Anda di halaman 1dari 33

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

BAWANG LANANG (Allium sativum L.) TERHADAP


BAKTERI Staphylococcus aureus
Oleh :
Intan Malla Pahlawaningrum
F 017 010

Proposal Penelitian

AKADEMI FARMASI
BINA FARMASI PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang
Masyarakat
lanang Batuk
Jawa
(Zat allicin)

1. Batuk
berdahak
misalnya TBC
Infeksi bakteri
2. Pneumonia
atau paru –
paru basah
1.2 Rumusan Masalah

• Bagaimana aktivitas antibakteri


ekstrak bawang lanang (Allium
sativum L.) terhadap bakteri
1. Staphylococcus aureus ?

• Berapa konsentrasi optimal ekstrak


bawang lanang (Allium sativum L.)
untuk menghambat pertumbuhan
2. bakteri Staphylococcus aureus ?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak


bawang lanang (Allium sativum L.) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus.

2. Untuk mengetahui konsentrasi optimal


ekstrak bawang lanang (Allium sativum L.)
untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4 Manfaat Penelitian
• Sebagai sumber informasi bagi
Untuk masyarakat bahwa bawang lanang
(Allium sativum L.) memiliki aktivitas
Masyarakat antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
• Sebagai bahan acuan dan pembelajaran
untuk melakukan penelitian lebih lanjut
Untuk yang berkaitan dengan uji antibakteri
Akademik ekstrak bawang lanang (Allium sativum
L.) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.

• Untuk pengembangan ilmu pengetahuan


dan dapat menjadi pembelajaran bagi
peneliti tentang aktivitas antibakteri
Untuk Peneliti ekstrak bawang lanang (Allium sativum
L.) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bawang lanang
2.1.1 Klasifikasi Bawang Lanang
Kingdom : Plantae
Sub-Kingdom : Tracheobionta
Super division : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Sub-Class : Liliidae
Order : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Species : Allium sativum L.
Nama Lain : Bawang putih tunggal (Indonesia)
2.1.2 Morfologi Bawang Lanang
Bawang lanang termasuk ke dalam jenis bawang
putih (Allium sativum L.) yaitu herba semusim berumpun
yang memiliki ketinggian sekitar 60 cm. Memiliki batang
semu dan berwarna hijau. Daunnya berbentuk pita (pipih
memanjang), tepinya rata, ujungnya runcing, beralur,
panjangnya sekitar 60 cm dan lebar 1,5 cm. Berakar
serabut dan bunganya berwarna putih, bertangkai panjang
dan bentuknya seperti payung.
2.1.3 Kandungan Kimia Bawang Lanang
Bawang lanang memiliki kandungan zat 5 - 6 kali lebih
tinggi daripada bawang putih. Bawang putih sendiri
memiliki setidaknya 33 komponen sulfur, beberapa jenis
enzim, 17 asam amino dan banyak mengandung mineral,
contohnya selenium
Mineral

Kandungan Satuan Kandungan per 100 g Kalsium Mg 181

Besi, Fe Mg 1,70
Air g 58,58

Magnesium Mg 25
Energi Kcal 149
Fosfor, P Mg 153
Protein g 6,36
Kalium, K Mg 401

Total Lemak g 0,50 Natrium, Na Mg 17

Zinc, Zn Mg 1,16
Karbohidrat g 33,06
Copper, Cu Mg 0,299
Serat g 2,1
Mangan, Mn Mg 1,672

Total Gula g 1,00


Selenium, Sn Mcg 14,2
Vitamin Asam amino

Tryptophan g 0,066
Vitamin C Mg 31,2

Threonine g 0,157
Vitamin B-6 Mg 1,235
Isoleusin g 0,217
Beta karotin Mcg 5
Leusin g 0,308
Vitamin A iu 9
Metionin g 0,076

Vitamin E Mg 0,08
Sistin g 0,065

Vitamin K Mcg 1,7 Lisin g 0,273

Adapun kandungan senyawa organosulfur pada bawang


lanang yang penting dalam penggunaanya sebagai antibakteri yaitu
asam amino non-volatil γ-glutamil-S-alk (en) il-L-sistein dan S-
alk(en) il-sistein sulfoksida atau allin. Produk dari γ-glutamil-S-
alk(en)il-L-sistein akan menghasilkan dua jalur pembentukan, yaitu
S-allil sistein dan thiosulfinat. Thiosulfinat ini yang akan
menghasilkan senyawa allicin.
2.1.4 Manfaat Bawang Lanang
Secara empiris bawang lanang telah banyak
digunakan sebagai obat beraneka macam penyakit, seperti
kutil, bisul, jerawat, hipertensi, hiperkolesterol, kanker,
diabetes, pembengkakan, diare, penyakit pada kelamin.
Penelitian ilmiah (Kulla, 2016) khasiat bawang lanang
membuktikan efektivitas bawang lanang sebagai
antibakteri.
Fungsi bawang lanang sendiri dalam menghambat
pertumbuhan bakteri memiliki spektrum yang luas, karena
dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
maupun bakteri gram negatif.
2.2 Uraian Staphylococcus aureus
2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus
Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Classis : Bacillia
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
2.2.2 Morfologi Staphylococcus aureus
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti
kelompok buah anggur dan coccus yang berarti bulat. Diameter
kuman antara 0,8-1,0 mikron. Kuman ini tidak bergerak, tidak
berspora, dan gram posistif. Batas suhu untuk petumbuhannya
adalah 15ºC s/d 40ºC, sedangkan suhu pertumbuhan optimumnya
adalah 35ºC, pertumbuhan terbaik adalah pada suasana aerob,
kuman inipun bersifat anaerob fakultatif.

2.2.3 Patofisiologi Staphylococcus aureus


Sebagian bakteri Staphylococcus merupakan flora normal
pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan
pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan
lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif,
menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu
meragikan manitol
2.2.4 Gejala Penyakit Oleh Staphylococcus aureus

Beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi


bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :
A. Pneumonia
Infeksi Staphylococcus aureus pada paru paru dapat
menyebabkan pneumonia. Pneumonia dapat timbul setelah
seseorang menderita flu.
B. Impertigo
Impertigo adalah penyakit infeksi kulit yang
menimbulkan bintil – bintil berisi nanah. (10)
C. Keracunan makanan
Penyakit ini biasa terjadi karena makanan yang di
konsumsi tercemar bakteri Staphylococcus aureus. Toksin yang
dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan dapat
menyebabkan keracunan yang ditandai dengan gejala mual,
muntah, kejang perut dan diare
2.3 Pengertian Antibakteri
Antibakteri merupakan suatu bahan yang memiliki
kemampuan dalam menghambat atau mengganggu
pertumbuhan bakteri. Sifat dari zat antimikroba tersebut
terbagi menjadi dua yaitu bakteriostatik (menghambat)
ataupun bakterisidal (membunuh).
2.4 Metode Ekstraksi

2.4.1 Pengertian Ekstraksi


Ekstraksi atau penyarian merupakan pemindahan massa zat
aktif yang semula berada dalam sel, ditarik oleh cairan penyari
tertentu dan menggunakan metode yang sesuai sehingga zat aktif
terdapat dalam cairan penyari.

2.4.2 Tujuan Ekstraksi


Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi
ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut
2.4.3 Macam – Macam Metode Ekstraksi

Metode Cara Metode Cara


Dingin Panas

Maserasi Refluks

Perkolasi soxhletasi

Infudasi &
Dekokta

Destilasi
Uap Air
2.4 Medium

2.5.1 Pengertian Medium


Medium merupakan suatu bahan yang terdiri dari
campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan
mikroba. Medium dapat digunakan pula untuk isolasi,
memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat fisiologis
dan perhitungan jumlah mikroba.
2.5.2 Medium Yang Sering Digunakan Dalam
Mikrobiologi

A. Nutrient Agar

B. Nutrient Broth

C. Potato Dextrose
Agar (PDA)

D. Lactose Broth
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termaksud jenis penelitian eksperimen yang
bersifat analitik laboratorium.

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Januari 2020
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium
terpadu Akademi Farmasi Bina Farmasi Palu.
3.3 Alat Dan Bahan
3.3.1 Alat  Timbangan analitik,
Adapun alat yang  Corong
digunakan adalah :  Tabung reaksi,
 Cawan petri,  Rak tabung,
 Erlenmeyer,  Kompor listrik,
 Gelas ukur,  Magnetic stirrer,
 Gelas kimia,  Mistar
 Laminar air flow,  Sendok tanduk,
 Bunsen,  Lumpang dan alu,
 Autoklaf,  Batang pengaduk,
 Incubator  Ose
 Oven,  Panci infudasi
 pinset,  Termometer air raksa
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
 Bakteri Staphylococcus aureus,
 Ekstrak bawang lanang,
 Kertas saring,
 Medium NA,
 Alcohol 70%,
 Aquadest
 Spiritus,
 Kapas
 Tisu
 Alumunium foil,
 NaCl,
 Kertas cakram.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Sterilisasi Alat Siapkan alat – alat yang yang
akan digunakan

Cuci semua alat dan keringkan lalu


bersihkan menggunakan lap

Bungkus alat
Bungkus alat menggunakan
menggunakan kertas
kertas minyak warna putih
bersih warna putih

Peralatan disterilkan Peralatan disterilkan dalam


dalam oven pada suhu autoklaf pada suhu 121°C
180°C selama 1 jam tekanan 2 atm selama 15 menit.
3.4.2 Penyiapan Bakteri Uji

Siapkan alat dan bahan

Masukkan medium NA dalam


tabung reaksi

Dimiringkan hingga memadat

Goreskan 1 – 2 ose bakteri pada


medium

Inkubasi 24 jam pada suhu


35°C
3.4.3 Penyiapan Sampel Ekstrak Bawang Lanang
pemilihan dan pengumpulan umbi
bawang lanang

Diambil umbi bawang lanang yang daunnya


sudah mengering

umbi bawang lanang dibersihkan lalu


dirajang atau dipotong kecil

setelah itu dikering anginkan

simplisia yang sudah kering diblender


hingga menjadi serbuk

kemudian dilakukan penyarian


memperoleh untuk ekstrak
3.4.4 Pembuatan Suspensi Bakteri

Siapkan bakteri yang telah


diremajakan

diambil biakan bakteri


sebanyak satu ose

Kemudian dimasukkan dalam tabung


reaksi steril yang berisi larutan NaCl
sebanyak 2 ml
3.4.5 Pembuatan Medium NA
Timbang serbuk NA sebanyak 10 g

Larutkan dengan aquadest sebanyak


500 ml

Masukkan dalam erlenmeyer berukuran 500 ml


lalu dipanaskan menggunakan kompor listrik

Lakukan pengadukan hingga


mendidih dan homogen

Tutup bagian mulut erlenmeyer lalu disterilkan


dengan menggunakan autoklaf
3.4.6 Pengujian Ekstrak Bawang Lanang (Allium sativum L)
Terhadap Staphylococcus aureus

Siapkan semua alat dan bahan

memasukkan medium NA pada cawan petri hingga


setengah mengeras

kemudian masukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ml

lalu goyang – goyang membentuk angka 8 sehingga


bakteri merata dan diamkan hingga agak memadat
3.4.6 Pengujian Ekstrak Bawang Lanang (Allium sativum L)
Terhadap Staphylococcus aureus

Siapkan semua alat dan bahan

memasukkan medium NA pada cawan petri hingga


setengah mengeras

kemudian masukkan suspensi bakteri sebanyak 1 ml

lalu goyang – goyang membentuk angka 8 sehingga


bakteri merata dan diamkan hingga agak memadat
Lanjutan

masukkan kertas cakram yang telah Kontrol (-)


dicelupkan ekstrak bawang lanang aquadest
pada konsentrasi 15%, 30%, 45%,
60%, 75% dan 100%

inkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu


37°C dengan posisi cawan petri terbalik

Amati dan ukur zona bening yang


terbentuk
3.5 Alur Penelitian
Persiapan penelitian

Peminjaman alat dan bon bahan kepada penanggung


jawab laboratorium Akademi Farmasi Bina Farmasi Palu

Penelitian mulai Januari 2020

Penyiapan alat dan bahan


 Pembuatan ekstrak umbi bawang lanang
(konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60%, 75% dan
100%) dan kontrol (-)
 Sterilisasi alat
 Penyiapan bakteri Staphylococcus aureus dan
suspensi bakteri
 Pembuatan media NA
Lanjutan Uji antibakteri dengan metode
difusi

Pengumpulan data dan analisis


data

Pembahasan

Kesimpulan dan saran


3.6 Definisi Operasional
Ekstrak bawang lanang (Allium sativum L) adalah
hasil dari proses ekstraksi umbi bawang lanang dengan
pelarut aquadest secara infudasi yang dapat berkhasiat
sebagai antibakteri.

3.7 Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
pengamatan dari pengukuran diameter daya hambat dari
masing - masing konsentrasi ekstrak bawang lanang
dengan menggunakan metode difusi kemudian hasil
tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan telah diolah atau
dihitung.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai