Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

JUDUL : TITIK KRITIS KEHALALAN KOSMETIKA PADA PROSES


PRODUKSI

Kulit sebagai organ terluar yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari
radiasi sinar ultraviolet (UV), dehidrasi, dan mikroorganisme. Kulit bisa mengalami
penuaan terutama pada daerah-daerah yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung. Oleh karena itu diperlukan suatu tambahan perlindungan bagi kulit yang
salah satunya adalah kosmetik antiaging yang biasanya dibuat dalam bentuk sediaan
krim. Kosmetika sebagai produk dalam memelihara kecantikan semakin berkembang
seiring dengan perkembangan jaman dan jumlah pemakain kosmetik pada
masyarakat sudah begitu luas. Kosmetik yang digunakan haruslah terjamin aman,
bermutu, bermanfaat dan terjamin kehalalanya. Berdasarkan data di LPPOM MUI di
indonesia masih sedikit produk kosmetik yang terjamin kehalalanya. Organization of
islamic cooperation (OIC) sebagai organisasi kerjasama islam dunia, mulai ramai
membahas potensi dan peluang produk halal di pasar dunia. Kenyataan tersebut juga
didukung oleh adanya peningkatan pangsa pasar obat halal dan tingginya minat
masyarakat Muslim dalam menggunakan produk-produk halal. Terlebih saat ini
Indonesia sudah memiliki undang-undang tentang jaminan produk halal (JPH).
Artinya, semua produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah
Indonesia wajib bersertifikat halal. Sehingga produksi kosmetik harus dilakukan
secara halal. Titik kritis kehalalan kosmetika dalam produksi ialah kemungkinan
dimana suatu tahapan produksi kosmetik dapat membuat kosmetik menjadi haram,
dalam produksi penggunaan bahan, alat dan tempat saat pengolahan merupakan titik
kritis kehalalan dalam produksi kosmetik antiaging sehingga hal ini menjadi
perhatian dalam produksi.

Kata kunci : krim, anti-aging, titik kritis kehalalan, halal, kosmetik

Anda mungkin juga menyukai