Anda di halaman 1dari 9

PASAR MODAL KONVENSIONAL DAN PASAR MODAL SYARIAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
intrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang atau
modal sendiri. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena
memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keuangan untuk menstabilkan perekonomian.
Seiring berkembangnya waktu, pada tanggal 14 maret 2003 muncul pasar modal
syariah di Indonesia secara resmi bersamaan dengan penandatanganan MOU antara
Bapepam-LK dengan Dewan Syariah Nasional- Majelis ulama Indonesia (DSN-MUI).
Kegiatan operasional pasar modal syariah di Indonesia diatur berdasarkan Fatwa DSN-MUI
dan Peraturan Bapepam-LK pemerintah dan DPR telah menerbitkan UU Nomor 19 tahun
2008 tentang surat berharga syariah Negara.
Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai perbandingan antara pasar modal
konvensional dengan pasar modal syariah di Indonesia yang meliputi permasalahan
bagaimana indeks saham konvensional dan indeks saham islam, serta bagaimana intrumen
pasar modal konvensional dan instrumen pasar modal syariah, guna untuk mengetahui
perbandingan diantara keduanya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Konvensional dan Pasar Modal Syariah
Pasar modal konvensional yaitu suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan,
serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah
suatu pasar yang digunakan untuk memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan
jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek
(Sunariyah,2004)1[1]
Pasar modal syariah pengertiannya sama dengan pasar modal konvensional, namun
dalam pasar modal syariah dari segi investasi dan intrumennya dikombinasikan dengan
prinsip syariah agama islam. Dalam pasar modal syariah instumen yang diperdagangkan tidak
boleh terkait dengan kegiatan bisnis yang diharamkan seperti riba (bunga/rente), perjudian,
spekulasi, produsen minuman keras, produsen makanan yang mengandung babi, dan lain-
lain.2[2]
B. Intrumen Pasar Modal Konvensional dan Instrumen Pasar Modal Syariah
Intrumen pasar modal konvensional yaitu meliputi saham, obligasi, bukti Right, waran
dan reksadana.3[3]
Intrumen pasar modal syariah yaitu meliputi saham syariah, obligasi syariah, reksadana
syariah, surat berharga syariah Negara (SBSN), dan efek beragun Aset Syariah (EBA
Syariah)4[4]

BAB III
PEMBAHASAN
A. Indeks saham konvensional dan indeks saham Islam5[5]
Indeks islam tidak hanya dapat dikeluarkan oleh pasar modal syari’ah saja tetapi juga
oleh pasr modal konvensional. Bahkan sebelum berdirinya institusi pasar modal syari’ah
disuatu Negara, bursa efek setempat yang tentu saja berbasis konvensional terlebih dahulu
mengeluarkan indeks islam. Di Bursa Efek Jakarta misalnya, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ)
bekerja sama dengan PT Danareksa InvesmentManagement (DIM) meluncurkan Jakarta
Islamic Index sebelum pasar modal syari’ah sendiri diresmikan.

Adapun tujuan diadakannya indeks islam sebagaiman Jakarta Islamic Index yang
melibatkan 30 saham terpilih, yaitu sebagaai tolak ukur untuk mengukur kinerja investasi
pada saham yang berbasis syari’ah meningkatkan kepercayaan para investor untuk
mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syari’ah atau untuk memberikaan kesempatan
kepada investor yang ingin melakukan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip syaria’ah.

Perbedaan mendasar antar indeks konvensional dengan indeks islam adalah indeks
konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan aspek
halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar sudah sesuai aturan yang berlaku.
Akibatnya bukanlah suatu persoalan jika ada emiten yang menjual sahamnya dibursa
bergerak disektor usaha yang bertentangan dengan islam atau yang memiliki sefat merusak
kehidupan masyarakat. misalnya pada awal tahun 2003 yang lalu, di Australia ada rumah
pelacuran yang masuk dibursa efek setempat.

Secara lebih rinci Dow Jones dalam websitenya membuat criteria saham yang tidak
boleh dimasukkan ke dalam perhitungn Indeks Pasar Islam yaitu perusahaan yang bergerak
dalam produksi : Alkohol, Babi yang terkaiy dengannya, jasa keuangan konvensional /
kapitalis, seperti bank dan asuransi, Industri hiburan.

Dow Jones juga mengemuakan para sarjan islam agar tidak berinvestasi pada berusahaan
yang terkait dengan tembakau dn rokok serta industri senjata pemusnah missal.

Pada Bursa Efek (BEJ), menurut Adiwarman dari 333 emiten yang rercacat 236 saham
diantaranya tergolong sesuai syari’ah. Sedangkan sisanya 59 sham tergolong haram atau tidak
sesuai dengan prinsip syariah, seperti saham perbankkan, minuman keras dan rokok. Sisanya
34 saham tegolong subhat seperti saham industri perhotelan dan 4 saham mudharat.
Dari uraian diatas dapat ditarik garis pemisah antara indeks islam dan indeks
konvensioanal. Pertama, jiak indeks islam dikeluarkan oleh suatu institusi yang bernaung
dalam pasar modal konvensional, maka perhitungan indeks tersebut berdasarkan kepada
saham-saham yang digolongkan memenuhi kriteria-kriteria syari’ah sedangkan indeks
konvensional memasukkan semua saham yang terdaftar dalam bursa efek tersebut. Kedua,
jika indeks islam dikeluarkan oleh institusi pasar odal syari’ah, maka indeks tersebuat
didasarkan pada seluruh saham yang terdaftar didalam pasar modal syari’ah yang sebelumnya
sudah diseleksi oleh pengelola.

B. Instrument
Dalam pasar modal konvensional, instrument yang diperdagangkan adalah surat-surat
berharga (securities) seperti saham, oblogasi, dan instrument turunnya (derifatif) opsi, right,
waran, dan reksadana.

1. Saham merupakan surat tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan terhadap
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, sedangkan obligasi merupakan bukti
pengakuan utang dari perusahaan kepada para pemegang obligasi yang bersangkutan.

2. Opsi merupakan produk turunan (derivatf) dari efek (saham dan obligasi). Robert Angg
(1997) sebagaimana dikutip Anoraga dan pakarti mendefinisikan opsi sebagai produk efek
yang akan memberikan hak kepada pemegangnya (pembeli) untuk membeli atau menjual
sejumlah tertentu dari asset financial tertentu,pada harga tertentu, dan dalam jangka tertentu.
3. right adalah efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli
saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada proporsi dan harga tertentu.

4. Waran merupakan turunan dari saham biasa yang bersifat jangka panjang dan memberikan
hak kepada para pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu.

5. reksadana adalah perusahaan investasi yang mengelola investasi saham. Obligasi, dan lain-
lainnya, dengan menerbitkan surat berharga tersendiri yang yang ditujukan kepada investor,
sehimgga para investor tidak perlu lagi melakukan investasi langsug terhadap berbagai surat
berharga yang diterbitka reksa dana tersebut.
Dalam pasar modal syari’ah, Intrumen pasar modal syariah yaitu meliputi saham
syariah, obligasi syariah, reksadana syariah, surat berharga syariah Negara (SBSN), dan efek
beragun Aset Syariah (EBA Syariah)

1. Saham syariah
Diartikan sebagai saham perusahaan emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah. saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan
penyertaan modal didalam suatu perusahaan. Berdasarkan prinsip syariah penyertaan modal
tidak boleh dilakukan untuk perusahaan-perusahaan emiten yang dianggap melanggar prinsip
syariah seperti perusahaan perjudian, perusahaan yang menerapkan riba, perusahaan yang
memproduksi haram dan lain-lain.
Kriteria dalam proses pemilihan saham yang masuk Jakarta Islamic index (JII), bursa
efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek
likuiditas dan kondisi keuangan emiten sebagai berikut:
a. memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi
besar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau laporan tengah tahun terakhir
yang memilki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimum sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitlisasi pasar
terbesar selam satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan
regular selama satu tahun terakhir. Selanjutnya, pengkajian ulang akan dilakukan 6 buln
sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal januari dan juli setiap tahunnya.
Smentara itu perubahan jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus-menerus
berdasarkan data-data public yang tersedia.6[6]

2. Obligasi syariah
Obligasi syariah atau disebut juga sukuk, sesuai fatwa DSN-MUI nomor 32/DSN-
MUI/X/2002, diartikan sebagai suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membaayar pendapatn kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/ margin/
fee serta membayar kembali obligasi pada saat jatuh tempo.

Di Indonesia ada dua skema obligasi syariah atau sukuk, yaitu obligasi syariah mudharabah
(sukuk mudharabah) dan obligasi syariah ijarah (sukuk ijarah)
a. Obligasi syariah mudharabah (sukuk mudharabah) merupakan obligasi syariah yang
mengguankan akad bagi hasil sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi
tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
b. Obligasi syariah ijarah (sukuk ijarah) merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad
sewa sedemikian hingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap dan bisa diketahui atau
diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

Dalam penerbitan efek syariah dipasar modal dikenal juga adanya istilah akad kafalah dan
wakalah.
a. Kafalah adalah perjanjian akad yang berisi pihak penjamin (kafil atau guarantor) berjanji
memberikan jaminan kepada pihak yang dijamin (makful anhu atau ashil atau debitur) untuk
memenuhi kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain(makful lahu atau kreditur)
.penjaminan dalam khafalah dapat berupa jaminan kebendaan atau jaminan umum seperti
jaminan perusahaan (corporate guarante) dan jaminan pribadi (personal guarante).
b. Wakalah adalah perjanjian akad yang menjelaskan pihak yang memberi kuasa (muwakil)
memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan
atau perbuatan tertentu. Objek wakalah adalah perbuatan hokum yang memenuhi syarat 1.
Diketahui dengan jelas jenis perbuatan hokum yang dikuasakan serta cara melaksanakan
perbuatan hokum yang dikuasakan tersebut. 2. Tidak bertentangan dengan syariat islam 3.
Dapat dikuasakan menurut syariat islam.

Selain sukuk mudharabah dan sukuk ijarah, juga dikenal adanya sukuk istisna’ dan sukuk
salam. Istisna adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industry yang mmeperbolehkan
pembayaran tunai dan pengiriman pada masa depan atau pembayaran dan pengiriman dimasa
depan dari barang-barang yang dibuat berdasarkan kontrak tertentu. Sementara itu salam
adalah kontrak dengan pembayaran harga dimuka yang dibuat untuk barang-barang yang
dikirim kemudian.
3. Reksadana Syariah
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh menejer investasi. Fatwa DSN nomor: 20/DSN-
MUI/IX/2000 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah. Reksadana
syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah islam, baik
dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/ rabb al-mal) dengan
menejer investasi sebagai wakil shahib al-mal maupun antara menejer investasi sebagai wakil
shahib al-mal dengan pengguna investasi. Berdasarkan hal tersebut, batasan untuk produk-
produk yang dapat dijadikan portofolio bagi reksa dana syariah adalah produk-produk
investasi yang sesuai dengan ajaran islam.

4. Surat berharga syariah Negara (SBSN)


SBSN atau sukuk Negara adalah surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip
syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing. Asset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan atau barang
milik Negara yang memilki nilai ekonomis, berupa tanah dan atau bangunan maupun selain
tanah atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagi dasar penerbitan
SBSN. SBSN merupakan bagian dari surat berharga Negara, selain surat utang Negara (SUN)
perbedaan SBSN dengan SUN adalah dalam hal imbal hasil yang diberikan. SUN masih
mengandung riba sebab memberikan imbalan berupa bagi hasil.

Berikut ini jenis SBSN:


1. SBSN ijarah , yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah
2. SBSN mudharabah, Yang diterbitkan berdasarkan akad mudharabah.
3. SBSN musyarakah, yang diterbitkan berdasarkan akad musyarakah.
4. SBSN istisna, yang diterbitkan berdasarkan akad istisna.
5. SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad lainya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
6. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih dari akad sebagimana
dimaksud pada 1-5.
5. Efek Beragun Aset Syariah (EBA Syariah)
Penerbitan EBA Syariah diatur dalam keputusan ketua bapepam-lk nomor Kep. 130/BL/2006
(peraturan nomor IX.A.13) tenteng penerbitan efek syariah. sepanjang tidak diatur dalam
peraturan ini pihak yang melakukan penawaran umum EBA syariah wajib melakukan hal-hal
berikut:
a. Mengikuti ketentuan peraturan nomor IX.A.1 tentang ketentuan umum pengajuan pernyataan
pendaftaran, peraturan nomor IX.C.9 tentang pernyataan pendaftaran dalam rangka
penawaran umum efek beragun asset, serta ketentuan tentang penawaran umum terkait
lainya.
b. Mencantumkan ketentuan dalam kontrak investasi kolektif (KIK) EBA syariah dan informasi
tambahan.

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai intrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang atau modal sendiri. Pasar modal
di Indonesia ada dua jenis yaitu pasar modal konvensional dan pasar modal syariah.
Perbedaan antara kedua pasar modal tersebut terletak pada instrument-instrumennya.
Intrumen dalam pasar modal konvensional yaitu meliputi saham, obligasi, bukti right, Waran,
dan Reksadana. Sedangkan intrumen dalam pasar modal syariah yaitu meliputi saham
syariah, obligasi syariah, reksadana syariah, surat berharga syariah Negara (SBSN) dan efek
beragun aset syariah (EBA syariah).

DAFTAR PUSTAKA
Nor Hadi, Pasar Modal, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Iswi Harianti dan R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: Visi Media, 2010.
Sebelasduabelas.blogdetik.com/perbedaan-pasar-modal-syariah-dengan-konvensional/(13-12-13,
11.00)

Anda mungkin juga menyukai