Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (Epileptic
seizure ). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan
untuk gejala konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi
telah di tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif.Fenobarbital
diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan
langsung dengan efek hipnotiknya.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu arti Antikonvulsi .

2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya epilepsi .

3. Untuk mengetahui mekanisme kerja antiepilepsi .

4. Untuk mengetahui efek samping dan perhatian .

5. Untuk mengetahui rute dan dosis pemberian .

6. Untuk mengertahui daftar nama obat berbahaya untuk ibu hamil dan menyusui .

C. Manfaat

1. Sebagai bahan untuk memberikan pengetahuan tentang Antikovulsi.

2. Sebagai bahan untuk bagaimana kita menyikapi tentang epilepsi .

3. Sebagai bahan untuk efek samping, perhatian, rute, dan dosis pemberian obat Antikonvulsi .

D. Identifikasi Masalah

1. Sejauh mana Antikunvulsi di pergunakkan .

2. Sejauh mana syarat-syarat untuk dosis dan rute pemberian obat .

3. Sejauh mana faktor-faktor yang mempengaruhi Obat Antikonvulsi .

E. Rumusan Masalah

1. Bagaimana epilepsi bisa terjadi .

1
2. Bagaimana cara menanggulangi epilepsi .

3. Bagaimana efek samping samping dan dosis pemberian Obat Antikonvulsi .

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Antikonvulsi

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (Epileptic
seizure ). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan
untuk gejala konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi
telah di tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif.Fenobarbital
diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan
langsung dengan efek hipnotiknya.Di Indonesia fenobarbital ternyata masih digunakan, walaupun di
luar negeri obat ini mulai banyak di tinggalkan.Fenitoin (difenilhidantoin), sampai saat ini masih
tetap merupakan obat utama antiepilepsi. Di samping itukarbamazepin yang relatif lebiih baru makin
banyak digunakan, krena dibandingkan denganf enobarbital pengaruhnya terhadap perubahan
tingkah laku maupun kemampuan kognitif lebih kecil.

Epilepsiadalah gangguan neurologis umum kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa
alasan.Ini adalah tanda-tanda kejangsementara dan / atau gejala dari aktivitas neuronal yang
abnormal, berlebihan atau sinkron diotak. Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia memiliki epilepsi,
dengan hampir 90% dari orang-orang yang di negara-negara berkembang.Epilepsi lebih mungkin
terjadi pada anak-anak muda, atau orang di atas usia 65 tahun,namun dapat terjadi setiap saat.
Epilepsi biasanya dikontrol, tapi tidak sembuh, denganpengobatan, meskipun operasi dapat
dipertimbangkan pada kasus yang sulit.Namun, lebih dari30% orang dengan epilepsi tidak memiliki
kontrol kejang bahkan dengan obat terbaik yang tersedia.Tidak semua sindrom epilepsi seumur
hidup - beberapa bentuk terbatas pada stadium tertentu dari masa kanak-kanak. Epilepsi tidak harus
dipahami sebagai gangguan tunggal, tetapilebih sebagai sindrom dengan gejala jauh berbeda tetapi
semua yang melibatkan aktivitas listrik episodik abnormal di otak.Epilepsi adalah sebuah kondisi
otak yang dicirikan dengan kerentanan untuk kejang berulang(peristiwa serangan berat,
dihubungkan dengan ketidaknormalan pengeluaran elektrik dari neuron pada otak). Kejang
merupakan manifestasi abnormalitas kelistrikan pada otak yang menyebabkan perubahan sensorik,
motorik, tingkah laku.

B. Penyebab Terjadinya Kejang

Antara lain trauma terutama pada kepala, encephalitis (radang otak), obat,birth trauma(bayi lahir
dengan cara vacuum - kena kulit kepala - trauma), penghentian obat depresan secara tiba-tiba,
tumor,demam tinggi, hipoglikemia, asidosis, alkalosis, hipokalsemia, idiopatik. Sebagian kecil
disebabkan oleh penyakit menurun.Kejang yang disebabkan oleh meningitis disembuhkan dengan

2
obat anti epilepsi, walaupun mereka tidak dianggap epilepsi. Menurut International League Against
Epilepsy (ILAE), kejang dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok utama yaitu kejang parsial ( Partial
seizures) dan kejang keseluruhan (Generalized seizures). Kejang sebagian dibagi lagi menjadi kejang
parsial sederhana dan kejang parsialkompleks. Sedangkan kejang keseluruhan dikelompokkan
menjadi petit mal seizures (Absenceseizures); atypical absences; myoclonic seizures; tonic clonic
(grand mal) seizures; tonic, clonic,atonic seizures.Pilihan Bangkitan Epilepsi Pemilihan obat untuk
terapi masing-masing bentuk epilepsi tergantung dari bentuk bangkitn epilepsy secara klinis dan
kelainan EEG nya. Tidak ada satupun pilahan epilepsi yang dapat memuaskan dan diterima oleh
semua ahli penyakit saraf.Pilahan epilepsy secara internasioal tidak banyak membantu sebagai
pedoman untuk pembahasan obat anti epilepsi.Untuk maksud ini digunakan pilahan yang lazim
dipakai di klinik dan berkaitan erat dengan efektivitas obat antiepilepsi.

