PENDAHULUAN
Pada tahap ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang
diterima secara langsung melalui indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan secara
perlahan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek
yang nyata. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda
tersebut
Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini.Anak semakin memahami
lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-benda. Keputusan yang
diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Kesimpulan yang diambil
merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar.
Anak akan berpendapat bahwa pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat
di langit ketika ada pesawat terbang yang lewat.
Pada tahap ini anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan
masalah. Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan
bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang
telah tersedia jawabannya.
Anak mencapai tahap perkembangan ini ditandai dengan pola pikirnya yang seperti orang
dewasa. Anak telah dapat menerapkan cara berpikir terhadap permasalahan yang konkret
maupun abstrak. Pada tahap ini anak sudah dapat membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa
depan secara realistis.
Sedangkan Johan Amos Comenius dalam Kartini Kartono (2007: 34-35) berpendapat
bahwa perkembangan bahasa seseorang terdiri dari empat periode perkembangan, yaitu:
Pada periode ini anak baru mampu menghayati setiap pengalaman dengan pengertian
bahasa sendiri (bahasa ibu). Bahasa ibu ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain,
yaitu untuk mendapatkan impresi dari luar berupa pengaruh, sugesti serta transmisi kultural dari
orang dewasa, dan untuk mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang lain.
Ada beberapa ahli yang membagi tahap-tahap perkembangan bahasa itu ke dalam tahap
pralinguistik dan tahap linguistik. Akan tetapi ada ahli-ahli lain yang menyanggah pembagian
ini, dan mengatakan bahwa tehap pralinguistik tidak dapat dikatakan bahasa permulaan karena
bunyi-bunyi seperti: tangisan, rengekan, dan lain sebagainya dikendalikan oleh ransangan
(stimulus) semata.Sudah diuraikan sebelumnya bahwa kemampuan berbahasa anak-anak tidaklah
diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi berkembang secara bertahap.
a. Perkembangan Fonologis
Sebelum masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyibahasa, tetapi masih ada
beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990) sekitar 10
% anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil penelitian Budiasih
dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan
f, sy, dan ks diucapkan p, s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada
sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD,
khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak
masih membuat. Bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak SD di
Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi.
Agar hal itu tidak terjadi, sejak di SD anak perlu dilatih mengucapkan kata-kata tersebut.
b. Perkembangan Morfologis
Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-
mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang
bentuk dan makna hafalan akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada
priode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen. Berdasarkan kerumitan
afiksasi tersebut, perkembangan morfologis atau kemampuan menggunakan hafalan.
c. Perkembangan Sintaksis
Brown dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa kalimat
awal anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita. Setelah itu, anak
baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan
kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun ingkar. Sedangkan menurut hasil
pengamatan Brown dan Bellugi terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga
macam cara yang biasa ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu: pengembangan,
pengurangan, dan peniruan.Kedua peneliti ini sepakat bahwa peniruan merupakan cara pertama
yang ditempuh anak, meskipun peniruan yang dilakukan terbatas pada prinsip kalimat yang
paling pokok yaitu urutan kata.
Cara yang kedua yang ditempuh anak untuk mengembangkan kalimat mereka adalah
pengulangan dan pengembangan. Anak mengulang bagian kalimat yang memperoleh tekanan
yaitu bagian kalimat kontentif, atau bagian kalimat yang berisi pesan pokok, sedangkan bagian
lain dihilangkan secara sistematis. Karena itu, bahasa anak disebut dengan istilah tuturan
telegrafis, karena mengandung pengurangan bagian kalimat secara sistematis.
d. Perkembangan Semantik
Selama priode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahanmakna kata. Secara
horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan nuansa
makna yang agak berbeda secara tepat.Penambahan vertikal berupa penambahan jumlah kata
yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997).
Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata meningkat dengan dua
cara. Pertama, secara konseptual yakni dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna
yang bersifat sosial atau makna yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis
dari definisi kata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens, 1992)
Pengetahuan kosa kata mempunyai hubungan dengan kemampuan kebahasan secara umum.
Anak yang menguasai banyak kosa lebih mudah memahami wacana dengan baik. Selama priode
usia SD, anak menjadi semakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan konteksnya.
e. Perkembangan Pragmatik
Pinnel (1975) dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi bahasa di SD kelas awal
menemukan bahwa umumnya anak menggunakan fungsi interaksional (untuk bekomunikasi) dan
jarang menggunakan fungsi heuristic (mengunakan bahasa untuk mencari ilmu pengetahuan saat
belajar dan berbicara dalam kelompok kecil). Dilihat dari segi perkembangan kemampuan
bercerita, anak umur 6 tahun sudah dapat bercerita secara sederhana tentang acara televisi/film
yang mereka lihat. Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur dan sedikit-demi
sedikit.Mereka belajar menghubungkan kejadian tetapi bukan yang mengandung hubungan sebab
akibat. Kata penghubung yang digunakan: dan,lalu. Pada usia 7 tahun anak mulai dapat membuat
cerita yang ang agak padu. Mereka sudah mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi
masalah dan penyelesaian masalah tersebut meskipun belum jelas siapa yang melakukannya.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor dari kualitas pengasuhan anak.
Penelitian oleh NICHD menyimpulkan bahwa anak yang mendapatkan pengalaman perawatan
dengan kualitas yang tinggi secara konsisten menunjukkan fungsi kognitif dan perkembangan
bahasa yang lebih baik sepanjang tiga tahun pertama kehidupannya. Penelitian Pancsofar dan
Vemon-Feagans menemukan bahwa tingkat pendidikan orangtua mempunyai pengaruh yang
bermakna pada kemampuan bicara dan bahasa anaknya, sebab memberi dampak pada pola
bahasa dalam keluarga.
Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak.
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi
keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan
dalam perkembangan bahasa dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih
baik.Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar
(keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-
duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock. 1956).
C. Hubungan Keluarga
D. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena
motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta kelompok sosial dan berkomunikasi dengan
anggauta kelompok tersebut. Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus
menerus, maka anak tersebut cenderungakan mengalami kelambatan atau kesulitan dala
perkembangan bahasannya.
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan
didengar” merupakan hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan
demokratis akan mendorong anak untuk belajar.
2.2.2 Strategi Pemerolehan Bahasa Anak
A. Pemerolehan Bahasa Pertama
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secaraverbal itulah yang
disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Jadi pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak
pada awal kehidupannya tanpa bahasa kinitelah memperoleh satu bahasa.Pada masa
pemerolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada
bentuk ataustruktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk
keperluankomunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya. Anak-anak dalam proses
pemerolehan bahasa pada umumnya menggunakan 4 strategi. Strategi pertama adalah
meniru/imitasi. Berbagai penelitian menemukan berbagai jenis peniruan atau imitasi, seperti:
1.Imitasi spontan
2.Imitasi perolehan
3.Imitasi segera
4.Imitasi lambat
5.Imitasi perluasan
Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas. Produktivitas berarti
keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasamelalui sarana komunikasi linguistik dan
nonlinguistik (mimik, gerak, isyarat,suara dsb).
Strategi ketiga adalah strategi umpan balik, yaitu umpan balik antarastrategi produksi ujaran
(ucapan) dengan responsi.
Strategi keempat adalah apa yang disebut prinsip operasi. Dalam strategi ini anak dikenalkan
dengan pedoman, ”Gunakan beberapa prinsip operasiumum untuk memikirkan serta
menggunakan bahasa”( hindarkan kekecualian, prinsip khusus: seperti kata: berajar menjadi
belajar).
B. Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah
terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Ada juga
yang menyamakan istilah bahasa keduasebagai bahasa asing.Khusus bagi kondisi di Indonesia,
istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa
daerah tertentusedangkan bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa
asing.Tujuan pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua.
Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negaratertentu, oleh karenanya bahasa kedua
sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi dan pendidikan. Terdapat perbedaan
dalam proses belajar bahasa pertama dan bahasa kedua.Proses belajar bahasa pertama memiliki
ciri-ciri:
1. Belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah.
2. Berlangsung setelah pelajar berada di sekolah.
3. Lingkungan sekolah sangat menentukan.
4. Motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat mempelajari bahasa pertama.
Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik pada waktu ulangan atau ujian.
5. Waktu belajar terbatas.
6. Belajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasayang dipelajari.
7. Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.
8. Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat sehingga proses
belajar bahasa kedua berlangsung lama.
9. Disediakan alat bantu belajar.
10. Ada orang yang mengorganisasi dalam kaitannya dengan proses belajar bahasa kedua
perludiperhatikan beberapa strategi yang dapat diterapkan.
Ragam Bahasa Lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait
oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ciri-ciri
ragam bahasa lisan diantaranya Memerlukan kehadiran orang lain, Unsur gramatikal tidak
dinyatakan secara lengkap, Terikat ruang dan waktu dan Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
suara. Ragam bahasa lisan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak
terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara
visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.
Berikut ini dapat kita tarik beberapa perbedaan diantara kedua ragam bahasa tersebut.
3.1 Simpulan
Perkembangan bahasa pada anak sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar
kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain.
Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap.
Tahapan dalam perkembangan anak ada 4 tahap, yaitu : tahap pralinguistik, tahap satu kata,
tahap dua kata, tahap banyak kata. Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang pula
penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas
subsistem, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Adapaun faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah : kognisi, pola komunikasi dalam keluarga,
jumlah anak, posisi urutan kelahiran, kewibahasaan.
Para guru dapat mengintruksikan kepada para siswa untuk mengekspresikan dirinya
secara verbal dan dalam bentuk tulisan ketika mereka memecahkan persoalan dan menyelesaikan
tugas-tugas akademik.
3.2 Saran
Bagi seorang guru/orang tua sebaiknya lebih memperhatikan anak-anak didalam
berbicara dengan baik, karena berbicara yang baik untuk diajari kepada anak sangatlah susah
didalam menyebutkan kosa kata/pengucapan dengan sempurna kepada anak didalam
perkembangan bicara.
Pendidik perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi
perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk
berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang
diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih dari
pada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu
dikembangkan potensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana,Iswah. 2008. Memahami pola perkemebangan bahasa anak dalam konteks pendidikan.
Journal stain pamekasan, Vol.3(1), 2008. (online) Tanggal Akses: 14 juli 2009.
(http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/tadris/article/download/229/220.)
Riandi, Marisa. 2015. Permasalahan perkembangan bahasa dan komunikasi anak. Jurnal
pendidikan sekolah dasar,vol .1(2),2015.(online) Tanggal Akses: 16 septermber 2015.
(http://jurnal.untirta.ac.id/indeks.php/jpsd/article/view/694 .)