Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MEDIKAL BEDAH 2
‘’ PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSEIR PADA
GANGGUAN SISTEM IMUN PADA KASUS RHEUMATOID ATRITIS’’

Dosen Pengampu :
SOLOKIN,Ns,M.Kep,Sp.kep.MB

KELOMPOK 1
KELAS B
1. SOFYAN AMIN SYAMSURYA 1614201110116
2. REZKY ADHAYANI 1714201110049
3. RIAD JANATUL JANAH 1714201110050
4. RIZQI FIRDAUS 1714201110053
5. SAHRI RAMADAN 1714201110055
6. AHMAD RIFANI 1814201120087

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarokatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sekali yang kita
ingat. Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah komunikasi
keperawatan dengan judul “Pencegahan Primer, Sekunder Dan Terseir Pada
Gangguan Sistem Imun Pada Kasus Rheumatoid Atritis” Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang di ampu oleh Bapak
Solokin,Ns,M.Kep,Sp.kep.MB selaku dosen di Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu Bapak Solokin,Ns,M.Kep,Sp.kep.MB yang telah memberikan dukungan,
kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun
pada langkah yang lebih baik lagi.
Dengan demikian makalah ini kami buat, tentunya dengan besar harapan dapat
bermanfaat. Namun tidak menutup kemungkinan, makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
untuk kepentingan proses peningkatan ilmu pengetahuan kesehatan.

Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

Banjarmasin, 2019

Penyusun

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan,


pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid
arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki
cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan paling sering
terburuk di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan
sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan
petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit
penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering
tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of
Rheumatology, 2012). Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan
seperti penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah
kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana. Rheumatoid arthritis
adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari
1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan.
Bahkan, 1-3% wanita mungkin mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya.
Penyakit ini paling sering dimulai antara dekade keempat dan keenam dari
kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat mulai pada usia berapa pun (American
College of Rheumatology, 2012). Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid
arthritis lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam
kehidupan pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis
yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan
kerusakan sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien
atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh
penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada
mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas
yang dapat menimbulkan kegagalan organ. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan
masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan
tidur. Dengandemikian hal yang paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis
adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup. Bahkan kasus rheumatoid
arthritis yang tidak begitu parah pun dapat mengurangi bahkan menghilangkan
kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan kegiatan fungsional
sepenuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Rheumatoid atritis?
2. Apa etiologi Rheumatoid atritis?
3. Apa patofisiologi Rheumatoid atritis ?
4. Apa manifestasi klinis Rheumatoid atritis?
5. Bagaimana pencegahan untuk Rheumatoid atritis?
6. Bagaimana pengobatan medis untuk Rheumatoid atritis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Rheumatoid atritis?
2. Untuk mengetahui etiologi Rheumatoid atritis?
3. Untuk mengetahui patofisiologi Rheumatoid atritis?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Rheumatoid atritis?
5. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan untuk Rheumatoid atritis?
6. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan medis untuk Rheumatoid atritis?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rheumatoid atritis

Rheumatoid atritis (atritis rheumatoid, RA) merupakan inflamasi autoimun jenis artritis.
Rheumatoid atritis merupakan jenis artritis yang paling umum, yang dipicu oleh sistem imun
(yaitu, penyakit autoimun). Rheumatoid atritis terutama menyerang sendi, tetapi organ juga
dapat terlibat. Penyebab belum diketahui
Insidens Rheumatoid atritis pada wanita biasanya dua hingga tiga kali lebih tinggi daripada
pria. Studi insidens dari tida populasi menunjukkan bahwa insidens Rheumatoid atritis pada
wanita dan pria memuncak pada enam puluhan.
Rheumatoid atritis adalah gangguan inflamasiyang tidak diketahui penyebabnya yang
biasanya biasanya menganai sendi sinovial. Fagositosis memproduksi enzim didalam
sendi.enzim memecah kolagen sehingga menyebabakan edema, proliferasi membran
sinovial, dan pada akhiratnya pembekuan pannus. Pannus menghancurkan kartilago dan
mengerosi tulang. Dampaknya adalah hilangnya permukaan artikular dan pergerakan sendi.
Serabut otot mengalami perubahan degeneratif. Kekuatan elastisitas dan kontraktil tedon
dan ligamen hilang. Rheumatoid atritis menyerang 1 % populasi di seluruh dunia, terjadi dua
sampai empat kali lebih sering pada wanita dibanding pria.

B. Etiologi Rheumatoid atritis

Penyabab rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti sampai saat ini, namun
berbagai faktor seperti kecenderungan genetik dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi
reaksi autoimun (Jazmi, 2016). Menurut (Mansjoer, 2011) faktor yang mempengaruhi
kejadian rheumatoid arthritis biasanya seperti faktor genetik, usia, jenis kelamin, obesitas,
dan infeksi. Selain dari faktor tersebut, terdapat faktor lain yaitu seperti tingkat
pengetahuan yang rendah mengenai penyakit rheumatoid arthritis itu sendiri. Berdasarkan
paparan dugaan penyebab rheumatoid arthritis di atas, terdapat beberapa faktor yang
terkait dengan kejadian rheumatoid arthritis yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Faktor predisposisi antara lain adalah faktor genetik, umur, dan jenis kelamin, sedangkan
faktor presipitasi antara lain adalah gaya hidup dan penyakit penyerta (Febriana, 2015).

C. patofisiologi Rheumatoid atritis

D. manifestasi klinis Rheumatoid atritis


- Nyeri, pembengkakan, dan kemerahan pada dan disekitar sendi merupakan
manisfestasi yang sering muncul. Proses inflamasi terutama menyerang lapisan
sendi ( membran sinovial). Lapisan sendi yang mengalami inflamasi
menyebabkan erosi kartilago dan tulang serta kadang-kadang deformitas sendi,
yang merupakan gejala lain yang tampak.
- Palpasi sendi mengungkap adanya jaringan yang menyerupai spons atau lunak.
- Cairan biasanya dapat diaspirasidari sendi yang meradang (inflamasi).
- Sendi-sendi terasa panas
- Terbatasnya pergerakan
- Kekakuaan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
- Anemia

E. pencegahan untuk Rheumatoid atritis

F. penatalaksanaan untuk Rheumatoid atritis

1. penatalaksaan medis

terapi dimulai dengan edukasi, istirahat dan olahraga yang seimbang, dan perujukan
ke lembaga komunitas untuk mendapat dukungan.
 Artritis reumatoid dini penatalaksanaan medikasi mencakup dosis teraupeutik
salisilat atau NSAID termasuk penyakat enzim COX-2 yang baru, antimalaria,
gold, penisilin, atau sulfasalazin metotreksat pemodifikasi respon biologik
serta inhibitor faktor nekrosis tumor-alfa (TNF-α) merupakan agen analgesik
yang bermanfaat untuk periode nyeri yang ekstrem.
 Artritis reumatoid moderat yang erosif: program terapi okupasional dan terapi
fisik yang formal imunosupresan seperti siklosporin dapat ditambahkan.
 Artritis reumatoid persisten yang erosif: pembedahan rekonstruktif dan
kortikosteroid.
 Artritis reumatoid lanjut yang tidak sembuh: agens imunosupresif seperti
metotreksat, siklosfamid, azatioprin, dan lefflunomida ( sangat toksit, dapat
menyebabkan suprai sumsum tulang, anemia, gangguan saluran GI, dan
ruam). Salah satu yang juga menjanjikan untuk artritis reumatoid refraktori
(sulit disembuhkan) adalah alat afasis yang telah diakui FDA (Food and Drug
Adminidration): kolom imunoadsorpsi protein A ( prosorba) yang mengikat
komples sistem imun ( IgG) yang bersirkulasi.
 Pasien artritis reumatoid sering kali mengalami anoreksia, penurunan berat
badan dan anemia memerlukan riwayat diet yang cermat untuk
mengidentifikasi kebiasaan makan dan makanan yang disukai pasien.
Kortikosteroid dapat menstimulasi nafsu makan dan menyebabkan
penambahan berat badan.
 Obat antidepresann dosis rendah ( amitriptilin) digunakan untuk
mengembalikan pola tidur yang adekuat dan meredakan nyeri.
2. Penatalaksanaan keperawatan
masalah paling sering dialami oleh pasien artritis reumatoid mencakup nyeri,
keletihan, perubahan alam perasaan (mood), dan keterbatasan mobilitas. Pasien yang
baru didiagnosis artritis teumatiod memerlukan informasi mengenai penyakit ini
untuk menetapkan keputusan penatalaksanaan diri sehari-hari dan menghadapi
penyakit kronis.
 Meredakan nyeri dak ketidaknyamanan
- Berikan berbagai upaya kenyamanan (misal, kompres panas atau dingin
masase, merubah posisi, istirahat kasur busa, bantal sportif, bebat teknik
relaksasi, aktivitas pengalihan).
- Berikan obat antiinflamasi, analgisik, dan antireumatik kerja lambat sesuai
resep.
- Individualisasikan jadwal pemberian obat untuk memenuhi kebutuhan
pasien dalam penatalaksanaan nyeri.
- Dorong pasien untuk mengungkapakan perasaanya menganai nyeri dan
sifat kronis penyakit.
- Jelaskan tentang patofosiologi nyeri dan penyakit reumatik, dan bantu
pasien menyadari bahwa nyeri seing kali berujung pada metode terapi
yang tidak terbuki.
- Bantu pasien mengidentifikasi nyeri yang berujung pada metode terapi
yang terbukti.
- Bantu pasien mengindetifikasi nyeri yang berrujung pada penggunaan
metode terapi yang tidak terbukti.
- Kaji peubahan subjektif nyeri
 Mengurangi keletihan
- Berikan informasi mengenai keletihan: jelaskan kaitan antara aktivitas
penyakit dan keletihan jelaskan tindakan kenyaman saat memberikan
tetapkan dan dorong penerapan rutinitas tidur (mandi air hangat dan teknik
relaksasi yang memudahkan tdur ) jelaskan pentingnya istirahat untuk
meredakan stres sistematis, artikular, dan emosional.
- Jelaskan bagaimana menggunakan teknik penghematan energi (memberi
jeda antar-aktivitas, mendelegasikan tugas, menetapkan prioritas).
-

BAB III
URAIAN BERDASARKAN KASUS
Perilaku dengan kejadian penyakit rematik pada usia 40-60 tahun
behavior with rheumatic disease occurrence of age40-60
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai