Anda di halaman 1dari 12

HIGEIA 3 (1) (2019)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Proses Persiapan Akreditasi Puskesmas Kertek II

Yulia Stevani 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Data Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terjadi penumpukan usulan
Diterima 11 Agustus survei pada triwulan IV. Puskesmas Kertek II merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
2018 Wonosobo yang mengajukan usulan tidak sesuai dengan target yang ditetapkan menjadi akhir
Disetujui 24 Januari 2019 tahun 2017. Penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2018 dan bertujuan untuk mengetahui
Dipublikasikan 31 proses persiapan akreditasi yang dilakukan sehingga disurvei akhir tahun. Pendekatan penelitian
Januari 2019 ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara mendalam
________________ kepada 6 informan utama dan 2 informan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Keywords: terdapat hambatan dalam proses persiapan diantaranya komunikasi tidak berjalan optimal,
Policy Implementation, kurangnya pemahaman, waktu pembuatan dokumen yang tidak konsisten. Sumber daya dilihat
Primary Health Care dari bangunan gedung yang masih dalam tahap perbaikan, kurangnya sumber daya staf,
Accreditation, Accreditation ketersediaan informasi, serta karakteristik disposisi dari implementor juga tidak sepenuhnya
Survey mendukung. Struktur birokrasi berjalan dengan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari ketersediaan
SOP dan fragmentasi secara fisik namun dalam pelaksanaannya berbeda. Dapat disimpulkan
____________________
DOI: bahwa proses persiapan akreditasi Puskesmas Kertek II berjalan dengan cukup baik, akan tetapi
https://doi.org/10.15294 belum sepenuhnya dilakukan dengan optimal.
/higeia/v3i1/24881
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Data from the First Level Health Facility Accreditation Commission had accumulated a proposed survey in the
fourth quarter. Kertek II Primary Health Care in Wonosobo was one of which submits a proposal not in
accordance with the target set to end 2017. The study was conducted in July 2018, aimed to find out the
accreditation preparation process that was carried out so that it was surveyed at end year. The research
approach was qualitative descriptive. Data was collected in-depth interviews with 6 main informants and 2
triangulation. Resulted there were obstacles in the preparation process including communication that’s not
running optimally, lack of understanding, time for making inconsistent documents. Resources had seen from
buildings that still repair stage, lack of staff, availability information, disposition characteristics of the
implementor didn’t fully support. The bureaucratic structure was running well enough, this could be seen from
the availability of SOPs and physical fragmentation but different implementation. Concluded that the process
of preparing for accreditation at there runs quite well, but it hadn’t been fully carried out optimally.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: Stevaniyulia06@gmail.com

12
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

PENDAHULUAN Akreditasi FKTP yang ditetapkan oleh


Kementerian Kesehatan. Sebelum lembaga
Kesehatan merupakan Hak Asasi independen tersebut terbentuk, Menteri
Manusia dan salah satu unsur kesejahteraan Kesehatan membentuk Komisi Akreditasi
yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa FKTP yang bertugas untuk menyiapkan
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam sila ke- pembentukan lembaga penyelenggara Akreditasi
5 Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara FKTP, melakukan survei dan penetapan status
Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah Akreditasi sampai terbentuknya lembaga
diamandemen dalam pasal 28 H ayat (1) independen tersebut melalui Keputusan
dinyatakan bahwa: Setiap orang berhak hidup Menteri Kesehatan No. 432 Tahun 2016
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan Kesehatan, 2017). Peraturan Menteri Kesehatan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
kesehatan. Sebagai jawaban atas hak tersebut, Masyarakat menjelaskan bahwa Puskesmas
maka setiap orang berhak atas akses pada termasuk dalam Fasilitas Kesehatan Tingkat
pelayanan kesehatan yang bermutu. Oleh Pertama (FKTP) atau Primary Health Care yang
karena itu Pemerintah wajib menetapkan tidak lain merupakan garda terdepan dalam
standar mutu pelayanan kesehatan. Menurut penyelenggara upaya pelayanan kesehatan
Anggraeny (2013) Penyediaan pelayanan publik tingkat pertama baik masyarakat maupun
yang berkualitas merupakan kewajiban yang perorangan secara terintegrasi dan
harus dilakukan oleh setiap penyelenggara berkesinambungan (Kementerian Kesehatan,
negara. Pemerintah melalui institusi kesehatan 2014).
yang kemudian disebut Kementerian Kesehatan Penyelenggaraan Akreditasi berfungsi
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan sebagai kendali mutu. Dalam berbagai
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 penelitian, para profesional kesehatan
Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, mendukung program akreditasi atau sesuai
Tempat Praktik Dokter dan Tempat Praktik dengan standar akreditasi masing-masing.
Mandiri Dokter Gigi, dalam rangka menjaga Dalam sebuah penelitian Greenfield dan
mutu pelayanan kesehatan di Fasilitas Braithwaite (2008), ada tingkat dukungan yang
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). tinggi untuk program akreditasi yang diusulkan.
Selanjutnya yang dimaksud dengan Program akreditasi didukung karena alasan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berikut: program akreditasi adalah strategi yang
adalah Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat efektif untuk memastikan kualitas. Sedangkan
Praktik Dokter dan Tempat Praktik Mandiri dalam penelitian Bogh (2015) bahwa
Dokter Gigi (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pengenalan Akreditasi adalah proses peninjauan
Pelayanan Kesehatan, 2017). Peraturan Menteri eksternal untuk menilai seberapa baik kinerja
Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang organisasi relatif terhadap standar yang telah
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat ditetapkan. Layanan kesehatan di seluruh dunia
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik merangkul akreditasi dan menggunakan
Mandiri Dokter Gigi menjelaskan bahwa akreditasi sebagai strategi untuk meningkatkan
Akreditasi FKTP yang selanjutnya disebut kualitas layanan kesehatan, termasuk
Akreditasi adalah pengakuan yang diberikan keselamatan pasien.
oleh lembaga independen penyelenggara Telah berkembang pengakuan luas di
Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah seluruh dunia bahwa pengukuran kualitas
memenuhi standar Akreditasi (Kementerian merupakan pembangunan penting untuk
Kesehatan, 2015). Lembaga independen peningkatan kesehatan sistem secara
penyelenggara Akreditasi FKTP dalam keseluruhan dan pelayanan pasien. Namun,
melakukan survei menggunakan standar evaluasi kualitas merupakan tugas yang

13
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

kompleks dan membutuhkan spesifikasi standar target yang ditetapkan menjadi akhir tahun
dan ukurannya. Ada kebutuhan untuk 2017. Perbedaan antara penelitian ini dengan
pernyataan eksplisit yang menentukan kualitas penelitian sebelumnya adalah dasar
untuk memungkinkan pengukuran yang tepat pengambilan masalah yang digunakan. Pada
(Mahendradhata, 2004). penelitian sebelumnya didasarkan pada objek
Penyelenggaraan Akreditasi Puskesmas penelitian yaitu Puskesmas yang sudah
dilakukan secara bertahap sejak tahun 2015 oleh diakreditasi namun gagal mendapatkan status
Komisi Akreditasi FKTP kepada 9.767 akreditasi. Sedangkan dalam penelitian ini objek
Puskesmas di Indonesia dengan rincian 3411 penelitian yang digunakan adalah Puskesmas
Puskesmas rawat inap 6356 Puskesmas non yang disurvei akhir tahun sehingga
rawat inap. Berdasarkan profil kesehatan menimbulkan penumpukan survei di Komisi
Indonesia tahun 2016 Jawa tengah menempati Akreditasi FKTP. Oleh sebab itu, penelitian ini
urutan ketiga daerah yang memiliki Puskesmas bertujuan untuk mengetahui proses persiapan
terbanyak yaitu 875 Puskesmas, sedangkan akreditasi yang dilakukan Puskesmas Kertek II
untuk dua wilayah lainnya adalah Jawa Timur sehingga Puskesmas tersebut disurvei pada akhir
960 Puskesmas dan Jawa Barat dengan jumlah tahun.
1050 Puskesmas. Menurut Laporan
Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal METODE
Pelayanan Kesehatan tahun 2016, capaian
Akreditasi Puskesmas yang dilakukan oleh Jenis penelitian ini menggunakan jenis
Komisi Akreditasi FKTP sampai tahun 2016 penelitian kualitatif dengan metode yang
sebanyak 1.479 Puskesmas tersebar di 1.308 digunakan dalam penelitian ini adalah
kecamatan, 320 kab/kota dan 34 provinsi. metode deskriptif, yaitu suatu metode yang
Menghimpun data dari Komisi Akreditasi dimaksudkan untuk mengamati dan
FKTP diketahui terjadi penumpukan survei menganalisis secara cermat, dengan
pada Triwulan IV yaitu pada tahun 2015 memberikan gambaran proses persiapan
sebanyak 90,10% dari total keseluruhan survei akreditasi Puskesmas yang di survei Akhir
pada 101 Puskesmas, sedangkan pada tahun Tahun oleh Komisi Akreditasi FKTP melalui
2016 diketahui survei pada Triwulan I (4,50%), pemahaman peneliti atau deskripsi dari
Triwulan II (6,53%), Triwulan III (17,05%) dan informan penelitian.
Triwulan IV (71,92%) atau sebanyak 991 Teknik pengambilan sampel dalam
Puskesmas dari total 1378 Puskesmas yang penelitian ini yaitu menggunakan purposive
disurvei. Selain itu, adanya penumpukan survei sampling. Purposive sampling adalah teknik
di akhir tahun menambah beban kerja dari pengambilan sampel sumber data dengan
Komisi Akreditasi FKTP mengingat jumlah pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini
surveyor masih terbatas, sampai tahun 2016 sampel terdiri dari 6 informan utama dan 2
tersedia 342 Surveyor (114 Tim) yang tersebar di narasumber sebagai informan triangulasi.
34 provinsi. Informan utama dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ka orang atau individu yang memberikan informasi
sie Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang
Wonosobo diketahui bahwa Puskesmas yang diketahuinya dan peneliti tidak dapat
terakreditasi di Kabupaten Wonosobo mengarahkan jawaban sesuai dengan yang
sepanjang tahun 2016 dilakukan survei pada diinginkan. Informan Utama terdiri dari Kepala
triwulan IV dan tahun 2017 sebanyak 6 dari 9 Puskesmas Kertek II, Penanggung jawab mutu
Puskesmas yang dilakukan penilaian survei Puskesmas, Staf Puskesmas, Bidan Desa dan
akreditasi. Puskesmas Kertek II merupakan Perangkat Desa.
salah satu Puskesmas di Kabupaten Wonosobo Narasumber pada penelitian ini adalah
yang mengajukan usulan tidak sesuai dengan orang yang memberikan pendapat atas obyek

14
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

yang kita teliti disebabkan karena kompetensi dan ide-idenya. Ketika melakukan wawancara,
keilmuan yang dimiliki, hubungan struktural peneliti perlu mendengar secara teliti dan
dengan persoalan yang diteliti atau karena mencatat apa yang dikemukakan informan.
ketokohannya dalam populasi yang diteliti. Dokumentasi berupa catatan lapangan yang
Narasumber dalam penelitian ini adalah Kasie terekam dalam tape recorder, kamera, tulisan,
Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten dan gambar. Sedangkan studi dokumen dalam
Wonosobo, Pendamping Puskesmas Kertek II. penelitian ini digunakan sebagai pelengkap dari
Sumber data dalam penelitian ini penggunaan metode informasi dan wawancara
menggunakan sumber data primer dan sumber dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini dokumen yang ditemukan akan digunakan
diperoleh melalui wawancara mendalam untuk memperoleh informasi lebih mendalam
(indepth interview) kepada pihak yang terlibat yang berhubungan dengan fokus penelitian ini.
dalam proses persiapan akreditasi di Puskesmas Prosedur penelitian terdiri dari tahap pra
Kertek II. Sedangkan data sekunder dalam penelitian, tahap penelitian, dan tahap pasca
penelitian ini diperoleh dari sumber tertulis, penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam
foto dan data statistik. Sumber tertulis yang tahap pra penelitian adalah melakukan
digunakan terdiri dari hasil penelitian terdahulu, Melakukan studi pustaka dengan mencari data
buku-buku tentang implementasi dan akreditasi awal melalui dokumen-dokumen yang relevan,
puskesmas, jurnal ilmiah, berbagai peraturan sehingga didapatkan rumusan masalah yang
perundang-undangan/ dokumen resmi ingin diteliti, penyusunan rancangan awal
pemerintah dan lain sebagainya yang dianggap penelitian, melakukan koordinasi dan proses
relevan dengan penelitian ini. Data statistik perijinan penelitian pihak terkait, pemantapan
dalam penelitian ini, menggunakan data dari desain penelitian, fokus penelitian dan
Komisi Akreditasi FKTP. pemilihan informan, mempersiapkan instrumen
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi penelitian.
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti Prosedur penelitian selanjutnya adalah
itu sendiri. Untuk membantu dalam tahap penelitian, pada tahap ini peneliti
pelaksanaan pengumpulan data, peneliti melakukan pengambilan data di lapangan
menggunakan alat bantu berupa pedoman dengan menggunakan metode wawancara
wawancara, dan alat perekam. Teknik terhadap informan dan narasumber yang
pengambilan data dalam penelitian ini berkaitan dalam proses persiapan akreditasi
menggunakan observasi, wawancara mendalam, Puskesmas. Wawancara dalam penelitian ini
dan studi dokumen. Dalam penelitian ini bersifat mendalam dan menggunakan jenis
peneliti menggunakan jenis observasi partisipasi pertanyaan semi terstruktur yang terdapat di
pasif (passive paticipation). Observasi partisipasi pedoman wawancara. Dokumentasi dalam
pasif dalam hal ini peneliti datang di tempat penelitian ini dapat direkam dalam catatan
kegiatan, tapi tidak terlibat dalam kegiatan lapangan dengan menggunakan kamera digital
tersebut. Pengamatan dilakukan secara langsung dan handphone. Prosedur penelitian yang
oleh peneliti sebagai pengunjung di Puskesmas terakhir adalah tahap pasca penelitian, tahap
Kertek II Kabupaten Wonosobo. ini dilakukan dengan penyajian data secara
Jenis wawancara yang digunakan deskriptif dan penarikan kesimpulan dari hasil
dalam penelitian ini adalah wawancara penelitian.
semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya Model analisis yang digunakan untuk
lebih bebas bila dibandingkan dengan menganalisa data peneliti adalah model analisis
wawancara restruktur. Tujuan dari wawancara interaktif Miles and Huberman. Analisa data
jenis ini adalah untuk menemukan dimulai dengan pengumpulan data oleh peneliti
permasalahan secara lebih terbuka, dimana kemudian melakukan reduksi data yang
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat tujuannya supaya bentuk analisis tajam dan

15
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

terarah serta dapat membuang data yang tidak Tabel 1. Informan Utama Penelitian
perlu untuk akhirnya dapat menarik kesimpulan
No Informan Inisial Jabatan
dan verifikasi. Setelah itu peneliti melakukan
1 Informan 1 M Kepala Puskesmas
sajian data dimaksudkan untuk menemukan
Kertek II
pola-pola yang bermakna dalam wujud kalimat- 2 Informan 2 A Penanggung
kalimat, kata-kata atau paragraf yang disajikan Jawab Mutu di
dalam bentuk teks sehingga diharapkan Puskesmas Kertek
mendapatkan suatu analisis kualitatif yang II Kabupaten
Wonosobo
valid.
3 Informan 3 U Pegawai
Puskesmas Kertek
HASIL DAN PEMBAHASAN II Kabupaten
Wonosobo
Puskesmas Kertek II termasuk kategori 4 Informan 4 U Bidan Desa
wilayah kerja
Puskesmas Pedesaan Non Rawat Inap dan
Puskesmas Kertek
terletak di wilayah Kecamatan Kertek tepatnya II
di desa Reco, Puskesmas ini didirikan di lokasi 5 Informan 5 S Kader Kesehatan
yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan 6 Informan 6 S Perangkat Desa
dapat diakses dengan mudah menggunakan
transportasi umum karena terletak ±50 m dari Informan 2 berusia 41 tahun, selain
pinggir jalan raya Wonosobo-Temanggung. menjadi Penanggung Jawab Mutu di Puskesmas
Luas wilayah kerja Puskesmas Kertek II tersebut juga bertugas sebagai petugas Gizi, dan
adalah 41.457 km2 yang tersebar di 8 desa tergabung dalam pokja UKM. Informan 3
(Damarkasian, Tlogo Mulyo, Pagerejo, adalah salah satu perawat di Puskesmas yang
Candimulyo, Purbosono, Candiasan, Kapencar, bertugas membantu dokter dalam penanganan
Reco), 31 dusun, dengan 347 RT dan 11.031 pasien dan berusia 37 tahun. Informan 4 berusia
KK. Wilayah Puskesmas Kertek II terletak di 36 Tahun, adalah seorang Bidan desa di salah
Jalan Propinsi jalur Purwokerto-Semarang satu wilayah kerja Puskesmas, yaitu di Desa
dengan kondisi geografis membentuk jalan Kapencar yang bertugas melakukan pelayanan
tikungan, tanjakan, dan turunan tajam, kesehatan baik di desa maupun di Puskesmas.
menyebabkan sepanjang jalan rawan terjadi Informan 5 adalah Kader Kesehatan di desa
kecelakaan. Kapencar yang berusia 34 tahun, selain itu juga
Informan adalah orang atau individu menjadi Ketua PKK desa Kapencar karena
yang memberikan informasi data yang suami dari informan 5 adalah Kepala Desa
dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang Kapencar. Informan 5 bertugas mengkoordinir
diketahuinya dan peneliti tidak dapat ibu-ibu di desa Kapencar dan masyarakat untuk
mengarahkan jawaban sesuai dengan yang melakukan kegiatan yang bersifat positif baik
diinginkan. Informan diperlukan dalam bertema kesehatan maupun lainnya.Informan 6
penelitian empiris untuk mendapatkan data berusia 39 tahun, adalah Sekretaris Desa
secara kualitatif. Kapencar yang bertugas mengurus segala
Berdasarkan Tabel 1 Informan berjumlah administrasi desa. Sedangkan untuk
6 orang orang yang terlibat dalam proses karakteristik narasumber atau informan
persiapan akreditasi Puskesmas. Informan 1 triangulasi dalam penelitian ini dapat dilihat
merupakan Kepala Puskesmas Kertek II, pada tabel 2.
Informan 1 berusia 39 tahun, selain menjadi Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa
Kepala Puskesmas, Informan juga sebagai satu- narasumber atau Informan triangulasi terdiri
satunya dokter yang ada di Puskesmas tersebut, dari 2 orang dengan karakteristik Informan 7
dan merupakan bagian dari tim pendamping berusia 40 tahun sebagai Kasie Pelayanan
akreditasi di bidang UKP. Kesehatan Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo

16
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

Tabel 2. Informan Triangulasi Penelitian yang dilakukan pada internal puskesmas sudah
berjalan melalui rapat rutin bulanan, apabila
No Informan Inisial Jabatan
ada informasi yang penting dan perlu
1 Informan W Kasie Pelayanan
dikomunikasikan maka akan disampaikan pada
7 Kesehatan Dinas
Kesehatan saat apel pagi. Selain itu juga koordinasi antar
Kabupaten pihak internal puskesmas menjadi semakin
Wonosobo sering menjelang pelaksanaan survei.
2 Informan D Pendamping Sedangkan untuk koordinasi dengan lintas
8 Akreditasi
sektor dilaksanakan pada saat loka karya mini
Puskesmas Kertek II
tribulanan yang diadakan oleh Puskesmas,
yang memiliki tugas untuk melakukan kemudian transmisi kepada masyarakat
perencanaan, pengawasan serta mengkoordinir dilakukan oleh bidan desa dengan memberikan
segala sesuatu yang berkaitan dengan Pelayanan informasi akreditasi yang lebih rinci. Bidan desa
Kesehatan yang ada di Kabupaten Wonosobo. berperan sebagai perpanjangtanganan dari pihak
Informan 7 menjadi informan triangulasi karena puskesmas dan desa dalam melakukan transmisi
dari Pihak Dinas Kesehatan hal- hal yang kepada masyarakat. Selain itu, koordinasi juga
berkaitan dengan Akreditasi Fasilitas Kesehatan sudah dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan
Tingkat Pertama ditangani oleh bidang kepada Puskesmas melalui pendamping yang
Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan sudah ditetapkan untuk mendampingi proses
tepatnya berada di Seksi Pelayanan Kesehatan. persiapan sampai dengan pelaksanaan survei.
Selain karena hal tersebut, Informan 7 juga Transmisi informasi terkait akreditasi apabila
merupakan tim pendamping Puskesmas Kertek dilakukan dengan baik akan berdampak pada
II untuk bidang UKM. Informan 8 berusia 30 pemahaman, dukungan serta konsistensi pihak
Tahun adalah staf Seksi Pelayanan Dinas terkait sehingga mempermudah tercapainya
Kesehatan Kabupaten Wonosobo. Informan 8 pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai
menjadi informan triangulasi karena berperan dengan standar. Hal ini sesuai dengan Ensha
sebagai tim pendamping Puskesmas Bidang (2018) bahwa dengan penyampaian informasi
ADMEN. yang baik, maka tingkat kesadaran para para
Pelaksanaan akreditasi merupakan tenaga kesehatan yang ada akan mengenai
implementasi dari kebijakan Peraturan Menteri pentingnya Kebijakan Akreditasi Puskesmas
Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015, keberhasilan yang berimbas pada kualitas Produktivitas Kerja
proses pelaksanaan akreditasi ini dipengaruhi Pegawai di UPT Puskesmas Pameungpeuk
oleh 4 unsur yaitu, komunikasi, sumber daya, menjadi lebih baik.
disposisi dan fragmentasi. Hal ini sesuai dengan Pemahaman, informasi akreditasi pada
teori George Edward III yang mengemukakan staf Puskesmas sudah baik, meskipun masih
bahwa 4 unsur tersebut dapat mempengaruhi terdapat satu atau dua orang yang kurang
keberhasilan suatu implementasi. Keberhasilan memahami. Pemahaman elemen penelitian
komunikasi dalam penelitian ini dilihat menjadi bekal untuk staf Puskesmas
berdasarkan 3 aspek yang saling mempengaruhi mempersiapkan dokumen akreditasi, apabila
yaitu transmisi, pemahaman dan konsistensi. pemahaman staf dalam penyusunan dokumen
Menurut Edward III, ada tiga hal penting yang baik maka dapat proses proses persiapan
harus diperhatikan dalam proses komunikasi Akreditasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
kebijakan yakni transmisi, konsistensi, dan Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam
kejelasan (Nurani,2009). Wahab (2016) yaitu untuk dapat
Transmisi sudah dilakukan dengan mengimplementasikan kebijakan publik secara
membangun koordinasi mulai dari internal sempurna diperlukan pemahaman yang
puskesmas, lintas sektor, masyarakat, mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
pendamping dan dinas kesehatan. Koordinasi Melihat pentingnya pemahaman untuk

17
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

penyusunan dokumen maka Puskesmas dan Unsur selanjutnya yaitu Sumber daya,
Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo sudah Sumber daya menunjang persiapan akreditasi
melakukan upaya peningkatan pemahaman baik Puskesmas Kertek II, dalam penelitian ini
melalui diskusi bersama maupun dengan sumber daya yang dimaksud meliputi
mengikuti pelatihan dan workshop yang ketersediaan staf, fasilitas, ketersediaan
diadakan oleh Dinas Kesehatan. Sedangkan, informasi maupun dana. Staf, Puskesmas
pemahaman masyarakat terkait akreditasi bisa Kertek II termasuk dalam jenis Puskesmas
dikatakan kurang. Hal ini terlihat dari belum Pedesaan Non Rawat Inap, namun
diterimanya informasi yang diberikan oleh ketersediaan staf belum memenuhi standar
bidan desa dengan baik. Kondisi ini sesuai minimal Puskesmas Pedesaan Non Rawat Inap.
dengan hasil penelitian Aneta (2012) bahwa Oleh karena itu, masih banyak staf di
eksistensi dan peran masyarakat sebagai wujud Puskesmas yang memiliki tanggung jawab
keberterimaan masyarakat terhadap kebijakan ganda (double job), selain harus melakukan
program P2KP ditunjukkan dengan semakin pelayanan staf puskesmas juga harus terlibat
tingginya tingkat pemahaman dan dukungan dalam kegiatan UKM di desa wilayah kerja
atau partisipasi masyarakat dalam setiap Puskesmas. Bahkan untuk pelaksanaan
tahapan program kebijakan P2KP di Kota pemeriksaan pasien di Puskesmas tersebut tidak
Gorontalo. dilakukan oleh dokter, dokter di Puskesmas
Konsistensi, staf puskesmas dalam tersebut hanya ada 1 orang yang berperan
mempersiapkan dokumen akreditasi masih sebagai dokter konsultan dan merangkap
belum berjalan dengan baik, staf Puskesmas sebagai Kepala Puskesmas. Bukan hanya
Kertek II menyampaikan bahwa dalam sekedar memiliki tanggung jawab seperti yang
penyususnan dokumen sering tidak sesuai sudah dijelaskan, kepala Puskesmas juga
dengan target pengerjaan yang diberikan oleh diketahui berperan sebagai pendamping yang
pendamping. Penyusunan dokumen akreditasi ditunjuk oleh Dinas Kesehatan untuk
mengalami hambatan bukan hanya karena mendampingi pokja UKP.
pemahaman dokumen yang dipersyaratkan Ketersediaan staf yang masih belum
dalam akreditasi tapi juga dikarenakan sumber mencukupi berakibat pada tidak konsistennya
daya yang ada di Puskesmas. Komunikasi di waktu penyusunan dokumen di Puskesmas
Puskesmas Kertek II sudah berjalan dengan baik tersebut dikarenakan proses penyusunan
namun masih belum optimal, karena transmisi, dokumen dilakukan setelah jam kerja selesai,
pemahaman dan konsistensi tidak berjalan selain itu masih sedikit staf yang menguasai IT.
dengan baik. Hal ini sejalan dengan hasil Hal ini sejalan dengan teori George C. Edward
penelitian Rosdiana (2017) bahwa komunikasi III bahwa sumber-sumber yang dapat
pelaksanaan prolanis di Puskesmas Halmahera menentukan keberhasilan pelaksanaan adalah
belum berjalan dengan baik karena tidak salah satunya sumber daya yang tersedia,
mempunyai penyaluran yang baik (transmisi), karena menurut George C Edward III sumber
kejelasan, dan konsistensi. Transmisi, daya merupakan sumber penggerak dan
pemahaman dan konsistensi saling pelaksana. Manusia merupakan sumber daya
mempengaruhi keberhasilan komunikasi dalam yang terpenting dalam menentukan
proses persiapan akreditasi. Hal ini sejalan keberhasilan proses pelaksanaan, sedangkan
dengan Nurani (2009) yang menyatakan bahwa sumber daya merupakan keberhasilan proses
komunikasi merupakan tolak ukur seberapa implementasi yang dipengaruhi dengan
jauh kebijakan dalam bentuk suatu peraturan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan
telah disampaikan secara jelas dengan waktu. Hal ini juga sejalan dengan hasil
interpretasi yang sama dan dapat dilakukan penelitian Rohman (2013) bahwa keberhasilan
secara konsisten dengan aparat pelaksana proses implementasi kebijakan sangat
peraturan tersebut. tergantung dari kemampuan memanfaatkan

18
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

sumber daya yang tersedia. Sudah dilakukan mandiri oleh Puskesmas, dari pernyataan
upaya baik dari pihak Puskesmas maupun informan juga diketahui bahwa dana kapitasi
Dinas Kesehatan untuk mengatasi masalah dari BPJS untuk Puskesmas tersebut cukup
kurangnya ketersediaan sumber daya yaitu besar. Namun untuk pengelolaan dana BLUD
dengan perekrutan tenaga secara mandiri oleh di Puskesmas masih kurang optimal, hal ini
Puskesmas dan Dinas Kesehatan melakukan dilihat dari pemenuhan alat kesehatan dan
pengusulan mengirimkan pemetaan dan ABK standar bangunan seharusnya dapat dilakukan
ke badan kepegawaian daerah BKD kabupaten. lebih awal serta bertahap sehingga Puskesmas
Fasilitas, dalam penelitian ini fasilitas tidak merasa berat pada saat akan dilakukan
dapat berupa alat kesehatan dan standar penilaian akreditasi. Hal ini sejalan dengan hasil
bangunan dalam proses persiapan akreditasi di penelitian Hasan dan Adisasmito (2017)
Puskesmas Kertek II sarana berupa gedung Puskesmas dengan dana kapitasi besar memiliki
merupakan hambatan utama pada proses keleluasaan lebih dalam pengelolaannya,
persiapan akreditasi, hal ini juga yang sedangkan puskesmas dengan dana kapitasi
menyebabkan Puskesmas tersebut dilakukan kecil, sangat terbatas. Meski demikian, pada
survei tidak sesuai dengan rencana yang telah puskesmas dengan dana kapitasi besar pun
ditetapkan sebelumnya. Gedung Puskesmas sangat dipengaruhi oleh proses perencanaan
masih belum sesuai dengan standar, oleh karena awal kegiatan yang banyak diantaranya belum
itu dilakukan renovasi pada tahun 2016. menerapkan proses perencanaan menggunakaan
Puskesmas Kertek II sudah melakukan standar Permenkes 44 tahun 2016.
upaya untuk pemenuhan alat kesehatan dan Informasi, Ketersediaan informasi
renovasi bangunan menggunakan dana BLUD, menjadi penting karena berkaitan dengan
namun pengelolaan dana BLUD untuk pemahaman staf Puskesmas tentang akreditasi.
pemenuhan standar alat kesehatan dan fisik Pemahaman akreditasi di sini adalah
bangunan yang sesuai dengan standar dilakukan pemahaman terkait elemen penelitian serta
setelah adanya SK dari Kepala Dinas Kesehatan dokumen yang dipersyaratkan pada saat
tentang penetapan Puskesmas yang akan dilakukan penilaian akreditasi oleh surveyor.
diajukan untuk penilaian pada tahun 2016. Hal Dalam proses persiapan Akreditasi di
ini menyebabkan Puskesmas merasa sulit untuk Puskesmas tersebut, informasi terkait elemen
memenuhi kebutuhan alat dan standar penelitian serta penyusunan dokumen akreditasi
bangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu sudah tersedia. Hal ini ditunjukkan dengan
fasilitas baik berupa infrastruktur maupun alat sudah adanya sosialisasi dari Dinas Kesehatan
kesehatan menjadi hal yang berperan penting Kab. Wonosobo melalui kegiatan workshop dan
dalam proses persiapan akreditasi di Puskesmas pelatihan meliputi pemahaman standar dan
karena berlian dengan kesiapan puskesmas instrumen, audit internal dan tinjauan
untuk dilaksanakan penilaian. Hal ini sejalan manajemen, keselamatan pasien.
dengan penelitian Rohman (2013) Bahwa selain Menurut Azkha dan Elnovriza. (2006)
faktor sumber daya manusia dan infrastruktur, bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan, maka
tools atau alat juga memegang peranan penting. pihak manajemen harus meningkatkan
Dana, dalam proses persiapan akreditasi keterampilan petugas kesehatan dengan
di Puskesmas Kertek II dana survei akreditasi pelatihan. Pelatihan ini didasarkan pada
tidak menjadi hambatan utama, dikarenakan kebutuhan untuk mempersiapan elemen
untuk dana pelaksanaan akreditasi ditanggung penelitian pada akreditasi Puskesmas. Hal ini
oleh Kementerian Kesehatan, sehingga tidak sejalan dengan hasil penelitian Hasanbasri
menjadi masalah bagi Puskesmas untuk (2013) training dilakukan harus berdasarkan
dilakukan penilaian akreditasi. Selain itu kebutuhan program bukan berdasarkan biaya
Puskesmas tersebut merupakan Puskesmas yang tersedia dengan melakukan training need
BLUD sehingga pengelolaan dana dilakukan assessment.

19
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

Kondisi sumberdaya di Puskesmas Kertek implementor memiliki sikap atau perpektif yang
II meliputi ketersediaan staf terbatas, fasilitas berbeda dengan pembuat kebijakan, maka
yang belum sesuai standar, pengelolaan dana proses implementasi kebijakan juga menjadi
yang kurang cermat dan ketersediaan informasi tidak efektif.
menjadi hambatan dan tantangan untuk Komitmen sudah dilakukan oleh
Puskesmas dalam proses persiapan Akreditasi. seluruh staf Puskesmas Kertek II sebagai
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitan implementor dari kebijakan Permenkes No 46
Molyadi dan Trisnantoro (2018) yang Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
menemukan bahwa terbatasnya sumber daya Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
keuangan guna memenuhi standar akreditasi, Dokter , dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
terbatasnya sumber daya manusia tertentu, dan Gigi. Hal ini terlihat dari bukti fisik yaitu berupa
efisiensi waktu merupakan beberapa tantangan foto bersama yang di dalamnya terdapat tanda
di awal penerapan standar akreditasi tangan seluruh staf yang dipajang di ruang
Puskesmas. Selain itu juga hasil penelitian ini tunggu pasien, selain itu juga ditemukan
sejalan dengan hasil penelitian Koesoemahardja dokumen berupa Surat Keputusan Kepala
(2016) bahwa keadaan sumber daya terhadap Puskesmas tentang Komitmen bersama seluruh
persiapan akreditasi Puskesmas belum secara staf, lengkap dengan tanggal pelaksanaan
keseluruhan mendukung karena masih terdapat kegiatan dan daftar hadir staf puskesmas.
beberapa kekurangan dari segi kuantitas dan Namun, pada pelaksanaannya komitmen
kualitas staf, fasilitas yang tersedia, informasi tersebut belum berjalan dengan optimal.
yang sulit untuk dipahami. Namun kekurangan Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan
tersebut berusaha diminimalkan dengan informan triangulasi bahwa staf puskesmas
memaksimalkan sumber daya yang dimiliki. sudah melaksanakan kegiatan dengan baik
Disposisi atau sikap para pelaksana hanya saja untuk pendokumentasian kegiatan
menurut George C. Edward III dalam Wahab sesuai prosedur masih kurang. Kebiasaan staf
(2016), disposisi adalah faktor penting dalam puskesmas yang tidak menyelesaikan
pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika dokumentasi kegiatan dengan baik dan lengkap
pelaksanaan ingin efektif, maka para pelaksana membuat Puskesmas kesulitan dalam
tidak hanya harus memiliki kemampuan untuk pemenuhan dokumen akreditasi yang
melaksanakannya, dimana kualitas dari suatu dipersyaratkan. Dalam akreditasi puskesmas
kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dibutuhkan komitmen yang tinggi dari semua
dari para aktor pelaksana. Disposisi atau sikap pihak supaya proses persiapan dapat berjalan
implementor kebijakan Puskesmas Kertek II dengan baik. Hal ini sejalan dengan hasil
dilihat melalui komitmen dan dukungan. Sikap penelitian Sulistinah (2017) dapat diketahui
di sini adalah sikap para pelaksana suatu bahwa dalam akreditasi puskesmas memerlukan
kebijakan yang telah ditetapkan. Sikap para komitmen yang tinggi dari karyawan agar dapat
pelaksana kebijakan merupakan faktor yang mendukung proses akreditasi puskesmas. Selain
mempunyai konsekuensi dalam implementasi sebagai syarat dalam akreditasi, dokumentasi
kebijakan (Nurani, 2009). Implementor harus pelaksanaan kegiatan menjadi penting karena
memiliki sikap yang baik apabila ingin proses dapat menggambarkan kualitas dari pelayanan
implementasi berjalan dengan baik, sikap yang kesehatan di Puskesmas. Hal ini sejalan dengan
baik dapat berupa memberikan dukungan serta hasil penelitian Maghfiroh dan Rochmah (2017)
memiliki komitmen yang tinggi dalam bahwa Pentingnya pelaksanaan dokumentasi
pencapaian sebuah implementasi Hal ini sejalan yang baik dapat menjadikan pelayanan
dengan Subekti (2017) yaitu apabila kesehatan lebih efektif dan efisien.
implementor memiliki disposisi yang baik, maka Dukungan, dukungan dari pelaksana
kebijakan akan berjalan dengan baik seperti kebijakan juga berperan penting dalam proses
yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika akreditasi, dukungan yang utama berasal dari

20
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

internal puskesmas. Dukungan dari internal seharusnya dilakukan dan mempunyai


Puskesmas masih kurang optimal hal ini dilihat keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan,
dari kelengkapan dokumen yang ada di kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat
Puskesmas tersebut. Hal ini sejalan dengan terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya
penelitian sebelumnya yaitu Greenfield (2011) kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi
mengenai motivasi sumber daya untuk terlibat sebagai pelaksana harus dapat mendukung
dalam proses akreditasi dipengaruhi peran para kebijakan yang telah diputuskan secara politik
manajer melalui berbagai pendekatan tertentu dengan jalan melakukan koordinasi dengan
sehingga sumber daya mau terlibat aktif baik. Pelaksana kebijakan mungkin tau apa
khususnya dalam pendokumentasian dokumen yang harus dilakukan, memiliki keinginan atau
yang dibutuhkan. komitmen yang cukup serta sumberdaya untuk
Dukungan dari pihak lain kepada melaksanakan implementasi tersebut. Namun,
Puskesmas Kertek II sudah cukup baik. Hal ini dalam implementasi pihak Puskesmas mungkin
dapat dilihat dari sikap Dinas Kesehatan yang masih terhambat oleh struktur organisasi yang
melakukan upaya dalam pemenuhan kebutuhan ada di sana. Struktur Birokrasi di Puskesmas
Puskesmas tersebut. Upaya pemenuhan Kertek II dilihat melalui ketersediaan SOP yaitu
kebutuhan tenaga dilakukan dengan prosedur dalam rutinitas sehari-hari dalam
mengirimkan pemetaan dan ABK (Analisis menjalankan implementasi dan fragmentasi
Beban Kerja) ke Badan Kepegawaian Daerah penyebaran tanggung jawab atas kebijakan yang
(BKD) Kabupaten. Sedangkan pemenuhan ditetapkan.
standar gedung Dinas Kesehatan mengajukan Standar Operasional Prosedur (SOP) di
usulan dana ke pemerintah Kabupaten Puskesmas tersebut sudah tersedia, hal ini sudah
setempat, dan fasilitas lainnya seperti ambulan terlihat pada saat masuk ke dalam Puskesmas,
mengajukan usulan ke Kementerian Kesehatan. akan tampak SOP untuk pendaftaran bagi
Sedangkan dukungan yang berasal dari lintas pasien yang akan melakukan pemeriksaan.
sektor dan masyarakat juga sudah baik Selain itu juga terdapat beberapa dokumen
walaupun pemahaman masyarakat tentang akreditasi selain SOP yang sebagian besar
akreditasi masih kurang. Hal ini dapat dilihat berupa aturan atau regulasi mulai dari SK(Surat
dari respon antusias yang diberikan dari lintas Keputusan), Pedoman, Kerangka Acuan
sektor dan masyarakat dalam menyukseskan Kegiatan (KAK) merupakan hierarki kebijakan.
program-program kesehatan yang ada, selain itu Penggunaan SOP dalam segala kegiatan yang
masyarakat juga berperan aktif untuk membuat ada di puskesmas Kertek II dapat menunjang
program inovatif bidang kesehatan. Hal ini kelengkapan dokumen akreditasi apabila
sejalan dengan pernyataan Winarno (2004) dilakukan dengan baik. Namun dari yang
dalam Nurani (2009) jika para pelaksana disampaikan oleh informan triangulasi masih
bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, terdapat beberapa pendokumentasian yang
dalam hal ini berarti adanya dukungan, terlewat sehingga pada saat telusur terlepas. Hal
kemungkinan besar mereka melaksanakan ini sejalan dengan hasil penelitian (Anggraeny
kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh & Ernawaty, 2016) bahwa dalam proses
para pembuat keputusan di awal, dan akreditasi hal yang paling dibutuhkan adalah
sebaliknya bila tingkah laku atau perspektif para pendokumentasian dokumen yang baik terlebih
pelaksana berbeda dengan pembuat keputusan, dahulu kemudian melihat implementasinya.
maka proses pelaksanaan suatu kebijakan Staf Puskesmas Kertek II belum seluruhnya
menjadi lebih sulit. melakukan pencatatan dokumen secara lengkap
Struktur Birokrasi, menurut teori George dan sesuai dengan SOP yang ditetapkan. Hal ini
C. Edward III walaupun sumber-sumber untuk sejalan dengan Dharmawan (2015) tidak semua
melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau tenaga kesehatan di puskesmas melakukan
para pelaksana mengetahui apa yang pencatatan secara lengkap. Pencatatan yang

21
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

diperhatikan kelengkapannya yaitu pencatatan akreditasi, menyebabkan Puskesmas baru mulai


pada program-program yang diprioritaskan dan pendampingan di awal tahun berikutnya dan
tentunya program-program tersebut yang rutin baru bisa dilakukan penilaian pada akhir tahun.
dilaporkan. Walaupun SOP di Puskesmas Saran yang dapat diberikan bagi peneliti
Kertek II sudah tersedia namun belum selanjutnya yang akan melakukan penelitian
dilaksanakan dengan baik begitu juga sejenis di tempat lain mengenai penumpukan
pendokumentasian kegiatan masih belum usulan survei di triwulan IV, sebaiknya bukan
optimal. hanya dihubungkan dengan proses
Fragmentasi di Puskesmas Kertek II persiapannya saja melainkan juga dikaitkan
fragmentasi dilihat berdasarkan pembagian pada indikator lain seperti status akreditasi yang
tanggung jawab pada struktur organisasi disertai didapatkan. Selain itu, dapat melakukan kajian
dengan uraian tugas yang jelas pada masing- dari dampak penumpukan usulan survei di akhir
masing penanggung jawab sehingga dalam tahun baik bagi Puskesmas maupun bagi
melaksanakan pekerjaan memiliki tugas dan lembaga Komisi Akreditasi FKTP.
wewenang yang jelas. Hal ini sesuai dengan
Fahturrahman (2016) bahwa dengan adanya DAFTAR PUSTAKA
pembagian pekerjaan, orang-orang akan
melaksanakan pekerjaan tertentu, sehingga Aneta, A. 2012. Implementasi Kebijakan Program
mereka tahu apa yang menjadi tugas dan Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
tanggungjawabnya. (P2KP) di Kota Gorontalo. Jurnal Ilmiah Ilmu
Dalam kegiatan di Puskesmas tersebut Administrasi Publik, 1(1): 54-65.
Anggraeny, C. 2013. Inovasi Pelayanan Kesehatan
sudah terdapat pembagian tanggung jawab yang
dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan di
diatur dalam SK Kepala Puskesmas tentang
Puskesmas Jagir Kota Surabaya. Kebijakan dan
Struktur Organisasi dan Penetapan Manajemen Publik, 1(1): 85-93.
Penanggungjawab Upaya, selain itu menurut Anggraeny, P. A. & Ernawaty, E. 2016. Kesiapan
pendamping Puskesmas bahwa pembagian Pusat Layanan Kesehatan (PLK) B Unair
tugas di Puskesmas Kertek II sudah cukup baik, Menghadapi Akreditasi Klinik Pratama.
hanya saja memang banyak yang memiliki Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 4(2):
tanggung jawab ganda (double job) sehingga 146-154.
kurang optimal. Azkha, N. & Elnovriza, D. 2007. Analisis Tingkat
Kepuasan Klien Terhadap Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas dalam Wilayah Kota
PENUTUP
Padang Tahun 2006. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 1(2): 65-72.
Berdasarkan hasil dan pembahasan Bogh, S. B., Falstie-Jensen, A. M., Bartels, P.,
penelitian mengenai proses persiapan akreditasi Hollnagel, E. & Johnsen, S. P. 2015.
Puskesmas Kertek II dapat disimpulkan bahwa Accreditation and Improvement in Process
proses persiapan akreditasi Puskesmas tersebut Quality of Care: A Nationwide
sudah berjalan dengan cukup baik, akantetapi Study. International Journal for Quality in Health
Care, 27(5): 336-343.
belum sepenuhnya dilakukan dengan optimal
Dharmawan, Y., Wigati, P. A. & Dwijayanti, F.
pada tiap-tiap unsur yang mempengaruhi
2015. Kinerja Petugas dalam Pencatatan dan
implementasi diantaranya: Komunikasi Pelaporan PWS KIA di Puskesmas
(Transmisi, Pemahaman, Konsistensi); Sumber Duren. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2):
daya (Staf, Fasilitas, Informasi, Dana); 210-217.
Disposisi (Komitmen dan Dukungan); Struktur Ensha, I. S. 2018. Pengaruh Implementasi Kebijakan
Birokrasi (SOP dan Fragmentasi). Selain itu Akreditasi Puskesmas terhadap Manajemen
diterbitkannya SK Kepala Dinas Kesehatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam
pada akhir tahun tentang penunjukan Mewujudkan Produktivitas Kerja. Jurnal
puskesmas yang diajukan untuk penilaian

22
Yulia, S., Bambang, W. / Proses Persiapan Akreditasi / HIGEIA 3 (1) (2019)

Publik: Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Administrasi Madiun dalam Menghadapi Akreditasi. Media
Negara, 12(01): 12-23. Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas
Fahturrahman, M. 2017. Faktor Birokrasi dalam Hasanuddin, 13(4): 329-336.
Keberhasilan Implementasi Kebijakan Mahendradhata, Y., Utarini, A., & Kuntjoro, T.
Publik. Tarbawi, 2(02): 14-27. 2004. Development of standards for
Greenfield, D. & Braithwaite, J. 2008. Health Sector accreditation of primary care services in
Accreditation Research: A Systematic Indonesia. Quality in Primary Care, 12(1).
Review. International Journal For Quality In Molyadi, M., & Trisnantoro, L. 2018. Pelaksanaan
Health Care, 20(3): 172-183. Kebijakan Akreditasi Puskesmas Di
Greenfield, D., Pawsey, M. & Braithwaite, J. 2010. Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Kebijakan
What Motivates Professionals to Engage in Kesehatan Indonesia: JKKI, 7(1): 18-23.
The Accreditation of Healthcare Nurani, D. 2009. Analisis implementasi program
Organizations?. International Journal for Quality Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Sekolah
in Health Care, 23(1): 8-14. Dasar Negeri di Kota Jakarta Selatan. Disertasi.
Hasan, A. G. & Adisasmito, W. B. 2017. Analisis Jakarta: Universitas Indonesia.
Kebijakan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN Rohman, D., Hanafi, I., & Hadi, M. 2013.
pada FKTP Puskesmas di Kabupaten Bogor Implementasi Kebijakan Pelayanan
Tahun 2016. Jurnal Kebijakan Kesehatan Administrasi Kependudukan Terpadu (Studi
Indonesia: JKKI, 6(3): 127-137. pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Hasanbasri, M. & Kusnanti, A. R. M. H. 2013. Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik, 1(5):
Pelatihan Seperti Apa yang Dapat 962-971.
Mendukung Implementasi Kebijakan: Rosdiana, A. I., Raharjo, B. B., & Indarjo, S. 2017.
Perspektif Peserta-Evaluasi Training Manajer Implementasi Program Pengelolaan Penyakit
Mid Level untuk Imunisasi di Kota Banda Kronis (Prolanis). HIGEIA (Journal of Public
Aceh. Indonesian Journal of Health Policy, 2(01). Health Research and Development), 1(3): 140-
Kementerian Kesehatan, R. I. 2017. Petunjuk Teknis 150.
Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Subekti, M., Faozanudin, M. & Rokhman, A. 2017.
Pertama (FKTP). Jakarta: Direktorat Mutu dan Pengaruh Komunikasi, Sumber Daya,
Akreditasi Pelayanan Kesehatan. Disposisi dan Struktur Birokrasi Terhadap
Kementerian Kesehatan, R. I. 2014. Peraturan Menteri Efektifitas Implementasi Program Bantuan
Kesehatan RI No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Operasional Sekolah pada Satuan Pendidikan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Kesehatan RI. Tambak. The Indonesian Journal of Public
Kementerian Kesehatan, R. I. 2015. Peraturan Menteri Administration (IJPA), 3(2): 58-71.
Kesehatan RI No 46 Tahun 2015 tentang Sulistinah, A., Witcahyo, E. & Sandra, C. 2017.
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Kajian Kesiapan Dokumen Akreditasi
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Kelompok Kerja Administrasi Manajemen di
Mandiri Dokter Gigi. Jakarta: Kementerian Upt. Puskesmas Jelbuk Dinas Kesehatan
Kesehatan RI. Kabupaten Jember (Study of Preparation on
Koesoemahardja, N. F., Suparwati, A., & Arso, S. P. Accreditation Document for Administration
2016. Analisis Kesiapan Akreditasi Dasar Management at Jelbuk Primary Health Center
Puskesmas Mangkang di Kota Semarang. Jember). Pustaka Kesehatan, 5(3): 580-587.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4): Wahab, S. A. 2012. Analisis kebijakan: dari formulasi ke
94-103. penyusunan model-model implementasi kebijakan
Maghfiroh, L., & Rochmah, T. N. 2017. Analisis publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Kesiapan Puskesmas Demangan Kota

23

Anda mungkin juga menyukai