Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu

masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat lapangan. Menurut

definisi WHO, diagnosis komunitas adalah penjelasan secara kuantitatif dan

kualitatif mengenai kondisi kesehatan di komunitas serta faktor faktor yang

mempengaruhi kondisi kesehatannya. Diagnosis komunitas ini mengidentifikasi

masalah kemudian mengarahkan suatu intervensi perbaikan sehingga

menghasilkan suatu rencana kerja yang konkrit. Diagnosis komunitas

merupakan awal dari siklus pemecahan masalah untuk digunakan sebagai dasar

pengenalan masalah di komunitas, sehingga dilanjutkan dengan suatu

perencanaan intervensi, pelaksanaan intervensi serta evaluasi bagaimana

intervensi tersebut berhasil dilakukan di komunitas. Oleh karena itu diagnosis

komunitas tidak hanya berhenti pada identifikasi (diagnosis) masalah, tetapi juga

mencakup solusi (treatment) untuk mengatasi masalah berdasarkan sumber-

sumber yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, di salah satu komunitas di wilayah TDM II khususnya

di wilayah RT 16 dan RT 17, terdapat beberapa masalah kesehatan yang dialami oleh

masyarakat di wilayah tersebut, diantaranya kasus diare berulang menurut data di

Puskesmas Oepoi, kasus DBD dan ISPA. Tentunya penyakit atau kasus-kasus
2

tersebut bisa terjadi karena adanya faktor-faktor penunjang tertentu. Oleh sebab itu

penulis tertarik untuk menggalih lebih dalam faktor-faktor penyebab dari kasus atau

penyakit tersebut dan mencari prioritas masalah dalam hal ini penyakit yang paling

sering atau yang banyak dialami oleh masyarakat di wilayah TDM II khususnya di

RT 16 dan RT 17, dan mendiskusikan bersama pihak pemerintah dan masyarakat

setempat mengenai solusi dari masalah kesehatan tersebut.

Penulis memilih diare sebagai masalah prioritas yang ada di komunitas karena

berdasarkan laporan kasus poli anak di Puskesmas Oepoi terdapat 7 kasus diare di Rt

16 dan 17 serta terdapat 1 kasus diare yang meninggal dunia. Diare juga merupakan

kasus berulang setiap tahun di komunitas tersebut dan berpotensi untuk menimbulkan

wabah. Diare merupakan penyakit yang dapat dengan mudah di cegah apabila

masyarakat menerapkan PHBS dengan baik dan dapat di tangani dengan menjaga

kebutuhan cairan selalu terpenuhi sehingga tidak terjadi dehidrasi.

1.1 Tujuan

Dokter mampu melakukan diagnosis komunitas sesuai dengan standar kesehatan

di Indonesia:

̶ Mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat

̶ Mengembangkan instrumen untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di

masyarakat

̶ Menganalisis permasalahan kesehatan dan mengajukan solusi pemecahannya


3

̶ Menjelaskan struktur organisasi fasilitas kesehatan tingkat primer

̶ Membuat usulan pemecahan terhadap masalah kesehatan

̶ Berkomunikasi secara baik dengan masyarakat

̶ Membuat usulan pemecahan terhadap masalah kesehatan


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi

lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering

(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Selama terjadi diare, tubuh akan

kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat. Pada saat yang bersamaan, usus

kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan

kepadanya. Pada kasus yang ringan dimana proses penyerapan belum terganggu,

berbagai cairan yang diberikan kepadanya dapat mencegah dehidrasi. Lebih kurang

10% episode diare disertai dehidrasi /kekurangan cairan secara berlebihan.Bayi dan

anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih

besar dan dewasa. Oleh karena itu, mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan

hal penting dalam penanganan diare pada anak.

2.1.1 Epidemiolog

Penyakit diare adalah penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima

tahun, dan bertanggung jawab untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun.

Cakupan pelayanan penderita diare Balita secara nasional pada tahun 2018, dengan

cakupan tertinggi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat (75,88%), DKI Jakarta

(68,54%) dan Kalimantan Utara (55,00%), sedangkan provinsi cakupan terendah

yaitu Maluku (9,77%), Sumatera Utara (16,70%) dan Kepulauan Riau (18,68%).

Cakupan pelayanan di Nusa tenggara timus sendiri baru mencapai (29,88%).


5

2.1.2 Etiologi diare

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang

dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang

dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan

akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan

asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta

kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila

tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami

invasi sistemik. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6

golongan besar yaitu infeksi (disebakan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),

malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya.

a) Virus Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%).

Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8,

dan 9 pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41),

Small bowel structure virus, Cytomegalovirus.

b) Bakteri Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).

Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC),

Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni

(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella

(non-thypoid).
6

c) Parasit 9 Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli,

Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora

cayatanensis.

d) Heliminths Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria

philippinensis, Trichuris trichuria.

e) Non Infeksi Malabsorbsi, Keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,

imonodefisiensi, obat dll.

2.1.3 Gejala diare

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau

demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang

berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat

menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan

renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik

yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan

berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit

menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air

yang isotonik. Selain itu, gejala bisa berupa tinja bayi encer, berlendir atau

berdarah, warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, dan

lecet pada anus

2.1.4 Klasifikasi Diare

Berdasarkan onset, diare diklasifikasikan menjadi :


7

1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Akibat adanya

dehidrasi, sedangkan dehidrasi adalah penyebab utama kematian bagi

penderita diare

2) Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14

hari.

Berdasarkan derajat dehidrasi diare diklasifikasikan menjadi diare tanpa

dehidrasi, diare dehidrasi ringan /sedang dan diare dehidrasi berat.

Tabel 2.1 klasifikasi diare berdasarkan derajat

Sumber : Depkes RI.Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).2015

2.1.5 Penanganan diare


8

Cara penanganan diare menurut Depkes adalah Lima langkah tuntaskan diare

(LINTAS DIARE) yaitu

a) Berikan oralit

b) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

c) Teruskan ASI – makan

d) Berikan antibiotik secara selektif

e) Berikan nasehat pada ibu dan keluarga

2.1.6 Pencegahan diare

Cara pencegahan penyakit diare adalah promosi kesehatan, antara lain:

a) Menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa)

b) Memasak air sampai mendidih sebelum diminum, agar mematikan sebagian

besar kuman penyakit

c) Mencuci tangan dengan sabun pada saat sebelum dan sesudah makan, serta

pada waktu sesudah buang air besar

d) Memberikan Air Susu Ibu (ASI) pada anak sampai usia 2 tahun

e) Menggunakan jamban yang sehat

f) Membuang tinja bayi dan anak dengan benar

2.1.7 Faktor yang berhubungan dengan kejadian diare

a) Informasi Kesehatan dengan Kejadian Diare

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi salah satunya faktor

pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan/petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari


9

perilaku masyarakat mengenai informasi kesehatan, hal ini mendukung bahwa

Informasi bisa di katakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari

pembelajaran, pengalaman,atau instruksi yang bisa didapatkan dari berbagai

sumber yaitu melalui pelayanan kesehatan ataupun media elektronik yang

sangat mempengaruhi pengetahuan.

b) Cara Pemberian Makan dengan Kejadian Diare kebiasaan yang tidak baik

dalam pemberian makan kepada balita dapat menyebabkan balita mengalami

diare ini bisa disebabkan oleh kebersihan makanan yang kurang terjaga, baik

selama proses pembuatan maupun kebersihan alat saji dan sajian makanan

yang tidak sesuai dengan umur balita dapat meyebabkan diare pada balita

c) Ketersediaan Jamban dengan Kejadian Diare

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi salah satunya faktor

pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia/tidak tersedianya fasilitas-fasilitas sarana untuk kesehatan.

d) Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare

Penyediaan air bersih tidak memenuhi syarat didukung oleh lokasi kelurahan

yang berada di sepanjang aliran sungai sehingga memudahkan masyarakat

untuk menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari.Perilaku membuang

sampah ke sungai menjadi faktor pendukung terjadinya sumber air bersih yang

tidak memenuhi syarat karena tercemar. Penggunaan air bersih yang dilakukan

tanpa pengolahan yang benar dapat menyebabkan diare.


10

2.2 Manfaat Diagnosis Komunitas di Puskesmas

Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya

suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat lapangan.

Menurut definisi WHO, diagnosis komunitas adalah penjelasan secara

kuantitatif dan kualitatif mengenai kondisi kesehatan di komunitas serta

faktor faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatannya.

Diagnosis komunitas penting untuk diterapkan di puskesmas karena diagnosis

komunitas dapat membantu puskesmas mengetahui masalah kesehatan yang

mendasar dan solusi pemecahan permasalahan yang disusun secara sistematis.

Puskesmas dapat mengetahui kebutuhan dan masalah yang dialami oleh

masyarakat mengenai kesehatan.

2.3 Pelaksanaan diagnosis komunitas di Puskesmas Oepoi

Puskesmas Oepoi memiliki sub bagian yang menangani penyakit wabah yaitu

surveilance epidemiologi. Sub bagian ini menerima dan mengumpulkan laporan

kasus dari petugas poli lalu menentukan lokasi komunitas yang perlu

mendapatkan intervensi tambahan. Masalah kesehatan yang ditangani yaitu diare,

DBD dan malaria. Pada kasus diare, tim surveilance akan melakukan kunjungan

rumah dan melihat keadaan pasien serta lingkungan sekitarnya. Tim surveilance

memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai PHBS dan penanganan

diare yang dapat dilakukan dirumah sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan. Pada

kasus DBD dan malaria tim surveilance juga melakukan kunjungan rumah dan
11

melakukan tindakan pencegahan dengan pemeriksaan jentik nyamuk dan

pembagian abate setiap memasuki musim hujan.

2.4 Skoring penentuan prioritas masalah

Penyakit Diare DBD ISPA


Kriteria
U (Tingkta Urgensi)
S (Tingkat
Keseriusan)
G(Tingkat
Perkembangan)
F (kemudahan
mengatasinya)
Total
Masing-masing faktor diberi nilai 1-5 berdasarkan skala likert (5= sangat

besar, 4= besar, 3= sedang, 2= kecil, 1= sangat kecil) dan nilai tiap masalah

kesehatan diperoleh dari penjumlahan tiap faktor.

2.5 Profil TDM

a) Batas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Tuak Daun Merah ±1,06 KM2, dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :Sebelah Utara : Jl. Eltari II / Kelurahan Oesapa Barat

 Sebelah Selatan : Jl. TDM IV / Kelurahan Oebufu

 Sebelah Timur : Kali Liliba / Kelurahan Liliba

 Sebelah Barat : Kelurahan Kayu Putih


12

b) Jumlah Penduduk
 Laki –Laki : 4624 jiwa

 Perempuan : 4274 jiwa

 Total : 8898 jiwa

2.6 Masalah Komunitas

Masalah komunitas yang dialami oleh masyarakat di TDM II khususnya di

wilayah RT 16 dan RT 17, yaitu penyakit diare, DBD dan ISPA. Dari ketiga

penyakit tersebut, yang paling banyak dialami adalah diare, dan diare merupakan

kasus berulang yang dialami setiap tahun. Diare terjadi karen PHBS yang rendah,

serta penggunaan air kali untuk keperluan sehari-hari karena air sumur sudah

berkurang dan air PAM sering macet karena kerusakan pipa.


13

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi, didapatkan kesepakatan untuk

menanggulangi kasus diare adalah dengan meningkatkan PHBS dengan mencuci

tangan sebelum makan atau keluar dari wc sehabis BAB maupun BAK. setiap

anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena

penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktifitas anggota rumah

tangga, dan phbs rumah tangga juga membuat anggota keluarga terbiasa untuk

menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang

dapat dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktek perilaku hidup

bersih dan sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada

tingkatan rumah tangga :

1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan

baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan

peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah

infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang

dilahirkan.

2. Pemberian ASI eklusif. Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi

anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian penting dari indikator


14

keberhasilan praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah

tangga.

3. Menimbang bayi dan balita secara berkala. Praktek tersebut dapat

memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat dilakukan

di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat

menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan

imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini

kasus gizi buruk.

4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih. Praktek ini merupakan

langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah pencegahan

penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari

kuman.

5. Menggunakan air bersih. Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk

menjalani hidup sehat.

6. Menggunakan jamban sehat. Jamban merupakan infrastruktur sanitasi

penting yang berkaitan dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk

keperluanpembersihan.

7. Memberantas jentik nyamuk. Nyamuk merupakan vektor berbagai

jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk tersebut menjadi bagian

penting dalam pencegahan berbagai penyakit.


15

8. Konsumsi buah dan sayur. Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan

vitamin dan mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal

dan sehat.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan

olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan gerakan dan keluarnya

tenaga.

10. Tidak merokok di dalam rumah. Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai

penyakit dan masalah kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau

setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari

berbagai masalah kesehatan.

Selain PHBS, masyarakat setempat juga disarankan untuk menyediakan

media penyaringan air sehingga air kali yang digunakan bisa lebih layak guna.

Menurut Permenkes RI No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990, air adalah air minum, air

bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. Air minum adalah air yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air bersih

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air yang diperuntukkan

bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-

batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain:

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun


16

c. Tidak berasa dan tidak berbau

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah

tangga

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.
17

BAB IV

KESIMPULAN

Masyarakat RT 16/17 didapatkan diare sebagai masalah komunitas karena

sesuai data didapatkan laporan kasus diare dan satu orang balita yang meninggal duni

selain itu diare merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kejadian luar

biasa (KLB). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penting dilakukan pencegahan

dan mencari faktor yang berhubungan dengan kejadian diare. Pada kasus ini

didapatkan adanya kesulitan ketersediaan air bersih dan kurangnya perilaku hidup

bersih dan sehat sehingga jalan keluar yang diberikan yaitu beberapa rumah

berpatungan membeli air tangki dan setiap rumah menyediakan penampungan yang

tersedia di rumah tangga masing-masing seperti drum atau wadah penampungan

lainnya dan memberikan penyuluhan mengenai pembuatan larutan gula garam serta

perilaku hidup bersih dan sehat.


18

Daftar Pustaka

1. Dewi Soemarko, Astrid Sulistomo, Muchtaruddin Mansyur, Dkk.


Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Buku Ketrampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas; 2014.
2. Panduan Ketrampilan Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Pb-Idi, 2016
3. Keputusan Menteri Kesehatan Ri Nomor Hk 02.02/Menkes/Kes/514/2015
Tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.
4. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
5. Kementerian Kesehatan Ri, Situasi Diare Di Indonesia; 2011.
6. Alboneh, Fahmi Afif. (2013). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare
Pada Balita Usia 2-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Karanganyar.Http://Eprints.Ums.Ac.Id/22650/14/Fahmi-
_Naskah_Publikasi.Pdf. Diunduh 20 November 2019.
7. Ona, D.M. Da, Nugroho, A., & Wahyuningsih, S. (2012). Hubungan Antara
Sanitasi Lingkungan Rumah Dan Kejadian Penyakit Diare Pada Balita
Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Berbah Kecamatan Berbah
Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Http://Journal.Respati.Ac.Id/Index.Php/Medika/Article/Download/69/65.
Diunduh 20 November 2019
8. Djafar Indriany. (2013). Gambaran Perilaku Ibu Dalam Penatalaksanaan
Rehidrasi Oral Peny.Akit Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bonepantai. Skripsi. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo.
9. Eralita.(2011). Hubungan Sanitasi Lingkungan, Pengetahuan Dan Perilaku
Ibu Terhadap Diare Akut Pada Balita Di Kecamatan Pahandut Kota
Palangkaraya.Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Gadjah Mada.
10. Departemen Kesehatan Ri. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas
Diare. Departemen Kesehatan Ri, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
Dan Penyehatan Lingkungan, 1–40.
11. Idai - Bagaimana Menangani Diare Pada Anak. (N.D.). Retrieved November
20, 2019, From Http://Www.Idai.Or.Id/Artikel/Klinik/Keluhan-
Anak/Bagaimana-Menangani-Diare-Pada-Anak
12. (No Title). (N.D.). Retrieved November 20, 2019, From
Http://Repository.Umy.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/25920/5.
13. Wibisono, A. Margaret. (2019). Analisis Faktor Risiko Kejadian Diare
Berulang Pada Balita Di Puskesmas Sumberjambe Kabupaten Jember.
Digital Repository Universitas Jember.
14. Kemenkes, R.I. (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Kemenkes Ri.
19

15. Permenkes No. 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua Dan Pemandian Umum.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 Tahun 2010.
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
17. Depkes RI. 2010. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta: Depkes RI.
20

Dokumentasi

Gambar. Dokter muda sedang melakukan wawancara masyarakat


mengenai masalah kesehatan yang dialami

Gambar. Dokter muda sedang memberikan solusi terhadap masalah


yang dighadapi masyarakat

Anda mungkin juga menyukai