PENDAHULUAN
Metamfetamin kristalin adalah bentuk kedua dari metamfetamin yang paling umum
digunakan oleh pengguna obat-obatan terlarang. Produk ini hadir sebagai kristal yang tembus
pandang dan besar, biasanya disebut sebagai “Es (ice)” atau “Crystal meth” (Scifano, 2007).
Biasanya kristal metamfetamin memiliki kemurnian 80%. Bentuk metamfetamin kristal ini
cocok digunakan untuk inhalasi uap sebagai uap S-metamphetamine hydrocloride dengan
kemurnian tinggi tanpa pirolisis. Metamfetamin kristal memiliki tingkat ketergantungan yang
tinggi dibandingkan dengan bentuk metamfetamin yang lain yang memiliki tingkat
kemurnian rendah (Macketin, 2006).
Sejarah awal metamfetamin tidak tercatat dalam sastra bahasa inggris, namun
dilaporkan pertama kali metamfetamin telah disintesis pertama dari epedrin di jepang pada
tahun 1883. Efek stimulan dari metamfetamin pertama kali dilaporkan dalam penelitia
terhadap hewan yang dilakukan oleh faramakologi jerman dan ahli kimia Fritz Hauschild
pada tahu 1938.
Pada tahun 1950 – 1960 metamfetamin berkembang di Amerika. Pada saat itu
metamfetamin banyak diresepkan untuk pengobatan depresi dan obesitas. Resep
metamfetamin mencapai puncaknya di Amerika serikat pada tahun 1967 sebesar 31 juta
pengguna (Anglin et al, 2000). Penggunaan obat terlangan metamfetamin terutama pada
penggunaan injeksi intravena menjadi perhatian di beberapa kota di Amerika serikat paa saat
itu karena efek psikotik dari metamfetamin terlihat tidak wajar. Sebuah epidemologi
penggunaan metamfetamin intervena juga dilaporkan terjadi di London pada taun 1968
dengan penjualan di pasar gelap dan beberapa dalam jumlah kecil menggunakan resep dokter.
Ekspansi yang cepat dari obat terlarang metamfetamin di pasar gelap mungkin terkait
dengan adopsi klandestin dimana proses sintesin yang melibatkan metode penggurangan
efedrindan pseudoepedrin ini cenderung secara selektif menghasilkan garam S-
metampetamine denga kemurnian tinggi dan secara relatif biaya yang rendah (Logan, 2002)
Pada tahun 2006 The United Nations Office on Drugs and Crime estimated
memperkirakan bahwa 340 mt metamfetamin disintesis dimana setara dengan 34 milliar obat
dengan dosis 100mg.
TINJAUN PUSTAKA
A. Definisi
B. Farmokologi Metampetamin
1. Farmakologi molekular
Aktivitas farmakologi metamfetamin muncul dari kesamaan strukturalnya
dengan neurotransmiter monoamina noradrenalin, dopamin dan serotonin.
Metamfetamin adalah agonis indirect dari dopamaine, nonadrenalin dan
serotonin. Reseptor ini menggantikan monoamina terikat pada membran
transporter, yaitu transporter dopamin (DAT), transporter noradrenalin (NET),
transporter serotonin (SERT) dan vasikular monoamine trasnporter-2 (VMAT-2).
VMAT-2 tertanam dalam membran vaskuler, sedangkan DAT aktif, NET dan
SERT adalah permukaan sel intergal membran protein (Sulzer et al, 2005)
2. Farmakokinetik klinik
Berdasarkan studi klinis dosis metampetamin umunya dalam kisaran rendah
dan sedang yaitu 5-35 mg. Studi farmakokinetik di dosis tinggi dilaporkan untuk
penggunaan terlarang sekitar 50-500 mg per dosis tampaknya belum pernah
dilakukan ( McGregor, 2005; Mcketin et al, 2006)
e. Metabolisme
Jalur biotransfirmasi yang digunakaan untuk metampetamine meliputi :
1) N-demethylation untuk mengghasilkan amfetamin
2) Hidroksilasi aromatik untuk memproduksi P-hydrixymetamphetamine dan
3) Hydrosilasi untuk menghasilkan norepedrin,
f. Eliminasi
Paruh waktu plasma metamfetami adalah 8-14 jam. Waktu paruh
eliminasi pada R-metampetamin agak lama dibandingkan dengan S-
enasiomer dikarenakan S-metampetamin dimetabolisme lebih cepa.
Metamfetamin yang ditimbul dari dosis intravena 10 mg dapat deteksi pada
plasma sekitar 36-48 jam dengan batas deteksi 1µg/L. Total eliminasi
metamfetamin sangat bervariasi antara 15 L/h dan 45 L/h . Tingkat ekresi
metamfetamin diginjal tergantung dengan PH urin. Metamfetamin sebagian
besar tergabung dalam urine akali dn dengan mudah diserap kembali dari
tubulus distal kedalam peritubular darah, sehinggi ekresi diginjal terbatas. Bila
PH urine tidak terkontrol eliminasi metampetamin dalam ginjal bervariasi
antara 6L/jam – 10L/jam. Eliminasi metamfetamin diginjal tergantung dengan
dosis yang digunakan. Untuk fraksi dosis yang lebih kecil biasanya diekresi
dalam urin. Metamfetamin mempunyai paruh umur di urine sekitar 25 jam
setelah terakumulasi dalam urin dengan dosis berulang ( Kim, 2004) . Dalam
penelitian lain metampetamin terdeteksi dalam urin 7 hari setelah dosis
tunggal 250 mg per oral (cornell, 2002) . jumlah metamfetamin yang
diekresini dalam urin sangat bervarisi sekitar (15-70%). Dimana 15 %
disekresi sebagai p-hidroksimetamepetamin dn 10% diekresi sebagai
amfetamin bila PH urin tidak terkontrol.
3. Farmakodinamik
Gambar. Mekanisme kerja metamfetamin dalam ujung saraf: (i) dan (ii) proses penetrasi
metamfetamin ke dalam ujung presinaps, (iii) dan (iv) metamfetamin merangsang pembentukan katekolamin
secara berlebihan, (v) metamfetamin menghambat re-uptake katekolamin dari celah sinaps.
Keterangan: ▲= metamfetamin, ●=katekolamin (dopamin).
5. Waktu gejala
Puncak gejala kardiovaskuler dengan cepat terjadi melalui intravena yaitu
dalam 5-30 menit. Untuk gejala subjektif akut terjadi dalam 15-20 menit dengan
cara intravena dan merokok dan tetap relatif meningkat terhadap plasebo selama
6-7 jam. Gejala metamfetamin melalui cara merokok dan oral puncaknya terjadi
secara sibstansial lebih awal daripada puncak konsentrasi metamfetamin dalam
plasma darah yang dapat mengindikasikan toleransi akut.
D. ADVERSE EFFECTS
1. Overdisis metamfetamin
Berdasarakan laporan kasus, fitur umum overdosis metamfetamin meliputi :
a) Agitasi
b) Pupil melebar
c) Takikardi,
d) Hipertensi dan
e) Respirasi cepat .
a) Mengigil
b) Dyspnea
c) Nyeri dada
d) Hiperpireksia dan
e) Kerusakan Hati , Jantung dan gagal ginjal .
Untuk koma dan kejang biasanya terjadi relatif jarang. Dan untuk toksisitas
metamfetamin biasanya meliputi takikardi, hipertensi dan perubahan status
mental. Untuk gejala suicide bisa terjadi sekitar (6-12% dari overdosis), psikotik
akut terjadi sekitar (7-12% dari overdosis) dan faktor rabdomyolysis bisa terjadi
sekitar 14% daro overdosis. Kematian akibat metamfetamin paling sering muncul
akibat edem paru, kongesti paru, serebrovaskuler, perdarahan (berkaitan dengan
hipertensi), fibrilasi ventrikal, gagal jantung akut atau hiperpireksia (Gray et al,
2007).
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan akibat dari
metafentamin timbul dari kecelakaan, bunuh diri dan pembunuhan yang mungkin
menunjukkan gangguan psikologis dan prilaku yang parah pada dosis toksis.
Menurut inoe et al, (2006) konsentrari metamfetamin dalam plasma darah kisaran
200-5000 g/ L merupakan tingkat toksik dan konsentrasi metamfetamin dalam
plasma darah yang melebihi 1000g/L dianggap sebagai tingkat yang fatal. Namun
hal tersebut harus dipertimbangkan karena konsentrasi metamfetamin didalam
plasma darah tidak tergantung pada dosisnya.
2. Psikosis
Psikosis metamfetamin mengacu pada keadaan paranoid-halusinasi yang
disebabkan oleh methamphetamine yang sangat mirip dengan skizofrenia
paranoid akut. Penggunaan metamfetamin secara teratur dikaitkan dengan
tingginya kejadian gejala psikotik kronis. Tanda paling umum dari psikosis
metamfetamin adalah halusinasi, delusi dan ucapan aneh.
Halusinasi yang disebabkan oleh metamfetamin didominasi pendengaran
(dialami pada 85% kasus psikosis metamfetamin), visual (46%) dan taktil (21%).
Delusi penganiayaan (71%), referensi (63%), dan 'pembacaan pikiran' (40%) juga
umum terjadi (Chen et al., 2003). Dosis metamfetamin yang dapat menimbulkan
gejala psikotik kisaran 55 mg – 640 mg dan timbulnya gejala psikotik kisaran 7
menit sampai 34 jam setelah dosis.
Penelitian yang dilakukan oleh Ujike (2004) mengatakan bahwa di antara
sampel 170 pengguna metamfetamin yang terkena dampak psikosis 59% sembuh
dari psikosis dalam 30 hari, namun gejala berlanjut selama lebih dari satu bulan
pada 41% kasus, dan 28% yang mengungkapkan gejala hilang setelah lebih dari 6
bulan (Ujike & Sato, 2004). Temuan ini menunjukkan bahwa pada lebih dari 50%
kasus, gejala psikotik sembuh secara spontan dan mungkin tidak memerlukan
pengobatan antipsikotik jangka panjang.
Gejala psikotik meningkat dalam tingkat keparahan dengan meningkatnya
durasi dan frekuensi penggunaan metamfetamin. Sensitisasi terhadap psikosis
metamfetamin dapat dikaitkan dengan neurotoksisitas sejak kepadatan DAT pada
striatum dan korteks prefrontal (PFC) telah berkorelasi terbalik dengan gejala
psikotik. Stres lingkungan yang tidak spesifik seperti penahanan, insomnia berat,
dan konsumsi alkohol berat dapat menyebabkan gejala psikotik selama periode
pantangan metamfetamin
Riwayat keluarga penyakit psikotik dapat dikaitkan dengan psikosis
metamfetamin yang persisten. Individu dengan gejala psikotik bertahan lebih dari
satu bulan setelah putus tiga kali lebih mungkin memiliki riwayat skizofrenia
keluarga atau episode psikiatri yang tidak terlalu lama. Komponen genetik
didukung oleh laporan tingkat psikologi metamfetamin yang lebih tinggi terkait
dengan variasi gen tertentu (Barr et al., 2006).
3. Methamphetamine withdrawal syndrome
Ketergantungan obat ditandai dengan timbulnya gejala buruk setelah putus
obat, yang dapat dikurangi dengan penggunaan kembali (Oswald & Thacore,
1963). Putus metamfetamin diklasifikasikan sebagai Sindrom Putus Stimulan Tipe
Metamphetamine pada Edisi Fard dari Manual Diagnostik dan Statistik Mental
Disorders (DSM-IV) (American Psychiatric Association, 2000). Menurut kriteria
DSM-IV, putus methamphetamine muncul setelah berhentinya atau pengurangan
penggunaan obat yang 'berat dan berkepanjangan' (American Psychiatric
Association, 2000). Sindrom ini ditandai dengan gejala mood dysphoric,
kelelahan, mimpi buruk yang tidak menyenangkan, insomnia atau hypersomnia,
peningkatan nafsu makan, dan agitasi psikomotor atau retardasi. Kriteria tersebut
menetapkan bahwa gejala putus terjadi dalam beberapa jam atau hari setelah
pengurangan penggunaan metamfetamin secara mendadak (American Psychiatric
Association, 2000).
5. Disordered Sleep
Studi kasus polysomnolographic awal menunjukkan bahwa putus akut
memiliki periode durasi tidur yang meningkat (terutama tidur dengan gerakan
mata yang cepat (REM)) selama 3-8 hari awal berpantang dari metamfetamin
(Oswald & Thacore, 1963; Watson et al., 1972) . Periode ini kadang-kadang
disebut fase 'tabrakan' (Barr et al., 2002; Lago & Kosten, 1994). McGregor
melaporkan bahwa jumlah tidur selama minggu pertama putus tidak terkait
dengan kurang tidur selama seminggu sebelum putus. Oleh karena itu, fase
hypersomnia yang mencirikan putus dini metamfetamin tampaknya bukan sekadar
fungsi kurang tidur saja (McGregor, 2005).
Insomnia telah dilaporkan sebagai ciri fase putus. (Gossop et al., 1982) namun
ini bukan pengamatan yang konsisten. Setelah periode awal hipersomnolence,
beberapa peneliti melaporkan penurunan kualitas tidur tapi bukan kuantitas
(McGregor et al., 2005) sementara yang lain belum menemukan insomnia sebagai
gejala yang signifikan (Srisurapanont et al., 1999a). Jika diamati, kualitas tidur
yang terganggu selama fase putus methamphetamine kemudian dikaitkan dengan
penurunan kepahitan saat terbangun, menunjukkan adanya hubungan antara tidur,
mood, dan fungsi kognitif selama putus methamphetamine (McGregor et al.,
2005).