2. Anatomi Fisiologi
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima 15%
dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400
kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-macam sensasi
atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang
disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses mental, seperti
ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensi, berkomuniasi, sifat atau kepribadian,
dan pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah, otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak
besar (serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah (mesensefalon), otak depan
(diensefalon), dan jembatan varol (pons varoli) (Russell J. Greene and Norman D.Harris,
2008 ).
3. Etiologi
Cerebrovasculer diseases (CVD) biasanya disebabkan karena trombosis (bekuan
darah dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan darah atau
material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain), ischemia (penurunan aliran darah
ke area otak), hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak) (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002 : 2131-2132;
Baughman, D.C & Hackley, J.C, 2000 : 94 ; Long, C.B, 1995 : 176).
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas
pembuluh darah otak. Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah
mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1.Faktor resiko yang dapat diobati / dicegah :
Perokok.
Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
Tekanan darah tinggi.
Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2.Faktor resiko yang tak dapat di rubah :
Usia di atas 65
Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan
resiko serangan stroke).
DM.
Keturunan ( Keluarga ada stroke).
Pernah terserang stroke.
Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita )
4. Manifestasi Klinis
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mentah.
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
5. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai
faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Areaedema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya
tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan
meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa
infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel
otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan
oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel
bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi
otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah
yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60
cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan
lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di
pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)
6. Fathways
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, M.E (2000 : 292) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
pasien dengan CVD antara lain :
1. Angiografi : membantau menentukan penyebab stroke
2. Skan CT : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iscemia dan infark
3. Fungsi lumbal : menunjukkan adanya peningkatan tekanan intracranial, cairan
serebrospinal mengandung darah menunjukkan terjadi perdarahan, kadar protein
meningkat terjadi pada trombosis dan proses imflamasi otak
4. MRI : menunjukkan daerah infark, hemoragi dan malformasi arteriovenous
5. EEG : mengidentifikasi gelombang otak akan adanya lesi otak yang spesifik
6. Sinar X : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral.
8. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
6. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. pengkajian
a. Biodata
Pengkajian biodata di fokuskan pada :Umur : karena usia di atas 55 tahun
merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih
tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau
koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.
c. Upaya yang telah dilakukan
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena itu
klien biasanya langsung di bawa ke Rumah Sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs,
Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah
otak menjadi menurun.
e. Riwayat penyakit sekarang
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-tiba
terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai
koma.
f. Riwayat penyakit keluarga
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami
stroke.
g. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu klien
membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan
sebagaian sampai total.Meliputi :
mandi
makan/minum
bab / bak
berpakaian
berhias
aktifitas mobilisasi
h. Pemeriksaan fisik dan observasi
BI ( Bright / pernafasan).
Perlu di kaji adanya :
Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks
batuk.
Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
Catat jumlah dan rama nafas
B2 ( Blood / sirkulasi ).
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan
Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.
B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya pupil unilateral,
Observasi tingkat kesadaran .
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda inkontinensia uri.
B5 ( Bowel : Pencernaan )
Tanda-tanda inkontinensia alfi.
B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah
baring lama.Kekuatan otot.
i. Sosial interaksi
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan
dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan
kesembuhannya.
2. Intervensi keperawatan
3. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d aterosklerosis aortik.
2. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan sistem saraf pusat.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular.
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dilaksanakan
5.Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat
kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya
menurut Nursalam (2008) sebagai berikut
1. Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
2. Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
3. Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
4. Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
5. Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian Neurologi FKUI
/RSCM,UCB Pharma Indonesia, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC,
Jakarta.
Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hudak C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume
II, EGC, Jakarta.
Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A., 1995, Medical Surgical Nursing, A
Nursing Process Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/193178768?extension=docx&ft=15154
04115<=1515407725&user_id=335401289&uahk=M97QuiK1L2eN82Ut0HFG8WaDiA0