STUDI KASUS
Pada tahun 2017 BPOM telah melaporkan 118 situs penjual obat-obatan
melalui media online. Situs tersebut berpotensi digunakan untuk penjualan obat keras
dan terlarang. Dari 118 situs tersebut, sebanyak 98 situs telah diblokir oleh pihak
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Tiara Sutari, BPOM Laporkan 118
Situs Penjual Obat, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170810130837-20-233703/bpom-
laporkan-118-situs-penjual-obat.
Pada tahun 2016 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dibantu
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, telah menginvestigasi dan menemukan
214 situs yang digunakan dalam penjualan dan peredaran obat. Dari 214 situs, BPOM
menemukan 129 situs yang menjual obat ilegal dan palsu. Kerugian negara atas
penjualan obat palsu dan obat ilegal tersebut mencapai Rp 5.593.200.000, selain itu
menyita 1.312 barang farmasi ilegal, termasuk yang palsu dengan nilai ekonomi lebih
dari 56 miliar rupiah.15 129 situs yang menjual obat palsu dan obat ilegal sudah
diblokir tetapi kemudian muncul kembali dengan nama yang berbeda.
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3734/BPOM+Tutup+129+Situs+Penju
al+Obat+Ilegal/0/sorotan_media.
Selain obat keras, situs-situs di internet marak menawarkan obat tradisional,
herbal, kosmetik, maupun suplemen kesehatan dengan iklan yang menarik bahkan
mengklaim kalau produk tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit, sehingga
timbul keinginan masyarakat untuk membelinya. Akibatnya masyarakat sangat rentan
membeli obat, obat tradisional maupun kosmetik palsu. Berdasarkan hasil
pengawasan tahun 2015 yang dilakukan oleh Balai Besar POM Surabaya terhadap
penjualan obat tradisional dan kosmetika yang dijual secara online yaitu 50 persen
obat tradisional dan kosmetik yang dijual secara online adalah palsu.
https://www.jpnn.com/news/50-persen-obat-tradisional-yang-dijual-online-adalah-
palsu.
Sudah banyak penjualan obat melalui media online dilakukan oleh pelaku
usaha di bidang farmasi. Di era digital ini, para pelaku usaha yang umumnya tidak
mengenal dan tidak memiliki wewenang dalam menjual obat membuat sistem
penjualan online yang inovatif, yang hanya mencoba menangkap peluang bisnis
bidang farmasi. Terdapat banyak permasalahan hukum menyangkut penjualan obat
melalui media online, seperti resiko kesehatan dari obat yang salah atau obat palsu
serta alergi yang mungkin dialami oleh konsumen yang tidak diketahui oleh farmasist
ketika menawarkan obat secara online. Maka dari itu pentingnya regulasi atau
peraturan yang mengatur Penjualan obat secara online/daring.
PERMASALAHAN
1. Bagaimanakah peraturan yang mengatur tentang peredaran obat secara
daring/online ?
2. Bagaimanakah cara pelaporan obat secara daring/online ?
3. Bagaimanakah penyerahan obat dan resep daring/online ?
4. Bagaimanakah persyaratan sistem elektronik/PSEF untuk menjamin produk
daring/online ?
5. Bagaimanakah persyaratan pengiriman obat daring/online ?
6. Bagaimanakah peraturan yang mengatur tentang peredaran obat tradisional,
suplemen dan kosmetik secara daring/online ?
7. Apakah larangan yang tercantum dalam peraturan tentang peredaran obat, obat
tradisional, suplemen dan kosmetik secara daring ?
8. Apakah sanksi yang di berikan terhadap apotek dan fasilitas kesehatan yang
melanggat aturan dari peredaran obat, obat tradisional, suplemen, kosmetik dan
makanan secara daring/online ?
PEMBAHASAN
Menurut Peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 8 tahun 2020
tentang pengawasan obat dan makanan yang diedarkan secara daring. Peredaran Obat
dan Makanan secara Daring adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan penyaluran dan/atau penyerahan Obat, Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan, Kosmetika, dan Pangan Olahan dengan menggunakan media transaksi
elektronik dalam rangka perdagangan. Sistem Elektronik adalah serangkaian
perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi. mempersiapkan, mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan,
dan/atau menyebarkan informasi elektronik.
7. Larangan
a. Apotek dan/atau PSEF dilarang mengedarkan secara daring untuk Obat yang
termasuk dalam:
Obat keras yang termasuk dalam obat-obat tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;
Obat yang mengandung prekursor farmasi;
Obat untuk disfungsi ereksi;
Sediaan injeksi selain insulin untuk penggunaan sendiri;
Sediaan implan yang penggunaannya memerlukan bantuan tenaga
kesehatan; dan
Obat yang termasuk dalam golongan Narkotika dan Psikotropika.
b. Pelaku Usaha dilarang mengedarkan Kosmetika tertentu yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundangundangan harus diaplikasikan oleh tenaga
medis.
c. Kosmetika tertentu sebagaimana dimaksud meliputi:
Kosmetika sediaan kulit yang mengandung alpha hidroxy acid (AHA)
dengan kadar lebih besar dari 10% (sepuluh persen); dan
Kosmetika sediaan pemutih gigi yang mengandung dan/atau melepaskan
hydrogen peroxide dengan kadar lebih besar dari 6% (enam persen).
d. Minuman beralkohol dilarang diedarkan secara daring.
e. Apotek dilarang melakukan kegiatan promosi dan iklan untuk Obat.
f. Apotek sebagaimana yang melakukan kegiatan promosi dan iklan untuk
formula bayi, formula lanjutan, dan PKMK wajib melalui media cetak khusus
tentang kesehatan setelah mendapat persetujuan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Peredaran Obat dan PKMK secara daring dilarang melalui Media Sosial,
Daily Deals, dan Classified Ads
8. Sanksi Administratif
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan;
b. peringatan keras;
c. rekomendasi penutupan atau pemblokiran Sistem Elektronik milik Apotek,
Sistem Elektronik milik Industri Farmasi, Sistem Elektronik milik Pedagang
Besar Farmasi, merchant dalam Sistem Elektronik milik PSE, akun Media
Sosial, Daily Deals, Classified Ads dan media internet lain yang
dipergunakan untuk kegiatan perdagangan elektronik (e-commerce);
d. rekomendasi pencabutan izin fasilitas pelayanan kefarmasian;
e. larangan mengedarkan untuk sementara waktu; dan/atau
f. perintah untuk penarikan kembali obat dan makanan.