Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kehamilan merupakan perristiwa alami yang terjadi pada wanita namun kehamilan dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trisemester pertama.
Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mual muntah, nafsu makan
berkurang dan kelebihan. Menurunnnay kondisi wanita haml cenderung mempertberat kondisi
klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeki HIV- AIDs.

HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan manusia ini adalah retrovirus,
yang berarti virus yang menggunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya.
Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sample darah yang dikumpulkan
tahun 1959 dari seorang laki-laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui
bagaimana ia terinfeksi.

Menurut WHO pada akhir 2002 terdapat 42 juta orang yang hidup dengan HIV, dan 95%
dari infeksi baru terjadi di Negara berkembang dimana HIV belum menjadi prioritas karena
terbatasnya dana. Di asaia tenggara pada tahun 2002 diperkirakan terdapat 6,1 juta ODHA,
sedangkan di Indonesia sendiri terdapat 90.000-130.000 ODH. Bila angka kelahiran di Indonesia
2,5% maka setiap tahun aka nada 2.250-3.250 bayi yang lahir dari ibu yang positive HIV. Lebih
90% penularan HIV dari ibu ke anak terjadi selama dalam kandungan,persalinan,dan menyusui
sedangkan hanya 10% ditularkan melalui transfuse darah tercemar HIV maupun cara lainnya.

Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 mendominasi seleuruh
duniadan bermutasi dengan sangat mudah. Keturnan yang berbeda-beda dari HIV -1 juga ada,
mereka daoat dikaegorikan dalam kelompok dan sub-jenis A-J. Sub- jenis C ditemukan di Afrika
dan india. HIV-2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Teradapat
banyak kemiripan dianatara HIV-1 dan HIV-2, cotohnya adalah bahwa keduanya menular
dengan caraa yang sama, kedunaya dihubungkan dengan infeksi- infeksi oprtunistik dan AIDS
yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV-2, ketidakmampuan menghasilkan
kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan halus. Dibnadingkan dengan orang yang
terinfeksi dengan HIV-1 maka mereka yang terinfeksi engan HIV2 ditulari lebih awal dalam
proses penularannya.

HIV dapat menular melalui kontak darah, namun disini kami akan mencoba membahs
bagaimana HIV AIDS yang dialami ibu hamil dan bagaimana melakukan sebuah proses
keperawatan pada ibu hamil dengan HIV AIDS.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian penyakit HIV/AIDS?


2. Bagaimana etiologi dari HIV/AIDS ?
3. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari HIV/AIDS?
5. Bagaimana komplikasi dari HIV/AIDS?
6. Bagaimana asuhan keperawatan HIV/AIDS pada ibu hamil?

Tujuan
Tujuan umum
Dengan disusunnya makalah ini, mahasiswa seboga bisa menjadikan makalah ini sebagai salah
satu sumber referensi untuk mengembangkan dan memeberikan asuhan keperawatan dengan baik
khsuusnya pada ibu hamil dengan penderita HIV/AIDS
Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian penyakit HIV?AIDS
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari HIV/AIDS ?
3. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS
4. Bagaimana pemeriksaam penunjang dari HIV/AIDS?
5. Bagaimana asuhan keperawatan HIV/AIDS pada ibu hamil

Manfaat
Dengan disusunnya makalah yang berjudul Asuhan keperawatan pada kasus HIV/AIDS
ini, diharapkan bisa memberikan manfaat dan menjadi salah satu sumber refernsi bagi para
pembaca
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi keperawatan maternitas


