Anda di halaman 1dari 30

PLENO MODUL

KEJANG 3A
SKENARIO
Wanita umur 42 tahun tinggal di dataran tinggi Ende. Dibawa ke Unit Gawat Darurat.
Keadaan kejang dengan kesadaran menurun. Jalan nafas tidak terganggu. Riwayat demam ada,
baru datang dari Papua 4 hari yang lalu.
PATOFISIOLOGI
KEJANG DEMAM
PATOFIS
KEJANG-
DEMAM
MAL ARIA
MASA INKUBASI PENYAKIT MALARIA
Masa inkubasi ekstrinsik adalah : Proses
perkembangan dari zigot sampai
sprozoit.Membutuhkan waktu 12 - 14 hari.

Masa inkubasi intrinsik adalah : Waktu dari masuknya Sporozoid


sampai timbulnya gejala klinis.Waktu inkubasinya dari ke 5 jenis
plasmodium berbeda - beda.
• Plasmodium falciparum 9- 14 hari.rata - rata 12 hari.
• Plasmodium malariae 18 - 40 hari rata - rata 28 hari
• Plasmodium vivax 12 - 17 hari rata - rata 15 hari
• plasmodium ovale 16 - 18 hari rata - rata 17 hari.
Demam malaria timbuk secara periodik,bersama dengan sporulasi (pecahnya eritrosit yang
terinfeksi dan keluarnya merozoit).
• plasmodium vivax,ovale dan falciparum 48 jam.
• Plasmodium knowlesi 24 jam.
• Plasmodium malariae 72 jam.
LAMA SIKLUS EKSO-ERITROSITIK DAN
ERITROSITIK PADA PLASMODIUM
Species Siklus ekso Siklus Jumlah
eritrositik(hari) eritrositik ( jam) merozoitd
dalam schizon
Plasmodium 5- 7 48 40.000
falciparum

Plasmodium 6-8 48 10.000


vivax

Plasmodium 9 48 15.000
ovale

Plasmodium 14 - 16 72 2.000
malariae
PREFALENSI
MAL ARIA DI NTT
• Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
marah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Annopheles) betina. Di Provinsi NTT
hampir 100% desa endemis malaria. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa
terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang
sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat
yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat.
• Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian
Kesehatan telah menetapkan Stratifikasi endemisitas malaria berdasarkan Annual Parasite
Incidences (API) suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 (empat) strata yaitu :
1. Endemis Tinggi bila API > 5 %. (per 1000 penduduk)
2. Endemis Sedang bila API 1 -5 %. (per 1000 penduduk)
3. Endemis Rendah bila API 0 - 1 .%. (per 1000 penduduk)
4. Non Endemis bila tidak ada penularan malaria
• Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, API mengalami penurunan yang
signifikan. Pada periode 2011 – 2015 Provinsi NTT memiliki API yang semakin menurun. Di
mana pada tahun 2011 API NTT sebesar 25 %, tahun 2012 menurun menjadi 23 % selanjutnya
pada tahun 2013 menurun lagi menjadi 20 %, tahun 2014 menjadi 13 %, sedangkan pada tahun
2015 menjadi sebesar 36.128 kasus (7 %). Berarti terjadi penurunan kasus dan API pada tahun
2015.
• Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa Provinsi NTT merupakan Provinsi dengan
Kasus Baru Malaria tertinggi dalam satu tahun terakhir yakni sebesar 117,50/00. Berdasarkan
data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT menunjukkan bahwa pada tahun 2015
jumlah penderita malaria positif dengan pemeriksaan mikroskop adalah sebanyak 36.128
penderita
• Pada tahun 2014 jumlah penderita malaria positif dengan pemeriksaan mikroskop sebanyak
68.967 orang, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 96.740, hal ini menunjukkan bahwa ada
penurunan penderita malaria pada tahun 2015 jika dibandingkan pada tahun 2014.
TABEL DD
MAL ARIA
CEREBRAL
DEFINISI

• Malaria serebral adalah malaria dengan penurunan kesadaran -> (dewasa GCS < 9 dan anak
Blantyre coma score < 3) atau koma lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak
disebabkan penyakit lain.
• Komplikasi dari malaria falciparum berat
ETIOLOGI
• Plasmodium falciparum
- Dapat ditemukan pada daerah tropis dan subtropis
EPIDEMIOLOGI

• Sekitar 627.000 kematian dari seluruh dunia tahun 2012


• Malaria berat lebih sering pada bayi berusia beberapa bulan hingga sekitar 5 tahun
• Daerah endemisitas rendah -> lebih sering pada masa kanak-kanak dan orang dewasa
• Wisatawan dan pekerja migran tanpa imunitas terhadap malaria -> lebih rentan
PATOGENESIS MALARIA SEREBRAL

Patogenesis dari malaria serebral berdasarkan pada kelainan histologis


• Teori mekanis :
Terjadinya penyumbatan pembuluh darah otak akibat sitoadherens, sekuester, rosetting
PENEGAK AN
DIAGNOSIS
MAL ARIA
ANAMNESIS

• Keluhan = demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare
dan nyeri otot atau pegal-pegal.
• Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
• Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
• Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
PEMERIKSAAN FISIK

• Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5°C


• Konjungtiva atau telapak tangan pucat
• Sklera ikterik
• Splenomegali
• Hepatomegali
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a) Pemeriksaan dengan mikroskop


Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/RS/lab klinik untuk menentukan:
• Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
• Spesies dan stadium plasmodium.
• Kepadatan parasit.
b) Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
– Mekanisme kerja = deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi.
– Perhatikan petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsa.
– Tidak digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN MALARIA SEREBRAL

• Pemberian ACT
• Doksisiklin sebagai kemoprofilaksis
• Menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, dan kawat kasa nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai