Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2018
Kata Pengantar
Puji syukur tercurah kepada Allah SWT atas taufik, hidayah, berkat dan
rahmat-NYA. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan
kita Rasullulah SAW, keluarganya, sahabat nya serta para pengikut nya hingga
akhir zaman.
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan ini adalah mata kuliah dengan bobot 2
SKS yang terdapat pada mata kuliah Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dan berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing
2. Semua pihak
Penulis
2
Daftar Isi
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Terdapat beberapa tokoh pembaharu dunia Islam di belahan dunia ini. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dipaparkan secara singkat tentang tokoh-tokoh
beserta gagasan atau pemikiran mereka.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari pembaharuan dalam islam ?
2. Apa latar belakang pembaharuan dalam islam ?
3. Apa pengaruh gerakan pembaharuan bagi dunia islam ?
4. Sebutkan tokoh-tokoh pembaharuan dalam islam ?
C. Tujuan
1. Apa pengertian dari pembaharuan dalam islam ?
2. Dapat mengetahui latar belakang pembaharuan dalam islam ?
3. Dapat mengetahui pengaruh gerakan pembaharuan bagi dunia islam ?
4. Dapat mengetahui tokoh-tokoh pembaharuan dalam islam ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembaharuan
Hakikat pembaharuan merujuk kepada makna kata tajdid, kemudian muncul
berbagai istilah yang dipandang memiliki relevansi makna dengan pembaruan,
yaitu modernisme, reformisme, puritanisme, revivalisme dan fundamentalisme. Di
samping kata tajdid, ada istilah lain dalam kosa kata Islam tentang kebangkitan atau
pembaruan, yaitu ishlah. Kata tajdid biasa diterjemahkan sebagai pembaharuan dan
kataishlahsebagai perubahan. Kedua kata tersebut secara bersama-sama
mencerminkan suatu tradisi yang berlanjut, yaitu suatu upaya menghidupkan
kembali keimanan Islam beserta praktik-praktiknya dalam komunitas kaum
muslimin.
Berkaitan hal tersebut, maka pembaruan dalam Islam bukan dalam hal yang
menyangkut dengan dasar atau fundamental ajaran Islam; artinya bahwa pembaruan
Islam bukanlah dimaksudkan untuk mengubah, memodifikasi, ataupun merevisi
nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam supaya sesuai dengan selera jaman, melainkan
lebih berkaitan dengan penafsiran atau interpretasi terhadap ajaran-ajaran dasar
agar sesuai dengan kebutuhan perkembangan, serta semangat jaman.
6
dikatakan baru jika bagian-bagiannya masi erat menyatu dan masi jelas. Maka
upaya pembaharuan seharunya adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan
kemurnian islam kembali.atau dengan ungkapan yang lebih jelas,
Dalam Islam sendiri, seputar ide tajdid ini, Rasulullah saw. sendiri telah
menegaskan dalam haditsnya tentang kemungkinan itu.
Beliaumengatakan,yangartinya:“Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk ummat
ini pada setiap pengujung seratus tahun orang yang akan melakukan tajdid
(pembaharuan) terhadap agamanya.” (HR. Abu Dawud , no. 3740).
Tajdid yang dimaksud oleh Rasulullah saw di sini tentu bukanlah mengganti atau
mengubah agama, akan tetapi –seperti dijelaskan oleh Abbas Husni Muhammad
maksudnya adalah mengembalikannya seperti sediakala dan memurnikannya dari
berbagai kebatilan yang menempel padanya disebabkan hawa nafsu manusia
7
sepanjang zaman. Terma “mengembalikan agama seperti sediakala” tidaklah berarti
bahwa seorang pelaku tajdid (mujaddid) hidup menjauh dari zamannya sendiri,
tetapi maknanya adalah memberikan jawaban kepada era kontemporer sesuai
dengan Syariat Allah Ta’ala setelah ia dimurnikan dari kebatilan yang ditambahkan
oleh tangan jahat manusia ke dalamnya. Itulah sebabnya, di saat yang sama, upaya
tajdid secara otomatis digencarkan untuk menjawab hal-hal yang mustahdatsat
(persoalan-persoalan baru) yang kontemporer. Dan untuk itu, upaya tajdid sama
sekali tidak membenarkan segala upaya mengoreksi nash-nash syar’i yang shahih,
atau menafsirkan teks-teks syar’i dengan metode yang menyelisihi ijma’ ulama
Islam. Sama sekali bukan.
Kedua, memberikan jawaban terhadap setiap persoalan baru yang muncul dan
berbeda dari satu zaman dengan zaman yang lain. Meski harus diingat, bahwa
“memberikan jawaban” sama sekali tidak identik dengan membolehkan atau
menghalalkannya. Intinya adalah bahwa Islam mempunyai jawaban terhadap hal
itu. Berdasarkan ini pula, maka kita dapat memahami bahwa bidang-bidang tajdid
itu mencakup seluruh bagian ajaran Islam. Tidak hanya fikih, namun juga aqidah,
akhlaq dan yang lainnya. Tajdid dapat saja dilakukan terhadap aqidah, jika aqidah
ummat telah mengalami pergeseran dari yang seharusnya.
Banyak sekali peristilahan yang digunakan para pe-nulis yang dalam bahasa
Indonesia berkonotasi pemba-haruan, umpamanya tajdid, ishlah, reformasi,
‘ashriyah, modernisasi, revivalisasi, resurgensi(resurgence), reassersi(reassertion),
renaisans, danfundamentalis. Peristilahan seperti ini timbul, bukan sekedar
perbedaan semantik belaka,akan tetapi dilihat dari isi pembaharuan itu sendiri.
8
1. Tajdid, Ishlah, dan Reformasi
Tajdid sering diartikan sebagai ishlah dan reformasi; karena itu, gerakannya
disebut gerakan tajdid, gerakan ishlah, dan gerakan reformasi. Tajdid menurut
bahasa al-i’adah wa al-ihya’ , mengembalikan dan menghidupkan. Tajdid al-din,
berarti mengembalikannya kepada apa yang pernah ada pada masa salaf, generasi
muslim awal. Tajdid al-Din menurut istilah ialah menghidupkan dan
membangkitkan ilmu dan amal yang telah diterangkan oleh al-Quran dan al-Sunnah
. Ulama salaf memberikan ta’rif tajdid sebagai berikut : Menerangkan/membersih-
kan Sunnah dari bid’ah memperbanyak ilmu dan memu-liakannya, membenci
bid’ah dan menghilangkannya” . Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai penyebaran
ilmu, meletakkan pemecahan secara Islami terhadap setiap problem yang muncul
dalam kehidupan manusia, dan menentang segala yang bid’ah. Tajdid tersebut di
atas dapat pula diartikan sebagaimana dikatakan oleh ulama salaf menghidupkan
kembali ajaran salaf al-shaleh, meme-lihara nash-nash, dan meletakkan kaidah-
kaidah yang disusun untuknya serta meletakkan metode yang benar untuk
memahami nash tersebut dalam mengambil mak-na yang benar yang sudah
diberikan oleh ulama.
Dari definisi di atas nampak, bahwa tajdid tersebut mendorong umat Islam
agar kembali kepada al-Quran dan sunnah serta mengembangkan ijtihad. Inilah
makna tajdid yang dianut oleh kaum puritan yang selama ini suaranya masih
bergema. Tajdid seperti ini pula yang di-katakan sebagai ishlah atau reformasi
dalam Islam. Refor-masi itu sendiri, berdasarkan sejarahnya, muncul akibat
modernisasi muncul sebagai reaksi atas reformasi. Reformasi adalah vis a vis
modernisasi. Reformasi sebagai akibat adanya penyimpangan agama dan teologi
yang disebabkan oleh adanya sekularisme modern.
9
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Tatkala umat Islam kontak
dengan Barat, maka modernisasi dari Barat membawa kepada ide-ide baru ke dunia
Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demok-rasi, dan lain sebagainya.
1) kebangkitan yang datang dari dalam Islam sendiri dan Islam dianggap
penting karena dianggap mendapatkan kembali prestisenya;
2) ia kembali kepada masa jayanya yang lalu yang pernah terjadi sebelumnya;
3) bangkit kembali untuk menghadapi tantangan, bahkan ancaman dari mereka
yang berpengalaman lain. Revivalisme juga berati bangkit kembali, tetapi
kembali ke masa lampau, bahkan berkeinginan untuk meng-hidupkan
kembali yang sudah usang. Renaisans, jika ha-nya diartikan secara umum
nampaknya membangkitkan kembali ke masa-masa yang sudah ketinggalan
zaman, bahkan ada konotasi menghidupkan kembali masa jahi-liyah,
sebagaimana renaisans di Eropa yang berarti meng-hidupkan kembali
10
peradaban Yunani. Jika istilah ini terpaksa digunakan, maka Renaisans
Islam harus berarti tajdid .
11
b) Revivalisasi. Menurut paham ini, “pembaharuan adalah “membangkitkan”
kembali Islam yang “murni” sebagaimana pernah dipraktekkan Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan kaum Salaf.
a. Suatu pandangan dari dalam, suatu cara dalam mana kaum muslimim melihat
bertambahnya dampak agama diantara para penganutnya. Islam menjadi penting
kembali. Dalam artian, memperoleh kembali prestise dankehormatan dirinya.
b. “Kebangkitan kembali” menunjukkan bahwa keadaaan tersebut telah terjadi
sebelumnya. Jejak hidup nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dan para
pengikutnya memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran orang-orang yang
menaruh perhatian pada jalan hidup Islam saat ini.
c. Kebangkitan kembali sebagai suatu konsep, mengandung paham tentang suatu
tantangan, bahkan suatu ancaman terhadap pengikut pandangan-pandangan lain.
Akan tetapi di sebagian umat Islam tradisional hingga sat ini tampak ada
perasaan masih belum mau menerima apa yang di maksud dengan pembaharuan
12
Islam. Hal ini, antara lain disebabkan karena salah persepsi dalam memahami arti
pembaharuan dalam Islam.mereka memandang bahwa pembaharuan Islam adalah
membuang ajaran Islam yang sama diganti dengan ajaran Islam baru, padahal
ajaran Islam yang lama itu berdasarkan hasil Ijtihad ulama besar yang dalam
ilmunya taat beribadah dan unggul kepribadiannya. Sedangkan ulama yang
sekarang di pandang kurang mendalami ilmu agamanya, kurang taat, dalam
beribadahnya, dan kurang baik budi pekertinya. Oleh Karena itu mereka masih
beranggapan bahwa pemikiran ulama di abad yang lampau sudah cukup baik dan
tidak perlu diganti dengan pemikiran ulama sekarang.
Selain itu ada pula yang memahami pembaharuan Islam dengan mengubah
Al-Quran dan Hadits, memahami Al-Quran dan Hadits menurut selera orang yang
memahaminya atau mencocokan-mencocokan makna Al-Quran dan Hadits dengan
makna yang dimaui oleh orang-orang yang menafsirkannya, sehingga Al-Quran
dan Hadits semacam setempel yang melegitimasi segala perbuatan yang dilakukan
manusia. Dengan kata lain, pembahasan Islam mereka persepsikan dengan upaya
mencocokkan kehendak Al-Quran dan Hadits dengan kehendak orang yang
menafsirkannya, bukan mengajak orang untuk hidup sesuai dengan Al-Quran dan
Hadits. Persepsi demikian hingga kini tampak di pegang terus oleh sebagian umat
Islam Tradisional tanpa mau melakukan dialog atau dikusi dengan para tokoh
Pembaharu Islam, sehingga munculah istilah kaum modernis dan kaum tradisional.
Modern berarti terbaru, mutakhir atau sikap dan cara berpikir serta bertindak
dengan tuntutan zaman. Sedangkan modernisasi adalah pergeseran sikap dan
mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup
masa kini.
Selain itu pembaharuan dalam Islam dapat pula berarti mengubah keadaan
umat agar mengikuti ajaran yang terdapat di dalam Al-Quran dan Sunnah. Hal ini
perlu dilakukan, karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Quran
dengan kenyataan yamg terjadi di masyarakat. Al-Quran misalnya mendorong
umatnya agar menguasai pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan modern serta
teknologi secra seimbang; hidup bersatu, rukun, dan damai sebagai suatu keluarga
besar; bersikap dinamis, kreatif, inovatif, demokratis, terbuka, menghargai
13
pendapat orang lain, menghargai waktu, menyukai kebersihan, dan lain sebagainya.
Namun kenyatan umatnya menunjukan keadan yang berbeda. Sebagaian besar umat
Islam hanya mengetahui pengetahuan agama sedangkan ilmu pengetahuan modern
tidak dikuasai bahkan dimusuhi; hidup dalam keadan penuh pertentangan dan
peperangan, satu dan lainnya saling bermusuhan, statis, memandang cukup apa
yang ada, tidak ada kehandak untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja,
bersikap diktator, kurang menghargai waktu, kurang terbuka, dan lain sebagainya.
Sikap dan pandangan hidup umat demikian jelas tidak sejalan dengan ajaran Al-
Quran dan Sunnah, dan hal demikian harus diperbarui dengan jalan kembali kepada
dua sumber ajaran Islam yang utama itu. Dengan demikian, maka pembaruan Islam
mengandung maksud mengembalikan sikap dan pandangan hidup umat agar sejalan
dengan petunjuk Al-Quran dan Sunnah. Untuk mendukung pernyataan tersebut,
Harun Nasution dalam bukunya berjudul Pembaharuan dalam Islam telah banyak
mengemukakan ide-ide pembaharuan Islam dengan maksud seperti diungkapkan
diatas.
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Abad
inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol,
di Timur Melalui Pesia sampai India. Daerah-daerah ini kepada kekuasaan kholifah
yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus, dan
terakhir di Bagdad. Dabad ini lahir para pemikir dan ulama besar seperti; Maliki,
Syafi’I, Hanafi, dan Hambali. Dengan lahirnya pemikiran para ulama besar itu,
maka ilmu pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya,
baik dalam bidang agama, nono agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya.
Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang
menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang barat
(Eropa) pada abad selanjutnya.
Di pandang dari segi sejarah kebudayaan, maka maka tugas memelihara dan
menyebarkan ilmu pengetahuan itu tidaklah kecil nilainya dibanding dengan
mencipta ilmu pengetahuan.
14
Di antara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam
adalah:
Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan
kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap
orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha, umat
Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh
karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk
berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya
pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan
mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan,
karena adanya persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk
mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan.
Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Dengan
adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran
dibandingkan dengan Barat, terutama sekali ketika terjadinya peperangan antara
kerajaan Usmani dengan negara-negara Eropa, yang biasanya tentara kerajaan
Usmani selalu memperoleh kemenangan dalam peperangan, akhirnya mengalami
kekalahan-kekalahan di tangan Barat, hal ini membuat pembesar-pembesar Usmani
untuk menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa yang aru muncul. Menurut
mereka rahasianya terletak pada kekuatan militer modern yang dimiliki Eropa,
sehingga pembaharuan dipusatkan di dalam lapangan militer, namun pembaharuan
di bidang lain disertakan pula.
15
juga untuk kemajuan ajaran-ajaran agama Islam itu.Adapun yang melatarbelakangi
pemikiran politik Islam adalah: Pertama, kemunduran dan kerapuhan dunia Islam
yang disebabkan oleh faktor internal dan yang berakibat munculnya gerakan-
gerakan pembaharuan dan pemurnian. Kedua, rongrongan Barat terhadap keutuhan
kekuasaan politik dan wilayah dunia Islam yang berakhir dengan dominasi atau
penjajahan oleh negara-negara Barat tersebut. Ketiga, keunggulan Barat dalam
bidang ilmu, teknologi, dan organisasi.
Ketiga hal tersebut ini juga memberi pengaruh pada pemikiran politik Islam
yakni banyak di antara para pemikir politik Islam tidak mengetengahkan konsepsi
tentang system politik Islam, tetapi lebih kepada konsepsi perjuangan politik umat
Islam terhadap kezaliman penguasa, lebih-lebih terhadap imperialis dan kolonialis
Barat. Perhatian mereka lebih banyak dipusatkan pada perjuangan pembebasan
dunia Islam dari cengkraman atau dominasi Barat. Kalau gerakan pembaharuan
umat Islam di Turki pada akhirnya menimbulkan Negara Turki yang bersifat
sekuler, gerakan pembaharuan umat Islam di India melahirkan Negara Pakistan
yang mempunyai agama sebagai dasar. Gerakan yang diusung oleh tiga tokoh
pembaharu, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid
Ridha, dikenal dengan gerakan Salafiyah yaitu suatu aliran keagamaan yang
berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus
kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh
generasi pertama Islam.
16
orang-orang Nashrani, umat Islam pun mempelajari filsafat untuk membantah
tuduhan-tuduhan terhadap aqidah Islam, yang pada perkembangannya disebut
dengan ilmu kalam. Ilmu kalam ini dikembangkan oleh generasi setelah shahabat
(khalaf) yang berbeda dengan generasi shahabat (salaf). Kalangan khalaf telah
membahas lebih jauh tentang dzat Allah dengan menggunakan metode pembahasan
filosof Yunani. Metode ini menjadikan akal sebagai dasar pemikiran untuk
membahas segala hal tentangiman.
Terkikisnya pemahaman Islam yang hakiki terus berlanjut sampai awal abad
ke-13 H. Saat itu umat Islam mulai mengupayakan pembaruan untuk memahami
syariat Islam yang akan diterapkan dalam masyarakat. Islam ditafsirkan tidak
semata-mata selaras dengan isi kandungan nash-nash. Disaat kaum muslimin
mengalami kemerosotan berfikir, cara pandang mereka mulai teracuni oleh cara
pandang asing. Tsaqofah Islam kian melemah. Upaya-upaya pembaruan semakin
merebak. Para pembaru memandang perlunya mengatasi masalah dengan
melakukan interpretasi hukum-hukum Islam agar sesuai dengan kondisi yang ada.
Mereka mengeluarkan kaidah-kaidah umum dan hukum-hukum terperinci sesuai
dengan pandangan tersebut. Bahkan mereka membuat kaedah umum yang tidak
berdasarkan perspektif wahyu (Al-Quran dan Hadits).
Sampai dengan perempat ketiga abad ini, gerakan Islam lebih merupakan
pembaharuan dalam pengertian revitalitas atau semacam romantisme. Hampir
seluruh gerakan Islam dimotori oleh semangat menghidupkan kembali tradisi Islam
Klasik sebagai reaksi atas kebangkrutan kekuasaan politik Islam di satu sisi
sementara didomonasi politik dan intelektual Barat modern merupakan fenomena
17
mondial. Gerakan Islam baik di Timur Tengah maupun beberapa kawasan Asia
seperti India bertumpu pada emansipasi politik dan intelektual dalam romantisme
dan revitalisasi di atas
18
C. Pengaruh Gerakan Pembaharuan Bagi Dunia Islam
19
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gerakan pembaruan yang
menyebabkan lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan,
tetapi seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian menjelma menjadi
kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan hal tersebut dirasakan
mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir para pembaru Islam, baik
di tingkat nasional maupun internasional
20
membangun negara saudi.perubahan orientasi ini terlihat jelas ketika Ibn Abd al-
Wahhab berkoalisi dengan keluarga al-Su’ud.
Hanya Al-Quran dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-
ajaran islam. Jadi semua pendapat ulama tidak merupakan sumber ajaran
islam.
Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.
2. Jamaluddin al-Afghani
Pemikiran politik Al-Afghani ada dua unsur utama: kesatuan dunia Islam
dan populisme. Doktrin kesatuan politik dunia Islam, yang dikenal sebagai Pan
21
Islamisme didesakkan oleh Al-Afghani sebagai satu-satunya benteng pertahanan
terhadap pendudukan dan dominasi asing atas negeri-negeri muslim. Dorongan
populis timbul baik dari pertimbangan keadilan intriksinya dan dari kenyataan
bahwa suatu pemerintahan konstitusional oleh rakyat sajalah yang akan kuat
berdiri, stabil dan merupakan jaminan yang sebenarnya menghadapi kekuatan dan
intrik-intrik asing.
3. Muhammad Abduh
22
Pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh meliputi:
Nama lenkapnya adalah Muhammda Rasyid bin Ali Rida bin Muhammad
Syamsuddin bin Muhammad Baharuddin bin Mula Ali Kalifa. Ia lahir di al-
Qalamun, sebuah desa dekat Tripoli ditepi pantai Mediteranian sebelah utara
Lebanon (Syria), pada tanggal 27 Jumadil Ula 1282 H/ 23 September 1865 M dan
meninggal pada 23 Jumadil Ula 1354 H/22 Agustus 1935 M. Secara geneologis, ia
masih memiliki pertalian darah dengan al-Husein bin Ali bin Thalib, cucu Nabi
Muhammad dari garis Fatimah.
23
1) Keagamaan, menurut Rasyid Ridha bahwa kemunduran yang diderita umat
Islam karena mereka tidak mengamalkan ajaran Islam yang sebenarnya,
mereka telah menyeleweng dari ajaran tersebut. Untuk itu, umat Islam harus
dikembalikan kepada ajaran Islam yang semestinya, bebas dari segala bid’ah,
sederhana dalam ibadah dan muamalah. Ia juga menganjurkan pembaharuan
dalam bidang hukum yakni penyatuan madzhab.
2) Pendidikan, Rasyid Ridha mengajukan pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan
umum dengan ilmu-ilmu agama Islam disekolah. Maka kurikulum yang ada
perlu dimasukkan teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah,
ekonomi, ilmu hitung, ilmu kesehatan, bahasa asing, dan ilmu kesejahteraan
keluarga, disamping itu juga adalah ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fikih,
hadist, dan sebagainya yang biasa diajarkan disekolah-sekolah tradisional.
3) Politik, menurut Rasyid Ridha bahwa paham nasionalisme bertentangan
dengan ajaran persaudaraan seluruh umat (Ukhuwah Uslamiyyah).
Persaudaraan dalam islam tidak mengenal dengan adanya perbedaan bahasa,
tanah air, dan bangsa.
5. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1876. Ia berasal dari keluarga
kasta Brahmana Khasmir. Ayahnya bernama Nur Muhammad yang terkenal saleh
adalah guru pertamanya, lalu dimasukkan ke maktab untuk mempelajari Al-Qur’an.
Kemudian Scottish Mission School mempelajari pelajaran agama, bahasa Arab dan
Persia. Setelah tamat sekolah Sialkot, ia belajar ke Lahore belajar di Government
24
College sampai mendapat gelar M.A. tahun 1905 dan ke Inggris belajar filsafat pada
Universitas Cambridge. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Munich Jerman sampai
memperoleh gelar Ph. D dalam bidang tasawuf dengan desertasinya berjudul The
Development of Methaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia).
25
Pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal mempengaruhi dunai Islam pada
umumnya, terutama dalam pembaharuan di India. Ia menimbulkan paham
dinamisme di kalangan umat Islam India dan menunjukan jalan yang harus mereka
tempuh untuk masa depan agar umat Islam minoritas di anaak benua itu dapat
bertahan hidup dari tekanan luar dengan terwujudnya republik Pakistan.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah kita telaah bersama pembahasan yang diatas yang dimana merupakan
bagaimana para tokoh-tokoh dalam menggerakan islam melalui pembaharuannya
yang sekarang masih melekat dikalangan kita yang membuat kita sebagai umat
Nabi Muhammad SAW dizaman modern seperti sekarang yang membuat kita tidak
tergilas oleh roda perputaran zaman yang semakin hari semakin mebuat kita merasa
kebingungan dalam menentukan suatu hukum kehidupan.
27
DAFTAR PUSTAKA
https://nanpunya.wordpress.com/2009/04/14/pengaruh-perkembangan-dunia-
islam-terhadap-umat-islam-di-indonesia/
28