Anda di halaman 1dari 4

RHINITIS VASOMOTOR

No. : 196/SOP/PKM.
Dokumen Pjg/VII/2017
No. Revisi :
SOP Tgl. Mulai : 24 / 7 / 2017
Berlaku
: 1/4
Halaman

dr. Isty Qomariah


Klinik Almira
NIP. 19750904200701 1
027

1. Pengertian Rinitis vasomotor adalah salah satu bentuk rinitis kronik yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik), tanpa adanya infeksi, alergi,
eosinofilia, perubahan hormonal, dan pajanan obat (kontrasepsi oral,
antihipertensi, B-bloker, aspirin,klorpromazin, dan obat topikal hidung
dekongestan). Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak, lebih sering dijumpai pada wanita dan
cenderung bersifat menetap.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mendiagnosa dan


melakukan terapi pada kasus rinitis vasomotor.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Pejuang No. 440/36/SK/PKM.Pjg/2017 Tentang
layanan Medis dan Layanan Terpadu pada UPTD Puskesmas Pejuang.

4. Referensi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, Jakarta
2017.

5. Prosedur/ A. Anamnesis
Langkah- 1. Keluhan
langkah a. Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan tergantung
posisi tidur pasien, memburuk pada pagi hari dan memburuk
jika terpajan lingkungan non-spesifik seperti perubahan suhu
atau kelembaban udara, asap rokok, bau menyengat.
b. Rinore yang bersifat serosa atau mukus, kadang-kadang
jumlahnya agak banyak.
c. Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan rinitis alergika.
d. Lebih sering terjadi pada wanita
2. Faktor risiko:
a. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf
simpatis antara lain: Ergotamin, Klorpromazine, obat anti
hipertensi, dan obat vasokonstriktor topikal.
b. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin,
kelembaban udara yang tinggi, serta bau yang menyengat
(misalnya, parfum).
c. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas,
pemakaian kontrasepsi oral, dan hipotiroidisme.
d. Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang, dan stress.
B. Pemeriksaan Fisik:
Pada rinoskopi anterior akan terlihat:
1. Tampak gambaran konka inferior membesar (edema atau
hipertrofi), berwarna merah gelap atau merah tua atau pucat.
Untuk membedakan edema dengan hipertrofi konka, dapat
diberikan larutan epinefrin 1/10.000 melalui tampon hidung.
Pada edema, konka akan mengecil, sedangkan pada hipertrofi
tidak mengecil.
2. Terlihat adanya sekret serosa dan biasanya jumlahnya tidak
banyak. Akan tetapi pada golongan rinore tampak sekret serosa
yang jumlahnya sedikit lebih banyak dengan konka licin atau
berbenjol-benjol.
C. Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan rinitis alergi. Pemeriksaan dilakukan bila diperlukan
dan fasilitas tersedia di layanan primer, yaitu:
1. Kadar eosinofil pada darah tepi atau sekret hidung
2. Tes cukit kulit (skin prick test)

2/4
3. Kadar IgE spesifik
D. Diagnosis:
1. diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini dibedakan dalam
3 golongan, yaitu:
a. Golongan bersin (sneezer): gejalabiasanya memberikan respon
baik dengan terapi antihistamin dan glukokortikoid topikal.
b. Golongan rinore (runners): gejala rinore yang jumlahnya
banyak.
c. Golongan tersumbat (blockers): gejala kongesti hidung dan
hambatan aliran udara pernafasan yang dominan dengan
rinore yang minimal.
2. Diagnosis banding: rinitis alergi, rinitis medikamentosa, rinitis
akut
3. Komplikasi: Anosmia, rinosinusitis
E. Penatalaksanaan:
1. Non medikamentosa: kauterisasi konka yang hipertofi dapat
menggunakan larutan AgNO3 25% atau trikloroasetat pekat.
2. Medikamentosa
a. Kortikosteroid topikal, misalnya Budesonide 1-2 x/hari
dengan dosis 100-200 mcg/hari. Dosis dapat ditingkatkan
sampai 400 mcg/hari. Hasilnya akan terlihat setelah
pemakaian paling sedikit selama 2 minggu. Saat ini terdapat
kortikosteroid topikal baru dalam aqua seperti Fluticasone
Propionate dengan pemakaian cukup 1 x/hari dengan dosis
200 mcg selama 1-2 bulan.
b. Pada kasus dengan rinorea yang berat, dapat ditambahkan
antikolinergik topikal ipratropium Bromide.
c. Tatalaksana dengan terapi oral dapat menggunakan preparat
simpatomimetik golongan agonis alfa (Pseudoefedrin,
Fenilpropanolamin, Fenilefrin) sebagai dekongestan hidung

3/4
oral dengan atau tanpa kombinasi antihistamin.
F. Konseling dan Edukasi
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
1. Mengidentifikasi dan menghindari faktor pencetus, yaitu iritasi
terhadap lingkungan non-spesifik.
2. Berhenti merokok.
3. Kriteria Rujukan: bila diperlukan tindakan operatif
6. Hal-hal yang -
harus
diperhatikan

7. Unit Terkait 1. Pendaftaran


2. Pelayanan Umum
3. Apotik
8. Dokumen Rekam Medis
terkait

9. Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
historis
diberlakukan
perubahan

4/4

Anda mungkin juga menyukai