Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LAPORAN STATUS

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. S/Perempuan/31 tahun
2. Pekerjaan/pendidikan : IRT
3. Alamat : RT.08 Ulu Gedong
II. Latar Belakang Sosio-Ekonomi-Demografi dan Lingkungan Keluarga
a. Status perkawinan : Menikah
b. Status kehamilan : G2P1A0
c. Status ekonomi keluarga : Menengah ke bawah
d. KB yang diikuti :-
e. Kondisi rumah : Rumah permanen ukuran 5x7 m2 yang
berdinding papan, berlantai papan, dan beratap genteng. Terdapat 1 ruang
tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Jamban menggunakan
wc leher angsa yang disalurkan ke septitank. Pembuangan limbah melalui
parit. Pencahayaan dan ventilasi baik. Sumber air berasal dari sumur.
Penerangan berasal dari PLN. Jarak septitank ke sumur sekitar 7 meter.
f. Kondisi lingkungan : Rumah pasien berjarak cukup dekat dengan rumah
lainnya.

III.Aspek Psikologi dan perilaku di keluarga


 Hubungan pasien dengan suami dan anggota keluarga lain baik
 Kebiasaan cuci tangan pakai sabun (-)
 Pasien suka mengkonsumsi makanan asin

IV. Anamnesa
Keluhan Utama : sakit kepala sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas.
Riwayat perjalanan Penyakit : Pasien datang untuk memeriksakan
kandungannya dan setelah diperiksa didapatkan tekanan darah pasien tinggi.
Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh kepala terasa sakit dan berat. sakit
kepala berkurang jiika beristirahat, pusing berputar(-). Kaki bengkak (-)
Kejang (-) demam (-) pusing (-) mual muntah (-) sakit perut (-) BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Hari pertama haid terakhir tanggal 02 Mei 2019. Ini
merupakan kehamilan kedua pasien setelah anak pertamanya yang berusia 4
Tahun. Sejak hamil, ini merupakan kali pertama pasien untuk melakukan

1
pemriksaan Antenatal care di puskesmas dikarenakan BPJS pasien belum
aktif.
V. Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat Hipertensi dalam kehamilan sebelumnya disangkal
 Riwayat Hipertensi sebelum hamil disangkal.
VI. Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat mengalami penyakit yang sama (-).
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)
VII. Riwayat alergi dan obat obatan
Tidak ada alergi dan tidak mengkonsumsi obat-obatan
VIII. Riwayat Haid
Menarche umur : 15 tahun
Haid : Teratur
Lama haid : 6-7 hari
Siklus : 28 hari
Warna : Merah tua
Bau Haid : Anyir
Flour Albus :-
IX. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Menikah
Jumlah : 1 kali
Lama : 5 tahun
Umur : 26 tahun

X. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 140/90 mmhg
Nadi : 82 x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36.5⁰C
CRT : superior dan inferior: <2 detik
BB/TB : 69 kg / 163 cm

2
Pemeriksaan Generalisata
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), skelera ikterik (-/-),
pupil bulat, isokor, diameter 3mm, refleks cahaya (+/+)
THT : tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak :
Paru :
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
 Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
 Perkusi : Sonor
 Auskustasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra 2
jari medial sela iga V
 Perkusi : batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen:
 Inspeksi : cembung, venektasi (-), luka parut (-)
 Auskultasi : BU (+) normal
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Ekstermitas : Akral hangat, oedema (-), sianosis (-)
Status Obstetri
HPHT : 02 Mei 2019
Tafsiran persalinan : 09 Februari 2020
Usia kehamilan : 30-31 minggu
Leopold I : TFU 30 cm, teraba massa lunak tidak melenting
Leopold II : Pu-ki
Leopold III : Teraba bagian keras, bundar, melenting
Leopold IV : belum masuk PAP
TBJ : (30– 12) x 155 = 2.790 gr
HIS :-
Auskultasi : DJJ (+) 134x/menit

3
XI. Pemeriksaan Penunjang :
a. Darah Rutin

WBC : 7.39 x 10 3 /mm3 (3,5-10,0 103/mm3)
6 3

RBC : 5.07 x 10 /mm (3,80-5,80 106/mm3)

Hb : 13.4 L g/dl (11,0-16,5 g/dl)

Ht : 35,8 L % (35,0-50%)
3 3

PLT : 246 x 10 /mm (150-390 103/mm3)
b. Urin rutin :
 Warna : kuning Muda
 Protein : -
 Berat Jenis : 1030
 PH : 6.0
XII. Diagnosa Kerja :
G1P1A0 dengan Hipertensi Gestasional (ICD X O14.0)
XIII. Diagnosa Banding
Preeklampsia ringan

XIV. Manajemen
a. Promotif :
 Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan
pengobatannya
 Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin terhadap
kehamilannya
b. Preventif
 Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
 Menghindari faktor resiko yang dapat memicu progresifitas penyakit
seperti mengurangi konsumsi makanan asin
 Istirahat yang cukup
 Rajin melakukan ANC
c. Kuratif
Non Farmakologi
 Istirahat yang cukup
 Makan makanan bergizi

Farmakologi :
Tidak diberikan obat di puskesmas

d. Rehabilitatif
 Kontrol teratur untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut mengenai
penyakit dan perkembangan janin pasien
 Jika ada keluhan, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat

4
RESEP
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang
dr. Melan Justari
SIP: 216104

Tanggal: 2018

R/

Pro:....................... Umur:............................
Alamat:........................................................
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB II Dinas Kesehatan Kota Jambi

TINJAUAN PUSTAKA Puskesmas Olak Kemang


dr. Melan Justari
2.1 Definisi SIP: 216104
Hipertensi dalam pada kehamilan
adalah hipertensi yang terjadi saat
Tanggal: 2018
kehamilan berlangsung dan biasanya
pada bulan terakhir kehamilan atau R/
lebih setelah 20 minggu usia kehamilan
pada wanita yang sebelumnya
normotensif, tekanan darah mencapai
nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan
Pro:....................... Umur:............................
tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan Alamat:........................................................
1 Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
diastolik 15 mmHg di atas nilai normal.
2.2 Klasifikasi

5
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Menurut The
International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP)
memberikan suatu klasifikasi untuk mendiagnosa jenis hipertensi dalam
kehamilan yaitu :

1. Hipertensi gestasional dan/atau proteinuria selama kehamilan, persalinan,


atau pada wanita hamil yang sebelumnya normotensi dan non-proteinuri.

 Hipertensi gestasional (tanpa proteinuria)

 Proteinuria gestasional (tanpa hipertensi)

 Hipertensi gestasional dengan proteinuria (pre-eklamsi)

2. Chronic hypertension (sebelum kehamilan 20 minggu) dan penyakit ginjal


kronis (proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu)

 Hipertensi kronis (without proteinuria)

 Penyakit ginjal kronis (proteinuria dengan atau tanpa


hipertensi)

 Hipertensi kronis dengn superimposed

 Pre-eklamsi (proteinuria)

3. Unclassified hypertension dan/atau proteinuria

4. Eklampsia.18

Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the


NHBPEP (2000) dibagi menjadi 5 tipe, yaitu :


Hipertensi gestasional


Preeklamsi


Eklamsi

6

Preeklamsi superimposed pada hipertensi kronis


Hipertensi kronis.2,4,5

2.3 Etiologi
Sebab-sebab potensial yang mungkin menjadi penyebab hipertensi dalam
kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Invasi trofoblastik abnormal pembuluh darah uterus.
Pada implantasi normal, arteri spiralis uterus mengalami remodelling yang
luas ketika diinvasi oleh trofoblas endovaskular. Akan tetapi, pada
preeklamsi terdapat invasi trofoblastik yang tidak lengkap. Pada kasus ini,
pembuluh darah decidua menjadi sejajar dengan trofoblas endovascular,
besarnya defek invasi trofoblastik terhadap arteri spiralis berhubungan
dengan beratnya hipertensi.1 Pada preeklampsia awal meliputi kerusakan
endotelial, perembesan isi plasma pada dinding arteri, proliferasi sel
miointimal, dan nekrosis tunika media. Lipid mengumpul pada sel-sel
myointimal dan kemudian pada makrofag akan membentuk atherosis.
Obstruksi lumen arteriol spiral oleh atherosis dapat mengganggu aliran
darah plasenta. Perubahan-perubahan ini dianggap menyebabkan perfusi
plasenta menjadi berkurang secara patologis, yang pada akhirnya
menyebabkan sindrom preeklamsi.1
2. Intoleransi imunologis antara jaringan plasenta ibu dan janin.
Hanya ada sedikit data yang mendukung keberadaan teori bahwa
preeklamsi adalah proses yang dimediasi sistem imun. Perubahan adaptasi
pada sistem imun dalam patofisiologi preeklamsia dimulai pada awal
trimester kedua. Wanita yang cenderung mengalami preeklamsi memiliki
jumlah T helper cells (Th1) yang lebih sedikit.dibandingkan dengan wanita
yang normotensif. Ketidakseimbangan ini terjadi karena terdapat dominasi
Th2 yang dimediasi oleh adenosin. Limfosit T helper ini mengeluarkan
sitokin spesifik yang memicu implantasi dan kerusakan pada proses ini
dapat menyebabkan preeklamsi.1

7
3. Maladaptasi maternal pada perubahan kardiovaskular atau inflamasi
dari kehamilan normal.
4. Faktor nutrisi.
5. Pengaruh genetik.

Patofisiologi terjadinya gangguan hipertensi akibat kehamilan.


2.4 Faktor Risiko
Faktor risiko pada preeklamsi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Faktor risiko maternal :
-
Kehamilan pertama
-
Primipaternity
-
Usia < 18 tahun atau > 35 tahun
-
Riwayat preeklamsi
-
Riwayat preeklamsi dalam keluarga
-
Ras kulit hitam
-
Obesitas
-
Interval antar kehamilan < 2 tahun atau > 10 tahun. 1,5
2. Faktor risiko medikal maternal :

8
- Hipertensi kronis, khusunya sebab sekunder hipertensi kronis
seperti hiperkortisolisme, hiperaldosteronisme, faeokromositoma,
dan stenosis arteri renalis
- Diabetes yang sedang diderita (tipe 1 atau 2), khususnya dengan
komplikasi mikrovaskular
- Penyakit ginjal
- Systemic Lupus Erythematosus
- Obesitas
- Trombofilia
- Riwayat migrain
- Pengguna anti depresan selective serotonin uptake inhibitor >
trimester I.
1. Faktor risiko plasental atau fetal :
- Kehamilan multipel
- Hidrops fetalis
- Penyakit trofoblastik gestasional

2.5 Diagnosis dan Gejala Klinis Preeklamsi


Hipertensi gestasional didiagnosis pada wanita dengan tekanan darah
mencapai 140/90 mmHg atau lebih besar, untuk pertama kalinya selama
kehamilan tetapi tidak terdapat proteinuria. Hipertensi gestasional disebut juga
transient hypertension jika preeklampsia tidak berkembang dan tekanan darah
telah kembali normal pada 12 minggu postpartum. Apabila tekanan darah naik
cukup tinggi selama setengah kehamilan terakhir, hal ini berbahaya terutama
untuk janin, walaupun proteinuria tidak pernah ditemukan. Seperti yang
ditegaskan oleh Chesley (1985), 10% eklamsi berkembang sebelum proteinuria
yang nyata diidentifikasi. Dengan demikian, jelas bahwa apabila tekanan darah
mulai naik, ibu dan janin menghadapi risiko yang meningkat. Proteinuria adalah
suatu tanda dari penyakit hipertensi yang memburuk, terutama preeklampsia.
Proteinuria yang nyata dan terus-menerus meningkatkan risiko ibu dan janin.2,5

Kriteria Diagnosis pada hipertensi gestasional yaitu :

9
-
TD 140/90 mmHg yang timbul pertama kali selama kehamilan.

-
Tidak ada proteinuria.

-
TD kembali normal < 12 minggu postpartum.

-
Diagnosis akhir baru bisa ditegakkan postpartum.

-
Mungkin ada gejala preeklampsia lain yang timbul, contohnya nyeri
epigastrium atau trombositopenia.5

Proteinuria adalah tanda penting dari preeclampsia. Proteinuria yaitu


protein dalam urin melebihi 300mg per 24 jam, atau pada sampel urin secara acak
menunjukkan 30 mg/dL (1 + dipstick) secara persisten. 1,2,8
Dengan demikian, kriteria minimum untuk diagnosis preeklamsi adalah
hipertensi dengan proteinuria yang minimal. Temuan laboratorium yang abnormal
dalam pemeriksaan ginjal, hepar, dan fungsi hematologi meningkatkan kepastian
diagnosis preeklamsi. Selain itu, pemantauan secara terus-menerus gejala
eklampsia, seperti sakit kepala dan nyeri epigastrium, juga meningkatkan
kepastian tersebut. 1,2,3
Kriteria diagnosis pada preeklamsi terdiri dari :
Kriteria minimal, yaitu :
- TD 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.
- Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick.

Kemungkinan terjadinya preeklamsi :


- TD 160/110 mmHg.
- Proteinuria 2.0 g/24 jam atau 2+ dipstick.
- Kreatinin serum > 1.2 mg/dL kecuali sebelumnya diketahui sudah
meningkat.
- Trombosit <100.000/mm3.
- Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDH).

10
- peningkatan ALT atau AST.
- Nyeri kepala persisten atau gangguan penglihatan atau cerebral lain.
- Nyeri epigastrium persisten.
Semakin banyak ditemukan penyimpangan tersebut, semakin besar
kemungkinan harus dilakukan terminasi kehamilan. Perbedaan antara preeklamsi
ringan dan berat dapat sulit dibedakan karena preeklamsi yang tampak ringan
dapat berkembang dengan cepat menjadi berat. 1,2,3

2.6 Penatalaksanaan
Penanganan pra-kehamilan
Setiap wanita harus dievaluasi sebelum konsepsi untuk menentukan kondisi
tekanan darahnya. Jika terdapat hipertensi, dapat ditentukan beratnya, sebab
sekunder yang mungkin, kerusakan target organ, dan rencana strategis
penatalaksanaannya. Kebanyakan wanita penderita hipertensi yang merencanakan
kehamilan harus menjalani skrining adanya faetokromositoma karena angka
morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi apabila keadaan ini tidak terdiagnosa
pada ante partum.8
Pada umumnya, frekuensi kunjungan antenatal menjadi sering pada akhir
trimester untuk menemukan awal preeklamsi. Wanita hamil dengan tekanan darah
yang tinggi (140/90 mmHg) akan dievaluasi di rumah sakit sekitar 2-3 hari untuk
menentukan beratnya hipertensi. Wanita hamil dengan hipertensi yang berat akan
dievaluasi secara ketat bahkan dapat dilakukan terminasi kehamilan. Wanita hamil
dengan penyakit yang ringan dapat menjalani rawat jalan. 3
Pada wanita penderita hipertensi yang merencanakan kehamilan, penting
diketahui mengenai penggantian medikasi anti hipertensi yang telah diketahui
aman digunakan selama kehamilan, seperti metildopa atau beta bloker.
Penghambat ACE dan ARB jangan dilanjutkan sebelum terjadinya konsepsi atau
segera setelah kehamilan terjadi. 3
Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan pada wanita dengan hipertensi
berat, terutama apabila terdapat hipertensi yang persisten atau bertambah berat
atau munculnya proteinuria. Evaluasi secara sistematis meliputi :

11
1. Pemeriksaan detil diikuti pemeriksaan harian terhadap gejala klinis seperti
sakit kepala, pandangan kabur, nyeri epigastrium, dan penambahan berat
badan secara cepat.
2. Penimbangan berat badan saat masuk rumah sakit dan setiap hari
setelahnya.
3. Analisis proteinuria saat masuk rumah sakit dan setiap 2 hari.
4. Pengukuran tekanan darah dengan posisi duduk setiap 4 jam kecuali saat
pertengahan tengah malam dengan pagi hari.
5. Pengukuran serum kreatinin, hematokrit, trombosit, dan serum enzim hati,
frekuensi pemeriksaan tergantung beratnya penyakit.
6. Evaluasi berkala tentang ukuran janin dan cairan amnion secara klinis dan
dengan menggunakan ultrasonografi.1,2,5
Selain itu, pasien juga dianjurkan mengurangi aktivitas sehari-harinya yang
berlebihan. Tirah baring total tidak diperlukan, begitu pula dengan pemberian
sedatif. Diet harus mengandung protein dan kalori dalam jumlah yang cukup.
Pembatasan garam tidak diperlukan asal tidak berlebihan.

Pilihan obat anti hipertensi


Tujuan utama dalam mengobati hipertensi kronis dalam kehamilan adalah
menurunkan risiko maternal, tetapi pemilihan obat anti hipertensi lebih
memperhatikan keselamatan janin. Terapi lini I yang banyak disukai adalah
metildopa, berdasarkan laporan tentang stabilnya aliran darah uteroplasental dan
hemodinamika janin dan ketiadaan efek samping yang buruk pada pertumbuhan
anak yang terpapar metildopa saat dalam kandungan. Alternatif lain seperti
antagonis kalsium yaitu nifedipin juga dapat dipergunakan. 2,3
Tabel 2.1 Panduan Obat Anti Hipertensi 1,2,5

OBAT REKOMENDASI
Nifedipine Dimulai dengan 10 mg oral dan ulangi setiap 30 menit bila perlu.
Dosis maksimum 120 mg/hari.
methyldopa 0,5 – 3,0 g/hari, dibagi dalam 2-3 dosis yaitu 3x 500 mg.
diazokside 30-60 mg i.v/5 menit atau infus 10 mg/menit/dititrasi
Sodium Hanya digunakan pada kasus hipertensi yang tidak berespon

12
nitroprussid terhadap obat yang terdaftar disini. Dimulai dengan dosis 0.25
µg/kg/menit sampai dosis maksimal 5µg/kg/menit. Fetal sianida
terjadi jika digunakan lebih dari 4 jam.

BAB III
ANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Rumah semi permanen ukuran 5x7 m2 yang berdinding papan,
berlantai papan, dan beratap genteng. Terdapat 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1
dapur dan 1 kamar mandi. Jamban menggunakan wc leher angsa yang
disalurkan ke septitank. Pembuangan limbah melalui parit. Pencahayaan dan
ventilasi kurang. Sumber air berasal dari sumur. Penerangan berasal dari PLN.

13
Jarak septitank ke sumur sekitar 7 meter. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga
Hubungan dengan keluarga baik dan tidak ada riwayat keluarga yang
mengalami hal yang sama dengan pasien maupun riwayat hipertensi dalam
keluarga. Tidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan
hubungan dalam keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Pasien baru pertama kali melakukan ANC, pasien jarang berolah raga
dan suka makan makanan tinggi garam dan lemak. Hal tersebut dapat menjadi
faktor resiko pada penyakit pasien. Ada hubungan antara diagnosis dengan
perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit


Beberapa etiologi dan faktor predisposisi preeklamsi ini antara lain
Kehamilan pertama, Primipaternity, usia < 18 tahun atau > 35 tahun,riwayat
preeklamsi, obesitas, riwatar HT sebelumnya dan terdapat hubungan dengan
penyakit keluarga. Pada pasien ini, faktor kebiasaan dapat merupakan faktor
resiko yang dapat menyebabkan penyakit pasien.

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi
Pada pasien ini disarankan untuk istirahat yang cukup, melakukan diet
rendah garam, meningkatkan makanan tinggi protein serta bergizi, rajin
melakukan antenatal care untuk mengukur tekanan darah dan memeriksa
kondisi janin.

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga

14
 Menjelaskan tentang penyakit yang diderita, cara penanggulangannya dan
penatalaksanaannya.
 Memberitahu pasien untuk rajin melakukan antenatal care
 Mengkonsumsi obat teratur dan sesuai anjuran dokter
 Diet rendah lemak, rendah garam dan mengkonsumsi makanan tinggi
protein
 Lebih banyak mengkonsumsi air putih
 Mengikuti program senam ibu hamil yang ada dipuskesmas untuk
kesejahteraan ibu dan janin
 Jika terdapat keluhan, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S, hipertensi kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-3,


Wiknjosastro H, Saifuddin A, Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301
2. Kelompok Kerja Penyusunan Hipertensi dalam Kehamilan-Himpunan
Kedokteran Fetomaternal POGI, Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan di Indonesia, edisi ke-2, Angsar M, penyunting, 2005: 1-27
3. National Heart, Lung, and Blood Institute, Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, dalam The Seventh
Report of the Joint National Committee, NIH publication, 2004 : 49-52

15
4. Gibson P, Carson M, Hypertension and Pregnancy, 30 Juli 2009, diakses
tanggal 5 September 2018, dari http :
//emedicine.medscape.com/article/261435
5. Seely E, Maxwell C, Chronic Hypertension in Pregnancy. 2007, diakses
dari http : //circ.ahajournals.org/cgi/content/full/115.

Lampiran

16
17

Anda mungkin juga menyukai