Anda di halaman 1dari 1

Penanganan Farmakologi Delirium

Menurut Luman (2015), Strategi penanganan delirium secara farmakologi lebih jarang
dilakukan. Terapi farmakologi biasanya diberikan pada pasien delirium yang sesuai indikasi
atau diperlukan untuk mencegah pengobatan medis lanjutan.

1. Antipsikotik: haloperidol
Haloperidol telah luas digunakan sebagai obat pilihan untuk pengobatan agitasi akut dan
gejala psikosis. Haloperidol adalah antagonis reseptor dopamin yang bekerja dengan
menghambat dopamin neurotransmisi, dengan dihasilkannya perbaikan yang positif
dalam simtomatologi (halusinasi, gelisah dan perilaku agresif)
Efek samping dapat menimbulkan ekstrapiramidal dan distonia akut. Ekstrapiramidal
merupakan reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari
medikasi antipsikotik yang berupa gerakan otot tak sadar atau kejang yang biasanya
terjadi pada wajah dan leher.
2. Antipsikotik atipikal: Risperidone, olanzapine, quetiapine
Digunakan untuk mengatasi agitasi pasien delirium
Efek samping dapat meningkatkan risiko stroke pada pasien geriatri dengan demensia
dan menyebabkan pemanjangan interval QT.
3. Benzodiazepin: lorazepam
Benzodiazepin dapat digunakan untuk delirium yang disebabkan oleh withdrawal
alkohol atau benzodiazepin.
Efek samping dapat memperberat perubahan status mental, depresi pernapasan dan
menyebabkan sedasi berlebihan

Luman, A. 2015. Sindrom Delirium. CDK-233, 42 (10). Diakses melalui


http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_233Sindrom%20Delirium.pdf [pada
tanggal 15 Mei 2018]

Anda mungkin juga menyukai