Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan dan kesesuaian antara teori
dengan kenyataan yang ada di lapangan selama penulis melakukan asuhan
pada Ny. M dengan hyperemesis gravidarum tingkat II di Ruang Nifas, RSUD
Waled.
A. Data Subjektif
Dari data yang diperoleh dengan cara anamnesa pada Ny M usia 31 tahun
didapatkan data klien Ibu mengaku hamil 2 bulan mengeluh mual muntah sejak
awal bulan kehamilan, sehari kemarin sudah muntah 10x serta mengeluh lemas
dan pusing. Ibu mengatakan sebelum ke RS ibu pernah dirawat di Puskesmas
bojong Selama 3 hari. HPHT : 10-9-2019 siklus haid 27 hari TP : 17- 06-2020.
Selama kehamilan ini sudah memeriksa kehamilannya sebanyak 3 kali belum
disuntik TT, tidak ada rasa kekhawatin. Hal ini sesuai dengan teori bahwa mual
muntah yang berlebihan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu,dengan
frekuensi ≥ 10 kali dalam 24 jam dan menganggu aktifitas merupakan tanda
6
hiperemesis gravidarum tingkat II.
B. Data Objektif
Pada pengkajian data objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik
kepada Ny M 31 tahun yang meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum tampak lemah, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 83 kali permenit, suhu 36.8°,
pernafasan 20 kali permenit, terjadi penurunan berat badan selama hamil 2 Kg.
mata cekung, pada mulut terlihat bibir kering lidah kering dan turgor kulit
berkurang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tanda gejala hipermemesis
gravidarum tingkat II adalah penderita tampak lebih lemah, turgor kulit lebih
mengurang, dan mata sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi
cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
Terjadi penurunan berat badan dari 64 kg menjadi 62 kg.Hal ini sesuai
dengan teori bahwa pada kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem, vomitus

18
yang persisten menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, yang
menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit dan cairan. Dehidrasi menyebabkan
12
hipovolemia, yang dimanifestasikan sebagai hipotensi dan taki kardi.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan data yaitu pemeriksaan pp test
hasil (+) dan pemeriksaan urin didapatkan hasil keton positive. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa Mual muntah yang berlebihan dapat menyebabkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis atau keton dengan
tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton darah.Sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, mata cekung, tekanan darah menurun, dan diuresis. Hal
ini menimbulkan perfusi kejaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan
O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju kearah
13
anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam laktat.
C. Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan data objektif
Penegakkan hiperemesis gravidarum pada kasus ini berdasarkan teori bahwa
tanda gejala hiperemesis gravidarum tingkat II adalah penderita tampak lemah,
turgor kulit mengurang, lidah terlihat kotor dan kering, nadi cepat, berat badan
turun, dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan
konstipasi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa Keton urine
positive yang dapat penegakkan diagnosa dari hiperemesis gravidarum. Maka
analisa yang dapat ditegakan pada Ny M usia 31 tahun, G4P3A0 gravida 8
minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat II.
D. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian untuk memperoleh data
subjektif dan objektif serta menyusun sebuah analisa agar diperoleh diagnosa
untuk menetukan masalah dan kebutuhan potensial Ny M maka penatalaksanaan
yang diberikan yaitu :
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG, Karena bidan tidak
mempunyai wewenang untuk pemberian obat pada kasus hyperemesis
gravidarum sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dengan hasil
kolaborasi yaitu:

