Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN AKTIVITAS (MOBILISASI)


PADA PASIEN DENGAN ............. DI RUANG BUGENVILE RSD dr. H.
KOESNADI BONDOWOSO

OLEH:

Dwi Puspita Dewi, S.Kep


NIM 192311101104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:

Nama : Dwi Puspita Dewi


NIM : 192311101104
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gangguan Aktivitas
(Mobilisasi) pada Pasien dengan ............. di Ruang Bugenvile RSD dr. H.
Koesnadi Bondowoso.

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Bondowoso, September 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns. Ahmad Rifai, S.Kep., M.S


NIP 198502072015041001 NIP

ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh:

Nama : Dwi Puspita Dewi


NIM : 192311101104
Judul :

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Bondowoso, September 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns. Ahmad Rifai, S.Kep., M.S


NIP 198502072015041001 NIP

iii
DAFTAR ISI

Contents

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN.......................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ...................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
LAPORAN PENDAHULUAN ......................................................................................... 5
A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar ..................................................................... 5
D. Epidemiologi Gangguan Aktivitas .......................................................................... 7
E. Etiologi Gangguan Aktivitas ................................................................................... 7
F. Tanda dan Gejala Gangguan Aktivitas ................................................................... 8
G. Patofisiologi dan Clinical Pathway......................................................................... 9
H. Penatalaksanaan Medis ......................................................................................... 11
I. Penatalaksanaan Keperawatan .............................................................................. 11
J. Penatalaksanaan Berdasarkan Evidence Based Practice in Nursing .................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28

iv
5

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Gangguan Kebutuhan Mobilisasi

Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu tersebut dimana kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal. Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat
menyebabkan berbagai gangguan pada sistem musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Potter & Perry, 2006).
Menurut Mubarak 2008 jenis mobilisasi sebagai berikut:
1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi
sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk
dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
6

a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena
cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
3. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain
secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya
berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan
7

B. Epidemiologi Gangguan Mobilitas


Pemecahan protein, klien kehilangan massa tubuh yang tidak berlemak. Massa otot berkurang tidak stabil untuk
mempertahankan aktivitas tanpa meningkatnya kelemahan. Jika mobilisasi terus terjadi dan klien tidak melakukan latihan, kehilangan
massa otot akan terus terjadi (Asmadi, 2008). Kelemahan otot juga terjadi karena imobilisasi, dan imobilisasi lama sering
menyebabkan atrofi angguran, dimana atrofi angguran (disuse atrophy) adalah respon yang dapat diobservasi terhadap penyakit dan
menurunnya aktifitas kehidupan sehari-hari. Dan imobilisasi kehilangan daya tahan, menurunnya massa dan kekuatan otot, dan
instabilitas sendi menyebabkan klien beresiko mengalami cedera. Selain itu pasien yang tirah baring tanpa melakukan mobilisasi
akan mengakibatkan munculnya dekubitus ( Setyawan 2008 dalamYetiyana 2013).

C. Etiologi Gangguan Mobilitas


Penyebab utama imobilitas adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.
Menurut Mubarak (2008) faktor yang mempengaruhi mobilisasi sebagai berikut:
1. Gaya Hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh budaya yang mendasari, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan ditiggali
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Ketidakmampuan dibagi
menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Primer disebabkan oleh penyakit atau trauma (cedera medula spenalis atau paralisis).
Sedangkan sekunder terjadi akibat (kelemahan otot dan tirah baring.
3. Tingkat energi
8

Energi dibutuhkan untuk banyak hal salahsatunya adalah mobilisasi. Sehingga setiap individu memiliki cadangan energi yang
berbeda-beda
4. Usia
Usia berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada lansia, kemampuan aktifitas dan mobilisasi
menurun sejalan dengan penuaan.

D. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas


1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur)
dan gangguan metabolisme kalsium;
b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus;
c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas;
d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein;
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti
konstipasi);
e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal;
f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan;
g. neurosensori: sensori deprivation;
9

2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan
emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan
gangguan koping.
3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4. Pergerakan tidak terkoordinasi
5. Penurunan waktu reaksi (lambat)
(Mubarak, 2007)

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Nyeri dapat muncul karena berbagai faktor yaitu agen cedera biologis, agen cedera fisik, agen cedera kimiawi, agen pencendera,
dilatasi servik,, ekspulsi fetal, dan faktor yang lainnya yang dapat menciptakan perasaan yang tidak menyenangan bagi seseorang.
Saat rangsangan nyeri diterimaoleh reseptor nyeri maka seseorang akan mempersepsikan nyeri , nyeri dapat menekan akar saraf dan
dapat dipersepsikan menjadi nyeri akut. Saat seseorang mempersepsikan yeri seseorang cenderung takut bergerak dan akan
mengakibatkan gangguan mobilitas fisik.
10
11

F. Penatalaksanaan Medis
1. Salicylates dan nonsteroid yang berfungsi sebagai anti inflamasi untuk mengatasi peradangan, anti piretik untuk
menormalkan suhu tubuh, dan fungsi analgesik untuk pereda nyeri;
2. Aspirin digunakan untuk mengatasi rasa sakit (analgesik), mengatasi demam (antipiretik) dan mengatasi peradangan
(antiinflamasi);
3. Suntikan intraarticular streroid pada ras nyeri yang hebat;
4. Analgestic (Tylenol, Darvon);
5. Menggunakan alat bantu yang dapat mengurangi bobot pada persendian (tongkat, kursi roda, kruk);
6. Istirahat;
7. Latihan;
8. Melindungi persendian
(Potter & Perry, 2005)
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan Sekarang, meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam
mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan lama
terjadinya gangguan mobilitas. (Asmadi, 2008).
b. Pengkajian Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita, berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas,
misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis, riwayat penyakit kardiovaskular, riwayat penyakit sistem
12

muskuloskeletal, riwayat penyakit sistem pernapasan, riwayat pemakaian obat seperti sedativa, hipnotik, depresan
sistem saraf pusat, laksania, dan lain-lain.
c. Kemampuan Fungsi Motorik, pengkajiannya antara lain pada tangan kanan dan kiri,kaki kanan dan kiri untuk menilai
ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.
d. Kemampuan Mobilitas, dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
e. Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan & peralatan
Tingkat4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
f. Kemampuan Rentang Gerak, pengkajian rentang gerak (range of motion – ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu,
siku, lengan, panggul, dan kaki.

g. Gerak Sendi Derajat Rentang Normal.


 Bahu : Abduksi, gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi
yang paling jauh 180º.
 Siku : Fleksi, angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu 150º.
13

 Pergelangan Tangan: Fleksi, tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah 80-90º; Ekstensi : luruskan
pergelangan tangan dari posisi fleksi 80-90º; Hipereskstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh
mungkin 70-90º; Abduksi : tekuk
 pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas 0-20º. Abduksi : tekuk pergelangan
tangan ke arah kelingking, telapak tagang menghadap ke atas 30-50º
 Tangan dan Jari. Fleksi : buat kepalan tangan 90º. Ekstensi: Luruskan jari 90º. Hiperekstensi : tekuk jari-jari
tangan ke belakang sejauh mungkin 30º. Abduksi : kembangkan jari tangan 20º. Abduksi : rapatkan jari-jari
tangan dari posisi abduksi 20º
h. Perubahan Intoleransi Aktivitas, berhubungan dengan perubahan pada sistem pernapasan, antara lain : suara napas,
analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi.
Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskular, seprti nadi dan tekanan darah, gangguan
sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
i. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan : Skala Persentase Kekuatan Normal Karakteristik
0 0 Paralisis sempurna
1. 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2. 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan.
3. 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi.
4. 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal.
14

5. 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahana penuh.
j. Perubahan Psikologis, disebabkan karena adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme tulang, dan lain-lain (Asmadi, 2008).

1. Diagnosa Keperawatan yang sering Muncul


Hambatan mobilitas fisik
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandri dan terarah
Batasan karakteristik
a. Dispnea setelah beraktivitas
b. Gangguan sikap berjalan
c. Gerakan lambat
d. Gerakan spastik
e. Gerakan tidak terkoordinasi
f. Instabilitas postur
g. Kesulitasn membolak balik posisi
h. Keterbatasan rentang gerak
i. Ketidaknyamanan
j. Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
k. Penurunan waktu reaksi
15

l. Tremor akibat gerak


m. Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

Faktor yang berhubungan:

Agen farmasetik
Ansietas
Depresi
Fisik tidak bugar
Gangguan fungsi kognitif
Ganggaun meetabolisme
Gangguan muskuluskeletal
Gangguan neuromuskular
Gangguan sensoriperseptual
Gaya hidup kurang gerak
IMT diatas 75 persen sesuai usia
Intoleransi aktivitas
Kaku sendi
Keengganan memulai pergerakan
1. Perencanaan
16

No Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
1 Nyeri akut NOC - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
(00132) Kontrol nyeri (1605) yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas,
Skala
Kode Indikator Keterangan intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
Awal Akhir
pencetus
160501 Menggambarkan faktor menunjukkan
1 5 - Observasi adanya petunjuk nonverbal
penyebab 1: tidak
mengenai ketidaknyamanan terutama
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi 1 5 pernah
pada mereka yang tidak dapat
160503 Menggunakan tindakan 2: jarang
1 5 berkomunikasi secara efektif
pencegahan 3: kadang-
- Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
160504 Menggunakan tindakan kadang
dilakukan dengan pemantauan yang ketat
pengurangan nyeri tanpa 1 5 4: sering
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik
analgesik 5: secara
untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
160505 Menggunakan analgesik yang konsisten
1 5 sampaikan penerimaan pasien terhadap
direkomendasikan
nyeri
160507 Melaporkan gejala yang tidak
1 5 - Gunakan metode penilaian yang sesuai
terkontrol
dengan tahapan perkembangan yang
160508 Menggunakan sumber daya
1 5 memungkinkan untuk memonitor
yang tersedia
perubahan nyeri
17

160509 Mengenali apa yang terkait - Berikan informasi mengenai nyeri,


1 5
dengan gejala nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
160510 Menggunakan jurnal harian akan dirasakan, clan antisipasi dari
1 5
untuk memonitor gejala ketidaknyamanan akjbat prosedur
160511 Melaporkan nyeri yang - Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
1 5
terkontrol mempengaruhi respon pasien terhadap
160513 Melaporkan perubahan ketidaknyamanan
1 5
terhadap gejala nyeri - Pertimbangkan keinginan pasien untuk
berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
Tingkat nyeri (2102) kecenderungan, dukungan dari orang
Skala terdekat terhadap metode dan
Kode Indikator Keterangan
Awal Akhir kontraindikasi ketika memilih strategi

210201 Nyeri yang dilaporkam 1 5 1: berat penurunan nyeri

210204 Panjangnya episode nyeri 1 5 2: cukup - Dorong pasien untuk memonitor nyeri

210221 Menggosok area yg terkena berat dan menangani nyerinya dengan tepat
1 5 - Ajarkan penggunaan teknik non
dampak 3: sedang
210217 Mengerang dan menangis 1 5 4: ringan farmakologi

5: tidak - Ajarkan metode farmakologi untuk


210206 Ekspresi wajah nyeri 1 5
ada menurunkan nyeri
210208 Tidak bias beristirahat 1 5
- Berikan individu penurun nyeri yang
210222 agitasi 1 5
optimal dengan peresepan analgesik
18

210223 iritabilitas 1 5 - Berikan obat sebelum melakukan


210224 mengernyit 1 5 aktivitas untuk meningkatkan partisipasi,
210225 Mengeluarkan keringat 1 5 namun evaluasi bahaya dari sedasi
210226 Berkeringan berlebih 1 5 - Pastikan p~mberian analgesik dan atau
210218 Mondar mandir 1 5 strategi nonfarmakologi sebelum
210219 Fokus menyempit 1 5 dilakukan prosedur yang menimbulkan

210209 Ketegangan otot 1 5 nyeri

210215 Kehilangan nafsu makan 1 5 - Evaluasi keefektifan dari tindakan

210227 mual 1 5 pengontrol nyeri yang dipaka1 selama

210228 Intoleransi makanan 1 5 pengkajian nyeri dilakukan


- Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrol nyeri berdasarkan respon
pasien
Nyeri Kronis - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
NOC
(00133) yang meliputi lokasi, karakteristik,
Nyeri: efek yang menganggu (2101)
onset/durasi, frekuensi, kualitas,
Skala
Kode Indikator Keterangan intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
Awal Akhir
pencetus
210101 Gg hubungan interpersonal 1 5 1: berat
- Observasi adanya petunjuk nonverbal
210102 Gg penampilan peran 1 5 2: cukup
mengenai ketidaknyamanan terutama
210108 Gangguan konsentrasi 1 5 berat
pada mereka yang tidak dapat
19

210128 Gangguan dalam perasaan 3: sedang berkomunikasi secara efektif


1 5
mengontrol 4: ringan - Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
210110 Gangguan alam perasaan 1 5 5: tidak ada dilakukan dengan pemantauan yang ketat
210111 Kurang kesabaran 1 5 - Gunakan strategi komunikasi terapeutik
210112 1nterupsi pada saat tidur 1 5 untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
210119 Gangguan dalam rutinitas 1 5 sampaikan penerimaan pasien terhadap
210113 Gangguan pergerakan fisik 1 5 nyeri

210129 Gg pd aktivitas hidup sehari- - Gunakan metode penilaian yang sesuai


1 5
hari dengan tahapan perkembangan yang

210130 Gangguan penampilan 1 5 memungkinkan untuk memonitor

210115 Kehilangan nafsu makan 1 5 perubahan nyeri

210117 Gangguan eliminasi 1 5 - Berikan informasi mengenai nyeri,

210123 Absen dari kerja/sekolah 1 5 seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan dirasakan, clan antisipasi dari
ketidaknyamanan akjbat prosedur
Nyeri: Respon psikologi tambahan (1306)
- Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
Kontrol nyeri (1605)
mempengaruhi respon pasien terhadap
Tingkat nyeri (2102)
ketidaknyamanan
- Pertimbangkan keinginan pasien untuk
berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
kecenderungan, dukungan dari orang
20

terdekat terhadap metode dan


kontraindikasi ketika memilih strategi
penurunan nyeri
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat
- Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi
- Ajarkan metode farmakologi untuk
menurunkan nyeri
- Berikan individu penurun nyeri yang
optimal dengan peresepan analgesik
- Berikan obat sebelum melakukan
aktivitas untuk meningkatkan partisipasi,
namun evaluasi bahaya dari sedasi
- Pastikan pemberian analgesik dan atau
strategi nonfarmakologi sebelum
dilakukan prosedur yang menimbulkan
nyeri
- Evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrol nyeri yang dipakai selama
pengkajian nyeri dilakukan
21

- Mulai dan modifikasi tindakan


pengontrol nyeri berdasarkan respon
pasien
3 Hambatan NOC - Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
rasa nyaman Status kenyamanan (2008) relaksasi serta jenis relaksasi yang
(00214) Skala tersedia
Kode Indikator Keterangan - Uji penurunan tingkat energi saat ini,
Awal Akhir
ketidakmampuan untuk konsentrasi, atau
200801 Kesejahteraan fisik 1 5 Terganggu
gejala lain yang mengiringi yang
200802 Kontrol terhadap gejala 1 5 1: sangat
mungkin mempengaruhi kemampuan
200803 Kesejahteraan psikologis 1 5 2: banyak
kognisi untuk berfokus pada teknik
200804 Lingkungan fisik 1 5 3: cukup
relaksasi
200805 Suhu ruangan 1 5 4: sedikit
- Tentukan apakah ada intervensi relaksasi
200806 Dukungan sosial dari keluarga 1 5 5: tidak
dimasa lalu yang sudah memberikan
200807 Dukungan sosial dari teman-
1 5 manfaat
teman
- Pertimbangkan keinginan individu untuk
200808 Hubungan sosial 1 5
berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
200809 Kehidupan spiritual 1 5
pilihan, pengalamana masa lalu dan
200810 Perawatan sesuai dengan
1 5 kontraindikasi sebelum memilih strategi
keyakinan budaya
relaksasi tertentu
200811 Perawatan sesuai dengan 1 5
- Berikan deskripsi detail terkait intervensi
22

kebutuhan relaksasi yang dipilih


200812 Mampu mengkomunikasikan - Ciptakan lingkungan yang tenang dan
1 5
kebutuhan tanpa distraksi dengan lampu yang redup
dan suhu lingkungan yang nyaman, jika
Status kenyamanan : lingkungan (2009) memungkinkan
Status kenyamanan : fisik (2010) - Spesifikkan isi intervensi relaksasi
Status kenyamanan : psikospiritual (2011) - Dapatkan perilaku yang menunjukkan
Status kenyamanan : sosiokultural (2012) terjadinya relaksasi, misalnya bernafas
dalam, menguap, pernafasan perut, atau
bayangan yang menenangkan
- Minta klien untuk rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi
- Gunakan suara yang lembut dengan
irama yang lambat untuk setiap kata
- Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi pada klien
- Dorong klien untuk mengulang praktik
teknik relaksasi, jika memungkinkan
- Antisipasi kebutuhan penggunaan
relaksasi
- Berikan informasi tertulis mengenai
23

persiapan dan keterlibatan di dalam


teknik relaksasi
- Dorong pengulangan teknik praktik-
praktik tertentu secara berkala
- Berikan waktu yang tidak terganggu
karena mungkin saja klien tertidur
- Dorong kontrol sendiri ketika relaksasi
dilakukan
- Evaluasi laporan individu terkait dengan
releksasi yang dicapai secara teratur, dan
monitor ketegangan otot secara periodik,
denyut nadi, tekanan darah dan suhu
tubuh dengan tepat
- Kembangkan kaset teknik relaksasi untuk
digunakan individu dengan tepat
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
tambahan dengan [penggunaan] obat-
obatan nyeri atau sejalan dengan terapi
lainnya dengan tepat
- Evaluasi dan dokumentasikan respon
terhadap terapi relaksasi
24

4 Kesiapan Tingkat ketidaknyamanan - Tentukan apakah terdapat perbedaan


meningkatkan Skala antara pandangan pasien dan pandangan
rasa nyaman Kode Indikator Keterangan penyedia perawatan kesehatan mengenai
Awal Akhir
(00183) 210901 Nyeri 1 5 1: berat kondisi pasien

210902 Cemas 1 5 2: cukup - Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai

berat dan harapan yang mungkin akan


210903 Mendesah 1 5
3: sedang membantu dalam membuat pilihan yang
210904 Menderita 1 5
4: ringan penting dalam hidup
210905 Memukul 1 5
5: tidak ada - Informasikan pada pasien mengenai
210906 Stress 1 5
pandangan-pandangan atau solusi
210907 Rasa takut 1 5
alternatif dengan cara yang jelas dan
210908 Depresi 1 5
mendukung
210909 Halusinasi 1 5
- Bantu pasien mengidentifikasi
210910 Delusi 1 5
keuntungan dan kerugian dari setiap
210911 Pikiran bersifat paranoid 1 5
alternatif pilihan
210912 Perilaku obsesif kompulsif 1 5
- Bangun komunikasi dengan pasien sedini
210913 Hiperaktifitas 1 5
mungkin sejak masuk unit perawatan
210914 Tidak dapat beristirahat 1 5
- Fasilitasi percakapan pasien mengenai
210915 Sindrom restless legs 1 5
tujuan perawatan
210916 Rasa gatal 1 5
- Dapatkan informed consent/persetujuan
210917 Otot pegal 1 5
tertulis, ketika diperlukan
25

210918 Meringis 1 5 - Fasilitasi pengambilan keputusan


210919 Ketegangan wajah 1 5 kolaboratif
210920 Nyeri lepas 1 5 - Kenali kebijakan dan prosedur institusi
210921 menyentak 1 5 - Hormati hak-hak pasien untuk menerima
210922 Posisi tubuh yang buruk 1 5 atau tidak menerima informasi
210923 Sesak nafas 1 5 - Berikan informasi sesuai permintaan

210924 Merasa kesulitan bernapas 1 5 pasien

210925 Kehilangan nafsu makan 1 5 - Bantu pasien menjelaskan keputusan

210926 Menggigil 1 5 pada orang lain, sesuai dengan kebutuhan

210927 Hipotermia 1 5 - Jadilah sebagai penghubung antara

210928 Mual 1 5 pasien dan keluarga


- Jadilahsebagai penghubung antara pasien
210929 Muntal 1 5
dan penyedia pelayanan kesehatan yang
210930 Biare 1 5
lain
210931 Inkontinensia usus 1 5
- Gunakan software komputer yang
210932 Konstipasi 1 5
interaktif atau alat bantu pembuatan
210933 Inkontinensia urin 1 5
keputusan berbasis web sebagai bentuk
210934 Ketidakrnampuan untuk
1 5 dukungan profesional
berkomunikasi
- Rujuk pada bantuan formal, sesuai
210935 Pikiran bunuh diri 1 5
dengan kebutuhan
210936 Kehilangan keyakinan 1 5
- Rujuk pada kelompok pendukung, sesuai
26

210937 Merasa ditinggalkan [secara] dengan kebutuhan


1 5
spiritual
27

H. Penatalaksanaan Berdasarkan Evidence Based Practice in Nursing

Berdasarkan pada Complementary Therapies in Medicines tahun 2016,


nurse-delivered aromatherapy dapat membantu menurunkan nyeri, ansietas dan
mual pada pasien yang diberi terapi tersebut. Aromaterapi yang digunakan dalam
intervensi merupakan aromaterapi yang telah dipertimbangkan oleh perawat
sesuai dengan kebutuhan pasien setelah dilakukan diskusi dengan pasien terlebih
dahulu. Pasien dapat menolak intervensi tersebut apabila merasa tidak tertarik
dengan intervensi aromaterapi. Terapi aromaterapi dapat dilakukan bersamaan
dengan intervensi komplementari lainnya. Selain terapi komplementer, terapi
aromaterapi juga dapat dibarengkan dengan terapi medis yang merupakan salah
satu intervensi kolaborasi perawat dengan dokter (Johnson et al., 2016).
Pada setiap sesi dilakukannya terapi, perawat mengkaji terlebih dahulu
skala nyeri pasien menggunakan skala nyeri yang sesuai dengan kondisi pasien
dan kembali mengkaji status nyeri pasien setelah terapi aromaterapi selesai
dilakukan (Johnson et al., 2016).
28

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahid Iqbal, Nurul Chayati. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundalmental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2.
Jakarta: EGC.

Herdman, T. H. (2018). NANDA-I diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi

2018-2020 (Ed. 11; T. H. Herdman & S. Kamitsuru, ed.). Jakarta: EGC.

Johnson, J. R., Rivard, R. L., Griffin, K. H., Kolste, A. K., Joswiak, D., Kinney,

M. E., & Dusek, J. A. (2016). Complementary Therapies in Medicine The

effectiveness of nurse-delivered aromatherapy in an acute care setting.

Complementary Therapies in Medicine, 25, 164–169.

https://doi.org/10.1016/j.ctim.2016.03.006

Meliala. (2004). Terapi rasional nyeri: tinjauan khusus nyeri neuropatik.

Yogyakarta: Aditya Medika.


29

Pearce, E. C. (2008). Anatomi dan Fisiologi untu para medis. Jakarta: Gramedia.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Edisi

4). Jakarta: EGC.

Syaifuddin. (2010). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai