OLEH
KELOMPOK 7
GELOMBANG 4
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktikum
Kimia Analitik pada Semester GAnjil Tahum Ajaran 2019/2020 di Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri,Universitas Mataram.
Mataram,19 januari 2019
Mengetahui,
Co.Asisten Praktikum Kimia
Praktikan,
Analitik
Menyetujui,
Penanggung Jawab 1 Penanggung Jawab 2
Praktikum Kimia Analitik Praktikum Kimia Analitik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah swt. Karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tetap Praktikum Kimia analitik ini tepat pada waktunya. Laporan tetap Praktikum Kimia
Analitik ini terdiri dari 9 acara yakni Acara 1 Pengenalan Kembali Alat-alat Praktikum,
Acara 2 Kalibrasi alat Volume Ukur, Acara 3 Asidi-Alkalimetri, Acara 4 Oksidi-
Reduktometri, Acara 5 Spektofotometri, Acara 6 Kromatografi.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Tetap Praktikum Kimia analitik ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
tidaklah sempurna dan banyak terdapat kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat
berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dan untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga Laporan Tetap Praktikum Kimia
Analitik ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
ACARA I KALIBRASI ALAT UKURVOLUME
A. Teori Dasar ........................................................................ 1
B. Tujuan Percobaan .............................................................. 2
C. Prosedur Percobaan .......................................................... 2
D. Hasil Percobaan ................................................................. 3
E. Pembahasan ...................................................................... 12
F. Simpulan ............................................................................ 14
ACARA II ASIDI- ALKALIMETRI
A. Teori Dasar ........................................................................ 16
B. Tujuan Percobaan .............................................................. 17
C. Prosedur Percobaan .......................................................... 17
D. Hasil Percobaan ................................................................. 18
E. Pembahasan ...................................................................... 29
F. Simpulan ............................................................................ 31
ACARA III KROMATOGRAFI
A. Teori Dasar ........................................................................ 32
B. Tujuan Percobaan .............................................................. 34
C. Prosedur Percobaan .......................................................... 34
D. Hasil Percobaan ................................................................. 35
E. Pembahasan ...................................................................... 40
F. Simpulan ............................................................................ 43
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil Percobaan Kalibrasi Beberapa Alat Ukur Volume .......... 3
Tabel 2.1. Hasil Percobaan Standarisasi NaOH....................................... 18
Tabel 2.2. Hasil Percobaan Penentuan Kadar Cuka ................................ 18
Tabel 2.1. Hasil Percobaan Reduktometri standarisasi Na2S2O3 ............. 19
Tabel 3.1. Hasil Percobaan Kromatografi Kertas ..................................... 35
iv
ACARA 1
KALIBRASI ALAT UKUR
A.Teori Dasar
Analisis volumetri adalah proses untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui
dari suatu zat dengan mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk reaksi
sempurna. Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan
konsentrasi larutan standar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar
1
adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis
volumetri (Achmad, 2007).
Salah satu fungsi metrologi yang penting adalah kalibrasi yaitu perbandingan dari
satu alat ukur atau sistem yang memiliki hubungan yang sudah diketahui dengan
standar nasional dibandingkan dengan alat atau sistem lain yang hubungannya dengan
standar dan sistem nasional tidak diketahui. Pengukuran menggunakan peralatan yang
tidak atau kurang dikalibrasi dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang salah serta
berbahaya. Misalkan saja seorang pemeriksa memiliki mikrometer yang pembacaannya
0.002 inci terlalu rendah. Ketika pengukuran dilakukan terlalu dekat dengan batasan
atas, maka suku cadang yang melebihi batas toleransi maksimum sebesar 0.002 inci
akan diterima sebagai kualitas baik, sementara suku cadang yang berada pada batas
bawah toleransi atau 0.002 inci diatas batas akan dianggap tidak mematuhi standar
kualitas (Fatimah, 2003).
B.Tujuan Percobaan
C.Prosedur Percobaan
2
Praktikum kalibrasi alat ukur volume, praktikan melakukan beberapa percobaan yaitu
kalibrasi buret, kalibrasi pipet mohr, kalibrasi pipet volumetrik, dan kalibrasi labu takar.
Percobaan pertama yaitu kalibrasi buret, setelah alat dan bahan disiapkan, Erlenmeyer
kosong ditimbang dengan timbangan. Buret diisi menggunakan aquades 2 kali bilas,
kemudian air dalam buret dikeluarkan dan dimasukkan dalam Erlenmeyer dengan
pemberian air 0-20 mL, 0-30 mL, 0-40 mL, dan 50 mL. Erlenmeyer yang telah diisi
dengan air kemudian ditimbang, dihitung beratnya. Selanjutnya, dicari volume air
dengan menggunakan rumus (v=m/l), kemudian dibandingkan dengan tabel 1.
Percobaan yang kedua yaitu kalibrasi pipet mohr, dengan perlakuan yang sama seperti
kalibrasi buret, namun pemberian air yang berbeda yakni 0-5, 0-10, 0-15, dan 0-20 mL.
Percobaan yang ketiga yaitu kalibrasi pipet volumetrik, dengan perlakuan yang sama
dengan kallibrasi buret, namun air dikeluarkan keseluruhan sekaligus. Percobaan yang
keempat yaitu kalibrasi labu takar. Labu takar dikeringkan pada suhu 100℃ selama 30
menit, didiamkan sebentar kemudian dimasukkan kedalam desikator. Labu takar yang
kosong kemudian ditimbang kembali dan dibandingkan dengan tabel 1.
D.Hasil Percobaan
3
Takar 48,2144 72,9133 24,6548 24,7682
48,4610 97,8812 49,4074 49,6346
50mL
67,7333 117,1405 49,4202 49,6475
49,1585 148,2625 108,476 109,476
100Ml
56,5018 165,4761 99,104 99,5598
Keterangan :
terstandarisasi
1. Pipet Mohr
a Perlakuan 0-5mL
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
56,3020-51,3612
=
1
= 4,9537ml
- Volume sesungguhnya = mL perlakuan x data table
= 4,9537x1,0046
= 4,9765 mL
b Perlakuan 0-10mL
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
58,3688-48,4834
=
1
4
= 9,8854mL
= 24,7164 ml
2. Pipet Volumetrik
a Perlakuan 0-5mL
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
53,3435-48,4307
=
1
= 4,9128 mL
- Volume sesungguhnya = mL perlakuan x data table
= 4,9128 x 1,0046
= 4,9354 mL
b. Perlakuan 0-25mL
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
73,7170-48,8257
=
1
5
= 24,8913 mL
113,5696-69,9412
=
1
= 49,6284 mL
= 24,8275 mL
6
= 49,7443 mL
= 24,6989 mL
= 49,4074 mL
7
= 108,9743 mL
Analisis Data(GANJIL)
1. Pipet Mohr
a Perlakuan 0-5mL
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
56,3020-51,3612
=
1
= 4,9408 ml
71,8052-62,0621
=
1
= 9,7431 ml
72,1659-47,4495
=
1
= 24,7164 ml
2. Pipet Volumetrik
a Perlakuan 0-5mL
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
53,4306-48,4608
=
1
= 4,9698 ml
= 24,8831 ml
9
= 24,9975 ml
c. Perlakuan 0-50ml
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
99,5458-49,8305
=
1
= 49,7153 ml
= 25,0553 ml
= 49,83368 ml
10
= 50,0629 ml
8 Labu Takar
a. Perlakuan 0-25ml
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
33,60806-48,95324
=
1
= 24,65482 ml
b. Perlakuan 0-50ml
Berat awal-Berat akhir
- Volume Aquades =
ρair
97,8812-48,4610
=
1
= 49,4202 ml
= 99,104 ml
11
= 99,104 x 1,0046
= 99,5598 ml
E.Pembahasan
12
air dikeluarkan seluruhnya sekaligus. Pada kalibrasi labutaka, labutaka dikeringkan
pada suhu 100℃ selama 30 menit didiamkan sebentar kemudian dimasukkan kedalam
desikator. Labutakar kemudian ditimbang, kemudian diisi air sampai tanda tera.
Erlenmeyer dan labu takar yang telah diisi aquades selanjutnya ditimbang kembali,
dihitung berat. Selanjutnya akan dicari volume air dengan menggunakan rumus,
kemudian dibandingkan dengan tabel 1.
Hasil dari pengamatan kalibrasi alat ukur volume, dihitung berat dengan
mengurangi berat akhir dengan berat awal. Kemudian dibagi dengan massa jenis air
untuk mengetahui volume airnya. Selanjutnya volume air dibandingkan dengan volume
air yang sesungguhnya. Volume air yang sesungguhnya didapatkan dengan mengalikan
jumLah air yang diberi dengan ketentuan dalam tabel T-28℃ yakni 1,0046. Jika hasilnya
melebihi ketentuan atau selisihnya tidak lebih dari 1 maka alat tersebut bisa dikatakan
akurat.
Data yang didapat dari hasil percobaan adalah sebagai berikut. Pada kalibrasi
pipet mohr dengan perlakuan pemberian 5 mL,10 mL,25 mL,didapatkan volume
aquades berturut-turut yaitu 4,9537 mL,9,8854 mL,24,7164 mL dan volume
sesungguhnya berturut-turut yakni 4,9765 mL, 9,8854 mL, 24,8301 mL.Pada kalibrasi
volumetric dengan perlakuan pemberian 5 mL,25 mL,50 mL,didapatkan volume
aquades berturut-turut yaitu 4,9128 mL, 24,8913 mL, 49,6284 mL dan volume
sesungguhnya yaitu 4,9354 mL, 25,0058 mL, 49,8566 mL.Pada kalibrasi buret dengan
perlakuan pemberian 25 mL,dan 50 mL,didapatkan volume aquades yaitu 24,8275 mL,
49,7443 mL,dan volume sesungguhnya yaitu 24,9417 mL, 49,9731 mL.Pada kalibrasi
labu takar dengan perlakuan pemberian 25 mL,50 mL,100 mL,dengan volume aquades
berturut-turut yaitu 24,6989 mL, 49,4074 mL, 108,9743 mL,dan volume sesungguhnya
yaitu 24,8125 mL, 49,6346 mL, 109,476 mL.Hasil perbandingan volume aquades
dengan volume sesungguhnya menunjukan aqurasi dari alat tersebut.Selisih
perbandingan volume aquades dengan volume sesungguhnya jika lebih satu maka alat
tersebut tidak akurat.
Dalam melakukan kalibrasi alat bervariasi terhadap perubahan suu dan air yang mengisi
suatu wadah terlebih dahulu ditimbang diudara.
13
Kalibrasi alat ukur volume,besarnya akurasi dan persisi yang dihasilkan
dipengaruhi oleh beberapa kesalahan seperti seperti kesalahan dalam pembacaan
miniskus atau kesalahan yang disebabkan oleh praktikan.Namun tak menutup
kemungkinan kesalahan juga dapat disebabkan oleh alat-alat yang dipakai pada saat
kalibrasi alat ukur volume tersebut.Biasanya diakibatkan beberapa kesalahan umum
seperti pada pipet saat digenggam ,tangan mengeluarkan kalor sehingga ada bagian
pipet yang memuai,menggangu isi air pada ujung pipet yang sesungguhnya tidaklah
terjadi dan kurang hati-hati dalam penimbangan.
F.Kesimpulan
Berdasarkan hasl percobaan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
kalibrasi adalah proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur harus sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
tehubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
terverifikasi. Alat ukur volume dikatakan akurat jika volume aquadesnya dan volume
sesungguhnya tidak memiliki selisih lebih dari satu.Pada kalibrasi pipet mohr dengan
perlakuan pemberian 5 mL,10 mL,25 mL,didapatkan volume aquades berturut-turut
yaitu 4,9537 mL,9,8854 mL,24,7164 mL dan volume sesungguhnya berturut-turut yakni
4,9765 mL, 9,8854 mL, 24,8301 mL.Pada kalibrasi volumetric dengan perlakuan
pemberian 5 mL,25 mL,50 mL,didapatkan volume aquades berturut-turut yaitu 4,9128
mL, 24,8913 mL, 49,6284 mL dan volume sesungguhnya yaitu 4,9354 mL, 25,0058 mL,
49,8566 mL.Pada kalibrasi buret dengan perlakuan pemberian 25 mL,dan 50
mL,didapatkan volume aquades yaitu 24,8275 mL, 49,7443 mL,dan volume
sesungguhnya yaitu 24,9417 mL, 49,9731 mL.Pada kalibrasi labu takar dengan
perlakuan pemberian 25 mL,50 mL,100 mL,dengan volume aquades berturut-turut yaitu
24,6989 mL, 49,4074 mL, 108,9743 mL,dan volume sesungguhnya yaitu 24,8125 mL,
49,6346 mL, 109,476 mL.
14
15
ACARA II
ASIDI-ALKALIMETRI
A.Teori Dasar
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting, dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat asam-basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur
pH-nya. pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai pH lebih besar dari 7,
sedangkan larutan netral mempunyai pH=7. pH larutan dapat ditentukan dengan menggunakan
indikator pH (indikator universal),atau dengan pH-meter. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang
dalam air melepaskan ion H+. Sedangkan basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan
ion hidroksida (OH) (Moningka, 2008).
Dalam konsep asam-basa Bronsted dan Lowry, yang disebut asam kuat adalah spesi yang
mudah melepas proton, sedangkan basa kuat adalah spesi yang mempunyai kecenderungan kuat
menarik proton. Sebaliknya, asam lemah adalah spesi yang sukar melepas proton, sedangkan basa
lemah adalah spesi yang lemah menarik proton. Kekuatan asam dan basa Bronsted-Lowry
bersifat relatif. Penetapan kadar larutan asam dan basa dapat dilakukan melalui suatu prosedur
percobaan yang disebut titrasi asam-basa. Istilah titrasi berarti penetapan titer atau
kadar. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam-basa. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan
sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang diketahui
kadarnya (Harjadi, 2001).
Asidimetri adalah titrasi untuk menentukan kadar suatu asam atau garam
menggunakan larutan standar basa. Sebaliknya, alkalimetri adalah titrasi untuk menentukan
kadar suatu basa atau garam menggunakan larutan standar asam. Titrasi dilakukan dengan cara
mengukur volume zat penitrasi (titran) yang digunakan untuk bereaksi dengan zat yang dititrasi
(titrat). Jika konsentrasi salah satu diketahui, maka konsentrasi/kadar zat lain dapat
dihitung. Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhirtitrasi. Indikator dalam asidi
alkalimetri menurut Ostwald adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang warna
molekulnya berbeda dengan warna ionnya.Warna molekul warna ion dalam asidi-alkalimetri, 1
16
ekuivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini dapat melepaskan 1 mol ion H+ (H30+).
Proses untuk menentukan banyaknya ekuivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume
larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi, sehingga berlaku:Jumlah ekuivalen analat = jumlah
ekuivalen pereaksi atau (V.N) analat = (V.N) pereaksi saat persamaan ini tercapai, disebut titik
ekuivalen. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalenterjadi, pada saat itulah titrasi
dihentikan. Saat terjadi perubahan dan titrasi dihentikan disebut dengan titik akhir titrasi dan
diharapkan titik akhirtitrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi
dengan titik ekuivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu pemilihan
indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekuivalen tercapai. Setiap
indikator asam basa mempunyai daerah trayek pH tertentu. Pemilihan indikator didasarkan pada pH
larutan yang berada pada titik ekuivalen (Khopkar, 2003).
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh
tertentu yang akan distimulasi.Alkalimetri termasul reaksi netralisasi yakni reaksi antara
ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai
reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerimaan proton (basa).Titik akhir titrasi
yaiyu titik dimana saat titrasi terjadi perubahan warna yang konstan (Tutut,2015).
Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatifuntuk
menentukan konsentrasi dalam suatu zat yang ada dalam larutan.Keberhasilan dalam
titrasi asam basa sangat ditentukan oleh kinerja indicator yang mampu menunjukan titik
akhir dari titrasi.Indikator merupakan suatu zat yang ditambahkan ke dalam larutan
sampel sebagai penanda yang menunjukan telah terjadinya titik akhir titrasi pada
analisis volumetrik.Indikator asam basa sering digunakan di labolatorium untuk titrasi
asam basa merupakan indicator sintesis (Sinta,2016).
B.Tujuan Percobaan
percobaan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan analisis aside-
alkalimetri sederhana dan penentuan kadar Nitrogen.
C.Prosedur Percobaan
17
Percobaan alkalimetri dilakukan dengan beberapa percobaan yakni, standarisasi
larutan NaOH dengan larutan baku dan menentukan kadar asam cuka murni dalam
cuka biang. Percobaan dilakukan dengan cara 20 mL larutan NaOH dimasukkan ke
dalam Erlenmeyerditambahkan indikator penolptalein sebanyak 3 tetes, selanjutnya
dititrasi menggunakan larutan asam oksalat 0,1 M sampai terjadi perubahan warna,
selanjutnya menghitung volume asam oksalat dan Normalitas NaOH. Langkah
selanjutnya yang dilakukan praktikan ilaha memanaskan aquades sebanyak 100 mL
sampai mendidih, kemudian didinginkan. Setelah itu larutankan 1 mL cuka ke dalam
100 mL aquades yang telah dipaaskan dan dinginkan. Larutan tersebut kemudian
dikocok baik-baik. Langlah berikutnya ialah 10 mL larutan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Diberikan 3 tetes indikator penolptalein dan dititrasi dengan NaOH.
Langkah terakhir ialah hutunglah kadar cuka dinyatakan dalam Normalitas dan persen
Volume.
D.Hasil Percobaan
Tabel 2.1 Hasil Percobaan Standardisasi NaOH
Volume Volume
No. Sampel Titran Sampel Titran Persamaan Reaksi Hasil
(mL) (mL)
2NaOH+(COOH)2+H2O N NaOH =
1. NaOH (COOH)2 10 10,1
→ Na O C4 + 4H O
2 2 2 0,101 N
2NaOH+(COOH)2+H2O N NaOH =
2. NaOH (COOH)2 10 10,3
→ Na O C4 + 4H O
2 2 2 0,103 N
N NaOH =
Rata-rata 10,2
0,102 N
Volume Volume
No. Sampel Titran Sampel Titran Persamaan Reaksi Hasil
(mL) (mL)
N CH3COOH
CH3COOH+NaOH+
= 1,8 N
1. CH3COOH NaOH 10 1,8 H2O → Na2O2C4
% CH3COOH
+4H2O
= 10,8%
2. CH3COOH NaOH 10 1,8 CH3COOH+NaOH+ N CH3COOH
18
H2O → Na2O2C4 = 1,8 N
+4H2O % CH3COOH
= 10,8%
N CH3COOH
= 1,8 N
Rata-rata 1,8
% CH3COOH
= 10,8%
Volume Volume
No. Sampel Titran Sampel Titran Persamaan Reaksi Hasil
(mL) (mL)
NaOH+HCl→NaCl+H2O N NaOH =
1. NaOH HCl 10 10,1
0,1 N
NaOH+HCl→NaCl+ H2O N NaOH =
2. NaOH HCl 10 10,4
0,096 N
N NaOH =
Rata-rata 10,2
0,098 N
Analisis Data
1. Standardisasi NaOH
- Sampel 1
Diketahui : Volume NaOH = 10 mL
Volume (COOH)2 = 10,1 mL
N (COOH)2 = 0,1 N
Ditanyakan : N NaOH = …?
Penyelesaian:
a. Persamaan Reaksi
b. Normalitas NaOH
N NaOH x V NaOH = N (COOH)2x V(COOH)2
N NaOH x 10 = 0,1 x 10,1
10 N NaOH = 1,01
19
1,01
N NaOH =
10
N NaOH = 0,101 N
- Sampel 2
Diketahui : Volume NaOH = 10 mL
Volume (COOH)2 = 10,3 mL
N (COOH)2 = 0,1 N
Ditanyakan : N NaOH = …?
Penyelesaian:
a. Persamaan Reaksi
b. Normalitas NaOH
N NaOH x V NaOH = N (COOH)2x V (COOH)2
N NaOH x 10 = 0,1 x 10,3
10 N NaOH = 1,03
1,03
N NaOH =
10
N NaOH = 0,103 N
- Perhitungan Rata-Rata
Diketahui : Volume NaOH = 10 mL
Volume (COOH)2 = 10,2 mL
N (COOH)2 = 0,1 N
Ditanyakan : N NaOH = …?
Penyelesaian:
a. Persamaan Reaksi
b. Normalitas NaOH
N NaOH x V NaOH = N (COOH)2x V (COOH)2
N NaOH x 10 = 0,1 x 10,2
20
10 N NaOH = 1,02
1,02
N NaOH =
10
N NaOH = 0,102 N
1% (1 mL = 100 mL)
N NaOH = 0,1 N
Penyelesaian:
a. Persamaan Reaksi
0,18 = N CH3COOH x 10
0,18
NCH3COOH =
10
N CH3COOH = 0,018 N
21
c. Massa CH3COOH Pengenceran 1%
gr 1000
N = x
BE V CH3COOH
gr 1000
0,18 = x ………… (1)
BE 10
Mr
BE =
valensi
60
=
1
= 60 ……….…………(2)
gr 1000
0,018 = x
60 10
1000 gr = 60 x 10 x 0,018
10,8
gr =
1000
= 0,0108 gram
= 1,08 gram
1% (1 mL = 100 mL)
N NaOH = 0,1 N
Penyelesaian:
e. Persamaan Reaksi
0,18 = N CH3COOH x 10
23
0,18
NCH3COOH =
10
N CH3COOH = 0,018 N
gr 1000
0,18 = x ………… (1)
BE 10
Mr
BE =
valensi
60
=
1
= 60 ……….…………(2)
gr 1000
0,018 = x
60 10
1000 gr = 60 x 10 x 0,018
10,8
gr =
1000
= 0,0108 gram
24
= 1,08 gram
1% (1 mL = 100 mL)
N NaOH = 0,1 N
Penyelesaian:
a. Persamaan Reaksi
0,18 = N CH3COOH x 10
0,18
NCH3COOH =
10
N CH3COOH = 0,018 N
gr 1000
0,18 = x ………… (1)
BE 10
Mr
BE =
valensi
60
=
1
= 60 ……….…………(2)
gr 1000
0,018 = x
60 10
1000 gr = 60 x 10 x 0,018
10,8
gr =
1000
= 0,0108 gram
26
0,0108
1% = x 100 %
gr CH3COOH
= 1,08 gram
27
N HCl = 0,1 N
- Sampel 2
Diketahui : Volume NaOH = 10 mL
Volume HCl = 10,4 mL
N NaOH = 0,1 N
Ditanyakan : N HCl = …?
Penyelesaian:
a. Persamaan Reaksi
NaOH + HCl → NaCl + H2O
b. Normalitas NaOH
N HCl x V HCl = N NaOH x V NaOH
N HCl x 10,4 = 0,1 x 10
10,4 N HCl = 1,0
1,0
N HCl = 10,4
N HCl = 0,096 N
- Perhitungan Rata-Rata
Diketahui : Volume NaOH = 10 mL
Volume HCl = 10,2 mL
N NaOH = 0,1 N
Ditanyakan : N HCl = …?
Penyelesaian:
a. Persamaan Reaksi
NaOH + HCl → NaCl + H2O
b. Normalitas NaOH
N HCl x V HCl = N NaOH x V NaOH
N HCl x 10 = 0,1 x 10
10,2 N HCl = 1,0
1,0
N HCl = 10,2
N HCl = 0,098 N
Penyelesaian :
28
a Persamaan Reaksi
b Normalitas HCL
E.Pembahasan
Alkalimetri merupakan salah satu metode kimia kualitatif yang didasarkan pada
prinsip titrasi asam basa. Alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam dan basa
dalam suatu larutan secara analisa volumteri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi
netralisasi yakni reaksi antara ion hIdrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dilakukan sebagai reaksi antara asam dan basa. Kegunaan reaksi
netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui,
penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam atau basa. Jalurnya proses
titrasi nentralisasi dapat diiukuti dengan melihat prubahan pH pada saat dan disekitar
titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan Indikator agar
kesalahan titrasi sekecil-kecilnya
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sdah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Sebagai contoh bila
melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titran asam basa, titrasi redoks
untuk titran yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan
sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi
perubahan warna indikator baik titran maupun titrat biasanya berupa larutan. Saat
terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan
diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir tittrasi
dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu,
pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik
ekivalen tercepat. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH nya 7 (netral). Indikator
adalah suatu senyawa organik komplek dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa
yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan
29
dapat saling berubah warna dari bentu satu kebentuk yang lain ada konsentrasi H+
tertentu atau pada pH tertentu.
Penggunaan indikator pada metode titrasi ini bertujuan untuk mengamati titik
akhir dari suatu titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat mulai terjadi perubahan
warna. Selain dari itu terdapat juga titik ekivalen, yaitu titik dalam suatu titrasi dimana
jumLah ekivalen titrasi sama dengan jumLah ekuivalen analit. Titik akhir titrasi tidak
selalu sama dengan titik ekuivaken, tetapi biasanya titik akhir titrasi bisa sedekat
mungkin dengan titik ekivalen. Pada metode elkalimetri yang digunakan adalah indikator
pp (penolplatein).
30
lesetimbangan asam akan bergeser ke kiri sehingga kesetimbangan air tidak terganggu
artinya ion H+ akan tetap seperti semula.
F.Kesimpulan
31
ACARA III
KROMATOGRAFI
A.Teori Dasar
macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa gerak
yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bias berupa cairan ataupun
suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba
memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi
kapur (CaSO4). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-
daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir
petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang
untuk beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi
padatan cair (LSC). Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan permulaan tahun 1940 an,
kromatografi mulai berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada
tahun 1938 oleh Izmailov dan Schreiber,dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun
32
murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi
campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak
hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan
optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material.
Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan
3MM (2 x 17 cm) sebagai fase diam danasam asetat 50%, NaCl fisiologis
cm)sebagai fase diam dan NaCl fisiologis(0,9%) sebagai fase gerak (Mulyon,2012).
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi
cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui
Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan
lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam
atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
33
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak
Semakin kecil luas penampang, lintasan yang ditempuh semakin jauh. Hal ini
kekuatan ion semakin tinggi, lintasanyang ditempuh semakin jauh dan lebih cepat. Hal
ini akibat dari daya tarik antara ion dengan elektroda yang semakin kuat. Kenaikan suhu
akanmeningkatkan mobilitas ion, namun jika suhu terlalu tinggi akan terjadi penguapan
elektrolit sepanjang kertas yang mengakibatkan kertas menjadi kering dan bahkan
Penentuan kadar glukosa dan fruktosa dengan kromatografi ini juga harus
laju alir eluen serta suhu kolom. Ini disebabkan karena hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi resolusi dari tiap-tiap komponen. Bila dua puncak kromatografi dari dua
harus dilakukan pada kondisi optimum. Pemisahan yang baik adalah bila
A. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk melatih mahasisiwa melakukan analisis aside-
alkalimetri sederhana dan penentuan kadar Nitrogen.
C.Prosedur Percobaan
34
Praktikum kromatografi kertas dilakukan dengan mula-mula dipotong
kertas saring menjadi ukuran 6,5 cm × 12,5 cm, kemudian dibuat garis pada kertas
saring dengan tepi bawah 3 cm dan tepi atas 2 cm. Pada kertas saring tersebut
kemudian ditotolkan pewarna makanan berwarna kuning, tinta berwarna hitam, dan tinta
berwarna hijau yang diberi tanda terlebih dahulu pada garis tepi bawah. Setelah itu,
dimasukkan aquades (fase gerak) kedalam gelas ukur. Kemudian, dimasukkan kertas
saring ke dalam gelas ukur dengan posisi totolan berada di bawah dengan aquades
tidak menyentuh bagian dari garis tinta. Diperhatikan perubahan yang terjadi (warna)
selama fase gerak terelusi dan diperhatikan bila aquades telah terelusi hingga batas
atas yang telah ditandai dengan garis, maka dikeluarkan kertas saring tersebut dari
gelas ukur dan tandai perubahan (bercak warna) dengan pensil. Langkah berikutnya,
yaitu dihitung faktor retensinya dengan mengukur jarak elusi komponen warna dengan
penggaris. Percobaan dilakukan secara duplo. Diulangi cara diatas dengan
menggantikan fase gerak menggunakan petroleum eter.
D.Hasil Percobaan
Tabel 3.1 Hasil PercobaanKromatografiKertas
Kelomp SampelWar FaseGer WarnaTerben Jarak Dari Jarak Retenti
ok na ak tuk TempatPenete Bata on
san (cm) s Factor
Eluae (Rf)
n (cm)
(cm)
Hijau Kuning dan 8 11 0,73
Aquades Biru
Ungu Merah dan 5 11 0,45
Biru
Hitam Hitam 0 11 0
7 Hijau Kuning dan 0 11 0
Butanol Biru
Ungu Merah dan 3.5 11 0.32
35
Biru
Hitam Hitam 6 11 0,55
Hijau Biru dan 8 10,5 0,76
Aquades Kuning
Ungu Pink dan Biru 6 10,5 0,57
Hitam Hitam 0 10,5 0
6 Hijau Hijau 0 10,5 0
Ungu Butanol Merah pudar 4 10,5 0,38
Hitam Hitam 1,5 10,5 0,14
Analisis Data
1. Kelompok7
a. Aquades
- SampelTintaHijau
Diketahui : JarakKomponen = 8 cm
JarakEluen = 11 cm
Ditanyakan : Rf tintahijau = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tintahijau =
jarak eluen
8
=
11
= 0,73 cm
- Sampel Tinta Ungu
Diketahui : JarakKomponen = 5 cm
JarakEluen = 11 cm
36
Ditanyakan : Rf tintaungu = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tinta ungu =
jarak eluen
5
=
11
= 0,45 cm
- Sampel Tinta Hitam
Diketahui : JarakKomponen = 0 cm
JarakEluen = 11 cm
Ditanyakan : Rf tintahitam = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tinta hitam =
jarak eluen
0
=
11
= 0 cm
b. Butanol
- Sampel Tinta Hijau
Diketahui : JarakKomponen = 0 cm
JarakEluen = 11 cm
Ditanyakan : Rf tintahijau = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tintahijau =
jarak eluen
37
0
=
11
= 0 cm
- Sampel Tinta Ungu
Diketahui : JarakKomponen = 3,5cm
JarakEluen = 11 cm
Ditanyakan : Rf tintaungu = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tinta ungu =
jarak eluen
3,5
=
11
= 0,32 cm
- Sampel Tinta Hitam
Diketahui : JarakKomponen = 6cm
JarakEluen = 11 cm
Ditanyakan : Rf tintahitam = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tintahitam =
jarak eluen
6
=
11
= 0,55 cm
2. Kelompok16
a. Aquades
- SampelTintaHijau
Diketahui : JarakKomponen = 8 cm
JarakEluen = 10,5 cm
38
Ditanyakan : Rf tintahijau = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tintahijau =
jarak eluen
8
=
10,5
= 0,76 cm
- Sampel Tinta Ungu
Diketahui : JarakKomponen = 6cm
JarakEluen = 10,5 cm
Ditanyakan : Rf tintaungu = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tinta ungu =
jarak eluen
6
=
10,5
= 0,57 cm
- Sampel Tinta Hitam
Diketahui : JarakKomponen = 0 cm
JarakEluen = 10,5 cm
Ditanyakan : Rf tintahitam = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tinta hitam =
jarak eluen
0
=
10,5
= 0 cm
39
b. Butanol
- SampelTintaHijau
Diketahui : JarakKomponen = 0 cm
JarakEluen = 10,5 cm
Ditanyakan : Rf tintahijau = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tintahijau =
jarak eluen
0
=
10,5
= 0 cm
- Sampel Tinta Ungu
Diketahui : JarakKomponen = 4cm
JarakEluen = 10,5 cm
Ditanyakan : Rf tintaungu = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tinta ungu =
jarak eluen
4
=
10,5
= 0,38 cm
- Sampel Tinta Hitam
Diketahui : JarakKomponen = 1,5cm
JarakEluen = 10,5 cm
Ditanyakan : Rf tintahitam = ?
Penyelesaian :
jarak komponen
Rf tinta hitam =
jarak eluen
40
1,5
=
10,5
= 0,14 cm
E.Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen yang
berada pada larutan atau prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi
diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satunya
bergerak secara berkesinambungan dalam arah tetentu dan didalamya zat-zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas yang disebabkan dengan adanya perbedaan dalam
adsorben, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode.
Kromatografi kertas merupakan salah satu bagian dari teknik pemisahan
kromatografi yang paling sederhana, dan merupakan cara klasik. Pada dasarnya, teknik
kromatografi ini membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara dua fase, yaitu fase
diam dan fase gerak yaitu pelarut yang sesuai. Fase gerak membawa zat terlarut
melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau
lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh cairan atau gas
yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat
betindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak
Kromatografi kertas yang digunakan sebagai zat pendukung (zat inert) disini ialah
kertas saring yang sifatnya kapiler. Pelarut yang sering digunakan ialah pelarut organic,
pada percobaan ini digunakan petroleum eter dan aquades karena cepat menyerap
sehingga akan naik lebih cepat. Kromatografi kertas ini dipakai untuk memisahkan zat
warna dasar tinta, karena diketahui warna tinta terdiri dari beberapa komponen warna
penyusun. Dalam percobaan ini zat warna yang akan dipisahkan adalah zat warna yang
terdapat pada pewarna makanan berwarna kuning, tinta berwarna hitam dan tinta
berwarna hijau.
Polaritas dalam kromatografi memegang peranan sangat penting karena dalam
kromatografi sifat polaritas khususnya digunakan sebagai petunjuk sifat zat terlarut,
41
adsorben, dan senyawa yang akan dipisahkan. Air yang termasuk zat pelarut
konfigurasi elektronnya dan geometri molekulnya dapat menghasilkan dipol permanen
yang sangat kuat. Oleh karena itu air dianggap memilki polaritas yang sangat kuat.
Senyawa lain yang memiliki atom oksigen seperti alkohol, keton, eter, dan ester memilki
dipol yang lemah dari pada air, oleh karena itu polaritasnya juga kecil. Oleh karena itu
pula air lebih cepat terserap oleh kertas saring daripada petroleumeter sehingga
pembentukan spot-spot noda lebih cepat terbentuk pada fase gerak yang menggunakan
air.Berdasarkan hasil percobaan, totolan berwarna kuning dan hijau bergerak keatas
mengikuti aquades yang terserap keatas oleh kertas, sedangkan totolan berwarna hitam
tidak bergerak dan tetap berada pada garis tempat ditotolkan sebelumnya. Hal tersebut
dikarenakan sifat kepolaran yang ada antara tinta dengan aquades. Aquades
menghasilkan dipol permanen yang sangat kuat, sehingga polaritas yang sangat kuat
tersebut apabila dicelupkan dengan tinta yang bersifat polar juga maka tinta tersebut
akan menghasilkan variasi warna. Oleh karena itu, totolan berwarna kuning dan hijau
dapat bergerak karena bersifat polar, sedangkan totolan berwarna hitam tidak bergerak
karena bersifat non polar. Warna yang terbentuk dari tinta berwarna hijau adalah warna
kuning, sedangkan warna yang terbentuk darri totolan berwarna kuning yangtinta
spidmerupakan pewarna makanan tetap berwarna kuning.
Percobaan kromatografi selalu berkaitan dengan harga Rf. Nilai Rf adalah rasio
jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh
garis depan pelarut selama waktu yang sama. Besarnya jarak yang ditempuh noda
tergantung pada beberapa hal antara lain, kelarutan antara noda dan pelarutnya, jika
noda dan pelarutnya bekerja dengan prinsip saling melarut karena memiliki sifat yang
sama, maka noda tersebut akan lebih mudah bergerak. Berdasarkan hasil percobaan
yang dilakukan pada sampel warna hijau dengan aquades warna yang terbentuk kuning
dan warna biru jarak dari tempat penetesannya yaitu 8 cm dan jarak batas eulennya
11cm kemudian menghasilkan Rf 0,73 cm.kemudian pada sampel tinta ungu dengan
aquades warna yang terbentuk merah dan biru,jarak penetesan 5 cm dan jarak batasan
aluaen 11 cm kemudian menghasilkan Rf 0,45 cm.kemudian pada sampel warna hitam
dengan aquades jarak dari tempat penetasan 0 cm dan jarak eluaen 11 cm, kemudian
42
menghasilkan Rf 0 cm.selanjutnya sampel warna hijau dengan butanol warna yang
terbentuk kuning dan biru,jarak tempat penetesan 0 cm dan jarak batas eluaen 11 cm
dan menghasilkan Rf 0 cm.pada sampel warna ungu dengan butanol juga warna yang
terbentuk merah dan biru,jarak tempat penetesannya 3,5 cm dan jarak batas eluaen 11
cm dengan nilai Rf 0,32 cm.pada sampel warna hitam dengan butanol warna yang
terbentuk hitam,jarak dari tempat penetesan 6 cm dan jarak bats aluaen 11cm dengan
nilai Rf 0,55.kemudian sampel warna hijau dengan aquades warna yang terbentuk biru
dan kuning dengan jarak tempat penetesan 8 cm dan batas jarak eluaen 10,5 cm
dengan nilai Rf 0,76 cm.sampel warna ungu dengan aquades warna yang terbentuk
pink dan biru,dengan jarak tempat penetesan 6 cm dan jarak batas eluaen 0,57
cm.kemudian sampel warna hitam dengan aquades warna yang terbentuk hitam dengan
bats jarak penetesan 0 cm dan jarak batas eluaen 10,5 cm dengan nili Rf 0
cm.Kemudian pada sampel warna hijau dengan butanol warna yang terbentuk hijau
dengan jarak batas penetesan 0cm dan batas jarak eluaen 10,5 cm dengan nilai Rf 0
cm.sampel warna ungu dengan butanol warna yang terbentuk merah pudar,jarak tempat
penetesan 4 cm dengan jarak patas eluaen 10,5 cm dengan nila Rf 0,38 cm.dan yang
terakhir yaitu sampel warna hitam dengan butanol warna yang terbentuk hitam, jarak
tempat penetesan 1,5 cm dan jarak batas eluaen 10,5 cm dengan nilai Rf 0.14 cm.
Metode kromatografi kertas yang digunakan tidak memerlukan alat-alat yang teliti
dan mahal, dimana hasil-hasil yang lain dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-
materi yang sangat sederhana. Jadi, dengan metode kromatografi kertas kita sudah
dapat melakukan percobaan dengan hasil yang baik. Namun, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain pemberian jarak batas atas dan bawah pada kertas
saring harus menggunakan pensil karena pensil tidak akan ikut terelusi sehingga tidak
mengkontaminasi zat yang sedang diteliti, keadaan kertas saring harus lurus agar
proses terjadi elusi tidak terganggu dan juga totolan tinta jangan sampai tercelup ke
dalam pelarut atau fase gerak karena apabila sampai tercelup maka terjadinya elusi
akan dua arah, yaitu ke atas dan ke bawah juga, serta akan tercampur dengan pelarut,
sehingga terjadi kontaminasi dan praktek akan gagal.
F.Kesimpulan
43
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kromatografi kertas merupakan salah satu bagian dari tehnik
pemisahan kromatografi sederhana yang menggunakan kertas saring sebagai
penunjang fase diam dan fase geraknya berupa cairan yang terserap diantara struktur
pori kertas saring. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada sampel warna
hijau dengan aquades warna yang terbentuk kuning dan warna biru jarak dari tempat
penetesannya yaitu 8 cm dan jarak batas eulennya 11cm kemudian menghasilkan Rf
0,73 cm.kemudian pada sampel tinta ungu dengan aquades warna yang terbentuk
merah dan biru,jarak penetesan 5 cm dan jarak batasan aluaen 11 cm kemudian
menghasilkan Rf 0,45 cm.kemudian pada sampel warna hitam dengan aquades jarak
dari tempat penetasan 0 cm dan jarak eluaen 11 cm, kemudian menghasilkan Rf 0
cm.selanjutnya sampel warna hijau dengan butanol warna yang terbentuk kuning dan
biru,jarak tempat penetesan 0 cm dan jarak batas eluaen 11 cm dan menghasilkan Rf 0
cm.pada sampel warna ungu dengan butanol juga warna yang terbentuk merah dan
biru,jarak tempat penetesannya 3,5 cm dan jarak batas eluaen 11 cm dengan nilai Rf
0,32 cm.pada sampel warna hitam dengan butanol warna yang terbentuk hitam,jarak
dari tempat penetesan 6 cm dan jarak bats aluaen 11cm dengan nilai Rf 0,55.kemudian
sampel warna hijau dengan aquades warna yang terbentuk biru dan kuning dengan
jarak tempat penetesan 8 cm dan batas jarak eluaen 10,5 cm dengan nilai Rf 0,76
cm.sampel warna ungu dengan aquades warna yang terbentuk pink dan biru,dengan
jarak tempat penetesan 6 cm dan jarak batas eluaen 0,57 cm.kemudian sampel warna
hitam dengan aquades warna yang terbentuk hitam dengan bats jarak penetesan 0 cm
dan jarak batas eluaen 10,5 cm dengan nili Rf 0 cm.Kemudian pada sampel warna hijau
dengan butanol warna yang terbentuk hijau dengan jarak batas penetesan 0cm dan
batas jarak eluaen 10,5 cm dengan nilai Rf 0 cm.sampel warna ungu dengan butanol
warna yang terbentuk merah pudar,jarak tempat penetesan 4 cm dengan jarak patas
eluaen 10,5 cm dengan nila Rf 0,38 cm.dan yang terakhir yaitu sampel warna hitam
dengan butanol warna yang terbentuk hitam, jarak tempat penetesan 1,5 cm dan jarak
batas eluaen 10,5 cm dengan nilai Rf 0.14 cm. Percobaan kromatografi selalu berkaitan
dengan harga Rf. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut
44
terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang
sama.Metode kromatografi kertas yang digunakan tidak memerlukan alat-alat yang teliti
dan mahal, dimana hasil-hasil yang lain dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-
materi yang sangat sederhana. Jadi, dengan metode kromatografi kertas kita sudah
dapat melakukan percobaan dengan hasil yang baik.
45
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia, 2007, Kimia Larutan. PT. Citra aditia bakti, Bandung.
Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.
Day, R. A., dkk, Quantitative Analysis, terj. Iis Sofyan. analisis kimia kuantitatif. Jakarta:
Erlangga, 2002.
Fatimah, Soja. 2003. Kalibrasi dan Perawatan Spektrofotometer UV-VIS. Bandung.
Harjadi, W., 2008. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
INDEP.Vol.1,No.3
Ratnayani, K, Dwi Adhi, dan Gitadewi,2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa
Pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng DenganMetode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia 2 (2) Juli (2008) : 77-86.
46
47