Anda di halaman 1dari 2

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang

terletak di provinsi Sulawesi Tengah dan salah satu lokasi perlindungan hayati Sulawesi. Taman
Nasional Lore Lindu terletak sekitar 60 kilometer selatan kota Palu dan terletak antara 119°90’ -
120°16’ di sebelah timur dan 1°8’ - 1°3’ di sebelah selatan. Taman nasional ini terbagi atas tiga
kawasan, yakni Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, Hutan Wisata Danau Lindu, dan Suaka
Margasatwa Sopu Gumbasa.[3]
Kalau dibandingkan dengan taman nasional lain di Indonesia, ukurannya sedang saja. Taman
Nasional ini secara resmi meliputi kawasan 217.991.18 ha (sekitar 1.2% wilayah Sulawesi yang
luasnya 189.000 km² atau 2.4% dari sisa hutan Sulawesi yakni 90.000 km²) dengan ketinggian
bervariasi antara 200 sampai dengan 2.610 meter di atas permukaan laut. Taman Nasional ini
sebagian besar terdiri atas hutan pegunungan dan sub-pegunungan (±90%) dan sebagian kecil
hutan dataran rendah (±10%).
Taman Nasional Lore Lindu memiliki fauna dan flora endemik Sulawesi serta panorama alam
yang menarik karena terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan antara zona Asia
dan Australia. Taman Nasional Lore Lindu yang terletak di selatan kabupaten Donggala dan
bagian barat kabupaten Poso menjadi daerah tangkapan air bagi 3 sungai besar di Sulawesi
Tengah, yakni sungai Lariang, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Kawasan Taman Nasional Lore
Lindu merupakan habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi. Anoa, babirusa, rusa, kera hantu
(Tangkasi), kera kakaktonkea, kuskus marsupial dan binatang pemakan daging terbesar di
Sulawesi, musang Sulawesi hidup di taman ini. Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki paling
sedikit 5 jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikusnya, termasuk jenis endemik. Sedikitnya ada 55
jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung, termasuk maleo, 2 jenis enggang Sulawesi yaitu
julang Sulawesi dan kengkareng Sulawesi. Burung Enggang Benbuncak juga disebut Rangkong
atau burung allo menjadi penghuni Taman Nasional Lore Lindu. Ribuan serangga aneh dan cantik
dapat dilihat di sekitar taman ini. Layak diamati adalah kupu-kupu berwarna mencolok yang
terbang di sekitar taman maupun sepanjang jalan setapak dan aliran sungai.

Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian
Alam di Indonesia seluas 1.094.692 hektare yang secara administrasi pemerintahan terletak di
Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten
Subulussalam, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Bener
Meriah, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi
Kabupaten Dairi, Karo, dan Langkat. Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi
yaitu :
- perlindungan sistem penyangga kehidupan;
- pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
- pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Sebagian besar kawasan TNGL memiliki topografi yang curam dan struktur dan tekstur tanah
yang rentan terhadap longsor. Hal ini terbukti pada saat banjir bandang yang menghancurkan
kawasan wisata alam Bukit Lawang beberapa tahun lalu. Untuk lebih menjaga TNGL dari
kerusakan yang lebih parah maka dibentuklah suatu kawasan yang disebut Kawasan Ekosistem
Leuser. Kawasan yang memiliki luas 2,6 juta hektare ini meliputi area yang lebih datar di
sekeliling TNGL dan berfungsi sebagai penyangga (buffer).
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) adalah salah satu ekosistem dengan tipe hutan hujan
pegunungan dan savana yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. TNGR ditetapkan
sebagai kawasan Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.280/Kpts-
II/1997 dengan luas 40.000hA walaupun dilapangan luasnya lebih dari 41,000hA.TNGR memiliki
ragam flora antara lain; Jelatang (Laportea Stimulans), Dedurenan (Aglaea Argentea), Bayur
(Pterospermum Javanicum), Beringin (Ficus Benjamina), Jambu-jambuan (Syzygium sp) Keruing
(Dipterocarpus Hasseltii), Rerau (D. Imbricatus), Cemara Gunung (Casuarina
Junghuniana)Eidelweis (Anaphalis Javanica) dan beberapa macam anggrek hutan endemik yaitu
Perisstylus Rinjaniensis dan P.Lombokensis. Sementara ragam fauna yang dimiliki oleh TNGR
adalah antara lain; Musang Rinjani (Paradoxurus Hemaprhoditus Rinjanicus), Rusa (Muntiacus
Muntjak Nainggolani), Lutung budeng (Trachypithecus auratus kohlbruggei), Trenggiling (Manis
Javanicus), burung Cikukua Tanduk (Philemon Buceroides Neglectus), Dawah Hutan (Ducula
Lacernulata Sasakensis), Kepodang Kuduk Hitam (Oriolus Chinensis Broderipii) dan beberapa
jenis reptilia ditambah sejumlah jenis ikan air tawar yang hidup di danau Segara Anak, antara lain;
Mujair dan Karper.Pada kepundan pegunungan (2.800mdpl) terdapat kawah mati akibat letusan
gunung Rinjani yang (diperkirakan terjadi pada zaman Plistosen <1,8 juta tahun yang lalu,
BTNGR) membentuk sebuah danau yang sangat luas (1.100hA)dengan pemandangan yang indah.
Danau tersebut disebut Danau Segara Anak, dari bahasa Sasak kurang lebih berarti Laut Kecil.
Cukup menggambarkan luas dari danau tersebut. Kedalaman air danau diperkirakan sekitar 160m
- 230m. Suhu air danau beragam dari sisi lain ke sisi yang lain. Air danau ada yang berbau
belerang yang sangat kuat sehingga mirip seperti moffet yang sangat berbahaya tetapi adapula
yang berbau seperti air pegunungan. Di tengah danau Segara Anak muncul sebuah gunung baru
yang disebut Gunung Baru Jari. Gunung Baru Jari ini dipercaya bertambah tinggi dalam setiap
tahunnya. Curah hujan rata - rata di kawasan ini adalah 2.000ml/tahun dengan letak ketinggian
dari 550mdpl - 3.726mdpl.

Anda mungkin juga menyukai