Melemahnya jati diri dan kurangnya suatu komitmen kepada nilai luhur agama
bangsa menjadi suatu kelemahan mendasar ditengah perkembangan zaman saat ini.
Kita tidak berkemampuan menguasai “bahasa dunia”(politik,,ekonomi, sosial,
budaya dan iptek) berujung dengn hilangnya percaya diri membuat kita semakin
mengisolasi diri.Penguasaan teknologi dasar yang akan menompang perekonomian
bangsa, dipertajam oleh kurangnya minat menuntut ilmu membuat isolasi diri
masyarakat bertambah tertutup. Kondisi ini akan menjauhkan peran serta di era-
kesejagatan (globalisasi), dan akhirnya membuka peluang menjadi anak jajahan di
negeri sendiri.
Sosialisasi pembinaan jati diri bangsa mesti disejalankan dengan pengokohan
lembaga keluarga (extended family), dan peran serta masyarakat pro aktif menjaga
kelestarian adat budaya (hidup beradat, di masyarakat Minangkabau adat
bersendikan syarak, syarak bersendikan Kitabullah). Setiap generasi yang di lahirkan
dalam satu rumpun bangsa wajar tumbuh menjadi kekuatan yang peduli dan pro-
aktif menopang pembangunan bangsa.
Melibatkan generasi muda secara aktif menguatkan jalinan hubungan timbal
balik antara masyarakat serumpun di desa dalam tata kehidupan sehari-hari.
Aktifitas ini mendorong lahirnya generasi penyumbang yang bertanggung jawab, di
samping antisipasi lahirnya generasi lemah.
3. Arus Globalisasi
Menjelang berakhirnya abad kedua memasuki millenium ketiga, abad dua
puluh satu ditemui lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
pesat. Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses
menjadikan sesuatu mendunia (universal), baik dalam lingkup maupun aplikasinya.
Era globalisasi adalah era perubahan cepat. Dunia akan transparan, terasa sempit
seakan tanpa batas.
Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan jarak satu sama
lain menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri, hasil dari pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi juga menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan
perdagangan modern.
Arus kesejagatan (globalisasi) secara dinamik memerlukan penyesuaian kadar
agar arus kesejagatan tidak mencabut generasi dari akar budaya bangsanya.
Sebaliknya arus kesejagatan mesti di rancang bisa merobah apa yang tidak di
kehendaki.
Membiarkan diri terbawa arus deras perubahan sejagat tanpa
memperhitungkan jati diri akan menyisakan malapetaka. Globalisasi menyisakan
banyak tantangan (sosial, budaya, ekonomi, politik, tatanan, sistim, perebutan
kesempatan menyangkut banyak aspek kehidupan kemanusiaan.
Globalisasi juga menjanjikan harapan dan kemajuan. Setiap Muslim harus
‘arif dalam menangkap setiap pergeseran dan tanda-tanda perubahan zaman. Kejelian
dalam menangkap ruh zaman (zeitgeist) mampu men- jaring peluang-peluang yang
ada, sehingga memiliki visi jauh ke depan. Diantara yang menjanjikan itu adalah
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pesatnya pertumbuhan ekonomi menjadi alat untuk
menciptakan kemakmuran masyarakat.
4. Paradigma Tauhid
Paradigma tauhid, laa ilaaha illa Allah, mencetak manusia menjadi ‘abid,
hamba yang mengabdi kepada Allah dalam arti luas, berkemampuan melaksanakan
ajaran syar’iy mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasul Allah, untuk menjadi
manusia mandiri (self help), sesuai dengan eksistensi manusia itu di jadikan.
Manusia pengabdi (‘abid) adalah manusia yang tumbuh dengan Akidah
Islamiah yang kokoh. Akidah Islamiah merupakan sendi fundamental dari dinul
Islam, dan titik dasar paling awal untuk menjadikan seorang muslim.
Akidah adalah keyakinan bulat tanpa ragu, tidak sumbing dengan
kebimbangan, membentuk manusia dengan watak patuh dan ketaatan yang menjadi
bukti penyerahan total kepada Allah. Akidah menuntun hati manusia kepada
pembenaran kekuasaan Allah secara absolut. Tuntunan Akidah membimbing hati
manusia merasakan nikmat rasa aman dan tentram dalam mencapai Nafsul
Mutmainnah dengan segala sifat-sifat utama.
Apabila Akidah tauhid telah hilang, dapat dipastikan akan lahir prilaku
fatalistis dengan hanya menyerah kepada nasib sambil bersikap apatis dan pesimis.
Sikap negatif ini adalah virus berbahaya bagi individu pelopor penggerak
pembangunan. Keyakinan tauhid secara hakiki menyimpan kekuatan besar berbentuk
energi ruhaniah yang mampu mendorong manusia untuk hidup inovatif.
5. Problematika, Tantangan dan Resiko Dalam Kehidupan Modern
Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya
dampak negatif (residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi yang berdampak
terjadinya pencemaran lingkungan, rusaknya habitat hewan maupun tumbuhan,
munculnya beberapa penyakit, sehingga belum lagi dalam peningkatan yang makro
yaitu berlobangnya lapisan ozon dan penasan global akibat akibat rumah kaca.
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu
pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini
sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud
pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih
sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan
jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan
beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan
hidup manusia (ibadah).
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim.
Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda
dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman
seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin
dan iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena
binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah
yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”,
maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk
lainnya. Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat
akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia juga
tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan kesibukannya atau
asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai pembatasan
berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi
agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka
orang semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih
rendah dari binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia
dapat melakukan analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai
wujud implementasi dari keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang
aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim
yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi
segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang
adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba
bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu
berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri
kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Keadaan
seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam
kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung
kualitas iman seseorang.
Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan
serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang
harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat ini. Memulai untuk
bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga
pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi
segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam
Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu
awamrillahi wajtinabinnawahih”, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi
segala laranganya.
Beberapa problem yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya:
6. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang
dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana, maka
tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada
khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7