a. definisi asuhan keperawatan maternitas, antara lain :
Keperawatan maternitas merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan dimana perawat
berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa
prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal (Auvenshiene & Endriquez, 1990).
b. Keperawatan maternitas merupakan pelayanan professional berkualitas yang
difokuskan pada kebutuhan adapatsi fisik, dan psikososial ibu selama proses konsepsi
atau kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekan
pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan (Reeder, 1997).
Definisi HIV
HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus pada mansuia yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka wkatu relative lama dapat menyebbakan
AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks
dalam waktu relative lama karena penurun sistem kekebalan tubuh disebbakan oleh infeksi
HIV.(Dr. Hutapea Ronald, 2011).
 AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik atau kanker tertentu
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi virus HIV
(Brunner,2001)
 AIDS adalah transmisi human imuno defisiensi virus, suatu retrovirus yang terjadi
terutama melalalui pertukaran cairan tubuh (Friedland, 1987)
 AIDS adalah suatu penyakit infeksi yang di sebbakan virus HTL

Insiden

Sejumlah infeksi virus HIV terdiagnosis baru ditahun 2000 merupakan yang tertinggi
sejak pelaporan di mulai dan jumlah infeksi yang di dapat baru adalah melalui hubungan seksual
heteroseksual. Kira-kira 30.000 orang hidup dengan HIV di inggris, sepertiganya tidak
terdiagnosis.
Bagi ibu posistif HIV, kehamilan dan kehaliran bayi bias merupakan kejadian yang
sangat emosionil. Ibu akan merasa sangat waspada terhadap penyakit yang serisu dan
kemungkinan bayinya akan dilahirkan positif HIV. Penularan intrauterine dapat terjadi selama
kehamilan, kelahiran, atau menyusui. Di perkirakan bahwa ibu yang baru saja terinfeksi, atau ibu
yang menderita sindom immunidefisiensi didapat (AIDS) lebih besar kemungkinananya
mendapat bayi yang terinfeksi (AVERT,2003). Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitive
dari semau staf, bimbingan, dan waktu khsusus untuk bicara. Ibu mungkin meminta kamar
samping tetapi banayak ibu lain yang ingin bersama orang tua lainnaya dan tidak dipisahkan.
Kerahasian adalah vital.

Etiologi

Penyebab infeksi adalah golongan virus reto yang disebut human immunodefiency virus
(HIV), HIV pertama kali ditemukan pada tahun 983 sebagai retovirus dan disebut HIV-1 pada
tahun 1986 di afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2 HIV-2 dianggap
sebagai virus pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk keduanya disebut HIV

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:

1. Periode jendela lamanya 4 minggu sampai 6 bukan setelah infeksi. Tidak ada gejala
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes lines.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 tahun atau lebih dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simbatik. Diatas 3 tahun dengan gejaa deman, keringat malam hari, BB
menurun,diare, neurupati, lemah, ruam kulit, limadenopati, perlambatan kognitiif, les
mult.
5. AIDS lamanya bervarisasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system ubuh, dan
manifestasi neurulogis. (NANDA nic noc)

Cara penulran HIV :

1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman denga seserang yang telah terinfeksi. Kondom
adalah satu-satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
2. Melaui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfuse darah dimana darah tersebut
belum dideteksi virusnya atau pengguaan jarum suntik yang tidak steril.
3. Degan menggunakan bersama jarum utuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang
telah terinfeksi .
4. Wanita hamil dapat juga memutarkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui.

Penularan secara perinatal

1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya .
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu
terjadi kontak secara langsung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat
menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewaktu berada dalam kandunga atau juga
melalui ASI.
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI.

Kelompok Resiko tinggi

1. Lelaki homoseksual atau biseks.


2. Orang yang ketagihan obat intravena.
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi)
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

Klasifikasi

CDC adalah menerapkan system klasifikasi pasien yang mengalami infeks hiv
berdasarkan keadaan klinik yang dijumpai sebagai berikut :

1. Grup 1/infeksi akut


Penyakit serokonveksi sapai AIDS berlangsung beberapa tahu kemudian infeksi akut dari
awal virus menginfeksi sampai kira-kira 6 minggu.
Penyakit sekonveksi ada 3 yaitu :
a. Penyakit mirip infeksi mononukleus
Gejala demam, malaise alergi, mialgi, atralgia, limfadenopati dan nyeri tenggorokan
kadang di jumpai juga enselopati akut reversible disertai disorientasi, lupa ingatan,
kesadaran menurun dan perubahan kepribadian.
b. Meningitis
c. Mielopati
2. Grup 2/infeksi asimtomatik
Tanpa di sertai gejala
3. Grup 3/ infeksi lymhadeopathy pepristen generalisata
Meliputi : infeksi kronis
Adanya pembesaran kelenjar getah bening
4. Grup 4/penyakit lain
a. sub grup a : penyakit constitutional
b. Sub grup b : penyakit neurologic
c. Sub grup c : penyakit infeksi lain contoh : herpes
d. Sub grup d : kanker sekunder

Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah mendekati sel T- helper dengan melekatkan dirinya pada
protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita)
turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic
acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase.
DNA manusia, yang mana daripada menghasilkan lebi banyak sel jenisnya benda tersebut mulai
menghasilkan virus-virus HI. Enzim lainnya, protease mengatur viral kimia untuk membentuk
virus-virus yang baru. Virus-virus baru tersebut keluarkan dari sel tubuh da bergerak bebas
dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit
demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi
mudah diserang oleh infeksi penyakit-penyakit yang lainnya. Dibutuhkan waktu untuk
menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respon tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel-sel
yang terinfeksi dan menggantikan sel-sel yang hilang. Respon tersebut mendorong virus untuk
menghasilkan kembali dirinya. Jumlah normal dari sel-sel CD4+T pada seseorang yang sehat
adalah 800-1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yng sel-sel CD4+Tnya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi-infeksi oportunistik.
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang timbul ketika sistem kekebalan tubuh tertekan. Pada
seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup
mereka tetapi pada seorang pengidap HIV hal tersebut dapat terjadi fatal (purwaningsih, wahyu)
2010.

Periode penularan HIV atau AIDS pada Ibu Hamil


Penyebab penularan AIDS pada ibu dan bayi adalah cairan serviks vagina, cairan
amion, jaringan plasenta dan air susu yang berasal dari ibu yang darah-darahnya terdapat virus
HIV.
Cara penularannya secara :
1. Transmisi vertical
Melalui inutera, lewat plasenta dimana antigen HIV dapat dideteksi dalam cairan amion
dan jaringan vetus yang terlihat. Dan terminasi kehamilan yang berusia 15minggu.
2. Tranmisi horizontal
Transmisinya melalui air susu (Purwaningsih, wahyu, 2010)

Tanda dan gejala HIV atau AIDS

HIV memasuki tubuh jika serum HIV menjadi positif dalam 1 minggu suatu pemaparan yang
menunjukkan gejala awal yang tidak spesifik yaitu :

1. Respon tipe influenza


2. Demam
3. Malaise
4. Malgia
5. Mual
6. Diare
7. Nyeri tenggorokan
8. Ruang dapat menetap 2-3minggu
9. Berat badan menurun
10. Fatique
11. Anorexia
12. Mungkin menderita kandidisiasis otot faring atau vagina pada masa verinatal.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium darah


a. Trombositopeni
b. Anemia
c. HDL
d. Jumlah limfosit total
2. EIA atau Eusa dan tes westem blot : positif, tetapi invalid.
a. EIA atau Eusa : mendeteksi antibody terhadap antigen HIV.
b. Te westen blot mendeteksi adanya antibody terhadap beberapa blot spesifik HIV.
3. Kultur HIV : dengan sel mononuclear darah teriper dan bila tersedia plasma dapat
mengukur beban virus.
4. Tes reaksi polimer dengan leukosit darah peliper : mendeteksi DNA viral pada adanya
kuntitas kecil sel mononuclear ke peliper terinfeksi.
5. Antigen p24 serum atau plasma : peningkatan nilai kuantitatif dapat menjadi indikasi dari
kemajuan infeksi.
6. Penentuan immunogblogulin G, M, A, serum kualititaf : data dasar immunoglobulin
7. IFA : memastikan seropesipitas.
8. RIPA : mendeteksi protein HIV
9. Pemeriksaan parental juga dapat menunjukkan adanya goorhoe, kandidiasis, hepatitis B,
tuberculosis, situmegalovirus, dan toksoplasmosis (Purwaningsih, wahyu, 2010)

Penatalaksanaan

1. Penanganna infeksi yang berhubungan dengan HIV serta maliginasi, pengertian reflikasi
HIV lewat preparat anti virus dan penguatan serta pemulihan sistem imun melalui
penggunaan preparat imnimodulator.
2. Terapi farmakologi
a. Obat primer disetujui untuk terapi HIV yaitu azidodeoksinmetidin (zidovudine, A2T
cretevir) berfungsi untuk memperlambat kematian dan menurunkan frekuensi serta
bertanya penyakit oportunistik.
b. Asitimidin terkendali pada wanita hamil mengurangi resiko transmisi HIV dari wanita
yang terinfeksi ke janinnya.
c. Perawatan suportif sangat penting karena infeksi HIV sangat menurunkan keadaan
imun pasien (mencakup, kelemahan, malnutrisi, imobilisasi, kerusakan kulit dan
perubahan status mental).
d. Memberikan perawatan kesehatan efektif dengan penuh kasih sayang dan objektif,
pada semua individu (mencakup, malnutrisi, optimum, istirahat, latihan fisik, dan
reduksi stress).

Pencegahan

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah mellui tiga cara, dan bisa dilakukan
pada saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu :

1. Penggunaaan obat Antiretrovilar selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang
baru dilahirkan. Pemebrian antiretrovilar bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah
sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektip untuk me
ularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARVini
dipakai. Nmaun jika ibu tidak memaksa ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan ada
dua cara yang dapat mnegurangi separuh penularan ini. AZT dan 3CT dipakai selama
waktu persalinan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah melahiran. Satu tablet
nevirapin pada waktu mulai sakit melahirka, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2-
3 setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persaliann mengurangi
penularan menjadi 2persen. Namun resistensi terhadap repiravine dapat muncu pada
hngga 20% perempuan yang memaki satu tablet wktu hamil
2. Penanganan obsetrik selama persalinan, ersaliana sebaiknya dipilh dengan menggunakan
metode section caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV
dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan
terapiantiretrovilar, maka resiko dapatditurunkan sampai 87%. Walaupun demikian
pembedahan ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang
bisa memperlambat penyembuhan luka oleh karena itu, persalinan per vahgiana atau
section caesare harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keungan dan faktor lainnya.
BAB III

Teori Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan HIV

a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
keselruhan . pengkajian terdiri dari iga tahapan yaitu: pengumpulan
data,pengelompokan data,atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan.
b. Pengumupulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam mneghimpun informasi (data-data) adri
klien. Data yang dapat dikumpukan pada klien yaitu data sebelum dan selama
kehamilan
c. Pengumpulan data
d. Riwayat kesehatan
- Masa lalu
- Sekarang
- Mnesruasi
- Reproduksi
e. Keluhan utama
f. Data psikologi
Kondisi ibu hamil dengan HIV/AIDS takut akan penularan pada bayi yang
dikandungannya. Bagi keluarga pasien cenderung untuk menjauh sehingga akan
menambah tekananan psikologis pasien.
g. Pemeriksaan fisik
a. Breating
Kaji pernafasan bumil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka
sepanjang jalan pernafasan akan mengalami gangguan. Missal respirasi
meningkat kebersihan jalan nafas
b. Blood
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS terkadang mengalami
penurunan karena proses penyakit. Hal itu disebabkan oleh penurunan sisitem
imun yang yang berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di salurkan
pencernaan akan megalami ganguan. Hal itu dapat disebabkan oleh gangguan
imunitas pada bumil
c. Bladder

Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna urin,
jumlah dan bau. hal itu dapat mengidentifikasi bahwa ada gangguan pada sistem
perkemihan. Biasanya saat imunitas menurun resiko pada uretra klien.

d. Bone
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak, reflek pergeraka. Pada
ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat, periksa apabila ada resiko
osteoporosis.hal itu dapat memburuk denagn bumil HIV/AIDS
h. Analisa data

Data etiologi problem


Ds : biasanya pasien buang air besar selama berhari-hari, lemas
Do : wajah pucat, matanya cowong, kulit dan mukosa kering, tekanan turgor
menururn
Diare (infeksi virus HIV yang menyerang usus) kekurangan volume cairan
Ds : biasanya pasien mengeluh lemas
Do : pasien terlihat kurus
Mual, muntah dan diare yang berlebihan
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
DS : biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian perut
DO:
P : nyeri meningkat ketika beraktifias
q: nyeri
R: skala nyeri 8
T: nyeri hilang timbul infeksi virus HIv pada usus
S: nyeri pada daerah perianal
O: kulit perianal terlihat merah dan sedikit lecet diare yang berlebihan
Kerusakan integritas kulit
DS : biasanya pasien mengeluh cemas
DO : pasien mengeluh
Takut bayi akan tertular virus HIV ansietas
S: merasa cemas dan takut persepsi tidak dapat diterima masyarakat resiko tinggi
isolasi.

A. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d diare berat.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d pengeluaran yang berlebihan
( muntah dan diare berat ).
c. Nyeri b.d infeksi.
d. Kerusakan integritas kulit b.d diare berat.
e. Ansietas b.d transmisi dan penularan interpersonal ( pada bayi ).
f. Resiko tinggi isolasi b.d persepsi tentang tidak akan diterima dalam masyarakat.

B. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan b.d diare berat
Tujuan :
- Mempertahankan hidrasi intervensi rasional
a. Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila terpasang, catat hipertensi,
termasuk perubahan postural.
b. Catat peningkatan suhu andurasi demam. Berikan kompres hangat sesuai
indikasi.
c. Pertahankan pakaian tetap kering, pertahankan kenyamanan suhu
lingkungan.
d. Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus.
e. Ukuran haluan urine dan berat jenis urine. Ukur/kaji jumlah kehilangan
diare, catat kehilangan kasat mata.
f. Timbang berat badan sesuai indikasi.
g. Pantau pemeriksaan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500ml/hari.
h. Buat cairan mudah diberikan pada pasien, gunakan cairan yang muedah
ditoleransi oleh pasien dan yang mengandung elektrolit yang dibutuhkan,
misalnya Gatarode dan air daging.
i. Hilangkan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/makanan
berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur
kecepatan/konsentrasi yang diberikan perselang jika diperlukan.
- Indikator dari volume cairan.
a. Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaphoresis yang berlebihan
yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan.
b. Indikator tidak langsung dari status pasien.
c. Peningkatan berat jenis urine/penurunan keluaran urine menunjukkan
perubahan perfusi ginjal/volume sirkulasi. Catatan : pemantauan
keseimbangan sulit karena kehilangan melalui gastrointestinal/tak kasat
mata.
d. Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkan penggunaan otot,
flukstasi tiba-tiba menunjukkan status hidrasi. Kehilangan cairan berkenan
dengan diare dapat dengan cepat menyebabkan krisis dan mengancam
hidup.
e. Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan
melembabkan membrane mukosa.
f. Meningkatkan pemasukan cairan tertentu mungkin terlalu menimbulkan
nyeri untuk dikonsumsi (misal, jeruk asam) karena lesi pada mulut.
g. Mungkin dapat mengurangi diare.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d pengeluaran yang berlebih
(muntah dan diare berat)
Tujuan :
- Mempertahankan massa otot yang adekuat
- Mempertahankan berat antara 0,9-1,35kg dari berat sebelum sakit
Intervensi Rasional
a. Tentukan berat badan umum sebelum pasien didiagnosa HIV
b. Buat ukuran antropometri terbaru
c. Diskusikan/catat efek-efek samping obat-obatan terhadap nutrisi
d. Sediakan informasi mengenai nutrisi dengan kandungan kalori, vitamin,
protein, dan mineral tinggi. Bantu pasien merencanakan cara untuk
mempertahankan/menentukan masukan.
e. Tekankan pentingnya mempertahankan keseimbangan/pemasukan nutrisi
adekuat.
- Penurunan berat badan dini bukan ketentuan pasti grafik berat badan dan tinggi
badan normal. Karenanya penentuan berat badan terakhir dalam hubungannya
berat badan dan pra-diagnosa lebih bermanfaat.
- Membantu memantau penurunan dan menentukan kebutuhan nutrisi sesuai
dengan perubahan penyakit.
- Identifikasi dari faktor-faktor ini dapat membantu merencanakan kebutuhan
individu. Pasien dengan infeksi HIV menunjukkan deficit mineral renik zinc,
magnesium, selenium.
- Umumnya obat-obatan yang digunakan menyebabkan anoreksia dan mual/muntah
beberapa mempengaruhi produksi SDM sumsum tulang.
- Memiliki informasi ini dapat membantu pasien memahami pentingnya diet
seimbang sebagian pasien mungkin akan mencoba diet makrobiotik maupun diet
jenis lain.
3. Nyeri b.d infeksi
Tujuan :
- Pasien bisa mengontrol nyeri/rasa sakit
Intervensi Rasional
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi,
dan waktu. Menandai gejala noverbal misal gelisah, takikardia, meringitas.
b. Dorong pengungkapan perasaan.
c. Berikan aktivitas hiburan, misalnya membaca, berkunjung, dan menonton
televisi.
d. Lakukan tindakan paliatif, misalnya pengubahan posisi, masase, rentang
gerak pada sendi yang sakit.
e. Berikan kompres hangat/lembab pada sisi injeksi pentamidin/IV selama
20menit setelah pemberian
f. Instruksikan pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan
imajinasi, relaksasi progresif, teknik napas dalam.
g. Berikan perawatan oral
- Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda
perkembangan/resolusi komplikasi
- Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit, sehingga mengurangi persepsi akan
intensitas rasa sakit
- Memfokuskan kembali perhatian mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk
menanggulangi
- Meningkatkan relaksasi/menurunkan tegangan otot
- Injeksi ini diketahui sebagai penyebab rasa sakit dan abses steril
- Meningkatkan relaksasi dan perasaan sakit.
- Ulserasi/lesi oral mungkin menyebabkan ketidak nyamanan yang sangat.
4. Kerusakan integritas kulit b.d diare berat
Tujuan :
- Pasien menunjukkan perbaikan integritas kulit
Intervensi Rasional
a. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi, dan sensasi, lambarkan
lesi dan amati perubahan.
b. Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai dengan bantal, bantalan
tumit/siku, kulit domba 2. Mengurangi stress pada titik tekanan,
meningkatkan aliran darah ke jaringan dan meningkatkan proses
kesembuhan.
c. Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut.
d. Fiksasi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang
menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.
e. Gunting kuku secara teratur.
f. Kuku yang panjang/kasar meningkatkan risiko kerusakan dermal.

C. Evaluasi
1. Pasien menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan
kulit/meningkatkan kesembuhan.
2. Menunjukkan kemajuan pada luka/penyembuhan lesi.
3. Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit.
4. Menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks.
5. Dapat tidur/beristirahat adekuat.
6. Membran mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, haluaran
urine adekuat.
7. Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal.
8. Melaporkan perbaikan tingkat energi.

Anda mungkin juga menyukai