Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya
maka saya Dapat menyelesaikan penyusunan makalah yg berjudu ”Konsep Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Dalam Situasi Darurat”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata pelajaran
sejarah Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi .Untu itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Bapak ibu.Guru mata pelajaran sejarah Indonesia.yg sudah memberikan tugas makalah
pendidikan Kewarganegaraan ini.
Semua pihak yg tidak dapat saya sebutkan satu persatu yg telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan terima kasih kepada pihak yg telah berperan serta dalam
menyusun makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yg telah memberikan bantuan,dan semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.Aamiin yaa rabbal ‘Alamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Prinsip-prinsip Dasar ................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
D. Tujuan.......................................................................................................... 2
E. Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Pengertian .................................................................................................... 3
B. Bentuk – Bentuk Kekerasan Seksual Pada Perempuan ............................... 3
C. Mencegah Kekerasan Seksual ..................................................................... 3
D. Merespon Kebutuhan Korban Perkosaan .................................................... 4
E. Pedoman prinsip Ketika Merespon Kebutuhan Korban Perkosaan ........... 5
F. Layanan Klinis Untuk Korban Perkosaan ................................................... 5
G. Upaya Pencegahan Pelecehan Seksual ........................................................ 6
H. Tanda dan Gejala Pelecehan Seksual .......................................................... 7
I. Definisi paket pelayanan awal minimum (PPAM)
untuk kesehatan reproduksi ......................................................................... 7
J. Tujuan PPAM .............................................................................................. 8
K. Sasaran PPAM............................................................................................. 9
L. PPAM kesehatan reproduksi ....................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................................. 16
B. Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang
memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-
alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan
tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
B. Prinsip-prinsip Dasar
Semua orang, termasuk mereka yang hidup dalam situasi darurat bencana, berhak
atas kesehatan reproduksi. Untuk melaksanakan hak tersebut, penduduk yang terkena
dampak harus memiliki lingkungan yang memungkinkan dan akses ke informasi dan
layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif sehingga mereka bisa membuat pilihan
secara bebas dan berdasarkan informasi.
Layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas harus berdasarkan pada kebutuhan
penduduk yang terkena dampak, khususnya kebutuhan perempuan dan anak perempuan.
Mereka harus menghormati nilai-nilai keagamaan dan etika serta latar belakang budaya
masyarakat, dan mematuhi standar internasional hak asasi manusia yang diakui secara
universal.
Dalam menyediakan layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan
berkualitas tinggi membutuhkan pendekatan multisektoral yang terpadu. Personel
perlindungan, kesehatan, gizi, pendidikan, dan pelayanan masyarakat, semua memainkan
peran dalam merencanakan dan menyediakan layanan kesehatan reproduksi.
Perlu diketahui bahwa bencana yang diikuti dengan pengungsian menimbulkan
masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan reproduksi. Timbulnya masalah kesehatan
itu berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri,
buruknya sanitasi lingkungan yang merupakan awal dari perkembangbiakan beberapa jenis
penyakit menular dll. Selain itu wanita sebagai mahkluk yang harus dilindungi sering
menjadi korban kekerasan seksual pada situasi darurat bencana. Tingginya angka
1
kekerasaan seksual tersebut dikarenakan kurangnya perlindungan bagi wanita pada situasi
darurat bencana.
C. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana
penanganan serta pencegahan kekerasan seksual pada perempuan dalam situasi darurt
bencana ?”.
D. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui masalah kesehatan reproduksi yaitu kekerasan seksual pada
perempuan saat situasi darurat bencana.
b. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum diatas, maka tujuan khusus yang ingin dicapai adalah:
E. Manfaat
a. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan penulis sehingga dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah didapat di bangku perkuliahan khusunya pada mata kuliah kesehatan reproduksi
bencana.
b. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan reproduksi pada
situasi darurat bencana agar mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kekerasan seksual adalah setiap tindakan seksual yang dilakukan tanpa persetujuan
dari salah satu pihak termasuk pemerkosaan dan eksploitasi seksual. Kekerasaan terhadap
perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat
atau mungkin berakibat kesensaraan atau penderitaan baik secara fisik, seksual, maupun
psikologis termasuk ancaman atau tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang – wenang baik yang terjadi diranah publik atau dalam
kehidupan pribadi.
3
1. Memastikan perempuan, pria, remaja dan anak-anak memiliki akses terhadap
layanan kesehatan dasar, termasuk layanan kesehatan seksual dan kesehatan
reproduksi.
2. Mendesain dan menempatkan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan keamanan
fisik, melalui konsultasi dengan masyarakat, khususnya pada perempuan dewasa
dan remaja
3. Berkonsultasi dengan penyedia layanan dan pasien tentang keamanan di
fasilitas- fasilitas kesehatan
4. Menempatkan toilet dan tempat mencuci laki-laki dan perempuan secara
terpisah di fasilitas kesehatan di tempat yang aman dengan penerangan jalan
yang memadai pada malam hari, dan memastikan bahwa pintu-pintu dapat
dikunci dari dalam.
5. Memastikan bahwa semua bahasa sub- kelompok etnis terwakili di penyedia
layanan atau ada penerjemah.
6. Mempekerjakan perempuan sebagai penyedia layanan, pekerja kesehatan
masyarakat, staf program dan penerjemah.
7. Memberitahu penyedia layanan mengenai pentingnya menjaga kerahasiaan dan
mereka harus menandatangani dan mentaati suatu pedoman perilaku terhadap
eksploitasi dan penganiayaan seksual (SEA/ Sexual Exploitation and Abuse).
8. Memastikan bahwa pedoman perilaku dan mekanisme pelaporan SEA oleh staf
kesehatan ada, serta langkah-langkah hukuman yang relevan untuk menegakkan
pedoman perilaku tersebut.
4
sektor/cluster yang memberi respon terhadap kebutuhan-kebutuhan korban (kesehatan,
perlindungan, keamanan dan layanan masyarakat) agar dapat memastikan adanya
mekanisme rujukan untuk korban yang terkoordinasi, terpusat pada korban, dan menjaga
kerahasiaan. Dokumen yang dihasilkan dari proses ini kadang-kadang disebut sebagai
Standar Operasional Prosedur (SOP) GBV (lihat Bab 8: GBV).
5
kesehatan masyarakat, tokoh masyarakat, pesan di radio atau selebaran berisi
informasi di toilet perempuan)
7. Memastikan penyedia layanan terampil. Apabila diperlukan, adakan sesi informasi
atau pelatihan penyegaran singkat tentang perawatan klinis untuk korban
perkosaan. Pengelolaan klinis untuk korban perkosaan mencakup komponen-
komponen berikut:
a. Komunikasi yang mendukung
Pastikan penyedia layanan mampu memperluas dukungan yang penuh perhatian dan
rahasia kepada korban melalui komunikasi yang tepat, jelas, tidak menghakimi dan
mendengarkan secara aktif.
b. Anamnesa dan pemeriksaan
Riwayat yang terinci dan pemeriksaan kesehatan menyeluruh dilakukan setelah
memastikan korban memahami dan menyetujui tiap langkah. Tujuan utama dari anamnesa
dan pemeriksaan adalah untuk menentukan perawatan klinis yang diperlukan, dan
dilakukan sesuai kesediaan korban.
c. Pengumpulan bukti forensic
Persyaratan hukum setempat, laboratorium dan fasilitas penyimpanan menentukan
kapan dan bukti-bukti forensik apa yang harus dikumpulkan. Bukti-bukti dikumpulkan
selama pemeriksaan medis jika ada persetujuan dari korban. Rekam medis adalah bagian
dari catatan hukum dan dapat diajukan sebagai bukti (dengan persetujuan korban) jika
kasus tersebut masuk ke pengadilan. Oleh karena itu harus dijaga kerahasiaannya di tempat
yang aman.
d. Perawatan yang penuh perhatian dan menjaga rahasia
Perawatan dapat dimulai tanpa pemeriksaan jika itu pilihan korban. Lakukan
perawatan terhadap komplikasi yang mengancam nyawa terlebih dahulu dan korban dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi bila perlu. Perawatan yang dapat diberikan
antara lain pemberian alat kontrasepsi darurat dan Perawatan untuk dugaan infeksi menular
seksual.
G. Upaya Pencegahan Pelecehan Seksual
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan
seksual pada situasi darurat bencana:
6
1. Jangan berikan pakaian yang terlalu terbuka karena bisa menjadi rangsangan
bagi tindakan pelecehan seksual
2. Tanamkan rasa malu sejak untuk tidak membuka baju di tempat terbuka, juga
tidak buang air kecil selain di kamar mandi
3. Jangan membiarkan anak menghabiskan waktu di tempat-tempat terpencil
dengan orang dewasa lain atau anak laki-laki yang lebih tua
4. Jangan berbicara atau menerima pemberian dari orang asing
5. Ketika sedang berjalan di tempat umum, usahakan untuk tidak berjalan
sendirian, ajak teman untuk bisa jalan bersama-sama. Kalau terpaksa harus
berjalan sendiri, tunjukkan rasa percaya diri, tegakkan kepala dan selalu
perhatikan keadaan di sekitar.
J.Tujuan PPAM
Adapun tujuan dari PPAM kesehtan reproduksi dalam situasi bencana yaitu :
1. Memastikan sektor kesehatan menetapkan suatu organisasi untuk mengkoordinasi
pelaksanaan PPAM. Lembaga koordinator kesehatan reproduksi :
2. Menominasikan seorang petugas kesehatan reproduksi untuk memberi dukungan teknis
dan operasional untuk semua lembaga yang menyediakan pelayanan kesehatan
3. Menjadi tuan rumah pertemuan reguler para stakeholders untuk memfasilitasi
pelaksanaan PPAM
4. Melapor kembali kepada pertemuan sektor/cluster kesehatan mengenai isu-isu yang
terkait dengan pelaksanaan PPAM
5. Membagi informasi tentang ketersediaan sumber daya dan supply kesehatan reproduksi
6. Mencegah dan menangani konsekuensi kekerasan seksual:
a. Melakukan tindakan-tindakan untuk melindungi penduduk yang terdampak,
terutama perempuan dan anak perempuan, dari kekerasan seksual
b. Membuat perawatan klinik tersedia untuk korban/penyintas perkosaan
c. Memastikan masyarakat mengetahui tersedianya layanan klinik
7. Mengurangi penularan HIV:
a. Memastikan praktik transfusi darah yang aman
b. Memfasilitasi dan menekankan penerapan standard kewaspadaan universal
c. Menyediakan kondom gratis
8. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal
a. Memastikan tersedianya layanan kegawatdaruratan kebidanan (EmOC = emergency
obstetric care) dan layanan perawatan bayi baru lahir.
9. Di fasilitas kesehatan: bidan-bidan yang terampil dan perlengkapan untuk persalinan
normal dan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatal.
10. Di rumah sakit rujukan: staf medis yang terampil dan perlengkapan untuk
11. penanganan kedaruratan kebidanan dan neonatal
8
a. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan komunikasi dari
masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan rumah sakit.
b. Menyediakan kit persalinan bersih untuk wanita hamil yang terlihat dan penolong
persalinan untuk persalinan bersih dirumah jika terpaksa karena akses ke fasilitas
kesehatan tidak memungkinkan
12. Rencanakan untuk layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan terintegrasi ke
dalam pelayanan kesehatan dasar ketika situasi memungkinkan.
K. Sasaran PPAM
Sasaran dari PPAM yaitu mengurangi angka kematian, penyakit, dan cacat diantara
populasi yang terkena pengaruh krisis terutama wanita dan gadis. Populasi ini dapat berupa
pengungsi lintas batas atau internal. pengungsi lintas batas adalah seseorang yang oleh
karena rasa takut yang wajar akan kemungkinan dianiaya berdasarkan ras, agama,
kebangsaan, keanggotaan pada suatu kelompok sosial tertentu, atau pandangan politik.
9
L. PPAM kesehatan reproduksi
Sejak awal respon di setiap situasi bencana sektor kesehatan harus menetapkan satu
organisasi sebagai koordinator kesehatan reproduksi. Bisa berupa sebuah LSM
internasional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) atau lembaga PBB,h arus segera
menugaskan seorang petugas kesehatan reproduksi tetap untuk jangka waktu minimal tiga
bulan guna memberi dukungan teknis dan operasional kepada mitra kesehatan dan untuk
memastikan bahwa kesehatan reproduksi adalah prioritas serta mencapai cakupan yang
baik untuk layanan PPAM.
10
e. mempekerjakan perempuan sebagai penyedia layanan, pekerja kesehatan
masyarakat, staf program dan penerjemah
1. Mengurangi penularan HIV
Untuk mengurangi penularan HIV sejak permulaan respon bencana, petugas
kesehatan reproduksi harus bekerja dengan para mitra sektor kesehatan untuk:
a. menetapkan praktik transfusi darah yang aman dan rasional
b. memastikan penerapan tindakan pencegahan standar menjamin tersedianya kondom
gratis.
Meskipun bukan komponen dari PPAM, adalah penting untuk membuat antiretroviral
(ARV) tersedia agar dapat melanjutkan pengobatan bagi orang-orang yang masuk dalam
program ARV sebelum keadaan darurat, termasuk perempuan yang terdaftar dalam
program PMTCT.
a. transfusi darah hanya dalam keadaan yang mengancam nyawa dan bila tidak ada
alternatif lain;
b. menggunakan obat-obatan untuk mencegah atau mengurangi perdarahan aktif (misalnya
oksitosin);
c. menggunakan pengganti darah untuk mengganti volume yang hilang seperti cairan
pengganti berbasis kristaloid (Ringer Laktat, Normal Salin) atau substitusi berbasis
koloid (haemaccell, gelofusin) jika memungkinkan.
11
Transfusi darah aman mencakup:
a. pengumpulan darah hanya dari donor darah sukarela yang tidak dibayar dengan risiko
rendah tertular infeksi lain melalui transfuse (TTI) dan menetapkan kriteria seleksi donor
darah yang lebih ketat;
b. melakukan skrining terhadap semua darah untuk transfusi, minimal untuk HIV 1 dan 2,
hepatitis B, hepatitis C, dan sifilis, dengan menggunakan alat tes yang paling tepat.Satu
tes skrining HIV tidak cukup untuk menentukan status HIV. Jangan mengungkapkan
hasil tes skrining yang positif kepada donor jika mereka tidak dapat dirujuk untuk
mendapat layanan konseling dan tes sukarela (VCT). Dalam hal ini lakukan skrining
terhadap darah untuk transfusi dan buang darah itu jika tidak dapat digunakan.
Hubungkan jasa transfuse darah dengan layanan VCT sesegera mungkin setelah
ditetapkan sebagai bagian dari respon yang komprehensif dan rujuklah donor ke VCT
sebelum skrining darah mereka.
c. melakukan pengelompokan ABO dan tipe Rhesus D (RhD) dan, jika ada waktu,
melakukan pemeriksaan silang;
d. HANYA melakukan transfusi darah kepada wanita usia subur dengan darah tipe RhD
yang sesuai;
e. memastikan praktik transfusi yang aman di sisi tempat tidur dan pembuangan kantong
darah, alat suntik, dan jarum suntik secara aman.
12
4. Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal
Kegiatan prioritas untuk mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal
dan neonatal: Memastikan ketersediaan layanan kegawatdaruratan kebidanan dan
perawatan neonatal termasuk:
a. Di fasilitas kesehatan: penolong persalinan terlatih dan supply untuk pertolongan
persalinan normal dan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
b. Di rumah sakit rujukan: staf medis yang terampil dan supply untuk penanganan
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
c. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan komunikasi dari
masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan rumah sakit
d. Menyediakan kit persalinan bersih untuk ibu hamil yang terlihat dan penolong persalinan
jika terpaksa melahirkan di rumah ketika akses ke fasilitas Kesehatan tidak
memungkinkan.
e. Rencanakan untuk mengintegrasikan layanan kesehatan reproduksi komprehensif ke
dalam layanan kesehatan dasar
13
6. Pemesanan peralatan dan perlengkapan kesehatan reproduksi
Setelah pelayanan awal minimum kesehatan reproduksi berjalan, bekerjalah bersama
pihakpihak yang berwenang di bidang kesehatan dan melalui sektor/cluster kesehatan
untuk menganalisa situasi, membuat estimasi penggunaan obat-obatan dan bahan habis
pakai, menilai kebutuhan penduduk dan memesan lagi perlengkapan sesuai kebutuhan.
Hindari pemesanan RH kits yang terus menerus. Memesan supply kesehatan reproduksi
berdasarkan permintaan akan lebih menjamin keberlanjutan program kesehatan reproduksi
dan menghindari kekurangan beberapa perlengkapan maupun kelebihan perlengkapan lain
yang tidak digunakan dalam situasi yang ada.
Pemesanan lebih lanjut untuk supply kesehatan reproduksi dapat dilakukan melalui
jalur supply medis yang biasa di negara bersangkutan. Juga pertimbangkan jalur pengadaan
yang digunakan oleh LSM atau melalui Cabang Layanan Pengadaan UNFPA (UNFPA
Procurement Services Branch)
14
Mengumpulkan atau membuat estimasi data demografis dan informasi kesehatan
reproduksi dari populasi yang terdampak, seperti:
jumlah wanita usia subur (15 sampai 49 tahun) – diperkirakan 25% dari jumlah
penduduk; jumlah pria yang aktif secara seksual- diperkirakan 20% dari jumlah
penduduk, angka kelahiran kasar – diperkirakan mencapai 4% dari jumlah penduduk;
data mortalitas berdasarkan umur dan jenis kelamin, misalnya jumlah kematian pada
anak perempuan remaja, angka kematian bayi baru lahir (jumlah kematian selama 28
hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup dalam suatu periode
15
BAB
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kekerasan seksual adalah setiap tindakan seksual yang dilakukan tanpa persetujuan
dari salah satu pihak termasuk pemerkosaan dan eksploitasi seksual. Kekerasaan terhadap
perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat
atau mungkin berakibat kesensaraan atau penderitaan baik secara fisik, seksual, maupun
psikologis termasuk ancaman atau tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang – wenang baik yang terjadi diranah publik atau dalam
kehidupan pribadi.
Pedoman prinsip berikut ini harus selalu dihormati sepanjang waktu oleh semua
pekerja kemanusiaan yang merespon kebutuhan korban :
· Keselamatan
· Kerahasiaan
· Menghormati
· Non-diskriminasi
B. Saran
Sebagai calon bidan yang profesional mahasiswa wajib mempelajari dan
memahami dari kesehatan reproduksi salah satunya tentang masalah kesehatan reproduksi
pada saat situasi darurat bencana, karena didalam materi ini kita dapat mengetahui dan
mempelajari bagaimana cara bekerja seorang bidan memberikan penyuluhan tentang
maslah kesehatan reproduksi kepada masyarakat setempat, agar menjadi calon bidan yang
baik dan professional dan kita juga dapat mengerti tentang masalah kesehatan reproduksi
pada saat situasi darurat bencana.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://lovikarafflesiapitri.wordpress.com/2015/05/20/ppam-kesehatan-reproduksi-
dalam-situasi-darurat-bencana/
IWGRHC. 2010. Buku Pedoman Lapangan Antar Lembaga Kesehatan Reprosuksi
dalam Situasi Darurat Bencana.
http://midwifevini.blogspot.com/2013/05/kespro-saat-bencana-banjir.html. Diakses
tanggal 12 Juni 2014.
17
KONSEP PELAYANAN KESEHATAN PERPRODUKSI DALAM
SITUASI DARURAT
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
18