Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BERSIKAP ANTI KORUPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER ANTI KORUPSI

Dosen : Dian Oktarina

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

ANIS ROHMIATI (17040200)


ARIF NUR MUNTOHA (1704020004)
DIANI AFIFAH (17040200)
ISLAMINDIAH ZULIANTI (17040200)

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha

panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami

bisa selesaikan makalah mengenai “Bersikap Anti Korupsi”.

Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan

pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah

ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari

kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah

ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ini bisa memberi  mafaat

ataupun inpirasi pada pembaca.

Metro, 20 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang......................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah .................................................................. 2

1.3 Tujuan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertiam hak asas dan kewajiban........................................ 3

2.2 Peran serta masyarakat dalam pemberantasan koarupsi......... 7

2.3 Organisasi dan gerakan nati korupsi di indonesia................... 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Korupsi berasal dari kata latin Corrumpere, Corruptio, atau Corruptus.


Arti harfiah dari kata tersebut adalah penyimpangan dari kesucian (Profanity),
tindakan tak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau
kecurangan. Dengan demikian korupsi memiliki konotasi adanya tindakan-
tindakan hina, fitnah atau hal-hal buruk lainnya. Bahasa Eropa Barat
kemudian mengadopsi kata ini dengan sedikit modifikasi; Inggris : Corrupt,
Corruption; terdapat Perancis : Corruption; Belanda : Korruptie. Dan
akhirnya dari bahasa Belanda penyesuaian ke istilah Indonesia menjadi :
Korupsi.
Korupsi merupakan tindak pidana yang memperkaya diri sendiri,
golongan, kerabat dengan cara melawan aturan hukum. yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan
korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan
rendahnyapendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras,
kelangkaanlingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber
dayamanusia, serta struktur ekonomi. Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di
berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan
negara.
Peraturan perundang-undangan (legislation) merupakan wujud dari politik
hukum institusi Negara dirancang dan disahkan sebagai undang-undang
pemberantasan tindak pidana korupsi. Secara parsial, dapat disimpulkan

1
pemerintah dan bangsa Indonesia serius melawan dan memberantas tindak
pidana korupsi di negeri ini. Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi diwujudkan dalam bentuk antara
lain mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi tentang tindak
pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggung jawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi. Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang
memberikan hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur, dan tidak diskriminatif  mengenai pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan

masalah dalam makalah ini seperti:

1.      Apa pengertian Asas Hak dan Kewajiban ?


2.      Bagaimana peran Masyarakat dalam pemberantasan Korupsi ?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan asalah diatas tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Ingin mengetahui pengertian Asas Hak dan Kewajiban

2. Ingin mengetahui peran Masyarakat dalam pemberatasan Korupsi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ASAS, HAK DAN KEWAJIBAN

A. ASAS

Pengertian Penyelenggara Pemerintahan


Penyelenggara negara dalam arti luas meliputi bidang eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. Adapun pengertian dalam arti sempit adalah pemerintah
(eksekutif). Menurut UUD 1945 penyelenggara negara meliputi
penyelenggara negara dalam berbagai bidang pemerintahan.
Penyelenggara negara menurut undang-undang RI No. 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif
atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Jadi, penyelenggara negara meliputi :
a. Pejabat negara pada lembaga negara
b. Menteri
c. Gubernur
d. Hakim
e. Pejabat negara yang lain, misalnya duta besar, wakil gubernur,
bupati/walikota
f. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategi dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan negara, misalnya Gubernur Bank Indonesia, Kapolri,
rektor perguruan tinggi negeri.
Penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya berpijak pada asas-
asas umum penyelenggaraan negara yang baik. Asas umum penyelenggaraan
yang baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, norma

3
kepatuhan, dan norma hukum untuk mewujudkan penyelenggaraan negara
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Asas-asas umum pemerintahan yang baik berdasarkan UU No. 9 Tahun
2004 tentang tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN.
Dimana dalam penjelasannya disebutkan :
“Yang dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah
meliputi atas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, keterbukaan,
proporsionalitas, profesionalitas dan akuntabilitas, sebagai dimaksud dalam
UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebes dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme”.
Disamping itu, dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, asas-asas umum pemerintahan yang baik tersebut dijadikan asas
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana tercantum dalam
Pasal 20 ayat (1) yang berbunyi:
“penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum
Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas: asas kepastian hukum, asas
tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan,
asas proporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi
dan asas efektivitas”.
Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang merupakan pengganti UU No. 32 Tahun 2004
menyebutkan bahwa kepala daerah, dan DPRD dibantu oleh Perangkat
Daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah berpedoman pada asas
penyelenggaraan pemerintahan negara terdiri atas :
a) Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
b) Asas kepastian hukum, yaitu asas yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara.
c) Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak

4
diskriminatif dengan memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.
d) Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan
keteraturan keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian
penyelenggara negara
e) Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
f) Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
g) Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Penyelenggara negara yang baik harus dapat menerapkan asas
keterbukaan, yakni kesediaan penyelenggara negara untuk memberitahukan
hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggara negara kepada rakyatnya.
Dengan keterbukaan itu, rakyat akan percaya dan mendukung
penyelenggaraan negara.

B. HAK DAN KEWAJIBAN

Menurut Prof. Dr. Notonagoro:


Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan melalu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak
lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya..
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu

5
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan
hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup
hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan
diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara
hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan
sosial yang berkepanjangan.
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Contoh dari hak adalah:
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;
b. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak;
c. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan
di dalam pemerintahan;
d. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan
agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai;
e. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran;
f. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau nkri dari serangan musuh;dan
g. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai
undang-undang yang berlaku.
Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.Contoh
dari kewajiban adalah:
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam
membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan
musuh;
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan
sebaik-baiknya;

6
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia;dan
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah
yang lebih baik.
Sebagaimana yang telah diatur oleh UUD 1945 maka kita harus
melaksankan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dengan
tertib,yang meliputi:

1. Hak dan kewajiban dalam bidang politik;


2. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya;
3. Hak dan kewajiban dalam bidang hankam;dan
4. Hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi.

2.2 PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN

KORUPSI  

Terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur adalah cita-cita yang di


inginkan oleh masyarakat. Masyarakat yang adil adalah masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai hukum. Artinya, melaksanakan aturan hukum yang
berlaku. Masyarakat yang makmur adalah masyarakat yang dapat mencukupi
atau memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan wajar. Artinya, mereka
mencukupi kebutuhan hidupnya dengan bekerja secara layak dan wajar,
dalam arti tidak melawan hukum.
Korupsi adalah tindak kejahatan luar biasa, yaitu perbuatan melawan
hukum untuk memperkaya diri dengan cara menyelewengkan atau
menyalahgunakan uang negara. Perbuatan korupsi jelas sangat merugikan
masyarakat, bangsa, dan Negara. Dari pemberitaan media massa diketahui
bahwa kasus korupsi di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke
tahun. Kita semua tidak menginginkan kasus korupsi terus meningkat.

7
Meningkatnya kasus korupsi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
rendahnya moralitas, tidak memiliki budaya malu, tidak taat pada hukum,
tidak amanah, tidak jujur, dan lain sebagainya. Oleh karena itu diperlukan
adanya langkah-langkah pusitif diantaranya adalah penyadaran dan pembinaan
moralitas bangsa, sehingga penyelenggaraan Negara dapat berjalan dengan
baik, yakni bersih dari tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) adalah perbuatan yang


menyelewengkan atau menyalahgunakan uang Negara untuk kepentingan
pribadi atau orang lain. Memberantas korupsi bukanlah perkara yang mudah.
Diperlukan upaya sungguh-sungguh dan didukung oleh semua pihak untuk
memberantasnya. Upaya-upaya pemberantasan korupsi terus berlangsung
hingga sekarang ini. Upaya-upaya pemberantasan atau pencegahan tindak
pidana korupsi dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut :

a. Pengawasan oleh lembaga masyarakat


b. Lembaga pengawas seperti DPR, DPRD, BPK, BPKP, dan Bawasda
c. Lembaga pengawas Independen seperti KPK
d. Lembaga penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan.

Selain itu diperlukan adanya Instrumen sebagai dasar hukum untuk


memberantas dan mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Disinilah
pentingnya peran serta lembaga Negara dalam membuat undang-undang
tentang, pemberantasan tindak pidana korupsi dalam memuat ketentuan pidana
yaitu :

1. Menentukan pidana minimum khusus


2. Pidana denda yang lebih tinggi, dan
3. Ancaman pidana mati

Ketentuan pidana dapat dibaca dalam UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang


Tindak Pidana Korupsi pasal 2 :

Ayat (1) Setiap orang yang melakukan tindak pidana korupsi dikenakan
sanksi pidana penjara dan denda. Orang yang melakukan tindak pidana

8
korupsi dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4(empat) tahun, dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan
denda paling sedikit Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

Ayat (2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Instrumen atau peraturan hukum akan edektif (berdaya guna) ketika


dilaksanakan oleh aparat penegak hukum yakni, Kepolisisan, Kejaksaan, dan
Pengadilan. Setiap perkara atu kasus tindak pidana korupsi yang dilaporkan
masyarakat harus direspon atau ditindaklanjuti oleh penegak hukum dan
diproses secara adil sesuai dengan aturan hukum yang berlaku sehingga secara
perlahan tindak pidana korupsi berkurang dan pada akhirnya tindak pidana
korupsi di Negara Indonesia tidak terjadi lagi.

Lembaga pengawas seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
Badan Pemeriksa Keuangan Profinsi (BPKP), dan Badan Pengawas Daerah
(Bawasda) mempunyai peranan enting dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia. Lembaga inilah yang
secara langsung melakukan pengawasan atau control terhadap pemakaian
keuangan Negara. Apabila tugas dan fungsi lembaga ini berjalan dengan
semestinya, niscaya tindak pidana korupsi di Indonesia dapat dicegah, dan
Indonesia bersih dari praktik korupsi.

Peran Aktif Masyarakat Dalam Melawan Korupsi - Peran aktif kita sangat
diharapkan dalam pemberantasan korupsi di negara ini, demi mewujudkan
Indonesia yang bebas dari korupsi. Jika kita mengetahui adanya dugaan tindak
pidana korupsi, segera laporkan kepada KPK. Kita juga perlu memberikan
apresiasi terhadap instansi pemerintah dan pegawainya yang telah melakukan
pelayanan publik dengan baik.

9
Tidak perlu khawatir dan ragu. Undang-undang telah memberikan hak dan
melindungi kita untuk melakukan pelaporan ini. KPK menjamin kerahasiaan
identitas, selama pelapor tidak mengungkapkannya. Anda dapat memantau
perkembangan laporan anda dengan membuka kotak komunikasi rahasia tanpa
khawatir identitas Anda akan diketahui oleh siapapun. Karena itu, tunggu
apalagi. Sekaranglah saat yang tepat untuk ambil bagian dalam
menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran akibat korupsi.

Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam memberantas korupsi, antara


lain:

Pertama, peran sebagai informan atau penyuplai informasi. Dalam hal ini
masyarakat berperan mengambil inisiatif untuk melaporkan, membeberkan
dan memberikan informasi kepada aparat penegak hukum terhadap
kemungkinan terjadinya praktek korupsi. Untuk mewujudkan peran ini, maka
yang harus dimiliki oleh masyarakat adalah rasa peka dan kewaspadaan yang
tinggi terhadap proses penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan.
Adanya sikap semacam ini akan memicu keingintahuan masyarakat (secara
dalam dan luas) pada hal-hal yang berlaku di sekitarnya. Dengan demikian
jawaban atas keingintahuan masyarakat tersebut sangat potensial menjadi data
dan informasi sebagai salah satu sumber data yang berguna untuk disampaikan
kepada penegak hukum atas adanya indikasi praktek korupsi. Hal yang sangat
membantu akhir-akhir ini adalah kebebasan memperoleh informasi telah
menjadi produk kebijakan yang memaksa semua pejabat publik untuk
membuka akses informasinya kepada masyarakat. Dalam kondisi ini, sangat
memungkinkan laporan-laporan terjadinya kasus korupsi dapat terus mengalir,
sehingga praktek korupsi akan dapat diminimalisir.

Kedua, peran sebagai penyebar isu. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau
priorotas penanganan kasus-kasus pelanggaran hukum yang ada kaitannya
dengan korupsi di negara ini tergantung pada seberapa luas isu dugaan korupsi
itu menyebar dan sejauhmana media memberitakannya. Dalam kaitan inilah
masyarakat berperan sebagai pemicu atau penyebar isu. Strategi ini menjadi

10
sangat penting untuk membentuk opini atau persepsi masyarakat bahwa di
satu tempat diduga kuat terjadi praktek korupsi, sekaligus sebagai respon atas
rendahnya inisiatif aparat penegak hukum dalam membongkar kasus-kasus
korupsi. Kebekuan ini perlu diterobos dengan memberikan informasi adanya
dugaan korupsi kepada media massa supaya diketahui masyarakat luas. Situasi
ini diharapkan akan dapat memaksa aparat penegak hukum untuk melakukan
tindakan-tindakan yang konkrit. Strategi ini memang berisiko, misalnya
dituntut dengan pencemaran nama baik, namun upaya itu tetap tidak bisa
ditinggalkan.

Ketiga, peran sebagai pengawas. Tidak jarang bila laporan masyarakat


tentang terjadinya kasus korupsi sering tidak ditanggapi dengan baik oleh
aparat penegak hukum. Penegak hukum seringkali beranggapan bahwa
Informasi atau data yang disampaikan oleh masyarakat semata-mata sebagai
alat untuk memeras. Dalam kaitan inilah masyarakat tampil sebagai pengawas
dan berperan untuk mengawal proses pengusutan kasus korupsi yang sedang
dilakukan oleh aparat. Kegiatan unjuk rasa, dengar pendapat, diskusi publik,
audiensi dan lain sebagainya merupakan sarana yang kerap digunakan
kelompok masyarakat untuk mendorong percepatan penanganan korupsi.
Memastikan bahwa pemberantasan korupsi berjalan sesuai dengan harapan
merupakan langkah yang tidak mungkin diabaikan ditengah-tengah situasi
aparat penegak hukum yang lamban dan setengah hati mengusut laporan.

Keempat, pesan moral melalui pendidikan. Satu hal yang tidak boleh
terabaikan adalah proses pendidikan bagi anak-anak dalam keluarga. Perilaku
korupsi pada prinsipnya tidak dapat dipisahkan dengan kualitas moral para
pejabat publik pelaku korupsi. Disinilah masyarakat memiliki peran strategis
untuk membekali anak-anak dalam keluarga melalui pendidikan nilai yang
diwariskan kepada anak-anak secara turun-temurun. Melalui pendidikan
karakter yang baik sejak usia dini terutama dalam keluarga, dapat diharapkan
kelak anak-anak menjadi orang dewasa yang tidak mudah tergoda dengan
sikap dan perilaku korupsi.

11
Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan penggalangan masyarakat. Tujuan
yang ingin dicapai oleh strategi penggalangan keikutsertaan masyarakat ini
adalah terbentuknya suatu keikutsertaan dan partisipasi aktif dari segenap
komponen bangsa dalam memberantas korupsi. Strategi penggalangan
keikutsertaan masyarakat ini dijabarkan dalam sejumlah kegiatan yang terdiri
dari:

a. Pengembangan hubungan kerja sama antara Komisi Pemberantasan


Korupsi dengan lembaga-lembaga publik disertai dengan perumusan
peran masing-masing dalam upaya pemberantasan korupsi
b. Pengembangan hubungan kerja sama antara Komisi Pemberantasan
Korupsi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan, sosial, keagamaan,
profesi, dunia usaha, swadaya masyarakat (LSM) dll., disertai dengan
perumusan peran masing-masing dalam upaya pemberantasan korupsi
c. Pengembangan hubungan kerja sama antara Komisi Pemberantasan
Korupsi dengan mitra pemberantasan korupsi di luar negeri secara
bilateral maupun multi lateral
d. Pengembangan dan pelaksanaan kampanye anti korupsi nasional yang
terintegrasi dengan diarahkan untuk membentuk budaya anti korupsi
e. Pengembangan data base profil korupsi
f. Pengembangan dan penyediaan akses kepada publik terhadap informasi
yang berkaitan dengan korupsi.
Contoh peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi :
Peran serta masyarakat tersebut meliputi tentang hak dan tanggung jawab
masyarakat. Beberapa hak masyarakat ialah :
1. Berhak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi, serta menyampaikan saran
dan pendapat kepada penegak hukum dan atau Komisi mengenai
perkara tindak pidana korupsi;
2. Penyampaian informasi, saran dan pendapat, atau permintaan
informasi harus dilakukan secara bertanggungjawab sesuai ketentuan

12
peraturan perundang-undangan yang berlaku, norma agama,
kesusilaan, dan kesopanan.
3. Setiap orang, organisasi masyarakat, atau lembaga swadaya
masyarakat berhak atas perlindungan hukum baik mengenai status
hukum maupun rasa aman.

Berdasarkan hak-hak. dan tanggung jawab masyarakat dalam mencari,


memperoleh informasi di atas, maka aparat penegak hukum berkewajiban :
a. Penegak hukum atau Komisi, berkewajiban memberikan pelayanan dan
jawban atas saran dan pendapat yang disampaikan kepada penegak
hukum atau komisi;
b. Kewajiban memberikanjawaban dilaksanakan secara lisan atau tertulis;
c. Dalam hal tertentu, penegak hukum atau komisi dapat menolak untuk
memberikan isi informasi atau memberikan jawaban atas saran atau
pendapat;
d. Penegak hukum atau Komisi wajib merahasiakan kemungkinan dapat
diketahuinya identitaspelapor atau isi informasi, saran, atau pendapat
yang disampaikan;
e. Penegak hukum dapat memberikan pengamanan fisik terhadap pelapor.
f. Setiap orang, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya masyarakat yang
telah berjasa dalam usaha membantu upaya pencegahan atau
pemberantasan tindak pidana korupsi berhak mendapat penghargaan,
berupa piagam atau  premi;
g. Piagam diberikan kepada Pelapor setelah perkara dilimpahkan ke
Pengadilan Negeri;
h. Sedangkan premi diberikan kepada pelapor setelah putusan pengadilan
yang memidana terdakwa memperoleh kekuatan hukum tetap.

13
2.3 ORGANISASI DAN GERAKAN ANTI KORUPSI DI INDONESIA

1. Transparency international indonesia (tii)


Transparency international indonesia (tii) merupakan salah satu
chapter transparency international, sebuah jaringan global ngo
antikorupsi yang mempromosikan transparansi dan akuntabilitas kepada
lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis, dan masyarakat sipil.
Bersama lebih dari 90 chapter lainnya, tii berjuang membangun dunia
yang bersih dari praktik dan dampak korupsi di seluruh dunia.Tii
memadukan kerja-kerja think-tank dan gerakan sosial.
Sebagai think-tank tii melakukan review kebijakan, mendorong
reformasi lembaga penegak hukum, dan secara konsisten melakukan
pengukuran korupsi melalui indeks persepsi korupsi, crinis project, dan
berbagai publikasi riset lainnya. Di samping itu tii mengembangkan pakta
integritas sebagai sistem pencegahan korupsi di birokrasi
pemerintah.Sebagai gerakan sosial, tii aktif terlibat dalam berbagai koalisi
dan inisiatif gerakan antikorupsi di indonesia. Tii juga merangkul mitra
lembaga lokal dalam melaksanakan berbagai program di daerah. Jaringan
kerja ini juga diperluas dengan advokasi bahaya korupsi kepada anak-anak
muda di jakarta.
2. Indonesia corruption watch (icw)
Indonesia corruption watch (icw) saat ini menjadi salah satu lembaga
independen paling lantang bersuara dalam gerakan antikorupsi. Eksistensi
icw dalam pemberantasan korupsi sejak tahun 1998 telah diakui publik.
Secara berturut-turut, tahun ini icw mendapat  penghargaan uii award dari
universitas islam indonesia, soegeng sarjadi syndicate award, dan
penghargaan dari dewan pers.
Selain award dari sejumlah institusi, icw juga mendapat penghargaan
yang jauh lebih bernilai, yakni dukungan dari masyarakat luas. Sejak
membuka divisi kampanye publik dan penggalangan dana pada 2010 lalu,

14
icw telah berhasil mengumpulkan dukungan nyata berupa barisan
supporter icw yang kini berjumlah 560 orang. Para supporter ini secara
rutin memberikan donasi untuk mendukung kerja-kerja pemberantasan
korupsi.
Korupsi yang sudah sedemikian menggurita di indonesia memang harus
dilawan secara bersama-sama. Bersama masyarakat, icw berupaya
meningkatkan kapasitas publik untuk menuntut haknya mendapatkan
fasilitas dasar yang dijamin oleh negara tanpa dikorupsi. Kontrol
masyarakat yang kuat sangat diperlukan untuk membuat perubahan. Icw
juga berupaya mendobrak kebuntuan hukum untuk lebih dapat diandalkan
dalam upaya pemberantasan korupsi.
3. Samak [solidaritas masyarakat anti-korupsi]
Samak [solidaritas masyarakat anti-korupsi] -- adalah sebuah organisasi
masyarakat sipil yang independen, didirikan 3 november 1999, oleh
aktivis organisasi non pemerintah, akademisi, tokoh-tokoh masyarakat dan
mahasiswa; yang bertujuan untuk mewujudkan transparansi serta
memberantas praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dalam
penyelenggaraan pemerintahan di aceh.
Visi samak adalah terbangunnya gerakan sosial yang kuat dan
berpengaruh untuk membebaskan aceh dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.Sedangkan misi samak adalah: melakukan penguatan partisipasi
rakyat untuk terbentuknya gerakan anti korupsi, penguatan kapasitas
organisasi samak menjadi oranisasi yang kuat dan efektif, serta mendorong
terjadinya perubahan kebijakan yang transparan dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme.
4. Spesialisasi mahasiswa anti korupsi (simak)
Spesialisasi mahasiswa anti korupsi (simak) di dirikan oleh ariawan
dkk. Diantaranya adalah suci raharjo, putri novita sari dan novita sari.
Didirikan pada tanggal 29 januari 2011 di jakarta. Dan langsung dibawah
naungan lembaga tinggi negara yang bergerak di bidang pemberantasan

15
korupsi yakni komisi pemberantasan korupsi republik indonesia ( kpk ri )
dan bekerjasama dengan organisasi anti korupsi di 9 kampus lainya.
5. Sorak aceh
Sorak adalah singkatan dari solidaritas gerakan anti korupsi. Sebuah
organisasi non pemerintah (ngo) yang dibentuk pada tahun 2002 oleh
beberapa anak muda yang merasa prihatin dengan kondisi korupsi di
indonesia terutama aceh. Pada saat itu tidak banyak orang atau aktivis
di aceh yang bergerak langsung dan frontal dalam isu anti korupsi
di aceh.Saat ini, hasil kerja selama ini dalam melakukan perlawanan
terhadap korupsi serta pemberdayaan masyarakat, sorak aceh telah
mendorong terbentuknya lembaga serupa baik langsung maupun tidak
langsung dengan berbagai latar belakang pemikiran. Seperti jarak,
mataraja, gerak aceh, suak, mata dan sebagainya. Lembaga maupun
perkumpulan yang terbentuk sampai saat ini tidak terlepas dari inspirasi
dan semangat yang diusung oleh sorak. Namun lembaga maupun
perkumpulan tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan hirarkis,
melainkan hanya semangat atau ruh.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Asas-asas umum pemerintahan yang baik berdasarkan UU No. 9 Tahun


2004 tentang tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986, UU No 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, asas-asas umum pemerintahan
yang baik tersebut dijadikan asas dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah, sebagaimana tercantum dalam Pasal 20, Hak dan Kewajiban
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara
yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
2. Peran masyarakat dalam pemberantasan korupsi : Pertama, peran sebagai
informan atau penyuplai informasi, Kedua, peran sebagai penyebar isu,
Ketiga, peran sebagai pengawas, Keempat, pesan moral melalui
pendidikan.

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai