern pengembangan secara rinci dan jelas. Pembahasan
akan diikuti dengan penurunan kesulitan belajar siswa, yang dipaparkan berupa proses dan kelayakan bahan
sebaliknya semakin rendah kualitas faktor intern ajar indexs card match yang kontekstual dan
diikuti dengan kenaikan kesulitan belajar siswa. terintegrasi dalam worksheet. Secara keseluruhan
Dengan demikian permasalahan pokok dan mendasar proses pengembangan bahan pembelajaran indexs
yang harus dipecahkan adalah perlunya upaya card match yang kontekstual dan terintegrasi dalam
mengembangkan suatu model pembelajaran dan bahan worksheet pada materi siklus akuntansi perusahaan
ajar yang mampu menumbuhkan stimulation of dagang di SMA Kelas XII yang mendapatkan
interest, bersifat kontekstual atau berdasarkan pada pembelajaran Akuntansi telah sesuai dengan model
realitas kehidupan nyata, mampu meningkatkan pengembangan 4-D (four D Models), yaitu tahap
motivasi dan kebiasaan belajar serta mampu mengatasi pendefinisian (define), tahap perancangan (design),
kesulitan belajar akuntansi. tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran
Selama ini pembelajaran akuntansi di SMA/MA (disseminate).
hanya menggunakan LKS ataupun buku paket saja.
3.1 Tahap Pendefinisian (Define)
Hal ini jelas dapat menyebabkan siswa mengalami
disinterested, kurang termotivasi dan mengalami Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis ujung
kesulitan dalam belajar akuntansi. Buku paket dan depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep,
LKS akuntansi ditingkat SMA/MA tidak memberikan dan perumusan tujuan pembelajaran. Tahap pertama,
contoh-contoh bukti transaksi keuangan yang yaitu peneliti melakukan analisis ujung depan dimana
dipergunakan dalam kehidupan nyata. Buku paket pada analisis ini dicari permasalahan dasar yang terjadi
akuntansi hanya berisi konsep-konsep akuntansi, pada pembelajaran akuntansi di SMA kelas XII, yaitu
sedangkan LKS akuntansi hanya berisi latihan soal bahwa pembelajaran akuntansi masih bersifat abstrak.
yang hanya menyebutkan saja bukti transaksinya tetapi Sifat abstrak ini terlihat pada materi yang digunakan
tidak menggambarkan secara nyata bentuk fisik dari sebagai bahan ajar tidak menunjukkan bukti transaski
bukti transaksi tersebut. Dengan demikian siswa tidak atau dokumen yang sesungguhnya dipakai dalam
mengetahui wujud fisik daripada bentuk-bentuk bukti transaksi keuangan. Sehingga siswa mengalami
transaksi ini. Dengan demikian penelitian model kesulitan dalam memahami dan mencerna transaksi
pengembangan ini sangat penting dalam rangka keuangan. Tahap kedua, yaitu analisis siswa, analisis
menciptakan pengalaman belajar pada siswa sehingga siswa ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
mampu menumbuhkan stimulation of interest, bersifat kognitif siswa, dimana kemampuan kognitif siswa
kontekstual atau berdasarkan pada realitas kehidupan SMA kelas XII terdapat pada tingkat penerapan.
nyata, mampu meningkatkan motivasi dan kebiasaan Tahap ketiga, yaitu analisis tugas, agar siswa mampu
belajar serta mampu mengatasi kesulitan belajar memahami secara utuh proses penyusunan laporan
akuntansi. Dengan penciptaan pengalaman belajar keuangan, maka siswa diberikan tugas menyusun
sesuai dengan kondisi dunia nyata, maka tidak hanya laporan keuangan siklus akuntansi perusahaan dagang
mampu menumbuhkan pengetahuan tetapi juga skill dengan menggunakan bukti transaksi yang
dalam akuntansi. Sehingga pengalaman belajar yang sesungguhnya, dan untuk membiasakan siswa dengan
ditargetkan adalah siswa tidak hanya memahami teori pengerjaan akuntansi melalui IT maka proses
akuntansi tetapi siswa juga dapat mempraktekkan penyusunan worksheet dilakukan dengan
transaksi akuntansi seperti dalam dunia bisnis yang menggunakan bantuan aplikasi computer spreadsheet.
sesungguhnya. Tahap keempat, yaitu analisis konsep, analisis
konsep ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep
2. METODE PENELITIAN materi yang akan digunakan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Adapun konsep yang dikembangkan
Model pengembangan dapat berupa model
adalah siklus akuntansi perusahaan dagang.
prosedural, model konseptual dan model teoritik.
Model prosedural adalah model yang bersifat Siklus perusahaan dagang memiliki 2 kompetensi
dasar yang dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu:

204
Menganalisis siklus akuntansi perusahaan dagang dan bahwa bahan ajar cetak indexs card match yang
Mempraktikkan tahapan siklus akuntansi perusahaan kontekstual dan terintegrasi worksheet layak untuk
dagang. Pada tahap kelima yaitu perumusan tujuan dipergunakan dalam membantu memahami proses
pembelajaran, tahap ini dilakukan untuk menjadi dasar penyusunan laporan keuangan pada siklus akuntansi
pembelajaran dalam mengetahui tingkat ketercapaian perusahaan dagang
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. dari kelima 3.4 Tahap Penyebaran (Disseminate)
analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Pada tahap ini dilakukan di 2 (dua) lokasi kota
masalah yang terjadi dapat diatasi dengan yaitu di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang
mengembangkan bahan ajar cetak indexs card match ada di Surabaya dan di Sekolah Menengah Atas Negeri
yang kontekstual dan terintegrasi worksheet yang (SMAN) yang ada di Sidoajo. Ke 2 sekolah ini sudah
dibuat dengan menggunakan card dan aplikasi mewakili untuk tahap penyebaran (disseminate) dalam
spreadsheet. penelitian ini.
3.2 Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap ini dilakukan pembuatan kerangka 4. SIMPULAN DAN SARAN
kisi-kisi soal yang meliputi pemilihan bentuk dan jenis 4.1 Simpulan
tes alat evaluasi pembelajaran. Pemilihan bentuk dan Penelitian berhasil mengembangkan bahan ajar
jenis tes dilakukan disesuaikan dengan materi yang indexs card match yang kontekstual dan terintegrasi
akan digunakan. Pemilihan materi mengelola worksheet melalui model pengembangan 4D
dokumen transaksi dikarenakan materi ini merupakan Thiagarajan. Bahan ajar yang dihasilkan adalah bahan
materi awal yang harus dipahami oleh siswa dan ajar tercetak yang dapat dipergunakan dalam proses
dijadikan sebagai dasar siswa untuk memahami materi penyusunan laporan keuangan pada materi siklus
selanjutnya karena materi dalam akuntansi ini akuntansi perusahaan dagang. Bahan ajar tersebut
berkelanjutan. Setelah indeks card match tesebut telah diimplementasikan pada mata pelajaran
dibuat, maka diintegrasikan ke dalam worksheet Ekonomi/Akuntansi di Surabaya dan Sidoarjo.
dengan menggunakan aplikasi spreadsheet. Indeks 4.2 Saran
card match yang tercetak tersebut berupa card Adapun saran yang dapat disampaikan adalah: 1)
sehingga bahan ajar ini dapat dilihat dan dipegang oleh diperlukan kerjasama dengan ahli desain grafis, 2)
siswa secara langsung karena mempunyai wujud fisik. diperlukan kerjasama dengan perusahaan dagang/retail
yang memiliki kecukupan bukti transaksi, dan 3)
3.3 Tahap Pengembangan (Develop) diperlukan adanya kerjasama dengan asosiasi profesi
Tahap ini diawali dengan telaah ahli evaluasi dan akuntansi untuk melakukan Disseminate.
ahli materi kemudian revisi yang menghasilkan draft 2
dan divalidasi oleh para ahli. Setelah menjadi draft 2, 5. DAFTAR PUSTAKA
selanjutnya indeks card match yang sudah disusun di [1]. Morable Linda, (2000). Using Active Learning
uji coba soal untuk mengetahui kualitas indeks card Techniques. Exclusive Copyright is retained by the U.S.
match dalam memahami proses penyusunan laporan Department of Education, the Texas Higher Education
keuangan. Setelah melakukan uji coba soal kemudian Coordinating Board, and Richland College.
melakukan revisi yang akhirnya akan menghasilkan [2]. Horton William, (2002). Speakers_ Experiences and
draf 3. Setelah menjadi draf 3, dilakukan uji coba Audience Design: Knowing When and Knowing How
terbatas kepada 20 siswa SMA kelas XII yang To Adjust Utterances To Addressees. Journal of
Memory and Language, Vol. 47, 589–606.
mendapatkan pembelajaran Akuntansi.
[3]. Silberman, Mel., (2001). Active Training Techniques:
Dari uji coba terbatas dilakukan revisi untuk Promoting Learning By Doing.
penyempurnaan bahan ajar cetak indexs card match [4]. Abraham A., (2006a). Perceptions of The Linkages
yang kontekstual dan terintegrasi worksheet. Tahap Between Teaching Context, Approaches To Learning
pengembangan yang terakhir adalah revisi dari draft 3 and Outcomes. Research Online institutional repository
berdasarkan masukan dari uji coba terbatas sehingga for the University of Wollongong.
menjadi draft final. [5]. Abraham A., (2006b). Teaching and Learning in
Accounting Education: Students'.
Hasil validasi terhadap bahan ajar cetak indexs [6]. Khafid Muhammad, (2007). Faktor–Faktor yang
card match yang kontekstual dan terintegrasi Mempengaruhi Kesulitan Belajar Akuntansi. Jurnal
worksheet pada materi siklus akuntansi perusahaan Pendidikan Ekonomi, Vol. 2. No.1.
dagang menurut para validator baik validator media [7]. Trianto, (2013). Mendesain Model Pembelajaran
maupun bahasa menyatakan bahwa bahan ajar cetak Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media
indexs card match yang kontekstual dan terintegrasi Group.
worksheet layak untuk dipergunakan dalam proses [8] Trianto, (2014). Mendesain Model Pembelajaran
pembelajaran akuntansi. Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Sebagian besar siswa memberikan tanggapan atau Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media
respon yang positif terhadap setiap aspek yang Group.
ditanyakan pada lembar angket respon siswa terhadap
alat evaluasi berbasis ICT yang dikembangkan oleh
peneliti. Dari hasil uji coba terbatas, siswa menyatakan

205
206

Anda mungkin juga menyukai