Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metamfetamin merupakan narkotika golongan 1. Narkotika adalah zat atau


obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Di Indonesia
metamfetamin dikenal sebagai shabu. Metamfetamin dapat meningkatkan atensi,
konsentrasi, energi dan dalam dosis yang tinggi dapat memberi efek euphoria,
meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan libido. Metamfetamin dapat
digunakan secara injeksi intravena, dihisap, dihirup dan suppositoria. Kepopuleran
metamfetamin mengalahkan kokain karena sekali memakai metamfetamin, dapat
membuat orang melayang selama 6-12 jam, sedangkan penggunaan kokain hanya
membuat orang yang mengkonsumsinya melayang selama 0,5-1 jam. Dibandingkan
dengan kokain yang harus diimpor, metamfetamin adalah obat sintetik yang dapat
dibuat secara domestik dilaboratorium ilegal.1-5
Sebelumnya berdasarkan UU No. 5 tahun 1997 metamfetamin digolongkan
sebagai psikotropika golongan II, namun semenjak UU no.2 tahun 2017 tentang
perubahan golongan narkotika diberlakukan, metamfetamin dimasukkan dalam
Narkotika golongan 1.6,7
Dalam ilmu Kedokteran metamfetamin digunakan untuk terapi Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak dan dewasa dan untuk
menurunkan berat badan pada pasien obesitas. Di pasaran Amerika metamfetamin
yang disetujui oleh FDA adalah merk Desoxyn.5
Menurut data BNN pada dari tahun 2012-2016 jumlah kasus penyalahgunaan
narkotika yang paling banyak adalah shabu dengan 3.059 kasus diikuti ekstasi 194
kasus dan ganja 172 kasus.8

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metamfetamin
2.1.1 Definisi Metamfetamin
Metamfetamin adalah obat stimulan yang berefek pada sistem saraf pusat dan
secara spesifik bekerja pada sistem saraf simpatis. Metamfetamin dapat
meningkatkan atensi, konsentrasi, energi dan dalam dosis yang tinggi dapat member
efek euphoria, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan libido. Nama
sistematiknya menurut IUPAC adalah N,α-dimethylfenetilamina. Diproduksi pertama
kali di Jepang pada tahun 1919. Dalam kehidupan sehari-hari, metamfetamin dikenal
dengan sabu, ubas, blue ice, kaca dan mecin. 9,10
2.1.2 Struktur, Bentuk dan Cara Penggunaan Metamfetamin
Struktur metamfetamin menyerupai feniletilamin, zat kimia yang terdapat
dalam coklat, keju dan wine. Saat dikonsumsi, feniletilamin cepat di degradasi oleh
enzim monoamine oksidase. Ketika grup metil (-CH3) berikatan dengan feniletilamin
maka akan membentuk amfetamin. Bila pada amfetamin ditambahkan grup metil (-
CH3) di struktur nitrogen dasarnya, maka akan membentuk metamfetamin. Grup
metil memiliki sifat melindungi dari degradasi oleh monoamine oksidase, karena itu
metamfetamin bertahan lebih lama di dalam tubuh dibandingkan feniletilamin.9
Gambar 2.1 Struktur: 1. Ephedrine, 2. Feniletilamin, 3. Amphemetamine,
4. Methamphetamine
Metamfetamin tersedia dalam bentuk metamfetamin hidroklorid berupa tepung atau
kristal yang larut air, alkohol, kloroform tetapi tidak larut dalam eter, tidak berbau
dan rasanya pahit. Cara penggunaan metamfetamin
1. Dalam bentuk pil atau tablet diminum peroral.
2. Dalam bentuk bubuk dikenal dengan nama speed atau louie, dikonsumsi
dengan cara snorted atau dihirup melalui hidung.
3. Dalam bentuk kristal, dibakar dengan menggunakan kertas aluminium foil
sehingga asapnya akan mengalir dari ujung satu ke ujung lainnya dan asapnya

2
dihisap (smoked/dirokok) dengan menggunakan botol kaca yang dirancang
khusus (bong) yang didalamnya berisi air, air ini berfungsi sebagai filter.
4. Dalam bentuk kristal yang dilarutkan lalu diinjeksi intravena. Metode injeksi
merupakan metode yang paling popular namun memiliki risiko paling tinggi
dari cara penggunaan lainnya. Dosisnya mulai dari 100 mg hingga lebih dari 1
gram. Penggunaan injeksi IV beresiko mengalami emboli pulmonal,
menyumbat aliran arteri paru atau bronkus, beresiko skin rash dan infeksi
pada lokasi injeksi. Penggunaan pemakaian jarum suntik yang sama akan
beresiko HIV atau hepatitis.
5. Suppositoria (memasukkan metamfetamin lewat anal atau vagina) . Metode
ini jarang dipakai, namun memiliki bioavailabilitas tinggi setelah injeksi dan
memiliki onset onset yang cepat dibandingkan inhalasi 5,11

2.1.3 Farmakokinetik Metamfetamin


a. Metabolisme
Metamfetamin di metabolisme terutama di hati melalui beberapa jalur, antara
lain:
1. N-Demetilasi menghasilkan amfetamin yang dikatalisasi oleh sitokrom P450
2D6.
2. hidroksilasi aromatik oleh sitokrom P450 2D6, menghasilkan 4-
hidroksimetamfetamin.
3. ß-hidroksilasi yang menghasilkan norephedrine.
Metabolit dari metamfetamin tidak berkontribusi secara signifikan terhadap
gejala klinis. Bila kita mengkonsumsi amfetamin sebanyak 30 mg, maka kadar
puncak dalam plasma akan terjadi dalam waktu 12 jam dengan efek akut yang
timbul minimal. Kadar puncak dalam plasma tersebut lebih rendah dibandingkan
jumlah yang kita konsumsi. Keterlibatan polimorfik sitokrom P450 2D6 dianggap
berkontribusi terhadap metabolisme yang berbeda-beda antar individu.
Metabolisme tampak tidak terpengaruh oleh paparan kronik, oleh karena itu
peningkatan dosis yang dibutuhkan diperkirakan terjadi merupakan akibat efek
farmakodinamik dibandingkan dengan toleransi farmakokinetik.5,12

3
b. Ekresi
Sekitar 70% dari metamfetamin yang diekskresikan melalui urin dalam 24
jam: 30 – 50% dalam bentuk metamfetamin, 15% dalam bentuk 4-
hidroksimetamfetamin dan 10% dalam bentuk amfetamin. Ekskresi
metamfetamin melalui urin dapat meningkat akibat penurunan pH dengan
konsumsi amonium klorida. Konsumsi metamfetamin yang berulang dapat
mengakibatkan akumulasi metamfetamin pada urin, Hal ini terjadi akibat
panjangnya waktu paruh akhir dari metamfetamin (hingga 25 jam) yang
diekskresikan melalui urin. Oleh karena itu, metamfetamin dapat terdeteksi di
urin hingga 7 hari setelah konsumsi 10 mg empat kali sehari. Metamfetamin
diharapkan dapat berada di urin dalam waktu yang lama pada kasus
penyalahgunaan metamfetamin, namun belum ada studi mendukung yang telah
dilakukan.12
c. Waktu Paruh
Waktu paruh akhir dari metamfetamin dalam plasma 9-12 jam dan tidak
bergantung pada cara penggunaan, namun terdapat variabilitas antar individu.
Efek akut dapat bertahan hingga 8 jam setelah pemberian 30 mg metamfetamin.
Kadar metamfetamin yang meningkat setelah pemberian 10 mg IV dapat
terdeteksi pada plasma dalam 36 – 48 jam. Pemberian 30 mg metamfetamin yang
diberikan dalam 2 menit menyebabkan peningkatkan puncak konsentrasi dalam
plasma 110 μg/L metamfetamin. Efek kardiovaskular dapat terdeteksi dalam 2
menit dan efek subjektif timbul dalam 10 menit setelah pemberian infus
metamfetamin.5,12
d. Bioavaibilitas
- 62.7% oral; 79% nasal; 67-90.3% smoked; 99% rectally; 100% IV
- Inhalasi asap (rokok) metamfetamin memiliki bioavailabilitas yang berkisar
antara 67-90,3% tergantung pada teknik merokok. Merokok menghasilkan
peningkatan kadar metamfetamin plasma, hal ini menunjukkan transfer obat
yang efisien dari alveoli menuju darah. Namun, kadar plasma puncak tercapai
sekitar 2.5 jam setelah merokok, yang dapat terjadi akibat absorbsi obat yang

4
lebih lambat. Hal ini disebabkan karena terdapat obat yang tersisa di traktus
respiratori.
- Metamfetamin memiliki bioavailabilitas 79% dengan penggunaan intranasal
dan kadar puncak plasma metamfetamin terjadi setelah 4 jam. Namun, puncak
efek kardiovaskular dan efek subjektif terjadi secara cepat (dalam 5-15 menit).
Adanya perbedaan antara kadar plasma puncak dan efek klinis menunjukkan
adanya toleransi akut, yang menunjukkan adanya proses molekular yang cepat
seperti redistribusi vesikular monoamin dan internalisasi reseptor monoamin
dan transporter lainnya.5,12
2.1.4 Farmakodinamik13

Farmakodinamik metamfetamin merupakan aspek farmakologis yang meliputi


cara kerja shabu dan efek shabu terhadap berbagai fungsi organ. Metamfetamin
termasuk obat simpatomimetik yang bekerja secara tidak langsung, yang artinya
metamfetamin dapat menimbulkan efek adrenergik melalui pelepasan katekolamin
endogen yang tersimpan dalam ujung saraf adrenergik. Katekolamin merupakan
golongan neurotransmitter yang memiliki satu cincin benzen, dua gugus etil dan satu
gugus amino, contohnya neurotransmitter golongan ini adalah dopamine, serotonin,
dan norefineprin. Metamfetamin memiliki kesamaan struktur dengan katekolamin
endogen tersebut sehingga mampu memfasilitasi peningkatan pelepasan katekolamin.
Mekanisme kerja Metamfetamin diilustrasikan pada Gambar 2.2.
Pertama, metamfetamin penetrasi masuk ke ujung saraf presinaps dengan cara
difusi pasif melewati membran lipid (Gambar 2.2 i) atau melalui tempat ikatan
transporter-neurotransmiter pada membran tersebut (Gambar 2.2 ii). Setelah berada
dalam sitosol, metamfetamin menghambat fungsi kerja vesicular monoamine
transporter (VMAT2) menyebabkan redistribusi katekolamin dari vesikel ke dalam
sitosol memungkinkan meningkatnya konsentrasi katekolamin dalam sitosol (Gambar
2.2 iii).
Kedua, metamfetamin turut serta mengganggu kesetimbangan pH dalam
sitosol akibatnya mempercepat akumulasi molekul-molekul katekolamin ke dalam

5
vesikel sehingga proses pembentukan katekolamin lebih cepat. Ketiga, metamfetamin
mampu meningkatkan aktivitas enzim tirosin hidroksilase menyebabkan proses reaksi
dari tirosin menjadi L-3,4-dihydroxylphenylalanine (L-DOPA) dan kemudian proses
L-DOPA menjadi dopamin menjadi lebih cepat (Gambar 2.2 iv). Pada keadaan
normal, setelah katekolamin berada pada celah sinaps, maka katekolamin akan
berikatan dengan reseptor masing-masing di ujung saraf postsinaps baru kemudian
katekolamin tersebut di re-uptake dan dimetabolisme oleh tubuh. Keadaan berbeda
ketika seseorang menggunakan metamfetamin, metamfetamin diketahui memiliki
kemampuan untuk meningkatkan aktivitas katekolamin di celah sinaps dengan cara
menghalangi proses re-uptake oleh saraf presinaps (Gambar 2.2 v) dan dengan cara
mengubah enzim monoamin oksidase (MAO) menjadi enzim mandelat yang bersifat
tidak aktif.

Gambar 2.2. Mekanisme kerja metamfetamin dalam ujung saraf:

6
(i) dan (ii) proses penetrasi metamfetamin ke dalam ujung presinaps,
(iii) dan (iv) metamfetamin merangsang pembentukan katekolamin secara berlebihan,
(v) metamfetamin menghambat re-uptake katekolamin dari celah sinaps.
Keterangan: ▲= metamfetamin, ●=katekolamin (dopamin).

Akibat mekanisme shabu tersebut konsentrasi serotonin, dopamin, dan


norepinefrin meningkat di tempat masing-masing neurotransmitter tersebut dibentuk.
Peningkatan pelepasan dopamin di frontal korteks, sistem limbik, basal ganglia,
talamus, hipofisis posterior, medula spinalis akan mempengaruhi fungsi pergerakan
dan koordinasi, emosional, penilaian, motivasi dan efek euforia. Tetapi dalam jangka
panjang akan menyebabkan skizofrenia dan sifat agresif. Sedangkan peningkatan
pelepasan norepinefrin di sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat seperti talamus,
sistem limbik, hipokampus, serebelum, korteks serebri akan sangat mempengaruhi
fungsi pernafasan, pikiran, persepsi, daya penggerak, fungsi kardiovaskuler, tidur dan
bangun. Serotonin yang dilepaskan berlebihan pada hipotalamus, talamus, sistem
limbik, korteks serebral, serebelum, medula spinalis akan sangat mempengaruhi
fungsi tidur, bangun, libido, nafsu makan, perasaan nyaman, agresi persepsi nyeri,
dan koordinasi. Tetapi dalam jangka panjang shabu akan menyebabkan munculnya
paranoid, hilangnya percaya diri, putus asa dan kecemasan yang berlebihan.

2.2 Penyalahgunaan Metamfetamin


2.2.1 Tingkat Pemakai Metamfetamin (Methampetamine User)15,16

Ada beberapa tingkat pemakai metamfetamin yaitu


1. Coba-coba (experimental user) adalah pemakaian
metamfetamin yang tujuannya ingin mencoba, untuk memenuhi
rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini dan
sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.
2. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational user)

7
adalah pemakaian metamfetamin dengan tujuan bersenang-
senang, pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap
bertahan pada tahap ini, namun sebagian lagi meningkat pada
tahap yang lebih berat. Pengguna metamfetamin karena efek sosial
terutama dimotivasi oleh kemampuan obat untuk menurunkan inhibisi. Pengguna
mengklaim peningkatan kepercayaan diri dan peningkatan kemampuan dan
motivasi untuk bergaul dengan orang lain. Selain itu, terdapat peningkatan energi
dan stamina, lebih sensitif terhadap sentuhan, bau, pemandangan, dan suara.
Mayoritas pengguna mengklaim bahwa metamfetamin memberikan intensitas dan
pengalaman sosial, memberikan penggunanya pengalaman seperti di dimensi lain.
Pengguna menganggap metamfetamin dapat membuat mereka menjadi “normal”
dan “dapat diterima secara sosial”. Social user memiliki pekerjaan dan
ketertarikan “non-drug activity”, dimana lingkungan pergaulannya juga bukan
merupakan orang-orang yang ketergantungan obat.

3. Functional User
Pengguna golongan ini, menggunakan metamfetamin untuk mendapatkan efek
dari obat. Metamfetamin biasanya digunakan untuk meningkatakan kepercayaan
diri, konsentrasi, motivasi, energi, stamina, dan menurunkan berat badan.
Peningkatan salah satu atau seluruh karakteristik ini membuat penggguna dapat
mengerjakan tugas dan kewajibannya lebih cepat atau dengan pemikiran yang
lebih baik. Sebagian functional user yang mengonsumsi metamfetamin setiap hari
menganggap dirinya adalah pecandu. Sebagian functional user lainnya
menganggap diri mereka hanya sebagai pekerja yang ingin menyelesaikan
pekerjaan atau orang yang ingin mencapai tujuan.
Tipe-tipe Functional User:
a. Manic Monday

8
Biasanya pada usia 25 tahun keatas. Dikatakan “manic Monday” karena
penggunanya menggunakan metamfetamin pada hari pertama bekerja.
“Manic Monday” masih memiliki perilaku seperti “social user”, dimana
menggunakan metamfetamin untuk meningkatkan aktivitas sosial di klub atau
tempat hiburan lainnya. Yang membedakan “manic Monday” dengan “social
user” adalah pengguna golongan “manic Monday” mempunyai prinsip “tidak
menggunakan saat bekerja”, dan tidak mengonsumsi obat saat akhir pekan,
namun menggunakannya pada hari pertama mereka bekerja. Hal ini
menyebabkan, pengguna jenis ini dapat menggunakan obat tidak hanya pada hari
Senin, namun juga dapat hari lainnya yang merupakan hari pertama mereka
bekerja, seperti pada orang-orang yang bekerja di rumah sakit maupun pelajar.
b. Slippers
Slippers adalah functional user yang menngonsumsi metamfetamin secara
regular untuk dapat melewati hari selama bekerja atau untuk tugas tertentu.
Biasanya penggunanya adalah pekerja atau pelajar yang menggunakan
metamfetamin untuk membantu melewati sepanjang minggu, dan sebagai “social
user” pada saat akhir pekan. Slippers menggunakan metamfetamin saat hari
pertama bekerja dan juga tengah pekan.
c. Worker
Pengguna jenis ini menggunakan metamfetamin hanya untuk alasan
fungsional, yaitu meningkatkan performa pada pekerjaan, bukan sebagai “social
user”. Yang membedakan “worker” dengan “Manic Monday” dan “Slippers”
adalah Worker lebih terarur dan sering dalam penggunaan metamfetamin. Worker
menggunakan metamfetamin sebagai “kebutuhan” untuk dapat mempertahankan
pekerjaannya, bukan sebagai sesuatu yang dapat menyebakan kehilangan
pekerjaan. Pengguna ini banyak terjadi pada orang-orang dengan pekerjaan di
bidang industri, pekerjaan berat dan terus menerus, jadwal kerja malam, dan jam
kerja yang panjang. Contohnya adalah kontraktor, supir truk dan taxi, pekerja
jalanan, pekerja seksual, penari, pekerja di rumah sakit.

9
4. Pemakaian situasional (situasional user) adalah pemakaian
pada saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan,
kesedihan, kekecewaan, dan sebagainya dengan maksud
menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.
5. Penyalahgunaan (abuse) adalah pemakaian sebagai suatu
pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang)
yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu
mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali
mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya
kambuh. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional
atau okupasional yang ditandai oleh tugas dan relasi dalam
keluarga tak terpenuhi dengan baik, perilaku agresif dan tak
wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah
atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu
berfungsi secara efektif.
6. Ketergantungan (dependence use) adalah telah terjadi
toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian obat psikotropika
dihentikan atau dikurangi dosisnya. Pengguna ini tergolong “tidak
terkontrol, penggunaan obat secara kompulsif, bahkan saat menghadapi
konsekuensi kesehatan”. Dependent user menggunakan metamfetamin sebagai
“suatu kenormalan” yang diyakini pengguna dapat diberikan oleh metamfetamin,
membuat pengguna dapat “melewati hari”. Selain itu, dependent user biasanya
termotivasi untuk menggunakan metamfetamin untuk “melarikan diri”dari
masalah mental dan gaya hidup. Dependent user dengan injeksi, terdapat
kepuasan tersendiri saat menggunakan jarum suntik.

2.2.2 Etiologi 17
Etiologi dari penyalahgunaan metamfetamin ini terbagi
menjadi dua yaitu dari faktor internal dan eksternal.

10
1. Faktor internal dalam penyalahgunaan metamfetamin
biasanya berasal dari diri sendiri yang menyebabkan adanya
perubahan perilaku, adapun di antaranya adalah rasa ingin
tahu yang tinggi sehingga terdapat keinginan untuk mencoba,
keinginan untuk bersenang-senang, keinginan untuk
mengikuti gaya hidup terbaru, keinginan untuk diterima oleh
lingkungan atau kelompok, pengertian yang salah bahwa
penggunaan sekali-kali tidak menimbulkan ketagihan,
pengetahuan agama yang kurang, ketidaktahuan akan
bahaya metamfetamin baik bagi dirinya, keluarga, lingkungan
maupun masa depannya. Selain itu juga disebabkan oleh
faktor lain seperti rendah diri dan merasa tertekan atau ingin
lepas dari segala aturan-aturan dari orang tua.
2. Penyalahgunaan obat metamfetamin juga dapat dipengaruhi
faktor eksternal dari keluarga seperti hubungan antara
anggota keluarga tidak harmonis, keluarga yang tidak utuh,
kurang komunikasi antar anggota keluarga, keluarga terlalu
mengekang kehidupan pribadi, keluarga yang kurang
mengamalkan hidup beragama dan keluarga yang orang
tuanya telah menggunakan metamfetamin. Faktor lain yang
merupakan faktor eksternal berasal dari pengaruh buruk dari
lingkungan pergaulan, khususnya pengaruh dan tekanan dari
kelompok teman sebaya dan kurangnya perhatian dari
pemerintah.
Penyebab penyalahgunaan metamfetamin sangat kompleks
akibat interaksi antara faktor yang terkait dengan individu, faktor
lingkungan dan faktor tersedianya metamfetamin. Tidak terdapat
adanya penyebab tunggal (single cause).

11
Kebanyakan penyalahgunaan obat metamfetamin dimulai
atau terdapat pada masa remaja, sebab remaja yang sedang
mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang
pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan
metamfetamin. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu
mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna
metamfetamin. Ciri-ciri tersebut antara lain cenderung
memberontak dan menolak otoritas, memiliki gangguan jiwa lain
(komorbiditas) seperti depresi, cemas, psikotik, kepribadian
dissosial.
Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku,
rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan
memiliki citra diri negatif (low self-esteem), sifat mudah kecewa,
cenderung agresif dan destruktif, mudah murung, pemalu,
pendiam, mudah merasa bosan dan jenuh, keingintahuan yang
besar untuk mencoba atau penasaran, keinginan untuk bersenang-
senang (just for fun), keinginan untuk mengikuti mode karena
dianggap sebagai lambang keperkasaan dan kehidupan modern,
keinginan untuk diterima dalam pergaulan, identitas diri yang kabur
sehingga merasa diri kurang “jantan”, tidak siap mental untuk
menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil
keputusan untuk menolak tawaran obat dengan tegas, kemampuan
komunikasi rendah, putus sekolah, dan kurang menghayati iman
kepercayaannya.
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan
pergaulan baik di sekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun
masyarakat. Faktor keluarga, terutama faktor orang tua yang ikut
menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi
penyalahguna metamfetamin antara lain adalah komunikasi orang

12
tua-anak kurang baik/efektif, hubungan dalam keluarga kurang
harmonis/disfungsi dalam keluarga, orang tua bercerai,
berselingkuh atau kawin lagi, orang tua terlalu sibuk atau tidak
acuh, orang tua otoriter atau serba melarang, orang tua yang serba
membolehkan (permisif), kurangnya orang yang dapat dijadikan
model atau teladan, orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan
masalah metamfetamin, tata tertib atau disiplin keluarga yang
selalu berubah (kurang konsisten), kurangnya kehidupan beragama
atau menjalankan ibadah dalam keluarga dan orang tua atau
anggota keluarga yang menjadi penyalahguna obat. Faktor
lingkungan sekolah meliputi sekolah yang kurang disiplin, terletak
dekat tempat hiburan dan penjual metamfetamin, sekolah yang
kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
diri secara kreatif dan positif, adanya murid pengguna
metamfetamin. Sedangkan faktor lingkungan teman meliputi
berteman dengan penyalahguna dan tekanan atau ancaman teman
kelompok atau pengedar. Faktor lingkungan masyarakat/sosial
meliputi lemahnya penegakan hokum, situasi politik, sosial dan
ekonomi yang kurang mendukung. Faktor dari metamfetamin yaitu
mudahnya obat didapat di mana-mana dengan harga terjangkau,
khasiat farmakologik obat yang menenangkan, menidurkan,
membuat euphoria/fly/stone/high/teller dan lain-lain.
2.2.3 Epidemiologi
Menurut data BNN pada dari tahun 2012-2016 jumlah kasus penyalahgunaan
narkotika yang paling banyak adalah shabu dengan 3.059 kasus diikuti ekstasi 194
kasus dan ganja 172 kasus. Periode Januari s.d. Desember 2017, telah diungkap ada
46.537 kasus Narkoba. Dari kasus-kasus yang berhasil diungkap aparat penegak
hukum dalam kejahatan Narkoba, barang bukti yang disita adalah shabu 4,71 ton,
ganja 151,22 ton, ekstasi 2.940.748 butir dan 627,84 ton. Pada banyak Negara,

13
penggunaan obat terlarang lebih sering terjadi pada orang yang berusia muda, laki-
laki lebih sering dari pada perempuan, dan pada orang dengan social ekonomi yang
rendah, pada daerah dengan rata-rata masalah social yang lebih tinggi. Dilaporkan
pada masa anak usia SMA (senior highschool) penggunaan stimulan lebih tinggi dari
pada penggunaan kokain.9,22

2.2.4 Gejala Klinis


Intoksikasi metamfetamin terjadi pada tubuh ketika berada pada kadar obat yang
melebihi batasnya biasanya dikarenakan penggunaan obat-obatan ilegal atau percobaan
bunuh diri. Dosis letal metamfetamin bervariasi tergantung dari karakteristik obat dan
pemakai. Sebab, semua orang memiliki sensitivitas yang berbeda tehadap kadar spesifik
dari metamfetamin. Kadar toksisitas pada seseorang dapat menjadi kadar yang tidak
toksik bagi orang lain. Definisi dari dosis letal metamfetamin dapat juga dipengaruhi oleh
pemakaian obat lain secara bersamaan yang mungkin dikonsumsi, ataupun komplikasi
dari penggunaan kronis atau penyebebab lainnya. Pada literatur disebutkan bahwa
penggunaan bersamaan dengan alcohol, kokain dan opiate dapat meningkatkan resiko
kerusakan sistem kardiovaskular. Komplikasi ini dapat terjadi pada penggunaan
metamfetamin berlebihan secara oral, intranasal, rokok maupun injeksi. 18,19
Tidak seperti intoksikasi penyebab lainnya, intoksikasi metamfetamin tidak
menghasilkan gejala klinis secara langsung. Overdosis menimbulkan gangguan fisiologis
dalam onset yang cepat, yang akan berakhir pada serangan jantung atau stroke. Sehingga,
kematian menjemput pemakai metamfetamin secara tiba-tiba dan tidak disangka. 18
Overdosis dari metamfetamin dapat dibagi dua yaitu akut dan kronis. Keracunan
metamfetamin akut terjadi ketika seseorang secara tidak sengaja atau sengaja
menggunakan obat ini dan memiliki efek samping yang dapat mematikan. Sedangkan,
keracunan metamfetamin secara kronis merupakan efek dari pemakaian obat ini secara
rutin.18
Metamfetamin adalah obat stimulan yang berefek pada sistem saraf pusat dan secara
spesifik bekerja pada sistem saraf simpatis sehingga menyebabkan pelepasan
neurotransmitter. Sehingga akan meningkatkan produksi adrenalin pada tubuh yang dapat
menimbulkan sensasi euphoria. Namun penggunaan secara berlebihan akan
19
menimbulkan efek samping berbahaya.

14
Gejala tersebut antara lain adalah peningkatan laju nadi. Peningkatan laju nadi akan
menyebabkan peningkatan kebutuhan energi sehingga akan meningkatkan produksi
keringat, sampai akhirnya tubuh kehabisan cairan untuk memproduksi keringat, sehingga
akan terjadi peningkatan temperatur tubuh. Adrenalin juga akan meningkatkan frekuensi
napas, peningkatan laju nadi dan dilatasi dari pupil. Gejala lainnya pada sistem
kardiovaskular meliputi nyeri pada bagian dada yang dapat dikarenakan iskemi dari
jantung. Pasien dengan penggunaan kronik dari metamfetamin dapat menimbulkan
aterosklerosis yang meningkatkan resiko iskemi jantung, penyebab lainnya adalah
peningkatan pada terjadinya aneurisma. Selain itu karena peningkatan saraf simpatis akan
terjadi palpitasi dan takiaritmia dan tremor. Pada sistem respirasi dapat itu juga dapat
terjadi gejala dyspnea disertai peningkatan frekuensi pernapasan, sehingga dapat juga
disertai mengi. Pada sistem saraf pusat didapatkan gejala kecemasan dikarenakan
peningkatan adrenalin secara tiba-tiba. Pengaruh terhadap sistem saraf pusat juga dapat
menyebabkan terjadinya gerakan yang repetitif dan hiperaktif serta ketidakmampuan
memfokuskan pikiran, hal ini yang seringkali disebut dengan tweaking. Terjadi
ketidakstabilan perilaku yang memicu terjadinya perilaku kekerasan, labil secara
emosional, kebingungan, psikosis, paranoid dan halusinasi. Bila penggunaan jangka lama
dapat menimbulkan gejala sulit tidur serta perubahan mood yang ekstrem. Selain itu juga
dapat terjadi koma dan kejang dengan onset baru. Gejala lainnya pada sistem
gastrointestinal adalah kerusakan hepar yang disebabkan oleh efek langsung dari
substansi yang hepatotoksik, serta nyeri perut yang diakibatkan vasokonstriksi maupun
kolitis iskemik. Pada pengguna substansi ini secara kronis, terjadi gangguan pada kulit
yang biasanya dikarenakan penggarukan secara obsesif akibat halusinasi yang
menyebabkan adanya sensasi geli yang dijelaskan seperti serangga yang berjalan di
bawah kulit. Pada wanita yang sedang mengandung juga dapat menyebabkan komplikasi
fatal karena vasokonstriksi pada plasenta yang meningkatkan resiko abortus spontan.
Kematian bayi karena keracunan air susu ibu yang mengandung metamfetamin juga
pernah dilaporkan.19-21
Gejala klinis yang terlihat dapat menentukan derajat keparahan dari overdosis
metamfetamin. Gejala yang berbahaya antara lain adalah peningkatan suhu tubuh dan
gagal ginjal akut yang dikarenakan peningkatan protein karena kontraksi otot yang

15
berlebihan, hipertermia, dan vasokonstriksi yang menurunkan perfusi dari jaringan dan
sel di ginjal. Selain itu vasokonstriksi ini juga menyebabkan kolapsnya sistem
kardiovaskular. Kematian yang disebabkan oleh keracunan metamfetamin biasanya
dikarenakan kegagalan ginjal dan kolapsnya sistem kardiovaskular. Biasanya disertai
dengan gejala koma, syok, dan twitching pada otot.18
2.2.5 Diagnosis
DSM-IV-TR mencantumkan banyak gangguan terkait amfetamin (atau
liramfetamin)(Tabel 2.1) namun hanya merinci kriteria diagnosis
intoksikasiamfetamin (Tabel 2.2), keadaan putus amfetamin (Tabel 2.3), dan
gangguanterkait amfetamin yang tak-tergolongkan (Tabel 2.4) pada bagian
gangguanterkait amfetamin (atau lir-arnfetamin). Kriteria diagnosis gangguan
terkaitamfetamin (atau lir-amfetamin) lain tercantum dalam bagian DSM-IV-TR
yangberhubungan dengan gejala fenomenologis primer (contohnya psikosis).1

Ketergantungan Amfetamin dan Penyalahgunaan Amfetamin


Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan dan penyalahgunaan dapat
diterapkan pada amfetamin dan zat terkait. Ketergantungan amfetamin dapat
mengakibatkan penurunan yang cepat dari kemampuan seseorang untuk menghadapi
kewajiban dan stres yang berkaitan dengan keluarga dan pekerjaan. Seseorang yang
menyalahgunakan amfetamin membutuhkan dosis tinggi amfetamin yang semakin
meningkat untuk memperoleh rasa tinggi (high) yang biasa, dan tanda fisik
penyalahgunaan amfetamin (contohnya penurunan berat badan dan ide paranoid)
hampir selalu timbul dengan diteruskannya penyalahgunaan.1

lntoksikasi Amfetamin
Sindrom intoksikasi kokain (menghalangi reuptake dopamin) dan amfetamin
(menyebabkan pelepasan dopamin) sifatnya serupa. Oleh karena penelitian tentang
penyalahgunaan dan intoksikasi kokain dilakukan lebih teliti dan mendalam
dibanding pada amfetamin, literatur klinis tentang amfetamin sangat dipengaruhi
temuan klinis pada penyalahgunaan kokain. Pada DSM-IVTR, kriteria diagnosis
intoksikasi amfetamin dan intoksikasi kokain terpisah namun hampir sama. DSM-IV-

16
TR merinci gangguan persepsi sebagai gejala intoksikasi amfetamin. Bila tidak ada
uji realitas yang intak, dipikirkan diagnosis gangguan psikotik terinduksi amfetamin
dengan awitan saat intoksikasi. Gejala intoksikasi amfetamin sebagian besar pulih
setelah 24 jam dan umumnya akan hilang sepenuhnya setelah 48 jam.1

Keadaan Putus Amfetamin


Setelah intoksikasi amfetamin, terjadi uash dengan gejala ansietas, gemetar,
mood disforik, letargi, kelelahan, mimpi buruk disertai tidur dengan rapid eye
moventent yang berulang), sakit kepala, berkeringat hebat, kram otot, kram perut, dan
rasa lapar yang tak terpuaskan. Gejala putus zat biasanya memuncak dalam 2 sampai
4 hari dan hilang dalam I minggu. Gejala putus zat yang paling serius adalah depresii
yang terutama dapat menjadi berat setelah penggunaan amfetamin dosis tinggi terus-
menerus dan dapat dikaitkan dengan ide atau perilaku bunuh diri. Kriteria diagnosis
DSM-IV-TR untuk keadaan putus amfetamin (Tabel 2.3) merinci bahwa mood
disforik dan perubahan fisiologis diperlukan untuk diagnosis tersebut.1
Delirium pada lntoksikasi Amfetamin
Delirium yang disebabkan oleh penggunaan amfetamin biasanya muncul
akibat amfetamin penggunaan dosis tinggi atau terus-menerus sehingga deprivasi
tidur memengaruhi tampilan klinis. Kombinasi amfetamin dengan zat lain serta
penggunaan amfetamin oleh orang dengan kerusakan otak yang,telah ada sebelumnya
juga dapat menyebabkan timbulnya de lirium. Tidak jarang mahasiswa universitas
yang menggunakan amfetamin untuk belajar kilat menghadapi uiian menunjukkan
delirium jenis ini.1
Gangguan Psikotik Terinduksi Amfetamin
Kemiripan klinis psikosis terinduksi amfetamin dengan skizofrenia paranoid
telah memicu penelitian intensif tentang neurokimiawi psikosis terinduksi amfetamin
untuk menguraikan patofisiologi skizofrenia paranoid. Tanda gangguan psikotik
terinduksi amfetamin adalah adanya paranoia. Gangguan psikotik terinduksi
amfetamin dapat dibedakan dengan skizofrenia paranoid dengan sejumlah

17
karakteristik pembeda yang ditemukan pada gangguan psikotik terinduksi amfetamin,
yaitu adanya predominasi halusinasi visual, afek yang secara umum serasi,
hiperaktivitas, hiperseksualitas, kebingungan dan inkoherensi, serta sedikit bukti
gangguan proses pikir (seperti asosiasi longgar). Pada beberapa studi, peneliti juga
mencatat bahwa meski gejala positilgangguan psikotik terinduksi amfetamin dan
skizofrenia mirip, gangguan psikotik terinduksi amfetamin biasanya tidak memiliki
af'ek mendatar dan alogia seperti pada skizofrenia. Namun, secara klinis, gangguan
psikotik terinduksi amf'etamin yang akut mungkin tidak dapat dibedakan dengan
skizofrenia, dan hanya resolusi gejala dalam beberapa hari atau temuan positif pada
uji tapis zat dalam urin yang akhirnya akan menunjukkan diagnosis yang tepat. Terapi
pilihan untuk gangguan psikotik terinduksi amfetamin adalah penggunaan .jangka
pendek obat antipsikotik seperti haloperidol (Haldol).1
Gangguan Mood Terinduksi Amfetamin
Awitan gangguan mood terinduksi amfetarnin dapat terjadi saat intoksikasi
atau putus zat. Umumnya, intoksikasi menimbulkan gambaran manik atau mood
campuran, sementara keadaan putus zat menimbulkan gambaran mood depresif.1
Gangguan Ansietas Terinduksi Amfetamin
Amfetamin, seperti kokain, dapat menginduksi gejala yang serupa dengan
yang terlihat pada gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan panik. Awitan
gangguan ansietas terinduksi amfetamin juga dapat terjadi saat inloksikasi atau putus
zat.1
Disfungsi Seksual Terinduksi Amfetamin
Amfetamin sering digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual;
namun, dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang dikaitkan dengan gangguan
ereksi dan disfungsi seksual lain. Disfungsi ini diklasifikasikan dalam DSM-IVTR
sebagai disfungsi seksual terinduksi amfetamin.1
Gangguan Tidur Terinduksi Amfetamin

18
Intoksikasi amfetamin dapat menimbulkan insomnia dan deprivasi tidur,
sementara orang yang sedang mengalami keadaan putus amfetamin dapat mengalami
hipersomnolen dan mimpi buruk.1
Gangguan yang Tak-Tergolongkan
Jika suatu gangguan terkait amfetamin, tidak memenuhi kriteria satu atau
lebih kategori yang didiskusikan di atas, gangguan tersebut dapat didiagnosis sebagai
gangguan terkait amfetamin yang tak-tergolongkan (Tabel 2.4).1

Tabel 2.1 Tabel 2.2


Gangguan Terkait Amfetamin Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi
(atau Lir-Amfetamin) DSM-IV-TR Amfetamin
Gangguan penggunaan anfetamin A. Baru-baru ini mengonsumsi amfetamin atau zat terkait
Ketergantungan amfetamin (cth, metilfenidat)
Penyalahgunaan Amfetamin B. Perubahan Psikologi atau perilaku maladaptif yang
Gangguan terinduksi amfetamin secara klinis signifikan (cth.,euphoria atau penumpulan
Intoksikasi amfetamin afek; perubahan sosiabilitas; hipervigians; sensitivitas
Tentukan apakah: interpersonal; ansietas, ketegangan, atau kemarahan;
Dengan gangguan persepsi perilaku stereotipi; daya nilai terganggu; atau fungsi
Keadaan putus amfetamin social atau okupasional terganggu) yang timbul selama
Delirium pada intoksikasi amfetamin atau segera setelah penggunaan amfetamin atau zat
Gangguan psikotik terinduksi amfetamin, dengan waham terkait.
Tentukan apakah: C. Dua (atau lebih) hal berikut, timbul selama atau segera
Awitan saat intoksikasi setelah penggunaan amfetamin atau zat terkait:
Gangguan mood terinduksi amfetamin
(1) Takikardia atau bradikardia
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi (2) Dilatasi pupil
Awitan saat putus zat (3) Tekanan darah meningkat atau menurun
Gangguan ansietas terinduksi amfetamin (4) Berkeringat atau menggigil
Tentukan apakah: (5) Mual atau muntah
Awitan saat intoksikasi (6) Bukti penurunan berat badan
Disfungsi seksual terinduksi amfetamin
(7) Agitasi atau retardasi psikomotor
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi (8) Kelemahan otot, depresi napas, nyeri dada atau
Gangguan tidur terinduksi amfetamin aritmia jantung
Tentukan apakah: (9) Kebingungan, kejang, diskinesia, distonia, atau
Awitan saat intoksikasi koma
Awitan saat putus zat D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan
Gangguan terkait amfetamin tak terinci tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Tentukan apakah:
Statistical Manual of Mental Disorder. 4 th ed, Text rev. Dengan gangguan persepsi
Washington DC: American Psychiatric Association; Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and
copyright 2000, dengan izin. Statistical Manual of Mental Disorder. 4 th ed, Text rev.
Washington DC: American Psychiatric Association;
copyright 2000, dengan izin.

19
Tabel 2.3 Tabel 2.4
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Keadaan Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk Gangguan
Putus Amfetamin Terkait Amfetamin yang Tak Tergolongkan
A. Penghentian (atau pengurangan) konsumsi amfetamin (atau Kategori gangguan terkait amfetamin yang tak
zat terkait) yang telah berlangsung lama dan berat. tergolongkan adalah untuk gangguan yang
B. Mood disforik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis disebabkan oleh pengguanan amfetamin (zat
berikut, timbul dalam waktu beberapa jam sampai beberapa terkait) yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai
hari setelah Kriteria A: ketergantungan amfetamin, penyalahgunaan
amfetamin, intoksikasi amfetamin, keadaan putus
(1) Kelelahan
amfetamin, delirium pada intoksikasi amfetamin,
(2) Mimpi yang tidak menyenangkan dan sangat jelas gangguan psikotik terinduksi amfetamin, gangguan
(3) Insomnia atau hipersomnia mood terinduksi amfetamin, gangguan ansietas
(4) Peningkatan nafsu makan terinduksi amfetamin, disfungsi seksual terinduksi
(5) Agitasi atau retardasi psikomotor amfetamin, atau gangguan tidur terinduksi
C. Gejala pada criteria B menyebabkan penderitaan atau amfetamin.
hendaya yang secara signifikan dalam fungsi social, okupasi, Dari American Psychiatric Association. Diagnostic
atau ara fungsi penting lain. and Statistical Manual of Mental Disorder. 4 th ed,
D. Gejala tidak disebakan suatu kondisi medis umum dan tidak Text rev. Washington DC: American Psychiatric
Association; copyright 2000, dengan izin.
lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC:
American Psychiatric Association; copyright 2000, dengan izin.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan tes urin dan contoh darah.
Pemeriksaan lainnya dilakukan sesuai dengan gejala yang didapatkan, untuk
membantu menegakkan diagnosis ataupun menyingkirkan diagnosis banding. Untuk
mengetahui fungsi ginjal dapat dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan darah
lengkap. Selain itu, bila dicurigai adanya kelainan jantung dan paru dilakukan juga
pemeriksaan jantung dengan EKG serta pemeriksan x-ray. Untuk menyingkirkan
diagnosis proses intrakranial dilakukan CT scan kepala. Bila curiga sedang
mengandung dapat dilakukan tes kehamilan.20

2.2.6 Tatalaksana Intoksikasi Metamfetamin


1. Tatalaksana Prehospital
Pasien intoksikasi metamfetamin akut dapat memperlihatkan agitasi yang berat
dan beresiko membahayakan dirinya dan penolong. Cari bantuan dari polisi atau
petugas medis sebelum pasien dibawa ke rumah sakit.
Fungsi mental pasien mungkin terganggu sehingga pasien tidak bisa member
keputusan untuk menolak atau mendapat pengobatan, sehingga pemasangan
intravena prehospital bisa dilakukan tanpa persetujuan pasien, diikuti tatalaksana
kejang dan agitasi dengan pemberian sedative melalui IV berdasarkan protokol
pengobatan.
2. Di ruang gawat darurat

20
Pemberian tatalaksana toksisitas metamfetamin dapat dilaksanakan secara
suportif. Dalam kasus overdosis yang parah dapat dilakukan perawatan suportif
segera seperti control saluran nafas, oksigenasi, dan pemasangan ventilator dan
pemantauan yang tepat perlu dilakukan. Pada kasus overdosis berat penghentian
kejang dan aritmia yang diinduksi metamfetamin sangat penting. Dilakukan
koreksi hiperntensi, hipotensi, hipertremia, pelayanan metabolic dan elektrolit
serta control agitasi. Pertimbangkan untuk dilakukan tes Virus Hepatitis dan HIV
serta follow up rehabilitasi.13
Penatalaksanaan intoksikasi amfetamin:
a. Bila suhu badan naik, berikan kompres dingin, minum air dingin, atau selimut
hipotermik.
b. Bila kejang, berikan diazepam 10-30 mg per oral atau parenteral; atau
klordiazepoksid 10-25 mg per oral secara perlahan-lahan dan dapat diulang
setiap 15-20 menit.
c. Bila tekanan darah naik, berikan obat anti hipertensi.
d. Bila terjadi takikardi, berikan beta-blocker, seperti propanolol, yang sekaligus
juga untuk menurunkan tekanan darah.
e. Untuk mempercepat ekskresi amfetamin, lakukan asidifikasi air seni dengan
memberi amonium klorida 500 mg per oral setiap 3-4 jam.
f. Bila timbul gejala psikosis atau agitasi, beri haloperidol 3 kali 2-5 mg.

2.2.7 Komplikasi
Penyalahgunaan golongan amfetamin dalam kurun waktu yang cukup lama
atau dengan dosis yang tinggi dapat mengakibatkan timbul banyak masalah
diantaranya:
- Psychosis (pikiran menjadi tidak nyata, jauh dari realitas)
- Kelainan psikologis dan tingkah laku
- Pusing-pusing
- Perubahan mood atau mental
- Kesulitan bernapas
- Kekurangan nutrisi
- Gangguan jiwa

Dalam keadaan keracunan akut, pengguna golongan amfetamin pada


umumnya merasakan euforia, keresahan, agitasi, dan cemas berlebihan. Kira-kira 5 –

21
12% pengguna mengalami halusinasi, keinginan untuk bunuh diri, dan kebingungan.
Sebanyak 3% pengguna golongan amfetamin mengalami kejang-kejang.13

BAB III
KESIMPULAN
Metamfetamin adalah obat stimulan yang berefek pada sistem saraf pusat dan
secara spesifik bekerja pada sistem saraf simpatis. Metamfetamin dapat
meningkatkan atensi, konsentrasi, energi dan dalam dosis yang tinggi dapat member
efek euphoria, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan libido. Prevalensi
penggunaan metamfetamin di Indonesia masih tinggi. Menurut data BNN dari tahun
2012-2016 jumlah kasus penyalahgunaan narkotika yang paling banyak adalah shabu dengan
3.059 kasus. Metamfetamin dapat digunakan dengan cara diminum melaui oral, secara
intravena, dihisap, dihirup dan supositoria. Penggunaan metamfetamin dapat

22
menyebabkan adiksi dan apabila dihentikan dapat menimbulkan gejala putus obat.
Penggunaan metamfetamin yang mencapai kadar toksik juga dapat menyebabkan
kematian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta: ECG. 2010.
2. Das-Douglas M, Colfax G, Moss AR, Bangsberg DR, Hahn JA. Tripling of
Methamphetamine/Amphetamine Use among Homeless and Marginally Housed
Persons, 1996-2003. J Urban Health. Dec 2008; 85(2):239-49.
3. Richards JR. Amphetamine derivates. In: Cole SM. New research on street drugs.
New York: Nova; 2006:chap 5.
4. Idires AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Sagung Seto. Jakarta. 2011.
5. Methamphetamine. Diakses tanggal 25 April 2018. Diunduh dari URL :
http://ee.sharif.edu/~la/misc/Methamphetamine.pdf.
6. Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.2 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Golongan Narkotika.
8. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Anti Narkoba Sedunia 26 Juni ‘17. 2017.

23
9. The University of Arizona. Methamphetamine chemistry. Diakses 25 April 2018
dari URL: www.methoide.fcm.arizona.edu/infocenter/index.cfm?stid=165.
10. European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction. Methamphetamine.
Diakses 25 April 2018 dari URL : www.emcdda.europa.eu/publications/drug-
profiles/methamphetamine.
11. Logan BK. Methamphetamine-Effects on Human Performance and Behavior;
Forensic Sci Rev 14:133. 2002.
12. Cruickshank C.C, Dyer K.R. A review of a clinical pharmacology.
Addiction;104:1085–99.
13. Medscape. Methamphetamine Toxicity. Diakses tanggal 27 April 2018 dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/820918-overview#a5.
14. Cruickshank CC, Dyer KR. A Review of The Clinical Pharmacology of
Methamphetamine. Jounal Compilation 2009; 104:1085-95.
15. The Department of Health. Specific Types of Methamphetamine Users And
Behavioural Context. Diakses tanggal 27 April 2018 dari URL:
http://www.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/phd-npi-
methamphetamine-report-feb09-l~users.
16. Asikin, N Setiaji. Konsensus FKUI tentang Opiat, Masalah Medis dan
Penatalaksanaannya Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002
17. DepKes RI. Buku Pedoman Pelayanan Medik Gangguan
Penggunaan NAPZA. Jakarta : DepKes RI. 2008.
18. Lan, KC. Clinical Manifestations and Prognostic Features of Acute
Methamphetamine Intoxication. Journal of Formosan Medical Association, 8;
528-33. 1998.
19. Kaye, S and McKetin, R. Cardiotoxicity Associated With Methamphetamine Use
and Signs of Cardiovascular Pathology Among Methampetamine Users. Sydney :
National Drug and Alcohol Research Centre. 2005.
20. US National Library of Medicine: MedlinePlus. Methamphetamine Overdose.
Diakses tanggal 26 April 2018 dari URL :
www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007480.htm.
21. Medscape. Metamphetamine Toxicity : clinical presentation. Diakeses tanggal 27
April 2018 dari URL: www.emedicine.medscape.com/article/820918-clinical
22. BNN. Press Release Akhir Tahun 2017 “Kerja Bersama Perang Melawan
Narkoba”. Jakarta. 2017.

24

Anda mungkin juga menyukai