19
a. Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan cairan infus D 10%
yang dicampur dengan neurobion 1 ampul dengan dosis 3 ml dan
ondancetron 2x4 mg sehari dengan 20 tpm. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa pemberian cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan Glukosa 5-10 % dengan keuntungan dapat mengganti
cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi, sehingga
terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan protein menjadi
pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B
komplek atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolisme.Pemberian neurobion dalam cairan untuk mencegah
gangguan metabolik karena kekurangan zat makanan. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa multivitamin, pirodiksin dan atau tiamin diberikan IV
untuk menyeimbangkan elektrolit sampai wanita mampu menoleransi
cairan melalui mulut dan urin menunjukan sedikit atau tidak ada keton
dan enselopati Wernicke merupakan salah satu komplikasi yang
11
berkaitan dengan kurangknya vitamin B1 / B6 (thiamin).
Setelah diberikan cairan ini selama 3 hari sebanyak ±4 kalf
keadaan umum ibu semakin membaik. Memberikan Antiemetic
Ondansentron 2x1 ( 4 mg/iv) . Hal ini sudah sesuai dengna teori
bahwa pada keadaan yang lebih berat diberikan antimetic.
Antiemetik berupa Antagonis serotonin selektif.Obat – Obatan
tersebut diharapkan dapat merangsang motilitas lambung tanpa
merangsang pengeluaran asam lambung, kandung empedu, atau
pancreas, tetapi bekerja secara sentral sebagai antagonis terhadap reseptor
dopamine. Sehingga mual muntah ibu selama dirawat di RS semakin
hari semakin membaik dan sudah tidak muntah namun hanya mual saja.

2. Periksa laboraturium darah lengkap dan urine lengkap.


Pada kasus ini terdapat kesenjangan dikarenakan terdapat asuhan yang tidak
dilakukan sesuai dengan teori. Pada pemeriksaan laboraturium hanya
dilakukan pemeriksaan keton urin dan protein urine saja, namun menurut
teori bahwa pemeriksaan penunjang pada kasus hipermemesis gravidarumm

20
adalah pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urine lengkap, dan tes fungsi
hati. Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari yaitu hemoglobin, hematokrit,
trombosit, dan leukosit. Peningkatan hematocrit, perubahan kadar elektrolit
14
dan ketonuria berkaitan dengan dehidrasi.
Tanda dan gejala hyperemesis gravidarum tingkat II adalah pada peredaran
5
darah terjadi hemokonsentrasi. Pada pemeriksaan urine didapatkan hasil urin
ibu mengandung keton positif (+++), pemeriksaan urine dilakukan sehari
sekali tepatnya pada pukul 06.00WIB. Pemeriksaan keton urine dilakukan
mengetahui perkembangan tingkat derajat hyperemesis gravidarum.
3. Memberikan motivasi kepada ibu agar ibu tetap bersemangat dan selalu
berfikiran positif agar psikologi ibu tidak terganggu. Setelah diberkan asuhan
kepada klien selama dirawat 4 hari klien pun diperbolehkan pulang karena
kondisi klien sudah membaik. Terlihat pada intensitas mual muntah yang
berkurang Awal masuk RS klien mengeluh mual muntah kurang lebih 17 kali
setelah dilakukan asuhan di berikan terapi sesuai dr.SpOG dan pada hari klien
ke- 4 mengatakan sudah tidak terlalu mual dan sudah tidak muntah. Pada
pemeriksaan keton urine pun masuk Rumah Sakit Positif(+++) dan setelah
dilakukan asuhan menjadi positife (++). Pada hari ke 2 di RS klien mengatakan
mual muntah berkurang menjadi 2 kali sehari dan nafsu makan bertambah,
pada hari ke 3 di RS klien mengatakan mual muntah berkurang menjadi 1
kali,nafsu makan sudah meningkat dan setelah dilakukan asuhan dan
dilakukan pengecekkan keton urin hasil nya menjadi negatif(-), dan pada
hari ke 4 atau hari klien terakhir di rawat di RS mengatakan sudah tidak terlalu
mual dan sudah tidak muntah. Nafsu makan sudah meningkat, sudah tidak
terlalu lemas, dan pusing.Dilakukan pengecekkan keton urin hasil negative (-
).Setelah berkolaborasi dengan dokter ibu diperbolehkan pulang.

21
42
43

Anda mungkin juga menyukai