Anda di halaman 1dari 31

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BAWANG LANANG (Allium

sativum L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

Oleh :

Intan Malla Pahlawaningrum

F 017 010

Proposal Penelitian

AKADEMI FARMASI

BINA FARMASI PALU

2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Salah satu jenis bawang yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa

sebagai obat ialah bawang lanang. Bawang lanang termaksud jenis bawang

khusus yang hanya ditemukan di daerah – daerah tertentu di Indonesia salah

satunya pulau Jawa. Bawang lanang memiliki bau yang sangat tajam bila

dibandingkan dengan bawang yang lain.(1)

Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk secara tidak

sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok. Bawang putih

tunggal bisa tumbuh normal kembali jika lokasi penamanannya berada di

daerah yang lingkungan cocok. Masyarakat mempercayai bawang putih

tunggal lebih berkhasiat sebagai obat daripada bawang putih majemuk.(2)

Kemampuan bawang lanang sebagai antibakteri didukung oleh

penelitian Periskila Dina Kali Kulla (2016) yang menyatakan bahwa bawang

ini bersifat antibakteri terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif.

Kemampuan bawang putih ini berasal dari zat kimia yang terkandung dalam

umbi bawang tersebut. Komponen kimia itu ialah zat allicin. Allicin

memberikan bau khas pada bawang putih karena mengandung sulfur. Zat

allicin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotik yang ampuh.(1)

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat.

Staphylococcus aureus berdiameter 0,8 – 1,0 mikron, tidak bergerak dan tidak
berspora. Koloni mikroskopik Staphylococcus aureus berbentuk menyerupai

buah anggur.(3)

Terkait dengan hal tersebut, peneliti sering melihat dalam keseharian,

banyak masyarakat khususnya orang Jawa yang terkena penyakit paru – paru

misalnya tuberculosis atau batuk berdahak misalnya pneumonia, dimana pada

kondisi seperti ini disebabkan oleh adanya kegiatan pertumbuhan dari

mikroorganisme kemudian terus berkembang sehingga akan terjadi infeksi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang bawang lanang (Allium sativum L.) agar dapat mengetahui aktivitas

antibakteri bawang lanang (Allium sativum L.) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak bawang lanang (Allium sativum L.)

terhadap bakteri Staphylococcus aureus ?

2. Berapa konsentrasi optimal ekstrak bawang lanang (Allium sativum L.)

untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak bawang lanang (Allium sativum L.)

terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

2. Untuk mengetahui konsentrasi optimal ekstrak bawang lanang (Allium

sativum L.) untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus.
I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat bahwa bawang lanang

(Allium sativum L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus.

2. Manfaat Bagi Akademik

Sebagai bahan acuan dan pembelajaran untuk melakukan penelitian

lebih lanjut yang berkaitan dengan uji antibakteri ekstrak bawang lanang

(Allium sativum L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

pembelajaran bagi peneliti tentang aktivitas antibakteri ekstrak bawang

lanang (Allium sativum L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bawang Lanang

2.1.1 Klasifikasi Bawang Lanang

Kingdom : Plantae

Sub-Kingdom : Tracheobionta

Super division : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Sub-Class : Liliidae

Order : Liliales

Family : Liliaceae

Genus : Allium

Species : Allium sativum L.(4)

Nama Lain : Bawang putih tunggal (Indonesia)


2.1.2 Morfologi Bawang Lanang

Bawang lanang termasuk ke dalam jenis bawang putih (Allium

sativum L.) yaitu herba semusim berumpun yang memiliki ketinggian

sekitar 60 cm. Memiliki batang semu dan berwarna hijau. Daunnya

berbentuk pita (pipih memanjang), tepinya rata, ujungnya runcing,

beralur, panjangnya sekitar 60 cm dan lebar 1,5 cm. Berakar serabut dan

bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan bentuknya seperti

paying.(5)

2.1.3 Kandungan Kimia Bawang Lanang

Bawang lanang memiliki kandungan zat 5 - 6 kali lebih tinggi

daripada bawang putih. Bawang putih sendiri memiliki setidaknya 33

komponen sulfur, beberapa jenis enzim, 17 asam amino dan banyak

mengandung mineral, contohnya selenium. (5)

Kandungan Satuan Kandungan per 100 g


Air g 58,58
Energi Kcal 149
Protein g 6,36
Total Lemak g 0,50
Karbohidrat g 33,06
Serat g 2,1
Total Gula G 1,00
Mineral
Kalsium Mg 181
Besi, Fe Mg 1,70
Magnesium Mg 25
Fosfor, P Mg 153
Kalium, K Mg 401
Natrium, Na Mg 17
Zinc, Zn Mg 1,16
Copper, Cu Mg 0,299
Mangan, Mn Mg 1,672
Selenium, Sn Mcg 14,2
Vitamin
Vitamin C Mg 31,2
Vitamin B-6 Mg 1,235
Beta karotin Mcg 5
Vitamin A IU 9
Vitamin E Mg 0,08
Vitamin K Mcg 1,7
Asam amino
Tryptophan g 0,066
Threonine g 0,157
Isoleusin g 0,217
Leusin g 0,308
Metionin g 0,076
Sistin g 0,065
Lisin g 0,273
2.1.4 Manfaat Bawang Lanang

Secara empiris bawang lanang telah banyak digunakan sebagai

obat beraneka macam penyakit, seperti kutil, bisul, jerawat, hipertensi,

hiperkolesterol, kanker, diabetes, pembengkakan, diare, penyakit pada

kelamin. Penelitian ilmiah (Kulla, 2016) khasiat bawang lanang

membuktikan efektivitas bawang lanang sebagai antibakteri .(5)


2.2 Uraian Staphylococcus aureus

2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus

Kingdom : Eubacteria

Filum : Firmicutes

Classis : Bacillia

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus(6)

2.2.2 Morfologi Staphylococcus aureus

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti

kelompok buah anggur dan coccus yang berarti bulat. Diameter kuman

antara 0,8-1,0 mikron. Kuman ini tidak bergerak, tidak berspora, dan

gram posistif. Batas suhu untuk petumbuhannya adalah 15ºC s/d 40ºC,

sedangkan suhu pertumbuhan optimumnya adalah 35ºC, pertumbuhan

terbaik adalah pada suasana aerob, kuman inipun bersifat anaerob

fakultatif.(7)
2.2.3 Patofisiologi Staphylococcus aureus

Sebagian bakteri Staphylococcus merupakan flora normal pada

kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada

manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S.

aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,

membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol.(8)

2.2.4 Pertumbuhan Dan Pembenihan Bakteri Staphylococcus aureus

Jenis – jenis Staphylococcus aureus dilaboratorium tumbuh baik

dalam kaldu biasanya pada suhu 37°C. Batas suhu untuk petumbuhannya

adalah 15ºC s/d 40ºC, sedangkan suhu pertumbuhan optimumnya adalah

35ºC. pertumbuhan terbaik dank has ialah pada suasana aerob, kuman ini

pun bersifar anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang

hanya mengandung hydrogen dan pH optimum untuk pertumbuhan ialah

7,4 pada lempeng agar koloninya terbentuk bulat, diameter 1 – 2 mm,

cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak. Untuk

mengasingkan kuman dari tinja dipergunakan lempeng agar yang

mengandung NaCl sampai 10% sebagai penghambat terhadap kuman

jenis lain dan manitol untuk dapat mengetahui patogenesisnya.(9)


2.2.4 Gejala Penyakit Oleh Staphylococcus aureus

Beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri

Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :

A. Pneumonia

Infeksi Staphylococcus aureus pada paru paru dapat menyebabkan

pneumonia. Pneumonia dapat timbul setelah seseorang menderita

flu.(10)

B. Aritritis septik

Aritritis septik adalah Infeksi Staphylococcus aureus yang

menyebar ke pembuluh darah, tangan, kaki, dan punggung tempat

abses kemudian berkembang. Bagian – bagian yang terinfeksi akan

membengkak dan berisi nanah.(10)

C. Impertigo

Impertigo adalah penyakit infeksi kulit yang menimbulkan bintil –

bintil berisi nanah. (10)

D. Hidradermitis

Hidradermitis adalah infeksi pada kelenjar tertentu diwilayah

ketiak dan alat genital. (10)

E. Keracunan makanan

Penyakit ini biasa terjadi karena makanan yang di konsumsi tercemar

bakteri Staphylococcus aureus. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus dan dapat menyebabkan keracunan yang

ditandai dengan gejala mual, muntah, kejang perut dan diare.(11)


2.2.5 Kadar Hambat Minimal

Konsentrasi minimum penghambatan atau lebih dikenal dengan

minimum inhibitory concentration (MHC) atau disebut dengan KHM

adalah konsentrasi terendah dari antibiotika atau antimicrobial yang

dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu.(12)

2.3 Antibakteri

2.3.1 Pengertian Antibakteri

Antimikroba merupakan suatu bahan yang memiliki kemampuan

dalam menghambat atau mengganggu pertumbuhan mikroba. Sifat dari

zat antimikroba tersebut terbagi menjadi dua yaitu bakteriostatik

(menghambat) ataupun bakterisidal (membunuh). (13)

2.3.2 Mekanisme Kerja Antibakteri

Mekanisme kerja antibiotik yaitu :

A. Menghambat metabolisme sel, seperti sulfonamide dan

trimethoprim.

B. Menghambat sintesa dinding sel, seperti penicillin, vankomisin, dan

sefalosporin.

C. Menghambat sintesa membran sel, seperti polimiksin.

D. Menghambat sintesa protein sel, seperti tetrasiklin, kloramfenikol,

streptomosin, dan aminoglikosida.

E. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA), seperti

rifampisin. (14)
2.4 Metode Ekstraksi

2.4.1 Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan pemindahan massa zat aktif

yang semula berada dalam sel, ditarik oleh cairan penyari tertentu dan

menggunakan metode yang sesuai sehingga zat aktif terdapat dalam

cairan penyari.(11)

2.4.2 Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia

yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi

masuk ke dalam pelarut.(11)

2.4.3 Macam – Macam Metode Ekstraksi

A. Metode Ekstraksi Cara Dingin

1. Metode Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin Macecare yang artinya

merendam. Maserasi adalah proses pengekstrasi simplisia dengan

menggunakan pelarut beberapa kali pengocokan pada suhu

ruangan.(15)

2. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah metode ekstrasi dengan pelarut yang selalu

baru sampai sempurna dilakukan pada temperature kamar


(ruangan) tahap dalam proses perkolasi yaitu penetesan terus

menerus sampai diperoleh ekstrak 1-5 kali bahan awal.(15)

B. Metode Ekstraksi Cara Panas

1. Metode infudasi

Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan

untuk mencari zat kandungan aktiv yang ada pada sediaan tanaman

yang larut dalam air dan bahan nabatia, penyari dengan cara ini

menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh

kuman dan kapang, oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara

ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.(15)

2. Metode ekstrasi soxhletasi

Soxhletasi adalah penyarian simplisia yang secara

berkesinambungan dimana cairan penyari dipanaskan hingga

menguap, uap cairan penyari dipanaskan hingga menguap, uap

cairan penyari terkondensi menjadi molekul-molekul air oleh

pendinginan balik dan turun menyari simplisia didalam slongsong

dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alat melewati pipa

sifon, proses ini berlangsung hingga mencari zat aktif dengan

sempurna.(15)

3. Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode ekstrasi umtuk senyawa dengan

kandungan menguap seperti minyak atsiri berdasarkan tekanan

persial senyawa kendungan menguap dengan fase uap air secara


kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase

uap campuran.(15)

4. Metode dekokta

Dekokta adalah perebussan simplisia halus dicampur denan air

bersuhu >900 C sambil diaduk berulang-ulang dalam pemasan air

selama 30 menit. Perbedaannya dengan infus rebusan disari panas-

panas. Dekokta adalah infuse yang lebih lama ( > 30 menit ) dan

temperature samai titik didih air.(15)

5. Metode refluks

Metode refluks adalah metode yang berkesinambungan dimana

cairan penyari secara kontinyu menyari komponen kimi dalam

simplisia. Cairan penyari dipanaskan sehinga menguap dan uapa

tersebut dikondensasi menjadi molekul. Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam. Metode

ini umumnya dilakukan untuk simplisia yang keras dan komponen

kimianya tahan terhadap pemanasan.(15)

2.5 Medium

2.5.1 Pengertian Medium

Medium merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi

yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Medium dapat digunakan

pula untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat

fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba. (16)


2.5.2 Jenis – Jenis Medium

A. Media Basal (media dasar) adalah media yang digunakan sebagai

bahan dasar untuk membuat media lain yang lebih kompleks. Media

ini dapat mendukung pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia,

contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb. (11)

B. Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba

yang berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus

sehingga dapat dibedakan. Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar

(TSIA), Media Sulfit Indol Motility (SIM), dsb. (11)

C. Media selektif adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba

tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat.

Contohnya: Media Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate

Citrate Bile Salt (TCBS), dsb. (11)

D. Media diperkaya (enrichment) adalah media yang dirancang untuk

mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki

konstituen nutrisi yang mendorong pertumbuhan mikroba tertentu.

Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu tetrationat untuk memisahkan

bakteri Salmonella thyposa dari tinja. Dan Media diperkaya

(enrichment media). (11)

E. Media pengkayaan adalah media ini umumnya mengandung bahan-

bahan tertentu yang di satu pihak dapat menghambat pertumbuhan

bakteri tertentu,tetapi di lain pihak sebaliknya dapat menunjang

pertumbuhan bakteri tertentu lainnya.misalnya media muller-


kauffman mengandung natrium tetrationat yang menunjang

pertumbuhan salmonella tetapi menghambat pertumbuhan

Escherichia. (11)

F. Media uji(identifikasi) adalah media yang digunakan untuk

identifikasi mikroba, medium litmus milk. Umumnya ditambah

dengan substansi tertentu yang menjadi indikator. (11)

G. Medium umum, media yang ditambahkan bahan-bahan yang

bertujuan menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh

Nutrien Agar (NA) untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri, Potato

Dextose Agar (PDA) untuk menstimulir pertumbuhan fungi. (11)

H. Medium khusus(spesifik), merupakan medium untuk menentukan tipe

pertumbuhan mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan

perubahan-perubahan kimia tertentu misalnya, medium tetes tebu

untuk Saccharomyces cerevisiae. (11)

I. Medium penguji (Assay medium), yaitu medium dengan susunan

tertentu yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu

dengan bantuan bakteri misalnya medium untuk menguji vitamin-

vitamin, antibiotika dan lain-lain. (11)

2.5.3 Medium Yang Sering Digunakan Dalam Mikrobiologi

A. Nutrient Agar (NA)

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy.

NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari

mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme


heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari

ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang

umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari

air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk

pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi

organisme dalam kultur murni. (11)

B. Nutrient Broth

Nutrient broth adalah medium cair untuk pertumbuhan

mikroorganisme yang umumnya digunakan dalam berbagai kultur

mikroorganisme, medium ini digunakan sebagai medium standar

untuk pertumbuhan mikroorganisme dilaboratorium. (11)

C. Potato Dextrose Agar (PDA)

PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast

dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang

dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA cocok untuk

pertumbuhan jamur. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam

jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa

sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang

baik untuk pertumbuhan bakteri. (11)

D. Plate Count Agar (PCA)

PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan

inokulasi di atas permukaan. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan

total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung


komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino

dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai

vitamin B kompleks. (11)

E. Lactose Broth

Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi

kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai

kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan

dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya.

Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk

memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat

yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. (11)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termaksud jenis penelitian eksperimen yang bersifat analitik

laboratorium.

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019 –

Januari 2020.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium terpadu Akademi

Farmasi Bina Farmasi Palu.

3.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan

3.3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan adalah cawan petri, erlenmeyer, gelas

ukur, gelas kimia, laminar air flow, Bunsen, autoklaf, incubator, oven,

pinset, timbangan analitik, corong, tabung reaksi, rak tabung, kompor

listrik, magnetic stirrer, mistar, sendok tanduk, lumpang dan alu, batang

pengaduk, ose, panci infudasi, dan termometer air raksa.


3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus,

ekstrak bawang lanang, kertas saring, medium NA, alcohol 70%,

spiritus, kapas, tisu, alumunium foil, NaCl, dan kertas cakram.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Sterilisasi Alat

Semua alat yang akan digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu

dibersihkan atau dicuci kemudian dikeringkan. Peralatan disterilkan

dalam oven pada suhu 180°C selama 1 jam atau dalam autoklaf pada

suhu 121°C tekanan 2 atm selama 15 menit.

3.4.2 Penyiapan Bakteri Uji

Bakteri yang akan digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu

diremajakan dan ditumbuhkan pada media NA dalam tabung reaksi

dengan metode miring selama 24 jam pada suhu 35°C

3.4.3 Penyiapan Sampel Ekstrak Bawang Lanang

Tahap pertama adalah pemilihan dan pengumpulan umbi bawang,

diambil yang daunnya sudah mengering, cara penyiapan sampel yaitu

umbi bawang lanang dibersihkan lalu dirajang atau dipotong kecil,

setelah itu dikering anginkan, simplisia yang sudah kering diblender

hingga menjadi serbuk kemudian dilakukan penyarian untuk

memperoleh ekstrak.
3.4.4 Pembuatan Suspensi Bakteri

Biakan bakteri yang telah diremajakan pada agar miring diambil

sebanyak satu ose kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi steril yang

berisi larutan NaCl sebanyak 2 ml.

3.4.5 Pembuatan Medium NA

Timbang serbuk NA sebanyak 10 g dan dilarutkan dengan

aquadest 500 ml dengan menggunakan magnetic stirrer dalam

erlenmeyer berukuran 500 ml. pengadukan dilakukan hingga mendidih

dan homogen. Tutup bagian mulut erlenmeyer lalu disterilkan dengan

menggunakan autoklaf.

3.4.6 Pengujian Ekstrak Bawang Lanang (Allium sativum L) Terhadap

Staphylococcus aureus

Pengujian dilakukan dengan memasukkan medium NA pada cawan

petri hingga setengah mengeras kemudian masukkan suspensi bakteri

sebanyak 1 ml, lalu goyang – goyang membentuk angka 8 sehingga

bakteri merata dan diamkan hingga agak memadat, setelah memadat

masukkan kertas cakram yang telah dicelupkan ekstrak bawang lanang

pada konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60%, 75% dan 100%. Lalu inkubasi

selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C dengan posisi cawan petri terbalik

untuk melihat apakah ekstrak bawang lanang memiliki daya antibakteri

dan kontrol negatif (-) aquadest, kemudian di ukur zona bening yang

terbentuk.
3.5 Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Peminjaman alat dan bon bahan kepada penanggung


jawab laboratorium Akademi Farmasi Bina Farmasi Palu

Penelitian mulai Desember 2019

Penyiapan alat dan bahan

 Pembuatan ekstrak umbi bawang


lanang (konsentrasi 15%, 30%, 45%,
60%, 75% dan 100%) dan kontrol (-)
 Sterilisasi alat
 Penyiapan bakteri Staphylococcus
aureus dan suspensi bakteri
 Pembuatan media NA

Uji antibakteri dengan metode difusi

Pengumpulan data dan analisis data

Pembahasan

Kesimpulan dan saran


3.6 Definisi Operasional

Ekstrak bawang lanang (Allium sativum L) adalah hasil dari proses

ekstraksi umbi bawang lanang dengan pelarut aquadest secara infudasi yang

dapat berkhasiat sebagai antibakteri.

3.7 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dari pengukuran

diameter daya hambat dari masing - masing konsentrasi ekstrak bawang

lanang dengan menggunakan metode difusi kemudian hasil tersebut dibuat

dalam bentuk tabel dan telah diolah atau dihitung.


Skema 1

Sterilisasi Alat

Siapkan alat – alat yang yang


akan digunakan

Cuci semua alat dan keringkan lalu


bersihkan menggunakan lap

Bungkus alat menggunakan Bungkus alat menggunakan


kertas bersih warna putih kertas minyak warna putih

Peralatan disterilkan dalam Peralatan disterilkan dalam


oven pada suhu 180°C autoklaf pada suhu 121°C
selama 1 jam tekanan 2 atm selama 15
menit.
Skema 2

Penyiapan Bakteri Uji

Siapkan alat dan bahan

Masukkan medium NA dalam


tabung reaksi

Dimiringkan hingga memadat

Goreskan 1 – 2 ose bakteri pada


medium

Inkubasi 24 jam pada suhu 35°C


Skema 3

Penyiapan Sampel Ekstrak Bawang Lanang

pemilihan dan pengumpulan umbi


bawang lanang

Diambil umbi bawang lanang yang


daunnya sudah mengering

umbi bawang lanang dibersihkan lalu


dirajang atau dipotong kecil

setelah itu dikering anginkan


setelah itu dikering anginkan

simplisia yang sudah kering diblender


hingga menjadi serbuk

kemudian dilakukan penyarian


memperoleh untuk ekstrak
Skema 4

Pembuatan Suspensi Bakteri

Siapkan bakteri yang telah


diremajakan

diambil biakan bakteri sebanyak


satu ose

Kemudian dimasukkan dalam tabung


reaksi steril yang berisi larutan NaCl
sebanyak 2 ml
Skema 5

Pembuatan Medium NA

Timbang serbuk NA sebanyak 10 g

Larutkan dengan aquadest sebanyak


500 ml

Masukkan dalam erlenmeyer berukuran


500 ml lalu dipanaskan menggunakan
kompor listrik

Lakukan pengadukan hingga


mendidih dan homogen

Tutup bagian mulut erlenmeyer lalu


disterilkan dengan menggunakan
autoklaf
Skema 6

Pengujian Ekstrak Bawang Lanang (Allium sativum L) Terhadap

Staphylococcus aureus
Siapkan semua alat dan bahan

memasukkan medium NA pada cawan


petri hingga setengah mengeras

kemudian masukkan suspensi bakteri


sebanyak 1 ml

lalu goyang – goyang membentuk angka 8


sehingga bakteri merata dan diamkan hingga
agak memadat

masukkan kertas cakram yang telah dicelupkan Kontrol (-)


ekstrak bawang lanang pada konsentrasi 15%, aquadest
30%, 45%, 60%, 75% dan 100%

inkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C


dengan posisi cawan petri terbalik

Amati dan ukur zona bening yang


terbentuk
DAFTAR PUSTAKA

1. Kulla Kali Dina, Periskila. 2016. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak bawang
lanang (Allium sativum L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherchia coli. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Iesha Kinanti Adhuri, Tri Nur Kristina & Arlita Leniseptaria Antari. 2018.
Pebedaan potensi antibakteri bawang putih tunggal dengan bawang putih
majemuk terhadap Salmonella typhi. Jurnal Kedokteran Diponegoro Vol 7.

3. Sari, Irma. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Kulit Bawang Putih (Allium
sativum L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Akademi Farmasi Bina
Farmasi : Palu.

4. Wibawa Erlangga, I Putu. 2017. Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih Lanang
(Allium sativum L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
ATCC 21752 (Secara In Vitro). Universitas Jember : Jember

5. Destiawan, Bayu. 2019. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Lanang (Allium


sativum L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes Secara
In Vitro. Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Oktavionita. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Nanas (Ananas


comosus L.Merr) Terhadap Staphylococcus aureus. Akademi Farmasi Bina
Farmasi : Palu.

7. Dasa Wardhani, Sri Muri. 2016. Pengaruh Suhu Dan Waktu Penyimpanan
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Pada Makanan Sosis
Siap Santap Di Medan. Universitas Sumatera Utara.

8. Setiawan, Bobby. 2015. Identifikasi Methicillin – Resistant Staphylococcus


aureus Pada Tenaga Medis Dan Paramedis Di Ruang Perinatologi Dan Ruang
Obstertik – Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moelek.
Universitas Lampung : Bandar Lampung.

9. Saridin, Zaitun S. 2016. Uji Herba Binahong (Anredera cordifolia (Ten)


Steenis) . Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Akademi
Farmasi Bina Farmasi : Palu.

10. Mariani. 2015. Uji Daya Hambat Antibakteri Infusa Daun Cocor Bebek
(Kalanchoe pinnata) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.
Akademi Farmasi Bina Farmasi : Palu.

11. Multiansya, Tri. 2017. Uji Antibakteri Ekstrak Bunga Kelor (Moringa oliefera
L.) Terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Akademi Farmasi Bina Farmasi :
Palu.
12. Alda. 2015. Aktivitas Antibakteri Daun Kayu Putih (Meialaleuca leucadendra
L.) Terhadap Staphylococcus aureus. Akademi Farmasi Bina Farmasi : Palu.

13. Ni’mah, Ainun. 2019. Uji Efektivitas Ekstrak Buah Pare (Momordica
charantia) Sebagai Hand Sanitizer Alami Dalam Menurunkan Jumlah Koloni
Mikroba Pada Tangan. Universitas Muhammadiyah Malang.

14. Aisyah, Siti. 2015. Uji Aktivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Akademi Farmasi Bina Farmasi :
Palu.

15. Ratna Zakir Kuengo, Sri., Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sawo (Achras Zapota
L.) Terhadap Bakteri Salmonella Thypii. Akademi Farmasi Bina Farmasi,
Palu

16. Nurlina. 2016. Uji Antibakteri Ekstrak Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya
L.) Terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Akademi Farmasi Bina Farmasi :
Palu.

Anda mungkin juga menyukai