Hal Belakang - Kompre STASE 3 - Dian
Hal Belakang - Kompre STASE 3 - Dian
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK
(Kemenkes, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan
dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian menggunakan SOAP.
2
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada ibu saat kehamilan.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa aktual dan potensial pada ibu saat
kehamilan.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada ibu saat
kehamilan.
d. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada ibu saat kehamilan.
e. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan asuhan pada ibu saat
kehamilan.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan pada ibu saat kehamilan.
g. Mampu membuat dokumentasi asuhan kebidanan SOAP pada ibu saat
kehamilan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup asuhan adalah asuhan kebidanan secara holistik pada kehamilan
dengan hipertensi gestasional.
D. Manfaat
3
BAB II
A. KAJIAN KASUS
4
imunisasi TT terakhir adalah T3 pada tahun 2013 saat sebelum menikah. Riwayat
berat badan sebelum hamil 109 kg.
Pola nutrisi klien makan 2 sampai 3 kali sehari, jarang makan sayur dan
buah. Klien selalu konsumsi protein nabati ataupun hewani pada setiap menu
makan. Klien sangat suka makan makanan selingan atau ngemil. Pengetahuan
klien tentang nutrisi kurang termasuk bahaya makanan berlemak yang sering
dikonsumsi klien seperti goeng-gorengan, daging berlemak dan lain-lain. Klien
juga suka minum manis baik itu teh manis, jeruk manis ataupun sirup.
Klien saat ini tinggal bersama ibunya dan suami masih berada di Malaysia
sampai bulan Desember 2019. Klien saat ini tidak bekerja sedangkan ibu klien
masih bekerja di warung makan. Klien merupakan anak tunggal dan ayah klien
telah meninggal karena kecelakaan 9 tahun yang lalu. Klien dahulu kerja di
Malaysia mulai tahun 2007 karena keluarga terhimpit hutang yang cukup banyak
dan tidak mampu membayar. Klien saat ini berencana fokus pada kehamilan dan
ingin melahirkan di Yogyakarta.
Hasil kajian pengetahuan klien mengenai perawatan kehamilan sudah
cukup baik dengan rutin periksa ke fasilitas kesehatan sejak berada di Malaysia
karena ini kehamilan yang sangat diharapkan. Namun klien belum mengetahui
kebutuhan nutrisi yang sehat dan bergizi, pola aktivitas, pola istirahat dan
personal hygiene yang dibutuhkan dan harus dijaga oleh klien selama kehamilan.
5
mmHg sebelum usia kehamilan 20 minggu. Berdasarkan perhitungan umur
kehamilan saat ini adalah 22 minggu 4 hari dengan kondisi fisik mata tidak
anemis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada
oedema dan reflek patella positif. Pada palpasi Leopold I teraba ballottement,
TFU setinggi pusat, DJJ 147x/menit. Berdasarkan hasil kajian berat badan klien
kategori obesitas dan tekanan darah klien masuk kategori hipertensi dimana
tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg (Kemenkes,
2015).
6
c. Memberi KIE tentang tanda bahaya yang bisa saja dialami ibu seperti nyeri
kepala hebat, nyeri ulu hati, pandangan kabur, mual disertai muntah bisa
segera kontrol atau periksa ke fasilitas kesehatan.
d. Memberi KIE tentang nutrisi yang dibutuhkan selama masa kehamilan
dimana klien dapat memperbaiki pola makan dan minum sehingga tercukupi
kebutuhan gizi seimbang serta menurunkan tingkat risiko keparahan penyakit
hipertensi dengan mengurangi makanan berlemak dan kebiasaan ngemil
makanan tetapi lebih banyak konsumsi buah dan sayur.
e. Memberi KIE tentang perlunya aktivitas fisik seperti olahraga yang ringan
untuk menyehatkan jantung ibu yang berisiko kerja lebih berat karena ibu
hamil dalam status obesitas.
f. Memberi KIE tentang perlunya mengelola stress dengan lebih mendekatkan
diri dengan Allah swt dan keluarga untuk menjaga kestabilan psikologi
selama kehamilan sehingga tidak memicu kenaikan tekanan darah.
g. Menganjurkan ibu untuk mengkuti kelas ibu hamil yang diadakan di
Puskesmas ataupun fasilitas kesehatan lain.
h. Memberi KIE tentang perencanaan persalinan melalui program P4K
(Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).
i. Memberikan suplementasi tablet Fe dan kalk sebanyak 30 butir dan KIE cara
minumnya.
j. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada kehamilan gestasional.
B. KAJIAN TEORI
I. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya
tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka kesakitan
dan angka kematian. Seseorang dikatakan mendetita tekanan darah tinggi atau
hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90
mmHg. Hipertensi yaitu peningkatan tekanan sistolik sekurang- kurangnya 30
7
mmHg atau peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau
adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg dan tekanan diastolik
sekurang-kurangnya 90 mmHg. Hipertensi juga dapat ditentukan dengan tekanan
arteri rata-rata 105 mm Hg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih
nilai-nilai yang disebutkan diatas harus bermanifesti sekurang-kurangnya dua
kesempatan dengan perbedaan waktu 6 jam atau lebih dan harus didasarkan pada
nilai tekanan darah sebelumnya yang diketahui (Kemenkes, 2015).
Hipertensi adalah masalah yang sering terjadi dalam kehamilan. Hipertensi
merupakan 5-10% komplikasi dalam kehamilan dan merupakan salah satu dari
penyebab kematian tersering selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak
memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil (Cunningham,
2010). Hipertensi karena kehamilan yaitu tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang
menyebabkan gangguan serius pada kehamilan. Nilai normal tekanan darah
seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas dan kesehatan secara umum adalah
120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun
saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga (Wantania, 2015).
Hipertensi kehamilan adalah berkembangnya hipertensi selama kehamilan
atau 24 jam pertama postpartum pada seseorang yang sebelumnya tidak ada
petunjuk-petunjuk lain dari preeklamsia atau penyakit vaskuler hipertensi. Tekanan
darah kembali dalam batas normal dalm sepuluh hari setelah persalinan. Beberapa
pasien dengan hipertensi kehamilan sebenarnya mungkin mengidap preeklamsia
atau penyakit vaskuler hipertensi, tetapi mereka tidak terdiagnosis sebelumnya
(ACOG, 2013).
Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the HBPEP
(2000) dalam Cunningham (2010) dibagi menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Hipertensi gestasional
2. Preeklampsia dan eklampsia
3. Hipertensi kronis
4. Preeklampsia superimposed pada hipertensi kronis
The Guideline Development Group (GDG) membagi definisi hipertensi menjadi
8
ringan, sedang dan berat untuk membantu dalam penerapan definisi sebagai berikut
(Royal College of Obstetricians and Gynecologists, 2010):
1. Hipertensi ringan: tekanan diastolik 90 –99 mmHg, tekanan sistolik 140 –
149 mmHg
2. Hipertensi sedang: tekanan diastolik 100 –109 mmHg, tekanan sistolik 150
–159 mmHg
3. Hipertensi berat: tekanan diastolik lebih besar sama dengan 110 mmHg,
tekanan sistolik lebih besar sama dengan 160 mmHg.
Berdasarkan klasifikasi menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists, hipertensi dalam kehamilan terdiri dari:
1. Hipertensi gestasional, bila tekanan darah > 140/90 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu tanpa riwayat hipertensi sebelumnya dan tanpa
disertai dengan proteinuria.
2. Preeklampsia, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau di atas kehamilan lebih dari
20 minggu tanpa riwayat hipertensi sebelumnya.
b. Protein urin 5gr atau lebih per liter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau
4+
c. Jika protein urine negatif disertai dengan :
1) Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24
jam/kurang dari 0,5 cc/kgBB/jam.
2) Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa
nyeri di epigastrium.
3) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen.
4) Terdapat edema paru dan sianosis.
5) Hemolisis mikroangiopatik.
6) Trombositopeni (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat)
7) Gangguan fungsi hati.: peningkatan kadar alanin dan aspartate
aminotransferase. Pertumbuhan janin terhambat
9
Kategori preekalmpsia berat bila terdapat tanda-tanda preeklampsia
disertai dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg pada 2 x pemeriksaan 6
jam setelah pasien dalam keadaan istirahat (Grundmann et al, 2008).
3. Superimposed preeklampsia (≥1 kriteria dibawah ini) :
a. Proteinuria onset baru pada wanita dengan hipertensi kurang dari 20
minggu
b. Jika hipertensi dan proteinuria timbul < 20 minggu
1) Proteinuria meningkat tiba –tiba jika hipertensi dan proteinuria
timbul < 20 minggu
2) Hipertensi meningkat tiba –tiba pada wanita dengan rewayat
hipertensi terkontrol
3) Trombositopenia ( trombosit < 100.000 /mm3)
4) Peningkatan SGOT dan SGPT
Gejala dengan hipertensi kronis dengan nyeri kepala persisten, skotoma atau
nyeri ulu hati juga dapat disebut dengan superimposed preeclampsia.
4. HELLP syndrome (ada 2 kriteria)
Menurut Sibai et al (2014), salah satu kriteria dibawah ini :
a. Hemolisis, lactate dehydrogenase >600 U/L atau bilirubin > 1.2
mg/dL
b. SGOT > 70 U/L
c. Trombosit <100,000 /mm3
Proteinuria yaitu adanya protein dalam urine dalam jumlah lebih besar dari
0,3 g per liter urine 24 jam atau dalam konsentrasi lebih besar dari 1 gram per liter
(1+ sampai 2+ dengan metode turbidimetrik standard) pada kumpulan urine sacara
acak pada dua atau lebih kesempatan sekurang-kurangnya dengan beda waktu 6
jam. Contoh urin harus bersih sebaiknya urine midstream atau yang diambil melalui
kateter. Edema yaitu akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam
jaringan umumnya ditampakan dengan adanya pembengkakan ekstremitas dan
bawah (Grundmann et al, 2008).
Preeklamsia yaitu berkembangnya hipertensi dengan preeklamsia atau
edema atau keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh
10
kehamilan yang sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah usia kehamilan 20
minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakkit
trofoblastik. Preeklamsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada
primigravida. Eklamsia yaitu terjadinya satu atau beberapa kejang yang bukan
diakibatkan oleh keadaan serebral lain seperti epilepsi, atau perdarahan otak pada
pasien dengan preeklamsia (Grundmann et al, 2008).
Preeklamsia atau eklamsia adalah berkembangnya preeklamsia
atau eklamsia pada pasien dengan penyakit vascular hipertensi kronik atau penyakit
ginjal. Bila hipertensi mendahului kehamilan , seperti yang diperlibatkan oleh
catatan tekanan darah sebelumnya, suatu peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg
atau peningkatan tekanan diastolic 15 mmHg dan berkembangnya proteinuria,
edema atau keduanya harus terjadi selama kehamilan untuk menetapkan diagnostic
(Grundmann et al, 2008).
11
6. Stress
7. Merokok
8. Polihidramnion
9. Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
10. Hamil ganda
11. Hamil dengan DM
12. Keturunan/genetic
13. Stress
14. Merokok
Menurut penelitian lain, faktor risiko terjadinya hipetensi dalam kehamilan
di Indonesia yaitu obesitas dan hipertensi kronis yang diderita ibu (Sari et al, 2016).
Beberapa faktor risiko seperti protein urine, gejala klinis yang dialami klien dan
fungsi hati dapat memprediksi keparahan atau keberlanjutan hipertensi dalam
kehamilan menjadi preeklampsia yang berdampak pada morbiditas dan moratlitas
ibu dan janin (Ukah et al, 2018).
Prevalensi hipertensi dalam kehamilan di antara wanita yang datang ke
pelayanan kesehatan sebesar 7,9% dengan memiliki riwayat keluarga yang
mengalami hipertensi dalam kehamilan, ketrunan hipertensi kronis, penyakit ginjal
dan usia kehamilan adalah prediktor faktor risiko terjadinya hipertensi dalam
kehamilan (Gudeta & Regassa, 2018).
12
melaporkan bahwa sirkulasi sel endotel, secara signifikan meningkat empat kali lipat
dalam darah perifer wanita preeklampsia. Endotelium utuh memiliki sifat
antikoagulan, dan sel endotel menumpulkan respon otot polos vaskular untuk agonis
dengan melepaskan oksida nitrat. Sel endotel yang rusak atau teraktivasi dapat
memproduksi oksida nitrat dan mengeluarkan zat yang mempromosikan koagulasi
dan meningkatkan kepekaan terhadap vasopressors. Pada waktu terjadi kerusakan
sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel akan terjadi:
1. Gangguan metabolisme prostaglandin (vasodilator kuat)
2. Agregasi sel trombosit untuk menutup endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit ini memproduksi tromboksan (TXA2),
suatu vasokonstriktor kuat. Dalam keadaan normal, kadar prostasklin
lebih tinggi daripada kadar tromboksan. Pada preeclampsia, terjadi
sebaliknya sehingga berakibat naiknya tekanan darah.
3. Peningkatan endotelin (vasopresor), penurunan oksida nitrit
(vasodilator).
4. Peningkatan faktor koagulasi.
Bukti lebih lanjut dari aktivasi endotel termasuk perubahan karakteristik
morfologi endotel kapiler glomerulus, permeabilitas kapiler meningkat, dan
meningkatnya konsentrasi mediator yang berperan untuk menimbulkan aktivasi
endotel. Penelitian menunjukkan bahwa serum dari wanita dengan preeklampsia
merangsang sel endotel yang dikultur untuk memproduksi prostasiklin dalam jumlah
yang lebih besar dibandingkan serum wanita hamil normal.
Persalinan merupakan pengobatan untuk preeklampsia. Jika diketahui atau
diperkirakan janin memiliki usia gestasi preterm, kecenderungannya adalah
mempertahankan sementara janin di dalam uterus selama beberapa minggu untuk
menurunkan risiko kematian neonates (Grundmann et al, 2008).
13
Gejala yang biasanya timbul pada ibu yang mengalami hipertensi pada
kehamilan harus diwaspadai jika ibu megeluh nyeri kepala, kadang-kadang disertai
mual, muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium, penglihatan kabur, sesak
nafas, nokturia, dan pembengkakan (Grundmann et al, 2008).
14
kurang dari 37 minggu diharapkan terminasi kehamilan setelah pemberian
kortikosteroid selesai (Royal College of Obstetricians and Gynecologists, 2010).
Penatalaksanaan yang efektif dalam pemeriksaan antenatal secara rutin
dengan pemantau tekanan darah seharusnya dilakukan juga saat kunjungan rumah
karena seharusnya klien membutuhkan bedrest, pemberian terapi antihipertensi
hanya perlu diberikan untuk ibu hamil dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau
lebih dan pengelolaan manajemen stress juga perlu dilakukan. Pasien dengan
hipertensi gestasional tanpa manifestasi menjadi preeklampsia bisa dipertahakan
kehamilan sampai usia 37 minggu atau lebih untuk perencanaan persalinan (Magee,
L.A et al, 2014).
Penatalaksanaan atau terapi pencegahan preeklampsia antara lain pemberian
aspirin dapat menurunkan risiko preeklampsia dengan (RR 0.93; 95% CI 0.81–1.08),
pemberian kalsium 1 gr/hari dapat menurunkan risiko preeklampsia (RR 0.45; 95%
CI 0.31–0.65) dan menurunkan risiko hipertensi gestasional (RR 0.71; 95% CI 0.57–
0.89), sedangkan diet rendah garam tidak dapat menurunkan risiko terjadinya
preeklampsia dan hipertensi gestasional dengan nilai (RR 1.11; 95% CI 0.46–2.66).
pemberian asam folat sebelum kehamilan dapat menurunkan terjadinya hipertensi
gestasional (Magee, L.A et al, 2014).
15
keputusan untuk terminasi harus melihat keadaan ibu dan janinnya. Sementara
Nowitz et al (2008), membuat ketentuan penanganan PEB dengan terminasi
kehamilan dilakukan ketika diagnosis PEB ditegakkan. Hasil penelitian juga
menyebutkan tidak ada keuntungan terhadap ibu untuk melanjutkan kehamilan
jika diagnosis PEB telah ditegakkan.
b. Penanganan Ekspektatif
Beberapa ahli berpendapat untuk memperpanjang usia kehamilan sampai
seaterm mungkin sampai tercapainya pematangan paru atau sampai usia
kehamilan di atas 37 minggu. Berdasarkan luaran ibu dan anak, berdasarkan usia
kehamilan, pada pasien PEB yang timbul dengan usia kehamilan dibawah 24
minggu, terminasi kehamilan lebih diutamakan untuk menghindari komplikasi
yang dapat mengancam nyawa ibu (misalnya perdarahan otak). Sedangkan pada
pasien PEB dengan usia kehamilan 25 sampai 34 minggu, penanganan
ekspektatif lebih disarankan. Penanganan lini primer diharapkan bidan maupun
petugas puskesmas dapat mendeteksi dini adanya hipertensi pada saat
dilakukannya antenatal care. Pasien dilakukan pemeriksaan tekanan darah rutin
dan bila adanya tekanan darah tinggi yang muncul pada saat kehamilan dan
timbul diatas usia 20 minggu dapat diakukan screening dengan melakukan tes
protein urine. Bila diketahui adanya preeclampsia diharapkan pelayanan primer
dapat melakukan rujukan ke rumah sakit untuk penanganan yang lebih lanjut
(Wibowo, 2010).
Adapun terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan PEB
antara lain adalah:
1. tirah baring
2. oksigen
3. kateter menetap
4. cairan intravena.
5. Magnesium sulfat (MgSO4).
Obat ini diberikan dengan dosis 10 cc MgSO4 40% secara intravena
loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4
16
40% sebanyak 15 cc dalam 500 cc ringer laktat (RL) selama 6 jam.
Magnesium sulfat ini diberikan dengan beberapa syarat, yaitu:
a. refleks patella normal
b. frekuensi respirasi >16x per menit
c. produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5 cc/kgBB/jam
d. disiapkannya kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai antidotum.
Bila nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi maka kalsium
glukonas tersebut diberikan dalam tiga menit.6
6. Antihipertensi
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg.
Pilihan antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg.
Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin
ulangan 10 mg dengan interval satu jam, dua jam, atau tiga jam sesuai
kebutuhan.1 Penurunan tekanan darah pada PEB tidak boleh terlalu
agresif yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90 mmHg atau
maksimal 30%. Penggunaan nifedipin ini sangat dianjurkan karena
harganya murah, mudah didapat, dan mudah mengatur dosisnya dengan
efektifitas yang cukup baik.
7. Kortikosteroid
National Institutes of Health (NIH) merekomendasikan
(Shennan, 2007):
a. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 24–34 minggu yang
dalam persalinan prematur mengancam merupakan kandidat untuk
pemberian kortikosteroid antenatal dosis tunggal.
b. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12 mg sebanyak
dua dosis dengan selang waktu 24 jam atau deksametason 6 mg
sebanyak 4 dosis intramuskular dengan interval 12 jam.
c. Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisial dan
berlangsung selama tujuh hari.
17
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif pada Ny.S didapatkan
informasi dari riwayat kesehatan keluarga tidak ada yang menderita penyakit
hipertensi dari garis keturunan bapak maupun ibu. Hipertensi merupakan kondisi
dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Faktor resiko
Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko
yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam,
konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen
(Kemenkes, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa Ny S mengalami hipertensi
dari faktor risiko obesitas.
Berdasarkan data pola konsumsi Ny S mengatakan jarang sekali makan
buah dan sayur serta sering makan makanan berlemak dan suka minum manis.
Asuhan yang dilakukan pada klien antara jika seseorang dicurigai hipertensi,
maka dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu anamnesa adakah dalam keluarga
yang menderita hipertensi serta pengkajian pola nutrisi (Wantania, 2015).
Dalam pengkajian data obyektif diperoleh data bahwa tekanan darah
klien 149/104 mmHg sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama)
yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan
mendetita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah
sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg. Hipertensi yaitu peningkatan
tekanan sistolik sekurang- kurangnya 30 mmHg atau peningkatan tekanan
diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-
kurangnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mmHg.
18
Hipertensi juga dapat ditentukan dengan tekanan arteri rata-rata 105 mm Hg atau
lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih nilai-nilai yang disebutkan
diatas harus bermanifesti sekurang-kurangnya dua kesempatan dengan
perbedaan waktu 6 jam atau lebih dan harus didasarkan pada nilai tekanan
darah sebelumnya yang diketahui (Kemenkes, 2015).
Dari hasil pengkajian data berat badan ibu 113 kg dengan tinggi badan
157.5 cm sehingga IMT didapat 44.22 kg/m2 tergolong status gizi obesitas dan
hal ini sesuai teori bahwa faktor risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan di
Indonesia yaitu obesitas dan hipertensi kronis yang diderita ibu (Sari et al, 2016).
B. Analisis
Seorang ibu hamil usia 33 tahun G1P0A0 umur kehamilan 22 minggu 4
hari dengan hipertensi gestasional. Analisa tersebut sesuai dengan teori dimana
hipertensi gestasional terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu tanpa
ditemukan menunjukkan manifestasi klinik terjadinya preeklampsia dan bisa
berlanjut sampai 12 minggu (3 bulan) postpartum. Akan tetapi hipertensi
gestasional dapat berkembang menjadai preeklampsia. Semakin awal umur
kehamilan terjadi hipertensi dan tergolong tekanan darah tinggi (170/110 mmHg)
lebih berisiko terjadinya preeklampsia dan berdampak buruk pada ibu dan janin
(Lowe et al., 2014).
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kehamilan dengan hipertensi gestasional antara
lain lain anamnesa faktor keturunan, dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, gigi, gizi dan konsultasi psikologi. Dalam penatalaksanaan kasus
dilakukan kolaborasi dengan profesi yang lain untuk memberikan asuhan secara
komprehensif. Hal ini sesuai dengan standar penatalaksanaan kasus hipertensi
gestasional antara lain jika seseorang dicurigai hipertensi, maka dilakukan
beberapa pemeriksaan yaitu anamnesa adakah dalam keluarga yang menderita
hipertensi. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
pegobatan nonfarmakologik, mengurangi berat badan bila terdapat
19
kelebihan (IMT >27), membatasi alkohol dan menghentikan rokok serta
mengurangi makanan berkolesterol/lemak jenuh. Menghentikan konsumsi kopi
yang berlebih, berolahraga ringan, mengurangi asupan natrium (400 mmd Na/64
NaCL/hari) mempertahankan asupan kalsium dan magnesium adekuat,
perbanyak unsure kalium (buah-buahan), tidak banyak pikiran, istirahat yang
cukup (Wantania, 2015).
Dalam penatalaksanaan kasus juga diberikan KIE tentang tanda bahaya
kehamilan yang mengarah pada preeklampsia karena secara teori preeklamsia
yaitu berkembangnya hipertensi dengan preeklamsia atau edema atau keduanya
yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang
sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah usia kehamilan 20 minggu
tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakkit
trofoblastik. Preeklamsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada
primigravida. Eklamsia yaitu terjadinya satu atau beberapa kejang yang bukan
diakibatkan oleh keadaan serebral lain seperti epilepsi, atau perdarahan otak pada
pasien dengan preeklamsia (Grundmann et al, 2008).
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus Ny S umur 33 tahun pada masa kehamilan telah mendapat
penanganan yang tepat yaitu mendapatkan konseling, asuhan kehamilan dengan
pemeriksaan fisik dengan didukung pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
laboratorium, konsultasi gizi, dan konsultasi psikologi. Konseling tentang tanda
bahaya kehamilan sangat penting dilakukan agar klien dapat mengenali tanda
bahaya yang mungkin terjadi sehingga bisa segera mendapatkan penanganan
yang tepat dan optimal.
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan
dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen kebidanan mulai
dari pengkajian data, analisis, menetukan kebutuhan, melakukan perencanaan
dan tatalaksana tindakaan serta pendokumentasian menggunakan SOAP.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa meningkatkan kemampuan dalam penatalaksanaan kasus
kehamilan dengan hipertensi gestasional sehingga mahasiswa mampu
memberikan asuhan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien serta
mengetahui kesesuaian tata laksana kasus antara teori dengan praktik.
2. Bagi Ibu Hamil
Ibu hamil mendapat asuhan kebidanan dalam kehamilan yaitu ibu hamil
dengan hipertensi gestasional.
3. Bagi Lahan Praktik
Laporan komprehensif ini memberikan gambaran mengenai tata laksana
kasus kehamilan dengan mempertahankan kualitas pelayanan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Angsar MD. 2010. Hipertensi dalam kehamilan. Ilmu dalam kebidanan sarwono
prawirohardjo Edisi IV. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, Spong C, et al. Pregnancy
Hypertension. William Obstetrics, edisi ke-24. New York: McGraw-Hill,
2010 : 706-756.
Gudeta, T.A. & Regassa, T.M. 2018. Pregnancy Induced Hypertension and
Associated Factors Among Woman Attending Delivery Service at Mizan-Tepi
University Teaching Hospital, Tepi General Hospital and Gebretsadik
Shawo Hospital, Soutwest, Ethiopia. Ethiop J Health Sci. Vol 29(1):831
Grundmann, M., Woywodt, A., & Kirsch, T. Circulating endothelial cells: a marker
of vascular damage in patients with preeclampsia. AJOG. 2008. Volume
198, Issue 3, Pages 317. e1-317. e5
Kemenkes. 2013. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Lindheimer, M.D., Robert MJ, & Cunningham G. 2010. Chesley’s hypertensive
disoders in pregnancy. Edisi ke-2. hlm. 543-80. Stamford, Connecticut,
USA: Appleton & Lange.
22
Lowe SA, Bowyer L, Lust K, McMahon LP, Morton M, North RA, Paech M. Said
JM. 2014. Guideline for the Management of Hypertensive Disorders of
Pregnancy. Australia: Society of Obstetric Medicine of Australia and New
Zeland.
Magee, L.A., Pels, A., Helewa, M., Rey. E, Von D.P. 2014. Diagnosis, Evaluation
and Management of Hypertensive Disorders of Pregnancy. Executive
Summary. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada (JOGC). Vol 36(5).
P 416-41
Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Norwitz, E.R & Funai, E.F. 2008. Expectant Management of Severe Preeclampsia
Remote From Term: Hope for the Best, But Expect the Worst. Am J Obstet
Gynecol. Vol 199:209–212. USA
Reece, e.A. & Hobbins, J.C. 2007. Clinical Obstetrics the Fetus and Mother :
Hypertensive disease in pregnancy. Edisi 3. p.684-695. Massachusetts :
Blackwell Publishing
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Hypertension in pregnancy: the
management of hypertensive disorders during pregnancy. NICE clinical
guidelines. August 2010
Sari, N.K, Hakimi, M., & Rahayujati, T.B. 2016. Determinan Gangguan Hipertensi
dalam Kehamilan di Inodesia. Berikta Kedokteran Masyarakat. Vol 32 (9).
Hlm. 295-302. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. 2003. Obstetri Patologi. Vol
2nd ed. Jakarta: EGC.
Shennan, A. 2007. Hypertensive disorders, dalam Dewhurst’s textbook of Obstetrics
& Gynaecology. Edisi ke-7. p. 227-234USA : Blackwell Publishing.
Sibai, MD. Evaluation and management of severe preeclampsia before 34 weeks
gestation. SMFM in American Journal of Obstetrics and Gynecology. 2014
Ukah, U.V., De Silva, D.A., Paine, B., Magee., L.A., Hutcheon, J.A., Brown, H.,
Ansermino, J.M., Lee, T., & Dadelszen, P. 2018. Prediction of adverse
maternal outcomes from pre-eclampsia and other hypertensive disorders of
23
pregnancy: A systematic review. Journal of Obstetrics and Gynaecology
Canada (JOGC). Vol 11. P 115-123.
Wantania, J.J.E. 2015. Hipertensi Dalam Kehamilan. Manado : Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK UNSRAT Manado.
WHO. 2011. Prevention and Treatment of Pre-Eclampsia and Eclampsia. Geneva:
World Health Organization.
Wibowo, N., Irwinda, R., Frisdiantiny, E. 2010. Panduan Nasional Pelayanan
Kedokteran Tentang Preeklampsia. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Fetomaternal.
24
LAMPIRAN
25
Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Dengan Hipertensi Gestasional
No RM : 17.41.001187
26
b. Pekerjaan pokok klien : IRT (baru berhenti menjadi
TKW 1 minggu yang lalu)
c. Pekerjaan Sampingan : tidak ada
d. Pendapatan keluarga : Rp. 3.000.000,-
e. Perincian Pengeluaran per-bulan :
1. Kebutuhan pokok (makan) : Rp 1.000.000,-
2. Kebutuhan rutin
(arisan, listrik, PAM, kredit) : Rp 500.000,-
3. Tabungan :-
f. Keikutsertaan asuransi kesehatan :-
4. Keadaan lingkungan pemukiman
Lingkungan rumah permanen 1 lantai luas sekitar 50 m2.
Lingkungan pemukiman klien : rumah padat penduduk, sumber air bersih
PDAM, WC pribadi sejumlah 1 kamar mandi dan WC, sarana IPAL
menggunakan septic tank.
5. Alasan datang
Pasien periksa ke poli KIA pada tanggal 25 September 2019 ingin
mendapatkan pemeriksaan kehamilan pertama setelah pulang ke Yogyakarta.
6. Keluhan Utama
Pasien tidak ada keluhan.
7. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun, siklus haid 30 hari, teratur, lama menstruasi 7 hari.
HPHT 20-4-2019, HPL 27-1-2020
8. Riwayat perkawinan
Menikah 1 kali umur waktu menikah 27 tahun, pernikahan tahun 2013
sudah menikah selama 6 tahun.
9. Riwayat kehamilan
a. Riwayat ANC : ANC pertama umur kehamilan 5 minggu 4 hari
b. Pergerakan janin pertama pada umur kehamilan sekitar 16 minggu
c. Imunisasi TT : status T4 terakhir tahun 2013
27
10. Riwayat obstetri
G1P0A0 : hamil ini dengan umur kehamilan 22 minggu 4 hari
11. Riwayat kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
12. Riwayat Kesehatan
Penyakit Tidak pernah menderita penyakit hepatitis,
menular IMS dan HIV/AIDS
28
makan. Ibu klien juga menganjurkan klien untuk berolahraga supaya berat
badan klien terkontrol.
29
1) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 25 September 2019
1) Urine:
Protein negatif, bakteri negatif
2) Darah :
Hb = 12.8 gr%
GDS 115 mg/dL
Golongan darah O Rhesus positif
HbSAg non reaktif
tes HIV/AIDS non reaktif
tes sifilis non reaktif
IV. Penatalaksanaan
30
kebutuhan gizi seimbang serta menurunkan tingkat risiko keparahan penyakit
hipertensi dengan mengurangi makanan berlemak dan kebiasaan ngemil
makanan tetapi lebih banyak konsumsi buah dan sayur
Klien memahami tentang diet gizi seimbang untuk kesehatan ibu dan
janin.
e. Memberi KIE tentang perlunya aktivitas fisik seperti olahraga yang ringan
untuk menyehatkan jantung ibu yang berisiko kerja lebih berat karena ibu
hamil dalam status obesitas.
Klien memahami perlunya olahraga ringan untuk menjaga kesehatan
ibu dan janinnya.
f. Memberi KIE tentang perlunya mengelola stress dengan lebih mendekatkan
diri dengan Allah swt dan keluarga untuk menjaga kestabilan psikologi
selama kehamilan sehingga tidak memicu kenaikan tekanan darah.
Klien bersedia untuk lebih rileks dan menjaga kesehatan
psikologinya.
g. Menganjurkan ibu untuk mengikuti kelas ibu hamil di Puskesmas atau
fasilitas kesehatan lain.
Klien bersedia untuk mengikuti kelas ibu hamil.
h. Memberi KIE tentang perencanaan persalinan melalui program P4K
(Program Perenecanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).
Klien bersedia untuk mulai merencakan persiapan persalinan melalui
program P4K.
i. Memberikan suplementasi tablet Fe dan kalk sebanyak 30 butir dan KIE cara
minumnya.
Klien mendapatkan supelemen hemafort dan kalk masing-masing
sebanyak 30 butir dan memahami cara meminumnya
j. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada prakonsepsi dan perencanaan
kehamilan sehat.
Dokumentasi asuhan telah dituliskan.
31