C. Mekanisme Terjadinya Epilepsi

Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan satu abad yang lalu oleh John Hughlings Jackson,
bapak epilepsi modern.Pada fokus epilepsi di korteks serebri terjadi letupan yang timbul kadang-
kadang, secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat, letupan ini menjadi bangkitan umum bila neuron
normal di sekitarnya terkena pengaruh letupan tersebut.Konsep ini masih tetap di anut dengan
beberapa perubahan kecil.Adanya letupan depolarisasi abnormal yang menjadi dasar diagnosis
diferensial epilepsi memang dapat dibuktikan.

D. Mekanisme Kerja Antiepilepsi

Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang penting yaitu (1) dengan mencegah timbulnya letupan
depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi (2) dengan mencegah terjadinya
letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengeruh fokus epilepsi.Bagian terbesar antiepilepsi
yang dikenal termasuk dalam golongan terakhir ini.Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit yang
di mengerti secara baik.Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi
neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi system inhibisi yang melibatkan GABA dalam
mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.

Antiepilepsi

Obat Antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan. Empat golongan antiepilepsi mempunyairumus dengan
inti berbentuk cincin yang mirip satu sama lain yaitu golongan hidantoin,barbiturate, oksazolidindion
dan suksinimid.Akhir-akhir ini karbamazepin dan asam valproat memegang peran penting dalam
pengobatan epilepsy, karbamazepin untuk bangkitan parsial sederhana maupun
kompleks,sedangkan asam valproat terutama untuk bangkitan lena maupun bangkitan kombinasi
lena dengan bangkitan tonik-klonik.

6. Golongan Benzodiazepin

DIAZEPAM

Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-


fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna atau agak kekuningan
yang tidak larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif benzodiazepine dibagikedalam empat
kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :

3
1. Benzodiazepin ultra short-acting

2. Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk didalamnya
triazolam, zolpidem dan zopiclone.

3. Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam. Termasuk


didalamnya estazolam dan temazepam.

4. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk didalamnya
flurazepam, diazepam dan quazepam.

Dipasaran, diazepam tersedia dalam bentuk tablet, injeksi dan gel rectal, dalam berbagaidosis
sediaan. Beberapa nama dagang diazepam dipasaran yaitu Stesolid®,Valium®, Validex® dan
Valisanbe®, untuk sediaan tunggal dan Neurodial®, Metaneuron®dan Danalgin®, untuk sediaan
kombinasi dengan metampiron dalam bentuk sediaan tablet.

MEKANISME KERJA

Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA.Reseptor
Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggiterutama
dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Padareseptor ini,
benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi
berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanyainteraksi
benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan inikerja GABA akan
meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbukasehingga ion klorida
akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida
menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya,kemampuan sel untuk
dirangsang berkurang. Akibatnya,

PROFIL FARMAKOKINETIKA

t½ : Diazepam 20-40 jam, DMDZ 40-100 jam. Tergantung pada variasi subyek.t½meningkat pada
mereka yang lanjut usia dan bayi neonatus serta penderita gangguanliver. Perbedaan jenis kelamin
juga harus dipertimbangkan.

Volume Distribusi : Diazepam dan DMDZ 0,3-0,5 mL/menit/Kg. Juga meningkat padamereka yang
lanjut usia.

4
Waktu untuk mencapai plasma puncak : 0,5 – 2 jam.

Distribusi dalam Darah : Plasma (perbandingan dalam darah) Diazepam 1,8 danDMDZ 1,7.Ikatan
Protein : Diazepam 98 – 99% dan DMDZ 97%. Didistribusi secaraluas.Menembus sawar darah
otak.Menembus plasenta dan memasuki ASI.

Jalur metabolisme : Oksidasi Dimetabolisme terutama oleh hati. Beberapa produk


metabolismenya bersifat aktif sebagai depresan SSP.

Metabolit klinis yang signifikan : Desmetildiazepam (DMDZ) , temazepam &oksazepam.

PENGGUNAAN TERAPI

Indikasi

Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang
berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerangsecara
tiba-tiba.Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol.diazepam juga dapatdigunakan untuk
kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakansebagai obat penenang
dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.

Kontraindikasi

1. Hipersensitivitas

2. Sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain

3. Pasien koma

4. Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya

5. Nyeri berat tak terkendali

6. Glaukoma sudut sempit

7. Kehamilan atau laktasi

8. Diketahui intoleran terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya injeksi)

E. EFEK SAMPING & PERHATIAN

5
Efek Samping

Sebagaimana obat, selain memiliki efek yang menguntungkan diazepam juga memiliki efek samping
yang perlu diperhatikan dengan seksama. Efek samping diazepam memiliki tigakategori efek
samping, yaitu :1. Efek samping yang sering terjadi, seperti : pusing, mengantuk 2. Efek samping
yang jarang terjadi, seperti : Depresi, Impaired Cognition3. Efek samping yang jarang sekali
terjadi,seperti : reaksi alergi, amnesia, anemia,angioedema, behavioral disorders, blood dyscrasias,
blurred vision, kehilangankeseimbangan, constipation, coordination changes, diarrhea, disease of
liver, drugdependence, dysuria, extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue,
generalweakness, headache disorder, hypotension, Increased bronchial secretions, leukopenia,libido
changes, muscle spasm, muscle weakness, nausea, neutropenia disorder,polydipsia, pruritus of skin,
seizure disorder, sialorrhea, skin rash, sleep automatism,tachyarrhythmia, trombositopenia,
tremors, visual changes, vomiting, xerostomia.

Perhatian

Peringatan

Peringatan yang perlu diperhatikan bagi pengguna diazepam sebagai berikut :

1. Pada ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat berpengaruh pada
janin. Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta tergantung pada derajat relativitasdari ikatan
protein pada ibu dan janin.Hal ini juga berpengaruh pada tiap tingkatankehamilan dan konsentrasi
asam lemak bebas plasenta pada ibu dan janin.Efek sampingyang dapat timbul pada bayi neonatus
selama beberapa hari setelah kelahiran disebabkanoleh enzim metabolism obat yang belum
lengakp.Kompetisi antara diazepam danbilirubin pada sisi ikatan protein dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia pada bayineonatus.

2. Sebelum menggunakan diazepam harap kontrol pada dokter terlebih dahulu.

3. Jika berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat
membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut dapat mempengaruhi distribusi,eliminasi dan
klirens dari benzodiazepine.

4. Obat ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan karena obat ini
menyebabkan mengantuk.

5. Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu
sebelummenggunakan diazepam, karena apabila digunakan secara bersamaan dapat
menurunkanefektifitas diazepam.

6. Jangan menggunakan diazepam apabila menderita glukoma narrowangle karena


dapatmemperburuk penyakit

7. Katakan pada dokter jika memiliki alergi.

6
8. Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma, depresi
pernafasan,insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan sleep apnoea

9. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta penderita gangguan
hatiatau ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.

10. Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau obsesional states .

INTERAKSI OBAT

Obat-obat :

1. Alkohol, antidepresan, antihistamin dan analgesik opioid pemberian bersamaan mengakibatkan


depresi SSP tambahan.

2. Simetidin, kontrasepsi oral, disulfiram, fluoksetin, isoniazid, ketokonazol,


metoprolol,propoksifen, propranolol, atau asam valproat dapat menurunkan metabolisme
diazepam,memperkuat kerja diazepam.

3. Dapat menurunkan efisiensi levodopa.

4. Rifampicin atau barbiturat dapat meningkatkan metabolisme dan mengurangi efektifitas


diazepam.

5. Efek sedatifnya dapat menurun karena teofilin.

6. Ikatan plasma dari diazepam dan DMDZ akan direduksi dan konsentrasin obat yang bebasakan
meningkat, segera setelah pemberian heparin secara intravena.

7. Diazepam yang diberikan secara oral akan sangat cepat diabsorbsi stelah pamberian
metoclorpropamida secara intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal jugamemberikan
pengaruh terhadap proses absorbsi.

8. Benzodiazepin tidak digunakan bersamaan dengan intibitor protease-HIV, termasuk


alprazolam, clorazepate, diazepam, estazolam, flurazepam, dan triazolam.

F. RUTE & DOSIS PEMBERIAN

- Antiansietas, Antikonvulsan.

1. PO (Dewasa) : 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat sekalisehari.

7
2. PO (anak-anak > 6 bulan) : 1-2,5 mg 3-4 kali sehari.

3. IM, IV (Dewasa) : 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu

.- Pra-kardioversi

1. IV (Dewasa) : 5-15 mg 5-10 menit prakardioversi.

- Pra-endoskopi

2. IV (Dewasa) : sampai 20 mg.

3. IM (Dewasa) : 5-10 mg 30 menit pra-endoskopi.

- Status Epileptikus

1. IV (Dewasa) : 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg, programpengobatan ini
dapat diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya digunakanbila rute IV tidak tersedia).

2. IM, IV (Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap 2-4 jam.

3. IM, IV (Anak-anak 1 bulan – 5 tahun) : 0,2-0,5 mg tiap 2-5 menit sampai maksimum 5mg, dapat
diulang tiap 2-4 jam.

4. Rektal (Dewasa) : 0,15-0,5 mg/kg (sampai 20 mg/dosis).

5. Rektal (Geriatrik) : 0,2-0,3 mg/kg.

6. Rektal (Anak-anak) : 0,2-0,5 mg/kg

- Relaksasi Otot Skelet

1. PO (Dewasa) : 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu kalisehari. 2-2,5
mg 1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah.

2. IM, IV (Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat diulangdalam 2-4
jam.

-Putus Alkohol

1. PO (Dewasa) : 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4 kalisehari.

2. IM, IV (Dewasa) : 10 mg di awal, keudian 5-10 mg dalam 3-4 jam sesuai keperluan

OVER DOSIS

Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan lemahnya kesadaran secara cepat. Koma yang
mendalam atau manifestasi lain depresi berat pada fungsi batang otak yang terganggu, padakeadaan
ini pasien seperti tidur dan dapat sadar sesaat dengan rangsangan yang cepat. Pada keadaan ini
biasanya disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curah dan irama jantung tetap normal pada
saat anoxia atau hipertensi berat. Toleransi benzodiazepin terjadi dengan cepat, keadaan sering

8
kembali pada saat konsentrasi obat dalam darah tinggi kemudian dapat diikuti dengan terjadinya
koma. Pada overdosis akut selama pemulihannya dapat terjadi ansietasdan insomnia, yang dapat
berkembang menjadi withdrawal syndrome (gangguan mental akibatpenghentian penggunaan zat
psikoaktif), dapat pula diikuti dengan kejang yang hebat, ini dapatterjadi pada pasien yang
sebelumnya menjadi pemakai kronik.- Sejak tahun 1980-1989, 1576 keracunan fatal di Inggris
dihubungkan dengan penggunaan benzodiazepin. 891 kasus dihubungkan dengan over dosis
benzodiazepin sendiri dan 591 kasuslainnya over dosis terjadi karena dikombinasikan dengan
alkohol. Perbandingan tingkat kematian dengan data penulisan resep pada periode yang sama,
untuk menghitung indeks kematian karena keracunan per sejuta resep, pada individu yang overdosis
benzodiazepin memberikan kesankeracunan yang relatif berbeda. Studi terakhir dari 303 kasus
keracunan benzodiazepine didukung oleh perbedaan penemuan dalam menilai keracunan akibat
overdosis benzodiazepine yang relatif aman.- Pada over dosis benzodiazepine, penanganan secara
umum dengan monitoring pernafasan dantekanan darah. Reaksi muntah diinduksi (selama 1 jam)
bila pasien tetap sadar.Mempertahankan keluar masuknya udara adalah hal yang penting apabila
pasien dalam keadaan tidak sadar. Tidak ada keuntungan khusus dengan pengosongan lambung,
pemberian arang aktif (carbo adsorben)untuk mereduksi absorbsi. Flumazenil, merupakan antagonis
spesifik reseptor benzodiazepine,diindikasikan untuk penanganan parsial atau menyeluruh pada efek
sedative benzodiazepine dan digunakan pada keadaan over dosis benzodiazepine.

TOKSISITAS

Efek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5 mg/L; kondisifatal yang
disebabkan oleh penggunaan tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi dapat terjadibila
konsentrasi dalam darah lebih besar dari 5 mg/L.LD5 oral dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada
mencit dan 1240 mg/Kg pada tikus.Pemberian intraperitoneal pada dosis 400 mg/Kg menyebabkan
kematian pada hari keenamsetelah pemberian pada hewan coba, monyet.

7. Asam Valproat

Asam valproat merupakan pilihan pertama untuk terapi kejang parsial, kejang absens,kejang
mioklonik, dan kejang tonik-klonik (11). Asam valproat dapat meningkatkan GABAdengan
menghambat degradasi nya atau mengaktivasi sintesis GABA. Asam valproat jugaberpotensi
terhadap respon GABA post sinaptik yang langsung menstabilkan membran serta mempengaruhi
kanal kalium (10). Dosis penggunaan asam valproat 10-15 mg/kg/hari (11).Efek samping yang sering
terjadi adalah gangguan pencernaan (>20%), termasuk mual,muntah,anorexia dan peningkatan
berat badan. Efek samping lain yang mungkin ditimbulkan adalah pusing, gangguan keseimbangan
tubuh, tremor, dan kebotakan.Asamvalproat mempunyai efek gangguan kognitif yang ringan.Efek
samping yang berat dari penggunaan asam valproat adalah hepatotoksik.

Hyperammonemia

9
(gangguan metabolism yang ditandai dengan peningkatan kadar amonia dalam darah) umumnya
terjadi 50%, tetapitidak sampai menyebabkan kerusakan hati (10).Interaksi valproat dengan obat
antiepilepsi lain merupakan salah satu masalah terkaitpenggunaannya pada pasien epilepsi.
Penggunaan fenitoin dan valproat secara bersamaan dapatmeningkatkan kadar fenobarbital dan
dapat memperparah efek sedasi yang dihasilkan. Valproat sendiri juga dapat menghambat
metabolisme lamotrigin, fenitoin, dan karbamazepin.Obat yang dapat menginduksi enzim dapat
meningkatkan metabolisme valproat.Hampir 1/3 pasien mengalami efek samping obat walaupun
hanya kurang dari 5% saja yang menghentikan penggunaan obat terkait efek samping tersebut (12).

8. Antiepilepsi Lain

FENASEMID

Fenasemid suatu derivat asetilures,merupakan suatu analog dari 5 fenilhidantoin, tetapi tidak
berbentuk cincin, efeknya baik digunakan terhadap bangkitan tonik-klonik.

FARMAKIDINAMIK.

Fenasemid memiliki antikonvulsi yang berspektrum luas, mekanismekerja fenasemid ialah dengan
peningkatan ambang rangsang fokus serebral, sehinggahipereksitabilitas dan letupan abnormal
neuron sebagai akibat rangsang beruntun dapat ditekan.

INTOKSIKASI & EFEK SAMPING.

Fenasemid merupakan obat toksik, Efek sampingtesering ialah psikosis. Efek samping yang mungkin
fatal ialah nekrosis hati, anemia aplastik,dan neutropenia.

INDIKASI.

Fenasemid efektif terhadap bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena dan bangkitan parsial. Indikasi
utama fenasemid ialah untuk terapi bangkitan parsial kompleks .

DOSIS.

Untuk orang dewasa ialah 1,5-5,0 g sehari, sedangkan untuk anak yang berumur antara5-10 tahun
hasilnya sudah memuaskan dengan ½ dosis orang dewasa. Fenasemid sampai saat inibelum di
pasarkan di Indonesia.

10
Prinsip Pemilihan obat pada terapi epilepsy

Strategi terapi untuk epilepsi yaitu menggunakan terapi non farmakologis dan terapifarmakologis.
Terapi non farmakologi bisa dengan melakukan diet, pembedahan dan vagal nervestimulation (VNS),
yaitu implantasi dari perangsang saraf vagal, makan makanan yang seimbang(kadar gula darah yang
rendah dan konsumsi vitamin yang tidak mencukupi dapat menyebabkanterjadinya serangan
epilepsi), istrirahat yang cukup karena kelelahan yang berlebihan dapatmencetuskan serangan
epilepsi, belajar mengendalikan stress dengan menggunakan latihan tarik nafas panjang dan teknik
relaksasi lainnya. Sedangkan untuk terapi farmakologis yaitu denganmenggunakan Obat Anti Epilepsi
(OAE).Pengobatan dilakukan tergantung dari jenis kejang yang dialami.Pemberian obat anti epilepsi
selalu dimulai dengan dosis yang rendah, dosis obatdinaikkan secara bertahap sampai kejang dapat
dikontrol atau tejadi efek kelebihan dosis.Pada pengobatan kejang parsial atau kejang tonik-klonik
rata-rata keberhasilan lebih tinggimenggunakan fenitoin, karbamazepin, dan asam valproat.Pada
sebagian besar pasien dengan 1tipe/jenis kejang, kontrol memuaskan dapat dicapai dengan 1 obat
anti epilepsi.Pengobatandengan 2 macam obat mungkin ke depannya mengurangi frekuensi kejang,
tetapi biasanya toksisitasnya lebih besar.Pengobatan dengan lebih dari 2 macam obat, hampir selalu
membantu penuh kecuali kalau pasien mengalami tipe kejang yang berbeda.Untuk mencapai hasil
terapi yang optimal perlu diperhatikan hal berikut ini.Pengobatan awal harus dimulai dengan obat
tunggal.Obat perlu di mulai dengan dosis kecil dan di naikkan secara bertahap sampai efek terapi
tercapai atau timbul efek samping yng tidak dapat di toleransi lagi oleh pasien.Kombinasi beberapa
obat sesekali di perlukan. Kombinasi yang paling di sukaiuntuk bangkitan tonik-klonik adalah fenitoin
dan fenobarbital yang masing-masing dapat diberikan dalam dosis penuh , bila diperlukan , karena
toksisitasnya berbeda.

ü Bangkitan fokus lobus temporalis bagian anterior Obat pilihan : Fenitoin, karbamazepin, dan asam
valproat

ü Bangkitan Lena Obat pilihan : Etosuksimid, Asam valproat

ü Serangan diensefalik Obat pilihan : Kombinasi Fenitoin dan fenobarbitalPada stasus epileptikus
diperlukan efek obat yang cepat, diazepam merupakan obat pilihan utama, fenobarbital juga sangat
efektif, disamping anastetik yang menguap atau depresansentral lainnya

KEJANG DEMAM

Kejang yang terjadi pada anak-anak usia 5 bulan- 5 tahun yang mengalamidema, tanpa disertai
infeksi intrakarnial serta tidak ditemukan gejala kejang lain. Pengobatan profilaksis tidak dianjurkan
kecuali disertai gangguan berikut. :

ü Gejala neurologik yang abnormal

ü Bila kejang demam terakhir berlangsung lebih dari 15 menit atau disertai gejalaneurologik

ü Bila ada riwayat kejang pada orang tua nya atau keluarga

ü Anak dengan gejala kejang yang rekuren

11
ü Bila anak dirawat untuk suatu kegawatan.Fenobarbital atau asam valproat merupakan obat
pilihan yang tepat. Pemberian berlangsung 1-2 tahun setelah kejang terakhir. Profilaksis kejang
demam lainnyayang dianjurkan ialah pemberian diazepam per rectal sewaktu kejang

G. PENJELASAN DAN DAFTAR NAMA OBAT BERBAHAYA UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI

Dewasa ini banyak sekali produk-produk kesehatan yang ditawarkan kepada masyarakat.Dan tidak
sedikit pula yang menyasar ibu-ibu hamil. Sekiranya muncul pertanyaan dalam benak ibu-ibu hamil
tersebut, apakah produk ini aman untuk mereka dan apa bahayanya mengkonsumsi obat tanpa
seijin dokter. Berikut ini akan dibahas mengenai obat-obat yang dapat menimbulkan dampak negatif
bagi kehamilan, baik itu terhadap ibu maupun janinnya, jika digunakan tanpa petunjuk dokter.

Pada wanita hamil, adalah penting untuk menjaga kesehatannya dengan jalan mengkonsumsi
makanan yang bergizi, istirahat yang cukup serta melakukan olahraga secara teratur.Dan yang tidak
kalah penting adalah menghindari berbagai zat yang dapat membahayakan dirinya maupun
janinnya. Zat-zat yang dimaksud seperti: obat-obatan, alkohol, dan rokok.

Sekitar lebih dari 90% wanita hamil menggunakan obat-obatan, baik yang diresepkan oleh dokter
ataupun tanpa resep. Secara umum, kecuali benar-benar dibutuhkan dan dengan ijin dokter,
penggunaan obat-obatan bebas sebaiknya dihindari karena akan berdampak buruk pada janin yang
dikandung. Diketahui pula bahwa di Amerika Serikat sekitar 2-3% dari seluruh kelainan yang muncul
pada bayi baru lahir disebabkan karena penggunaan obat yang tidak sesuai.

Pada beberapa kasus, pemberian obat dapat memberikan dampak yang baik pada ibu dan
janinnya.Walaupun demikian, seorang ibu seharusnya berkonsultasi dahulu dengan dokter
mengenai resiko dan keuntungan menggunakan obat-obat tersebut.

Obat-obatan yang diminum oleh wanita hamil dapat sampai ke janin dengan melewati plasenta/ari-
ari, yang juga merupakan jalur yang digunakan untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi guna
pertumbuhan dan perkembangan janin. Obat-obatan yang dikonsumsi wanita hamil tanpa petunjuk
dokter dapat berdampak buruk pada janinnya oleh karena disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

Secara langsung berdampak pada janin, menyebabkan kerusakan, perkembangan dan pertumbuhan
janin yang abnormal, sampai dengan menyebabkan kematian.

Mengubah fungsi plasenta (ari-ari) dengan jalan mengecilkan atau mempersempit pembuluh darah
sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Hal ini selanjutnya akan
menyebabkan bayi menjadi kurang berat badannya dan perkembangannya juga terganggu.

Menyebabkan otot rahim berkontraksi secara dini, sehingga menurunkan suplai darah ke janin atau
memicu kelahiran prematur.

12
Bagaimana suatu obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin tergantung
pada tahap perkembangan janin itu sendiri dan juga pada kekuatan dan dosis obat yang dikonsumsi.
Obat tertentu yang dikonsumsi pada awal masa kehamilan (dalam 20 hari setelah pembuahan)
dapat berdampak negatif atau malah tidak berdampak sama sekali pada janin. Pada masa tiga
sampai delapan minggu setelah pembuahan, janin sangat rentan mengalami defek pada
pertumbuhannya karena pada masa tersebut organ-organ sedang dibentuk (organogenesis). Pada
periode ini, obat-obatan yang dikonsumsi tidak dengan petunjuk dokter bisa jadi tidak berdampak
apa pun pada janin, atau malah menyebabkan keguguran, defek pertumbuhan yang nyata, atau pun
defek yang permanen yang baru terlihat setelah bayi lahir. Sedangkan apabila obat-obatan tersebut
dikonsumsi setelah proses organogenesis selesai akan dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan janin.

Food and Drug Administration (FDA), yang berpusat di Amerika Serikat mengklasifikasikan obat
menurut derajat resiko yang dapat ditimbulkan pada janin jika obat-obat tersebut digunakan secara
bebas.Beberapa obat tergolong sangat toksik (highly toxic) dan sangat dilarang penggunaannya pada
wanita hamil.Sebagai contoh adalah thalidomide.Beberapa dekade yang lalu, obat ini diketahui
dapat menyebabkan gangguan pembentukan lengan atas dan tungkai bawah, serta defek pada usus
halus, jantung dan pembuluh darah.

Sering pula beberapa jenis obat disubstitusi dengan obat jenis lainnya karena lebih aman digunakan
selama kehamilan, sebagai contoh: untuk jenis antibiotika, golongan penicillin cenderung aman
digunakan pada masa kehamilan. Kemudian apabila harus memberikan obat-obatan antihipertensi
(pada wanita hamil yang menderita preeklampsia dan atas petunjuk dokter) juga harus diperhatikan
secara ketat, dan dihindari pemberian obat angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dan
diuretik thiazide, karena kedua obat ini dapat menyebabkan masalah yang serius pada janin.

Berikut ini beberapa jenis obat ANTIKONVULSI yang dapat menyebabkan masalah jika digunakan
pada masa kehamilan :

Carbamazepine, phenobarbital, phenytoin: menyebabkan perdarahan pada bayi baru lahir. Namun
dapat dicegah apabila ibu mengkonsumsi vitamin K setiap hari sebelum persalinan berlangsung atau
dengan memberikan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.

Valproate: dapat menyebabkan bibir sumbing dan defek pada jantung, tengkorak, tulang belakang.

Trimethadione: menyebabkan keguguran, bibir sumbing dan defek pada jantung, tengkorak,
maupun pada organ abdomen.

13
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Anti konvulsan adalah suatu kelompok obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
bangkitan epilepsi (epiletic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. AntiKonvulsi merupakan golongan
obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang karena Epileptik. Oleh karena
itu, anti konvulsi berhubungan erat dengan kasus epilepsi. Pada penderita epilepsi, terkadang
sinyal-sinyal untuk menyampaikan rangsangan tidak beraktivitas sebagaimana mestinya.

Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran, luka kepala,
strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsy bukan
penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui. Pada umunya sebagian obat
antiepilepsi di metabolisme di hati, kecuali vigabatrin dangan bapentin yang dieliminasi oleh ekskresi
ginjal.Pentingnya pencegahan dengan menangani obat dan pemeriksaan klinis yang tepat dapat
membantu penyembuhan penyakit ini

B.Saran –Saran

Antiepilepsi dan efektifitasnya belum mapan ,sebaiknya tidak digunakan dalam praktek umum.
Tetapi diserahkan penggunaannya kepada para ahli neurologi, guna memastikan nilai manfaat
yang sebenarnya .

DAFTAR PUSTAKA

http://aziemarchzinc.wordpress.com/2010/07/16/informasi-penggunaan-obat-antikonvulsan-anti-
konvulsi/ .

14
BENZODIAZEPIN

Pengertian dan Sejarah

Benzodiazepin adalah sekelompok obat golongan psikotropika yang mempunyai efek antiansietas
atau dikenal sebagai minor tranquilizer, dan psikoleptika. Benzodiazepin memiliki lima efek
farmakologi sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medula spinalis,
dan amnesia retrograde.

Benzodiazepin dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1940-an dengan derivat pertama kali
yang dipasarkan adalah klordiazepoksid (semula dinamakan methaminodiazepokside) pada tahun
1960, kemudian dilakukan biotransformasi menjadi diazepam (1963), nitrazepam (1965), oksazepam
(1966), medazepam (1971), lorazepam (1972), klorazepat (1973), flurazepam (1974), temazepam
(1977), triazolam dan clobazam (1979), ketazolam (1980), lormetazepam (1981), flunirazepam,
bromazepam, prazepam (1982), dan alprazolam (1983).

Golongan Benzodiazepin menggantikan penggunaan golongan Barbiturat yang mulai ditinggalkan,


Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi
penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan tidak menginduksi enzim
mikrosom di hati.Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturat sebagai
premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitorng anestesi.

Penggolongan Benzodiazepin

Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu short acting,
long acting, ultra short acting.

1) Long acting.

Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif (sehingga
memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi oksazepam yang
dikonjugasi menjadi glukoronida tak aktif.

2) Short acting

Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif.Sehingga waktu kerjanya tidak
diperpanjang.Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada
penggunaan berulang.

3) Ultra short acting

Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek abstinensia lebih
besar terjadi pada obat-obatan jenis ini. Selain sisa metabolit aktif menentukan untuk perpanjangan

15
waktu kerja, afinitas terhadap reseptor juga sangant menentukan lamanya efek yang terjadi saat
penggunaan

Rumus Kimia Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah obat hipnotik-sedatif terpenting. Semua struktur yang ada pada
benzodiazepine menunjukkan 1,4-benzodiazepin. Kebanyakan mengandung gugusan karboksamid
dalam dalam struktur cincin heterosiklik beranggota 7.Substituen pada posisi 7 ini sangat penting
dalam aktivitas hipnotik-sedatif.

Mekanisme Kerja Golongan Benzodiazepin

Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai
neurotransmitter penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA A
melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABA A terhadap neurotransmitter penghambat
sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran sel dan mendorong post
sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan GABA, yang mengikat pada
alpha sub-unit, tetapi meningkatkan frekuensi pembukaan saluran yang mengarah ke peningkatan
konduktansi ion klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis,
sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.

Farmakodinamik

Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama
: sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot, dan anti
konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer : vasodilatasi
koroner (setelah pemberian dosis terapi golongan benzodiazepine tertentu secara iv), dan blokade
neuromuskular (yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi).

Farmakokinetik

Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi penggunaannya dalam


klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepine dalam bentuk nonionic memiliki
koefesien distribusi lemak : air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya daoat bervariasi lebih dari 50 kali,
bergantung kepada polaritas dan elektronegativitas berbagai senyawa benzodiazepine.

16
Semua benzodiazepin pada dasarnya diabsorpsi sempurna, kecuali klorazepat; obat ini cepat
mengalami dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil-diazepam (nordazepam), yang
kemudian diabsorpsi sempurna. Setelah pemberian per oral, kadar puncak benzodiazepin plasma
dapat dicapai dalam waktu 0,5-8 jam. Kecuali lorazepam, absorbsi benzodiazepin melalui suntikan
IM tidak tratur.

Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu paruhnya, dan tidak
selalu sesuia dengan indikasi yang dipasarkan.Benzodiazepin yang bermanfaat sebagai antikonvulsi
harus memiliki waktu paruh yang panjang, dan dibutuhkan cepat masuk ke dalam otak agar dapat
mengatasi status epilepsi secara cepat.Benzodiazepin dengan waktu paruh yang pendek diperlukan
sebagai hipnotik, walaupun memiliki kelemahan yaitu peningkatan penyalahgunaan dan dan berat
gejala putus obat setelah penggunaannya secara kronik.Sebagai ansietas, benzodiazepine harus
memiliki waktu paruh yang panjang, meskipun disertai risiko neuropsikologik disebabkan akumulasi
obat.

Daftar Pustaka

Joewana, satya, 2003, Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba Edisi 2, Jakarta, Penerbit Buku kedokteran EGC

Gery Schmitz, dkk. (2009). Farmakologi dan Toksikologi.EGC. Jakarta

Guyton and Hall.(1998). Fisiologi Kedokteran.EGC. Jakarta

Goodman & Gillman (2007).Dasar Farmakologi dan Terapi ed. 10. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai